askep pre eklamsi

47
ASKEP PRE EKLAMSI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia.PEB diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan.PEditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol. Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.

Upload: ajzy

Post on 25-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Pre Eklamsi

ASKEP PRE EKLAMSI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Di Indonesia Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama

kematian maternal dan perinatal di Indonesia.PEB diklasifikasikan kedalam

penyakit hypertensi yang disebabkan karena kehamilan.PEditandai oleh adanya

hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif.Penyebab dari

kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat

diterima adalah adanya iskemia uteroplacentol.

Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan

buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya perlu segera

dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.Semua kasus

PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan

intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi definitif dan

pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda

preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di

samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain

Page 2: Askep Pre Eklamsi

Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung

disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri

dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah

persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.Preeklampsia

hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.Biasanya terdapat

pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja belasan tahun

atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini

biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :

Page 3: Askep Pre Eklamsi

1.1.1        Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.

1.1.2        Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes mellitus.

1.1.3        Penyakit ginjal.

1.2  Tujuan

1.2.1  Tujuan Umum

Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya pre-

eklampsia pada saat kehamilan

1.2.2  Tujuan Khusus

1.      Mengukur besar risiko faktor umur ibu hamil terhadap terjadinya preeklampsia

berat

2.      Mengukur besar risiko paritas terhadap terjadinya preeklampsia berat.

3.      Mengukur besar risiko jarak kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia berat

4.      Mengukur besar risiko kehamilan ganda terhadap terjadinya preeklampsia berat.

1.3  Manfaat

1.3.1    Manfaat Praktis

1.      Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan

program, serta sebagai salah satu persyaratan dalam untuk memenuhi penugasan

kami.

2.      Manfaat Ilmiah

Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga kesehatan

lainnya dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan preeclampsia.

Page 4: Askep Pre Eklamsi

3.      Manfaat Institusi

Sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan institusi

dan penulisan asuhan keperawatan pada preeklamsia

4.      Manfaat bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman

yang sangat berharga dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan,

khususnya pada kasus preeclampsia.

Page 5: Askep Pre Eklamsi

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1  Konsep Dasar Teori

2.1.1  Definisi

Pre eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin

dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak

menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan

gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih.

(Nanda, 2012)

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai

dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008).

Pre eklamsi adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer dkk,

2006).  

2.1.2  Anatomi Fisiologi

Perubahan Fisiologi Wanita Hamil

Segala perubahan fisik dialami wanita selama hamil berhubungan dengan

beberapa sistem yang disebabkan oleh efek khusus dari hormon. Perubahan ini

terjadi dalam rangka persiapan perkembangan janin, menyiapkan tubuh ibu untuk

bersalin, perkembangan payudara untuk pembentukan/produksi air susu selama

masa nifas. (Salmah dkk, 2006, hal.47)

1.      Uterus

Page 6: Askep Pre Eklamsi

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus.Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat, agak gepeng.Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat dan pada akhir kehamilan kembali seperti semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, H, 2006, hal. 89)

Perkiraan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri :

1)      Pada kehamilan 4 minggu fundus uteri blum teraba

2)      Pada kehamilan 8 minggu, uterus membesar seperti telur bebek fundus uteri

berada di belakang simfisis.

3)      Pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa, fundus uteri 1-2 jari di

atas simfisis pubis.

4)      Pada kehamilan 16 minggu fundus uteri kira-kira pertengahan simfisis dengan

pusat.

5)      Kehamilan 20 minggu, fundus uteri 2-3 jari di bawah pusat.

6)      Kehamilan 24 minggu, fundus uteri kira-kira setinggi pusat.

7)      Kehamilan 28 minggu, fundus uteri 2-3 jari di atas pusat.

8)      Kehamilan 32 minggu, fundus uteri pertengahan umbilicus dan prosessus

xypoideus.

9)      Kehamilan 36-38  minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah prosessus

xypoideus.

10)  Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di bawah

prosessus xypoideus. (Wiknjosastro, H, 2006. Hal. 90-91 dan Mandriwati, G. A.

2008. Hal. 90).

2.      Vagina

Page 7: Askep Pre Eklamsi

Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon estrogen sehingga

tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide).Tanda ini disebut tanda

Chadwick. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)

3.      Ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai

terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.Namun akan mengecil

setelah plasenta terbentuk, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan

progesteron. Lambat laun fungsi ini akan diambil alih oleh plasenta.

