82180369 veruka vulgaris silvani laporan kasus

17
Laporan Kasus VERUKA VULGARIS Penyusun: Silvani Hamsyah, S.Ked 07120070047 Pembimbing: Dr. Abdul Gayum, Sp.KK No. Kelompok: 43 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN PERIODE 09 JANUARI – 10 FEBRUARI 2011 RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK – FK UPH

Upload: cendra-viola-listi

Post on 01-Dec-2015

619 views

Category:

Documents


46 download

TRANSCRIPT

Page 1: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

Laporan Kasus

VERUKA VULGARIS

Penyusun:Silvani Hamsyah, S.Ked

07120070047

Pembimbing:Dr. Abdul Gayum, Sp.KK

No. Kelompok: 43

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN

KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 09 JANUARI – 10 FEBRUARI 2011

RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK – FK UPH

2012

Page 2: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

Veruka Vulgaris

Abstrak

Veruka vulgaris, juga dikenal sebagai kutil umum, adalah pertumbuhan kulit

jinak yang disebabkan oleh infeksi virus pada kulit. Human Papiloma Virus (HPV),

yang merupakan virus beruntai ganda, melingkar, DNA virus superkoil yang tertutup

kapsid ikosahedral dan terdiri dari 72 capsomers, menyebabkan kutil. Ada lebih dari

70 genotipe HPV, genotipe yang dirujuk oleh nomor. HPV-2 dan HPV-4 adalah jenis

yang paling umum yang menyebabkan veruka vulgaris; subtipe lain yang dapat

menyebabkan kutil termasuk HPV-1, HPV-3, HPV-27 dan HPV-57. Kutil umum pada

masa kanak-kanak dan menyebar melalui kontak langsung atau autoinoculation.

Veruka vulgaris biasanya terjadi pada bagian belakang jari tangan atau kaki dan lutut.

Pengobatan direkomendasikan untuk pasien dengan kutil yang luas, menyebarkan,

kutil yang bergejala atau kutil yang sudah ada selama lebih dari 2 tahun. Metode

pengobatan termasuk agen topikal, suntikan intralesi, agen sistemik, krioterapi, laser,

electrodessication dan eksisi bedah. 7

Abstract

Verruca vulgaris, also known as common warts, is a benign skin growth

caused by a viral infection in the skin. The human papilloma virus (HPV), which is a

double-stranded, circular, supercoiled DNA virus enclosed in an icosahedral capsid

and comprising 72 capsomers, causes the warts. There are more then 70 genotypes of

HPV, the genotypes are referred by numbers. HPV-2 and HPV-4 are the most

common type to cause verruca vulgaris; other subtypes that may cause the warts

include HPV-1, HPV-3, HPV-27 and HPV-57. Warts are common in childhood and

are spread by direct contact or autoinoculation. Verruca vulgaris typically occurs on

the back of fingers or toes and on the knees. Treatment is recommended for patients

with extensive, spreading, or symptomatic warts or warts that have been present for

more than 2 years. Treatment methods include topical agents, intralesional injections,

systemic agents, cryotherapy, laser, electrodessication and surgical excision. 7

Keywords: Verruca Vulgaris, Human Papilloma Virus.

Page 3: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

Pendahuluan

Veruka vulgaris (kutil) merupakan kasus yang banyak dijumpai di kalangan

masyarakat. Kutil ini terutama terdapat pada anak, tetapi juga terdapat pada dewasa

dan oang tua. Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor,

walaupun demikian penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain termasuk mukosa mulit

dan hidung. Kutil ini bentuknya bulat dan berwarna abu-abu, besarnya lenticular atau

kalau berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan

dapat timbul autoinokulasi sepanjang goresan (fenomen Kobner).

