tutorial kasus 2 hipertensi

41
Lap. Tutorial Kelompok 2 Kasus 2: Hipertensi KASUS 2 HIPERTENSI Seorang pria berusia 54 tahun mengaku pernah didiagnosis mengalami hipertensi stadium 2, datang ke klinik dengan keluhan sering pusing sejak 1 minggu terakhir. Ia juga merupakan perokok berat dan mengaku bahwa ia bisa menghabiskan sebanyak 16 batang rokok/hari, memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol 2-3 gelas setiap malam, TB 170cm, BB 97kg, TD 180/94mmHg, Kolesterol 240mg/dl, LDL 180 mg/dl, HDL 35mg/dl, GDP 210 mg/dl. Step 1 1. Hipertensi 2. LDL 3. HDL Step 2 1. Apa yg menyebabkan pasien di diagnosa hipertensi stadium 2? 2. Apakah ada hub antara perokok berat dan hipertensi? 3. Apakah alkohol dapat menyebabkan hipertensi? 4. Apakah kolestrol yg menyebabkan hipertensi? 5. Mengapa pasien hipertensi mengeluh pusing? 6. Apakah ada pengaruh usia dan jenis kelamin? 7. Bagaimana ciri ciri hipertensi stadium 2? 8. Apakah ada hub obesitas dengan hipertensi? 9. Apakah GDP mempengaruhi hipertensi? 1

Upload: andika-schwarzenegger

Post on 24-Nov-2015

333 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

text

TRANSCRIPT

Lap. Tutorial Kelompok 2

Lap. Tutorial Kelompok 2Kasus 2: Hipertensi

KASUS 2

HIPERTENSI

Seorang pria berusia 54 tahun mengaku pernah didiagnosis mengalami hipertensi stadium 2, datang ke klinik dengan keluhan sering pusing sejak 1 minggu terakhir. Ia juga merupakan perokok berat dan mengaku bahwa ia bisa menghabiskan sebanyak 16 batang rokok/hari, memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol 2-3 gelas setiap malam, TB 170cm, BB 97kg, TD 180/94mmHg, Kolesterol 240mg/dl, LDL 180 mg/dl, HDL 35mg/dl, GDP 210 mg/dl.

Step 1

1. Hipertensi

2. LDL

3. HDL

Step 2

1. Apa yg menyebabkan pasien di diagnosa hipertensi stadium 2?

2. Apakah ada hub antara perokok berat dan hipertensi?

3. Apakah alkohol dapat menyebabkan hipertensi?

4. Apakah kolestrol yg menyebabkan hipertensi?

5. Mengapa pasien hipertensi mengeluh pusing?

6. Apakah ada pengaruh usia dan jenis kelamin?

7. Bagaimana ciri ciri hipertensi stadium 2?

8. Apakah ada hub obesitas dengan hipertensi?

9. Apakah GDP mempengaruhi hipertensi?

10.Nilai normal LDL, HDL, kolestrol dan GDP?

11.Apa yg menyebabkan kolestrol meningkat, LDL meingkat dan HDL menurun? Bagaimana dampaknya pada hipertensi?

12.Macam macam TD menurut WHO?

13.Bagaimana patofisiologi hipertensi dan pathway?

14.Apa yg terjadi pada pembuluh darah bagian perifer pada pasien hipertensi?

15.Bagaimana diagnosa keperawatan sesuai pathway?

16.Apa menyebabkan hipertensi?

17.Bagaimana manajemen nyeri pada hipertensi?

18.Apa komplikasi hipertensi?

19.Bagaimana tanda dan gejala hipertensi?

20. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipertensi beserta pencegahannya?

21. Bagaimana penatalaksanaan pada hipertensi?

Step 5

1. Mengetahui definisi dari hipertensi, LDL, HDL

2. Mengetahui etiologi dari hipertensi3. Mengetahui faktor resiko dari hipertensi

4. Mengetahui kalisifikasi dan stadium dari hipertensi5. Mengetahui kadar normal LDL, HDL, dan kolestrol

6. Mengetahui macam macam TD menurut WHO

7. Mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi

8. Mengetahui patofisiologi dan pathway dari hipertensi

9. Mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostik dari hipertensi

10. Mengetahui komplikasi dari hipertensi

11. Mengetahui pencegahan hipertensi

12. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi

13. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

Step 6&7

1. Mengetahui definisi dari hipertensi, LDL, HDL Hipertensi: hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Brunner & Sudarth, 2001).

