dispepsia catur

30
TUGAS DISPEPSIA Oleh: Catur Nugroho G99131026

Upload: sheilla-elfira

Post on 09-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

as

TRANSCRIPT

Page 1: Dispepsia catur

TUGAS

DISPEPSIA

Oleh:

Catur Nugroho

G99131026

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

S U R A K A R T A

2015

Page 2: Dispepsia catur

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kejadian dispepsia cukup sering dijumpai dokter dalam menjalankan

profesinya sehari-hari. Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi dan

banyak didapatkan pada usia muda. Di Amerika Serikat kejadian dispepsia 26%

sampai 34% dari seluruh penduduk.

Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak

nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena

terganggunya daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain

seperti perasaan panas di dada (heart burn), regurgitasi, kembung (flatulensi),

disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut terasa penuh, cepat kenyang,

sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya.

Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia

nonorganik atau fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah

diketahui dengan jelas sedangkan dispepsia fungsional

merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan

fungsi dari saluran makanan.

Menurut ROME III, dispepsia fungsional harus memenuhi semua

kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya satu kali

seminggu selama minimal dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Nyeri yang

persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari perut bagian

atas (di atas umbilikus).

2

Page 3: Dispepsia catur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan "πέψη"

(Pepse), berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan

kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut

bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks

gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam

lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua,

yaitu :

1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik

sebagai penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan

yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus

dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.

2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia

nonulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional

tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan

pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong

saluran pencernaan).

Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian

atas atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau

rasa sakit atau rasa terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena

dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena

dispepsia dalam beberapa waktu (Bazaldua, et al, 1999)

3

Page 4: Dispepsia catur

Tabel 1.1 Diagnosis banding nyeri/ketidaknyamanan abdomen atas

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

-Ulkus peptik kronik (ulkus ventrikul, ulkus -Disfungsi sensorik-motorik

gastroduodenum duodeni) -Gastroparesis

idiopatik/hipomotilitas

antrum

-Gastro-oesophageal reflux disease (GORD), -Disritmia gaster dengan atau

tanpa esofagitis

-Hipersensitivitas

gaster/duodenum

-Obat : OAINS, aspirin -Faktor psikososial

-Kolelitiasis simtomatik -Gastritis H.pylori

-Gangguan metabolik (uremia, hiperkalsemia, -Idiopatik

gastroparesis DM)

-Keganasan (gaster, pankreas, kolon)

-Insufisiensi vaskula mesentrikus

-Nyeri dinding perut

(Mansjoer, et al, 2007)

2. Etiologi

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid

reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas

menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke

dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan,

seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang

penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:

1. Menelan udara (aerofagi)

2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

3. Iritasi lambung (gastritis)

4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

4

Page 5: Dispepsia catur

5. Kanker lambung

6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

8. Kelainan gerakan usus

9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

10. Infeksi Helicobacter pylory

3. Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan,

membagi dispepsia menjadi tiga tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan

gejala:

a. Nyeri epigastrium terlokalisasi

b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid

c. Nyeri saat lapar

d. Nyeri episodik

2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia),

dengan gejala:

a. Mudah kenyang

b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual

d. Muntah

e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)

(Mansjoer, et al, 2007).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut

atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik

berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai

dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa

5

Page 6: Dispepsia catur

penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain.

Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan

flatulensi (perut kembung).

Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak

memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau

gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.

4. Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang

lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil

pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda

infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak

mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi.

Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa

asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma saluran pencernaan perlu

diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu

diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9

(Vilano et al, cit Hadi, 2002).

2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus

dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau

muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau

memburuk bila penderita makan (Mansjoer, 2007).

3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau

usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari

lapisan lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop

untuk mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori.

Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik

sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi

adalah:

a. CLO (rapid urea test)

b. Patologi anatomi (PA)

6

Page 7: Dispepsia catur

c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan

d. PCR (polymerase chain reaction), hanya

dalam rangka penelitian

4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD

dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test

(belum tersedia di Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis

dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan sebaiknya dengan

kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di

esofagusnyang menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik

di antrum yang meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga

sedikit barium yang masuk ke intestin (Hadi, 2002). Pada tukak baik di

lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche,

yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari

tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin

(Vilano et al, cit Hadi, 2002). Kanker di lambung secara radiologis, akan

tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker,

bentuk dari lambung berubah (Shirakabe cit Hadi, 2002). Pankreatitis

akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti

terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari

intestin terutama di jejunum yang disebut sentinal loops (Hadi, 2002).

