vs pbl dbd anak
DESCRIPTION
makalah pbl dbd anakmakalah dbd anakTRANSCRIPT
Blok 12_infeksi & imunitas
Demam Berdarah Dengue pada anak
Vivi Silfia
10.2009.064
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telepon : (021) 5694-2061
Fax : (021) 563-1731
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue, suatu penyakit demam berat yang sering mematikan,
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan
pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. Sekarang diduga mempunyai
dasar imunopatologis. Sekurang-kurangnya ada empat tipe virus dengue yang berbeda
tipe 1-4) yang telah diisolasi dari penderita demam berdarah.
Skenario-7
Seorang laki-laki berusia 6 tahun, dibawa ibunya ke UGD RS dengan keluhan
panas mendadak sejak 3hari yang lalu. Pasien juga sudah berobat ke dokter dan diberi
obat panas tetapi tetap tidak turun.
Berat badan 35kg, Suhu 39°C, nafas 29x/menit, nadi 90x/menit teraba kuat dan
reguler, tekanan darah 100/70 mmHg. Hb 14, Ht 42%, trombosit 90.000, leukosit
3.000.
Anamnesis
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
1
Blok 12_infeksi & imunitas
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter
dengan cara melakukan serangkaian wawancara. Anamnesis dapat langsung
dilakukan terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau
pengantarnya (alo-anamnesis).1 Anamnesa selalu didahului dengan pengambilan data
identitas pasien secara lengkap kemudian diikuti dengan keluhan utama dan
selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang dikeluarkannya,
kemudian ditanyakan riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan penyakit
dalam keluarga.1
a. Identitas
Menanyakan nama, umur, jenis kelamin, pemberi informasi (misalnya pasien,
keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.
b. Keluhan Utama
Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang
dihadapinya.
c. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Jelaskan penyakitnya berdasarkan kualitas, kuantitas, latar belakang, waktu
termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat
penyakitnya membaik, memburuk, tetap, apakah keluhan konstan, intermitten.
Informasi harus dalam susunan yang kronologis, termasuk test diagnostik yang
dilakukan sebelum kunjungan pasien. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
apakah ada demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis.
d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Pernahkah pasien sebelumnya dirawat di rumah sakit atau mengalami penyakit
lain .
e. Riwayat Keluarga
Umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada
anggota keluarga.
f. Riwayat psychosocial (sosial)
Stressor (lingkungan kerja atau sekolah, tempat tinggal), faktor resiko gaya
hidup (makan makanan sembarangan).1
Pemeriksaan Fisik
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
2
Blok 12_infeksi & imunitas
a. Tes Tourniquet
Uji tourniquet merupakan tes yang sederhana untuk melihat
gangguan pada vaskuler maupun trombosit. Tes ini akan positif bila
ada gangguan pada vaskuler maupun trombosit. Di daerah endemis, uji
tourniquet merupakan pemeriksaan penunjang presumtif bagi
diagnosis DBD apabila dilakukan pada anak yang menderita demam
lebih dari 2 hari tanpa sebab yang jelas. Sebagian orang mungkin
menunjukkan hasil positif tergantung pada tekstur, ketipisan, dan suhu kulit,
sehingga uji touniquet ini bukan merupakan satu-satunya pemeriksaan yang
dapat dilakukan untuk menentukan diagnosis DBD. Untuk memastikannya
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium darah. Prinsip yang digunakan
dalam uji torniquet adalah dimana terhadap kapiler diciptakan suasanan
anoksia dengan jalan membendung aliran darah vena. Anoksia merupakan
ketiadaan penyediaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah ke jaringan
adekuat. Suasana anoksia dan penambahan tekanan internal akan
memperlihatkan kemampuan ketahanan kapiler. Jika ketahan kapiler
turun akan timbul petekie di kulit. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam uji
tourniquet adalah: tensimeter, stetoskop, timer. L a n g k a h -
l a n g k a h d a l a m m e l a k u k a n u j i tourniquet a d a l a h s e b a g a i berikut:
P a s a n g m a n s e t p a d a l e n g a n a t a s ( u k u r a n m a n s e t s e s u a i k a n
d e n g a n u m u r anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas) kemudian pompa
tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik (pada saat kontraksi ) dan
tekanan diastolik (pada saat relaksasi). Kemudian ambil rata-rata antara
tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Aliran darah pada lengan atas
dibendung pada tekanan antara sistolik dan diastolik (rata-rata kedua tekanan
tersebut) selama ± 5 menit. Kemudian baca hasilnya pada volar lengan bawah
kira-kira 4 cm dibawah lipat siku dengan penampang 5 cm, apakah timbul
p e t e k i e s e b a g a i t a n d a p e r d a r a h a n .
