diskusi kasus farmasi-hipertensi 4
TRANSCRIPT
KASUS
Hipertensi stage II
Oleh:Mabruratussania Maherdika
G0004146
KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U R A K A R T A2008
HIPERTENSI ( STAGE II )
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : tukang becak
Alamat : Dayu Rt 01/01 Gondangrejo, Karanganyar
B. Keluhan Utama : Kepala cekot-cekot bagian tengkuk dan kesemutan
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien laki-laki datang ke sebuah balai pengobatan. Kurang
lebih 3 hari yang lalu pasien sering mengeluh kepala cekot-cekot. Cekot-cekot
terutama dirasakan di kepala bagian belakang. Cekot-cekot dirasakan hilang
timbul terutama jika malamnya susah tidur. Pasien sering tidak bisa bekerja
karena sakit kepalanya itu. Beberapa bulan yang lalu pasien pernah mengalami
rasa sakit yang sama. Kemudian pasien periksa ke puskesmas dan dinyatakan
darah tinggi. Dari puskesmas pasien mendapat obat, namun pasien lupa obat yang
telah dikonsumsinya. Pasien merasa baikan setelah meminum obat dari
puskesmas, dan tidak berobat lagi secara rutin karena merasa sudah sembuh. Saat
ini pasien sedang dalam pengobatan diabetes melitus dengan OAD.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Riwayat sakit jantung : disangkal
b. Riwayat stroke : disangkal
c. Riwayat asma : disangkal
d. Riwayat batuk lama : disangkal
2
e. Riwayat sakit liver : disangkal
f. Riwayat alergi : disangkal
g. Riwayat mondok : disangkal
h. Riwayat diabetes melitus : ada
E. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat minum jamu : disangkal
c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal
d. Riwayat minum minuman keras : disangkal
e. Riwayat olah raga teratur : disangkal, penderita tidak
mempunyai jadwal olah raga tersendiri.
F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
a. Riwayat sakit gula : ada
b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
c. Riwayat sakit gula : disangkal
d. Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat batuk lama : disangkal
G. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien sehari-hari bekerja sebagai tukang becak. Mempunyai satu orang
istri dan tiga orang anak. Pasien makan tiga kali sehari, porsi sedang dengan lauk
pauk tempe, tahu, kadang-kadang telur, daging ayam atau ikan.
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital Tensi : 190/110 mmHg
Nadi : 108 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Heart rate : 108 x/ menit, irama reguler
3
Status Gizi
Frekuensi Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.8 0C
BB=53 kg
TB=155 cm
BMI=22,06
BBR=0,96
Lingkar pinggang=75 cm
Lingkar panggul=79 cm
C. Kulit Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),
ekimosis (-), pucat (-)
D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban
(-), mudah rontok (-), luka (-)
E. Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik
(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema
palpebra (-/-), strabismus (-/-)
F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan
mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)
G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi
penghidu baik
H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir
kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),
stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)
I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi
cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB
axilla (-/-)
4
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis tidak tampak
Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis
Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra
→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi HR : 108 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,
intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi
jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea
medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal
sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea
parasternal dextra et sinistra.
Pulmo :
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar
(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,
retraksi intercostal (-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi Sonor / Sonor
Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan
wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus
basal paru (-/-), krepitasi (-/-)
K. Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok
kostovertebra (-),
5
L. Abdomen :
Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),
venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)
Auscultasi Peristaltik (+) normal
Perkusi Timpani, pekak alih (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-). Hepar tidak teraba. Lien tidak teraba.
M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
N. Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)
Akral dingin Odem
_ _
_ _
_ _
_ _
III.RESUME
Kurang lebih 3 hari yang lalu pasien sering mengeluh kepala cekot-cekot.
Cekot-cekot terutama dirasakan di kepala bagian belakang. Cekot-cekot dirasakan
hilang timbul terutama jika malamnya susah tidur. Pasien sering tidak bisa bekerja
karena sakit kepalanya itu. Beberapa bulan yang lalu pasien pernah mengalami rasa
sakit yang sama. Kemudian pasien periksa ke puskesmas dan dinyatakan darah tinggi.
Dari puskesmas pasien mendapat obat, namun pasien lupa obat yang telah
dikonsumsinya. Pasien merasa baikan setelah meminum obat dari puskesmas, dan
tidak berobat lagi secara rutin karena merasa sudah sembuh. Saat ini pasien sedang
dalam pengobatan diabetes melitus dengan OAD.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan : BMI=22.08, BBR=0.96, TD = 190/110,
N = 108 x/menit
IV. DIAGNOSIS
HIPERTENSI STAGE II
6
VII. TUJUAN PENGOBATAN
1 menurunkan tekanan darah tanpa memperberat penyakit penyerta.2. menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat peningkatan tekanan darah.3. mengurangi rasa kesemutan4. modifikasi gaya hidup
VIII. PENGOBATAN
1. Nonmedikamentosa
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berata badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
1. Medikamentosa
R/ Captopril tab mg 25 No.XXI
S 2 dd tab 1 ac
R/ Diltiazem tab mg 30 No.XXI
S 3 dd tab 1
R/ Paracetamol tab mg 500 No.XXI
S 3 dd tab 1 p.r.n.