LDL (Low-density Lipoprotein): Lipoprotein densitas rendah ( Inggris" bahasa Inggris: low-density lipoprotein, beta-2 lipoprotein, LDL) adalah golongan lipoprotein (lemak dan protein) yang bervariasi dalam ukuran (diameter 18-25 nm) dan isi, serta berfungsi mengangkut kolesterol, trigliserida, dan lemak lain (lipid) dalam darah ke berbagai bagian tubuh. Secara lebih spesifik, fungsi utama dari LDL adalah untuk mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan dengan menggabungkannya ke dalam membran sel. LDL seringkali disebut sebagai kolesterol jahat karena kadar LDL yang tinggi berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, salah satunya adalah terjadinya penyumbatan arteri (pembuluh nadi) bila kadar LDL terlalu tinggi (Wikipedia.com). HDL (High-density Lipoprotein): HDL (High Density Lipoprotein) merupakan salah satu dari tiga komponen lipoprotein, terdiri atas kombinasi lemak dan protein dengan kadar protein tinggi, mempunyai sifat umum sebagai protein, berada pada plasma darah. HDL disebut juga lemak baik yang membantu mengurangi penimbunan plak atau endapan pada dinding dalam pembuluh darah. Penyakit DM dapat menyebabkan penurunan HDL.

Nilai normal: pria >55 mg/dl, wanita >65 mg/dl. Berisiko tinggi penyakit jantung koroner apabila < 35 mg/dl, resiko rendah jantung koroner > 60 mg/dl 2. Mengetahui etiologi dari hipertensi Sekitar 85-90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya atau disebut sebagai hipertensi primer (hipertensi esensial atau Idiopatik). Hanya sebagian kecil hipertensi yang dapat ditetapkan penyebabnya (hipertensi sekunder), seperti penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkhin ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.

Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang dapat berperan pada hipertensi esensial, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor keturunan (Brunner & Sudarth, 2001). Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan tahanan perifer. Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder.

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

b. Penyakitt parenkim dan vaskular ginjal

c. Gangguan endokrin

d. Coarctation aorta

e. Neurogenik

f. Kehamilan

g. Luka bakar

h. Peningkatan volume intravaskuler

i. Merokok

(Udjianti, Wajan Juni. 2011. Keperawatan Kardiovaskular)

3. Mengetahui faktor resiko dari hipertensiFaktor resiko terbagi dua yaitu genetik (tidak dapat diubah) dan lingkungan (dapat diubah).

Faktor resiko yang tidak dapat diubah

Riwayat keluarga hipertensi

Hipertensi terlihat lebih umum di antar orang dengan riwayat keluarga hipertensi. Orang dengan riwayat keluarga memiliki hampir dua kali lipat risiko terkena hipertensi. Seorang yang mempunyai riwayat hipertensi harus didorong untuk memiliki tekanan darah yang normal dengan cara diperiksa secara teratur. Usia

Hasil dari proses penuaan dapat tercermin dalam variasi tekanan darah antara orang tua. Pada usia lanjut, plak menumpuk di arteri dan pembuluh darah yang menyebabkan kaku dan kurang elastis sehingga jantung bekerja lebih keras untuk memaksa darah melalui pembuluh. Perubahan pembuluh darah ini meningkatkan jumlah kerja yang dibutuhkan oleh jantung untuk mempertahankan aliran darah ke dalam sirkulasi dan kemudian tekanan darah meningkat.

Ras

Berdasarkan penelitian, rata-rata orang dari ras afrika amerika(Black American) memiliki level tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih(Caucasian). Mereka juga cenderung sensitif terhadap natrium. Umumnya, hipertensi menyerang mereka di usia muda. Oleh karena itu, mereka berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal, stroke dan jantung.

Diabetes Mellitus

Banyak orang dewasa yang menderita diabetes mellitus juga memiliki hipertensi. Risiko terkena hipertensi dengan riwayat keluarga diabetes dan obesitas lebih besar daripada tidak memiliki riwayat keluarga. Modifikasi gaya hidup dan kepatuhan terhadap terapi sangat penting untuk mencegah serangan jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal yang berhubungan dengan kadar glukosa darah dan tekanan darah tinggi.

Faktor resiko yang dapat diubah

Penurunan berat badan

Ada hubungan kuat antara kelebihan berat badan dan tekanan darah meningkat. Penurunan berat badan adalah salah satu modifikasi gaya hidup yang paling penting untuk tekanan darah itu sendiri. Pelayanan kesehatan dan ahli diet harus berkonsultasi untuk membantu pasien mengembangkan rencana pengurangan berat badan.

Asupan garam

Tekanan darah tinggi dikaitkan dengan diet tinggi garam. Pasien yang tekanan darah dapat diturunkan dengan membatasi natrium disebut garam sensitif. Sensitivitas ini sangat umum di antara Afrika Amerika, orang tua, dan pasien dengan diabetes dan obesitas. Pasien dengan hipertensiharus diinstruksikan untuk tidak menggunakan garam saat memasak.

Kafein

Asupan kafein harus dibatasi karena dapat meningkatkan kekakuan aorta. Hal ini menimbulkan risiko penyakit kardiovaskular bagi mereka dengan tekanan darah tinggi.

Pemasukkan pottasium, magnesium, dan kalsium

The JNC 7 ( Joint National Comittee) merekomendasikan diet seimbang asupan nutrisi. Rendahnya tingkat nutrisi ini berkontribusi untuk kejadian kardiovaskular. Makanan kaya pottasium termasuk jeruk, pisang dan brokoli. Magnesium ditemukan dalam sayuran hijau seperti bayam, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Susu, yogurt, dan bayam kaya akan kalsium. Bila perlu, makanan yang segar harus dipilih daripada makanan kaleng untuk meningkatkan asupan gizi ini.

Konsumsi alkohol

Konsumsi rutin dari tiga atau lebih minuman per hari dapat meningkatkan risiko hipertensi dan menyebabkan resistensi terhadap terapi antihipertensi . Perawat harus memberi nasihat pasien hipertensi yang minum alkohol untuk mengkonsumsi tidak lebih dari 1 ons alkohol per hari untuk pria ( dua minuman) dan tidak lebih dari ons per hari untuk wanita (satu minuman ). Tekanan darah dapat menurunkan atau kembali ke normal ketika konsumsi alkohol dimodifikasi.

Latihan

Orang dengan gaya hidup memiliki risiko peningkatan hipertensi. Latihan membantu mencegah dan mengendalikan hipertensi dengan mengurangi berat badan, mengurangi resistensi perifer, dan penurunan lemak tubuh. Siapapun yang mampu harus berpartisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur aerobik, seperti jalan cepat, setidaknya 30 menit per hari pada sebagian besar hari dalam seminggu. Penderita hipertensi harus dievaluasi oleh dokter sebelum memulai program latihan.

Merokok

Merokok merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung. Tekanan darah dapat meningkat karena nikotin mengontriksi pembuluh darah. Perawat harus menasihati pasien hipertensi untuk berhenti merokok. Sebuah rujukan ke program berhenti merokok dapat membantu dalam mencapai tujuan ini.

Sumber : Williams, Linda S and Hopper Paula D. 2007. Understanding Medical Surgical Nursing Third Edition. Philadelphia.

4. Mengetahui kalisifikasi dan stadium dari hipertensi(Brunner & Sudarth, 2001)Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 tahun Keatas

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal 115 mmHg, dengan rentang tekanan diastolik antara 130-170 mmHg. Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gaggal jantung kiri, dan stroke.9. Mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostik dari hipertensi Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah. Hipertrofi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitrogen urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan penentuan kadar urin dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit renovaskuler (Brunner & Sudarth, 2001).