5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi

kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

5. Penatalaksanaan

Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996,

ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra

kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas

endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan

menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na

7

Page 8: Dispepsia catur

bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid

jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi

rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga

berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun

dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa

MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang

agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik

yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%.

Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia

organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk

golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin,

ranitidin, dan famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir

dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan

PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).

Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh

sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin

endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan

produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta

membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa

dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia

8

Page 9: Dispepsia catur

fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan

memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al,

2007).

7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti-

depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena

tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor

kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005)

Golongan obat penghambat pompa proton

Obat Indikasi Dosis Pemberian Efek samping

Omeperazol Tukak peptik

Tukak

duodenum

1x20mg/hari

1x20-

50mg/hari

Setiap pagi,

selama

1-2 minggu,

oral

Selama 2-4

hari minggu,

oral

Sakit kepala,

nuase, diare,

mabuk, lemas,

nyeri epigastrik,

banyak gas

Lansoprazol Tukak peptik 1x30mg/hari 4 minggu, oral Idem

Pantoprazol Tukak peptik,

inhibitor

pompa proton

yang

reversibel

1x40mg/hari Oral Idem

(Mansjoer et al, 2007)

6. Pencegahan

Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia

bahkan memperbaiki kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)

9

Page 10: Dispepsia catur

Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola

dan mencegah timbulnya gangguan akibat dispepsia :

1. Atur pola makan seteratur mungkin.

2.   Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi

lambung

     (coklat, keju, dan lain-lain).

3.   Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,

melon, semangka, dan lain-lain).

4.   Hindari makanan yang terlalu pedas.

5.   Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.

6.   Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-

inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen,

dan ketoprofen. Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati

nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.

7.   Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

8. Jika anda perokok, berhentilah merokok.

9. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu

tidur.

10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan

terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu

cepat, atau makan sesaat sebelum olahraga.

11. Pertahankan berat badan sehat

12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu)

untuk mengurangi stress dan mengontrol berat badan, yang akan

mengurangi dispepsia.

13. Ikuti rekomendasi dokter Anda mengenai pengobatan dispepsia. Baik itu

antasid, PPI, penghambat histamin-2 reseptor, dan obat motilitas.

10

Page 11: Dispepsia catur

BAB III

ILUSTRASI KASUS

I. ANAMNESIS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. M

Umur : 78 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Alamat : RT 09/03 Tanon Sragen

B. Keluhan Utama : Nyeri ulu hati

C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien laki-laki datang ke RSDM. Kurang lebih 4

bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri terutama

pada malam hari, dirasakan hilang timbul. Nyeri tidak hilang sesudah

makan. Mual muntah -, penurunan Bb +, rasa penuh -, cepat kenyang

kalau makan -, sering sendawa +.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat sakit jantung : disangkal

b. Riwayat stroke : disangkal

c. Riwayat asma : disangkal

d. Riwayat batuk lama : disangkal

e. Riwayat sakit liver : disangkal

f. Riwayat alergi : disangkal

g. Riwayat mondok : disangkal

h. Riwayat diabetes melitus : disangkal

E. Riwayat Kebiasaan

a. Riwayat merokok : merokok selama 30

tahun

11

Page 12: Dispepsia catur

b. Riwayat minum jamu : disangkal

c. Riwayat minum obat pegal linu : disangkal

d. Riwayat minum minuman keras : disangkal

F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga

a. Riwayat sakit gula : disangkal

b. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

c. Riwayat sakit gula : disangkal

d. Riwayat asma : disangkal

e. Riwayat alergi : disangkal

f. Riwayat batuk lama : disangkal

G. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Pasien sehari-hari bekerja sebagai petani penggarap, berhenti

sejak 2009. Mempunyai satu orang istri dan empat orang anak. Pasien

makan tiga kali sehari, porsi sedang dengan lauk pauk tempe, tahu,

kadang-kadang telur, daging ayam atau ikan.

II. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda Vital

Status Gizi

Tensi : 130/90mmHg

Nadi : 90 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi Respirasi: 20 x/menit

Suhu : 36.8 0C

BB = 50 kg

TB = 173 cm

IMT = 16,51

C. Kulit Warna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi

(-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-),

ekimosis (-), pucat (-)

12

Page 13: Dispepsia catur

D. Kepala Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban

(+), mudah rontok (-), luka (-)

E. Mata Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik

(-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan

diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema

palpebra (-/-), strabismus (-/-)

F. Telinga Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)

G. Hidung Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi

penghidu baik

H. Mulut Sianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir

kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-),

stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)

I. Leher JVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,

pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi

cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)

J. Thorax Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =

kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan

torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB

axilla (-/-)

Jantung :

Inspeksi Iktus kordis tidak tampak

Palpasi Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea

medioclavicularis

Iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra

Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis

dekstra

Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea

medioklavicularis sinistra

13

Page 14: Dispepsia catur

Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra

→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar

Auskultasi HR : 100 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni,

intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi

jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea

medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal

sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea

parasternal dextra et sinistra.

Pulmo :

Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar

(-). Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar,

retraksi intercostal (-)

Palpasi Simetris. Pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki,

fremitus raba kanan = kiri

Perkusi Sonor / Sonor

Auskultasi Suara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan

wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus

basal paru (-/-), krepitasi (-/-)

K. Punggung kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok

kostovertebra (-),

L. Abdomen :

Inspeksi Dinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-),

venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)

Auscultasi Peristaltik (+) normal

Perkusi Timpani, pekak alih (-)

Palpasi Supel, nyeri tekan (+). Hepar tidak teraba. Lien tidak

teraba.

M Genitourinaria Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

N. Ekstremitas Kuku pucat (+), spoon nail (-)

Akral dingin Odem

14

Page 15: Dispepsia catur

_ _

_ _

_ _

_ _

III.RESUME

Seorang pasien laki-laki Tn S 78 th datang ke RSDM. Kurang lebih 1

bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul.

Nyeri hilang sesudah makan. Mual muntah +, penurunan Bb +, rasa penuh +,

cepat kenyang kalau makan +, sering sendawa +.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan : IMT=16,51, RrR=20x /menit, TD

= 130/90, N = 90 x/menit

IV. DIAGNOSIS

DISPEPSIA ULCER LIKE TYPE

VII. TUJUAN PENGOBATAN

1 Menetralisir asam lambung yang berlebihan.

2. Menghambat produksi asam lambung.

3. Melindungi sel-sel mukosa lambung.

4. modifikasi gaya hidup

VIII. PENGOBATAN

1. Obat-obatan antasid (obat ini mengandung senyawa basa/alkali untuk

menetralisir asam lambung (HCL) yang berlebihan).

- Antasid DOEN (obat generik), promag, mylanta, rennie,

dexanta, plantacid.

2. H2 blocking agent (untuk menghambat produksi asam lambung / HCL)

- Cimetidin (obat generik), cimet, ranitidine, radin, famotidin.

Ctt: Untuk laki-laki, hindari penggunaan cimetidin untuk jangka

panjag, karena menimbulkan efek samping impotensi dan

gynekomastia.

15

Page 16: Dispepsia catur

3. Koloid alumunium (untuk melapisi sel-sel lambung dari serangan asam

lambung.

- sucralfat

4. Penghambat pompa proton (H+)

- omeprazol, OMZ

5. Obat-obat anti mual muntah

- metoklopramid, primperan, compositum, vometa.

6. Analgesik (mengurangi rasa nyeri)

- parasetamol, parasetamol-coles, panadol, hebron. Jangan

menggunakan analgesik yang bersifat asam spt ibuprofen,

proris, aspirin, asam mefenamat.

7. Antiflatulen (untuk mengurangi gas dan kembung)

- simetikon,dimetil polisiloksan

Medikamentosa

R/ Ranitidine inj amp no III

cum disposs. Syringe cc 3 No III

S imm

R/ Antrain inj amp No III

cum disposs. Syringe cc 3 No III

S imm

R/ Paracetamol tab mg 500 No.XXI

S 3 dd tab 1 p.r.n.