N i l a i r u j u k a n y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e n e n t u k a n h a s i l u j i
tourniquet sebagai berikut: Abnormal (+) > 20 petekie; Normal (-) < 10
petekie; Dubia (Ragu-ragu) 10-20 petekie.2
b. Tanda-Tanda Vital
Suhu
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
3
Blok 12_infeksi & imunitas
Untuk mengukur suhu tubuh, digunakan termometer demam.
Tempat pengukuran suhu meliputi rektum (2-5 menit), mulut (10
menit) dan aksia (15 menit). Suhu tubuh normal adalah 36˚-37˚C.
Pada pagi hari suhu mendekati 36˚C, sedangkan pada sore hari
mendekati 37˚C. Pengukuran suhu direktum juga akan lebih tinggi
0,5˚-1˚C, dibandingkan suhu mulut, suhu mulut 0,5˚c lebih tinggi
dibandingkan suhu aksila. Pada keadaan demam, suhu akan meninggi,
sehingga suhu dapat dianggap sebagai termostat keadaan pasien. Suhu
merupakan indikator penyakit, oleh sebab itu pengobatan demam tidak
cukup hanya memberikan antipiretika, tetapi harus dicari apa
etiologinya dan bagaimana menghilangkan etiologi tersebut.3
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami
demam tinggi dengan mendadak dan terus – menerus selama 2-7 hari.4
Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter, yaitu
dengan cara melingkarkan manset pada lengan kanan 1½ cm diatas
fossa kubiti anterior, kemudian tekanan tensimeter dinaikkan sambil
meraba denyut A. Radialis sampai kira-kira 20 mmHg di atas tekanan
sistolik, kemudian tekanan di turunkan perlahan-lahan sambil
meletakkan stetoskop pada fossa kubiti anterior di atas A. Brakialis
atau sambil melakukan palpasi pada A. Brakialis atau A. Radialis.
Dengan cara palpasi, hanya akan diadakan tekanan sistolik aja. Dengan
menggunakan stetoskop, akan terdengar denyut nadi korotkov.3
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami
tekanan darah menurun (tekanan sistole menurun sampai 80 mmHg
atau kurang).4
Nadi
Pemeriksaan nadi biasanya dilakukan dengan melakukan
palpasi A. Radialis. Bila dianggap perlu, dapat juga dilakukan di
tempat lain, misalnya A. Brachialis di fosa kubiti, A.femoralis di fosa
inguinalis, A. Poplitea di fossa poplitea atau A. Dorsalis pedis di
dorsum pedis. Pada pemeriksaan nadi, perlu diperhatikan frekuensi
denyut nadi, irama nadi, isi nadi, kualitas nadi dan dinding arteri.3
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
4
Blok 12_infeksi & imunitas
Pada demam berdarah dengue biasanya penderita mengalami
renjatan yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang).4
c. Palpasi pada paru dan hepar. Karena pada kasus DBD, sering sekali di jumpai
pembesaran hati. Pada paru di lakukan fremitus taktil dan melakukan perkusi.4
Pemeriksaan Penunjang
Kelainan hematologis yang paling sering selama selama syok klinis
adalah kenaikan hematokrit 20% atau lebih besar melebihi nilai hematokrit
penyembuhan, trombositopenia, leukositosis ringan (jarang melebihi
10.000/mm3), waktu pendarahan memanjang, dan kadar protrombin menurun
sedang (jarang kurang dari 40% kontrol). Kadar fibrinogen mungkin
subnormal dan produk-produk pecahan fibrinogen naik.
