52825603 makalah hipertensi preeklamsi eklamsi dan hipertensi esensial
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan
dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertnggi mortalitas dan
morbiditas ibu bersalin.Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas
juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas
nonmedis dan system rujukan yang belum sempuran.
Selain hipertensi, preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah
satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang
tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang merupakan
tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.
Perlu ditekankan bahwa sindrom preeklampsia ringan dengan hiper-
tensi, edema, dan proteinui sering tidak diketahui atau tidak
diperhatikan; pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin
mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan
preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap
faktor-faktor predisposisi yang lain.
1.2 Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membagi informasi kepada
pembaca mengenai Hipertensi, Preeklamsi dan Eklamsi yang menjadi
salah satu penyebab kematian ibu dan bayi.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makal ini penulis menggunakan metode kajian
pustaka dengan cara membaca serta melakukana pencarian diberbagai
situs internet yang berkaitan erat pembahasan.

2
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisa
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 HIPERTENSI KEHAMILAN
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Patofisiologi
2.1.3 Penanganan
2.2 PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Patofisiologi
2.2.4 Perubahan-perubahan pada organ
2.2.5 Gambaran klinik pre-eklamsi
2.2.6 Penanganan
2.3 HIPERTENSI ESENSIAL
2.3.1 Pengertian
2.3.2 Etiologi
2.3.3 Patofisiologi
2.3.4 Penanganan
BAB III PENUTUP
Daftar Pustaka

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HIPERTENSI KEHAMILAN
2.1.1 Pengertian
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka
kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Hipertensi dalam kehamilan berarti tekanan darah meninggi saat
hamil. Keadaan ini biasanya mulai pada trimester ketiga, atau tiga
bulan terakhir kehamilan. Kadang-kadang timbul lebih awal, tetapi hal
ini jarang terjadi.
Dikatakan tekanan darah tinggi dalam kehamilan jika tekanan darah
sebelum hamil (saat periksa hamil) lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah di saat hamil
2.1.2 Patofisiologi
Penyebab hipertensi kehamilan sampai saat ini belum diketahui
dengan jelas.Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut
yang dianggap mutlak benar.

4
(a) Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran
darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteria ovarika.Kedua
pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa arteri
akuarta dan arteri akuarta memberi cabang arteria radialis. Arteria
radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri
basalis member cabang arteria spiralis.
Pada hamil normal, dengan sebab belum jelas, terjadi infasi trofoblas
kedlam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi
lpisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis.Infasi
trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga
jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri
spiralis mengalami distensi dan dilatasi.Distensi dan vasodilatasi
lumen arteri spiralis ini member dampak penuruna tekanan darah,
penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada
darah utero plasenta.Akibatnya, aliran darah kejanin cukup banyak
dan perkusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik.Proses ini dinamakna “remodeling
arteri spiralis”.
Pada Hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi infasi sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarnya.Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen areteri spiralis tidak memungkinkan distensi dan
vasodilatasi.Akibatnya, arteri spiralis relative mengalimi
vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan”remodeling arteri spiralis”,
sehingga aliran darah uteroplasenta menurun , dan terjadilah hipoksia
dan iskemia plasenta.Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan
perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan pathogenesis HDK
selanjutnya.
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500
mikron , sedangkan pada preeklamsia rata-rata 200 mikron.Pada

5
hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat mengkatkan 10
kali aliran darah ke uetero plasenta.
(b) Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan atau radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi
dalam kehamilan terjadi kegagalan”remodeling atreri spiralis”,
dengan akibat plasenta menalami iskemia.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan (disebut juga radikal bebas).
Oksidan atau radikal bebas dalah senyawa penerim electron atau
atom/molekul yang mempunyai elekron yang tidak berpasangan.
Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah
radikal hoidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membrane
sel endotel pembuluh darah.Sebenarnya produksi oksidan pada
manusia adalah suatu proses normal, Karen aoksidan memang
dibutuhkan untuk perlindungan tubuh.Adanya radikal hidroksil dalam
darah mungkin dahulu dianggap sebagai bahan toksin yang beredar
dalam darah, maka dulu hipertensi dalam kehamilan disebut “
toxaemia”.
Radikal hidroksil akan merusak membrane sel, yang mengandung
bayak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida
lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus,
protein sel endotel.
Produksi oksidan(radikal bebas)dalam tubuh yang bersifat toksis ,
selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam
kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan,
khususnya peroksid lemak meningkat, sedangkan antioksidan ,missal
vitamin E pada hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi
dominasi kadar oksidan peroksida lemak yang realtif tinggi.

