pbl 26 dbd
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
1/31
1
Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Puskesmas
Santi lestari
C2 / 102010327
Alamat korespondensi :
Santi Lestari, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna
Utara no.6 Jakarta Barat 11510
e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Penyakit demam berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas.
Penyakit DBD merupakan [enyakit menular yang terutama menyerang anak-anak.
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak
daerah yang endemic. Daerah endemic DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran ke
wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umunya dimulai dengan peningkatan
jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperluakan
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
2/31
2
pengasapan (fogging) secara missal, abatisasi missal, serta penggerakan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) yang terus-menerus.
Penyakit DBD mempunyai perjalan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena
banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya terlambat. Demam berdarah dengue
(DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demam dengue (DD),
dan dengue shock syndrome (DSS).
Epidemiologi
Aspek epidemiologi 1Aspek epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit, di antaranya factor
cuaca, vector, reservoir, goegrafis, dan factor prilaku. Berikut adalah penjelasan mengenai
factor-faktor tersebut :
a) CuacaIklim dan musim merupakan factor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit
inefksi. Agens penyakit tentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu juga
kerena mereka membutuhkan reservoir dan vector untuk kelangsungan hidupnya. Iklim
dan variasi musim dapat mempengaruhi kehidupan penyakit, reservoir, dan vector. Selain
itu, prilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau penyebaran kerentanan
terhadap penyakit infeksi.1
b) VectorOrganisme hidup yang dapat menularkan agens penyakit dari suatu hewan ke hewan lain
atau ke manusia disbut sebagai vektor. Arthropoda merupakan vector penting didalam
penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk merupakan vector penting
untuk penularan virus yang menyebabakan ensefalitis pada manusia. Nyamuk menghisap
dapar dari reservoir yang lain atau pada manusia.
1
c) ReservoirHewan-hewan yang menyimpan kuman pathogen sementara hewan hewan itu sendiri
tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah
hewan yang bisa hidup bersama pathogen. Penyakit ricketsia merupakan arthropodborne
disease yang hidup didalam reservoir alamiah.1
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
3/31
3
d) GeografisInsidensi penyakit yang ditularkan oleh arthropoda berhubungan langsung dengan daerah
geografis tempat reservoir dan vector berada. Bertahan hidupnya agens penyakit
bergantung pada iklim (suhu, kelembaban, dam curah hujan) dan fauna local. Variasi
musim juga mempengaruhi penyebaran penyakit arthropoda. Contoh, virus dengue
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes selama musim penghujan karena musim
tersebut merupakan saat terbaik bagi nyamuk untuk berkembang biak. Dengan demikian
wabah penyakit dengue ini terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan
(September sampai maret).1
e) Prilaku manusiaInteraksi antar manusia, kebiasaan manusia untuk buang sampah secara sembarangan,
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaab
arthropoda (arthropodborne disease).1
Transmisi penyakit1Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada manusia yang rentan,
mekanisme utama penualaran atau transmisi agens infeksius dapat melalui beberapa cara yaitu :1
- Dari orang ke orang- Melalui udara-
Melalui makanan dan air- Melalui hewan- Melalui vector arthropodaMasuknya agens penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala
penyakit disebut sebagai masa inkubasi atau incubation period. Khusus pada arthropodborne
disease terdapat dua periode masa inkubasi periode pada tubuh vector dan periode pada
manusia.1
Beberapa istilah yang sering digunakan pada transmisi arthropodborne disease, antara
lain :1
a) Inokulasi (inoculation)Inokulasi adalah masuknya agens penyakit atau bibit yang berasal dari arthropda kedalam
tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrane mukosa.
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
4/31
4
b) Infestasi (infestation)Masuknya atrhropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak
disebut sebagai infestasi.
c) Extrinsic incubation period dan intriksik incubation periodWaktu yang diperlukan agens penyakit untuk berkembang biak dalam tubuh vector
disebut sebagai masa inkubasi ekstrinsik, sementara waktu yang diperlukan untuk
berkembang biak dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi instrinsik.
d) Definitive host dan intermediate hostVector atau manusia akan disebut sebagai definitive host atau intermediate host
bergantung pada apakah dalam tubuh vector atau manusia tersebut terjadi
perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual agens penyakit. Apabila yang
berlangsung siklus seksual, vector atau manusia itu disebut sebagai definitive host.