Pemeriksaan diagnostik

Diagnostik awal hipertensi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan tekanan darah yang tinggi. Pemeriksaan dilakukan paling sedikit dua kali dalam waktu yang tidak bersamaam dengan posisi klien duduk dan berbaring. Setelah diagnosis ditentukan, pemeriksaan diagnostik yang spesifik dilakukan untuk menentukan penyebab hipertensi, luasnya kerusakan pada organ-organ vital (ginjal, jantung, otak) dan pembuluh-pembuluh retina. Hasil dari pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk membandingkan hasil-hasil pemeriksaan selanjutnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan darah lengkap (hitung diferensial dan kimia serum). Pemeriksaan hemoglobin/ hematokrit untuk mengkaji hubungan dari sel- sel terhadap volume cairan (viskositas)

2. Fungsi ginjal (nitrogen urea darah, kreatinin, uranilisis rutin). Urinalisa yg meliputi darah, protein, dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal.

3. Panel lipid untuk mengetahui adanya hiperlipidemia.

4. Elektokardiogram (EKG), sinar toraks, ekokardiogram, untuk melihat adanya pembesaran jantung dan hipertrofi ventrikel kiri.

10. Mengetahui komplikasi dari hipertensiMenurut Corwin (2007) komplikasi dari hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Stroke

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

2. Infark miokard

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah yang melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertropi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat menjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.

3. Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

4. Ensefalopati (kerusakan otak)

Dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat, cepat, dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron- neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

5. Kejang

Dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir kecil pada masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemuadian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan. 11. Mengetahui pencegahan hipertensi

diet rendah garam

diet rendah lemak

menurunkan kelebihan berat badan

memerhatikan pola makan, konsumsi makanan secara imbang, perbanyak makanan berserat.

berolahraga secara teratur

berhenti merokok dan minuman beralkohol

stres berlebiham

memeriksa tekanan darah secara periodik(Utami, Prapti. Solusi sehat mengatasi hipertensi)12. Mengetahui penatalaksanaan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2001)

edukasi

intervensi gaya hidup

Pengobatan :

diuretik, bermanfaat dalam mebimbangi retensi cairan yang disebabkan obat obatan lain

penghambat beta, menurunkan curah jantung, tetapi meningkatkan resistensi perifer, juga bermanfaat untuk mengobati angina dan aritmia serta sebagai profilaksis terhadap migrain

simpatolitik-sentral; metildopa, klonidin, guanabenz, dan guanfasin

penghambat alfa, merupakan pilihan terbaik untuk pria tua yang hipertrofi prostat jinak

vasodilator arteri, merupakan vasodilator proten dan dapat menyebabkan takikardia refleks serta retensi cairan

(Graber, Mark A dkk. Buku saku dokter keluarga)

Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis dapat membantu individu mengurangi tekanan darahnya. Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung sehingga kecepatan denyutjantung dan volume sekuncup juga berkurang. Olahraga, terutama bila disertai penurunan berat, menurunkan tekanan darah dengan menurunkan kecepatan denyut jantung istirahat dan mungkin TPR. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat hipertensi. Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara menghambat respons stres saraf simpatis. Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung. Diuretik bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagian diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos jantung atau arteri dengan menginterfensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain Iebih spesifik untuk saluran kalsium otot polos vaskular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR. Penghambat enzim pengubah angiotensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan tekanan darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosteron, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium pada urine kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin yang memanjang, yang normalnya memecah enzim. Inhibitor ACE dikontraindikasi untuk keharnilan. Pada beberapa individu dapat mungkin mendapat manfaat dan diet pembatasan-natrium. Hipertensi gestasional dan preeklamsi-eklamsi membaik setelah bayi lahir.13. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertensi PENGKAJIAN

Riwayat Keperawatan

1. Keluhan: fatigue, lemah, dan sulit bernafas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan takipnea.

2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner atau stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak.

Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini:

a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial).

b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu.

c. Nadi: meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia.

d. Denyut apikal bergeser dan/atau kuat angkat.

e. Denyut jantung: takikardia, disritmia.

f. Bunyi jantung: S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).

g. Murmur: dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup.

h. Vascular bruit: terdengar di atas karotis, femoral, atau epigastrium (arteri stenosis), distensi vena jugular (kongesti vena).

i. Perifer: suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis, diaforesis, atau flushing (pheochromocytoma).

3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis (mungkin mengindikasikan gangguan cerebral). Temuan fisisk meliputi kegelisahan, penyempitan lapang perhatian, menangis, otot wajahh tegang terutama disekitar mata, menarik nafas panjang, dan pola bicara cepat.

4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik: produksi urine