52568798-makalah-kolitis

30

Click here to load reader

Upload: ryry-part-ii

Post on 06-Aug-2015

110 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 52568798-Makalah-Kolitis

Makalah Kolitis

Disusun oleh :

Gaung Perwira Yustika ( 0708015060 )

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2011

Page 2: 52568798-Makalah-Kolitis

KATA PENGANTAR

Atas rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita

semua sahingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah tentang penyakit

colitis.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan

kritik sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin

memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf

apabila ada kesalahan dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat

bagi mahasiswa dan pembaca.

Penyusun

i

Page 3: 52568798-Makalah-Kolitis

DAFTAR ISI

 

 

Kata Pengantar ………………………………………………………………………..i

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ………………………………………………………………………. 1

Tujuan………………………………………………………………………… …….. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kolitis …………………………………………………………………………….3

BAB III PNUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………...

3.2 Saran dan Kritik …………………………………………………………………

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….

ii

Page 4: 52568798-Makalah-Kolitis

BAB I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

KOLITIS

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon Kolon memiliki

berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit. Ciri khas dari

gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas dan tidak progresif

ini menyebabkan isi usus bergerak bolak balik, sehingga memberikan waktu untuk

terjadinya absorbsi. Peristaltik mendorong feses ke rectum dan menyebabkan

peregangan dinding rectum dan aktivasi refleks defekasi.Banyaknya bakteri yang

terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu

penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam kolon juga berfungsi membuat zat-zat

penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri

di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya

lendir dan air sehingga terjadilah diare.

Tujuan

Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah colitis

sebagai persyaratan mengikuti ujian OSCE komprehensif.

1

Page 5: 52568798-Makalah-Kolitis

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 KOLITIS

Definisi

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan

penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik,

kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.

2. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit  Crohn’s kolitis

radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple

colitis).

Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di

Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis

tuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab

utama diare kronik di Indonesia.

B. Jenis Kolitis

a. Kolitis Infeksi

1. (AMEBIASIS KOLON)

Batasan.

Peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica.

Page 6: 52568798-Makalah-Kolitis

Epidemiologi.

Prevalensi amebiasis diberbagai tempat sangat bervariasi, diperkirakan 10% populasi

terinfeksi. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan host

sekaligus reservoir utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan

minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal atau lewat hubungan

seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek. Penduduk yang padat dan

kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya.

Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi jaringan, hanya mengeluarkan kista

pada tinjanya. Kista tersebut dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Sedangkan

pada pasien dengan infeksi amuba akut/kronik yang invasif selain kista juga

mengeluarkan trofozoit, namun bentuk trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama

diluar tubuh manusia.

Gejala klinis.

Gejala klinis pasien amebiasis sangat bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat

dengan gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif. Beberapa jenis keadaan klinis pasien

amebiasis adalah sebagai berikut :

1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau

hanya keluhan ringan seperti  kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-kadang

diare. Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dalam waktu satu tahun,

sisanya (10 %) berkembang menjadi kolitis ameba.

2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare

ringan dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir, keadaan

umum pasien baik.

3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegali

dengan nyeri spontan.

Page 7: 52568798-Makalah-Kolitis

4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual,

anemia.

5. Disentri ameba kronik : gejala menyerupai disentri ameba ringan diselingi

dengan periode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai

bertahun-tahun, neurasthenia, serangan diare biasanya timbul karena

kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.

Penatalaksanaan.

1. Karierasimtomatik.

Diberi obat yang bekerja di lumen usus (luminal agents) antara lain:

Iodoquinol (diiodohidroxyquin) 650 mg tiga kali per hari selama 20 hari atau

Paromomycine 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari.

2. Kolitisamebaakut.

Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5 – 10 hari, ditambah dengan

obat luminal tersebut di atas.

3. Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba). Metronidazol 750

mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan obat luminal tersebut

diatas. Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal ekstra intestinal tidak

terbukti lebih efektif dari satu macam obat.

