minpro dbd
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hakikat pembangunan kesehatan merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan
bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Strategi paradigma sehat dan desentralisasi dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan tidak akan tercapai bila tidak ada organisasi yang
mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas serta masyarakat yang mendukung. Upaya
pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah melalui puskesmas
dan berbagai kegiatan pokok yang ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai unit
terkecil masyarakat. Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No.32 tahun 2004 sebagai
perbaikan terhadap Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan
ini merupakan landasan bagi pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di seluruh
Indonesia, dan telah memberikan peluang yang besar kepada Pemerintah Daerah dan
perangkatnya untuk melanjutkan tugas-tugas pemerintahan umum, pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan termasuk didalamnya adalah pembangunan bidang kesehatan.
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran merata di seluruh tanah air. Insiden DBD
di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk (pada 1989 hingga 1995) dan pernah meningkat
tajam hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung
menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue melalui vektor
nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus tiap tahunnya
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina
yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Data dari Dinas Kesehatan Riau tahun 2013 dijumpai 250 warga di seluruh
kabupaten/kota terjangkit demam berdarah dengue (DBD). Data ini membuktikan bahwa Riau
termasuk daerah yang rawan DBD. Dan untuk kabupaten Kuansing dijumpai 12 kasus DBD.
Sedangkan untuk kasus suspect DBD sendiri jumlahnya mencapai 164 kasus hingga Oktober
2013. Dan jumlahnya terus bertambah tiap bulannya.
1
Dari data UPTD Kesehatan Muara Lembu tidak dijumpai kasus DBD pada tahun 2013.
Namun untuk kasus suspect DBD sendiri dijumpai minimal 2 kasus setiap bulannya sejak bulan
September hingga desember 2013. Tingginya kasus suspect DBD di Desa Muara Lembu ini
dapat juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DBD. Oleh karena itu
perlu dilakukan penyuluhan mengenai DBD sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang DBD sehingga dapat menghindari ancaman DBD.
1.2. Pernyataan Masalah
Kasus suspect DBD yang dijumpai tiap bulan di Puskesmas Muara Lembu yaitu rata-rata
2 kasus tiap bulannya yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DBD
dan bagaimana cara pencegahannya.
1.3. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit demam berdarah
dengue dan pencegahannya.
1.4. Manfaat
Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD dan cara
pencegahannya diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian baik DBD maupun suspect
DBD di UPTD Kesehatan Muara Lembu sehingga tidak dijumpai lagi kematian dan kecacatan
yang diakibatkan oleh penyakit DBD.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Etiologi2
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, diathesis hemoragik dan perembesan plasma. Yang
membedakan demam berdarah dengue dengan demam dengue adalah ada tidaknya perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Demam dengue dan demam berdarah dengue sama-sama disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan diameter sekitar 30
nanometer yang terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 10-6.
Terdapat 4 serotipe virus, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe virus
tersebut semuanya telah ditemukan di Indonesia dengan serotipe terbanyak adalah DEN-3.
2.2. Epidemiologi2
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran merata di seluruh tanah air. Insiden DBD
di Indonesia antara 6-15 per 100.000 penduduk (pada 1989 hingga 1995) dan pernah meningkat
tajam hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung
menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue melalui vektor
nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus tiap tahunnya
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina
yaitu bejana berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan tempat penampungan air lainnya).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi penularan virus
dengue, yaitu:
1. Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain;
3
2. Pejamu: terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan jenis kelamin;
3. Lingkungan: curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
2.3. Patogenesis2
Patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami, namun terdapat dua perubahan patofisiologis
yang signifikan, yaitu:
a. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan
terjadinya syok. Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma ke
dalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-48 jam).
b. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati,
mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.
Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD. Kadar C3 dan C5 rendah,
sedangkan C3a serta C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui.
Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD,namun demikian peran kompleks antigen-
antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.
Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD
dijelaskan dengan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi
heterotipik sebagai akibat infeksi dengue sebelumnya. Namun demikian, terdapat bukti bahwa
faktor virus serta respons imun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.
2.4. Manifestasi Klinis2
Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum
variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak spesifik, demam
dengue, demam berdarah dengue, hingga yang paling berat yaitu dengue syok sindrom (DSS).
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk
mengurangi diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).
Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari,
biasanya bifasik.
4
2. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan:
- Uji tourniquet positif
- Petekia, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
Kriteria Laboratoris :
- Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml)
- Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit (Htc) > 20%)
Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi menjadi 4 derajat seperti pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Klasifikasi Infeksi Dengue berdasarkan Derajat Penyakit
Kategori Derajat Gejala Laboratorium
DD Demam diserai 2/lebih tanda: nyeri
kepala, nyeri retro-orbital, nyeri otot
dan nyeri sendi
- leukopenia
- trombositopenia ringan
- tidak ada tanda kebocoran
plasma
DBD I Gejala di atas + uji tourniquet positif - trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
DBD II Gejala di atas + perdarahan spontan - trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
DBD III Gejala di atas + tanda-tanda pre-syok
(kulit dingin, lembab, dan gelisah,
nadi cepat, tekanan darah turun)
- trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
DBD IV Syok berat (nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak terukur)
- trombositopenia <100.000 /ml
- ada kebocoran plasma
Adapun yang dimaksud tanda-tanda kebocoran plasma (plasma leakage) antara lain:
peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin
5
penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya
hipoproteinemia
hiponatremia
efusi pleura atau asites
2.5. Diagnosis2,3
Diagnosis DBD dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
pemeriksaan penunjang. Adapun hal-hal yang menyangkut anamnesis dan pemeriksaan fisik
telah dibahas pada sub bab 2.4 mengenai manifestasi klinis DBD. Sedangkan pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis DBD antara lain:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang umum dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam berdarah
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Htc), jumlah trombosit,
dan hitung jenis leukosit untuk melihat ada tidaknya limfositosis relative disertai gambaran
limfosit plasma biru (LPB).
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi
antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction). Namun karena teknik ini masih sulit dilakukan dan biayanya mahal maka dapat
digunakan juga uji serologis yang dapat mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap virus
dengue dengan memeriksa kadar IgM dan IgG.
Parameter-parameter lainnya yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan darah adalah:
Leukosit: dapat berupa leukositosis atau leukopenia, mulai hari ke-3 dapat ditemukan
limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit) disertai limfosit plasma biru (> 15% dari
total leukosit di mana pada fase syok akan meningkat jumlahnya
Trombosit: terjadi trombositopenia pada hari ke-3 sampai hari ke-8
Hematokrit: terjadi peningkatan hematokrit >20% dari nilai hematokrit awal, umumnya
mulai terlihat padaa hari ke-3 demam
Hemostasis: dilakukan pemeriksaan waktu perdarahan, CT, PPT, aPTT jika dicurigai
adanya perdarahan ataupun kelainan pembekuan darah
6
Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia jika ada kebocoran plasma
Faal hati: dapat terjadi peningkatan enzim hati SGOT/SGPT
Faal ginjal: dapat terjadi peningkatan ureum, kreatinin terutama jika terjadi syok
7
Imunoserologis: dapat terjadi peningkatan IgM antidengue mulai hari ke-3 sampai
dengan minggu ke-3 dan menghilang setelah 60-90 hari, serta terjadi peningkatan IgG
mulai hari ke-14 (infeksi primer) atau hari ke-2 (infeksi sekunder)
Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI): uji ini merupakan standar WHO untuk kepentingan
surveilans. Uji ini memerlukan minimal 2 sampel serum pada fase akut dan fase
konvalesens (penyembuhan) dengan interpretasi seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Interpretasi Hasil Uji Hemaglutinasi Inhibisi
Interval Serum I-II Kenaikan Titer Titer Serum II Kesimpulan
≥ 7 hari ≥ 4 kali ≤ 1: 1280 Infeksi Primer
Berapapun ≥ 4 kali ≥ 1: 1560 Infeksi Sekunder
< 7 hari ≥ 4 kali ≤ 1: 1280 Infeksi primer atau
infeksi sekunder
Berapapun tidak ada ≥ 1: 2560 Mungkin infeksi
dengue
≥ 7 hari tidak ada ≤ 1: 1280 Bukan infeksi dengue
< 7 hari tidak ada ≤ 1: 1280 Tidak bisa
disimpulkan
Hanya 1 serum ≤ 1: 1280 Tidak bisa
disimpulkan
b. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dilakukan untuk membantu mendeteksi komplikasi dari
DBD yaitu efusi pleura dan asites. Efusi pleura dapat dilihat pada foto thorax PA dan lateral,
sedangkan asites dapat ditemukan pada pemeriksaan USG Abdomen.