Contoh, parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh nyamuk Anopheles dan
menjadi siklus aseksual pada tubuh manusia. Dengan demikian, nyamuk Anopheles
merupakan definitive host, sedangkan manusia merupakan internediete host.
Berikut ini 3 jenis cara penularan arthropodborne disease :1
1. Kontak langsungArthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infeksi dari satu orang ke
orang yang lain melalui kontak langsung. Contoh, scabies, dan pedikulus.
2. Transmisi secara mekanisAgens penyakit ditularkan oleh arthropoda, misalnya penularan penyakit diare, tifoid,
keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai
vector mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah,
ulkus superfisialis, atau eksudat. Kontaminasi bisa terjadi pada permukaan tubuh
arthropoda saja, tetapi bisa juga berasal dari agens yang ditelan dan kemudian
dimuntahkan atau dikeluarkan melalui kotoran arthropoda.
3. Transmisi secara biologisAgens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam
tubuh arthropoda, penularan semacam itu disebut sebagai transmisi biologis. Ada tiga
cara transmisi biologis, yaitu :
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
5/31
5
a) Propagativeagens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultipliksaidi dalam
tubuh vector. Contoh, plague bacilli pada pinjal tikus.
b) Cyclo-propagativeAgents penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh
arthropoda. Contoh, penyakit malaria pada nyamuk Anopheles.
c) Cyclo-developmentalAgens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam
tubuh arthropoda. Contoh, parasit filarial pada nyamuk Culex dan cacing pita
pada Cyclops.
Gambar 1.1 cara penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD)1
Di banyak Negara tropis,virus dengue sangat endemic. Di Asia, penyakit ini sering
menyerang cina selatan, Pakistan, India, dan semua Negara asia tenggara. Sejak tahun 1981,
virus ini ditemukan di Queesland, Australia. Di sepanjang pantai timur Afrika, penyaki ini juga
ditemukan dalam berbagai serotype. Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di Amerika
Selatan, Amerika Tengah, bahkan sampai ke Amerika serikat sampai tahun 1990-an. Epidemia
Definitive host
manusia
Intermediate host
Aedes Aegypti
Multiplikasi
Diagram propagative
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
6/31
6
dengue pertama kali di Asia terjadi pada tahun 1779, di Eropa tahun 1784, di Amerika Selatan
tahun 1835-an, dan di Inggris tahun 1922.1
Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyaki ini
ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD. Profil kesehatan
provinsi jawa tengah tahun 1999 melaporkan bahwa kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun
yang terserang sebanyak 42% dan kelompok usia 15-44 tahun yang teserang sebanyak 37%.
Data tersebut di dapatkan dari data rawat inap rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD
sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.1
CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap
tinggi. CFR tahun 1968 sebanyak 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8% dan
tahun 1999 masih di atas 2%. Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun
2004 selama bulan januari dan februari, pada 25 provinsi tercatat 17.707 orang terkena DBD
dengan kematian 322 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali, dan
NTB.1
Ada empat serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,dan DEN-4. Serotype DEN-3
merupaka jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah. Infeksi oleh salah satu
serotype menimbulkan kekebalan pada serotype yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotype
yang lain. Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indoneisa. Di daerah endemic DBD
seseorang dapat terkena infeksi semua serotype virus pada waktu yang bersamaan.1
Untuk pertama kalianya, apda bulan maret 2002, Michael Rossman dan Richard Kuhn
dari Purdue University, Amerika Serikat melaporkan bahwa struktur virus dengue yang berbeda
dengan struktur virus yang lainnya telah ditemukan. Permukaan virus ini halus dan selaputnya
ditutupi oleh lapisan protein yang berwarna biru, hijau, dan kuning (ilustrasi computer). Protein
amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetic didalamnya.