2. DISENTRI BASILER (SHIGELLOSIS)

Batasan.

Infeksi akut ileum terminalis dan kolon yang disebabkan oleh bakteri genus Shigella

Epidemiologi.

Infeksi Shigella mudah terjadi di tempat pemukiman padat , sanitasi jelek, kurang air

dan tingkat kebersihan perorangan yang rendah. Di daerah endemik infeksi Shigella

Page 8: 52568798-Makalah-Kolitis

merupakan 10 – 15 % penyebab diare pada anak. Sumber kuman Shigella yang

alamiah adalah manusia walaupun kera dan simpanse yang telah dipelihara dapat juga

tertular. Jumlah kuman untuk menimbulkan penyakit relative sedikit, yaitu berkisar

antara 10-100 kuman. Oleh karena itu sangat mudah terjadi penularan secara fecal

oral, baik secara kontak langsung maupun akibat makanan dan minuman yang

terkontaminasi.

Di daerah tropis termasuk Indonesia. Disentri biasanya meningkat pada musim

kemarau di mana S.flexnerii merupakan penyebab infeksi terbanyak. Sedangkan di

negera-negara Eropa dan Amerika Serikat prevalensinya meningkat di musim dingin.

Prevalensi infeksi oleh S.flexnerii di negera tersebut telah menurun sehingga saat ini

S.Sonnei adalah yang terbanyak

Gejalaklinis.

Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Pada dasarnya gejala klinis

Shigeleosis bervariasi. Lama gejala rerata 7 hari pada orang dewasa, namun dapat

berlangsung sampai 4 minggu. Disentri basiler yang tidak diobati dengan baik dan

berlangsung lama gejalanya menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien

mengeluh nyeri perut bawah, rasa panas rektal, diare disertai demam yang bisa

mencapai 40o C. selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah

dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Pada anak-anak mungkin

didapatkan demam tinggi dengan atau tanpa kejang, delirium, nyeri kepala, kaku

kuduk dan letargi. Pengidap pasca infeksi pada umumnya berlangsung kurang dari 4

minggu. Walaupun jarang terjadi telah dilaporkan adanya pengidap Shigella yang

mengeluarkan  kuman bersama feses selama bertahun. Pengidap kronik tersebut

biasanya sembuh sendiri dan dapat mengalami gejala shifellosis yang intermiten.

Penatalaksanaan

Page 9: 52568798-Makalah-Kolitis

1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sebagian besar

pasien disentri dapat diatasi dengan rehidrasi oral. Pada pasien dengan diare

berat, disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak

dapat dilakukan rehidrasi oral harus dilakukan rehidrasi intravena.

2. Antibiotik. Keputusan penggunaan antibiotik sepenuhnya berdasarkan

beratnya penyakit yaitu pasien dengan gejala disentri sedang  sampai berat,

diare persisten serta perlu diperhatikan pola sensitivitas kuman di daerah

tersebut. Beberapa jenis antibiotik yang dianjurkan adalah:

Ampisilin 4 kali 500 mg per hari, atau

Kontrimoksazol 2 kali 2 tablet per hari, atau

Tetrasiklin 4 kali 500 mg per hari selama 5 hari

Dilaporkan bahwa pada daerah tertentu di Indonesia  kuman  Shigella telah banyak

yang resisten dengan antibiotik tersebut diatas sehingga diperlukan antibiotik lain

seperti golongan kuinolon dan sefalosporin generasi III terutama pada pasien dengan

gejala klinik yang berat Pengobatan simtomatik. Hindari obat yang dapat

menghambat motilitas usus seperti narkotika dan derivatnya, karena dapat

mengurangi eliminasi bakteri dan memprovokasi terjadinya megakolon toksik. Obat

simtomatik yang lain diberikan sesuai dengan keadaan pasien antara lain analgetik-

antipiretik dan antikonvulasi.

3. ESCHERICHIA COLI (PATOGEN)

Batasan.

Infeksi kolon oleh serotie Escherichia coli tertentu (O157:H7) yang menyebabkan

diare berdahak/tidak.