2.6. Penatalaksanaan
a. Promotif
Kegiatan promotif untuk mencegah meluasnya kasus DBD di masyarakat adalah melalui
semboyan “3M plus” yaitu menguras bak mandi minimal seminggu sekali, menutup tempat-
8
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat
berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, pemberian bubuk abate di tempat-tempat penampungan
air atau ikanisasi tempat penampungan air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, serta
melakukan fogging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa.
b. Preventif
Kegiatan preventif di sini dimaksudkan untuk mencegah gigitan nyamuk, yaitu dengan
cara mengoleskan lotion antinyamuk (repellent), menggunakan insektisida antinyamuk (semprot,
bakar, atau elektrik), memakai kaos kaki yang panjang hingga ke lutut untuk anak-anak yang
masih sekolah atau menggunakan celana panjang maupun baju lengan panjang, serta tidur
dengan menggunakan kelambu.
c. Kuratif2
Tidak ada terapi yang spesifik untuk infeksi dengue, prinsip utama adalah dengan terapi
simtomatis. Dengan terapi simtomatis yang adekuat angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan intravaskular merupakan tindakan yang paling
penting dalam penanganan demam berdarah dengue. Asupan cairan pasien harus dijaga terutama
cairan oral. Apabila asupan secara oral tidak dapat terpenuhi maka alternatifnya dapat diberikan
cairan secara parenteral untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan hemokonsentrasi darah.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama Divisi Tropik
Infeksi dan Divisi Hematologi-Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah
menyusun penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa. Protokol ini terbagi dalam 5 kategori:
9
Protokol 1: Penanganan Pasien Dewasa Tersangka DBD tanpa Syok
Protokol ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama pada
pasien DBD atau yang diduga DBD di Instalasi Gawat Darurat serta digunakan sebagai petunjuk
dalam memutuskan indikasi rawat. Adapun hal-hal yang harus dilakukan seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 1. Protokol I (Penanganan Pasien Tersangka DBD tanpa Syok)
Protokol II: Pemberian Cairan pada Pasien Tersangka DBD di Ruang Rawat
Pasien tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok di ruang rawat
diberikan cairan infus kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini.
atau dapat juga dijabarkan dalam Rumus Holiday-Segar yang dapat pula digunakan pada pasien
anak-anak. Adapun perhitungannya seperti pada tabel di bawah ini.
10
RAWAT INAPObservasi Rawat Jalan
Periksa Hb, Hematokrit,
dan Trombosit 24 jam
berikutnya
Hb, Hematokrit, dan Trombosit Normal
Hb & Hematokrit Normal
Trombosit 100.000-150.000
Hb & Hematokrit Normal
Trombosit <100.000
Hb & Hematokrit Meningkat
Trombosit Normal/Turun
Keluhan mengarah DBD(Kriteria WHO 1997)
1500 + {20 x (Berat Badan dalam Kg – 20)}
Tabel 3. Tabel Perhitungan Kebutuhan Cairan Maintenance menurut Holiday-Segar
Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan
≤ 10 kg 100 cc/kgBB/hari
11 – 20 kg 50 cc/kgBB/hari
> 20 kg 20 cc/kgBB/hari
Misal:
Pasien anak-anak dengan berat badan 15 kg, maka perhitungannya adalah (10 kg x 100
cc/kg/hari) + (5 kg x 50 cc/kg/hari) = 1000 cc/hari + 250 cc/hari = 1250 cc/hari
Pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, maka perhitungannya adalah (10 kg x 100
cc/kg/hari) + (10 kg x 50 cc/kg/hari) + (30 kg x 20 cc/kg/hari) = 1000 cc/hari + 500
cc/hari + 600 cc/hari = 2100 cc/hari
Alur penatalaksanaan pasien tersangka DBD tanpa perdarahan dan syok di ruang rawat dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Protokol II (Pemberian Cairan Tersangka DBD di Ruang Rawat)
11
Suspek DBD Perdarahan spontan & massif (-) Tanda-tanda syok (-)
Hb, Hematokrit Normal Trombosit < 100.000 Infus Kristaloid Periksa Hb, Htc, Trombo /24 jam
Hb, Hematokrit Normal Trombosit < 100.000 Infus Kristaloid Periksa Hb, Htc, Trombo /24 jam
Penanganan dengan Protokol III
Hb, Hematokrit ↑ >20% Trombosit <100.000
Protokol III: Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%
Meningkatnya hematokrit > 20% menunjukkan adanya defisit cairan tubuh sebanyak
kurang lebih 5%. Penatalaksanaannya seperti yang terlihat pada bagan berikut ini.
