diskusi kasus farmasi-dispepsia

26
KASUS DISPEPSIA Oleh: Wisnu Bimo Sutopo G0000151 KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

Upload: muhammad-yusuf-arrozhi

Post on 10-Aug-2015

108 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

KASUS

DISPEPSIA

Oleh:Wisnu Bimo Sutopo

G0000151

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A2008

Page 2: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

DISPEPSIA

STATUS PENDERITA

I. ANAMNESA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. S

Umur : 78 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Alamat : Tlawng Rt 09/03 Sawit Boyolali

No. CM : 92 47 23

B. Keluhan Utama : Nyeri ulu hati

C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien laki-laki datang ke RSDM. Kurang lebih 1 bulan

yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri

hilang sesudah makan. Mual muntah +, penurunan Bb +, rasa penuh +, cepat

kenyang kalau makan +, sering sendawa +.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat sakit jantung : disangkal

b. Riwayat stroke : disangkal

c. Riwayat asma : disangkal

d. Riwayat batuk lama : disangkal

e. Riwayat sakit liver : disangkal

f. Riwayat alergi : disangkal

g. Riwayat mondok : disangkal

h. Riwayat diabetes melitus : disangkal

E. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok : merokok selama 30 ahun

b. Riwayat minum jamu : disangkal

c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal

d. Riwayat minum minuman keras : disangkal

2

Page 3: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga

a. Riwayat sakit gula : disangkal

b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

c. Riwayat sakit gula : disangkal

d. Riwayat asma : disangkal

e. Riwayat alergi : disangkal

f. Riwayat batuk lama : disangkal

G. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani penggarap, berhenti sejak

2001. Mempunyai satu orang istri dan empat orang anak. Pasien makan tiga

kali sehari, porsi sedang dengan lauk pauk tempe, tahu, kadang-kadang telur,

daging ayam atau ikan.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda Vital

Status Gizi

Tensi : 130/90mmHg

Nadi : 90 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi Respirasi: 20 x/menit

Suhu : 36.8 0C

BB = 50 kg

TB = 173 cm

IMT = 16,51

C. Kulit Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi

(-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),

ekimosis (-), pucat (-)

D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban

(+), mudah rontok (-), luka (-)

E. Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik

(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan

diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema

palpebra (-/-), strabismus (-/-)

F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan

3

Page 4: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)

G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

penghidu baik

H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir

kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),

stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)

I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,

pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi

cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)

J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =

kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan

torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB

axilla (-/-)

Jantung :

Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea

medioclavicularis

Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra

Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis

dekstra

Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea

medioklavicularis sinistra

Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra

→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar

Auskultasi HR : 100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,

intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi

jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea

medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal

sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea

parasternal dextra et sinistra.

Pulmo :

4

Page 5: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar

(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,

retraksi intercostal (-)

Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,

fremitus raba kanan = kiri

Perkusi Sonor / Sonor

Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan

wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus

basal paru (-/-), krepitasi (-/-)

K. Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok

kostovertebra (-),

L. Abdomen :

Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),

venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)

Auscultasi Peristaltik (+) normal

Perkusi Timpani, pekak alih (-)

Palpasi Supel, nyeri tekan (+). Hepar tidak teraba. Lien tidak

teraba.

M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

N. Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)

Akral dingin Odem

_ _

_ _

_ _

_ _

III.RESUME

Seorang pasien laki-laki Tn S 78 th datang ke RSDM. Kurang lebih 1

bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri

hilang sesudah makan. Mual muntah +, penurunan Bb +, rasa penuh +, cepat

kenyang kalau makan +, sering sendawa +.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan : IMT=16,51, RrR=20x /menit, TD =

130/90, N = 90 x/menit

5

Page 6: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

IV. DIAGNOSIS

ULKUS LIKE DISPEPSIA

VII. TUJUAN PENGOBATAN

1 Menetralisir asam lambung yang berlebihan.

2. Menghambat produksi asam lambung.

3. Melindungi sel-sel mukosa lambung.

4. modifikasi gaya hidup

VIII. PENGOBATAN

1. Obat-obatan antasid (obat ini mengandung senyawa basa/alkali untuk

menetralisir asam lambung (HCL) yang berlebihan.