6
Peroksida lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini
akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak
membrane sel endotel.
Membran sel endotel lebuh mudah mengalami kerusakan oleh
peroksida lemak karena letaknya langsung berhubungan dengan
aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh.Asam
lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil,
yang akan berubah menjadi peroksida lemak.
Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membrane sel
endotel.Kerusakan membrane sel endotel mengakibatkan
terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel.Keadaan ini disebut”Disfungsi endotel”(endothelial
dysfunction).Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel, maka akan terjadi :
Gangguan metabolism prostalglandin, Karena salah satu fungsi sel
endotel adalah prostalglandin, yaitu menurtnnya produksi
prostasiklin(PGE2)suatu vasodilatator kuat.
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan.Agregrasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-
tempat dilapisan endotel yang mengalami kerusakan.Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2)suatu vasokonstriktor
kuat.
Dalam keadaan normalperbandingan kadar prostasklin/tromboksan
lebih tinggi kadar prostasiklin(lebih tinggi vasodilatator)pada
preeklamsia kadar tromboksan lebih tinggi dari kadar prostasiklin
sehingga terjadi vasokonstriksi, dengan terjadi kenaikan tekanan
darah.
Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus (glomerular
endotheliosis)
Peningkatan permabilitas kapilar.

7
\Peningkatan produksi bahan-bahan vasopersor, yaitu
endotelin.Kadar NO (vasodilatator) menurun, sedangkan endotelin
(vasokonstriktor) meningkat.
Peningkatan factor koagulasi
(c) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Dugaan bahwa factor imunologik berperan terhadap terjadinya
hipertensi dalam kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut :
1) Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadi hipertensi
dalam kehamilan jikadibandingkan dengan multigravida
2) Ibu yang multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai
risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika
dibandingkan dengan suami sebelumnya.
3) Seks oral mempunya risiko lebih rendah terjadinya hipertensi
dalam kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai
saat kehamilan ialah makin lama periode ini, makin kecil
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya
“hasil konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya
human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting
dalam modulasi respon imun,sehingga si ibu tidak menolak hasil
konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi
troploblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu. Jadi hilang HLA-G merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu,
disamping untuk menghadapi sel Natural Killer. Pada plasenta
hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresiHL-G. B
erkurangnya HLA-G di desudua daerah plasenta, menghambat invansi
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar
jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga memudahkan

8
terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang terjadi
sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Kemungkinan terjadi Imunne-Maladaptation pada preeklamsi.
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklamsia, ternyata mempunyai proporsi
Helper Sel yang lebih rendah disbanding pada normotensif.
(d) Teori adapatasi kardiovaskularori genetic
Teori adapatasi kardiovascular
Pada hamil normal pembuluh darah rekfrakter terhadap bahan-bahan
vasopresor. Refrakter, berarti pembuluh darah tidak peka terhadap
rangsangan bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor
yang lebih tinggi untuk menimbulkan respons vasokonstriksi. Pada
kehamilan normal terjadi refrakter pembuluh darah terhadap bahan
vasopresor adalah akibat dilindungi oleh adanya sintesis
prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini dibuktikan
bahwa daya refrakter terhadap bahan vasepresor akan hilang bila
diberi prostaglandin sintesa inhibitor (bahan yangh menghambat
produksi prostaglandin). Prostaglandin ini kemudian hari ternyata
adalah prostasiklin.
Pada hipertendi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakterpembuluh
darah terhadap bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti
telah membuktikan bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjdai
pada trimester 1 (pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan
yang akan menjdi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat
ditemukan pada kehamilan pada kehamilan dua puluh moinggu.
Fakta inin dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi
dalam kehamilan.

9
Teori Genetik
Ada factor keturunan dan familial dengan model gen tunggal.
Genotype ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehemilan secara familial jika dibandingkan dengan genotype janin.
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsia ,26%
anak perempuannya akan mengalami preeklamsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklamsia.
(e) Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan
defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di Inggris ialah
penelitian tentang pengaruh diet pada preeklamsia beberapa waktu
sebelum pecahnya Perang Dunia II. Suasana serba sulit mendapat gizi
yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikkan insiden
hipertensi dalm kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan,
termasuk minyak hati halibut, dapat mengurangi risiko preeklamsia.
Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat
menghambat produksi tromboksan, menghambat aktifasi trombosit,
dan mencegah vasokonstriksipembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk memakai
konsumsi minyak ikan atau bahan yang mengandung asam lemak tak
jenuh dalam mencegah preeklamsia. Hasil sementara menunjukkan
bahwa peneliti ini berhasil baik dan mungkin dapat dipakai sebagai
alternative pemberian aspirin.
Beberapa peneliti juga mengganggap bahwa defisiensi kalsium pada
diet perempuan hamil mengakibatkan risiko terjdinya preeklamsi
atau eklamsia. Penelitian di Negara Ekuador Andes dengan metode
uji klinis, ganda tersamar, dengan membandingkan pemberian
kalsium dan placebo.

