aldehid dan keton
DESCRIPTION
aldehid dan ketonTRANSCRIPT
ALDEHID DAN KETON
A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini yaitu:
1. Mempelajari dan memperkenalkan salah satu metode identifikasi senyawa
berdasarkan perbedaan gugus fungsi.
2. Memberi pemahaman identifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid
dan keton.
B. LANDASAN TEORI
Gugus fungsi karbonil C = O merupakan gugus fungsi yang dimiliki
oleh golongan senyawa aldehid, keton, asam karbosilat, ester dan turunan lainnya.
Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi dan sering merupakan mata
niaga yang penting pula. Aldehid mempunyai paling sedikit satu atom hidrogen
yang melekat pada gugus karbonil. Gugus lainnya dapat berupa gugus hidrogen,
alkil atau aril.
Formaldehid adalah aldehid yang paling sempurna yang dibuat besar-
besaran melalui oksidasi metanol.
Formaldehid ini tidak bisa disimpan dalam bentuk bebasnya, karena mudahnya
senyawa ini berpolimerisasi. Formaldehid sering dibuat dalam larutan 87 % yang
dinamakan formalin. Larutan ini sebagai disinfektan serta pengawet. Namun
kebanyakan formaldehid dimanfaatkan dalam industri plastik. Formaldehid
dicurigai sebagai korsinogen, sehingga penanganannya harus hati-hati.
Asetaldehid mendidih mendekati suhu 20 oC. Dulu, asetaldehid dibuat
melalui hidrasi asetilena, sekarang umumnya diproduksi melalui proses wecker,
yang melibatkan oksidasi selektif pada etilena dengan katalis paladium tembaga.
Asetaldehid juga dibuat melalui oksidasi etanol. Hampir setengah dari
produksi tahunannya sebanyak 2 juta ton, dan dioksidasi menjadi asam asetat.
Sisanya digunakan untuk membuat 1-butanol dan bahan kimia lain. Aseton
merupakan keton yang paling sederhana. Metode yang paling umum digunakan
dalam industri adalah proses wecker terhadap propena, oksidasi isopropil alkohol,
dan oksidasi dari isopropil benzena (Hart, 1983: 200-202).
Aldehid dan keton mengandung gugus karbonil C = O. Jika kedua
senyawa itu dinamakan keton. Jika salah satu dari kedua gugus tersebut adalah
hidrogen senyawa tersebut adalah aldehid. Formaldehid, suatu gas dinamakan
formalin yang dignakan untuk pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehid
digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Asetaldehid adalah bahan baku yang
penting dalam pembuatan asam asetat, anhidrida dan esternya yaitu etil asetat.
Aseton adalah keton yang paling penting. Aseton merupakan cairan
volatile (titik didih 56 0C) dan mudah terbakar. Aseton adalah pelarut yang baik
untuk macam-macam senyawa organik, banyak digunakan sebagai pelarut pernis,
lak dan plastik. Tidak seperti pada kebanyakan pelarut organik lain, aseton
bercampur dengan air dalam segala perbandingan sifat ini digabungkan dengan
sifat volatilisnya membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat
laboratorium. Salah satu metode pembuatan aseton adalah dihidrogenasi isopropil
alkohol dengan bantuan katalis tembaga (Petrucci, 1987: 271).
Aldehid dan keton dapat dikelompokkan dan dibedakan satu dengan yang
lainnya, dengan menggunakan tes kelarutan. Sebagian besar aldehid dan keton
larut dalam eter. Senyawa-senyawa ini juga dapat larut dalam asam sulfat pekat
dengan membentuk garam oksanium. Aldehid dan keton mempunhyai atom
karbon kurang dari lima dapat larut dalam air. Sedangkan eter dengan ataom C
kurang dari empat dapat larut dalam air. Aldehid dan keton dapat dibedakan
dengan senyawa lain terhadap penambahan natrium bisulfat (Anwar, 1994: 23).
Spektrum infra merah ester format , menunjukkan adanya serapan pada
kisaran rentangan 1720,4 cm-1 yang merupakan rentangan karbonil C=O pada
daerah ini adalah daerah rentangan yang spesifik untuk senyawa-senyawa ester.
Kemudian daerah rentangan 2837,1 - 2734,9 cm-1 serapannya sangat lemah,
daerah ini merupakan serapan untuk aldehid (-CHO ). Berdasarkan hasil analisis
spektrum infra merah , H1NMR dan didukung hasil analisis gabungan GC-MS
yang menunjukkan massa relatif (m/z ) = 224 maka struktur senyawa 1-(3,4-
dimetoksi fenil)-2-propanil format, dapat dituliskan seperti pada gambar 7. Dari
hasil reaksi hidrolisis senyawa ester format dengan dengan asam slfat 3.77 M
diperoleh senyawa 1-(3,4-dimetoksi fenil)-2-propanol (Busroni, 2000: 41).