- Antasid DOEN (obat generik), promag, mylanta, rennie, dexanta,

plantacid.

2. H2 blocking agent (untuk menghambat produksi asam lambung / HCL)

- Cimetidin (obat generik), cimet, ranitidine, radin, famotidin.

Ctt: Untuk laki-laki, hindari penggunaan cimetidin untuk jangka

panjag, karena menimbulkan efek samping impotensi dan

gynekomastia.

3. Koloid alumunium (untuk melapisi sel-sel lambung dari serangan asam

lambung.

- sucralfat

4. Penghambat pompa proton (H+)

- omeprazol, OMZ

5. Obat-obat anti mual muntah

- metoklopramid, primperan, compositum, vometa.

6. Analgesik (mengurangi rasa nyeri)

- parasetamol, parasetamol-coles, panadol, hebron. Jangan

menggunakan analgesik yang bersifat asam spt ibuprofen, proris,

aspirin, asam mefenamat.

7. Antiflatulen (untuk mengurangi gas dan kembung)

- simetikon,dimetil polisiloksan

Medikamentosa

6

Page 7: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

R/ Ranitidine inj amp no III

cum disposs. Syringe cc 3 No III

S imm

R/ Antrain inj amp No III

cum disposs. Syringe cc 3 No III

S imm

R/ Paracetamol tab mg 500 No.XXI

S 3 dd tab 1 p.r.n.

R/ Antasyda DOEN suspensi cc 60 No I

S 3 dd Cth II pc dan sebelum tidur

R/ Ulsidex tab mg 1000 No III

S 4 dd tab 1 1h ac dan sebelum tidur

R/ Omeprazol tab mg 40 No I

S 0-0-1

DISPEPSIA

1. Definisi

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan "πέψη"

(Pepse), berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan kumpulan

keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang

menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa

rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk

dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata

terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,

radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus

(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai

kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,

laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).

7

Page 8: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas

atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit

atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia,

baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam

beberapa waktu (Bazaldua, et al, 1999)

Tabel 1.1 Diagnosis banding nyeri/ketidaknyamanan abdomen atas

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

-Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikul, ulkus -Disfungsi sensorik-motorik gastroduodenum duodeni) -Gastroparesis idiopatik/hipomotilitas antrum-Gastro-oesophageal reflux disease (GORD), -Disritmia gaster dengan atau tanpa esofagitis -Hipersensitivitas gaster/duodenum-Obat : OAINS, aspirin -Faktor psikososial-Kolelitiasis simtomatik -Gastritis H.pylori-Gangguan metabolik (uremia, hiperkalsemia, -Idiopatik gastroparesis DM)-Keganasan (gaster, pankreas, kolon)-Insufisiensi vaskula mesentrikus-Nyeri dinding perut

(Mansjoer, et al, 2007)

2. Etiologi

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.

Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju

esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam

lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat

anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia

belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

1. Menelan udara (aerofagi)

2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

3. Iritasi lambung (gastritis)

4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

5. Kanker lambung

6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

8. Kelainan gerakan usus

9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

10. Infeksi Helicobacter pylory

3. Manifestasi Klinis

8

Page 9: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi

dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:

a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid

c. Nyeri saat lapar

d. Nyeri episodik

2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia),

dengan gejala:

a. Mudah kenyang

b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual

d. Muntah

e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et

al, 2007).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau

kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan

atas jangka waktu tiga bulan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan

sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan

dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi

nyerinya.

Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi

(perut kembung).

Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi

respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang

tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

4. Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang

lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan

9

Page 10: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada

pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak

berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga

menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002).

Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya

dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas

perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).

2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus

dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,

penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk

bila penderita makan (Mansjoer, 2007).

3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus

kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan

lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk

mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi

merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus

terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

a. CLO (rapid urea test)

b. Patologi anatomi (PA)

c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan

d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam

rangka penelitian

4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan

kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum

tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis dilakukan

terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada

refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun

terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi

serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke

intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan

terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi

kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya reguler,

semisirkuler, dengan dasar licin (Vilano et al, cit Hadi, 2002). Kanker di lambung

secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di

10

Page 11: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

daerah kanker, bentuk dari lambung berubah (Shirakabe cit Hadi, 2002).

Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda

seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari

intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops (Hadi, 2002).

5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi

kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

5. Penatalaksanaan

Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,

ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan

dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi

dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir

sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat,

Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-

menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg

triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai

adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan

menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang

dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga

memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik

atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis

respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari

proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI

adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

11

Page 12: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

Dispepsia

Usia > 45 tahun atau usia < 45 tahun dengan tanda-tanda alarm

Rujuk

Gastroenterelogis / internis atau dokter

anak dengan fasilitas endoskopi

Rujuk

Rujuk

Usia , 45 tahun tanpa tanda-tanda alarm

Tes serologi Hp

Dispepsia tetap (+)

Hasil (-)

Terapi empiris selama 2 minggu :-Antasida-H2 antagonis/PPI (omeprazol)-Obat-obat prokinetik Dispepsia (-)

Kambuh (maksimal 3x)

Terapi dihentikan

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).

Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel

parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen,

yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi

mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk

lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar

lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia

fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan

memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).

7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti-

depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak

jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti

cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)

12

Hasil (+)

Page 13: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

Skema 5.1. Skema penatalaksanaan pasien dispepsia di masyarakat(Mansjoer et al, 2007)

Skema 5.2. Skema penatalaksanaan pasien dispepsia oleh

gastroenterolog/internis atau dokter anak dengan fasilitas endoskopi

(Mansjoer et al, 2007)

Tabel 5.1. Golongan obat antagonis reseptor H2

Obat Indikasi Dosis Cara, waktu, dan Efek sampinglama pemberian

Simetidin Tukak peptik akut dan 3x200mg, Selama 4 minggu Penekanan eritropoesis,

kronik ditambah sampai pansitopenia 200mg atau

neutropenia sebelum t idur Gastritis kronik dengan 200mg Lanjutan, setiap malam Gangguan SSP seperti hiperskresi HCl konfusi mental,

somnolen,letargi, halusinasiGangguan endokrin

yaituimpotensi,

ginekomastia

Roksatidin Gastritis akut dan kronik 75mg/hari, Oral, malam hari,selama dengan saya selektif disesuaikan 1 minggu reseptor H2 6 kali lebih dengan baik daripada simetidin bersihan setara ranitidin kreatinin

Ranitidin Dispepsia akut dan 2x150mg Selama 4-6 minggu kronik, khususnya lanjutan : tukak duodenum aktif 1x150mg Malam hari

13

Dispepsia

Tes serologi Hp Endoskopi

Hasil (+) Pemeriksaan CLO, PA, kultur (untuk Hp)

Hasil (-)

CLO (+)PA (+)

Kultur (+)

CLO (+)PA (+)

Kultur (+)

CLO (+)PA (+)

Kultur (+)

CLO (+)PA (+)

Kultur (+)

Seleksi kasus

Terapi eradikasi

Tidak dilakukan terapi eradikasi hanya diberikan terapi empiris

sambil dicari penyebab lain

CLO (+)PA (+)

Kultur (+)

Page 14: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

(Mansjoer et al, 2007)

Tabel 5.2. Golongan obat penghambat pompa proton Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping

Omeperazol Tukak peptik

Tukak duodenum

1x20mg/hari

1x20-50mg/hari

Setiap pagi, selama1-2 minggu, oral

Selama 2-4 hari minggu, oral

Sakit kepala, nuase, diare,mabuk, lemas, nyeri epigastrik, banyak gas

Lansoprazol Tukak peptik 1x30mg/hari 4 minggu, oral IdemPantoprazol Tukak peptik,

inhibitor pompa proton yang reversibel

1x40mg/hari Oral Idem

(Mansjoer et al, 2007)

6. Pencegahan

Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia

bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)

Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola dan

mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :

1. Atur pola makan seteratur mungkin.

2.   Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung

     (coklat, keju, dan lain-lain).

3.   Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,

melon, semangka, dan lain-lain).

4.   Hindari makanan yang terlalu pedas.

5.   Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.

6.   Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-

inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan

ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri

karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.

