makalah dan askep pre eklamsi

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah “pre-eklamsi” telah menggantikan istilah “toksemia”. Terdapat 5 % pada semua kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada kehamilan nullipara, 40% pada wanita dengan penyakit ginjal kronik. Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian pengobatan bisa berakhir dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang signifikan. Kelainan hipertensi pada kehamilan merupakan peyumbang utama terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan prenatal. Komplikasi akibat kelainan hipertensi pada kehamilan secara konsisten dicantumkan di antara tiga penyebab yang terlazim pada kematian ibu di semua negara-negara maju. Insiden yang dilaporkan bergantung pada kriteria diagnosis, dan terdapat kekurangan yang berbeda dari keseragaman. Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh masyarakat merupakan penyebab keterlambatan mengambil tindakan yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun janin. Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus preeklampsi atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat 1

Upload: heviana

Post on 26-Dec-2015

85 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah tentang pre eklamsi

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Istilah “pre-eklamsi” telah menggantikan istilah “toksemia”. Terdapat 5 % pada

semua kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada kehamilan nullipara, 40% pada

wanita dengan penyakit ginjal kronik. Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian

pengobatan bisa berakhir dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang

signifikan.

Kelainan hipertensi pada kehamilan merupakan peyumbang utama terhadap

morbiditas dan mortalitas ibu dan prenatal. Komplikasi akibat kelainan hipertensi

pada kehamilan secara konsisten dicantumkan di antara tiga penyebab yang terlazim

pada kematian ibu di semua negara-negara maju. Insiden yang dilaporkan

bergantung pada kriteria diagnosis, dan terdapat kekurangan yang berbeda dari

keseragaman.

Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang kejadiannya

senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang gejala awal oleh

masyarakat merupakan penyebab keterlambatan mengambil tindakan yang dapat

berakibat buruk bagi ibu maupun janin.

Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit  3-5 % merupakan kasus

preeklampsi atau eklampsi  (Manuba,1998). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada

semua kehamilan, 12 % terjadi pada primigravida  (Muthar,1997). Masih tingginya

angka kejadian dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil

dan tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya.

Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap

tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya

untuk mencegah dan menangani  kasus preeklampsi . Keperawatan bumil dengan

preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk

mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui pengertian pre-eklamsi klasifikasi, etiologi, tanda dan

gejala pre-eklamsi, pencegahan pre-eklamsi.

1

Page 2: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

b. Memberi gambaran dalam penerapan  asuhan keperawatan yang

komprehensip pada bumil dengan pre-eklampsi

1.2.2. Tujuan Khusus

Mampu mengkaji, menganalisa, merencanakan , melaksanakan , dan

mengevaluasi, serta mampu memecahkan masalah yang timbul.

2

Page 3: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

BAB II

KONSEP DASAR

1.

2.

2.1. Pengertian Pre-eklamsia

Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan. Ini biasanya terjadi pada

trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua. Preeklamsia

mungkin terjadi pada setiap ibu hamil. Beberapa kondisi yang memiliki kemungkinan

mengalami preeklamsia, yaitu kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, ibu hamil

pengidap diabetes, ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi, memiliki masalah

dengan ginjal, dan juga wanita yang hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35

tahun.

Preeklamsia adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada ibu hamil

dan masih merupakan salah satu penyebab kematian besar di dunia. Di Amerika

Serikat, 1/3 dari kematian ibu disebabkan oleh preeklamsia. Begitu pula di Indonesia.

Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria atau

edema atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau dipengaruhi oleh

kehamilan yang sekarang. Biasanya keadaan ini timbul setelah umur kehamilan 20

minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit

trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada

primigravida. (Ben-zion Taber, M.D)

Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi

terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan

darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan

banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria.

(Bobak, 2005)

Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai

dengan proteinuria.Menurut Prawiroharjo 2008 hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90 mmHg.

Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang waktu 4 jam-6 jam.

2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24 jam atau

sama dengan ≥1+ dipstic.

3

Page 4: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda pre eklamsi

tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata.

Selain itu bila di dapatkan kenaikan berat badan >0,57kg/minggu.

Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi

organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, proteinuria adalah tanda penting

preeklamsi, terdapatnya proteinuria 300 mg/1+ (Cunningham, 2006).

2.2. Klasifikasi Pre-eklamsia

a. Preeklampsi  ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau

edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.

Edema tekan pada tungkai ( pretibial ), dinding perut, lumbosakral, wajah atau

tungkai, ditandai :

1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan intrerval  6 jam

pemeriksaan.

2) Tekanan darah diastol  90  atau kenaikan 15 mmHg.

3) BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.

4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada setiap urine

kateter atau midstearh.

b. Preeklampsi  berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau

edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Yang ditandai adanya edema

anasarka (seluruh tubuh ) dan edema paru ( berat ), kualitatif (+++) ,ditandai :

1) Oliguri, urine , 400  cc/24 jam.

2) Proteinuri > dari  3 gr/l.

3) Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan penglihatan,

gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.

2.3. Etiologi

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti.

Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam

kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap benar-benar

mutlak.Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:

a. Paritas

4

Page 5: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3

merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko

meningkat lagi pada grandemulti gravida (Bobak, 2005). Selain itu primitua,

lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi

(Rochjati, 2003)

b. Usia

Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.

Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20

tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki usia

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan terhadap

terjadinya preeklamsi (Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil yang berusia

≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan

lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklamsi (Rochjati,

2003).

c. Riwayat hipertensi

Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi

sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang

mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi,

serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih

tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan

darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham,

2006)

d. Sosial ekonomi

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial

ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum,

preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun

pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang

seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi

masih sering terjadi (Cunningham, 2006)

e. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast

Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor

predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat

5

Page 6: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi

endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme

adalah dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut

misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada

kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008; Cunningham, 2006).

f. Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan

secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada

ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami

preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi.

Karena biasanya kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan

perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang

dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan dasar

patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham,

2008).

g. Obesitas

Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam

tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya

disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang

kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit

degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner,

reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan

lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia bersifat

progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh

kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk mereka

yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008)

2.4. Tanda dan Gejala Pre-eklamsia

a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau

lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -110 mmHg.

b. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam atau secara

kualitatif (++).

6

Page 7: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau lengan.

d. Terjadinya gejala subjektif:

1) Sakit Kepala

2) Penglihatan kabur

3) Nyeri pada epigastrum

4) Sesak napas

5) Berkurangnya urin

e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma

f. Terjadinya kejang

g. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai edema,

hipertensi dan proteinuria.

2.5. Patofisiologi

Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi

peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi yaitu mengalami

spasme pembuluh darah  perlu adanya kompensasi hipertensi  ( suatu usaha untuk

mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan

adanya  spasme pembuluh darah  menyebabkan perubahan – perubahan ke organ 

antara lain  :

a. Otak

Mengalami  resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi

oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan

CVA, serta kelainan visus pada mata.

b. Ginjal.

Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke

ginjal berkurang  maka terjadi filtrasi glomerolus  negatif , dimana filtrasi natirum

lewat glomelurus mengalami penurunan  sampai dengan 50 %  dari normal yang

mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.

Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya aliran

darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus mengakibatkan

meningkatnya permebelitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan

mengakibatkan proteinuria. Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal.

c. URI

7

Page 8: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan

plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi

gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin dalam

kandungan.

d. Rahim

Tonus otot  rahim peka rangsang terjadi peningkatan  yang akan

menyebabkan partus prematur.

e. Paru

Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru  sehingga

oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas.

Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian

f. Hepar

Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan  oedema hati , dan

perdarahan subskapular sehingga sering  menyebabkan nyeri epigastrium, serta

ikterus.  

2.6. Pencegahan Pre-eklamsia

Pencegahan preeklamsi ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah terjadinya

preeklamsi pada perempuan hamil yang memiliki resiko terjadinya preeklamsi.

Menurut Prawirohardjo 2008 pencegahan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a. Pencegahan non medikal

Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling

sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah suplemen yang

mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam lemak tidak jenuh misal:

omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, dll.c) elemen logam berat:

zinc, magnesium, kalium.

b. Pencegahan dengan medikal

Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi bahkan

memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium: 1.500-2.000mg/hari,

selain itu dapat pula diberikan zinc 200 mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat

trombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis

rendah rata-rata <100mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat

anti oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E β-karoten, N-Asetilsistein, asam lipoik

c. Antenatal care (ANC)

8

Page 9: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil,

sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

9

Page 10: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.

3.1. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Pre-eklamsi

3.1.1. Pengkajian

3.1.1.1. Anamnese

a. Biodata: Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status

perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.

b. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah

pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,

nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur.

c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal,  HT,

paru.

d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi

atau preeklampsi.

e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita

penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.

f. Pola Aktivias Sehari-hari

1) Sirkulasi:

a) Peningkatan TD menetap melebihi nilai dasar setelah 20 mgg

kehamilan.

b) Riwayat hipertensi kronis.

c) Nadi mungkin menurun.

d) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama, atau

epistaksis (trombositopenia).

2) Pola eliminasi: Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400

ml/24 jam ) atau tidak ada.

3) Pola makan dan cairan:

a) Mual / muntah.

b) Penambahan berat badan 2+ lb (0,9072 kg) atau lebih dalam 1

minggu, 6 lb (2,72) atau lebih per bulan (tergantung pada

lamanya gestasi).

10

Page 11: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

c) Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih

besar); masukan protein/ kalori kurang.

d) Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/ umum dan

dapat meliputi wajah, ekstermitas, dan sistem organ (mis:

hepar, otak)

e) Diabetes mellitus.

4) Neurosensori:

a) Pusing, sakit kepala frontal.

b) Diplopia, penglihatan kabur.

c) Hiperrefleksia

d) Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik, diikuti dengan

periode kehilangan kesadaran.

e) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema atau

spasme vaskular.

5) Nyeri / Ketidaknyamanan:Nyeri epigastrik (region kuadran atas

kanan )

6) Pernafasan :

a) Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit

b) Krekels mungkin ada.

7) Keamanan :Ketidak sesuaian  Rh mungkin ada.

8) Pola seksual :

a) Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, mola hidatidosa,

hidrops fetalis.

b) Gerakan bayi mungkin berkurang.

c) Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.

3.1.1.2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.

b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan

menekan bagian tertentu dari tubuh.

c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal

distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu.

d. Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian 

Mg SO4. 

11

Page 12: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

e. Pemeriksaan penunjang :

1) Tanda vital yang diukur  2 kali dengan interval 6 jam.

2) Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream

(biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau  + 1 sampai  + 2 pada

skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine

meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.

3) USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta.

4) NST : untuk menilai kesejahteraan janin

3.1.2. Prioritas Keperawatan

a. Memantau kondisi ibu, janin, dan plasenta.

b. Mencegah atau menurunkan akumulasi atau komplikasi cairan lanjut.

c. Meningkatkan kesejahteraan ibu/janin

d. Memberikan informasi untuk meningkatkan perawatan diri

3.1.3. Diagnosa Keperawatan

a. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorbsi natrium

b. Penuruna curah jantung b.d hipovolemia.

c. Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah

(vasospasme progresif dari arteri spiral).

d. Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan.

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.

f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber-

sumber informasi.

g. Ansietas b.d preeklampsia dan efeknya pada ibu dan bayi

3.1.4. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan 1

Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Adanya hipertensi, proteinuria, peningkatan retensi natrium, oliguroi,

dispnea.

Hasil yang diharapkan klien akan :

12

Page 13: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

1) Menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah

2) Mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi

medis

3) Bebas dari hipertensi, albuminuria, retensi cairan berlebihan, dan

edema wajah

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri

a) Pantau berat badan secara teratur

R/: Mendeteksi penambahan berat badan berlebihan dan retensi

cairan yang tidak kelihatan, yang potensial patologis. Selama

trimester kedua, total cairan tubuh (plasma dan sel-sel darah

merah) meningkat 1.000 ml, karena sebagian kadar estrogen

merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan aldosteron

yang menahan natrium dan air.

b) Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah. Pantau

lokasi/luasnya edema, masukan atau haluran cairan. Perhatikan

laporan-laporan gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri

epigastrik atau adanya hiperrefleksia.

R/: Indikator edema patologis. Meskipun HKK karena retensi

cairan berlebihan biasanya tidak terlihat sampai akhir minggu ke-

10 kehamilan, dapat terjadi di awal, khususnya pada pasien

dengan faktor-faktor predisposisi seperti diabetes, penyakit ginjal,

hipertensi, gestasi multipel, malnutrisi (kelebihan berat badan atau

kura berat badan), mola hidatidosa.

c) Tes urin terhadap albumin

R/: Deteksi masalah vaskular berkenaan dengan spasme

glomerular dari ginjal, yang menurunkan reabsorpsi albumin.

d) Berikan informasi tentang diet (mis., peningkatan protein, tidak

menambahkan garam meja, menghindari makan dan minuman

tinggi natrium).

R/: Nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein, menurunkan

kemungkinan HAK. Natrium berlebihan dapat memperberat retensi

air (terlalu sedikit natrium dapat mengakibatkan dehidrasi).

13

Page 14: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

e) Anjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik selama

sehari.

R/: Edema fisiologis dari ekstremitas bawah terjadi di penghujung

hari adalah normal, tetapi harus dapat diatasi dengan tindakan

sederhana. Bila ini tidak teratasi, pemberi pelayanan kesehatan

harus diberitahu.

f) Tinjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-variabel

seperti sikap dan ras)

R/: Pada umumnya kadar >41% (Caucasian) atau >38%

(keturunan Afrika) menunjukkan perpindahan cairan intravaskular

mengakibatkan edema jaringan.

2) Kolaborasi

Jadwalkan kunjungan pranatal lebih sering dan lakukan pengobatan

bila ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi Karena Kehamilan).

R/: Perawatan membantu meningkatkan kesejahteraan ibu/janin.

b. Diagnosa keperawatan 2

Penurunan curah jantung b.d hipovolemia

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Variasi tekanan darah/ hasil hemodinamik , edema, sesak

nafas,perubahan situs mental.

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Tetap normotensif selama sisa masa kehamilan .

2) Melaporkan tidak adanya atau menurunya kejadian dispnea.

3) Mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi.

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri

a) Kaji tekanan arteri rata (MAP) pada gestasi minggu ke22, tekanan

90 mm hg dipertimbangkan prediktif HKK. Kaji krekels, gurgle, dan

dispnea; perhatiakn frekuensi / upaya pernafasan

R/: Edema paru dapat terjadi , pada perubahan tahanan vaskular

perifer dan penurunan pada tekanan osmotik koloid plasma.

b) Lakukan tirah baring pada klient dengan posisi miring kiri.

R/: Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan perfusi

ginjal/plasenta.

14

Page 15: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

2) Tindakan Kolaborasi

a) Berikan obat anti hipertensiseperti hidralazin(apresoline) P.O./I.V

sehingga diastolik jadi antara 90-dan 110mm Hg, ikuti dengan

pemberian metildopauntuk mempertahankan terapi sesuai

kebutuhan.

R/: Bila TD tidak berespon terhadap tindakan konservatif, mungkin

perlu pemberian obat  . obat antihipertensi bekerja secara

langsung pada arteriol untuk meningkatkan relaksasi otot polos

kardiovaskular dan membantu meningkatkan suplaidarah ke

serebrum , ginjal ,uterus, dan plasenta . hidralazin adalah obat

pilihan karena tidak menghasilkan efek samping pada janin.

b) Pantau parametre hemodinamik invasif

R/: Memberikan gambaran akurat dari perubahan vaskular dan

volume cairan. Konstriksi vaskular yang lama, peningkatan

hemokonsentrasi, dan perpindahan cairan menurunkan curah

jantung.    

c. Diagnosa keperawatan 3

Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran darah

(vasospasme progresif dari arteri spiral).

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Retardasi pertumbuhan intrauterus,perubahan aktivitas janin/frequensi

jantung, kelahiran prematur, kematian janin.

Hasil yang diharapkan klient akan :

mendemonstrasikan reaktivitas ke SSPnormal pada NST(tes non stres)

bebas dari deselerasi lanjut, tidak ada penuruan jantung janin pada

CTS/OCT (contraction stres test/ oxitocin challenge test).

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri

a) Identifikasi faktor-faktor yang mempengarui aktivitas janin

R/: Merokok , pnggunaan obat , kadar glukosa serum , bunyi

lingkungan , waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin

dapat meningkat atau menurunkan gerakan janin.

15

Page 16: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

b) Tinjau ulang tanda2 abrupsi plasenta (mis; pendarahan vagina,

nyeri tekan uterus, nyeri abdomen, dan penurunan aktivitas janin).

R/: Pengenalan dan intervensi dini meningkatkan kemungkinan

hasil yang positif .

c) Evaluasi pertumbuhan janin ; ukur kemajuan pertumbuhan fundus

setiap kunjungan

R/: Penurunan fungsi plasenta dapat menyertai HKK,

mengakibatkan IUGR . stres intrauterus kronis dan insufisiensi

uteroplasenta menurunkan jumlah kontribusi janin pada

penumpukan cairan apniotik.

d) Perhatikan respon janin pada obat-obatan seperti MGSO4,

fenobarbital, dan diazepam.

R/: Efek depresan dari medikasi dapat menurunkan pernafasan

dan fungsi jantung janin serta tingkat aktivitas janin, meskipun

sirkulasi plasenta mungkin adekuat.

2) Tindakan Kolaborasi

a) Perhatikan repon janin pada kriteria BPP atau CTS, sesuai indikasi

status ibu.( rujuk pada DK; cidera, risiko timggi terhadap ibu)

R/: BPP membantu mengevaluasi janin dan lingkungan janin

d. Diagnosa keperawatan 4

Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan.

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda atau gejala yang membuat

diagnosis aktual

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk

melindungi diri dan meningkatkan keamanan.

2) Bebas dari tanda-tanda iskemia serebral( gangguan penglihatan, sakit

kepala, perubahan pada mental) 

3) Menunjukan kadar faktorpembekuan dan kadar enzim hepar normal.

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri

16

Page 17: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

a) Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka

rangsang ,gangguan penglihatan atau perubahan pada

pemeriksaan funduskopi )

R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi dari masa

perubahan gejala, prilaku atau retina.

b)  Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan gejala yang

berhubungan dengan SSP.

R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala

yang dapat menga kibatkan kejang tonik-klonik atau eklamsia.

c) Perhatikan purubahan pada tingkat kesadaran.

R/: Pada kemajuan HKK vasokonstriksi dan vasospasme

pembuluh darah serebral menurunkan konsumsi ogsigen 20% dan

mengakibatkan iskemia serebral

d) Kajia tanda-tanda eklamsia yang akan datang; hiperaktivitas

(3+sampai 4+) dari reflek tendon dalam, klonus pergelangan kaki,

penurunan nadi dan oernafasan , nyeri epegastrik, dan oliguria

(kurang dari 50ml/jam ) .

R/: Edema / vasokonstiksi umum, dimanifestasikan oleh masalah

SSP berat dan masalah ginjal hepar ,kardiovaskular dan

pernapasan mendahului kejang .

e) Implementasi tindakan pencegahan kejang perprotokol.

R/: Menurunkan resiko cidera bila kejang terjadi.

f) Pada kejadian kejang , miringkan klient; pasng jalan nafas/blok

gigitan bila mulut rileks; berikan oksigen lepaskan pakaian yang

ketat ; jangan membatasi gerakan ; dan dokumentasikan masalah

motorik , durasi kejang , dan pereilaku pascakejang.

R/: Mempertahankan jalan nafas menurunkan resiko aspirasi dan

mencegah lidah menyumbat jalan nafas . memaksimalkan

oksigenasi .(catatan ; waspada dengan penggunaan jalan nafas /

blok gigitan ; jangan mencoba bila rahang keras karena dapat

terjadi cidera). 

e. Diagnosa keperawatan 5

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.

17

Page 18: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda untuk menegakan diagnosa

aktual

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan diet   Individu.

2) Mendemonstrasikan pengetahuan diet yag tepat seperti dibuktikan

oleh pengembangan terencana diet dengan sumber keuangan

seendiri.

3) Menunjukkan penam bahan berat badan yang tepat.

Intervensi Keperawatan

1) Tindakan Mandiri

a) Kaji status nutrisi klient , kondisi rambut dan kuku ,dan tinggi

serta   berat badan sebelum hamil.

R/: membuet pedoman untuk menentukan kebutuhan diet dan

pendidikan klien, malnutrisi dapat menjadi faktor pemberat pada

awitan HKK, kususny bila klien mengikuti diet rendahprotein ,

dengan masukan kalori tidak cukup , dan kelebihan berat badan

atau kekurangan berat badan 20% atau lebih sebelum hamil.

b) Berikan informasi tentang penambahan berat badan normal pada

kehamilan , modifikasi supaya memenuhi kebutuhan klient.

R/: Klien dengan berat badan kurang memerlukan diet dengan

kalori lebih tinggi . klien gemuk harus menghindari diet karena ini

membuat janin menjadi ketosis.

c) Berikan informasi verbal tentang tindakan dan penggunaan

proteindan peranya dalam pengembangan HKK.

R/: 1,5g/kg masukan setiap hari cukup untuk menghilangkan

kehilangan protein dalam urin dan memungkinkan tekanan onkotik

serum normal.

d) Berikan informasi mengenai efek tirah baring dan penurunan

aktivitas pada kebutuhan protein.

R/: Menurunkan laju metabolisme selama tirah baring dan

pembatasan aktivitasmenurunkan kebutuhan protein.

f. Diagnosa keperawatan 6

18

Page 19: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal sumber-

sumber informasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh :.

Meminta informasi, pernyataan salah konsep, ketidak akuratan mengikuti

intruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yang diharapkan klient akan :

1) Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan rencana

tindakan yang tepat.

2) Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis.

3) Melakukan prosedur  yang diperlukan dengan benar.

4) Melakukan perubahan gaya hidup

Intervensi Keperwatan

1) Tindakan Mandiri

a) Kaji pengetahuan klient / pasangan tentang proses penyakit.

Berikan informasi tentang patofisiologi HKK, implikasi terhadap ibu 

dan janin dan rasional intervensi , prosedur dan tes, sesuai

kebutuhan.

R/: Membuat data dasar dan memberikan informasi tentang bidang

mana yang membutuhkan pembelajaran . penerimaan informasi

dapat meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasatakut ,

membantu memudahkan rencana tindakan untuk klien;

(Catatan; penelitian terbaru yang sedang berjalan dapat

memberikan pilihan tindakan tambahan, seperti menggunakan

aspirin dosis rendah 60g/hr untuk menurunkan generasi

tromboksan oleh tromboksit membatasi insiden/beratnya HKK)

b) Berikan informasi tetang tanda dan gejala yang mengindikasikan

kondisi yang semakin buruk , dan instruksiksn kapan klient

memberi tahu pemberi perawatan kesehatan.

R/: Membantu menjamin bahwa klien mencari tindakan pada waktu

yang tepat dan mencegah memburuknya status kondisi

preeklamsia atau komplikasi tambahan.

c) Pertahankan supaya klient tetap mendapat infor masi tentang

kondisi kesehatan, hasil tes dan kesejah teraan janin.

19

Page 20: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

R/: Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila klien / pasangan

tidak dapat informasi yang adekuat tentang keadaan dari proses

penyakitatau dampaknya pada klien dan janin.

d) Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urin .Kuatkan rasional dan

implikasi tes. 

R/: Hasil tes 2 atau lebih besar bermakna dan perlu dilaporkan

pada pemberi keperawatan kesehatan . sepesimen urin

terkontaminasi oleh rabas vagina atau SDM dapat menghasikan

hasil tes positif terhadap protein.

3.1.5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada proses perawatan ibu hamil dengan pre

eklampsia adalah sebagai berikut:

a. Tidak terjadi trauma pada ibu atau meminimalkan kejadian trauma pada

ibu.

b. Mempertahankan tingkat kesadaran ibu hamil agar selalu tidak turun.

c. Berpartisipasi dalam HE

d. Mempertahankan Efektifitas perfusi jaringan ginjal .

e. Tidak terjadi disstress pada janin

f. Mempertahankan BB normal pada ibu hami

g. Mempertahankan keseimbangan cairan

h. Mempertahankan dan mengatur diit untuk ibu hamil dengan preeklampsia

i. Ibu dan janini tidak mengalami gejala sisa akibat preekampsia

j. Ibu tidak mengalami komplikasi berat

k. Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat pada

kondisi dan penatalaksanaanya.

20

Page 21: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

BAB IV

PENUTUP

4. p

4.1.Kesimpulan

Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana hipertensi

terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan

darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan

banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak,

2005)

Preeklamsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat membahayakan

kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik pre eklamsi dapat dibagi menjadi

pre eklamsi ringan dan pre eklampsi berat

Diharapkan dengan menegakkan diagnosa yang teapat dapat meghasilkan suatu

hasil yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil dengan gangguan preeklamsia.

Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan Pre-

Eklampsia berat lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang muncul bisa berasal

dari patogenesis Pre-Eklampsia itu sendiri maupun dari proses persalinan.

Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang timbul pada

ibu bersalin dengan Pre-Eklampsia berat serta tindakan keperawatan yang efektif untuk

mengatasi masalah keperawatan tersebut akan dapat mencegah prognosis yang lebih

buruk, yaitu timbulnya kejang. Oleh karenanya diperlukan observasi ketat dan terapi

yang tepat serta skill yang professional baik dari dokter maupun perawat. Hal ini

mengingat penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir dengan tindakan operatif

4.2.Saran

Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap tingginya

tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan suatu upaya untuk

mencegah dan menangani  kasus preeklampsi . Keperawatan bumil dengan

preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah

timbulnya komplikasi sebagai akibat lanjut dari preeklampsi tersebut

21

Page 22: Makalah dan Askep Pre Eklamsi

DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Sarwono Prawirohardjo, 1997, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta

Ida Bagus Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Persis Mary Hamilton, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Gilstrap, L & Wenstrom, KD 2005,

Williams Obstetrics, 22th edn,  McGraw-Hill, New York.

22