lapsus dbd

22
BAB I PENDAHULUAN Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok arbovirus B. Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tinggi-nya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khusus- nya pada anak. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% pada tahun 2007 1,2 Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan penyebaran kasus DBD, antara lain: (1). Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2). Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3). Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah en-demis, dan (4). Peningkatan sarana transportasi. 1 Upaya pengendalian terhadap faktor kependudukan tersebut (ter-utama kontrol vektor nyamuk) harus terus 1

Upload: fanny-florence

Post on 14-Nov-2015

60 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

other

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok arbovirus B. Dikenal 4 serotipe virus dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tinggi-nya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khusus-nya pada anak. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengan case fatality rate sebesar 1,01% pada tahun 2007 1,2Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan penyebaran kasus DBD, antara lain: (1). Pertumbuhan penduduk yang tinggi, (2). Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3). Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah en-demis, dan (4). Peningkatan sarana transportasi. 1Upaya pengendalian terhadap faktor kependudukan tersebut (ter-utama kontrol vektor nyamuk) harus terus diupayakan, di samping pemberian terapi yang optimal pada penderita DBD, dengan tujuan menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Sampai saat ini, belum ada terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni pemberian cairan peng-ganti. Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien 1

BAB IILAPORAN KASUS

I. Identitas PasienNama: An. F. STanggal lahir/Umur: 31 Agustus 2004Jenis kelamin: PerempuanAgama: Islam Anak ke: 5 dari 5 saudaraAlamat Orang Tua: IslamBangsa/suku: IndonesiaBBL/PBL: 39 Kg/143cmRuang perawatan: Ruangan MelatiNama orang tua: Tn.S dan Ny. S

II. Status UmumPembuatan status didasarkan anamnesis langsung ke keluarga pasien dan dari status pasien saat masuk UGD dan perawatan di ruangan a) Keluhan utama: Demamb) Keluhan tambahan: Muntah, Nyeri kepala, nyeri uluhati

c) Riwayat penyakit sekarang: Seorang anak perempuan diantar oleh keluarganya dengan datang dengan keluhan demam tinggi dialami sejak 2 hari yang lalu muncul mendadak, terus-menerus dan naik turun, tidak menggigil, keringat dingin (+), otot dan persendian pegal-pegal (-) nyeri dibelakang mata (-), badan terasa lemas, sakit kepala (+), mual (+), muntah (+), nyeri ulu hati (+),batuk berdahak (-), sesak napas (-), nafsu makan berkurang, tidak ada sakit tenggorokan, perdarahan dari gusi (-), sariawan (-) bintik-bintik kemerahan pada tubuh (-). d. Riwayat pengobatan sebelumnya: Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini. Sebelum di bawah ke RS pasien mengkonsumsi obat panas. e. Riwayat keluarga: Tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita keluhan yang sama.

III. Status neonatologi dan tumbuh kembangPasien lahir di rumah ditolong oleh bidan dilahirkan secara spontan dan air ketubah berwarna jernih. BBL 3000 gr, PBL lupa. Diagnosis lahir BCB-SMK, riwayat Pemberian vitamin K (+), riwayat ibu keguguran tidak ada. Riwayat berbalik saat 3 bulan, duduk saat 7 bulan, berdiri saat 9 bulan, gigi pertama pasien muncul saat berumur 10 bulan, dan mulai berbicara saat 12 bulan. Status ASI mulai dari 0-10 bulan, mulai makan makanan lunak pada usia 6 bulan.

IV. Status Gizi pada anak IMT: 19,07%Status Gizi : Gizi baik

V. Status Imunisasi : VaksinJumlahBelumPernah Tidak Tahu Vaksin Jumlah Belum Pernah Tidak TahuVaksin Jumlah Belum Pernah Tidak Tahu