Page 10: 52568798-Makalah-Kolitis

Epidemiologi.

Karena pemeriksaan laboratorium untuk E.Coli patogen jarang dilakukan, maka

angka kejadiannya tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan di Amerika Serikat

sekitar 21.000 orang terinfeksi setiap tahunnya. Di Canada dan Amerika Serikat,

E.Coli (O157:H7) lebih sering diisolasi pada pasien diare dibandingkan dengan

Shigella demikian juga pada pasien diare kronik di Jakarta.

E.Coli patogen tersebut didapatkan pada usus ternak sehat (sekitar 1%), penularan ke

manusia sehingga menyebabkan KLB (kejadian luar biasa/outbreak) adalah lewat

daging yang terkontaminasi pada saat penyembelihan, daging tersebut kemudian

digiling dan kurang baik dalam proses pemanasannya. Cara penularan lain adalah

lewat air minum yang tercemar, tempat berenang yang tercemar dan antar manusia.

Masa inkubasi rerata 3-4 hari, namun dapat terjadi antara 1 – 8 hari. E.Coli patogen

dapat ditemukan pada pasien sampai 3 minggu setelah sembuh namun tidak pernah

ditemukan pada orang sehat (bukan flora normal pada manusia).

Gejala klinis

Manifestasi klinis enfeksi E.Coli patogen sangat bervariasi, dapat berupa : infeksi

asimtomatik, diare tanpa darah, diare berdarah (hemorrhagic colitis), SHU, purpura

trombositopenik sampai kematian.

Gejala klinis adalah nyeri abdomen yang sangat (severe abdominal cramp), diare

yang kemudian diikuti diare berdarah dan sebagian dari pasien disertai nausea (mual)

dan vomiting (muntah). Pada umumnya suhu tubuh pasien sedikit meningkat  atau

normal, sehingga dapat dikelirukan sebagai kolitis non infeksi.

Pemeriksaan tinja pasien biasanya penuh dengan darah, namun sebagian pasien

tindak mengandung darah sama sekali.

Page 11: 52568798-Makalah-Kolitis

Gejala biasanya membaik dalam seminggu, namun dapat pula terjadi SHU  (sekitar 6

% dari pasien) antara 2-12 hari dari onset diare. SHU ditandai dengan anemia

hemolitik mikroangiopatik, trombositopenia, gagal ginjal dan gejala saraf sentral.

Komplikasi neurologik berupa kejang , koma, hemiparesis terjadi pada sekitar

seperempat dari pasien SHU. Prediktor keparahan SHU antara lain meningkatnya

jumlah lekosit, gejala gastrointestinal yang berat, cepat timbul anuria, usia  di bawah

2 tahun. Mortalitas antara 3-5 %

Penatalaksanaan.

Pengobatan infeksi E.Coli patogen tidak spesifik, terutama pengobatan suportif dan

simtomatik. Komplikasi SHU dilaporkan lebih banyak terjadi pada pasien yang

mendapat antibiotik dan obat yang menghambat motilitas. Di samping itu pemberian

kontrimoksazol dilaporkan  tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap

perjalanan gejala gastrointestinal, ekskresi organisme dan komplikasi SHU.

4. KOLITIS TUBERKULOSA

Batasan.

Infeksi kolon oleh kuman Mycobacterium tuberculosae.

Epidemiologi.

Lebih sering ditemukan di negara berkembang dengan penyakit tuberculosis yang

masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Gejala klinis.

Keluhan paling sering (pada 80-90% kasus) adalah nyeri perut kronik yang tidak

khas. Dapat terjadi diare ringan bercampur darah, kadang-kadang konstipasi,

anoreksi, demam ringan, penurunan berat badan atau teraba masa abdomen kanan

bawah. Pada sepertiga kasus ditemukan kuman pada tinja, tetapi pada pasien dengan

Page 12: 52568798-Makalah-Kolitis

tuberkulosis paru aktif adanya kuman pada tinja mungkin hanya berasal dan kuman

yang tertelan bersama sputum.

Penatalaksanaan.

Diperlukan kombinasi 3 macam atau lebih obat anti tuberculosis seperti pada

pengobatan tuberculosis paru, demikian pula lama pengobatan dan dosis obatnya.

Kadang-kadang perlu tindakan bedah untuk mengatasi komplikasi. Beberapa obat

anti tuberculosis yang sering dipakai adalah :

INH 5 – 10 mg/kgBB atau 400 mg sekali sehari

Etambutol 15 – 25 mg/kgBB atau 900 – 1200 mg sekali sehari

Rifampisin 10 mg/kgBB atau 400 – 600 mg sekali sehari

Pirazinaidid 25 -3 mg/kgBB atau 1,5 – 2 g sekali sehari

b. Kolitis Non Infeksi

Kolitis Ulserativa

DEFINISI

Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar mengalami

peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut dan demam.

Kolitis ulserativa bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya dimulai antara

umur 15-30 tahun.Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa tidak selalu

memperngaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus halus.

Penyakit ini biasanya dimulai di rektum atau kolon sigmoid (ujung bawah dari usus

besar) dan akhirnya menyebar ke sebagian atau seluruh usus besar. Sekitar 10%

penderita hanya mendapat satu kali serangan. Proktitis ulserativa merupakan

peradangan dan perlukaan di rektum. Pada 10-30% penderita, penyakit ini akhirnya

menyebar ke usus besar. Jarang diperlukan pembedahan dan harapan hidupnya baik.

Page 13: 52568798-Makalah-Kolitis

PENYEBAB

Penyebab penyakit ini tidak diketahui, namun faktor keturunan dan respon sistem

kekebalan tubuh yang terlalu aktif di usus, diduga berperan dalam terjadinya kolitis

ulserativa.

GEJALA

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,

sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak

sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana

penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada

perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada

rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi

selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang

mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih.

Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit

menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-

20 kali/hari. Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum

yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam

haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah

dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi

darah dan nanah. Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat

badannya berkurang.

KOMPLIKASI

1. Perdarahan, merupakan komplikasi yang sering menyebabkan anemia karena

kekurangan zat besi. Pada 10% penderita, serangan pertama sering menjadi berat,

dengan perdarahan yang hebat, perforasi atau penyebaran infeksi.

2. Kolitis Toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus.

Page 14: 52568798-Makalah-Kolitis

Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus

terhenti, sehingga isi usus tidak terdorong di dalam salurannnya. Perut tampak

menggelembung. Usus besar kehilangan ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami

pelebaran.

Rontgen perut akan menunjukkan adanya gas di bagian usus yang lumpuh.

Jika usus besar sangat melebar, keadaannya disebut megakolon toksik. Penderita

tampak sakit berat dengan demam yang sangat tinggi. Perut terasa nyeri dan jumlah

sel darah putih meningkat. Dengan pengobatan efektif dan segera, kurang dari 4%

penderita yang meninggal. Jika perlukaan ini menyebabkan timbulnya lubang di usus

(perforasi), maka resiko kematian akan meningkat.

Kanker Kolon (Kanker Usus Besar).

Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita kolitis ulserativa

yang lama dan berat.Resiko tertinggi adalah bila seluruh usus besar terkena dan

penderita telah mengidap penyakit ini selama lebih dari 10 tahun, tanpa

menghiraukan seberapa aktif penyakitnya. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan

kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) secara teratur, terutama pada penderita resiko

tinggi terkena kanker, selama periode bebas gejala. Selama kolonoskopi, diambil

sampel jaringan untuk diperiksa dibawah mikroskop. Setiap tahunnya, 1% kasus akan

menjadi kanker. Bila diagnosis kanker ditemukan pada stadium awal, kebanyakan

penderita akan bertahan hidup. Seperti halnya penyakit Crohn, kolitis ulserativa juga

dihubungkan dengan kelainan yang mengenai bagian tubuh lainnya.

Bila kolitis ulserativa menyebabkan kambuhnya gejala usus, penderita juga

mengalami :

- peradangan pada sendi (artritis)

- peradangan pada bagian putih mata (episkleritis)

Page 15: 52568798-Makalah-Kolitis

- nodul kulit yang meradang (eritema nodosum) dan

-luka kulit biru-merah yang bernanah (pioderma gangrenosum).

Bila kolitis ulserativa tidak menyebabkan gejala usus, penderita masih bisa

mengalami :

- peradangan tulang belakang (spondilitis ankilosa)

- peradangan pada sendi panggul (sakroiliitis) dan

-peradangan di dalam mata (uveitis). Meskipun penderita kolitis ulserativa sering

memiliki kelainan fungsi hati, hanya sekitar 1-3% yang memiliki gejala penyakit hati

ringan sampai berat.

Penyakit hati yang berat bisa berupa :

- peradangan hati (hepatitis menahun yang aktif)

- peradangan saluran empedu (kolangitis sklerosa primer), yang menjadi sempit dan

terkadang menutup, dan

-penggantian jaringan hati fungsional dengan jaringan fibrosa (sirosis).

Peradangan pada saluran empedu bisa muncul beberapa tahun sebelum gejala usus

dari kolitis ulserativa timbul dan akan meningkatkan resiko kanker saluran empedu.

Page 16: 52568798-Makalah-Kolitis

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan tinja.

Pemeriksaan darah menunjukan adanya:

- anemia

- peningkatan jumlah sel darah putih

- peningkatan laju endap darah. Sigmoidoskopi (pemeriksaan sigmoid) akan

memperkuat diagnosis dan memungkinkan dokter untuk secara langsung mengamati

beratnya peradangan. Bahkan selama masa bebas gejalapun, usus jarang terlihat

normal.

Contoh jaringan yang diambil untuk pemeriksaan mikroskopik menunjukan suatu

peradangan menahun.Rontgen perut bisa menunjukan berat dan penyebaran penyakit.

Barium enema dan kolonoskopi biasanya tidak dikerjakan sebelum pengobatan

dimulai, karena adanya resiko perforasi (pembentukan lubang) jika dilakukan pada

stadium aktif penyakit. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran

penyakit dan untuk meyakinkan tidak adanya kanker. Peradangan usus besar

memiliki banyak penyebab selain kolitis ulserativa. Karena itu, dokter menentukan

apakah peradangan disebabkan oleh infeksi bakteri atau parasit.

Contoh tinja yang diperoleh selama pemeriksaan sigmoidoskopi diperiksa dibawah

mikroskop dan dibiakkan. Contoh darah dianalisa untuk menentukan apakah terdapat

infeksi parasit. Contoh jaringan diambil dari lapisan rektum dan diperiksa dibawah

mikroskop.

Diperiksa apakah terdapat penyakit menular seksual pada rektum (seperti gonore,

virus herpes atau infeksi klamidia), terutama pada pria homoseksual.

Pada orang tua dengan aterosklerosis, peradangan bisa disebabkan oleh aliran darah

yang buruk ke usus besar. Kanker usus besar jarang menyebabkan demam atau

Page 17: 52568798-Makalah-Kolitis

keluarnya nanah dari rektum, namun harus difikirkan kanker sebagai kemungkinan

penyebab diare berdarah.

PENGOBATAN

Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan

mengganti cairan dan zat gizi yang hilang. Penderita sebaiknya menghindari buah dan

sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang

meradang. Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa

menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja. Obat-

obatan antikolinergik atau dosis kecil loperamide atau difenoksilat, diberikan pada

diare yang relatif ringan. Untuk diare yang lebih berat, mungkin dibutuhkan dosis

yang lebih besar dari difenoksilat atau opium yang dilarutkan dalam alkohol,

loperamide atau codein. Pada kasus-kasus yang berat, pemberian obat-obat anti-diare

ini harus diawasi secara ketat, untuk menghindari terjadinya megakolon toksik.