R/ Antasyda DOEN suspensi cc 60 No I

S 3 dd Cth II pc et ante noctum

R/ Ulsidex tab mg 1000 No III

S 4 dd tab 1 1h ac et ante noctum

R/ Omeprazol tab mg 40 No I

S 0-0-1

16

Page 17: Dispepsia catur

BAB IV

PEMBAHASAN OBAT

Ranitidine

Daya menghambat senyawa-furan terhadap sekresi asam. Tidak merintangi

perombakan oksidatif dari obat-obat lain. Resorpsinya pesat dan baik, tidak

dipengaruhi oleh makanan. Efek samping seperti simetidin, diare (sementara),

nyeri otot, pusing-pusing, reaksi kulit. Tapi tdak menyebabkan gynecomastia.

Antrain

Isinya Metamizole Na. Fungsinya sebagai penghilang nyeri akibat colic

maupun pasca operasi. Kontra indikasi pada kehamilan dan menyusui, bayi

kurang dari 3 bulan atau berat badan kurang dari 5 kg. Pada penggunaan

jangka panjang monitor fungsi hati dan hitung darah karena dapat

menyebabkan kerusakan susunn darah, gangguan fungsi ginjal dan hati,

agranulocitosis, reaksi alergi. Kontraindikasi pada nyeri otot pada flu,

rheumatik, lumbago, bursitis, shoulders-arm sindrom.

Antasida DOEN

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir

sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Alumunium-

magnessium hidroksida gel. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya

hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai

dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat

nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena

terbentuk senyawa MgCl2. Indikasi untuk tukak lambung dan usus 12 jari,

gastritis, refluk esofgitis, hiperaciditas lambung, perut kembung karena gas

dalam perut.

Ulsidex

Berisi sucralfat. Indikasi untuk peptic ulcer. Dapat membentuk suatu komplek

protein pada permukaan tukak yang melindunginya dari HCL, pepsin, dan

empedu.Menetralkanasam, menahan kerja pepsin dan mengadsorpsi asam

empedu. Efek samping obstipasi, mulut kering, dan erythema.

17

Page 18: Dispepsia catur

Omeprazole

Merupakan penghambat pompa-proton yang digunakan untuk menurunkan

dengan sangat kuat produksi asam lambung. Efek samping: gangguan

lambung-usus, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa

kantuk atau sukar tidur.

Paracetamol

Mempunyai efek analgesik yaitu menghilangkan rasa nyeri ringan sampai

dengan sedang. Obat ini juga mempunyai efek antipiretik yang diduga melalui

efek sentral.efek anti inflamasinya lemahsehingga tidak digunakan sebagai

anti reumatik. Parasetamol merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.

Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat.

18

Page 19: Dispepsia catur

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi

Ketiga. Jakarta.: 488-491

2. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159

3. Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do

About It.

http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dy

spepsia.html, Desember 2006

4. Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.

http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001

5. Sawaludin, Diding. 2005. Nyeri Ulu Hati yang Berulang.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/1005/09/hikmah/kesehat

an.htm, 9 Oktober 2005

6. Ariyanto, W.L. 2007. Mencegah Gangguan Lambung.

www.kiatsehat.com, 2007

7. Anonim. 2004. Dispepsia.

http://medicastore.com/med/subkategori_pyk.ph p?

idktg=7&UID=20071107122240202.162.33.202, 2004

8. Anonim. 2007. Dyspepsia. http://en.wikipedia.org/wiki/Dyspepsia, 7

Oktober 2007

9. Bazaldua, OV et al.1999. Evaluation and Management of Dyspepsia.

http://www.aafp.org/afp/991015ap/1773.html, 15 Oktober 1999

10. Torpy, Janet M. 2006. Dyspepsia.

http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/295/ 13/1612?

maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=d

yspepsia&searchid=1&FIRSTINDEX=0&resourcetype=HWCIT, 5

April 2006

11. Holtmann, Gerald. 2006. A Placebo-Controlled Trial of Itopride

19

Page 20: Dispepsia catur

in Functional Dyspepsia.

http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/ 832, 23 Februari

2006

12. Longstreth, George F. 2006. Functional Dyspepsia — Managing the

Conundrum. http://content.nejm.org/cgi/content/short/354/8/791, 23

Februari 2006

20