Dikenal pula induk kutil yang pada suatu saat akan menimbulkan anak-anak

kutil dalam jumlah yang banyak. Ada pendapat yang menggolongkan sebagai

penyakit yang dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Varian veruka vulgaris yang

terdapat di daerah muka dan kulit kepala berbentuk sebagai penonjolan yang tegak

lurus pada permukaan kulit dan permukaannya verukosa yang disebut sebagai

verukosa filiformis. 6

KasusPasien wanita berusia 14 tahun datang ke poli kulit dan kelamin di Rumah

Sakit Marinir Cilandak (RSMC) pada tanggal 13 Januari 2012 dengan keluhan utama

timbulnya tonjolan bulat di jari manis tangan kanan sejak kurang lebih 3 bulan yang

lalu.

Riwayat penyakit sekarangnya ialah pasien wanita berusia 14 tahun datang ke

poli kulit dan kelamin dengan keluhan timbulnya tonjolan bulat di jari manis tangan

kanan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Awalnya tonjolan tumbuh secara tiba-

tiba, berwarna putih, agak keras dan tidak terlalu besar. Tonjolan tersebut disangka

pasien sebagai bisul dan pasien mengaku sangat terganggu, tonjolan tersebut terasa

sakit jika menyentuh sesuatu terutama benda yang keras. Pasien tidak merasakan gatal

ataupun gejala lainnya. Pasien tidak pernah menggunakan salep ataupun obat-obatan

lainnya untuk menghilangkan tonjolan tersebut. Pasien hanya pernah mengoleskan

salep beberapa kali, namun tidak membaik. Pasien belum berobat ke dokter

sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah mengalami gejala yang sama

sebelumnya. Dari riwayat penyakit keluarga pasien juga mengatakan tidak ada

anggota keluarganya yang mengalami gejala yang sama. Riwayat social ekonominya,

pasien adalah anak pertama dari seorang anggota marinir berpangkat Letkol dengan

Page 4: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

status belum menikah dan masih sekolah di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Pasien tinggal di Kompleks TNI AL.

Dari pemeriksaan fisik untuk status generalisnya didapati kesadaran kompos

mentis dan pemeriksaan tanda-tanda vital tidak dilakukan. Untuk status

dermatologisnya didapati pada ujung jari manis tangan kanan pasien terdapat lesi

unilateral berbentuk lenticular, berbatas tegas, tepi tidak aktif dan lesi yang ditemukan

berupa nodul, kasar dan bersisik.

Diagnosis banding yang diberikan adalah veruka vulgaris dan karsinoma sel

skuamosa. Untuk pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Diagnosis kerja yang

ditegakkan adalah veruka vulgaris. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah

bedah listrik atau elektrokauterisasi, obat penghilang nyeri jika diperlukan, antibiotic

oral serta antibiotic cream untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Prognosis

pasien ini bonam karena dapat sembuh sempurna meskipun sering residif (berulang).

Anjuran yang diberikan adalah menjaga higienitas (kebersihan) diri.

Pembahasan Kasus

Veruka atau yang lebih dikenal dengan “kutil” merupakan ploriferasi jinak

pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV).

HVP merupakan virus DNA yang terdiri lebih dari 100 tipe.1 Dapat menyerang kulit

dan mukosa ekstremitas, genital serta mukosa laring dan mulut. Virus ini tidak

menunjukkan gejala dan tanda yang akut melainkan terjadi secara lambat serta adanya

Page 5: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

ekspansi fokal dari sel epitel. Walaupun bersifat jinak, tetapi beberapa tipe HPV dapat

bertransformasi menjadi neoplasma. Bentuk klinis yang ditimbulkan bermacam-

macam, yaitu veruka vulgaris (common warts), veruka plana (flat warts), veruka

plantaris (plantar warts), genital warts. Selain itu, HPV dapat menyebabkan penyakit

yang disebut epidermodysplasia verruciformis.2

Epidemiologi

Veruka dapat terjadi pada semua usia. Insiden meningkat pada masa sekolah

dan puncaknya terjadi pada saat dewasa muda. Berdasarkan penelitian, 3-20% anak

sekolah memiliki kutil (veruka), dari 1000 anak yang berusia di bawah 16 tahun yang