12
Tambah infus kristaloid 10 cc/kgBB/jam
Kurangi infus kristaloid 5 cc/kgBB/jam
Tambah infus kristaloid 15 cc/kgBB/jam
Terapi cairan dihentikan dalam 24-48 jam Penanganan dengan
Protokol V
MEMBAIKMEMBAIK TIDAK MEMBAIK tanda syok (+)
Defisit Cairan 5%
Terapi awal cairan IV 6-7 cc/kgBB/jam
TIDAK MEMBAIK Hematokrit ↑, Nadi ↑
Tensi ↓ <20 mmHg Diuresis ↓
MEMBAIK Hematokrit ↓ Nadi ↓,
Tensi ↑ Diuresis ↑ 2 cc/kgBB/Jam
Evaluasi 3-4 jam
Tanda Vital dan Hematokrit Memburuk
Kurangi infus kristaloid 3 cc/kgBB/Jam
MEMBAIK TIDAK MEMBAIK
Gambar 3. Protokol III (Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%)
Protokol IV: Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dapat berupa epistaksis, hematemesis,
melena, hematokezia, hematuria, perdarahan intraserebral atau perdarahan tersembunyi lainnya.
Pada keadaan seperti ini pemberian cairan tetap sama seperti keadaan tanpa syok. Observasi
tanda vital, Hb, hematokrit, dan trombosit sebaiknya dilakukan setiap 4-6 jam sekali.
Pemberian heparin dilakukan bila secara klinis dan laboratoris ditemukan tanda-tanda
DIC (Disseminata Intravascular Coagulation). Tranfusi komponen darah diberikan sesuai
indikasi. Tranfusi PRC (Pack Red Cells) dilakukan bila Hb < 10 g/dl, tranfusi TC (Trombocyte
Concentrate) dilakukan bila trombosit < 50.000/mm3 disertai perdarahan masif dengan atau
tanpa tanda-tanda DIC. Sedangkan FFP diberikan bila terdapat tanda defisiensi faktor
pembekuan (PT dan aPTT memanjang).
Gambar 4. Protokol IV (Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD)
13
KASUS DBD: Perdarahan spontan masif Tanda-tanda syok (-)
Pemeriksaan Hb, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, Hemostasis, Golongan Darah, Uji Cross-Match
DIC (-): Tranfusi komponen darah (k/p) Observasi tanda vital, Hb, Htc, Trombo tiap 4-6 jam, ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam
kemudian
DIC (+): Tranfusi komponen darah (k/p) Heparinisasi
5000-10.000/hari drip Observasi tanda vital, Hb, Htc, Trombo tiap
4-6 jam, ulang pemeriksaan hemostasis 24 jam kemudian
Dalam memberikan transfusi komponen darah hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
Ada rumus yang dapat digunakan dalam menentukan kebutuhan transfusi komponen darah.
Untuk menentukan kebutuhan transfusi PRC dapat digunakan rumus:
(Hb target – Hb pasien) x Berat Badan (kg) x3
Sedangkan kebutuhan trombosit dapat dihitung dengan perkiraan bahwa 50 cc suspensi
trombosit dapat menaikkan kadar trombosit darah 7500-10.000/mm3 pada pasien dengan berat
badan minimal 50 kg. Ada beberapa institusi yang menyatakan bahwa untuk membantu
meningkatkan kadar trombosit dapat juga ditambahkan Dexamethason atau Metilprednisolon
(parenteral). Namun pemberian kortikosteroid ini harus lebih hati-hati pada pasien yang memiliki
riwayat diabetes mellitus dan hipertensi, karena steroid akan sangat mudah menaikkan kadar
glukosa darah dan tekanan darah.