BCG1Hib+Hep.A+

Hep.B3PVC+Varisela+

Polio4Influenza+HPV+

DPT3MMR+Lain-lain+

Campak1Tifoid+Lengkap+

VI. Pemeriksaan Fisik saat kunjungan di rumahKeadaan Umum: Sakit sedangKesadaran: Compos Mentis (GCS E4V54M6)Tanda Vital: Nadi:112 x/menit, Pernapasan: 28 x/menit, Suhu: 36,90CKulit : Pucat (-), Petekhie (-), Ikterus (-)Pemeriksaan kepala dan wajah : Normosefal, rambut berwarna hitam, tipis, wajah tampak segar. Mata : cekung (-), palpebra edema -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+, isokor. Hidung : tidak tampak kelainan, rhinorea (-/-) Bibir/Sel mulut : mukosa kering (-), pucat (-) Gigi: Intak Caries: (-) Tenggorokan : Edema (-), hiperemis (-) Leher : Benjolan (-) Telinga : Otohrea (-/-) Tonsil : T1=T2, hiperemis (-/-) Kelenjar limfa : pembesaran (-).Neurologi Refleks pupil : +/+ Nervus Kranialis : Normal Refleks cahaya : +/+Toraks : Inspeksi: simetris ka = ki, pergeseran simetris, retraksi dada(-) Palpasi: sela iga ka = ki, vocal fremitus +/+, nyeri tekan (-) Perkusi: sonor +/+ Auskultasi: vesiculer +/+, Rh -/-, Wh -/-. Jantung : Inspeksi: simetris ka = ki Palpasi: Batas jantung kiri linea midclavicularis kiri Batas jantung kanan parasternalis kanan, batas jantung atas ICS III kiri, Ictus kordis (-), Thrill (-), shouffle (-). Auskultasi: Bunyi jantung I/II murni, regulerAbdomen : Inspeksi: Datar Palpasi: Supel , nyeri tekan (-) Perkusi: Timpani Auskultasi: Bising usus (+) normal Hepar: Tidak teraba Lien: Tidak terabaGenitalia: tidak ada kelainanEkstremitas: Col. Vertebralis : Skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), gibus (-) KPR : +/+ Normal APR : +/+ Normal Refleks Patologis : Babinski (-) Refleks Fisiologis : +/+ Normal Kekuatan : 5555 Tonus : Eutonis Edema : (-)

VII. Pemeriksaan PenunjangPada pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan Rumple Test dan pemeriksaan laboratorium

VIII. Diagnosis kerja Obs Febris e.c. DBD

IX. TerapiRL: 30 tpmSanmol 390 cc/6 jam/IVCefotaxime 1 gr/12/IV Ranitidin ampul/12 jam/IVOndansetron amp/iv/8 jam

X. ResumeSeorang anak perempuan 10 tahun dengan BB 39 kg diantar oleh keluarganya dengan keluhan demam tinggi dialami sejak 2 hari yang lalu muncul mendadak, terus-menerus dan naik-turun. Selain itu pasien juga mengalami nyeri kepala muntah dengan frekuensi 5x isi makanan + air, makan-minum kurang, dan nyeri uluhatiPada pemeriksaan fisik didapatkan, TD: 110/60mmHg. N : 96 x/ menit P : 22x/ menit, suhu 39,3C. Pada pemeriksaan rumple test + dan pemeriksaan laboratorium masih dalam batas normal.

XI. Follow-Up di bangsalTanggalSubjektive (S), objective (O), Assasement (A)Planning

07/06/15

S: Demam hari ke-3, nyeri kepala, muntah (-)O: Keadaan Umum: Pasien tampak lemasTTV: TD: 120/70mmHg Nadi: 102x/mnt Respirasi: 22xmnt Suhu: 37,7 0C Mata: CA-/-, SI -/- Paru-paru: vesikuler, wh -/-,Rh -/- Jantung: BJ I/II murni regular Abdomen: BU + normal Ekstremitas: Edema (-)RL: 30 tpmSanmol 390 cc/6 jam/IVCefotaxime 1 gr/12/IV Ranitidin ampul/12 jam/IV

9/03/13

S: Demam naik-turun, kepala sakit (-), Nyeri perut (-)O: Keadaan Umum: Pasien tampak lemasTTV: TD:100/70 mmHg Nadi: 100x/mnt Respirasi: 22x/mnt Suhu: 37,90C Mata: CA-/-, SI -/- Paru-paru: vesikuler, wh -/-,Rh -/- Jantung: BJ I/II murni regular Abdomen: BU + normal Ekstremitas: Edema (-)IVFD RL 40 tpmCefotaxim 1 gr/12 j/IVSanmol 4 x 400 mg/IVPeriksa Darah Rutin