Sulfasalazine, olsalazine atau mesalamine sering digunakan untuk mengurangi

peradangan pada kolitis ulserativa dan untuk mencegah timbulnya gejala.

Obat-obatan ini biasanya diminum namun bisa juga diberikan sebagai enema (cairan

yang disuntikkan ke dalam usus) atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui

dubur).Penderita dengan kolitis berat menengah yang tidak menjalani perawatan

rumah sakit, biasanya mendapatkan kortikosteroid per-oral (melalui mulut), seperti

prednisone.Prednisone dosis tinggi sering memicu proses penyembuhan. Setelah

prednisone mengendalikan peradangannya, sering diberikan sulfasalazine, olsalazine

ataumesalamine. Secara bertahap dosis prednisone diturunkan dan akhirnya

dihentikan. Pemberian kortikosteroid jangka panjang menimbulkan efek samping,

meskipun kebanyakan akan menghilang jika pengobatan dihentikan.

Bila kolitis ulserativa yang ringan atau sedang terbatas pada sisi kiri usus besar (kolon

desendens) dan di rektum, bisa diberikan enema dengan kortikosteroid atau

mesalamine. Bila penyakitnya menjadi berat, penderita harus dirawat di rumah sakit

Page 18: 52568798-Makalah-Kolitis

dan diberikan kortikosteroid intravena (melalui pembuluh darah). Penderita dengan

perdarahan rektum yang berat mungkin memerlukan transfusi darah dan cairan

intravena. Untuk mempertahankan fase penyembuhan, diberikan azathioprine dan

merkaptopurin.

Siklosporin diberikan kepada penderita yang mendapat serangan berat dan tidak

memberikan respon terhadap kortikosteroid. Tetapi sekitar 50% dari penderita ini,

akhirnya memerlukan terapi pembedahan.

Pembedahan

Kolitistoksik merupakan suatu keadaan gawat darurat.Segera setelah terditeksi atau

bila terjadi ancaman megakolon toksik, semua obat anti-diare dihentikan, penderita

dipuasakan, selang dimasukan ke dalam lambung atau usus kecil dan semua cairan,

makanan dan obat-obatan diberikan melalui pembuluh darah. Pasien diawasi dengan

ketat untuk menghindari adanya peritonitis atau perforasi. Bila tindakan ini tidak

berhasil memperbaiki kondisi pasien dalam 24-48 jam, segera dilakukan

pembedahan, dimana semua atau hampir sebagian besar usus besar diangkat. Jika

didiagnosis kanker atau adanya perubahan pre-kanker pada usus besar, maka

pembedahan dilakukan bukan berdasarkan kedaruratan. Pembedahan non-darurat

juga dilakukan karena adanya penyempitan dari usus besar atau adanya gangguan

pertumbuhan pada anak-anak. Alasan paling umum dari pembedahan adalah penyakit

menahun yang tidak sembuh-sembuh, sehingga membuat penderita tergantung

kepada kortikosteroid dosis tinggi. Pengangkatan seluruh usus besar dan rektum,

secara permanen akan menyembuhkan kolitis ulserativa. Penderita hidup dengan

ileostomi (hubungan antara bagian terendah usus kecil dengan lubang di dinding

perut) dan kantong ileostomi. Prosedur pilihan lainnya adalah anastomosa ileo-anal,

dimana usus besar dan sebagian besar rektum diangkat, dan sebuah reservoir dibuat

dari usus kecil dan ditempatkan pada rektum yang tersisa, tepat diatas anus.

Page 19: 52568798-Makalah-Kolitis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik pada kolon, yang berdasarkan

penyebab dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik,

kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.

Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit  Crohn’s kolitis

radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple

colitis).

 

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran

sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

 

Page 20: 52568798-Makalah-Kolitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol

2.Jakarta:EGC

2. Price S. A., Wilson L. M., 2006. Patofisiologi – Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC

3. Andrianto P, Rakel, Terapi Mutakhir Conn 1984 – 1985, EGC ; Jakarta, 1985

4. Pierce, Evellyn G., Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia:

Jakarta,1993