Elusidasi struktur hasil sintesis 4-dimetilamino benzalaseton dilakukan
dengan spektrometer Inframerah dan RMI, selanjutnya dibandingkan terhadap
spektrum starting material. Gugus karbonil senyawa hasil sintesis muncul pada
bilangan gelombang lebih rendah (1580,3 cm-1) dibanding gugus karbonil starting
material (1597 cm-1). Menunjukkan bahwa karbonil senyawa hasil sintesis
cenderung lebih bersifat ikatan tunggal dari pada ikatan rangkap dua. Dari hasil
pemeriksaan spectrometer Inframerah dan RMI tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa senyawa hasil sintesis adalah 4-dimetilamino benzalaseton (Sardjiman, at
all., 2007:179).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Pipet ukur
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Labu semprot
2. Bahan
- Formalin - Aseton
- Larutan glukosa - CrO3
- 2,4-dinitrofenilhidrasin - Asam sulfat
- AgNO3 5 % - NaOH 10%
- Pereaksi fehling - Pereaksi Benedict
- Pereaksi schiff
D. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi dengan 2,4-Dinitrofenilhidrazin
2. Uji Tollen
di masukkan kedalam 3 tabung reaksi
2 mL etanol 95%
Tabung I berisi 1 mL formalin
Tabung II berisi 1 mL aseton
Tabung III berisi 1 mL glukosa
ditambahkan 1 mL 2,4-dinitrofenilhidrazindikocok kuat-kuatdiamati perubahan yang terjadijika tidak terjadi endapan, panaskan larutan di atas penangas air selama 5 menitditambahkan 5 tetes airdiamati perubahan yang terjadi
Perubahan yang terjadi....?
3. Uji Fehling
E. HASIL PENGAMATAN
1 mL larutan 5 % perak nitrat
di tambahkan 1 tetes larutan NaOH 10% ke dalam 3 buah tabung reaksi dan dikocokdi tambahkan larutan NH4OH encer hingga endapan AgOH melarutdi tambahkan 2 tetes larutan uji (aseton pada tabung 1, formalin pada tabung 2, glukosa pada tabung 3) di kocok dan dibiarkan selama 10 menit. Jika tidak terjadi perubahan di panaskan di atas penangas air selama 5 menitdi catat perubahan yang terjadi
Tabung II: Terbentuk cermin perak
Tabung III: terbentuk cermin perak
Tabung I:Tidak terdapat endapan
Pereaksi Fehling
di masukkan ke dalam 3 tabung reaksidi tambahkan 5-10 tetes larutan uji (formalin pada tabung 1, aseton pada tabung 2, glukosa pada tabung 3)di panaskandi amati perubahan yang terjadi
Tabung II: Tidak terbentuk endapan
Tabung III:Terbentuk endapan merah bata
Tabung I:Terbentuk endapan merah bata
1. Data Pengamatan
1. Reaksi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin
Perlakuan Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
1. 2 ml etanol 95 % + 1ml formalin + 1 ml larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin
2. 2 ml etanol 95 % + 1 ml aseton + 1 ml larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin
3. 2 ml etanol 95 % + 1 ml glukosa + 1 ml larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin
2. Uji tollen
Perlakuan Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
1. 1 ml AgNO3 5% + 1 tetes NaOH 10%
Warna larutan keruh -
2. 1 ml AgNO3 5% + 1 tetes NaOH 10% + 2 tetes formalin
Warna larutan keruh dan terrdapat endapan
- warna larutan keruh (abu-abu)
- ada cermin perak3. 1 ml AgNO3 5% +
1 tetes NaOH 10% + 2 tetes aseton
Warna larutan bening tidak terdapat endapan
- warna larutan keruh coklat kehitaman
- tidak terbentuk endapan cermin perak
4. 1 ml AgNO3 5% + 1 tetes NaOH 10% + 2 tetes glukosa
Warna larutan agak keruh dan terbentuk endapan
- warna larutan keruh (abu-abu)
- terdapat endapan cermin perak
3. Uji Fehling
Perlakuan Sebelum dipanaskan Sesudah dipanaskan
1. 1 ml pereaksi fehling + 5 tetes formalin
Larutan berwarna ungu keruh kebiruan
Larutan berwarna ungu tua dengan endapan
berwarna merah muda2. 1 ml pereaksi
fehling + 5 tetes aseton
3. 1 ml pereaksi fehling + 5 tetes glukosa
Larutan ungu bening kebiruan
Larutan berwarna merah bata dengan endapan berwarna
merah bata
2. Reaksi- reaksi
a. Reaksi 2,4-dinitrofenilhidrasin
b. Uji Tollen
Formalin + Tollens
Glukosa + Tollen
OC NNH 2
R
H
2NO
2NO
R
NC R
R2NO
2NO
H
OH 2
CH
O
OH
CH
O
H
OHNHAg 232 OHNHAg 2342
CCHOHOHCH 42
O
H
OHNHAg 232 CCHOHOHCH 42
O
OH
Aseton + Tollen
c. Uji fehling
Formalin + Fehling
Fehling
Glukosa + fehling
Aseton + Fehling
F. PEMBAHASAN
CCH 3
O
3CH
OHNHAg 232
CH
O
3CH
2
OCCHOH
OCCHOH
O
O
Cu OCuO 2
CCHOH
CCHOH
O
O
2 CH
O
OH
CCHOHOHCH 42
O
H
2
OCCHOH
OCCHOH
O
O
Cu
CCHOH
CCHOH
O
O
2
CCHOHOHCH 22
O
OH
OCu2
CCH 3
O
3CH
Fehling
Aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah
satu gugus penting dalam kimia organik, yakni gugus karbonil C = O semua
senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil. Perbedaan
mendasar kedua senyawa ini jika pada gugus karbonil menempel gugus karbon,
maka senyawa tersebut adalah keton sedangkan jika yang menempel adalah gugus
hidrogen, maka termasuk senyawa aldehid.