10/03/15

S: Lemas, Demam naik-turunO: Keadaan Umum: Pasien tampak lemasTTV: TD: 100/60mmHg Nadi: 98x/mnt Respirasi: 22x Suhu: 39,9Mata: CA-/-, SI -/- Paru-paru: vesikuler, wh -/-,Rh -/- Jantung: BJ I/II murni regular Abdomen: BU + normal Ekstremitas: Edema (-)Hasil Laboratirum:WBC: 2,09 [103/mm3] HGB: 14,2 [g/dl]HCT: 43,9 %MCV: 75,6 [fl], MCH:24,5 [pg]MCHC:32,5 [pg]PLT: 81,9 [103/mm3]Terapi dilanjutkan

11 03 2015

S: Lemas, Demam naik-turunMakan/minum kurangO: Keadaan Umum: Pasien tampak lemasTTV: TD: 90/60mmHg Nadi: 98x Respirasi: 22x Suhu: 36,5C Paru-paru: vesikuler, wh -/-,Rh -/- Jantung: BJ I/II murni regular Abdomen: BU + normal Ekstremitas: Edema (-)Cefotaxim 2x1 grSanmol 390 mg/8 j/ivB.C/C 2x1 tabCek hasil darah rutinTerapi lain lanjut

12 03 2015 S: Demam (-), nyeri kepala (-) O: Keadaan Umum: Pasien tampak lemasTTV: TD: 90/60mmHg Nadi: 100x/mnt Respirasi: 22x Suhu: 37,4C Paru-paru: vesikuler, wh -/-,Rh -/- Jantung: BJ I/II murni regular Abdomen: BU + normal Ekstremitas: Edema (-)Terapi LanjutPeriksa darah rutin

13/03/2015S: Demam (-), nyeri kepala (-) O: Keadaan Umum: BaikTTV: TD: 90/60mmHg Nadi: 100x/mnt Respirasi: 22x Suhu: 37,4C Paru-paru: vesikuler, wh -/-,Rh -/- Jantung: BJ I/II murni regular Abdomen: BU + normal Ekstremitas: Edema (-)Hasil Laboratirum:WBC: 3,5 [103/mm3], HGB: 13,4 g/dLHCT: 40,2 %MCV: 76,6 fL MCH:25,6 pg, MCHC:33,5 pgPLT: 63,3 103/mm3P: Pasien boleh pulangMakan dan minum harus banyak