(Wiknjosastro, H. 2006. Hal .95)

4.      Payudara

Payudara akan mengalami perubahan, yaitu mebesar dan tegang akibat

hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan air susu. Areola mammapun tampak lebih hitam karena

hiperpigmentasi. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 95)

5.      Sistem Sirkulasi

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula.Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik

dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan

bertambah kira-kira 25%, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti

dengancardiac output yang meninggi kira-kira 30%. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal.

96).

6.      Sistem Respirasi

Page 8: Askep Pre Eklamsi

Wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh rasa

sesak nafas.Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena usus

tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang

leluasa bergerak. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 96)

7.      Traktus Digestivus

Pada bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea) karena

hormon estrogen yang meningkat.Tonus otot traktus digestivus juga

menurun.Pada bulan-bulan pertama kehamilan tidak jarang dijumpai gejala

muntah pada pagi hari yang dikenal sebagai moorning sickness dan bila terlampau

sering dan banyak dikeluarkan disebut hiperemesis gravidarum. (Wiknjosastro, H.

2006. Hal. 97)

8.      Traktus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus

yang membesar sehingga ibu lebih sering kencing dan ini akan hilang dengan

makin tuanya kehamilan, namun akan timbul lagi pada akhir kehamilan karena

bagian terendah janin mulai turun memasuki Pintu Atas Panggul. (Wiknjosastro,

H. 2006. Hal. 97)

9.      Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh hormon Melanophore Stimulating Hormone (MSH) yang dikeluarkan

oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi,

pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma gravidarum. Namun Pada kulit perut

dijumpai perubahan kulit menjadi kebiru-biruan yang disebut striae livide.

(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 97)

10.  Metabolisme dalam Kehamilan

Page 9: Askep Pre Eklamsi

Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga 15-20

%.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan pada kehamilan

trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1 gr/kg BB perhari untuk

perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin, serta disimpan

pula untuk laktasi nanti.Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan

tulang terutama pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus

mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat

diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin sehingga

janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga memerlukan

tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan haemoglobin dalam

darah sebagai persiapan agar tidak terjadi perdarahan pada waktu persalinan.

(Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 98)

11.  Kenaikan Berat Badan

Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan adaptasi ibu

terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat badan adalah 4 kg

dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20 minggu kedua (0,4 kg/minggu

dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5 kg. (Salmah, Hajjah.2006. Hal.60-61)

2.1.3  Etiologi

Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada

penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada

berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole,

retensi Na dan air dan coogulasi intravaskulaer.

Page 10: Askep Pre Eklamsi

Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini,

akan tetapi vasospasmus  ini yang menimbulkan berbagai gejala yang

menyertaipreeklamsi.

Sebab pre eklamasi belum diketahui,

1.      Vasospasmus menyebabkan :

a.       Hypertensi

b.      Pada otak (sakit kepala, kejang)

c.       Pada placenta (solution placentae, kematian janin)

d.      Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

e.       Pada hati (icterus)

f.       Pada retina (amourose)

2.      Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu :

a.       Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan

molahidatidosa

b.      Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

c.       Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus

d.      Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.

3.      Factor Perdisposisi Preeklamsi

a.       Molahidatidosa

b.      Diabetes melitus

c.       Kehamilan ganda

d.      Hidrocepalus

e.       Obesitas

f.       Umur yang lebih dari 35 tahun

Page 11: Askep Pre Eklamsi

2.1.4  Klasifikasi

Preeklamsi di bagi menjadi 2 golongan yaitu :

1.Preeklamsi Ringan :

a.       Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang di ukur pada posisi berbaring

terlentang, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, kenaikan sistolik 30

mmHg/lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan

dengan jarak periksa 1 jam, dan sebaiknya 6 jam.

b.      Edema umum (kaki, jari tangan dan muka atau BB meningkat)

c.       Proteinuri kuwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, sedangkan kuwalitatif 1+ & 2+

pada urine kateter atau midstream.

2.Preeklamsi Berat

a.       TD 160/110 mmHg atau lebih

b.      Proteinuria 5gr atau lebih perliter

c.       Oliguria (jumlah urine <500cc/24 jam)

d.      Adanya gangguan serebri, gangguan visus, dan rasa nyeri pada efigastrium

e.       Terdapat edema paru dan sianosis

2.1.5  Manifestasi Klinis

1.      penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu

beberapa kali.

2.      Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan

muka.