Kelainan lain adalah kenaikan sedang kadar transaminase serum,
konsumsi komplemen, asidosis metabolik ringan dengan hiponatremia, dan
kadang-kadang hipokloremia, sedikit kenaikan urea nitrogen serum, dan
hipoalbuminemia. Roentgenogram dada menunjukkan efusi pleura pada
hampir semua penderita.
Sedangkan pemeriksaan imunoserologi dlapat dilakukan pemeriksaan:
IgM
Pada infeksi dengue primer dan sekunder, ada kemunculan
antibodi IgM antidengue yang relatif sementara. Terdetaksi
mulai hari ke 3-5, menigkat sampai minggu ke-3, Antibodi ini
menghilang pada 6-12 minggu dan dapat digunakan untuk
menentukan saat infeksi dengue.
IgG
Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada
infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi pada hari ke-2. Pada
infeksi sekunder, kebanyakan antibodi adalah dari kelas IgG.
a. Uji HI (Hemaglutinasi Inhibisi)
Dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari
perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans. Uji ini
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
5
Blok 12_infeksi & imunitas
menunjukkan kenaikan titer cepat atau tetap tinggi (1:640 atau lebih
besar) pada sepasang serum.
Diagnosis Banding4,6
ISPA
Gejala klinis :
Rhinitis :
Sering pada usia < 2 tahun disebut common cold, 30-50% rawat
jalan, demam, rewel, bersin, kongesti hidung, kadang disertai batuk,
diare dan muntah. Pada anak yang lebih besar : iritasi hidung/faring,
bersin, hidung tersumbat, batuk, nyeri kepala dan anoreksia.
Faringitis :
Jarang pada anak usia , 1 tahun, sering usia 4-7 tahun. Gejalanya :
demam, serak, batu, rinithis, nyeri tenggorokan, kadang ada eksudat
pada tonsil, faring hiperemis. Gejala faringitis bakterialis : akut,
mual demam, sakit tenggorokan, faring hiperemis, ada eksudat, KGB
leher bengkak, ruam.
Laringitis :
Kelomopk yang dikenal dengan istilah “croup” (batuk keras
sekali). Gejala : “barking cough”, serak, stridor isnspirator.
Pemeriksaan fisik:
Pneumonia berat :
Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam.
Pneumonia :
Ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia :
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia .
Malaria
Trias malaria :
1. Periode dingin
Sekitar 15-60 menit, menggigil, gigi gemetaran, diikuti peningkatan
temperature.
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
6
Blok 12_infeksi & imunitas
2. Periode panas
Penderita muka merah, nadi cepat, panas badan tetapi tinggi
beberapa jam, diikuti keadaan berkeringat.
3. Periode berkeringat
Penderita berkeringat banyak, temperature turun, penderita merasa
sehat.
Pemeriksaan fisik:
Splenomegali, hepatomegali, anemia, ikterus, asites.
Campak
Campak, suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:
1) Stadium inkubasi sekitar 10-12 hari tanpa gejala atau dengan
sedikit gejala.
2) Stadium prodromal dengan exantem (bercak koplik) pada mukosa
bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis
ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat
3) Stadium akhir dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut
pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai demam
tinggi.