Etiologi dan penularan
EtiologiPentakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-
borne virus atau virus yang disebabakan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
7/31
7
family Flaviviridae. David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia
disebabkan oleh tiga factor utama yaitu virus, manusia, dan nyamuk.1
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan
Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :1
Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC,
tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot
tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain.
Jarak terbang 100 m Nyamuk betina bersifat multiple biters (mengigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk itu kenyang sudah berpindah tempat)
Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggiSiklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
2
Nyamuk ini meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari
nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elips
bewarna hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua hari
menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar.
Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah
mencapai instar keempat, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman
(tidak aktif, tidur).
Gambar 1.2 Siklus hidupAedes aegypti
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
8/31
8
Gambar 1.3 Lamanya siklus hidup masingmasing stadiumAedes aegypti
Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari,
tetapi dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Telur Aedes aegypti tahan
terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu bulan dalam keadaan kering. Jika
terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan
air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi
kondisi nyamuk deawa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam
menghisap darah.2
Pola Aktivitas Nyamuk Aedes aegypti2
Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari.
Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap
darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin, yang
diperlukan untuk bertelur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber
energy dan nectar bunga ataupun tumbuhan. 2
NyamukAedes aegypti menyukai area yang gelap dan benda-benda bewarna hitam atau
merah. Penyakit DHF/DBD kerap menyerang anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak-anak
cenderung duduk di dalam ruang kelas selama pagi hingga siang haari dan kaki mereka yang
tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.2
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
9/31
9
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu kemampuan untuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah,
berkali-kali menusukkan alat penusuk dan pengisap darahnya (prosboscis), tetapi tidak berhasil
menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko
penularan penyakit DHF menjadi semakin besar.2
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-
2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah
akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri
dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1
minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang
lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu
menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk
menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya
(proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.2
Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, tempat terdapat banyak penampungan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan
yang menjadi sarang berkembang biaknya.4 Selain itu, di dalam rumah juga banyak terdapat
baju yang tergantung atau lipatan gorden, di tempat-tempat inilah biasanya nyamuk Aedes
aegyptibetina dewasa bersembunyi.2
Distribusi Nyamuk Aedes aegypti2
Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropics yang banyak
ditemukan antara garis lintang 350U dan 35
0S. distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian,
biasanya tidak dapat dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000m, meski pernah
ditemukan pada ketinggian 2.121m di India dan 2.200m di Kolombia.2
Nyamuk Aedes aegyptibetina merupakan vector penyakit DHF yang paling efektif dan
utama. Hal ini karena sifatnya yang sangat senang tinggal berdekatan dengan manusia dan lebih
senang menghisap darah manusia, bukan darah hewan (antropofilik). Selain Aedes aegypti, ada
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
10/31
10
pula nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan Aedes scutellaris yang dapat berperan
sebagai vector DHF, tetapi kurang efektif.2
Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah perkotaan lebih intensif dari
pada di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi didaerah
perkotaan. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga
memudahkan nyamuk penular Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) menyebarkan virus
dengue dari satu orang keorang lain yang ada disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes
aegypti biasanyatidak lebih dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk dikota pada umumnya
jauh lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Jumlah Dati II yang terjangkit penyakit Demam
Berdarah Dengue dari tahun ke tahun meningkat. Dalam tahun 1992 hanya ada 187 Dati II
terjangkit, dan pada tahun 1996 meningkat menjadi 211 Dati ll. Masih terus meningkatnya
jumlah Dati II yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue salah satu penyebabnya
karena masih kurangnya upaya penggerakkan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang nyamuk
penular penyakit Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), di berbagai daerah. Hal ini dapat dilihat
dari masih rendahnya rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) Hasil Pemantauan Jentik Berkala (pm)
di seluruh Propinsi dalam 6 tahun terakhir (1991-1996) berkisar 78,6-83,69. Angka ini masih
jauh lebih rendah dari 95% yaitu angka yang diharapkan untuk dapat membatasi penyebaran
penyakit Demam Berdarah Dengue. ABJ yang dicapai di beberapa daerah, sifatnya sangat
dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu tergantung dari upaya penggerakkan
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuknya (PSN DBD). Hal ini tampak dari data
lampiran 2, dimana ratarata ABJ meningkat dari tahun 1991 s/d 1994, namun kemudian menurun
kembali mulai tahun 1995 dan 1996.2
Interaksi agen penyakit, manusia (host), lingkungan (Enviroment), dan vector.
Musim hujan merupakan saat terjadinya peningkatan penyakit DBD. Karena saat musim
hujan terjadi banyak genangan air yang memudahkan perkembang biakan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk yang menjadi vector penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi
saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut
laporan terakhir, virus dapat ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telurtelurnya.3
Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar
air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
11/31
11
bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4 -6 hari dan
orang tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh
manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.3
Pada saat nyamuk menggigit tubuh manusia, kemudian virus akan masuk ke dalam darah
manusia yang kemudian bereplikasi. Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibody,
selajutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai
antigennya3
Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat zat yang merusak sel sel
pembuluh darah yang disebut proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas
kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melabarnya pori pori pembuluh
darah kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel sel darah, antara lan trombosit
dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan
hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan,
batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering ,emgakibatkan kematian.3
PenularanNyamuk yang menjadi vector penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi
saat mengigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapay virus dalam darahnya). Menurut
laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.
Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air
liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama
air luir nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang
tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam
tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu.1
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demamberdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau ada
yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama
satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada
nyamuk penularnya. Sekali terifeksi, nyamuk menjadi infektif seumur hidup.1
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
12/31
12
Penyebaran penyakit DBD di Jawa bisanya terjadi mulai bulan Januari sampai April dan
Mei. Factor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit DBD antara lain :1
1. Imunitas pejamu2. Kepadatan populasi nyamuk3. Transmisi virus dengue4. Virulensi virus5. Keadaan geografis setempat
Factor penyebaran kasus DBD antara lain :1
1. Pertumbuhan penduduk2. Urbanisasi yang tidak terkontrol3. Transportasi
Surveilans
Pengertian Surveilans penting untuk pahami, khususnya terkait (elaborasi) dengan teori
simpul Ahmadi. surveilans menjadi vital juga karena pijakan pola fikir kita sejauh menyangkut
konsep dasar Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL). Menurut German (2001),
surveilans kesehatan masyarakat (public health surveillance) adalah suatu kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan
interpretasi data mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam
tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian, dan
meningkatkan status kesehatan. Data yang dihasilkan oleh sistem surveilans kesehatan
masyarakat dapat digunakan :1
a) Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus pentingkesehatan masyarakat
b) Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya, termasukidentifikasi populasi resiko tinggi
c) Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatanlainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
d) Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi programe) Mengevaluasi kebijakan-kebijakan publicf) Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
13/31
13
g) Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.Pendekatan Surveilans Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: Surveilans
pasif; Surveilans aktif (Gordis, 2000). Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan
menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan.
Negara-negara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus
dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit
internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi
kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua
kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan
kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab
utama.1
Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke
lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik,
dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut
penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif,
lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan
untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi
outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan dari pada
surveilans pasif Sistem surveilans dapat diperluas pada level komunitas, disebut community
surveilance. Dalam community surveilance, informasi dikumpulkan langsung dari komunitas
oleh kader kesehatan, sehingga memerlukan pelatihan diagnosis kasus bagi kader kesehatan.
Definisi kasus yang sensitif dapat membantu para kader kesehatan mengenali dan merujuk kasus
mungkin (probable cases) ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. Petugas kesehatan di tingkat
lebih tinggi dilatih menggunakan definsi kasus lebih spesifik, yang memerlukan konfirmasi
laboratorium. Community surveilans mengurangi kemungkinan negatif palsu.1
Peran puskesmas dalam penanggulanagn DHF
Health promotion
a. Strategi Promosi Kesehatan
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
14/31
14
Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan
tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu:4
1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus menerus danberkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar
sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga,
serta kelompok masyarakat.4
2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorongindividu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis
agama, dan lain-lain bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku
tersebut.4
Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:4
a) Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Denganpendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan opini yang positif terhadap
perilaku yang sedang diperkenalkan seperti gerakan 3M. Di samping itu diharapkan
mereka juga bersedia memperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedang
diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3M yaitu
menguras, mengubur dan menutup).4
b) Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti KepalaLingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda dan lain-lain.
Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakat sehingga mereka perduli dan mau
mendukung perubahan perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui untukmempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan yaitu 3M tersebut.
4
c) Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum denganmembina dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti radio, televisi, koran,
majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dengan media komunikasi tersebut
diharapkan media-media massa tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
15/31
15
yang diperkenalkan. Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam
rangka penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah opini
publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang diperkenalkan dan akhirnya
mereka masyarakat mau melaksanakan perilaku baru tersebut dalam kehidupannya.4
3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkankomitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi
diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan (misal dalam bentuk
perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang
dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu
kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupa tokoh agama,
tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan di
bidangnya.4
b. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi
Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga
fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat
pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.4
Promosi kesehatan secara umum
Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa
kegiatan, yaitu :2
Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan Memberi nutrisi yang sesuai standar Meningkatkan kesehatan mental Penyediaan perumahan yang sehat Rekreasi yang cukup
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
16/31
16
Pekerjaan yang sesuai Melakukan konseling perkawinan Melaksanakan pemeriksaan berkala
Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja
melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui
pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap analisa
situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan
diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan
buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah
berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM
Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan
semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-kader,
tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll.2
Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).
Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur-
jalur informasi yang ada:2
1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru,murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.
2. Penyuluhan perorangan:a) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandub) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmasc) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas
3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I danpusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musimpenularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah
setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam
kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat
Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini
seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
17/31
17
Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok:2
a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan ataupada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan
sebagainya.
b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok: Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka
satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.
Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain
bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.
Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakangambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster
Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaantentang materi yang dibahas
Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh manamateri yang disampaikan telah dipahami.
Gambar 1.4. Pamflet penyuluhan DBD
Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan :2
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
18/31
18
a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demamberdarah dengue menggunakan formulir :
W1/laporan KLB (wabah) W2/laporan mingguan wabah SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian.
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan
kegiatan Puskesmas (SP2TP).
b. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya(akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke
Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.
Informasi Penanggulangan Demam Berdarah
Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya
maka menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal itu
dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin untuk
mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan bahwa
penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain
penyebarannyapun luas. Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini.
Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam
berdarah kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah
dilaksanakan suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan
dengan melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan
dalam.2
Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat
secara terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah
informasi yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus, carapemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan
penanggulangan terhadap penderita demam berdarah.
Selain itu, masyarakat perlu tahu
bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam berdarah antara lain : demam tinggi, perdarahan
(terutama perdarahan kulit), hepatomegali dan kegagalan peredaran darah (Sudarmo, 1988 :35).
Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
19/31
19
bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise. Jika tanda-tanda tersebut ada, anak harus
segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh pengobatan dan perawatan.2
Preventif
Secara garis besar kegiatan ini meliputi :3
a. Pembersihan jentik
Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Larvasidasi Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
b. Pencegahan gigitan nyamuk
Menggunakan kelambu Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju) penyemprotan
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya
didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan
komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.
Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,
maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan
agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok
yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi penyakit DBD
dengan cara memberantas vektornya.5
Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan
pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini
pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan diadakan
penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
20/31
20
perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk
pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-
baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam membuat perencanaan pemberantasan vektor,
yaitu:5
1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam,dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat yangrendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi, yaitudaerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, RumahSakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada
stadium dewasa maupun stadium jentik.
Pemberantasan vektor stadium dewasa
Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan fogging
atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan pada nyamuk
dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin
pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara. interval 1 minggu. Pada
penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif)
dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru
diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan
terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua.
Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar
nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain
(Depkes RI, 2005: 13).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion
sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi
abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik
yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam pemberantasan vektor
stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
21/31
21
Pemberantasan vektor stadium jentik.
Pemberantasan jentik Aedes aegyptiyang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).
1. Fisik
Menurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit
Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:
1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bakmandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut
tidak bisa dikuras
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk danberkembang biak di dalamnya
3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnyaban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.
Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat
untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit. Daur
hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur, jentik, kepompong hidup dalam air yang tidak
beralaskan tanah dan akan mati bilaairnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong tersebut
tidak menjadi naymuk,maka perlu dilakukan 3M Plus secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali dengan gerakan 3M Plus. Yang dimaksud Plus yaitu:5
Mengganti air vas bunga,tempat minum burung, atau tempat tempat lainnyasejenisseminggu sekali
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain (dengantana san lain
lain)
Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikurasatau didaerahyang sulit air
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak bak penampungan air Memasang kawat kasa Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
22/31
22
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai Menggunakan kelambu Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
2. Kimia
Cara memberantas jentikAedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi
jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yang digunakan adalah granules
(sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap
100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat
pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan temefos:5
a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerahyang belum pernah terjangkit DBD.
b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yangtertinggi)
c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2bulan setelah aplikasi II.Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) Takaran penggunaan
Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid
1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap
kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres
(yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau
menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul.5
Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan
0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran
khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat
betul.5
3. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,ikan
cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakanBacillus thuringensisvar, Israeliensis (Bti)
(Depkes RI, 2005: 14).5
Pemberdayaan masyarakat
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
23/31
23
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau
kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara
bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya.2
Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)
Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).
Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara
mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik
nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan
(populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan
meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok
seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan
pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan
tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem
pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat
maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk
memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya.2
Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang
ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab
melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta
melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak
hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan
anak-anak sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-cirijentik nyamuk Aedes aegypti.Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak
aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas,
kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat,
posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat
penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong.
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
24/31
24
Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air.
Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru.2
Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar
rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena
untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri
jentik aedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka
dilakukan abatisasi dan pencatatan.2
Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik
ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi
tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga,
jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik.
Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini
dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan.2
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector
penularDBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui
gerakanPSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila
angka bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk
terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya
lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ):3
Management program DHF di puskesmas
Setiap puskesmas dengan penuh tanggung jawab harus melaksanakan pencatatan
pelaporan sesuai dengan system yang berlaku dengan bimbingan petugas tingkat kabupaten,
melaksanakan tindakan sesuai dengan arahan yang diberikan dalam alternative tindakan
berdasarkan hasil pemantauan. (Depkes RI, 1998).2
Dalam penanggulangan DBD, menurut WHO, suatu panitia pengorganisasian atau
pengkoordinasian harus dibuat dan harus terdiri atas administrator, ahli epidemiologi, praktisi,
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
25/31
25
ahli entomologi, dan pekerja dari laboratorium virus. Tanggung jawab dari panitia yang dibuat
ini biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan. Panitia tersebut harus:2
Menyusun dan mendistribusikan protokol untuk diagnosis klinis dan pengobatanDBD/DSS.
Menyiapkan dan menyebarkan DBD/DSS untuk petugas perawatan kesehatan,masyarakat, dan media massa.
Merencanakan dan menerapkan program pelatihan untuk petugas perawatan kesehatandan pembantunya (misalnya staf rumah sakit, peserta didik kedokteran, perawat, teknisi
laboratorium).
Mengkaji kebutuhan terhadap cairan intravena, obat-obatan, produk darah, peralatanperawatan intensif, materi penyuluhan dan peralatan untuk memindahkan pasien.
Mengawasi penggunaan suplai dan hasil program perawatan klinis (setiap hari bila perlu). Mengkoordinasikan penelitian klinis tentang DBD/DSS selama wabah.