3.      Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

a.       TD > 140/90 mmHg atau

b.      Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg

Page 12: Askep Pre Eklamsi

c.       Diastolik>15 mmHg

d.      tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai

preeklamsi

4.      Proteinuria

a.       Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau pemeriksaan

kuwalitatif  +1 /  +2.

b.      Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter atau urine

porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

2.1.6  Patofisiologi

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi

peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,

termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari

timbulnya proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi

aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.Vasospasme dapat diakibatkan

karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia

yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan

perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta

sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

Page 13: Askep Pre Eklamsi

2.1.7  Pathway

Page 14: Askep Pre Eklamsi

2.1.8  Pemeriksaan Penunjang

1.      Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat

hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit

menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7

mg/100 ml

2.      USG : untuk mengetahui keadaan janin

3.      NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2.1.9  Komplikasi

Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain

atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver

Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular

Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan

kematian.

Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi

uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.

2.1.10     Penatalaksanaan

1.      Prinsip Penatalaksanaan Pre-Eklampsia

a.       Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah

b.      Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia

c.       Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin

terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

Page 15: Askep Pre Eklamsi

d.      Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin

setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih

berat jika persalinan ditunda lebih lama.

2.      Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan

a.       Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin

b.      Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu

dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100

mmhg).

c.       Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan

minimal 8 jam pada malam hari)

d.      Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur

e.       Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.

f.       Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :

metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,

atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30

mg/hari).

g.      Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu

h.      Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu

i.        Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu

rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut,

atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat

antihipertensi.

Page 16: Askep Pre Eklamsi

j.        Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia

berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan

k.      Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan

pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau

indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan

matur.

l.        Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan

bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

Page 17: Askep Pre Eklamsi

3.      Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.  Aktif berarti : kehamilan diakhiri /

diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti :

kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap

pemantauan janin dengan klinis, USG, kardiotokografi.

a.       Penanganan aktif.

Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah

kamar bersalin.Tidak harus ruangan gelap.Penderita ditangani aktif bila ada satu

atau lebih kriteria ini.

1)      Ada tanda-tanda impending eklampsia

2)      Ada hellp syndrome

3)      Ada kegagalan penanganan konservatif

4)      Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr         

5)      Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose

5% sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram

intravena diberikan dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan

sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit). Syarat

pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit – tidak ada

tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya –

refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi –

atau setelah 24 jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah

terdapat perbaikan yang nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas

10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).Obat

anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau

Page 18: Askep Pre Eklamsi

tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg.Obat yang dipakai umumnya

nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat

diberi tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu,

dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley,

atau prostaglandin E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi

atau ada kontraindikasi partus pervaginam.Pada persalinan pervaginam kala 2,

bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.

b.      Penanganan konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending

eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan

konservatif.Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4 dihentikan

bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan, selambatnya dalam

waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini

dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi.

jangan lupa : oksigen dengan nasal kanul, 4-6 l / menit, obstetrik : pemantauan

ketat keadaan ibu dan janin. bila ada indikasi, langsung terminasi.

menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.

Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari

perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi

protein, dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan berat badan yang

tidak berlebihan perlu dianjurkan.

Page 19: Askep Pre Eklamsi

Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa

memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan yang

penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosastro H,2006).

2.2  Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1  Pengkajian

1.      Data Biografi

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun,

Jenis kelamin,

a.       Riwayat Kesehatan

1)      keluhan Utama : biasanya  klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit

kepala,

2)      Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri

epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

3)      Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,

hipertensi kronik, DM

4)      Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta

riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

5)      Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

selingan

6)      Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,

oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

b.      Riwayat Kehamilan

Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan

dengan eklamsia sebelumnya.

Page 20: Askep Pre Eklamsi

c.       Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut

KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan

pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan

kontrasepsi

d.      Pola aktivitas sehari-hari

1)      Aktivitas

Gejala :biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan

atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka

2)      SirkulasiGejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.

3)      Abdomen

Gejala :

Inspeksi :biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya

sikatrik bekas operasi atau tidak  ( - ) Palpasi :

(1)   Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba

massa besar, lunak, noduler

(2)   Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di

sebelah kanan.

(3)   Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir

(4)   Leopold IV : biasanya pada  bagian terbawah janin telah masuk pintu atas

panggul

Auskultasi :biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular

Page 21: Askep Pre Eklamsi

4)      EliminasiGejala :biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria

5)      Makanan / cairan

Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah

Tanda :biasanya nyeri epigastrium,

6)      Integritas ego

Gejala : perasaan takut.

Tanda : cemas.

7)      Neurosensori

Gejala :biasanya terjadi hipertensi

Tanda :biasanya terjadi kejang atau koma

8)      Nyeri / kenyamanan

Gejala :biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan

penglihatan.