10
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi
suplemen, kalsium cukup, kasus yang mengalami preeklamsia adalah
14 % sedang yang diberi glikosa 17 %.
(f) Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas
didalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya
proses inflamasi.
Pada kehamilan normal plasenta juga melepaskan debris trofoblas,
sebagai sisa-sisa prosen apoptosis dan nekrotik trofoblas akibat
reaksi stress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian meranbgsang
timbulanya proses inflamasi.pada kehamilan normal jumlah debris
trofoblas masi dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga
masih dalam batas normal.Berbeda dengan proses apoptosis pada
preeklamsia, dimana pada preeklamsia terjadi peningkatan stree
oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas
juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misalnya pada
plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif akan
sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga
meningkat.Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamsi pada
kehamilan normal.respon inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel,
dan sel-sel makrofag/granulosit, yang lebih besar pula sehingga
terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala
pereklamsia pada ibu.
Redman, menyatakan bahwa disfungsi endotel pada preklamsia akibat
produksi debris trofoblas palesenta berlebihan tersebut diatas,
mengkibatkan”aktifitas leukosit yang sanagt tinggi”pada sirkulasi
ibu.Peristiwa ini oleh redman disebut sebagai”kekacauan adapatasi
dari proses inflamasi intravascular pada kehamilan” yang biasanya
berlangsung normal dan menyeluruh.

11

12
2.1.3 Penanganan
Pengobatan hipertensi dalam kehamilan tergantung pada
sejumlah faktor, yaitu usia kehamilan, beratnya hipertensi, dan
kemampuan bayi mentoleransi peningkatan tekanan darah.
Pengobatan biasanya hanya istirahat dan pemantauan tekanan
darah yang lebih sering. Pemeriksaan lain yang dilakukan adalah
pemeriksaan darah, pemantauan denyut jantung janin, pemeriksaan
urine untuk mengetahui ada tidaknya protein, dan penentuan volume
cairan amnion dan keadaan pertumbuhan bayi jika perlu.
Satu-satunya hal yang dapat mengatasi hipertensi dalam
kehamilan adalah melahirkan. Setelah melahirkan, gangguan ini bisa
langsung sembuh, atau bertahan beberapa jam sampai beberapa
minggu.
2.2 PREEKLAMSI DAN EKLAMSI
2.2.1 Pengertian
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi ,
edema , dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya. Misalnya pada mola hidatidosa.
Untuk mnegakan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik
harus 30 mmHg atau lebih.
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat jika terdapat salah satu atau lebih tanda/gejala
dibawah ini di temukan :

13
1) Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih
2) Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam , 3 atau 4+ pada pemeriksaan
kualitatif
3) Oliguria, air kencing kurang dari 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4) Keluhan serebral, gangguan penglihatan atu nyeri di daerah epigastrium
5) Edema paru-paru atausianosis
Istilah eklampsia berasal dari bahasa yunani dan berarti “halilintar”.
Kata tersebut dipaki karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia
timbul dengan tiba-tiba tanpa di dahului oleh tanda-tanda lain.
Sekarang kita tahu bahwa eklampsia umumnya timbul pada wanita
hamil atau dalam nifas dengan tanda-tanda pre-eklampsia. Pada
wanita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia
gravidarum, eklampsia parturientum, dan eklampsia puerparale.
Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum seringkali
persalinan mulai tidak lama kemudian.
2.2.2 Etiologi
Penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Tetapi, beberapa hal yang diduga berperan terhadap
timbulnya pre eklampsia adalah :
a) Kurangnya aliran darah ke uterus
b) Kerusakan pembuluh darah
c) Ganggguan sistim imun
d) Kurang gizi
2.2.3 Patofisiologi
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu.
Oleh karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-patologik

