word morbili
TRANSCRIPT
-
7/28/2019 Word Morbili
1/19
-
7/28/2019 Word Morbili
2/19
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada mengalami hal yang sama seperti ini
Riwayat Alergi Debu, obat, makanan dan udara Disangkal
Riwayat imunisasi Imunisasi dasar Lengkap
Riwayat Kehamilan
Ibu pasien rutin periksa kehamilan setiap bulan dibidan. Hipertensi (-), DM (-)
Riwayat Persalinan
Lahir cukup bulan, BB 300gr, PB 50cm, lahir pervaginam dan langsung menangis
Riwayat Tumbuh kembangKesan : tumbuh kembang baik sesuai usia
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit Sedang Kesadaran : CM TTV
Suhu : 38,2C Nadi : 100 x/menit Pernapasan : 28x/menit
-
7/28/2019 Word Morbili
3/19
STATUS GIZI
BB/U : 10/11 X100% = 90,90% gizi baik TB/U : 75/78 X 100% = 96,15% tinggi normal BB/TB : 10/11X 100% = 90,90% Normal Kesan : gizi baik
STATUS GENERALIS
Kepala: rambut hitam, Normochepal Mata: Sklera ikterik -/-, conjungtiva hiperemis +/+ Mulut: mukosa kering (+), sianosis (-), lidah tremor (-), coated tongue (-), faring
hiperemis (+),koplik spot (+)
Leher Pembesaran KGB (-/-), bintik merah (+)
Thorax: Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Jantung : BJ III reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen Inspeksi : Perut datar , bintik dan ruam kemerahan (+) Palpasi : nyeri tekan (-) Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus normal
Genital: tidak ditemukan kelainan
-
7/28/2019 Word Morbili
4/19
Ekstremitas: Atas: akral hangat, RCT < 2, palmar anemis (-/-) Bawah: akral hangat, RCT < 2, plantar anemis (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium: 22 mei 2013
Jenis Pemeriksaan Nilai Satuan Normal
Hematologi
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
10,2
4,3
39
230
g/dL
Ribu/L
%
Ribu/L
13,817,0
4,25,0
42,050
185402
FOLLOW UP
21/05/2013 22/05/2013 23/05/2013 25/05/2013
S Demam +, Batuk +,
pilek +, mata merah +,
BAB 1 kali lembek
Demam -, batuk +, pilek
.lemas +, BAB 3 kali
cair
Badan terasa
gatal-gatal +,
batuk +
Bercak mulai
berkurang,batuk,
mencret -
O S : 38,2 C
P : 28 x/menit
N : 100 x/menit
Ada bintik-bintik
merah di belakang
telinga,
leher,punggung, perut
dan muka
S : 37,1 c
P : 20 x/menit
N : 100 x/menit
Bintik-bintik merah +,
Conjungtivitis +
S : 36,8 o c
P : 18 x/menit
N : 96 x/menit
S: 36,5C
P: 20x/menit
N:90x/menit
-
7/28/2019 Word Morbili
5/19
Conjungtivitis +
A Morbili Morbili + diare Morbili Morbili perbaikan
P Infus RL 12 TPM
Sanmol syr 3x1 1/2
cth
Comtusy 3x1 cth
Isoprinosin 500mg
Vitamin A100000 IU
T/Lanjutkan
Lacto B 2x1 sc
Zincare 1x1 tab
T/Lanjutkan T/Lanjutkan
Rencana pulang
RESUME
Seorang ibu membawa anaknya dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS, demamnaik turun, os juga mengeluh mata sakit dan perih bila terkena cahaya,batuk dan pilek
sejak kemarin,timbul bintik-bintik merah dibelakang telinga, leher,badan dan
ekstremitas, muntah 1 kali, BAB cair dengan sedikit ampas,lendir (-) darah (-).BAK
normal,stomatitis (+), Anak tidak nafsu makan.
