bab ii preeklamsi

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Preeklamsi Preeklamsi adalah suatu sindrom klinis dalam kehamilan yang ditandai dengan hipertensi (pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal), proteinuria, dan oedema yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu atau sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi pada penyakit trofoblastik misalnya pada mola hidatidosa (Achadiat, 2004). Preeklamsi adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak system dan ditandai dengan adanya hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak, dkk, 2005). Preeklamsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan 8

Upload: sellya-vhyorish

Post on 04-Jul-2015

1.513 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Preeklamsi Preeklamsi adalah suatu sindrom klinis dalam kehamilan yang ditandai dengan hipertensi (pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal), proteinuria, dan oedema yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu atau sebelum kehamilan 20 minggu bila terjadi pada penyakit trofoblastik misalnya pada mola hidatidosa (Achadiat, 2004). Preeklamsi adalah suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak system dan ditandai dengan adanya hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak, dkk, 2005). Preeklamsi adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria, bisa berhubungan atau berlanjut menjadi kejang (eklamsi) dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio plasenta/solusio plasenta (Skennan & Kappel, dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006). Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008)

8

9

B. Penyebab Preeklamsi Apa yang menjadi penyebab pre-eklamsi sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab terjadinya preeklamsi, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut : (1) sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa; (2) sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan; (3) sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus; (4) sebab jarangnya terjadi eklamsi pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (5) sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Teori yang sampai saat ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklamsi ialah iskemia plasenta. Akan tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklamsi. Di antara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat (Rachimhadhi, 2007). Beberapa faktor risiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit ini, diantaranya : primigravida, grandemultigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, dan obesitas ( Bobak, 2005 : 630). Menurut Varney (2007 : 646) mengemukakan beberapa kondisi yang dihubungkan dengan penyakit preeklamsi yang meliputi : nuliparitas, penyakit

10

trofoblastik (70% terjadi pada kasus mola hidatidosa), kehamilan kembar (tanpa memperhatikan paritas), riwayat penyakit (hipertensi kronis, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus pra-kehamilan), riwayat preeklamsi atau eklamsi dalam keluarga, riwayat preeklamsi sebelumnya, peningkatan risiko untuk multipara yang memiliki pasangan seks baru, dan etnis Amerika-Afrika dan Asia. Dari halhal tersebut, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklamsi dan eklamsi. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sulit ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat (Wiknjosastro, 2005). Dasar penyebab preeklamsi diduga adalah gangguan pada fungsi endotel pembuluh darah (sel pelapis bagian dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme pembuluh darah (kontraksi otot pembuluh darah yang menyebabkan diameter lumen pembuluh darah mengecil/ menciut). Perubahan respons imun ibu terhadap janin/ jaringan plasenta (ari-ari) diduga juga berperan pada terjadinya preeklamsi. Kerusakan endotel tidak hanya menimbulkan sumbatan pembuluh darah plasenta yang menyebabkan plasenta berkembang abnormal atau rusak, tapi juga menimbulkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh dan kebocoran pembuluh darah kapiler yang bermanifestasi pada ibu dengan bertambahnya berat badan ibu secara cepat, bengkak (perburukan mendadak bengkak pada kedua tungkai, bengkak pada tangan dan wajah), oedema paru, dan atau

hemokonsentrasi (kadar hemoglobin/ Hb lebih dari 13 g/dL). Plasenta yang tidak normal akibat sumbatan pembuluh darah, akan menurunkan aliran darah dari

11

rahim ke plasenta. Hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan janin dan bermanifestasi secara klinis dalam bentuk pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan/ rahim dan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit) (Widia, 2008). Meskipun demikian, penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang : primigravida, hiperplasentosis (pada kehamilan gemeli, anak besar, mola hidatidosa), mempunyai dasar penyakit vaskular, mempunyai riwayat

preeklamsi/eklamsi dalam keluarganya. Berbagai teori yang dikemukan mengenai faktor yang berperan dalam preeklamsi, antara lain: 1. Faktor immunologis, endokrin, atau genetik. Hal ini didasarkan atas pengamatan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada: a. Primigravida b. Hiperplasentosis c. Kehamilan dengan inseminasi donor d. Penurunan konsentrasi komplemen C4 2. Faktor Nutrisi Ada yang mengemukakan bahwa penyakit ini berhubungan dengan beberapa keadaan kekurangan kalsium, protein, kelebihan garam natrium, atau kekurangan asam lemak tak jenuh dalam makanannya.