14
berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan
akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa
perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu ternyata pada pre-
eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada
eklampsia. Perlu dikemiukakan disini bahawa tidak ada perubahan
histopatologik yang khas pada pre-eklampsia dan eklampsia.
Perdarahan, infark, nekrosis, dan trombosis pembuluh darah kecil
pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh.
Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasopasmus
arteriola. Penimbuanan fibrin dalam pembuluh darah merupakan
faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut.
2.2.4 Perubahan-perubahan pada organ
1. Perubahan hati
- Perdarahan yang tidak teratur
- Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati
- Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan
subkapsuler
2. Retina
- Spasme areriol, edema sekitar diskus optikus
- Ablasio retina (lepasnya retina)
- Menyebabkan penglihatan kabur
3. Otak
- Spasme pembuluh darah arteriol otak menyebabkan
anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis
- Menimbulkan nyeri kepala yang berat
4. Paru-paru
- Berbagai tingkat edema
- Bronkopnemonia sampai abses
Menimbulkan sesak nafas sampai sianosis
5. Jantung
- Perubahan degenerasi lemak dan edema
- Perdarahan sub-endokardial

15
- Menimbulkan dekompensasio kordis sampai
terhentinya fungsi jantung
6. Aliran darah keplasenta
- Spasme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia
berat sampai kemaian janin
- Spasme yang berlangsung lama, mengganggu
pertumbuhan janin
7. Perubahan ginjal
- Spasme arteriol menyebabkan aliran darah ke ginjal
menurun sehingga fitrasi glomerolus berkurang
- Penyerapan air dan garam tubulus tetap terjadi retensi
air dan garam
- Edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain
8. Perubahan pembuluh darah
- Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi
sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan
- Protein ekstravaskuler menarik air dan garam
menimbulkan edema
- Hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan
fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan, Ida Bagus Gede Manuaba, Jakarta : EGC, 1998).
2.2.5 Gambaran Klinik Pre-Eklamsi
Dimulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema. Pada kaki
dan tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria.
Pada pre-eklamsi ringan gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada
pre-eklamsia berat diikuti keluhan sebagai berikut :
- Sakit kepala terutama daerah frontal
- Rasa nyeri daerah epigastrium
- Gangguan penglihatan
- Terdapat mual samapi muntah

16
- Gangguan pernafasan sampai sianosis
- Gangguan kesadaran
2.2.6 Penanganan
Pre-Eklamsi Ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan
pre-eklampsia. Istirahat berbaring pada sisi tubuh meningkatkan aliran
darah ke plasenta. Aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena
pada ekstremitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut
bertambah. Selain itu juga mengurangi vcolume darah yang beredar. Oleh
sebab itu dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema
berkurang. Pemberian fenobarbital 3x30 mg sehari akan menenangkan
penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
Pre-Eklamsi Berat
Pada penderita pre-eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat
untuk mencegah timbulanya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam
bhaya akut dapat diatasi , dapat difikirkan cara yang terbaik untuk
menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk seterusnya mencegah
bahaya eklampsia.
Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat
diberikan ;
1) Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10 ml (4 gram)
disuntikan intramuskulus bokong kiri dan kanan sebagai proses
permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut kadaan.
Tamabahan sulfas magmnesikus hanya diberikan bila diuresis baik
, refleks patella positive dan kecepatan pernafasan lebih dari 16
permenit. Obat tersebut selain menenangkan juga menurunkan
tekanan darah dan meningkatkan diuresis.
2) Klorpomazin 50 mg intramuskulus
3) Diazepam 20 mg intramuskulus
Penggunaan obat hipotensif pada pre-eklampsia berat diperlukan karena
dengan menurunksn tekanan darah kemungkinan kejang dan apopleksia
serebri menjadi lebih kecil. Apabila terdapat oliguria, sebaiknya penderita

17
diberi glukosa 20% secara intravena. Obat diuretika tidak diberikan secara
rutin.
Kadang-kadang keadaan penderita dengan pengobata tersebut diatas
menjadi lebih baik. Akan tetapi umumnya pada pre-eklampsia berat
sesudah bahaya akut berakhir sebaiknya dipertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan oleh karena dengan demikian harapan bahwa
janin hidup terus tidak besar dan adanya janin dalam uterus menghambat
sembuhnya penderita dari penyakitnya. Pemngakhiran kehamilan dapat
dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disebut dalam bab
eklampsia.
Eklamsia
Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah menghentikan
berulangnya serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengijinkan. Penderita dalam
hal ini dapat diberikan diazepam 20 mg IM. Selain itu juga penderita harus
disertai seorang tenaga yang trampil dalam resusitasi dan yang dapat
mencegah terjadinya trauma apabila terjadi serangan kejangan.
Selain diazepam, dapat diberikan beberapa obat. Misalnya :
1) Sodium pentothal
2) Sulfas magnesicus
3) Lytic cocktail
Disini di tekankan bahwa pemberian obat-obat tersebut harus disertai dengan
pengawasan yang teliti dan terus-menerus. Jumlah dan waktu pemberian obat
disesuaikan dengan keadaan penderita pada tiap-tiap jam demi keselamatannya.
2.3 Hipertensi Esensial
2.3.1 Pengertian
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