Pemeriksaan fisik : Suhu : 38,2 oC Mata: conjungtiva hiperemis +/+ , sekret + Mulut : koplik spot (+), faring hiperemis (+)
Kulit : bintik-bintik merah dibelakang telinga,leher,badan dan ekstremitas
DAFTAR MASALAH
Febris suspek morbili
Diare akut tanpa dehidrasi
ISPA
-
7/28/2019 Word Morbili
6/19
DIAGNOSA
Morbili dengan diare tanpa dehidrasi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa Infus RL 12 TPM Sanmol syr 4x2 cto Comtusy 3x1 cto Isoprinosin 3x1 cto Vitamin A 100000 IU Lacto B 2x1 sc Zincare 1x1 tab
Non medikamentosa Tirah baring Makanan yang cukup kalori
-
7/28/2019 Word Morbili
7/19
TINJUAN PUSTAKA
Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus
yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas yang terdiri dari 3
stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1) stadium masa tunas berlangsung
kira-kira 10-12 hari, (2) stadium pradromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat
dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradang mukosa
konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga
menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang
meningkat, selanjutnya ruam menjadi hitam dan mengelupas.
Epidemiologi
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam
urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun (0,77 %).
Campak menurut penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau campak dianggap
sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang terkena campak tidak
perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam
sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam yang keluar semakin baik. Bahkan
ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa
penyakit campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul
di dalam rongga tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru, perut atau usus. Hal ini diyakini
akan menyebabkan anak sesak nafas atau diare, yang dapat menyebabkan kematian. Dari
penelitian retrospeksi dilaporkan bahwa campak di Indonesia ditemukan sepanjang tahun.
Studi kasus campak yang dirawat inap di rumah sakit selama kurun waktu lima tahun (1984 -
1988), memperlihatkan peningkatan kasus pada bulan Maret dan mencapai puncak pada
bulan Mei, Agustus, September dan Oktober.
Pengalaman menunjukkan bahwa epidemic campak di Indonesia timbul secara tidak
teratur. Di daerah perkotaan epidemic campak terjadi setiap 2-4 tahun. Wabah terjadi pada
kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi balita banyak
mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah. Telah diketahui bahwa campak
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi
sekunder atau penyakit. Penyakit yang sering dijumpai ialah bronkopneumonia (75,2%),
gastroenteritis (7,1%), ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).
Secara biologik, campak mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak diperlukanhewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya siklus musiman
-
7/28/2019 Word Morbili
8/19
dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu
serotipe virus dan vaksin campak yang efektif.
Sifat-sifat biologik campak ini serupa dengan cacar. Hal ini menimbulkan optimisme
kemungkinan campak dapat dieradikasi dari muka bumi sebagaimana yang dapat dilakukan
terhadap penyakit cacar. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan menghasilkan
daerah bebas campak, seperti halnya di Amerika Serikat.
Di Indonesia penyakit campak mendapat perhatian khusus sejak tahun 1970, setelah
terjadi wabah campak yang cukup serius di Pulau Lombok (dilaporkan 330 kematian di
antara 12.107 kasus) di Pulau Bangka (65 kematian di antara 407 kasus) pada tahun yang
sama. Sampai sekarang permasalahan campak masih menjadi sumber perhatian dan
keprihatinan. Wabah dan kejadian luar biasa campak masih sering terjadi. Salah satu di
antaranya adalah wabah di Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang pada tahun 1981,
dengan CFR menjadi 15%. Pada kejadian luar biasa campak di Desa BondokodiKabupaten
Sumba Barat pada bulan Agustus 1984 sampai Februari 1985, 50% anak balita terserang
campak dengan CFR 5,3%.
Menurut kelompok umur kasus campak yang rawat inap di rumah sakit selama kurun
waktu 5 tahun (1984 1988) menunjukkan proporsi yang terbesar dalam golongan umur
balita dengan perincian 17,6% berumur < 1 tahun 15,2% berumur 1 tahun, 20,3% berumur 2
tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun.