Tanda :biasanya klien gelisah,

9)      Pernafasan

Gejala :biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor

Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.

10)  Keamanan

Gejala :apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.

11)  Seksualitas

Gejala : Status Obstetrikus

e.       Pemeriksaan Fisik

1)      Keadaan Umum : baik, cukup, lemah

2)      Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)

Page 22: Askep Pre Eklamsi

3)      Pemeriksaan Fisik (Persistem)

a)      Sistem pernafasan

Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari

14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas,  krekes

mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.

b)      Sistem cardiovaskuler

(1)   Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.

(2)   Palpasi  :

Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi

tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,

Nadi       : biasanyanadi meningkat atau menurun

Leher      : apakah ada bendungan atau tidak  pada PemeriksaanVena Jugularis,

jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan.

Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin

(3)   Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya

fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.

c)      System reproduksi

(1)   Dada

Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.

(2)   Genetalia

Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah

pembesaran kelenjar bartholini / tidak.

(3)   Abdomen

Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa

bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus

Page 23: Askep Pre Eklamsi

d)     Sistem integument perkemihan

(1)   Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan

filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).

(2)   Oliguria

(3)   Proteinuria

e)      Sistem persarafan

Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki

f)       Sistem Pencernaan

Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),

anoreksia, mual dan muntah.

f.       Pengelompokan Data

1)      Data Subyektif

a)      Biasanya ibu mengeluh Panas

b)      Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala

c)      biasanya ibu mengeluh nyeri kepala

d)     biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin

e)      biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya

f)       Biasanya mengeluh nyeri

g)      skala nyeri (2-4)

h)      klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan

i)        klien biasanya  sering mual muntah

j)        klien biasanya sering bertanya

k)      klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan

2)      Data Obyektif

a)      Biasanya teraba panas

Page 24: Askep Pre Eklamsi

b)      Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan

c)      Biasanya ibu tampak kejang

d)     Biasanya ibu tampak lemah

e)      Biasanya penglihatan ibu kabur

f)       biasanya klien tampak cemas

g)      Biasanya klien tampak gelisah

h)      Biasanya klien tampak kurus,

i)        biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.

j)        Tonus otot perut tampa tegang

k)      Biasanya ibu tampak meringis kesakitan

l)        Biasanya tamapa cemas

m)    Biasanya DJJ bayi cepat >160

n)      Bisanya ibu tampak meringis kesakitan

o)      biasanya ibu tampak cemas

p)      Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)

q)      aktivitas janin menurun

r)       DJJ meningkat >160

Page 25: Askep Pre Eklamsi

2.2.2  Diagnosa

1.      Analisa Data

No symptom

1.    DS :

        Biasanya ibu mengeluh Panas        Biasanya  ibu mengeluh sakit kepala

DO :        Biasanya teraba panas        Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan        Biasanya ibu tampak kejang        Biasanya ibu tampak lemah        Biasanya penglihatan ibu kabur

2.     DS :        biasanya ibu mengeluh nyeri kepala        biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin

DO :        Bisanya ibu tampak meringis kesakitan        biasanya ibu tampak cemas        Bianyasa skala nyeri  4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)-    aktivitas janin menurun

Page 26: Askep Pre Eklamsi

NoSymptom

3.       DS :

        biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya        Biasanya mengeluh nyeri        skala nyeri (2-4)

DO :        Tonus otot perut tampa tegang        Biasanya ibu tampak meringis kesakitan        Biasanya tamapa cemas        Biasanya DJJ bayi cepat >160

4.     DS:        klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan        klien biasanya  sering mual muntah

DO :

        Biasanya klien tampak kurus,        biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.        BB menurun

4.        DS :        klien biasanya sering bertanya        klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan

Symptom

DO :         biasanya klien tampak cemas        Biasanya klien tampak gelisah

Page 27: Askep Pre Eklamsi
Page 28: Askep Pre Eklamsi

2.2.2     Rumusan Diagnosa

a.       Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan proses cardiac

output menurun, merangsang medulla oblongata dan system syaraf, penurunan

fungsi organ, vaso spasme dan peningkatan tekanan darah, perubahan perfusi

jaringan.

