artritis reumatoid 2
DESCRIPTION
all aboutTRANSCRIPT
ARTRITIS REUMATOID
Definisi
Penyakit artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit sistemik yang bersifat progresif, yang
mengenai jaringan lunak dan cenderung untuk menjadi kronis. Penyakit ini disebabkan
karena adanya inflamasi dari membran sinovial. Artritis rematoid adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi. Artritis reumatoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di
seluruh tubuh. Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan wanita 2-3 kali
lebih sering dibandingkan pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, tetapi
bisa terjadi pada usia berapapun.
Etiologi
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh peradangan
kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan
bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku dan lutut.
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap. Faktor genetik dan lingkungan diduga timbulnya penyakit
ini.
1. Kompleks histokompatibilitas utama kelas II
2. Hubungan hormon sex dengan artritis rematoid
3. Faktor infeksi sebagai penyebab artritis rematoid
Patogenesis
Patogenesis dimulai dengan terdapatnya suatu antigen yang berada pada membran sinovial.
Pada membran ini antigen ini akan di proses oleh APC, APC mengekpresikan determinan
HLA-DR pada membran selnya. Kemudian di lekatkan pada CD4, untuk memungkinkan
terjadi aktivasi CD4, sel itu harus mengenali antigen dan determinan HLA-DR yang terdapat
pada permukaan membran APC. Proses aktivasi CD4 juga dibantu oleh IL-1. Tahap
selanjutnya antigen, determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC dan
CD4 akan membentuk suatu komplek antigen trimolekuler. Trimolekuler tersebut akan
mengekpresikan resptor IL-2 pada permukaan CD4. Selain IL-2, CD4 telah teraktivasi juga
mengekresikan berbagai limfokin lain seperti TNF-β, IL-3,IL-4 serta berbagai mediator
lainnya bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan fagositosisnya dan meransang
terjadinya proliferasi serta aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi. Setelah berikatan
dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan membentuk komplek imun yang
berdifusi secara bebas kedalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun menyebabkan
aktivasi sistem komplemen dan membebaskan komplemen C5a. Komplemen C5a merupakan
faktor meningkatkan permeabilitas vaskuler juga menarik lebih banyak sel PMN yang
memfagositir komplek imun tersebut sehingga mengakibatkan degranulasisel mast dan
membebaskan lisosomal yang merupakan yang bertanggung jawab terjadinya inflamasi dan
kerusakan jaringan.
Gejala Klinis
Beberapa gejala klinis yang kerap kali terjadi pada para penderita atritis reumatoid ini, yakni :
1. Gejala-Gejala Konstitusional Beberapa gejala tersebut meliputi lelah, anoreksia, berat
badan menurun dan demam. Bahkan terkadang kelelahan yang sangat hebat.
2. Poliatritis Simetris Terutama terjadi pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.Hampir semua sendi
diatrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di Pagi Hari Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari satu jam.
4. Atritis Erosif Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
5. Deformitas Kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran
ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa.
Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal.
6. Nodula-Nodula Reumatoid Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering yakni di daerah
sepanjang sendi sikut atau sepanjang permukaan ekstensor lengan. Nodul ini merupakan
tanda bahwa penyakit tersebut aktif.
7. Manifestasi Ekstraartikuler. Suatu prognosis dari penyakit ini yang menandakan akut
tidaknya penyakit ini. Manifestasi yang dihasilkan atritis reumatoid yakni menyerang paru,
jantung, mata, pembuluh darah. Kelainan pada organ-organ tersebut meliputi :
Beberapa kriteria diagnostik dari atritis rematoid adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan Pagi Hari ( Morning Stiffness )
2. Artritis pada Tiga atau Lebih Sendi Pembengkakan jaringan lunak sendi (Soft Tissue
Swelling) bukan pembesaran tulang (Hyperostosis).
3. Artritis Sendi – Sendi Jari Tangan
4. Nyeri pada sendi yang terkena bila digerakkan (Joint Tenderness On Moving) sekurang-
kurangnya didapati pada satu sendi.