mendatangi rumah sakit di Cambrige, United Kingdom pada tahun 1950-an terdapat

70% anak yang menderita veruka vulgaris, 24% plantar warts, 3,5% plane warts, 2%

filiform warts dan 0,5% menderita anogenital warts. Masa inkubasi dapat bervariasi

dari beberapa minggu hingga lebih dari satu tahun. Timbulnya veruka dapat terjadi

setelah 20 bulan terinfeksi. 3

Veruka vulgaris juga dapat terjadi pada semua usia. Prevalensi terbanyak pada

usia 5-20 tahun. Dan hanya 15% terjadi setelah usia 35 tahun.1 Seringnya merendam

tangan ke dalam air merupakan faktor risiko terjadinya veruka vulgaris. Insiden

veruka vulgaris pada tukang daging (butchers) tinggi.

Patogenesis

Munculnya infeksi HPV dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk

lokasi lesi, jumlah dari virus yang menginfeksi, frekuensi kontak dan status imun

seseorang. Pengaruh imun dan genetik yang rentan terhadap infeksi HPV belum dapat

dimengerti sepenuhnya. Penelitian infeksi papilloma virus pada hewan, dimana

resistensi terhadap ancaman virus berhubungan dengan adanya neutralizing anti-

capsid antibodies dan serum atau immunoglobulin G dari hewan yang resisten dapat

menimbulkan proteksi melalui transfer pasif.1

Infeksi HPV terjadi melalui inokulasi virus ke dalam epidermis yang viable

yaitu melalui defek pada epitelium. Veruka dapat menyebar baik dengan kontak

langsung ataupun tak langsung. Dapat melalui kulit yang trauma, abrasi maupun

maserasi kulit merupakan predisposisi untuk inokulasi virus ini. Veruka biasanya

terdapat pada pasien yang mendapatkan tranplantasi ginjal ataupun organ tubuh solid

lainnya. Bisa juga pada pasien yang sedang mendapatkan terapi imunosuppresan,

Page 6: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

yang dapat meningkatkan risiko terjadi keganasan kulit. Non-genital warts biasanya

mengenai usia anak dan dewasa muda sedangkan anogenital warts transmisinya dapat

terjadi melalui hubungan seksual.1,3

Gambaran Klinis

Veruka biasa muncul 2-9 bulan setelah inokulasi. Terdapat periode infeksi

subklinik yang panjang dan mungkin awal terjadinya infeksi tidak tampak.

Permukaan veruka yang kasar mungkin mengganggu kulit yang berdekatan sehingga

dapat terjadi inokulasi pada bagian kulit yang berdekatan tersebut, timbulnya veruka

baru berlangsung beberapa pekan hingga beberapa bulan. Gambaran klinis yang

muncul juga tergantung dari tipe HPV yang menginfeksi.

Veruka vulgaris atau common warts disebabkan oleh infeksi HPV tipe 2 dan

sebagian kecil berasal dari HPV tipe 1,4,7 serta tipe HPV lainnya juga mungkin bisa

menyebabkan veruka vulgaris. Biasanya veruka vulgaris berlokasi pada tangan

terutama pada jari dan telapak tangan. Meskipun sebenarnya dapat terjadi di bagian

tubuh manapun dimana penyebarannya secara autoinokulasi. Biasanya muncul tanpa

gejala. Jika mengenai lipatan kuku ataupun bagian bawah kuku maka dapat merusak

pertumbuhan kuku. Periungual warts lebih sering terjadi pada orang yang suka

menggigit kukunya lesi biasanya konfluen dan melibatkan lipatan kuku bagian

proksimal dan lateral dan mungkin dapat menyebar ke bibir dan lidah biasanya pada

separuh bagian tengah. Jika tumbuh di dekat mata maka berhubungan dengan

terjadinya konjungtivitis dan keratitis. Dapat pula berlokasi disekitar genitalia, tetapi