Gugus karbonil adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid
dan keton, sehingga tidaklah mengherankan jika kebanyakan sifat-sifat dari
senyawa-senyawa ini adalah mirip satu dengan lainnya. Meskipun demikian,
perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil akan menimbulkan sifat kimia
yang berbeda. Salah satu cara yang membedakan karakteristik senyawa aldehid
dan keton adalah melalui reaksi kimia. Kedua senyawa ini akan menunjukkan
sifat yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen tertentu.
Dalam percobaan ini, kita akan mengidentifikasi karakteristik sekaligus
membedakan aldehid dan keton melalui reaksi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin,
tollen dan fehling. Pada raksi dengan reagen Tollens, ditambahkan AgNO3 serta
NaOH. Senyawa-senyawa aldehid akan membentuk endapan cermin perak. Ketika
dioksidasi oleh kompleks [ Ag (NH3)2 OH]. Hal ini menunjukkan perbedaan
aldehid dan keton, dimana keton tidak mengalami reaksi oksidasi. Sebenarnya
keton dapat dioksidasi dengan keadaan yang lebih keras dari pada aldehid. Ikatan
antara karbon karbonil dan salah atu karbonnya putus, akan memberikan hasil
reaksi oksidasi dengan juumlah atom C yang lebih sedikit dibandingkan senyawa
keton asalnya. Hasil pengamatan di atas manunjukkan aldehid bereaksi dengan
Tollens sedangkan keton tidak.
Dalam reaksi dengan reagen fehling, senyawa aldehid berupa formalin,
aseton sebagai senyawa keton serta glukosa. Reaksi yang terjadi antara aldehid
dan keton dengan reagen fehling berupa reaksi oksidasi. Pada reaksi dengan
formalin, reagen fehling akan mengoksidasi formalin menjadi asam karbosilat dan
endapan Cu2O. Dalam percobaan ini formalin menunjukkan adanya reaksi dengan
reagen fehling, dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata. Secara umum,
senyawa aldehid akan membentuk endapan merah bata seperti yang terjadi juga
pada glukosa. Senyawa keton tidak bereaksi ketika ditambahkan reagen fehling
walaupun dipanaskan.
Reaksi dengan reagen fehling mengubah ikatan C – H pada gugus karbonil
menjadi ikatan C – O. Aldehid yang memiliki ikatan C – H akan dioksidasi
menjadi asam karbosilat dengan jumlah atom karbon yang sama. Tetapi tidak
sama halnya dengan keton, karena keton tidak memiliki atom hidrogen pada
gugus karbonilnya, sehingga keton tidak dapat mengalami reaksi oksidasi.
Selain karakteristik dalam reaksi-reaksi kimia seperti di atas, perbedaan
antara aldehid dan keton juga dilihat dari kereaktifan terhadap adisi nukleofilik.
Pada umumnya, keton kurang reaktif terhadap nukleofilik dibandingkan dengan
aldehid. Faktor pertama sebagai penyebab tersebut adalah alekon sterik. Atom
karbonil pada keton mempunyai ruang yang lebih sempit dibandingkan aldehid.
Pada adisi nukleofilik, kedua gugus ini merepet (perubahan hibridisasi dari sp2
menjadi sp3 dan sudut ikatan menyempit dari 1200 Sampai 109,50), sehingga
kontreksi sterik yang ditimbulkan pada adisi terhadap aldehid lebih kecil
dibandingkan keton.
G. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapt ditarik dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Sifat karakteristik senyawa-senyawa aldehid dan keton terhadap reaksi-reaksi
kimia dapat dilihat dari gugus karbonil C = O.
2. Sifat Kimia Aldehid dan keton dapat dilihat pada perbedaan gugus yang
terikat pada gugus karbonil. Dimana aldehid cukup mudah teroksidasi
sedangkan keton sulit teroksidasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. UGM Press. Yogyakarta.
Busroni. 2000. Sintesis 1-(3,4 Dimetoksi Fenil)-2-Propanon Turunan Eugenol Melalui Pembentukan Senyawa 1-(3,4 Dimetoksi Fenil)-2-Propanil Format pada Suhu 250-3000C. Jurnal ILMU DASAR. Vol. 1 No.I.
Hart, H. 1983. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.
Petrucci, R. 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Sardjiman, at all,. 2007. Optimasi sintesis 4-dimetilamino benzalaseton dengan variasi kecepatan dan waktu reaksi menggunakan katalisator natrium hidroksida. Majalah Farmasi Indonesia, 18(4), 176 – 182.