5. Nyeri pada sendi bila digerakkan (pada sendi yang terkena), sekurang-kurangnya pada
sebuah sendi yang lain.
6. Artritis Simetris Poliartritis yang simetris dan serentak (Symmetrical Polyartritis
Simultaneously). Serentak di sini diartikan jarak antara rasa sakit pada satu sendi disusul oleh
sendi yang lain harus kurang dari 6 minggu.
7. Nodul Reumatoid Subkutan
8. Faktor uji rema positif dalam serum ( Rheuma Factor Test Positif )
9. Adanya Kelainan Radiologik Pada sendi yang terpapar sekurang-kurangnya didapat
adanya dekalsifikasi atau erosi. Harus didapati dekalsifikasi pada atau dekat dengan sendi
yang terkena, tidak hanya perubahan degenerasi. Perubahan-perubahan degenerasi tidak
menyingkirkan adanya artritis reumatoid.
10. Pengendapan Mucin Kurang Pekat ( Poor Mucine Clot ) Bekuan mucin yang buruk pada
cairan sinovial (dengan gumpalan seperti awan). Adanya inflamasi cairan sinovial disertai
dengan 2000 sel darah putih/mm3 atau lebih tanpa kristal, dapat dimasukkan dalam kriteria
ini.
Faktor Predisposisi
Artritis reumatoid menyerang perempuan sekitar dua setengah kali lebih sering dari pada laki
– laki, dengan insiden puncak antara usia 40 dan 60 tahun, bermanifestasi sebagai nyeri atau
kaku pada persendian, bengkak, sakit, rasa panas, dan kemerahan. Kondisi ini berhubungan
dengan gangguan sistem imun pada jaringan sendi yang menurun.
Faktor Pencetus
Beberapa faktor pencetus dari atritis reumatoid yang banyak menyebabkan gejala, meliputi :
1. Aktifitas/mobilitas yang berlebihan
2. Lingkungan
Faktor Resiko
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Genetik
4. Suku
5. Obesitas (Kegemukan)
Patofisiologi
Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang
menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema
proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
PemeriksaanPenunjang
Pemeriksaan laboratorium
Beberapa hasil uji laboratorium dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis artritis
reumatoid. Sekitar 85% penderita artritis reumatoid mempunyai autoantibodi di dalam
serumnya yang dikenal sebagai faktor reumatoid. Autoantibodi ini adalah suatu faktor anti-
gama globulin (IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG.
Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang bersifat tidak spesifik. Pada
artritis reumatoid nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih tinggi lagi). Hal ini berarti
bahwa laju endap darah dapat dipakai untuk memantau aktifitas penyakit. Artritis reumatoid
dapat menyebabkan anemia normositik normokromik melalui pengaruhnya pada sumsum
tulang. Anemia ini tidak berespons terhadap pengobatan anemia yang biasa dan dapat
membuat penderita cepat lelah. Seringkali juga terdapat anemia kekurangan besi sebagai
akibat pemberian obat untuk mengobati penyakit ini. Anemia semacam ini dapat berespons
terhadap pemberian besi.
Konsep Pengobatan AR
Walaupun hingga kini belum berhasil didapatkan suatu cara pencegahan dan pengobatan AR
yang sempurna, saat ini pengobatan pada penderita AR ditujukan untuk:
1. Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik
2. Mencegah terjadinya destruksi jaringan
3. Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam
keadaan baik.
4. Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persen dian yang terlibat agar sedapat mungkin
menjadi normal kembali.
Penggunaan OAINS dalam Pengobatan AR
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum nya diberikan pada penderita AR sejak
masa dini penyakit yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang
seringkali dijumpai walaupun belum terjadi proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat
mengatasi inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik yang sangat baik.
OAINS terutama bekerja dengan menghambat enzim siklooxygenase sehingga menekan
sintesis prostaglandin. Masih belum jelas apakah hambatan enzim lipooxygenase juga
berperanan dalam hal ini, akan tetapi jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
1. Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal
2. Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator inflamasi (histamin, serotonin, enzim
lisosomal dan enzim lainnya).
3. Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan
4. Menghambat proliferasi seluler
5. Menetralisasi radikal oksigen
6. Menekan rasa nyeri
Selama ini telah terbukti bahwa OAINS dapat sangat berguna dalam pengobatan AR,
walaupun OAINS bukanlah merupakan satu satunya obat yang dibutuhkan dalam pengobatan
AR. Hal ini di sebabkan karena golongan OAINS tidak memiliki khasiat yang dapat
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat AR. Untuk mengatasi proses
destruksi tersebut masih diperlukan obat obatan lain yang termasuk dalam golongan
DMARD.
Penggunaan DMARD pada Penderita AR
Pada dasarnya saat ini terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian DMARD pada
pengobatan penderita AR. Cara pertama adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai
dari saat yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa destruksi sendi
pada AR terjadi pada masa dini penyakit. Brook and Corbett, pada penelitiannya menemukan
bahwa 90% penderita AR telah menunjukkan gambaran erosi secara radiologis pada dua
tahun pertama setelah menderita penyakit. Hasil pengobatan jangka panjang yang buruk pada
sebagian besar penelitian sangat mungkin disebabkan karena pengobatan baru dimulai setelah
masa kritis ini dilampaui.
Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan dua atau lebih DMARD secara simultan
atau secara siklik seperti penggunaan obat obatan imunosupresif pada pengobatan penyakit
keganasan. Kecenderungan untuk menggunakan kombinasi DMARD dalam pengobatan AR
ini timbul sejak dekade yang silam karena banyak diantara para ahli reumatologi beranggapan
bahwa terapi DMARD secara sekwensial, pada jangka panjang tidak berhasil mencegah
terjadinya kerusakan sendi yang progresif.
Beberapa jenis DMARD yang lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah:
Klorokuin
Sulfazalazine
D-penicillamine
Garam emas, dll
Prognosis
Pada umumnya pasien artritis reumatoid akan mengalami manifestasi penyakit yang bersifat
monosiklik (hanya mengalami satu episode artritis reumatoid dan selanjutnya akan
mengalami remisi sempurna). Tapi sebagian besar penyakit ini telah terkena artritis
reumatoid akan menderita penyakit ini selama sisa hidupnya dan hanya diselingi oleh
beberapa masa remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita
artritis reumatoid yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang
menetap pada setiap eksaserbasi
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwasannya penyakit ini bersifat sistemik. Maka
seluruh organ dapat diserang, baik mata, paru-paru, jantung, ginjal, kulit, jaringan ikat, dan
sebagainya. Bintik-bintik kecil yang berupa benjolan (nodule) dan tersebar di seluruh organ
di badan penderita. Pada paru-paru dapat menimbulkan lung fibrosis, pada jantung dapat
menimbulkan pericarditis, myocarditis dan seterusnya. Bahkan di kulit, nodulus rheumaticus
ini bentuknya lebih besar dan terdapat pada daerah insertio dan otot-otot atau pada daerah
extensor. Bila RA nodule ini kita sayat secara melintang maka kita akan dapati gambaran:
nekrosis sentralis yang dikelilingi dengan sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun
yang berjajar seperti jeruji roda sepeda (radier) dan membentuk palisade. Di sekitarnya
dikelilingi oleh deposit-deposit fibrin dan di pinggirnya ditumbuhi dengan fibroblast.
Benjolan rematik ini jarang dijumpai pada penderita-penderita RA jenis ringan. Disamping
hal-hal yang disebutkan di atas gambaran anemia pada penderita RA bukan disebabkan oleh
karena kurangnya zat besi pada makanan atau tubuh penderita. Hal ini timbul akibat pengaruh
imunologik, yang menyebabkan zat-zat besi terkumpul pada jaringan limpa dan sistema
retikulo endotelial, sehingga jumlahnya di daerah menjadi kurang. Kelainan sistem
pencernaan yang sering dijumpai adalah gratitis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi
utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (desease modifying antiremathoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab
morbiditas dan mortalitas utama pada artritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak
memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi
neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.