pbl 26 dbd

Upload: adriancyusuf

Post on 03-Jun-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    1/31

    1

    Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di

    Puskesmas

    Santi lestari

    C2 / 102010327

    Alamat korespondensi :

    Santi Lestari, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna

    Utara no.6 Jakarta Barat 11510

    e-mail : [email protected]

    Pendahuluan

    Penyakit demam berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di

    Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas.

    Penyakit DBD merupakan [enyakit menular yang terutama menyerang anak-anak.

    Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak

    daerah yang endemic. Daerah endemic DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran ke

    wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umunya dimulai dengan peningkatan

    jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperluakan

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    2/31

    2

    pengasapan (fogging) secara missal, abatisasi missal, serta penggerakan pemberantasan sarang

    nyamuk (PSN) yang terus-menerus.

    Penyakit DBD mempunyai perjalan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena

    banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya terlambat. Demam berdarah dengue

    (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD),

    dan dengue shock syndrome (DSS).

    Epidemiologi

    Aspek epidemiologi 1Aspek epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit, di antaranya factor

    cuaca, vector, reservoir, goegrafis, dan factor prilaku. Berikut adalah penjelasan mengenai

    factor-faktor tersebut :

    a) CuacaIklim dan musim merupakan factor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit

    inefksi. Agens penyakit tentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga

    kerena mereka membutuhkan reservoir dan vector untuk kelangsungan hidupnya. Iklim

    dan variasi musim dapat mempengaruhi kehidupan penyakit, reservoir, dan vector. Selain

    itu, prilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau penyebaran kerentanan

    terhadap penyakit infeksi.1

    b) VectorOrganisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari suatu hewan ke hewan lain

    atau ke manusia disbut sebagai vektor. Arthropoda merupakan vector penting didalam

    penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk merupakan vector penting

    untuk penularan virus yang menyebabakan ensefalitis pada manusia. Nyamuk menghisap

    dapar dari reservoir yang lain atau pada manusia.

    1

    c) ReservoirHewan-hewan yang menyimpan kuman pathogen sementara hewan hewan itu sendiri

    tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah

    hewan yang bisa hidup bersama pathogen. Penyakit ricketsia merupakan arthropodborne

    disease yang hidup didalam reservoir alamiah.1

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    3/31

    3

    d) GeografisInsidensi penyakit yang ditularkan oleh arthropoda berhubungan langsung dengan daerah

    geografis tempat reservoir dan vector berada. Bertahan hidupnya agens penyakit

    bergantung pada iklim (suhu, kelembaban, dam curah hujan) dan fauna local. Variasi

    musim juga mempengaruhi penyebaran penyakit arthropoda. Contoh, virus dengue

    ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes selama musim penghujan karena musim

    tersebut merupakan saat terbaik bagi nyamuk untuk berkembang biak. Dengan demikian

    wabah penyakit dengue ini terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan

    (September sampai maret).1

    e) Prilaku manusiaInteraksi antar manusia, kebiasaan manusia untuk buang sampah secara sembarangan,

    kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaab

    arthropoda (arthropodborne disease).1

    Transmisi penyakit1Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada manusia yang rentan,

    mekanisme utama penualaran atau transmisi agens infeksius dapat melalui beberapa cara yaitu :1

    - Dari orang ke orang- Melalui udara-

    Melalui makanan dan air- Melalui hewan- Melalui vector arthropodaMasuknya agens penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala

    penyakit disebut sebagai masa inkubasi atau incubation period. Khusus pada arthropodborne

    disease terdapat dua periode masa inkubasi periode pada tubuh vector dan periode pada

    manusia.1

    Beberapa istilah yang sering digunakan pada transmisi arthropodborne disease, antara

    lain :1

    a) Inokulasi (inoculation)Inokulasi adalah masuknya agens penyakit atau bibit yang berasal dari arthropda kedalam

    tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrane mukosa.

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    4/31

    4

    b) Infestasi (infestation)Masuknya atrhropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak

    disebut sebagai infestasi.

    c) Extrinsic incubation period dan intriksik incubation periodWaktu yang diperlukan agens penyakit untuk berkembang biak dalam tubuh vector

    disebut sebagai masa inkubasi ekstrinsik, sementara waktu yang diperlukan untuk

    berkembang biak dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi instrinsik.

    d) Definitive host dan intermediate hostVector atau manusia akan disebut sebagai definitive host atau intermediate host

    bergantung pada apakah dalam tubuh vector atau manusia tersebut terjadi

    perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual agens penyakit. Apabila yang

    berlangsung siklus seksual, vector atau manusia itu disebut sebagai definitive host.