BAB IIIDISKUSI KASUS

Pasien Anak perempuan 10 tahun di bawah oleh keluarganya ke RSUD Andi Makassau dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS. demam yang muncul mendadak dan naik turun disertai dengan adanya sakit kepala, dan kurangnya nafsu makan selain itu pasien muntah dengan frekuensi 5x isinya makanan dan air, BAB dan BAK masih normal, dan riwayat minum obat panas. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang disertai dengan suhu tubuh yang meningkat dan pemeriksaan untuk thorax, abdomen, serta ekstremitas masih dalam batas normal. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan Rumple test positif (+) dan pemeriksaan laboratorium hasilnya masih normal sehingga pasien perlu di rawat dan diobservasi apakah pasien terserang oleh penyakit demam berdarah atau penyakit lainnya dan diagnosis sementara untuk pasien ini adalah observasi demam e.c DBDSesuai dengan teori DBD merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke dalam peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya aegepti atau aedes albopictus, dan gejala yang ditimbulkan penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus-menerus, berlangsung 2-7 hari, naik-turun tidak berespon dengan obat antipiretik. Kadang-kadang suhu sangat tinggi sampai 400C dan dapat terjadi juga kejang demam, pada kasus pasien walaupun demam tetapi tidak sampai kejang. Setelah diobservasi di ruangan pada hari ke-6 demamnya terus-menerus dan ditemukan adanya petekie pada daerah perut dan pemeriksaan laboratorium yang menunjukan adanya penurunan trombosit, tetapi hematokritnya masih dalam batas normal sesuai hasil yang didapat (WBC: 2,09 g/dl, HGB: 14,2, HCT: 43,9, MCV: 75,6, MCH:24,5, MCHC:32,5, PLT: 81,9). Berdasarkan teori menyatakan kasus DBD pada umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari yang diikuti oleh fase kristis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetap mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang tidak adekuat. Selain itu terdapat dua perubahan patologik utama pada penyakit DBD yang berpengaruh pada klinis dan laboratorium yaitu yang pertama adalah gangguan hemostasis yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan juga koagulopati. Akibat adanya gangguan hemostasis ini, maka terjadi manifestasi klinis perdarahan. Berdasarkan penelitian oleh dewi et al menyatakan bahwa nilai jumlah trombosit dapat dipergunakan sebagai faktor untuk memprediksi kejadian syok. Pada DBD dengan teori secondary heterologous infection menyatakan bahwa peningkatan agregrasi trombosit mengakibatkan penghancuran trombosit oleh reticuloendothelial system (RES) sehingga terjadi trombositopenia. yang kedua terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat menyebabkan kehilangan volume plasma pada pembuluh darah sehingga terjadi hemokonsentrasi. Tanda-tanda lainnya ialah menurunnya tekanan darah dan beberapa tanda dari syok, peningkatan hemotokrit sangat beberapa tanda syok. Peningkatan hematokrit sangat banyak ditemukan pada kasus syok sehingga pemeriksaan nilai hemotokrit perlu dilakukan dalam pemantauan kasus penyakit DBD beberapa tanda dari syok. Selain itu juga umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. kemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20% atau lebih (misalnya dari 35% menjadi 42%) mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Pada kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda syok. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien dapat didiagnosis sebagai DBD derajat satu karena dapat memenuhi kriteria DBD menurut WHO terdiri dari kriteria klinis dan laboratorius. Diantaranya: Kriteria klinis: demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: uji tourniquet positif, petekie, ekimosis, purpura, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena, pembesaran hati, syok, ditandai nadi cepat dan lemah, serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah. Kriteria laboartorius: trombositopenia (100.000/ atau kurang), hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebihPada kasus didiagnosis sebagai DBD derajat 1 karena yang hanya muncul pada pasien tersebut berupa demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet (+)Hal dapat dilihat berdasarkan teori mengenai derajat DBD Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdaran lain. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.Pada kasus ini penatalaksanaan yang dilakukan pemasangan infus yang digunakan adalah IVFD RL. Menurut teori penatalaksanaan pada pasien DBD adalah pemberian infus yang terbaik adalah IVFD jenis kristaloid (misal: Ringer Laktat) untuk mencegah terjadinya perembesan plasma ke luar pembuluh darah. Pemberian parasetamol pada pasien ini diindikasikan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, serta untuk menurunkan demam. Ranitidin efektif untuk mengatasi gejala akibat sekresi asam lambung yang berlebihan dan efektif untuk mengatasi gejala akut tukak duodenum, tukak lambung, gastritis erosif dan pengobatan alternatif jangka pendek untuk pasien yang tidak dapat diberikan ranitidin oral. Pada pasien didapatkan memiliki keluhan nyeri ulu hati disertai mual yang diakibatkan peningkatan asam lambung sehingga dengan pemberian ranitidin, diharapkan keluhan nyeri ulu hati pada pasien berkurang. Ondansetron ampul diberikan untuk mengatasi muntahnya. Setelah difollow-up sampai hari ke-7 kondisi pasien mulai membaik dan bebas dari demam dan pasien diizinkan boleh pulang. Sesuai dengan teori criteria memulangkan pasien adalah keadaan umum baik, pasien bebas demam 24 jam tanpa pemberian antipiretik, bebas rejatan dalam 3 hari, napsu makan baik/intake terjamin, tidak ada distress pernafasan, Hematokrit menurun tapi tidak dalam masa rejatan, Trombosit > 500.000/mm3

DAFTAR PUSTAKA

1. Medicinus. Diagnosis dan Terapi cairan pada demam berdarah dengue. Volume 22. No I. [serial online] 2009 march-mei. [cited 2015 mach 11]: [19 screens] Available from: URL: http://www.dexa-medica.com/sites/default/files/publication_upload090324152955001237863562medicinus_maret-mei_2009.pdf2. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Buku kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: INFOMEDIKA ; 2007. hal. 607. 3. Diffah Hanim, chid Putranto, dkk. Program pengendalian penyakit menular : demam berdarah dengue. [serial online] 2013. [cited 2015 march 11]: [26 screens] Available from: URL: http://fk.uns.ac.id/static/filebagian/DBD.pdf4. DepKes. Demam Berdarah [serial online] -. [cited 2015 mach 11]: [4 screens] Available from: URL: http://www.chp.gov.hk/files/pdf/ol_dengue_fever_indonesian_version.pdf5. Sukohar A. Demam Berdarah Dengue. [serial online] 2014 [cited 2015 march 12] [15 screens] Available from: URL: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=148812&val=55026. Anonima. Tinjauan Pustaka. [serial online]- [cited 2015 march 11] [13 screens] Available from: URL:http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-wiwikdurro-6400-3-babii.pdf

2