Hamper semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah terserang penyakit
campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun. Hasil survei
prospektif oleh Badan Litbangkes di Sukabumi tahun 1982 menurut CFR campak pada anak
balita sebesar 0,64%. Sedangkan survei retrospektif di Sidoarjo dan 19 propinsi lainnya
mendapat CFR campak berkisar antara 0,76-1,4%. Sedangkan laporan kasus di rumah sakit
menunjukkan CFR campak yang jauh lebih besar. Hal ini disebabkan kebanyakan kasus
campak yang dibawa ke rumah sakit merupakan kasus yang parah dan hamper selalu dengan
penyulit. Bagian anak RS Pirngadi Medan melaporkan bahwa angka kematian akibat penyulit
campak rata-rata 26,4 % setiap tahunnya.
Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan terutama daerah
yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam program imunisasi. Didaerah transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah
perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat, kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak
berarti bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan kumuh
merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular seperti campak. Daerah
semacam ini dapat merupakan sumber kejadian luar biasa penyakit campak.
-
7/28/2019 Word Morbili
9/19
Etiologi
Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama masa tunas
dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam
pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan
dalam temperature 350C, dan beberapa hari pada suhu 00C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
Bentuk Virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi yang
kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian
protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA) - yang merupakan struktur heliks
nucleoprotein dari myxovirus. Pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah
satu protein yang berada di selubung luar berfungsi sebagai hemaglutinin.
Ketahanan Virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi. Apabila
berada diluar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada temperature kamar ia akan
kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari, pada suhu 370C waktu paruh usianya 2
jam, sedangkan pada suhu 560C hanya satu jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam
keadaan dingin. Pada suhu -700C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun,
sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-6
0
C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapibila tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selama 2 minggu, dan dapat
dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
Oleh karena selubungnya terdiri dari lemah maka virus campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile. Pada suhu kamar, virus ini akan mati dalam 20%
ether setelah 10 menit dan dalam 50% aseton setelah 30 menit. Virus campak juga sensitive
terhadap 0,01% betapropiacetone pada suhu 370C dalam 2 jam, ia akan kehilangan sifat
infektivitasnya namun tetap memiliki antigenitas penuh. Sedangkan dalam formalin 1/4.000,
virus ini menjadi tidak efektif setelah 5 hari, tetapi tetap tidak kehilangan antigenitasnya.
Penambahan tripsin akan mempercepat hilangnya potensi antigenik.
Pertumbuhan Virus
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk isolasi primer
digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus campak lebih lambat
daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada fase larutan setelah 7-10 hari.
Virus tidak akan tumbuh dengan baik pada perbenihan primer yang terdiri dari continuous
cell lines, tetapi dapat diisolasi dari biakan primer sel manusi atau kera terlebih dahulu dan
selanjutnya virus ini akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai macam biakan
-
7/28/2019 Word Morbili
10/19
yang terdiri dari continuous cell lines yang berasal dari sel ganas maupun sel normal
manusia. Sekali dapat menyesuaian diri pada perbenihan tersebut, ia dapat tumbuh dengan
cepat dibandingkan dalam perbenihan primer, dan mencapai kadar maksimumnya dalam 2-4
hari.
Virus campak menyebabkan dua perubahan tipe sitopatik. Perubahan sitopatik yang
pertama berupa perubahan pada sel yang batas tepinya menghilang sehingga sitoplasma dari
banyak sel akan saling bercampur dan membentuk anyaman dengan pengumpulan 40 nucleus
di tengah. Inclusion bodies tampak pada kedua sitoplasma dan intinya. Efek sitopatik yang
kedua menyebabkan perubahan bentuk sel perbenihan dari polygonal menjadi bentuk
gelodong. Sel ini menjadi hitam dan lebih membias daripada sel normal dan jika dicat
menujukkan inclusion bodies yang berada didalam inti. Efek pada sel gelondong ini lebih
sering terjadi pada sub-kultur yang berurutan, terutama apabila virus telah menyesuaian diri
dalam sel amnion manusia.