    Contoh, parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk Anopheles dan

    menjadi siklus aseksual pada tubuh manusia. Dengan demikian, nyamuk Anopheles

    merupakan definitive host, sedangkan manusia merupakan internediete host.

    Berikut ini 3 jenis cara penularan arthropodborne disease :1

    1. Kontak langsungArthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infeksi dari satu orang ke

    orang yang lain melalui kontak langsung. Contoh, scabies, dan pedikulus.

    2. Transmisi secara mekanisAgens penyakit ditularkan oleh arthropoda, misalnya penularan penyakit diare, tifoid,

    keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai

    vector mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah,

    ulkus superfisialis, atau eksudat. Kontaminasi bisa terjadi pada permukaan tubuh

    arthropoda saja, tetapi bisa juga berasal dari agens yang ditelan dan kemudian

    dimuntahkan atau dikeluarkan melalui kotoran arthropoda.

    3. Transmisi secara biologisAgens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam

    tubuh arthropoda, penularan semacam itu disebut sebagai transmisi biologis. Ada tiga

    cara transmisi biologis, yaitu :

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    5/31

    5

    a) Propagativeagens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultipliksaidi dalam

    tubuh vector. Contoh, plague bacilli pada pinjal tikus.

    b) Cyclo-propagativeAgents penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh

    arthropoda. Contoh, penyakit malaria pada nyamuk Anopheles.

    c) Cyclo-developmentalAgens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam

    tubuh arthropoda. Contoh, parasit filarial pada nyamuk Culex dan cacing pita

    pada Cyclops.

    Gambar 1.1 cara penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD)1

    Di banyak Negara tropis,virus dengue sangat endemic. Di Asia, penyakit ini sering

    menyerang cina selatan, Pakistan, India, dan semua Negara asia tenggara. Sejak tahun 1981,

    virus ini ditemukan di Queesland, Australia. Di sepanjang pantai timur Afrika, penyaki ini juga

    ditemukan dalam berbagai serotype. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di Amerika

    Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika serikat sampai tahun 1990-an. Epidemia

    Definitive host

    manusia

    Intermediate host

    Aedes Aegypti

    Multiplikasi

    Diagram propagative

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    6/31

    6

    dengue pertama kali di Asia terjadi pada tahun 1779, di Eropa tahun 1784, di Amerika Selatan

    tahun 1835-an, dan di Inggris tahun 1922.1

    Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyaki ini

    ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD. Profil kesehatan

    provinsi jawa tengah tahun 1999 melaporkan bahwa kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun

    yang terserang sebanyak 42% dan kelompok usia 15-44 tahun yang teserang sebanyak 37%.

    Data tersebut di dapatkan dari data rawat inap rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD

    sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.1

    CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap

    tinggi. CFR tahun 1968 sebanyak 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8% dan

    tahun 1999 masih di atas 2%. Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun

    2004 selama bulan januari dan februari, pada 25 provinsi tercatat 17.707 orang terkena DBD

    dengan kematian 322 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali, dan

    NTB.1

    Ada empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,dan DEN-4. Serotype DEN-3

    merupaka jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Infeksi oleh salah satu

    serotype menimbulkan kekebalan pada serotype yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotype

    yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indoneisa. Di daerah endemic DBD

    seseorang dapat terkena infeksi semua serotype virus pada waktu yang bersamaan.1

    Untuk pertama kalianya, apda bulan maret 2002, Michael Rossman dan Richard Kuhn

    dari Purdue University, Amerika Serikat melaporkan bahwa struktur virus dengue yang berbeda

    dengan struktur virus yang lainnya telah ditemukan. Permukaan virus ini halus dan selaputnya

    ditutupi oleh lapisan protein yang berwarna biru, hijau, dan kuning (ilustrasi computer). Protein

    amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetic didalamnya.

    Etiologi dan penularan

    EtiologiPentakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-

    borne virus atau virus yang disebabakan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    7/31

    7

    family Flaviviridae. David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia

    disebabkan oleh tiga factor utama yaitu virus, manusia, dan nyamuk.1

    Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan

    Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :1

    Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,

    tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot

    tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain.

    Jarak terbang 100 m Nyamuk betina bersifat multiple biters (mengigit beberapa orang karena sebelum

    nyamuk itu kenyang sudah berpindah tempat)

    Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggiSiklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

    2

    Nyamuk ini meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari

    nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elips

    bewarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua hari

    menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.

    Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah

    mencapai instar keempat, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman

    (tidak aktif, tidur).

    Gambar 1.2 Siklus hidupAedes aegypti

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    8/31

    8

    Gambar 1.3 Lamanya siklus hidup masingmasing stadiumAedes aegypti

    Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.

    Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari,

    tetapi dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Telur Aedes aegypti tahan

    terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu bulan dalam keadaan kering. Jika

    terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan

    air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi

    kondisi nyamuk deawa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi

    ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam

    menghisap darah.2

    Pola Aktivitas Nyamuk Aedes aegypti2

    Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari.

    Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap

    darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin, yang

    diperlukan untuk bertelur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber

    energy dan nectar bunga ataupun tumbuhan. 2

    NyamukAedes aegypti menyukai area yang gelap dan benda-benda bewarna hitam atau

    merah. Penyakit DHF/DBD kerap menyerang anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak-anak

    cenderung duduk di dalam ruang kelas selama pagi hingga siang haari dan kaki mereka yang

    tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.2

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    9/31

    9

    Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang

    mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu kemampuan untuk menyebarkan virus.

    Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah,

    berkali-kali menusukkan alat penusuk dan pengisap darahnya (prosboscis), tetapi tidak berhasil

    menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko

    penularan penyakit DHF menjadi semakin besar.2

    Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber

    penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-

    2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah

    akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri

    dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1

    minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang

    lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang

    hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu

    menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk

    menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya

    (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue

    dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.2

    Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan

    perumahan, tempat terdapat banyak penampungan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan

    yang menjadi sarang berkembang biaknya.4 Selain itu, di dalam rumah juga banyak terdapat

    baju yang tergantung atau lipatan gorden, di tempat-tempat inilah biasanya nyamuk Aedes

    aegyptibetina dewasa bersembunyi.2

    Distribusi Nyamuk Aedes aegypti2

    Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropics yang banyak

    ditemukan antara garis lintang 350U dan 35

    0S. distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian,

    biasanya tidak dapat dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000m, meski pernah

    ditemukan pada ketinggian 2.121m di India dan 2.200m di Kolombia.2

    Nyamuk Aedes aegyptibetina merupakan vector penyakit DHF yang paling efektif dan

    utama. Hal ini karena sifatnya yang sangat senang tinggal berdekatan dengan manusia dan lebih

    senang menghisap darah manusia, bukan darah hewan (antropofilik). Selain Aedes aegypti, ada

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    10/31

    10

    pula nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan Aedes scutellaris yang dapat berperan

    sebagai vector DHF, tetapi kurang efektif.2

    Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah perkotaan lebih intensif dari

    pada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi didaerah

    perkotaan. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga

    memudahkan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) menyebarkan virus

    dengue dari satu orang keorang lain yang ada disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes

    aegypti biasanyatidak lebih dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk dikota pada umumnya

    jauh lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Jumlah Dati II yang terjangkit penyakit Demam

    Berdarah Dengue dari tahun ke tahun meningkat. Dalam tahun 1992 hanya ada 187 Dati II

    terjangkit, dan pada tahun 1996 meningkat menjadi 211 Dati ll. Masih terus meningkatnya

    jumlah Dati II yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue salah satu penyebabnya

    karena masih kurangnya upaya penggerakkan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang nyamuk

    penular penyakit Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), di berbagai daerah. Hal ini dapat dilihat

    dari masih rendahnya rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) Hasil Pemantauan Jentik Berkala (pm)

    di seluruh Propinsi dalam 6 tahun terakhir (1991-1996) berkisar 78,6-83,69. Angka ini masih

    jauh lebih rendah dari 95% yaitu angka yang diharapkan untuk dapat membatasi penyebaran

    penyakit Demam Berdarah Dengue. ABJ yang dicapai di beberapa daerah, sifatnya sangat

    dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung dari upaya penggerakkan

    masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuknya (PSN DBD). Hal ini tampak dari data

    lampiran 2, dimana ratarata ABJ meningkat dari tahun 1991 s/d 1994, namun kemudian menurun

    kembali mulai tahun 1995 dan 1996.2

    Interaksi agen penyakit, manusia (host), lingkungan (Enviroment), dan vector.

    Musim hujan merupakan saat terjadinya peningkatan penyakit DBD. Karena saat musim

    hujan terjadi banyak genangan air yang memudahkan perkembang biakan nyamuk Aedes

    aegypti. Nyamuk yang menjadi vector penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi

    saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut

    laporan terakhir, virus dapat ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telurtelurnya.3

    Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar

    air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    11/31

    11

    bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4 -6 hari dan

    orang tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh

    manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.3

    Pada saat nyamuk menggigit tubuh manusia, kemudian virus akan masuk ke dalam darah

    manusia yang kemudian bereplikasi. Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibody,

    selajutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai

    antigennya3

    Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat zat yang merusak sel sel

    pembuluh darah yang disebut proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas

    kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melabarnya pori pori pembuluh

    darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel sel darah, antara lan trombosit

    dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan

    hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan,

    batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering ,emgakibatkan kematian.3

    PenularanNyamuk yang menjadi vector penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi

    saat mengigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapay virus dalam darahnya). Menurut

    laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.

    Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air

    liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama

    air luir nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang

    tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam

    tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.1

    Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demamberdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau ada

    yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama

    satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada

    nyamuk penularnya. Sekali terifeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidup.1

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    12/31

    12

    Penyebaran penyakit DBD di Jawa bisanya terjadi mulai bulan Januari sampai April dan

    Mei. Factor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit DBD antara lain :1

    1. Imunitas pejamu2. Kepadatan populasi nyamuk3. Transmisi virus dengue4. Virulensi virus5. Keadaan geografis setempat

    Factor penyebaran kasus DBD antara lain :1

    1. Pertumbuhan penduduk2. Urbanisasi yang tidak terkontrol3. Transportasi

    Surveilans

    Pengertian Surveilans penting untuk pahami, khususnya terkait (elaborasi) dengan teori

    simpul Ahmadi. surveilans menjadi vital juga karena pijakan pola fikir kita sejauh menyangkut

    konsep dasar Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL). Menurut German (2001),

    surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu kegiatan yang

    dilakukan secara terus menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan

    interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam

    tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan

    meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan

    masyarakat dapat digunakan :1

    a) Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus pentingkesehatan masyarakat

    b) Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasukidentifikasi populasi resiko tinggi

    c) Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatanlainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic

    d) Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi programe) Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publicf) Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    13/31

    13

    g) Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.Pendekatan Surveilans Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: Surveilans

    pasif; Surveilans aktif (Gordis, 2000). Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan

    menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas

    pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan.

    Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus

    dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit

    internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi

    kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua

    kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan

    kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab

    utama.1

    Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke

    lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik,

    dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut

    penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif,

    lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan

    untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi

    outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan dari pada

    surveilans pasif Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community

    surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas

    oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan.

    Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus

    mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat

    lebih tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi

    laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu.1

    Peran puskesmas dalam penanggulanagn DHF

    Health promotion

    a. Strategi Promosi Kesehatan

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    14/31

    14

    Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan

    tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu:4

    1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus menerus danberkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar

    sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu

    menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang

    diperkenalkan (aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga,

    serta kelompok masyarakat.4

    2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorongindividu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan

    terdorong untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada

    (keluarga di rumah, orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis

    agama, dan lain-lain bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku

    tersebut.4

    Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:4

    a) Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Denganpendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan opini yang positif terhadap

    perilaku yang sedang diperkenalkan seperti gerakan 3M. Di samping itu diharapkan

    mereka juga bersedia memperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedang

    diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3M yaitu

    menguras, mengubur dan menutup).4

    b) Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti KepalaLingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda dan lain-lain.

    Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakat sehingga mereka perduli dan mau

    mendukung perubahan perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui untukmempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan yaitu 3M tersebut.

    4

    c) Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum denganmembina dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti radio, televisi, koran,

    majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dengan media komunikasi tersebut

    diharapkan media-media massa tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    15/31

    15

    yang diperkenalkan. Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam

    rangka penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah opini

    publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang diperkenalkan dan akhirnya

    mereka masyarakat mau melaksanakan perilaku baru tersebut dalam kehidupannya.4

    3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkankomitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi

    diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan (misal dalam bentuk

    perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang

    dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu

    kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupa tokoh agama,

    tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan di

    bidangnya.4

    b. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas

    Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

    bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan

    pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran,

    kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah

    kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi

    Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga

    fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat

    pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.4

    Promosi kesehatan secara umum

    Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa

    kegiatan, yaitu :2

    Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan Memberi nutrisi yang sesuai standar Meningkatkan kesehatan mental Penyediaan perumahan yang sehat Rekreasi yang cukup

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    16/31

    16

    Pekerjaan yang sesuai Melakukan konseling perkawinan Melaksanakan pemeriksaan berkala

    Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja

    melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui

    pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap analisa

    situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan

    diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan

    buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk

    meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah

    berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM

    Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan

    semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-kader,

    tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll.2

    Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).

    Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-

    jalur informasi yang ada:2

    1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru,murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

    2. Penyuluhan perorangan:a) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandub) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmasc) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

    3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I danpusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musimpenularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah

    setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam

    kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat

    Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini

    seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    17/31

    17

    Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok:2

    a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan ataupada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan

    sebagainya.

    b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok: Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka

    satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.

    Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain

    bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.

    Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakangambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster

    Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaantentang materi yang dibahas

    Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh manamateri yang disampaikan telah dipahami.

    Gambar 1.4. Pamflet penyuluhan DBD

    Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan :2

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    18/31

    18

    a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demamberdarah dengue menggunakan formulir :

    W1/laporan KLB (wabah) W2/laporan mingguan wabah SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian.

    Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan

    kegiatan Puskesmas (SP2TP).

    b. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya(akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke

    Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.

    Informasi Penanggulangan Demam Berdarah

    Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya

    maka menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal itu

    dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin untuk

    mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan bahwa

    penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain

    penyebarannyapun luas. Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini.

    Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam

    berdarah kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah

    dilaksanakan suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan

    dengan melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan

    dalam.2

    Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat

    secara terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah

    informasi yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus, carapemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan

    penanggulangan terhadap penderita demam berdarah.

    Selain itu, masyarakat perlu tahu

    bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam berdarah antara lain : demam tinggi, perdarahan

    (terutama perdarahan kulit), hepatomegali dan kegagalan peredaran darah (Sudarmo, 1988 :35).

    Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    19/31

    19

    bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise. Jika tanda-tanda tersebut ada, anak harus

    segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh pengobatan dan perawatan.2

    Preventif

    Secara garis besar kegiatan ini meliputi :3

    a. Pembersihan jentik

    Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Larvasidasi Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

    b. Pencegahan gigitan nyamuk

    Menggunakan kelambu Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju) penyemprotan

    Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya

    didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan

    komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.

    Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,

    maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan

    agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok

    yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi penyakit DBD

    dengan cara memberantas vektornya.5

    Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan

    pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini

    pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan diadakan

    penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    20/31

    20

    perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk

    pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-

    baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam membuat perencanaan pemberantasan vektor,

    yaitu:5

    1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam,dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.

    2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat yangrendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.

    3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi, yaitudaerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.

    4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, RumahSakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada

    stadium dewasa maupun stadium jentik.

    Pemberantasan vektor stadium dewasa

    Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan fogging

    atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan pada nyamuk

    dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin

    pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara. interval 1 minggu. Pada

    penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif)

    dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru

    diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan

    terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua.

    Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar

    nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain

    (Depkes RI, 2005: 13).

    Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion

    sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi

    abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik

    yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam pemberantasan vektor

    stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    21/31

    21

    Pemberantasan vektor stadium jentik.

    Pemberantasan jentik Aedes aegyptiyang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang

    Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).

    1. Fisik

    Menurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit

    Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

    (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:

    1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bakmandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut

    tidak bisa dikuras

    2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk danberkembang biak di dalamnya

    3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnyaban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.

    Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat

    untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit. Daur

    hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur, jentik, kepompong hidup dalam air yang tidak

    beralaskan tanah dan akan mati bilaairnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong tersebut

    tidak menjadi naymuk,maka perlu dilakukan 3M Plus secara teratur sekurang-kurangnya

    seminggu sekali dengan gerakan 3M Plus. Yang dimaksud Plus yaitu:5

    Mengganti air vas bunga,tempat minum burung, atau tempat tempat lainnyasejenisseminggu sekali

    Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain (dengantana san lain

    lain)

    Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikurasatau didaerahyang sulit air

    Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak bak penampungan air Memasang kawat kasa Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    22/31

    22

    Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai Menggunakan kelambu Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

    2. Kimia

    Cara memberantas jentikAedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi

    jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan

    antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yang digunakan adalah granules

    (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap

    100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat

    pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan temefos:5

    a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerahyang belum pernah terjangkit DBD.

    b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yangtertinggi)

    c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2bulan setelah aplikasi II.Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) Takaran penggunaan

    Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid

    1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap

    kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres

    (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau

    menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul.5

    Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) Takaran

    penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan

    0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran

    khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat

    betul.5

    3. Biologi

    Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,ikan

    cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakanBacillus thuringensisvar, Israeliensis (Bti)

    (Depkes RI, 2005: 14).5

    Pemberdayaan masyarakat

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    23/31

    23

    Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau

    kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk

    berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara

    bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya.2

    Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)

    Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik

    Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).

    Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara

    mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik

    nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan

    (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan

    meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah

    Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok

    seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan

    pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan

    tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem

    pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat

    maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk

    memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya.2

    Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang

    ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab

    melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta

    melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak

    hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan

    anak-anak sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-cirijentik nyamuk Aedes aegypti.Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak

    aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas,

    kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat,

    posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat

    penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong.

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    24/31

    24

    Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air.

    Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru.2

    Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar

    rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena

    untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri

    jentik aedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka

    dilakukan abatisasi dan pencatatan.2

    Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik

    ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi

    tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga,

    jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik.

    Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini

    dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan.2

    Angka Bebas Jentik (ABJ)

    Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector

    penularDBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui

    gerakanPSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila

    angka bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk

    terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya

    lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ):3

    Management program DHF di puskesmas

    Setiap puskesmas dengan penuh tanggung jawab harus melaksanakan pencatatan

    pelaporan sesuai dengan system yang berlaku dengan bimbingan petugas tingkat kabupaten,

    melaksanakan tindakan sesuai dengan arahan yang diberikan dalam alternative tindakan

    berdasarkan hasil pemantauan. (Depkes RI, 1998).2

    Dalam penanggulangan DBD, menurut WHO, suatu panitia pengorganisasian atau

    pengkoordinasian harus dibuat dan harus terdiri atas administrator, ahli epidemiologi, praktisi,

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    25/31

    25

    ahli entomologi, dan pekerja dari laboratorium virus. Tanggung jawab dari panitia yang dibuat

    ini biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan. Panitia tersebut harus:2

    Menyusun dan mendistribusikan protokol untuk diagnosis klinis dan pengobatanDBD/DSS.

    Menyiapkan dan menyebarkan DBD/DSS untuk petugas perawatan kesehatan,masyarakat, dan media massa.

    Merencanakan dan menerapkan program pelatihan untuk petugas perawatan kesehatandan pembantunya (misalnya staf rumah sakit, peserta didik kedokteran, perawat, teknisi

    laboratorium).

    Mengkaji kebutuhan terhadap cairan intravena, obat-obatan, produk darah, peralatanperawatan intensif, materi penyuluhan dan peralatan untuk memindahkan pasien.

    Mengawasi penggunaan suplai dan hasil program perawatan klinis (setiap hari bila perlu). Mengkoordinasikan penelitian klinis tentang DBD/DSS selama wabah.

    Hasil dari penerapan tindakan diatas, maka suatu program pemberantasan dan

    penanggulangan dapat dibuat untuk selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi kesehatan yang

    berurusan langsung dengan masyarakat, di Indonesia dikenal sebagai PUSKESMAS.2

    Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

    kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan

    secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

    pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan

    tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut

    Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas

    kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

    di suatu wilayah kerja.2

    Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang

    bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen

    puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan (untuk mencapai tujuan dan sasaran), pelaksanaan,

    pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan

    satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006).2

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    26/31

    26

    Bentuk manajemen program oleh PUSKESMAS dalam menanggulangi Demam Berdarah

    Dengue adalah sebagai berikut:3

    1. Tujuana) Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBDb) Mencegah dan menanggulangi KLBc) Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang

    nyamuk (PSN)

    2. SasaranSasaran nasional (2000) :

    a) Morbiditas di kecamatan endemic DBD < 2 per 10.000 pendudukb) CFR < 2,5%

    3. Strategia) Kewaspadaan dinib) Penanggulangan KLBc) Peningkatan keterampilan petugasd) Penyuluhan

    4. Kegiatana) Pelacakan penderita (pemyelidikan epidemiologis, PE) yaitu kegiatan mendatangi

    rumah-rumah daru kasus yang dilaporkan (indeks kasus) untuk mencari penderita

    lain dan memeriksan angka jentik dalam radius 100 m dari rumah indeks.

    b) Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari penderita lain . jikaterdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan kasus

    termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan (UPK) terdekat

    c) Abatisasi selektif (AS) atau larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan ataumenaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik

    aedesd) Fogging focus (FF), yaitu kegiataan menyemprot dengan insektisida (malation,

    losban) untuk membunuh naymuk dewasa dalam radius 1 RW pet 400 rumah per

    1 dukuh

    e) Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali, dengancara mengambil sampel 100 rumah/desa/kelurahan. Pengambilan sampel dapat

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    27/31

    27

    dilakukan dengan cara random atau metode spiral (dengan rumah ditengan

    sebagai pusatnya) atau metode zig-zag. Dengan metode ini akan didapatkan angka

    kepadatan jentik atau HI (house index)

    f) Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level administrasi, mulaidari desa, kecamatan sampai pusat

    g) Penggerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M (menutup danmenguras tempat penampungan air bersih, mengubur barang bekas, dan

    membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk) di

    daerah endemic dan sporadic

    h) Penyuluhan tentang gejala awal penyakit5. Pencegahan

    Kegiatan ini meliputi :

    a) Pembersihan jentik : Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Larvasidasi Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

    b) Pencegahan gigitan nyamuk Menggunakan kelambu Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju) Penyemprotan

    6. Monitoring dan evaluasia. Indikator pemerataan

    1.Penyelidikan epidemiologis (PE) =Jumlah penduduk dengan PE

    Jumlah penderita yang dilaporkan

    2.Fogging focus =Jumlah fogging x 100%

    Jumlah penderita

    b. Indikator efektivitas perlindungan =

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    28/31

    28

    Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN x 100%

    Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN

    c. Indikator efisiensi program1.Angka kepadatan jentik (HI) =

    Jumlah rumah yang positif terdapat jentik x 100%

    Jumlah rumah yang diperiksa

    2.Angka kesakitan DBD =Jumlah kesakitan DBD x 100%

    Jumlah penduduk

    3.Angka kematian DBD =Angka kematian DBD x 100%

    Jumlah penderita

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    29/31

    29

    7. Pengelolaan

    Gambar 1.5 Pengelolaan DHF di Puskesmas

    Sumber : Dinkes Prov. Jateng; Protap Penanggulangan KLB, smarang, 2004.

    Kesimpulan

    Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

    kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan

    Penderita atau tersangka DBD

    Ada penderita DBD lain atau ada jentik dan ada

    penderita demam tanpa sebab yang jelas pada hari

    itu atau seminggu sebelumnya 3 orang

    Penyelidikan epidemiologi

    Ya Tidak

    PenyuluhanPSN

    PenyuluhanPSNPengasapan

    radius 200 m

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    30/31

    30

    secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

    pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas

    pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No.

    128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan

    kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

    wilayah kerja. Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah

    Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan

    menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD

    dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik

    berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan

    gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).Untuk itu masyarakat harus

    mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.

  • 8/12/2019 pbl 26 dbd

    31/31

    Daftar pustaka

    1.Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC; 2007.h.6-18.2.World Health Organization. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, pengobatan, pencegahan

    dan pengendalian. Jakarta : EGC; 2004. h.72-105.

    3.Widoyono. Penyakit tropis: Epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya.Jakarta : Erlangga; 2008.h.59-66.

    4.Karmila. Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan PenyakitDemam Berdarah Dengue (DBD). Sumatera Utara : USU, 2008. h. 34-6.

    5.Widiyanto T. Kajian manejemn lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD). Semarang : UNDIP, 2007. h. 39 -42.