R/ Neurodex tab No.XIV
S 2 dd tab 1
7
HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi yang tidak diketahui didefinisikan sebagai hipertensi esensial,
atau lebih dikenal hipertensi primer, untuk membedakannya dengan hipertensi
sekunder bahwa hipertensi sekunder dengan sebab yang diketahui. Menurut The
Seventh Report Of The Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa terbagi menjadi kelompok Normotensi, Prahipertensi, Hipertensi Derajat I,
Hipertensi derajat II.
Klas.Tekanan Darah TDS (mmHG) TDD (mmHg)
Normal
Prahipertensi
Hipertensi Stage I
Hipertensi Stage II
<120
120-139
140-159
≥160
<80
80-89
90-99
≥100
B. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi
lanjut usia, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga, dimana
hipertensi sistolik maupun hipertensi sistolik diastolik sering timbul pada usia >60
tahun. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000,insiden hipertensi pada orang dewasa
adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di Amerika,
dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHANES III tahun 1989-1991.Hipertensi
esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi.
C. Manifestasi Klinis
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak, atau jantung. Gejala lain yang lebih sering ditemukan adalah sakit kepala,
8
epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang –kunang dan pusing
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan untuk menentukkan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer lengkap, kimia
darah (kalium , natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL,
kolesterol LDL) dan EKG. Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan yang lain
seperti klirens kreatinin, protein urin 24 jam, asam urat, kolesterol HDL,dan EKG.
E. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang
berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis. Pengukuran
pertama harus dikonfirmasikan pada sedikitnya 2 kunjungan lagi dalam waktu satu
sampai beberapa minggu. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien
duduk bersandar, setelah pasien beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran
pembungkus lengan yang sesuai.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lamanya
menderita, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan dengan penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskuler dll. Apakah terdapat riwayat
penyakit dalam keluarga dan gejala-gejala yang berkaitan dengan penyebab
hipertensi, perubahan aktivitas/ kebiasaan merokok, konsumsi makanan, riwayat
obat-obatan bebas, faktor lingkungan, pekerjaan, psikososial dsb.
F. Patogenesis
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama
karena interaksi antara faktor-faktor risisko tertentu. Faktor- faktor risiko yang
mendorong timbulnya kenaikan darah tersebut adalah :
1. faktor risiko, seperti : diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok,
genetik
9
2. sistem syaraf simpatis
a. tonus simpatis
b. variasi diurnal
3. keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel
pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos
dan interstitium juga memberikan kontribusi akhir.
4. pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada system renin,
angiotensin, dan aldosteron.
Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi Tekanan Darah = Curah Jantung
x Tekanan Perifer.14
G. Kerusakan Organ Target
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah :
1. jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. otak
strok atau transient ischemic attack
3. penyakit ginjal kronis
4. penyakit arteri perifer
5. retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari tekanan darah pada organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide
synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
10
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β).14
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi:
1. jantung
a. pemeriksaan fisik
b. foto polos dada(untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri
intratoraks dan sirkulasi pulmoner)
2. pembuluh darah
a. pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
b. USG karotis
c. Fungsi endotel (masih dalampenelitian)
3. otak
a. pemeriksaan neurologis
b. diagnosis stroke ditegakkan dengan menggunakan cranial computed
tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging (MRI) (untuk
pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori atau
gangguan kognitif)
4. mata
funduskopi
5. fungsi ginjal
a. pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-
makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin
b. perkiraan laju filtrasi glomerolus, yang untuk pasien dalam kondisi stabil
dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-
Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF).14
H. Pengobatan
Tujuan pengobatan pada pasien hipertensi adalah :
a. target tekanan darah <140/90 mmHg, untuk individu beresiko tinggi
(diabetes,gagal ginjal proteinuri)<130/80 mmHg
b. penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler
11
c. mengahambat laju penyakit ginjal proteinuri
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan terapi
farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien
hipertensi dengan tujuan untuk menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-
faktor resiko, serta penyakit penyerta lainnya.Adapun terapi nonfarmakologis sbb:
a. menghentikkan merokok
b. menurunkan berata badan yang berlebihan
c. menurunkan konsumsi alkohol yang berlebihan
d. latihan fisik
e. menurunkan asupan garam
f. meningkatkan konsumsi buah dan sayur
g. menurunkan asupan lemak
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oelh JNC 7 adalah :
a. diuretika, terutaman jenis thiazid atau aldosterone antagonist
b. beta bloker (BB)
c. Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor)
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker
(ARB)
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap
dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang dan yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Jika terapi dimulai
dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum
mancapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatakan dosis obat tersebut
atau berpindah ke antihipertensi yang lain dengan dosis rendah baik tunggal maupun
kombinasi. Kombinasi yang terbukti dapat ditolerir pasien adalah : diuretika dan
ACEI atau ARB, CCB dan BB, CCB dan atau ARB, CCB dan diuretika, ARB dan
BB,kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.