Ada atau tidak adanya glutamine dalam media mungkin menentukan efek sitopatik
utama mana yang akan timbul, terutama bila virus ditumbuhkan dalam sel H.Ep2. Tipe efek
sitopatik yang bervariasi ini tergantung pada tipe sel penjamu, media, jalur virus yang dilalui
dan genetikstrain virus itu sendiri. Strutkur serat dan pipa kecil terlihat dalam inti sel yang
terinfeksi virus campak, namun struktur tersebut bukan merupakan partikel virus melainkan
tanpa istimewa dari infeksi virus campak. Struktur serupa juga terlihat pada kasus subacute
sclerosing encephalitis.
Struktur antigenik
Virus campak menunjukkan antigenik yang homogen, berdasarkan penemuan
laboratorik dan epidemiologik. Infeksi dengan virus campak merangsang pembentukan
neutralizing antibody, complement fixing dan haemaglutinine inhibition antibody.
Immunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak, muncul bersama-sama
diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer tertinggi setelah 21 hari. Kemudian
IgM menghilang dengan cepat sedangkan IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terus
terukar. Keberadaan imunoglobulin kelas IgM menunjukkan pertanda baru terkena infeksi
atau baru mendapatkan vaksinasi, sedangkan IgG menunjukkan bahwa pernah terkena infeksiwalaupun sudah lama. Antibodi IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan terdapat di
seluruh saluran nafas. Daya efektivitas vaksin virus campak yang hidup dibandingkan dengan
virus campak yang mati adalah adanya IgA sekretori yang hanya dapat ditimbulkan oleh
vaksin virus campak hidup.
Seluruh virion penting untuk infeksi, tetapi antibodi protektif sudah dapat terbentuk
dengan penyuntikan antigen hemaglutinin murni. Bila lebih dari satu bagian virus muncul,
dapat menyebabkan hemaglutinasi pada sel darah merah kera dan baboon. Antigen ini dapat
dipisahkan dari antigen lainnya yang terbawa bersama virus, dengan membubuhkan Tween
80 ether. Dengan pemberian Tween 80 ether, terlepaslah inti kapsul yang bertanggung jawab
-
7/28/2019 Word Morbili
11/19
terhadap terhadap terbentuknya complement fixing antibody. Hemolisin mungkin berasal dari
selubung luar yang dapat menyebabkan perubahan sitopatik, namun tidak ditularkan
Patogenesis
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara dropletmelalui udara,
sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal
infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus
masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear,
kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan
sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Selmononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentunya sel raksasa berinti banyak (sel
Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan terhadap
infeksi, turut aktif membelah.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,
tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah focus infeksi yaitu ketika virus masuk ke
dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel erofaring, kunjutiva, saluran nafas,
kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu virus
dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis
dari system saluran nafas diawali dengan keluan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang
tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada system saluran
pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat
dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat
tanda pasti untuk menengakkan diagnosis.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudahawal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit, kejadian ini tidak
tampak pada kasus yang mengalami deficit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan
omunofluoresens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan diduga terjadi
suatu reaksi Arthus, daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan
lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selian itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang.
-
7/28/2019 Word Morbili
12/19
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang
sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalambeberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki cirri khas, yaitu diawali dari belakang
telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan
meningkatkan suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.
Pada stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang merupakan
tanda patognomonis campak (bercak Koplik).
Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak
semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi
kurang, ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudahmeninggal sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang
berkelanjutan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis,
sedangkan pemeriksaan penunjang sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan sitologik
ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, dan pada pemeriksaan serologi
didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal ;
diagnosis banding lainnya adalah rubella, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan,
eksantema subitum dan infeksi Stafilokokus.
Penyulit
a. Laringitis akuatLaryngitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress
pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan
gejala akan menghilang.
b. BronkopneumoniaDapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada saat
suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali
batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga
turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat
diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel
yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrate pada foto toraks dan adanya
leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di Negara sedang berkembang dimana
malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapatmenjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
-
7/28/2019 Word Morbili
13/19
c. Kejang demamKejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat tuam
keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d. EnsefalitisMerupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi pada hari ke-4-7 setelah
timbulnya ruam. Kejadian ensenfalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan
mortalitas antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik
maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis dapat
berupa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepada, frekuensi nafas
meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan
serebrospinal menunjukkan pleositosis ringan, dengan predominan sel mononuklear,
peningkara protein ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.
e. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan degenerative susunan saraf
pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang persisten. Kemungkinan
untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya pernah menderita campak adalah 0,6-
2,2 per 100.000 infeksi campak. Risiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang lebih
muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan
tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang
umumnya bersifat mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam
cairan serebrospinal, antibodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat
(1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai
meninggal antara 6-9 bulan.f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga
biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri
pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media
purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.
g. EnteritisBeberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase
prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul
enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).h. Konjungtivitis
Pada hamper semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya
mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada
lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitas dapat memburuk dengan
terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis sehingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula
timbul ulkus kornea.
i. System karadiovaskular
-
7/28/2019 Word Morbili
14/19
Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi
premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara
dam tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
j. Adenitis servikalk. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenikl. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus dan kelainan congenital pada bayim. Aktivitasi ttiberkulosisn. Pneumomediastinalo. Emfisema subkutan
p. Apendisitisq. Gangguan gizi sampai kwasiorkhorr.
Infeksi piogenik pada kulit
s. Kankrum oris (nona)
Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan
dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,
antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan
penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien sempat dirawat di bangsal isolasi
system pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan
cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila
terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.
Apabila terdapat penyakit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang
timbul, yaitu :
BronkopneumoniaDiberikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan
dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak
berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotic diberikan sampai tiga hari
demam reda. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji teberkulin dilakukan setelah
anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya negative
(anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed hypersensitivity
disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.
EnteritisPada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat
dipertimbangkan apabila terdapat enteritis + dehidrasi.
Otitis media
-
7/28/2019 Word Morbili
15/19
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan antibiotic
kotrimoksazol-sulfametokzasol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)
EnsefalopatiPerlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi edema
otak, di samping pemberian kortikosteroid. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dangangguan gas darah.
Pencegahan
Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9
bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaannya
pada tahun 1982.
Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yangberasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan (2) vaksin
yang berasalh dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan
formalin yang dicampur dengan garam aluminium). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal
dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya
hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.
Sebaliknya, vaksin campak yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari
Edmonstone strain menjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten (1968)
dengan mengembangbiakan virusnya pada embrio ayam. Vaksin Edmonstrone Zagreb merupakan
hasil biakan dalam human diploid cellyang dapat digunakan secara inhalasi atau aerosoldengan hasil
yang memuaskan.
Dosis buku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1.000
TCID-50 atau sebanyaj 0,5 ml. tetapi dalam hal vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID 50
saja mungkin sudah dapat memberikan hasil baik. Cara pemberian yang dianjurkan adalah
subkutan, walaupun dari data yang terbatas dilaporkan bahwa pemberian secara
intramuscular tampaknya mempunyai efektivitas yang sama dengan subkutan. Intranasal dan
cara inokulasi konjungtiva sampai sekarang masih terus dilakuakn penyelidikan untuk
mengetahui efektivitas pemberian vaksin Edmonstone B yang dilemahkan. Sebaliknya pada
pemberian vaksin Edmonstone Zagreb secara aerosoldidapatkan respons antibody yang baikwalaupun pada anak usia di bawah 9 bulan. Sayangnya pemberian aerosol ini sulit dan
kurang praktis.
Kombinasi beberapa vaksin dalam satu semprit atau secara simultan di beberapa
tempat pada waktu yang sama sering digunakan untuk menyederhanakan prosedur dan
mengurangi biaya. Dalam hal demikian ada 2 kemungkinan yang mungkin terjadi, yaitu
peningkatan respons imun atau sebaliknya, menunggu respons imun. Laporan mengenai
peningkatan reaksi yang lebih baik karena pemakaian vaksin yang dikombinasikan
dibandingkan dengan vaksin tunggal, oleh peneliti tidak ditemukan. Dikatakan bahwa pada
kombinasi dengan virus mati tidak didapatkan penurunan respons imun akan tetapi virushidup dapat saling mempengaruhi. Vaksin campak sering dipakai bersama-sama dengan
-
7/28/2019 Word Morbili
16/19
vaksin rubella dan parotitis epidemika yang dilemahkan, vaksin polio oral, vaksin difterian
tetanus dan lain-lain. Laporan beberapa peneliti menyatakan bahwa kombinasi tersebut pada
umumnya aman dan tetap efektif. Seperti yang ditemukan oleh Schwarz (1975), serokonversi
dapat terjadi antara 97-100%, sedangkan geometric mean titer-nya sama tinggi dengan yang
didapatkan pada pemberian vaksin tunggal.