Diagnosis Kerja
Didaerah endemik demam berdarah harus dicurigai pada anak dengan
demam yang menunjukkan uji torniquet positif, hemokonsentrasi, dan
trombositopeni. Ini mungkin disertai oleh syok dan pada beberapa keadaan
oleh manifestasi pendarahan. Munculnya efusi pleura dengan bukti adanya
dengue baru adalah patognomonis. Karena banyak penyakit ricketsia,
meningokoksemia, dan penyakit berat lain yang disebabkan oleh berbagai
agen dapat menghasilkan gambaran klinis yang serupa, diagnosis etiologi
harus dibuat hanya bila bukti epidemiologis atau serologis memberi kesan
kemungkinan demam dengue. Manifestasi perdarahan telah diuraikan pada
penyakit virus lain atau penyakit yang diduga berasal dari virus, termasuk
demam berdarah yang secara klinis tidak dapat dibedakan, diuraikan. 4,6
Pada infeksi dengue primer dan sekunder, ada kemunculan antibodi
IgM antidengue yang relatif sementara. Antibodi ini menghilang pada 6-12
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
7
Blok 12_infeksi & imunitas
minggu dan dapat digunakan untuk menentukan saat infeksi dengue. Pada
infeksi dengue sekunder, kebanyakan antibodi adalah dari kelas IgG. Uji
hemaglutinasi inhibisi (HI) menunjukkan kenaikan titer cepat atau tetap tinggi
(1: 640 atau lebih besar) pada serum.4,6
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini dipenuhi: 4
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bendung positif
- Ptekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa tersering epitaksis atau perdarahan dari
tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit<100.000/µl).
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma sebagai berikut: peningkatan hematokrit >20% dibandingkan
standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
5. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.
6. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites dan
hipoproteinemia.
Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa
secara klinis dapat dibagi atas (WHO 75) : 4
1. Derajat I (ringan): Demam mendadak 2 – 7 hari disertai gejala
klinis lain, dengan manifestasi perdarahan dengan uji t urniquet
positif.
2. Derajat II (sedang): Penderita dengan gejala sama, sedikit lebih
berat karena ditemukan perdarahan spontan kulit dan perdarahan
lain.
3. Derajat III (berat): Penderita dengan gejala s yok/kegagalan
sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (<20
mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan penderita
menjadi gelisah.
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
8
Blok 12_infeksi & imunitas
4. Derajat IV (berat): Penderita shock berat dengan tensi yang tak
dapat diukur dan nadi yang tak dapat diraba.
Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue,
yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Falvivirus merupakan
virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal denga berat
molekul 4x106.
Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan DD atau DBD. Keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupatak serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang
antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese
encehphalitis dan West Nile virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia
seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primate. Survei epidemilogi pada hewan
ternak didapatkan atibody terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi dan babi.
Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk
genus Aedes (Stegomya) dan Toxorhynchites.5
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan
Karibis. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebarah di seluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989
hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per
100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2% pada tahun 1999.5
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan
dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk
betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat
penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan
virus dengue yaitu: 1). vektor: perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain;
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
9
Blok 12_infeksi & imunitas
2). pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3). lingkungan ; curah hujan, suhu, sanitasi
dan kepadatan penduduk.5
Patofisilogis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih di
perdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom
renjatan dengue.5
Gambar 1. Manifestasi infeksi virus dengue .5
Respons imun yang diketahui berperan delam patogenesis DBD adalah: a),
respons humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi
virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi.
Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada
monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut anti-body dependent enhancement
(ADE); b), limfosit T baik T-helper (CD4) dan T- sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2 memproduksi
IL-4, IL-5, I dan IL-10; c), monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
10
Blok 12_infeksi & imunitas
dengan optonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan penigkatan
replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag; d). Selain itu aktivasi komplemen
oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.5
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous
infection yang menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus
dengue dengan tipe yang berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi amnestik antibodi
sehingga mengakibatkan konsentrasi kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti
lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus be replikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyababkan aktivasi T-
helper dan T-sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma.
Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator
inflamasi seperti TNF-alfa, IL-1, PAF9 platelet activating factor), IL-6 dan histamin
yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi melalui kebocoran
plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-
antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme: 1), Supresi
sumsum tulang, dan 2). destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran
sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari) menunjukkan keadaan hiposelular
dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan
proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah
saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini menunjukkan
terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan
trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g,
terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan
sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme
gangguan pelepasan ADP, penigkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan petanda degrenulasi trombosit.5
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
11
Blok 12_infeksi & imunitas
Gambar 2. Imunopatogenesis demam dengue5
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV.
Aktvasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur
ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui
aktivasi faktor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein Cl-
inhibitoh complex).5
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi demam berdarah dengue diduga merupakan masa
inkubasi demam dengue. Perjalanannya khas pada anak yang sangat sakit.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise,
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
12
Blok 12_infeksi & imunitas
muntah, nyeri kepala, anoreksia dan batuk disertai sesudah 2-5 harioleh
deteriorasi klinis cepat dan kollaps. Pada fase kedua ini penderita biasanya
menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, muka merah, keringat
banyak, gelisah, iritabel dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie
tersebar pada dahi dan tungkai; ekimosis spotan mungkin tampak, dan mudah
memar serta berdarah pada tempat pungsi vena adalah lazim. Ruam makular
atau makulopapular mungkin muncul, dan mungkin ada sianosis sekeliling
mulut dan perifer. Pernafasan cepat dan sering berat. Nadi lemah, cepat dan
kecil dan suara jantung halus. Hati makin membesar sampai 4-6 cm dibawah
tepi kosta dan biasanya keras dan agak nyeri. Kurang dari 10 % penderita
menderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca
masa syok yang tidak terkoreksi.6
Sesudah 24-36 jam masa krisis, konvalensen cukup cepat pada anak
yang sembuh. Suhu dapat kembali normal sebelum atau selama fase syok.
Bradikardi dan ekstrasistol ventrikel lazim selama konvalensen. Jarang, ada
cedera otak sisa yang disebabkan oleh syok lama atau kadang-kadang karena
pendarahan intrakranial. Strain virus dengue 3 yang bersikulasi di daerah Asia
Tenggara sejak tahun 1983 disertai dengan terutama sindrom klinis berat,
yang di tandai dengan ensefalopati, hipoglikemia, kenaikan enzim hati yang
mencolok dan kadang-kadang ikterus.
Berbeda dengan pola yang sangat khas pada anak yang ssakit berat,
infeksi dengue skunder relatif ringan pada sebagian besar keadaan, berkisar
dari infeksi yang tidak jelas sampai penyakit saluran pernafasan atas yang
tidak terdiferensiasi atau penyakit seperti-dengue sampai penyakit yang
serupa dengan penyakit yang diuraikan sebelumnya tetapi tanpa syok yang
jelas.6
Penatalaksanaan
Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat
perawatan pada orang tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat
atau larutan oralit untuk mengganti cairan yang hilang akibat demam dan
muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan berikan asetosal atau
ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
13
Blok 12_infeksi & imunitas
dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa minum, muntah
terus-menerus.
Anak dirawat di rumah sakit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup,
susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam,
muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen
karena obat-obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat
o Kebutuhan cairan parenteral
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena
biasanya hanya memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran
pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata
laksana syok terkompensasi (compensated shock).
Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok
Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra
nasal.
Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.
Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
14
Blok 12_infeksi & imunitas
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi
darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam.
Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak
daripada pemberian yang terlalu sedikit.
Tatalaksana komplikasi perdarahan
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri
koloid dan segera rujuk.
Penanganan kelebihan cairan
Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syok. Hal ini
dapat terjadi karena:
kelebihan dan/atau pemberian cairan yang terlalu cepat
penggunaan jenis cairan yang hipotonik
pemberian cairan intravena yang terlalu lama
pemberian cairan intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan kebocoran
yang hebat.
Tanda awal:
napas cepat
tarikan dinding dada ke dalam
efusi pleura yang luas
asites
edema peri-orbital atau jaringan lunak.
Tanda-tanda lanjut kelebihan cairan yang berat
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
15
Blok 12_infeksi & imunitas
edema paru
sianosis
syok ireversibel.
Tatalaksana penanganan kelebihan cairan berbeda tergantung pada keadaan
apakah klinis masih menunjukkan syok atau tidak:
anak yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat
sangat sulit untuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi.
Rujuk segera.
Jika syok sudah pulih namun anak masih sukar bernapas atau bernapas cepat
dan mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena 1
mg/kgBB/dosis sekali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen
(lihat halaman 302).
Jika syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena
dan jaga anak agar tetap istirahat di tempat tidur selama 24–48 jam. Kelebihan
cairan akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis.