18
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Penulisan tekanan darah
seperti 110/70 mmHg adalah didasarkan pada dua fase dalam setiap
denyut jantung. Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik)
menunjukkan fase darah kembali kedalam jantung.
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah
tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan
tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko
penyakit jantung dan pembuluh darah. Menurut WHO, di dalam
guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari
140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb
disebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi
individu dewasa diatas 18 tahun)
2.3.2 Etiologi
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum
dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder adalah hpertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain
lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak
ditujukan ke penderita hipertensiesensial.
2.3.3 Patofisiologi
70-80% kasus hipertensi esensial didapat riwayat hipertensi dalam
keluarga.
Sebagian besar hipertensi esensial timbul pada usia 25-45 tahun, dan
hanya 20% timbul di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun.

19
Gejala klinik yang mungkin timbul akibat hipertensi adalah sakit kepala,
rasa tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur, epistaksis, disines
atau migren, sampai keluhan mudah marah.
Hasil penyelidikan gejala klinik hipertensi di Paris adalah sbb : gejala
sakit kepala menduduki urutan pertama (40,5%), disusul palpitasi
(28,5%), nokturi (20,4%), disiness (20,8%) dan tinitus (13,8%).
Gejala lain yang dikeluhkan mungkin akibat dari komplikasi yang
timbul, seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala
gagal jantung, dan gejala gangguan fungsi ginjal. Tidak jarang hal ini
menjadi penyebab utama penderita untuk datang periksa ke dokter.
Hal lain yang perlu ditanyakan kepada penderita guna kepentingan
terapi adalah :
• Bila sebelumnya telah diketahui menderita hipertensi : informasi
pengobatan sebelumnya meliputi jenis obat, dosis, efektifitas, dan efek
samping yang mungkin timbul.
• Penyakit yang sedang atau pernah diderita seperti diabetes militus,
penyakit ginjal, dan penyakit jantung serta penyakit kelenjar tiroid.
• Kemungkinan penderita sedang mengkonsumsi obat karena
penyakit lain, yang mungkin menimbulkan efek samping kenaikan
tekanan darah, seperti golongan steroid, golongan penghambat
monoamin oksidase dan golongan simpatomimetik.
• Kebiasaan makan penderita (terutama asupan garam), minuman
alkohol dan konsumsi rokok.
• Faktor stres psikis.
• Pada wanita perlu ditanyakan tentang riwayat kehamilan dan
persalinan (pre-eklamsi dan eklamsi), serta pemakaian alat
kontrasepsi.
2.3.4 Penanganan
Telah dibuktikan oleh para peneliti, bahwa dengan mengendalikan
tekanan darah maka angka morbiditas dan angka mortalitas dapat
diturunkan. Oleh karena itu walaupun seorang dokter belum

20
menemukan etiologi dari hipertensi yang didapat pada penderita,
pengobatan sudah boleh dilaksanakan.
Yang menjadi masalah adalah saat yang tepat untuk memulai
pengobatan. Hal ini penting karena pada kenyataannya, pengobatan
hipertensi adalah pengobatan seumur hidup.
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur
dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Kebiasaan lainnya
seperti merokok, mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam
meningkatkan resiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum
diketahui pasti.

21
BAB III
PENUTUP
Dalam rangka menurunkan angka kematian maternal dan perinatal
akibat preeklampsia-eklampsia deteksi dini dan pe-nanganan yang adekuat
terhadap kasus preeklampsia ringan harus senantiasa diupayakan. Hal
tersebut hanya dapat dilakukan dengan mempertajam kemampuan diagnosa
para penyelenggara pelayanan bumil dari tingkat terendah sampai teratas,
dan melakukan pemeriksaan bumil secara teratur.
Mengingat komplikasi terhadap ibu dan bayi pada kasus-kasus PEB-E,
maka sudah selayaknyalah semua kasus-kasus tersebut dirujuk ke pusat
pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas penanganan kegawatdaruratan
ibu dan neonatal.
Demikian makalah mengenai Penanganan Preeklampsia Berat dan
Eklampsia kami rangkum sebagai penyegaran bagi rekan-rekan di daerah.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya