pbl dbd 26

20
1 Program Puskesmas dalam Menanggulangi Penyakit Demam Berdarah Novy Triandani Limbong 102011095 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana l!"r#una Utara No!$%akarta 11510 novytriandani&ya'oo!co!id Pendahuluan (enyakit demam berdara' )*+*, meru-akan sala' satu masala' kese'atan masyarak .ndonesia yang semakin luas -enyebarannya dan semakin meningkat #umla' kas /ilayang *K. akarta -enyakit *+* men#adi sala' satu -enyakit yang meresa'kan manya karena mem-unyai -otensi menimbulkan kematian dan Ke#adian Luar +iasa )KL+,! 1 Pembahasan Epidemiologi Letak geogra is (enyakit akibat in eksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai nega di negara tro-ik dan subtro-ik yang terletak antara 0 Lintang Utara dan 30 Lin se-erti "sia Tenggara% (asi ik +arat dan aribbean dengan tingkat ke#adian sekitar kasus setia- ta'unnya! .n eksi virus dengue di .ndonesia tela' ada se#ak abad ke61 dila-orkan ole' *avid +ylon seorang dokter berkebangsaan +elanda! (ada saat itu vir menimbulkan -enyakit yang disebut -enyakit demam lima 'ari kadang6kadang disebut de sendi!*isebut demikian karena demam yang ter#adi meng'ilang dalam lima 'ari% disert otot% nyeri -ada sendi dan nyeri ke-ala! 4e'ingga sam-ai saat ini -enyakit meru-akan -roblem kese'atan masyarakat dan da-at muncul secara endemik mau-un e-ide yang menyebar dari suatu daera' ke daera' lain atau dari suatu negara ke negara lai 1 8usim

Upload: elseyra-rebecca-parhusip

Post on 04-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran blok 26

TRANSCRIPT

Program Puskesmas dalam MenanggulangiPenyakit Demam BerdarahNovy Triandani Limbong102011095Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6,Jakarta 11510

[email protected]

Penyakit demam berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang semakin luas penyebarannya dan semakin meningkat jumlah kasusnya. Di wilayang DKI Jakarta penyakit DBD menjadi salah satu penyakit yang meresahkan manyarakat, karena mempunyai potensi menimbulkan kematian dan Kejadian Luar Biasa (KLB). 1 PembahasanEpidemiologi

Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari kadang-kadang disebut demam sendi.Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain.1Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 2

Frekuensia. Insidens

Angka insiden dirancang untuk mengukur rate pada orang sehat yang menjadi sakit selama suatu perioede waktu tertentu, yaitu jumlah kasus baru suatu penyakit dalam suatu populasi selama suatu periode waktu tertentu:

Insiden mengukur kemunculan penyakit, bearti kasus baru. Suatu perubahan pada insiden bearti terdapat suatu perubahan dalam keseimbangan factor-faktor etiologi baik terjadi fliktuasi secara alami maupun kemungkinan adnya penerapan suatu program pencegahn yang efektif. Angka insiden digunakan untuk membuat pernyataan tntang probabilitas atau risiko penyakit.

Insiden DBD meningkat dari 0,005 per 100.000 penduduk pada tahun 1968 menjadi berkisar antara 6,27 per 100.000 penduduk. Morbiditas dan mortalitas infeksi virus dengue dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : status imun pejamu, kepadatan vector nyamuk, transmisi virus dengue, keganasan (virulensi) virus dengue dn kondisi geografis setempat. Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi dan 200 kota telah melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB).1Perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kehidupan vektor, di luar faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. 3b. Case Fatality Rate ( CFR )

Ukuran ini menggambarkan probabilitas kematian di kalangan kasus yang didiagnosis. CFR untuk penyakit yang sama dapat bervariasi besarnya pada wabah yang berbeda karena keseimbangan antara agen, pejamu dan lingkungan.CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8 % dan tahun 1999 di atas 2%. Jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sejak januari sampai mei 2004 mencapai 64.000. Insiden rate 29,7 per 100.000 penduduk dengan kematian sebanyak 724 orang, case fatality rate 1,1 %. Distribusi

Distribusi Penyakit DBD Menurut OrangDBD dapat diderita oleh semua golongan umur, walaupun saat ini DBD lebih banyak pada anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini DBD terlihat kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa, karena pada kelompok umur ini mempunyai mobilitas yang tinggi dan sejalan dengan perkembangan transportasi yang lancar, sehingga memungkinkan untuk tertularnya virus dengue lebih besar, dan juga karena adanya infeksi virus dengue jenis baru yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4 yang sebelumya belum pernah ada pada suatu daerah. Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%) Namun pada wabah-wabah selanjutnya jumlah penderita yang digolongkan dalam usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak pada golongan anak berumur 5-11 tahun, proporsi penderita yang berumur lebih dari 15 tahun meningkat sejak tahun 1984. 1,2Distribusi Penyakit DBD Menurut Tempat

Penyakit DBD dapat menyebar pada semua tempat kecuali tempat-tempat dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan laut karena pada tempat yang tinggi dengan suhu yang rendah perkembangbiakan Aedes aegypti tidak sempurna. Dalam kurun waktu 30 tahun sejak ditemukan virus dengue di Surabaya dan Jakarta tahun 1968 angka kejadian sakit infeksi virus dengue meningkat dari 0,05 per 100.000 penduduk menjadi 35,19 per 100.000 penduduk tahun 1998. Sampai saat ini DBD telah ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia. Meningkatnya kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit disebabkan karena semakin baiknya saran transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, dan terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat tipe virus yang menyebar sepanjang tahun.2

Distribusi Penyakit DBD Menurut Waktu

Pola berjangkitnya infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap tempat maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di pulau Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun. 2Faktor penyebaranAda tiga factor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu : Agent (virus dengue)Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di daerah pedesaan.3Ciri-ciri nyamuk Ades aegypti adalah :

Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih

Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain.

Jarak terbang 100 m

Tahan suhu panas dan kelembapan tinggi Reservoir adalah manusia yang sakit ( viremia) HostHost adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

UmurUmur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

Jenis kelaminSejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan. Lingkungan (environment)Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah: Lingkungan fisikLetak geografisPenyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain.1,3Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Lingkungan biologis PopulasiKepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.NutrisiTeori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. Lingkungan SosialMobilitas pendudukMobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue.1,3

Cara transmisi

Demam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.

Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang kebersihan lingkungannya tidakterjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air (bak mandi,WC, dsb).4Teknik pencarian kasus DHF

Dalam menentukan kebijakan yang diambil dalam proses pemberantasan DBD, harus diadakan penyelidikan epidemiologi (PE) yang tergabung dalam Proses Penanggulangan Fokus terlebih dahulu.Penyelidikan epidemiologi adalahkegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitar, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.4Pelaksanaan penyelidikan epidemiologi dapat dilakukan sebagai berikut :a. Petugas Puskesmas memperkenalkan diri dan selanjutnya melakukan wawancara dengan keluarga, untuk mengetahui ada tidaknya penderita DBD lainnya (sudah ada konfirmasi dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya), dan penderita demam saat itu dalam kurun waktu 1 minggu sebelumnya.

b. Bila ditemukan penderita demam tanpa sebab yang jelas, dilakukan pemeriksaan kulit (petekie) melalui uji tourniquet.

Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat-tempat lain yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamukAedes aegyptibaik di dalam maupun di luar rumah/bangunan.4Program puskesmas

PuskesmasPuskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.5

Dengan lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung-jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah PuskesmasWilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat pemerintah Daerah Tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Bupati KDH, dengan saran teknis dari Kepala Kantor Departemen Kesehatan Kabupaten/Kodya yang telah disetujui oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi.Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas.Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.Khusus untuk Kota Besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi satu Kelurahan.Puskesmas di Ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih,merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. Pelayanan Kesehatan MenyeluruhPelayanan Kesehatan yang diberikan di Puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan: kuratif (pengobatan)

preventif (upaya pencegahan)

promotif (peningkatan kesehatan)

rehabilitatif (pemulihan kesehatan)Sebelum ada Puskesmas, pelayanan kesehatan di dalam satu Kecamatan terdiri dari Balai Pengobatan, Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan, Pemberantasan Penyakit Menular dan lain sebagainya.Usaha-usaha tersebut masing-masing bekerja sendiri dan langsung melapor kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.Petugas Balai Pengobatan tidak tahu menahu apa yang terjadi di BKIA, begitu juga petuga BKIA tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh Petugas Hygiene Sanitasi dan sebaliknya.Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskes mas), maka berbagai kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan bersama di bawah satu koordina dan satu pimpinan.a. Kegiatan Pokok Puskesmas

Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :51. KIA

2. Keluarga Berencana

3. Usaha Peningkatan Gizi

4. Kesehatan Lingkungan

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat KarenaaKecelakaan

7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

8. Kesehatan Sekolah

9. Kesehatan Olah Raga

10. Perawatan Kesehatan Masyarakat

11. Kesehatan Kerja

12. Kesehatan Gigi dan Mulut

13. Kesehatan Jiwa

14. Kesehatan Mata

15. Laboratorium Sederhana

16. Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan

17. Kesehatan Usia Lanjut

18. Pembinaan Pengobatan Tradisional

Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dengan perkataan lain kegiatan pokok Puskesmas diajukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya.Setiap kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.b. Fungsi Puskesmas

1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.2. Membina Peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerjasama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.c. Kedudukan:

1. Kedudukan secara administratif:Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah Tingkat II dan bertanggung-jawab langsung baik teknis maupun administratif kepada Kepala Dinas kesehatan Dati II.

2. Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan:Dalam urutan hirarkhi pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka Puskesmas berkedudukan pada Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama.

d. Program berdasarkan asas bantuanDisamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat. Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan teknis maupun perbekalan akan diberikan.e. Upaya Kesehatan DaruratKeadaan darurat mengenai kesehatan mungkin saja dapat terjadi, misalnya karenaatimbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Kejadian-kejadian semacam ini mungkin memerlukan penundaan atau pengurangan kegiatan-kegiatan lain sampai keadaan darurat dapat diatasi.f. Jangkauan Pelayanan KesehatanSesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah sarana perhubungan dan kepadatan penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan Puskesmas.Agar jangkauan pelayanan Puskesmas lebih merata dan meluas, Puskesmas perlu ditunjang dengan Puskesmas Pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada, dan Puskesmas Keliling. Disamping itu penggerakan peran serta masyarakat untuk mengelola Posyandu dan membina Dasa Wisma akan dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.5g. Memelihara Citra Pelayanan Puskesmas yang Baik :Agar masyarakat menghargai pelayanan Puskesmas, maka Puskesmas perlu memelihara citra yang baik sebagai berikut:1. Kebersihan gedung serta jamban Puskesmas.2. Senyum dan sikap ramah dari setiap petugas Puskesmas.3. Pemberian pelayanan dengan mutu yang sebaik-baiknya.4. Kerjasama yang baik dengan pamong setempat dan petugas sektor lain.5. Selalu menepati janji pelayanan yang telah disepakati bersama.Promosi Kesehatan

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PNS (pemberantasan sarang nyamuk), penyuluhan tentang informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur informasi yang ada :

a. Penyuluhan kelompok : PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelmpok agama, guru, murid di sekolah, pengelola tempat umum/instansi.

b. Penyuluhan perorangan : kepada ibu-ibu pengunjung posyandu, kepada penderita/keluarganya di puskesmas

c. Kunjungan rumah oleh kader/petugas puskesmas.

d. Penyuluhan melalu media massa : TV, radio dan lain-lain (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I, Pusat)Manajemen program DHF

Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever )

1. Pengertian

Demam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian.6

2. Tanda-tanda dan gejala

a)Hari ke-1 : (1) Mula-mula timbul panas mendadak (suhu badan 38- 40)

(2) Badan lemah dan lesu

b)Hari ke-2 atau ke-3 : (3) Perut (ulu hati) terasa nyeri

(4) Petechiae (bintik-bintik merah di kulit) pada muka, lengan, paha, perut atau dada. Kadang-kadang bintik-bintik merah ini hanya sedikit sehingga sering perlu pemeriksaan yang teliti. Bintik-bintik merah ini mirip dengan bekas gigitan nyamuk.Untuk membedakannya ranggangkan kulit: bila hilang, bukan demam berdarah. Untuk melihat adanya petechiae lakukan pemeriksaan dengan tourniquet (rumpel leede) test. Test positif setelah pemeriksaan tourniquet (rumpel leede) keluar petechiae di tangan.

(5) Kadang-kadang terjadi perdarahan hidung (mimisan), mulut atau gusi dan muntah darah atau berak darah. Tanda-tanda dan gejala di atas disebabkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler yang terjadi di semua organ tubuh.

c)Hari ke-4 s/d 7: (6) penyakit menjadi parah, penderita gelisah,berkeringat banyak, ujung-ujung tangan dan kaki dingin (pre shock). (7) Bila keadaan (pre-shock) ini berlanjut, maka penderita

dapat mengalami shock (lemah tak berdaya,denyut nadi cepat atau sukar diraba), atau disebut dengan Dengue shock Syndrome (DSS), dan bila tidak segera ditolong dapat

meninggal. Keadaan pre-shock dan shock ini disebabkan oleh

adanya gangguan pada pembuluh darah kapiler yang

mengakibatkan merembesnya plasma darah keluar dari

pembuluh darah dan perdarahan.6d)Pemeriksaan laboratorium :Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan :

(1) Thrombocytopenia (100.000/mm3 atau kurang). Biasanya baru terjadi pada hari ke-3 atau ke-4. Dalam praktek untuk pasien-pasien luar, perhitungan kwalitatif dari sediaan darah perifer dapat dilakukan. Pada orang normal 4-10 thrombocyt/LP (dengan rata-rata 10/LP) menunjukkan jumlah thrombosit yang cukup. Rata-rata kurang dari 2-3/LP dianggap rendah (kurang dari 100.000).

(2) Hemo konsentrasi

Ht meningkat 20% atau lebih dari nilai sebelumnya. Biasanya terjadi pada hari ke 3 atau 4. Contoh: Ht waktu datang pertama kali = 30% , Ht pada pemeriksaan berikutnya = 38 % , Nilai Ht meningkat = 38 - 30 x 100% = 26% Bila tidak tersedia alat haematokrit/centrifuge dapat digunakan perhitungan Hmt ini dengan hemoglobinometer Sahli.63. DiagnosaAdanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut belum/tidak dipenuhi disebut sebagai suspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen.64. Akibat Infeksi Virus DengueSeseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus dengue) dapat berakibat sebagai berikut:a) Tidak sakit (karena kebal)

b) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown Origin = FUO)

c) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)

d) Demam berdarah (DB) -> DSS -> meninggal.65. Pemberantasan vektor Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian (Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin. Selain itu juga membatasi penyerbar-luasan penyakit

Perlindungan perseorangan:

(1)Pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan)

Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang nyamuk,

Vas bunga dikosongkan tiap minggu.

Menguras bak mandi seminggu sekali yaitu dengan menggosok dinding bagian dalam dari bak mandi tersebut.

Tempat-tempat persediaan air agar dikosongkan lebih dahulu kubelum diisi kembali. Maksudnya agar larva-larva dapat disingkirkan.

(2)Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabahDHF maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu:

Abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk

Fogging dengan malathion atau fonitrothion.

(3)Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah. Kegiatan Puskesmas adalah membantu :

1. Tim Propinsi/Dati II untuk kurvai larva dan nyamuk.

2. Membantu penyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.66. Pelaksanaan Survei Jentik (pemeriksaan Jentik)Survei jentik dilakukan dengan cara kubagai berikut :

Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamukAedes aegyptidiperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.

Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 (satu) menitauntuk memastikan keberadaan jentik.

Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.

Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter.Adapun metode kurvey jentik secara visual dapat dilakukan kubagai berikut :

Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentikAedes aegyptibiasanya menggunakan persamaanhouse indexkubagai berikut :

Kegiatan PE dilakukan dalam radius 100 meter dari lokasi tempat tinggal penderita.Bila penderita adalah siswa sekolah atau pekerja, maka PE selain dilakukan di rumah juga dilakukan di sekolah/tempat kerja penderita oleh puskesmas.Hasil PE segera dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,untuk tindak lanjut lapangan dikoordinasikan dengan Kades/Lurah.