b.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan Vaso Spasme pada

pembuluh darah, proses cardiac output menurun, merangsang medulla oblongata

dan system syaraf, Kompresi saraf simpatis gangguan irama jantung, aliran

tumbulensi emboli kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir, kontraksi uterus

dan pembukaan jalan lahir di tandai dengan biasanya ibu mengeluh nyeri kepala,

biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin, Bisanya ibu

tampak meringis kesakitan, biasanya ibu tampak cemas, Bianyasa skala nyeri  4 =

nyeri berat (skala nyeri 1-5), aktivitas janin menurun, DJJ meningkat >160

c.       Resiko tinggi terjadinya foetal proses perpindahan cairan karena perbedaan

tekanan, perubahan pada plasenta.

d.      Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

HCL meningkat peristaltic turun Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna

makanan karena faktor biologi di tandai dengan klien biasanya mengatakan

kurang nafsu makan, klien biasanya  sering mual muntah, Biasanya klien tampak

kurus, biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis, BB menurun.

e.       Ansietas berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses

persalinan di tandai dengan klien biasanya sering bertanya, klien biasanya sering

mengungkapkan kecemasan, biasanya klien tampak cemas, Biasanya klien tampak

gelisah

Page 29: Askep Pre Eklamsi

2.2.3     Intervensi / Perencanaan

1.      Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi

organ ( vasospasme  dan peningkatan tekanan darah

TujuanTidak terjadi kejang pada ibuKriteria Hasil

a.       Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

b.      Tanda-tanda vital :

c.       Tekanan Darah         : 100-120/70-80 mmHg,          Suhu: 36-37 C, Nadi : 60-80

x/mnt, RR : 16-20 x/mnt.

Intervensi Rasional

1.      Monitor tekanan darah tiap 4 jam

2.      Catat tingkat kesadaran pasien

3.      Kaji adanya tanda-tanda eklampsia

( hiperaktif, reflek patella dalam,

penurunan nadi,dan respirasi, nyeri

epigastrium dan oliguria )

4.      Monitor adanya tanda-tanda dan

gejala persalinan atau adanya

kontraksi uterus

5.      Kolaborasi dengan tim medis

dalam pemberian anti hipertensi

dan SM

1.   Tekanan diastole > 110 mmHg dan

sistole 160 atau lebih merupkan

indikasi dari PIH

2.   Penurunan kesadaran sebagai indikasi

penurunan aliran darah otak

3.   Gejala tersebut merupakan manifestasi

dari perubahan pada  otak, ginjal,

jantung dan paru yang mendahului

status kejang

4.   Kejang akan meningkatkan kepekaan

uterus yang akan memungkinkan

terjadinya persalinan.

5.   Anti hipertensi untuk menurunkan

tekanan darah dan SM untuk

mencegah terjadinya kejang

Page 30: Askep Pre Eklamsi

2.       Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan

perubahan pada plasenta

Tujuan

Tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1.      Monitor DJJ sesuai indikasi

2.      Kaji tentang pertumbuhan janin

3.      Jelaskan adanya tanda-tanda

solutio plasenta ( nyeri

perut,  perdarahan, rahim tegang,

aktifitas janin turun )

4.      Kaji respon janin pada ibu yang

diberi SM

5.      Kolaborasi dengan medis dalam

pemeriksaan USG dan NST

1.   Peningkatan DJJ sebagai indikasi

terjadinya hipoxia, prematur dan

solusio plasenta

2.   Penurunan fungsi plasenta mungkin

diakibatkan karena hipertensi sehingga

timbul IUGR

3.   Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala

solutio plasenta dan tahu akibat

hipoxia bagi janin

4.   Reaksi terapi dapat menurunkan

pernafasan janin dan fungsi jantung

serta aktifitas janin

6.   Anti hipertensi untuk menurunkan

tekanan darah dan SM untuk

mencegah terjadinya kejang

7.   USG dan NST untuk mengetahui

keadaan/kesejahteraan janin

3.      Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan

pembukaan jalan lahir

Tujuan

Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya

Kriteria Hasil

Page 31: Askep Pre Eklamsi

a.       Ibu mengerti penyebab nyerinya

b.      Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi Rasional

1.      Kaji tingkat intensitas nyeri pasien

2.      Jelaskan penyebab nyerinya

3.      Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri

dengan nafas dalam bila HIS timbul

4.      Bantu ibu dengan

mengusap/massage pada bagian

yang nyeri

1.      Ambang nyeri setiap orang

berbeda ,dengan demikian akan dapat

menentukan tindakan perawatan yang

sesuai dengan respon pasien terhadap

nyerinya.

2.      Ibu dapat memahami penyebab

nyerinya sehingga bisa kooperatif

3.      Dengan nafas dalam otot-otot dapat

berelaksasi , terjadi vasodilatasi

pembuluh darah, expansi paru optimal

sehingga kebutuhan 02 pada jaringan

terpenuhi

4.      untuk mengalihkan perhatian pasien

4.       Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubunganKetidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena

faktor biologi.

Tujuan

nafsu makan meningkat atu normal

Kriteria hasil

a.       BB meningkat atau normal

Page 32: Askep Pre Eklamsi

b.      tidal ada tanda-tanda mal nutrisi

c.       kekuatan menggenggan

Intervensi Rasional

1.      Kaji adanya alergi makanan

2.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan

intake Fe

3.       Berikan substansi gula

4.       Berikan makanan yang terpilih (sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

5.      Ajarkan pasien bagaimana membuat

catatan makanan harian

1.      Untuk mengetahui apakah pasien ada

alergi makanan

2.      intake fe dapat meningkatkan kekuatan

tulang

3.      substansi gula dapat meningkatkan

energi pasien

4.      Untuk memenuhi status gizi pasien

5.      Catatan harian makanan dapat

mengetahui asupan nutrisi pasien

5.      Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif

terhadap proses persalinan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang

Kriteria Hasil :

a.       Ibu tampak tenang

b.      Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

c.       Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Page 33: Askep Pre Eklamsi

Intervensi Rasional

1.       tingkat kecemasan ibu

2.      Jelaskan mekanisme proses persalinan

3.      gali dan tingkatkan mekanisme koping

ibu yang efektif

4.      Beri support system pada ibu

1.       Tingkat kecemasan ringan dan sedang

bisa ditoleransi dengan pemberian

pengertian sedangkan yang berat

diperlukan tindakan medikamentosa

2.      Pengetahuan terhadap proses persalinan

diharapkan dapat mengurangi

emosional ibu yang maladaptive.

3.      Kecemasan akan dapat teratasi jika

mekanisme koping yang dimiliki ibu

efektif

4.      ibu dapat mempunyai motivasi untuk

menghadapi keadaan yang sekarang

secara lapang dada asehingga dapat

membawa ketenangan hati

2.2.4     Implementasi

Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya

diterapkan dalam bentuk tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan

perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan

ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan

rencana setelah dilakukan validasi., penguasaan keterampilan interpersonal,

intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien

pada waktu dan situasi yang tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi

Page 34: Askep Pre Eklamsi

dan didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan

pelaporan. (La Ode Jumadi Gaffar, 1995: 64)

Page 35: Askep Pre Eklamsi

Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:

a.          Fase persiapan

Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan

keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.

b.         Fase operasional

Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini,

implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent.

Selanjutnya perawat akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan

dengan reaksi klien terhadap fisik, psikologis, sosial dan spritual.

c.          Fase Terminasi

Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.

2.2.5     Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan

physical abuse antara lain :

1.      Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan

mengatasi physical abuse.

2.      Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif

dan efektif.

3.      Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.

4.      Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.

Page 36: Askep Pre Eklamsi

BAB 3

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan

proteinuria yang timbul karena kehamilan.

Preeklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan.

Preeklampsia adalah penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah  toksemia

tinggiyang terkait dengan kondisi diawal kehamilan.

Preeklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak,

hati, ginjal, dan plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia,

stroke, gagal hati dan gagal ginjal, dan koagulopati.

3.2  Saran

Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre

eklamsia oleh tim medis dan para medis kepada

masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah

terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-

tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama pada ibu-

ibu,agar dapat di atasi dengan cepat.

32 

Page 37: Askep Pre Eklamsi

  

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan

Persalinan & Kelahiran.Jakarta :EGC

Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2010). Ilmu

Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Manjoer, Arif, dkk. (2009). Kapita Selekta Edisi Ketiga Jilid Ketiga.Jakarta : Media Aesculapius

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Page 38: Askep Pre Eklamsi

Prawirohardjo, S. (2008). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP

Prawirohardjo, S. (2008).Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP

Robert J. M.(2007). Carl A Hubel Oxydative Stress in Preeclampsia. AJOG, 190:

117 – 8

Sofoewan S.(2007). Preeklampsia – Eklampsia di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia, patogen. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan esis, dan kemungkinan pencegahannya. MOGI, 27; 141 – 151.

Syaifudin.(2006). Anatomi Fisiologi.EGC.

Jakarta.

Yusmardi.(2010). Perbandingan Kadar Asam Folat Serum MaternalPreeklampsia Berat dengan Kehamilan Normal. Tesis Bagian Obgyn FK USU : RSUP Haji Adam Malik