12

3. Faktor endotel Teori endotel akhir- akhir ini banyak dikemukakan sehubungan dengan peranannya dalam mengatur keseimbangan antara kadar zat vasokonstriktor (tromboksan, endotelin, angiostensin) dan vasolidator (protasiklin,

nitrioksida) serta pengauhnya pada sistem pembekuan darah. Reaksi imunologi, peradangan, ataupun terganggunya keseimbangan radikal bebas dan antioksidan banyak diamati sebagi penyebab terjadinya vasospasme dan kerusakan endotel.(Sastrawinata, 2004) Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, pemeriksaan kehamilan secara berkala sangat penting pada semua ibu hamil untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat. Lebih lanjut, perempuan yang menderita hipertensi pada kehamilan memerlukan tindak lanjut medis atau dimonitor kondisi medisnya setelah melahirkan (Hapsari, 2009). C. Tanda Dan Gejala Preeklamsi Dua gejala yang sangat penting pada preeklamsi, yaitu hipertensi dan proteinuria, merupakan kelainan biasanya tidak disadari ibu hamil pada waktu keluhan seperti sakit kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium mulai timbul, kelainan tersebut biasanya sudah berat. Jadi, untuk deteksi dini dan penatalaksanaan preeklamsi, makna perawatan antenatal yang penting tampak jelas.

13

1. Tekanan Darah Kelainan dasar pada preeklamsi adalah vasospasme arteriol, sehingga tidak mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling biasa diandalkan adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang lebih handal dibandingkan dengan tekanan sistolik dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap menunjukan keadaan abnormal. 2. Kenaikan Berat Badan Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklamsi, dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklmasi pada sementara wanita. Preeklamsi harus dicurigai, tanda khas preeklamsi adalah peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan dan bukannya peningkatan secara merata selama kehamilan. Peningkatan berat badan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala oedema yang terlihat jelas, seperti kelopak mata yang membengkak atau jari-jari tangan yang membesar (Cunningham, 2005). 3. Protein urine Konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukan 1 dan 2+ atau 1 g/liter atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter yang

14

diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam, biasanya protein uria timbul lebih lambat dari pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius. 4. Oedema Penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dan kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti perdarahan. Untuk penentuan diagnosa preeklamsi. Kenaikan berat badan kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan dalam satu minggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklamsi. 5. Nyeri Kepala Nyeri kepala jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada kasus-kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgetik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklamsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului kejang pertama.

15

6. Nyeri Epigastrium Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan regangan kapsula hepar akibat oedema atau perdarahan (Cunningham,2005). 7. Gangguan Penglihatan Bermacam-macam gangguan penglihatan mulai dari pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total, dapat menyerupai preeklamsi. Gangguan penglihatan ini mungkin disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan pada korteks oksipitalis. Pada sebagian wanita, keluhan penglihatan terganggu dapat disebabkan oleh spasme arteriol, iskemia, serta oedema retina dan pada kasus-kasus yang langka, disebabkan oleh ablasio retina. Umumnya ablasio retina semacam ini mempunyai prognosis yang baik, dan retina biasanya menempel kembali secara spontan dalam waktu beberapa minggu setelah persalinan. Perdarahan dan eksudassi sangat jarang ditemukan pada preeklamsi dan bila ada, hampir dapat dipastikan terjadi mendasarinya. akibat penyakit hipertensi vaskuler kronis yang

16

D. Patofisiologi Preeklamsi Preeklamsi-eklamsia sedikitnya berkaitan dengan perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik, peningkatan curah jantung, dan volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun termasuk perfusi organ ke unit janin uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagai mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklamsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitifitas terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2. Selain kerusakan endothelial, vasospasmearterial turut menyebabkan

peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan oedema dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, memprediposisi pasien yang mengalami preeklamsia mudah menderita oedema paru (Bobak, 2005).