Bila hasil PE positif (Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan atau 3 orang tersangka DBD, dan ditemukan jentik (5%), dilakukan penanggulangan fokus, melakukan pengasapan(fogging),penyuluhan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan larvasidaki selektif), sedangkan bila hasilnya negatif dilakukan penyuluhan, PSN dan larvasidaki selektif.

Berikut adalah bagan penyelidikan epidemiologi yang tergabung dalam penanggulangan fokus penanggulangan penderita DBD di lapangan :

Dalam penentuan kebijakan dari hasil pelaksanaan penyelidikan epidemiologi, maka disediakan fasilitas pencarian kasus lewat metodecase based reasoning.Silahkan masukkan nilai-nilai dari indikator penyelidikan epidemiologi yang ada, maka anda akan dihubungkan dengan kasus-kasus yang serupa yang dapat dijadikan patokan kebijakan pemberantasan demam berdarah (DBD). Nilai indikator yang anda masukkan mempunyai batasan daerah penyelidikan epidemiologis yaitu dalam sekop kelurahan/desa. 67. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bebas Jentik sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.8.Pemberantasan Sarang NyamukPencegahannya dilakukan melalui jalur 3M yaitu dengan cara : Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi. Penyuluhan perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu,kepada penderita/keluarganya di Puskesmas,kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas Penyuluhan melalui media massa: TV, radio(oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama kubelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. 69. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan

a)Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demamberdarah dengue menggunakan formulir:

W1/laporan KLB dan wabah W2/laporan mingguan wabah

SP2TP: LB Viaporan bulanan data kesakitan dan LB 2/laporan bulanan data kematian.

Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).

b)Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya(akut dan konvalesens)auntuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-samake Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.6

10. Pertolongan pada penderita

Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan.Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif.6Evaluasi program DHF dengan pendekatan sistem

1. Masukan (input)

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari untur tenaga (man), dana (money), sarana (material), dan metoda (method) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program pemberantasan Demam Berdarah Dengue.

2. Proses (process)

Kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam system dan terdiri dari unsur perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (activities), dan pengawasan (controlling) yang merupakan variable dalam melaksanakan evaluasi program Demam Berdarah Dengue

3. Keluaran (output)

Kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam system dari kegiatan pemberantasan DBD

4. Dampak (impact)

Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran dalam pemberantasan DBD5. Umpan Balik (feed back)

Kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari system dan sekaligus sebagai masukan dalam program pemberantasan DBD6. Lingkungan (environment)

Dunia luar yang tidak dikelola oleh system tetapi mempunyai pengaruh terhadap system.PenutupKesimpulan Berdasarkan tujuan dari Puskesmas yaitu mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional maka Puskesmas memegang peranan penting dalam suksesnya program pemberantasan penyakit menular (P2M) yang merupakan salah satu Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas.

Pada Program Puskesmas dalam Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, penting bagi para petugas puskesmas untuk melakukan pendekatan system dan menbandingkan antara cakupan dengan target yang telah ditetapkan. Pemberantasan DBD dibandingkan dengan target variable yang dinilai: jumlah penderita DBD, pemeriksaan jentik berkala, kegiatan penyuluhan DBD, pemberantasan vector yaitu: kegiatan fogging, abatisasi dan gerakan 3M/ gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Untuk itu masyarakat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang penyakit DBD dan PSN DBD.Tujuan dari program penelitian puskesmas ini untuk mengetahui pelaksanaan PSN DBD sehingga dapat diketahui permasalahan yang ada untuk dapat meningkatkan ABJ dan untuk menurunkan angka kesakitan DBD.Daftar Pustaka1. Widoyono. Demam berdarah dengue. Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasan. Erlangga.Jakarta. 2008.h.592. Bustan M N. Ukuran Epidemiologi. Pengantar epidemiologi.Cetakan ke-2. Rineka Cipta;Jakarta.2006.h 75

3. Depertemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan. Depertemen Kesehatan; Jakarta.2005.h.1

4. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Departemen Kesehatan;2007.h.7

5. Azwar Azrul. Management Puskesmas. Keputusan Mentri Kesehatan Repuplik Indonesia tantang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.Departeman Kesehatan RI,Jakarta 2004.h. 20-316. Richie. Evaluasi Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Kelurahan Jelambar Baru Periode Agustus 2007 sampai dengan Juli 2008. Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta 2008.