7.   Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

8. Jika anda perokok, berhentilah merokok.

9. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.

14

Page 15: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan

terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat,

atau makan sesaat sebelum olahraga.

11. Pertahankan berat badan sehat

12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untuk

mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan mengurangi

dispepsia.

13. Ikuti rekomendasi dokter Anda mengenai pengobatan dispepsia. Baik itu

antasid, PPI, penghambat histamin-2 reseptor, dan obat motilitas.

PEMBAHASAN OBAT

Ranitidine

Daya menghambat senyawa-furan terhadap sekresi asam. Tidak merintangi

perombakan oksidatif dari obat-obat lain. Resorpsinya pesat dan baik, tidak

dipengaruhi oleh makanan. Efek samping seperti simetidin, diare (sementara),

nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit. Tapi tdak menyebabkan gynecomastia.

Antrain

Isinya Metamizole Na. Fungsinya sebagai penghilang nyeri akibat colic maupun

pasca operasi. Kontra indikasi pada kehamilan dan menyusui, bayi kurang dari 3

bulan atau berat badan kurang dari 5 kg. Pada penggunaan jangka panjang monitor

fungsi hati dan hitung darah karena dapat menyebabkan kerusakan susunn darah,

gangguan fungsi ginjal dan hati, agranulocitosis, reaksi alergi. Kontraindikasi

pada nyeri otot pada flu, rheumatik, lumbago, bursitis, shoulders-arm sindrom.

Antasida DOEN

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi

asam lambung. Antasid biasanya mengandung Alumunium-magnessium

hidroksida gel. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya

simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu

lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun

dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

Indikasi untuk tukak lambung dan usus 12 jari, gastritis, refluk esofgitis,

hiperaciditas lambung, perut kembung karena gas dalam perut.

Ulsidex

15

Page 16: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

Berisi sucralfat. Indikasi untuk peptic ulcer. Dapat membentuk suatu komplek

protein pada permukaan tukak yang melindunginya dari HCL, pepsin, dan

empedu.Menetralkanasam, menahan kerja pepsin dan mengadsorpsi asam

empedu. Efek samping obstipasi, mulut kering, dan erythema.

Omeprazole

Merupakan penghambat pompa-proton yang digunakan untuk menurunkan dengan

sangat kuat produksi asam lambung. Efek samping: gangguan lambung-usus,

nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa kantuk atau sukar

tidur.

Paracetamol

Mempunyai efek analgesik yaitu menghilangkan rasa nyeri ringan sampai dengan

sedang. Obat ini juga mempunyai efek antipiretik yang diduga melalui efek

sentral.efek anti inflamasinya lemahsehingga tidak digunakan sebagai anti

reumatik. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah. Efek

iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat.

Daftar Pustaka

1. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga.

Jakarta.: 488-491

2. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159

3. Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It.

http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspe

psia.html, Desember 2006

4. Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.

http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001

5. Sawaludin, Diding. 2005. Nyeri Ulu Hati yang Berulang.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehatan.ht

m, 9 Oktober 2005

6. Ariyanto, W.L. 2007. Mencegah Gangguan Lambung. www.kiatsehat.com, 2007

7. Anonim. 2004. Dispepsia. http://medicastore.com/med/subkategori_pyk.ph

p?idktg=7&UID=20071107122240202.162.33.202, 2004

8. Anonim. 2007. Dyspepsia. http://en.wikipedia.org/wiki/Dyspepsia, 7

Oktober 2007

9. Bazaldua, OV et al.1999. Evaluation and Management of Dyspepsia.

http://www.aafp.org/afp/991015ap/1773.html, 15 Oktober 1999

16

Page 17: Diskusi Kasus Farmasi-Dispepsia

10. Torpy, Janet M. 2006. Dyspepsia.

http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/295/ 13/1612?

maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=dysp

epsia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT, 5 April

2006

11. Holtmann, Gerald. 2006. A Placebo-Controlled Trial of Itopride

in Functional Dyspepsia.

http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/ 832, 23 Februari 2006

12. Longstreth, George F. 2006. Functional Dyspepsia — Managing the

Conundrum. http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/791, 23

Februari 2006

17