hanya sekitar 1-2%. Pada laki-laki hampir selalu menyerang batang penis.2,3

Pada veruka vulgaris terjadi hiperplasia semua lapisan epidermis, dapat

terlihat hiperkeratosis dengan area parakeratosis, serta lapisan malpighi dan granular

menebal. Lesi berupa papul atau nodul berduri, bersisik, kasar yang dapat ditemukan

pada permukaan kulit di berbagai tempat di tubuh, dapat tunggal maupun

berkelompok, ukuran bervariasi mulai dari pinpoint hingga lebih dari 1 cm, tetapi

rata-rata 5 mm. Bertambahnya ukuran lesi berlangsung beberapa pekan hingga

beberapa bulan. Lesi berwarna abu-abu dengan permukaan yang kasar sehingga

disebut verrucous. Pada beberapa kasus didapatkan mother wart yang berkembang

dan tumbuh lambat dalam waktu yang lama. Dan kemudian secara tiba-tiba muncul

veruka yang baru. Pada permukaan veruka tersebut, terlihat titik-titik hitam yang

kecil, yang merupakan bekuan darah akibat dilatasi kapiler.1,2,3

Page 7: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

Diagnosis

Gambaran klinis, riwayat penyakit, papul yang membesar secara perlahan

biasanya sudah sangat membantu untuk membangun diagnosis veruka. Pemeriksaan

histologi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Lesi seperti keratosis

seboroik, keratosis solar, nevi, akondron, hiperplasia kelenjar sebasea, klavi,

granuloma piogenik kecil, karsinoma sel skuamous dapat menyerupai veruka.1

Diagnosis bandingnya untuk pasien ini adalah karsinoma sel skuamosa yang

dimana cirinya adalah vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan

berbau. Selain itu diagnosis banding lainnya bisa moloskum kontagiosum

Pengobatan veruka vulgaris

Terapi pada veruka vulgaris disesuaikan dengan lokasi tubuh yang terkena,

usia pasien, status imun pasien, derajat ketidaknyamanan baik secara fisik maupun

emosional dan jika ada terapi sebelumnya. Veruka vulgaris yang muncul pada anak

tidak memerlukan pengobatan khusus karena biasanya dapat regresi sendiri. 1,2

Namun, mekanismenya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga sistem

imun seluler dan humoral berperan terhadap regresi spontan veruka vulgaris.

Penatalaksanaan untuk pasien dilakukan elektrokauterisasi. Elektrokauterisasi

ini efektivitasnya tinggi dalam menghancurkan jaringan yang terinfeksi dan HPV,

serta kontraindikasi untuk pasien dengan cardiac pacemakers. Tehnik ini diawali

dengan local anestesi. Rasa sakit setelah operasi dapat diatasi dengan narkotik

analgesik dan analgesik topikal pada beberapa pasien sangat bermanfaat seperti

lidocaine jelly. 4

Penatalaksanaan lainnya :

- Krioterapi merupakan pilihan utama untuk hampir semua veruka vulgaris. veruka

seharusnya dibekukan secara adekuat dimana dalam waktu 1-2 hari akan timbul lepuh

sehingga akan menjadi lebih lunak. Idealnya pengobatan dilakukan setiap 2 atau 3

pekan sampai lepuh terkelupas. Komplikasi dari krioterapi diantaranya terjadinya

hipopigmentasi dan timbul jaringan parut (skar).

- Asam salisilat 12-26% dengan atau tanpa asam laktat efektif untuk pengobatan

veruka vulgaris dimana efikasinya sebanding dengan krioterapi. Efek keratolitik asam

salisilat mampu membantu mengurangi ketebalan veruka dan menstimulasi respon

inflamasi.