Pencegahan
Pencegahan penyakit demam berdarah (DBD) sangat tergantung dengan
pengendalian pada vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat baik secara
lingkungan, biologis, maupun secara kimiawi, seperti :
1. Lingkungan
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) pada dasarnya merupakan
pemberantasan jentik atau mencegah agaar nyamuk tidak dapat lagi
berkembang biak. Pada dasarnya PSN ini dapat dilakukan dengan :
Menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurang-kurangnya
seminggu sekali. Dikarenakan perkembangan telur nyamuk menetas
sekitar 7-10 hari.
Menutup rapat tempat penampungan air. Supaya agar nyamu tidak
menggunakannya sebagai tempat berkembang biak.
Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya
semunggu sekali.
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
16
Blok 12_infeksi & imunitas
Membersihkan perkarangan atau halaman rumah dari barang-barang yang
dapat menampung air hujan. Karena berpotensi sebagai tempat
berkembangnya jentik-jentik nyamuk.
Menutup lubang-lubang pada pohon, terutama pohon bambu ditutup
dengan menggunakan tanah.
Membersihkan air yang tergenang diatap rumah juga dapat mencegah
berkembangnya nyamuk tersebut.
Pembersihan selokan disekitar rumah supaya air tidak tergenang.7
2. Biologis
Pengendalian secara bioligis merupakan pengendalian perkembangan
nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan. Seperti
pemeliharaan ikan cupang pada kola/ sumur yang sudah tak terpakai atau
menggunakan dengan bakteri Bt H-14.7
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi adalah cara pengendalian serta
pembasmian nyamuk dan jentik dengan menggunakan bahan-bahan kimia.
Diantaranya adalah :
Pengasapan/togging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang
berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti dengan
batas tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat yang sering
menjadi tempat penampungan air.7
Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan tindakan untuk
memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas
beberapa kegiatan antaranya dengan 3M. Yaitu : Menguras, Menutup, dan
Mengubur tempat-tempat yang sering dijadikan perkembangbiakan nyamuk.
Semoga dengan beberapa cara tersebut dapat membantu anda dalam
pencegahan demam berdarah serta pemberantasan sarang nyamuk.7
Prognosis
Kematian telah terjadi pada 40-50 % penderita dengan syok, tetapi
dengan perawatan intensif yang cukup kematian akan kurang dari 2 %.
Ketahanan hidup secara langsung terkait dengan manajemen awa l dan
intensif.6
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
17
Blok 12_infeksi & imunitas
Kesimpulan
Anak laki-laki usia 6tahun yang menderita demam sejak 3hari yang lalu, yang
sudah berobat ke dokter dan diberi obat panas tetapi tetap tidak turun menderita
demam dengue. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
gejala klinis serta pemeriksaan penunjang. Dengan penatalaksanaan yang tepat maka
dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
Daftar Pustaka
1. Makmun LH. Anamnesis . Edisi IV. Jilid I. Jakarta . Departemen ilmu
penyakit dalam FKUI. 2007. Hal 20-21.
2. Nadesul H. Cara mudah mengalahkan demam berdarah. Jakarta. Buku
kompas. 2007. Hal. 36-39.
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
18
Blok 12_infeksi & imunitas
3. Setiyohadi B dan Imam S. Pemeriksaan fisik umum. Edisi IV. Jilid I.
Jakarta. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2007. Hal. 23-24.
4. Latief A, Partogi MN, Antonius P, Muhammad VG, Sukman TP. Ilmu
kesehatan anak FKUI. Jilid 2. Jakarta. Infomedika. 2007. Hal 607-621.
5. Suhendro, Leonard N, Khie C, Herdiman TP. Demam berdarah dengue.
Edisi IV. Jilid 2. Jakarta. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI.
2007. Hal 1709-1713.
6. Wahab AS. Ilmu kesehatan anak (Nelson textbook of pediatrics). Edisi
15. Jilid 2. Jakarta.EGC. 2007. Hal 1134-1136.
7. Satari H I. Demam berdarah. Jakarta: Puspa Swara; 2008. Hal 29-30.
*alamat korespondensiEmail: [email protected]
19