Protokol V: Tatalaksana Dengue Shock Syndrome
Protokol ini digunakan bila pasien sudah menunjukkan tanda-tanda syok (DBD Derajat
III dan IV) yang merupakan kegawatdaruratan pada penyakit ini. Tatalaksana Dengue Shock
Syndrome (DSS) dapat dilihat seperti pada bagan berikut ini.
14
Gambar 5. Protokol V (Tatalaksana Dengue Shock Syndrome)
15
Koreksi Gangguan Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infeksi sekunder
PERBAIKAN
HIPOVOLEMIK Kristaloid pantau tiap 10-15 menit
NORMOVOLEMIK Koreksi Gangguan
Asam Basa, Elektrolit, Hipoglikemia, Anemia, DIC, Infeksi sekunder
Kombinasi Koloid-Kristaloid
Perbaikan terhadap vasopressor
- Inotropik - Vasopressor - After load
Evaluasi 24-48 jam, jika tetap stabil berikan cairan maintenance
MEMBURUK Kembali Ke Awal
MEMBAIK Kristaloid 5 cc/kgBB/jam
Hematokrit ↓ Transfusi WB 10 cc/kgBB Dapat diulang sesuai
kebutuhan
Hematokrit ↑ Koloid tetes cepat 10-20
cc/kgBB/10-15 menit
TIDAK MEMBAIK Koloid 30 cc/kgBB/jam
MEMBAIK Menuju ke ©
MEMBAIK Kristaloid 3 cc/kgBB/jam
MEMBAIK Menuju ke ©
TIDAK MEMBAIK
Pasang PVC
Kristaloid 10-20 cc/kgBB/30 menit O2 2-4 liter/menit Periksa Analis Gas Darah (AGD), Hb, Htc, Trombosit, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Golongan Darah
MEMBAIK Kristaloid 7 cc/kgBB/jam
TIDAK MEMBAIK Kristaloid 20-30
cc/kgBB/30 menit
BAB III
METODE
Metode yang dilakukan saat ini untuk membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja UPTD Kesehatan Muara Lembu adalah
dengan melakukan Penyuluhan dilakukan untuk melalui penyuluhan tentang Demam Berdarah
Dengue dengan sasaran seluruh masyarakat yang datang ke Posyandu
Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Menentukan topik mini project yang akan dilaksanakan
2. Mengumpulkan dan menganalisis data
3. Merencanakan penyuluhan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue dan
pencegahannya di fasilitas kesehatan.
4. Mencari bahan penyuluhan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue dan
pencegahannya di fasilitas kesehatan.
5. Menentukan tempat dan waktu penyuluhan: Posyandu Lansia Logas, 04 Desember
2013.
6. Menyiapkan sarana dan prasarana untuk penyuluhan.
7. Melakukan penyuluhan sesuai waktu dan tempat yang telah direncanakan dengan
diskusi interaktif, pemeriksaan dan pengobatan gratis pada lansia.
8. Analisis dan pengolahan hasil.
16
BAB IV
HASIL
4.1.1 Profil Komunitas Umum
UPTD Kesehatan Muara Lembu memiliki wilayah kerja seluas 1.868 km2 yang
mencakup 4 desa dan 1 kelurahan dengan jumlah penduduk sebesar 12.980 jiwa dan dengan
kepadatan penduduk 12,72 per km2.
Wilayah kerja UPTD Kesehatan Muaralembu terdiri dari 5 desa, yaitu :
1. Kelurahan Muara Lembu
2. Desa Logas
3. Desa Pulau Padang
4. Desa Pangkalan Indarung
5. Desa Kebun Lado
Wilayah kerja UPTD Kesehatan Muaralembu berbatasan dengan :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Singingi Hilir
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuantan Mudik
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuantan Tengah
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat
Tingkat pendidikan tertingi masyarakat Muara Lembu sebagian besar adalah SD/MI
dengan jumlah 1.489 orang yang mengenyam pendidikan hingga tingkat SD, 463 orang yang
mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP/MTs, dan 249 orang yang mengenyam pendidikan
hingga tingkat SMA/SMK/MA.
4.1.2 Data Geografis
Fotografi kecamatan singing merupakan tanah datar sampai berbukit-bukit dan
bergelombang dengan kemiringan tanah antara 0-2%. Jenis tanah yang ada di kecamatan
Singingi berjenis Podsolid kuning dengan keasaman tanah antara 4,5 – 5,5. Iklim di kecamatan
singing merupakan iklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 19,5oC – 34,2oC, sedangkan
musim yang ada di kecamatan ini adalah musim hujan dan musim kemarau. Sungai besar yang
17
mengalir di kecamatan singing adalah sungai singing yang bermuara di desa Rakit gadang
kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar.
4.1.3 Data Demografik
Jumlah penduduk yang berada di seluruh wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu
sebanyak 12.980 jiwa dengan jumlah kelahiran pada tahun 2011 sebanyak 243 kelahiran dan
jumlah kematian bayi dan balita pada tahun 2011 sebanyak 2 kematian. Tidak ada kematian ibu
yang dilaporkan pada tahun 2011.
4.1.4 Sumber Daya Kesehatan
No Sumber Daya Kesehatan Jumlah
1 Dokter Umum 3 orang
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Bidan 7 orang
4 Perawat 16 orang
5 Tenaga Kefarmasian 4 orang
6 Tenaga Gizi 1 orang
7 Tenaga Kesmas 1 orang
4.1.5 Sarana Pelayanan Kesehatan
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Puseksmas 1 puskesmas
2 Posyandu 8 posyandu
3 Posyandu Aktif 87,50%
4 Desa Siaga 3 desa
5 Poskesdes 3 poskesdes
18
BAB VDISKUSI
Masyarakat yang datang ke posyandu lansia yang di laksanakan di Desa Logas
mendengarkan penyuluhan setelah mereka menerima pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan
fisik, penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kadar gula darah,
kolesterol dan asam urat, dan pemberian obat-obatan. Kemudian dilakukan penyuluhan dengan
pendekatan kelompok melalui metode ceramah dengan materi penyuluhan yang diberikan adalah
mengenai defenisi DBD, penyebab DBD, gejala klinis DBD, bahaya DBD, serta apa saja yang
dapat dilakukan untuk mengupayakan pencegahan DBD.
Penyuluhan berjalan dengan baik. Peserta menyimak dengan antusias saat dokter
internship memberikan penyuluhan. Pada sesi tanya-jawab peserta juga mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan gejala klinis DBD dan pencegahannya:
- Apakah DBD dapat ditularkan selain oleh nyamuk?
- Bagaimana cirri-ciri orang yang terkena DBD?
- Apa tindakan awal yang dapat dilakukan apabila curiga seseorang terkena DBD?
- Apa saja bahaya DBD?
- Bagaimana pecegahan DBD?
- Apa yang harus dilakukan jika ditemukan ada seoarang warga yang terkena DBD
agar tidak menyebar?
19
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
Penyuluhan mengenai DBD sangat efektif dan berpengaruh dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit DBD, gejala klinis, bahaya dan pencegahan yang
dapat dilakukan. Apabila pengetahuan masyarakat mengenai DBD dapat ditingkatkan maka
sikap dan perilaku masyarakat akan berubah untuk mencegah timbulnya penyakit DBD.
Penyuluhan sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala. Bila memungkinkan
penyuluhan dapat dilakukan dengan menggunakan media power point yang ditayangkan melalui
infocus proyektor sehingga seluruh peserta dapat melihat beberapa gambar ataupun video
mengenai DBD sehingga para peserta penyuluhan akan lebih antusias untuk mendengarkan dan
lebih memahami materi penyuluhan yang diberikan. Selain itu diperlukan juga peran serta
pemerintah dan tenaga kesehatan setempat untuk dilakukan fogging berkala, dan juga apabila
ada laporan warga jika ditemukan kasus DBD sehingga dapat mengurangi kekhawatiran warga
terhadap bahaya penyakit DBD.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2013. Suspect DBD di Kuansing Jadi 211 Kasus.
http://www.riautoday.com/konten/4261/suspect-dbd-di-kuansung-jadi-211-kasus.html.
Diakses pada tanggal 12 Nopember 2013.
2. Suhendro, Nainggolan, Chen, Pohan. 2006. “Demam Berdarah Dengue”. Disunting oleh
Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Wiradharma, Danny. 1999. Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue. Jakrata. FK
Trisakti.
4. Staff Pengajar FK UI .2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Bagian IKA FK UI.
5. Dr. Faziah A. 2004. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia. www.library.usu.co.id. Diakses pada tanggal 12 November 2013.
21