Hasil dari penerapan tindakan diatas, maka suatu program pemberantasan dan
penanggulangan dapat dibuat untuk selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi kesehatan yang
berurusan langsung dengan masyarakat, di Indonesia dikenal sebagai PUSKESMAS.2
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut
Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja.2
Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen
puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan (untuk mencapai tujuan dan sasaran), pelaksanaan,
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan
satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006).2
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
26/31
26
Bentuk manajemen program oleh PUSKESMAS dalam menanggulangi Demam Berdarah
Dengue adalah sebagai berikut:3
1. Tujuana) Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBDb) Mencegah dan menanggulangi KLBc) Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang
nyamuk (PSN)
2. SasaranSasaran nasional (2000) :
a) Morbiditas di kecamatan endemic DBD < 2 per 10.000 pendudukb) CFR < 2,5%
3. Strategia) Kewaspadaan dinib) Penanggulangan KLBc) Peningkatan keterampilan petugasd) Penyuluhan
4. Kegiatana) Pelacakan penderita (pemyelidikan epidemiologis, PE) yaitu kegiatan mendatangi
rumah-rumah daru kasus yang dilaporkan (indeks kasus) untuk mencari penderita
lain dan memeriksan angka jentik dalam radius 100 m dari rumah indeks.
b) Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari penderita lain . jikaterdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan kasus
termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan (UPK) terdekat
c) Abatisasi selektif (AS) atau larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan ataumenaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik
aedesd) Fogging focus (FF), yaitu kegiataan menyemprot dengan insektisida (malation,
losban) untuk membunuh naymuk dewasa dalam radius 1 RW pet 400 rumah per
1 dukuh
e) Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali, dengancara mengambil sampel 100 rumah/desa/kelurahan. Pengambilan sampel dapat
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
27/31
27
dilakukan dengan cara random atau metode spiral (dengan rumah ditengan
sebagai pusatnya) atau metode zig-zag. Dengan metode ini akan didapatkan angka
kepadatan jentik atau HI (house index)
f) Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level administrasi, mulaidari desa, kecamatan sampai pusat
g) Penggerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3M (menutup danmenguras tempat penampungan air bersih, mengubur barang bekas, dan
membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk) di
daerah endemic dan sporadic
h) Penyuluhan tentang gejala awal penyakit5. Pencegahan
Kegiatan ini meliputi :
a) Pembersihan jentik : Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Larvasidasi Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
b) Pencegahan gigitan nyamuk Menggunakan kelambu Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju) Penyemprotan
6. Monitoring dan evaluasia. Indikator pemerataan
1.Penyelidikan epidemiologis (PE) =Jumlah penduduk dengan PE
Jumlah penderita yang dilaporkan
2.Fogging focus =Jumlah fogging x 100%
Jumlah penderita
b. Indikator efektivitas perlindungan =
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
28/31
28
Cakupan rumah dengan FF/AS/PSN x 100%
Jumlah rumah yang seharusnya tercakup dalam FF/AS/PSN
c. Indikator efisiensi program1.Angka kepadatan jentik (HI) =
Jumlah rumah yang positif terdapat jentik x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
2.Angka kesakitan DBD =Jumlah kesakitan DBD x 100%
Jumlah penduduk
3.Angka kematian DBD =Angka kematian DBD x 100%
Jumlah penderita
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
29/31
29
7. Pengelolaan
Gambar 1.5 Pengelolaan DHF di Puskesmas
Sumber : Dinkes Prov. Jateng; Protap Penanggulangan KLB, smarang, 2004.
Kesimpulan
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan
Penderita atau tersangka DBD
Ada penderita DBD lain atau ada jentik dan ada
penderita demam tanpa sebab yang jelas pada hari
itu atau seminggu sebelumnya 3 orang
Penyelidikan epidemiologi
Ya Tidak
PenyuluhanPSN
PenyuluhanPSNPengasapan
radius 200 m
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
30/31
30
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah
Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan
menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD
dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik
berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan
gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).Untuk itu masyarakat harus
mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.
-
8/12/2019 pbl 26 dbd
31/31
Daftar pustaka
1.Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC; 2007.h.6-18.2.World Health Organization. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, pengobatan, pencegahan
dan pengendalian. Jakarta : EGC; 2004. h.72-105.
3.Widoyono. Penyakit tropis: Epidemiologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya.Jakarta : Erlangga; 2008.h.59-66.
4.Karmila. Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan PenyakitDemam Berdarah Dengue (DBD). Sumatera Utara : USU, 2008. h. 34-6.
5.Widiyanto T. Kajian manejemn lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD). Semarang : UNDIP, 2007. h. 39 -42.