Efek proteksi dari vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara. Salah satu
indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka kejadian sakit kasus
campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.
Krugman, dkk mencatat bahwa sebagian besar kasus campak dari suatu populasi
kelompok anak sekolah akan menghilang setelah program imunisasi berjalan lancer,
sedangkan di masyarakat sekitarnya tingkat penularan yang tinggi masih dijumpai. Hasil
pengamatan tersebut sesuai dengan hasil nilai secara nasional di Amerika Serikat maupun
Negara lainnya yang sudah melaksanakan program imunisasi campak secara meluas. Metode
lain untuk mengukur efek proteksi dari vaksin campak ialah membandingkan angka kejadian
sakit pada kelompok anak yang sudah diimuniasai dan mengukur efektivitas vaksin dengan
formula (ARU-ARU)x 100 /ARU. Efektivitas vaksin dapat dihitung dengan memakai
pendekatan kasus dan control, yaitu membandingkan proporsi kasus dan control yang sudah
diimunisasi. Dari data yang benar, efektivitas vaksin adalah sebesar 90-95% atau lebih. Hasil
ini harus didukung dengan data serokunversi. Perhitungan ini sangat bermanfaat apabila
angka cakupan imunisasi campak sangat tinggi, yaitu lebih dari 95%. Jika proporsi kasus
campak pada kelompok yang sudah diimunisasi masih tetap tinggi berarti bahwa vaksinnya
yang kurang baik. Proteksi dapat dicatat dengan memeriksa respons imun dan manifestasi
klinis yang timbul akibat pemberian imunisasi dengan virus vaksin yang tidak ganas. Akibatsetiap pemberian imunisasi akan menyebabkan respons imun anamnestik pada kasus yang
tidak menunjukkan gejala klinis dari penyakitnya.
Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder.
Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila
tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai kemungkinan yang menyebabkan
tidak terjadinya serokonversi ialah : (a) Adanya antibody yang dibawa sejak lahir yang dapat
menetralisir virus vaksin campak yang masuk, (b) Vaksinnya yang rusak, (c) Akibat
pemberian immunoglobulin yang diberikan bersama-sama. Kegagalan sekuder dapat terjadi
karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga respons imun yang terjadi tidak adekuat dan
tidak cukup untuk memberikan perlindungan pada bayi terhadap serangan campak secara
alami.
-
7/28/2019 Word Morbili
17/19
DAFTAR PUSTAKA
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu KEsehatan AnakFKUI. Jakarta: ______
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis.Jakarta Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000 Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010. Buku Pedoman Pelayanan Medis jilid 1 Diagnosis Fisik pada Anak. CV Sagung Seto. Jakarta : 2003. Jurnal pdf campak fk Unair, NSW HEALTH http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-
penyakit-morbili.html
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.htmlhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.htmlhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.htmlhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.htmlhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.htmlhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.htmlhttp://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-morbili.html -
7/28/2019 Word Morbili
18/19
-
7/28/2019 Word Morbili
19/19
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. karena rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan Tugas Makalah Laporan Kasus yang Berjudul CAMPAK (MORBILI)
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.,
yang telah membimbing kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Terima kasih kepada dr. Jhonwan Usman, Sp.A. selaku pembimbing atas materi ini, Terima
kasih kepada rekan-rekan kelompok stase pediatri Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura, yang selalu
memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam Makalah ini. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.
Wassalamu alaikum wr.wb.
Jakarta, Juni 2013
Riyan Faisal