12
TAHAPAN TERAPI HIPERTENSI
13
Modifikasi pola hidup :1. Penurunan berat badan2. Aktifitas fisik teratur3. pembatasan garam dan
alcohol4. berhenti merokok
Respons cukup(sasaran tel;ah dicapai
Respons kurang
Lanjutkan Modifikasi pola hidup :Pilihan Anti hipertensi :
1. diuretic atau beta bloker2. penghambat ACE,antagonis
CA,alfa bloker, alfa beta bloker
Respons cukup(sasaran tel;ah dicapai
Respons kurang Respons kecil
Tingkatkan dosis pertama
Tambahkan obat kedua dari golongan lain
Ganti dengan gol. lain
Respon belum cukup
Tambahkan obat kedua atau ketiga dari gol. lain atau diuretik
BP classification SBP* mmHg
DBP* mmHg
Lifestyle modification
Initial drug therapy
Without compelling indication
With compelling indications
Normal <120 and <80
Encourage
Prehypertension 120–139
or 80–89
Yes No antihypertensive drug indicated.
Drug(s) for compelling indications. ‡
Stage 1 Hypertensi-on
140–159
or 90–99
Yes Thiazide-type diuretics for most. May consider ACEI, ARB, BB, CCB, or combination.
Drug(s) for the compelling indications.‡Other antihypertensive drugs (diuretics, ACEI, ARB, BB, CCB) as needed.
Stage 2 Hypertensi-on
>160 or >100
Yes Two-drug combination for most† (usually thiazide-type diuretic and ACEI or ARB or BB or CCB).
Sumber : JNC-VII
I. Pemantauan
Pasien yang telah mulai mendapatkan pengobatan harus datang kembali
untuk evaluasi lanjutan dan pengaturan dosis samapi target tekanan darah tercapai.
Setelah tekanan darah tercapai dan stabil, kunjungan selanjutnya dengan interval 3-6
bulan, tetapi frekuensi ini juga ditentukkan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti
gagal jantung, diabetes, dan kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pasien adalah; empati dokter
akan meningkatkan kepercayaan, motivasi dan kepatuhan pasien, dokter harus
mempertimbangkan latar belakang budaya, kepercayaan pasien serta sikap pasien
terhadap pengobatan, pasien diberi tahu hasil pengukuran tekanan darah, target yang
masih harus dicapai, rencana pengobatan selanjutnya serta pentingnya mengikuti
rencana tersebut.
14
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian
pengobatan cepat atau lambat akan diikuti oleh naiknya tekanan darah sampai seperti
sebelum dimulai pengobatan antihipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan
untuk menurunkan dosis dan jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien
yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan
nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai dengan pengawasan tekanan darah yang
ketat.
PEMBAHASAN OBAT
Captopril
Merupakan obat anti hipertensi yang bekerja dengan cara menghambat enzim
konversi angiotensin (penghambat ACE) sehingga menghambat pembentukan
angiotensin II. Dari efek penghambatan tersebut, dapat terjadi vasodilatasi dan
penurunan aldosteron yang dapat menyebabkan terjadi ekskresi Na dan air.
Penghambat ACE tidak menimbulkan efek samping metabolik pada penggunaan
jangka panjang, yaitu tidak mengubah metabolisme karbohidrat, kadar lipid dan asam
urat dalam plasma. Penghambat ACE juga mengurangi resistensi insulin sehingga
terpilih sebagai anti hipertensi dengan DM tipe II, atau dengan obesitas.
Diltiazem
Merupakan obat anti hipertensi yang bekerja dengan menghambat kanal Ca.antagonis
Ca meningkatkan suplaioksigen miokard melalui dilatasi langsung arteri epikardial
sehingga mencegah spasme koroner. Ca antagonis juga menurunkan tegangan dinding
ventrikel selama sistole berkurang lalu perfusi subendokardial meningkat. Ca
antagonispun dapat menurunkan denyut jantung sehingga memperpanjang waktu
diastolik, sehingga meningkatkan perfusi subendokard.
Paracetamol
Mempunyai efek analgesik yaitu menghilangkan rasa nyeri ringan sampai dengan
sedang. Obat ini juga mempunyai efek antipiretik yang diduga melalui efek
sentral.efek anti inflamasinya lemahsehingga tidak digunakan sebagai anti reumatik.
15
Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi,
dan perdarahan lambung tidak terlihat.
Neurodex
Berisi vitamin B1 100mg, vit B6 200mg, vitB12 250mg. Obat ini diindikasikan pada
gejala neurotropik karena defisiensi vitamin, gangguan neurologik, mual muntah pada
kehamilan, anemia, roboransia untuk kejang, lesu, dan usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. Kapita Selekta Kedokteran,
edisi 3, jilid I. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius, 2001; 518-522
Ganiswara, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Supandiman, I., Fadjari, H. 2006. Anemia pada Penyakit Kronik. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 651-652
Yogiantoro, M. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simardibrata K. M., Setiati, S.
2006. Hipertensi Esensial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Pp: 610-614
16