- Glutaraldehid merupakan agen virusidal yang terdiri dari 10% glutaraldehid dalam

Page 8: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

etanol cair atau dalam formulasi bentuk gel. Pengobatan hanya terbatas pada lesi di

tangan. Efek samping yang dapat terjadi adalah dermatitis kontak. Nekrosis kutaneus

dapat terjadi walaupun sangat jarang.1,2,3

- Bleomisin memiliki efikasi yang tinggi dan penting untuk pengobatan veruka

vulgaris terutama yang keras. Bleomisin yang digunakan memiliki konsentrasi 1

unit/ml yang diinjeksikan di dekat bagian bawah veruka hingga terlihat memucat. Saat

injeksi terasa nyeri sehingga pada beberapa pasien dapat diberikan anestesi lokal.

Efek samping yang pernah dilaporkan adalah timbulnya skar dan dapat menyebabkan

nekrosis jaringan yang luas.1,2

- Simetidin oral dengan dosis 30-40 mg/kgBB/hari telah dilaporkan mampu

meresolusi veruka vulgaris.

- Pengobatan dengan dinitrochlorobenzene (DNCB) dilaporkan mampu meresolusi

veruka pada 85% kasus. Caranya: DNCB dilarutkan dalam aseton, kolodion atau

petrolatum. Dosis awal DNCB dengan konsentrasi 2-5 %, tetapi dapat diturunkan

menjadi 0,2-0,5% jika timbul reaksi yang berat. Veruka mulai pecah setelah sekali

hingga dua puluh kali pengobatan, tetapi rata-rata dibutuhkan 2-3 bulan pengobatan.

Efek samping dari penggunaan DNCB yaitu pruritus, nyeri lokal, dan dermatitis

eksematous ringan.2

- Laser karbondioksida dapat digunakan untuk pengobatan beberapa variasi dari

veruka baik pada kulit maupun mukosa. Pengobatan ini efektif untuk menghilangkan

beberapa jenis veruka, seperti periungual dan subungual warts.3

Page 9: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

Pencegahan kutil

1. Jangan menyikat, menjepit, menyisir, atau mencukur daerah yang berkutil

untuk menghindari penyebaran virus.

2. Jangan menggunakan pemotong kuku yang sama pada kutil anda selagi anda

gunakan pada kuku yang sehat.

Page 10: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

3. Jangan gigit kuku andi jika anda memiliki kutil didekat kuku.

4. Jangan mencungkil kuku karena dapat menyebabkan virus.

5. Rajin mencuci tangan dan kulit secara teratur dan benar.

6. Mandi dua kali sehari sehingga kebersihan kulit senantiasa terjaga.

7. Bila terdapat luka kecil atau luka parutan, bersihkan dengan sabun dan air

hangat serta langsung dikeringkan.

8. Kenakan selalu alas kaki, bila perlu yang tahan air atau anti selip terutama saat

menggunakan fasilitas umum.

Prognosis pada pasien ini adalah bonam walaupun veruka vulgaris dapat berulang

(bersifat residif). Dicari faktor predisposisinya serta pasien harus bisa menjaga

kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

Page 11: 82180369 Veruka Vulgaris Silvani Laporan Kasus

DAFTAR PUSTAKA

1. Janik MP, Heffernan MP. Warts. Dalam: Freedeberg IM et al (ed).

Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed 7. Vol 2. New York:

McGraw Hill Book Co. 2008; 1822-28.

2. James WD, Berger TG, Elston DM. Viral disease. Dalam: Andrews diseases

of the skin. Ed 10. 2008; 403-13

3. Sterling JC. Virus infection. Dalam: Burns T et al (ed). Rook’s Text Book Of

Dermatology. Ed 7. Vol 4. 2004; 25.37-53

4. http://emedicine.com/derm/topic457.htm

5. http://www.mayoclinic.com/health/commonwarts/DS00370/SECTION=1

6. Ronny Handoko. Penyakit Virus. Dalam: Adhi Djuanda. Ilmu penyakit Kulit

dan Kelamin. Edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta;

2008. Hal 111-112.

7. http://www.dermpathdiagnostics.com/assets/Verruca%20Vulgaris.pdf