17

Perubahan-perubahan pada preeklamsi,antara lain: 1. Otak Pada preeklamsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batasbatas normal. Pada eklamsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan . 2. Plasenta dan rahim Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklamsi dan eklamsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus. 3. Ginjal Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadi retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut terjadi oliguuria dan anuria.

18

4. Paru-paru Kematian ibu pada preeklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh oedema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Biasa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru. 5. Mata Dapat dijumpai adanya oedema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal terebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsi berat. Pada eklamsi dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan tanda preeklamsi berat yang mengarah pada eklamsi adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau didalam retina. 6. Keseimbangan air dan elektrolit Pada preeklamsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada paa batas normal. Pada preeklampsi berat dan eklampsi, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya

19

disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat- zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu reaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbinat. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih kembali ( Wiknjosastro, 2005 ). E. Klasifikasi Preeklamsi Preeklamsi digolongkan kedalam preeklamsi ringan dan preeklmsi berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut : 1. Preeklamsi ringan a. Tekanan darah sistolik 140 mmHg tapi tidak > 160 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam. b. Tekanan darah diastolik 90 mmHg tapi tidak > 110 mmHg atau

kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam. c. Proteinuria 0,3 gram tapi tidak > 2,0 gram dalam 24 jam atau 30 mg/dl dengan hasil reagen urine samar (trace) sampai 1+. d. Tidak ada nyeri kepala e. Tidak ada gangguan penglihatan f. Tidak ada nyeri abdomen atas g. Oliguria tidak ada h. Tidak ada kejang i. Kreatinin serum normal

20

j.

Trombositopenia tidak ada

k. Peningkatan enzim hati minimal l. Pertumbuhan janin tidak terhambat

m. Tidak ada oedema paru 2. Preeklamsi berat a. tekanan darah sistolik 160 mmHg. b. Tekanan darah diastolik 110 mmHg. c. Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus. d. Trombosit < 100.000mm3 e. Oliguria < 400 ml/24 jam f. Proteinuria > 3 g/liter +2 atau lebih g. Nyeri epigastrium h. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat. i. j. Perdarahan retina Oedema pulmonum

k. Koma l. Kejang

m. Kreatinin serum meningkat n. Trombositopenia ada o. Peningkatan enzim hati nyata p. Pertumbuhan janin terhambat

21

F. Pencegahan Kejadian Preeklamsi dan Eklamsi Pencegahan timbulnya preeklamsi yang kemudian berpotensi untuk menjadi eklamsi dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur (antenatal care). Gejala ini dapat ditangani secara tepat, penyuluhan tentang manfaat istirahat akan banyak berguna dalam pencegahan terjadinya preeklamsi. Istirahat tersebut tidak selalu harus tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari hanya saja kegiatan tersebut dikurangi dan ibu dianjurkan untuk duduk dan berbaring relaks, diet protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid. Preeklamsi dan eklamsi merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakan diagnosa dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urin untuk menentukan proteinuria.

22

Untuk mencegah kejadian preeklamsi ringan dan berat dapat dilakukan nasehat tentang dan berkaitan dengan : 1. Diet Makanan tinggi protein, cukup vitamin, rendah lemak, dan rendah karbohidrat. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari. 2. Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 3. Pengawasan Antenatal Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian seperti pemeriksaan tekanan darah atau kenaikanya, pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan kenaikan berat badan atau oedema, pemeriksaan protein dalam urin, gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal dan hati.

23

G. Penanganan Preeklamsi 1. Preeklamsi Ringan a. Jika kehamilan kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda- tanda perbaikan 1) lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan dengan memantau tekanan darah, protein urine, refleks, dan kondisi janin, lebih banyak istirahat, diet biasa, tidak perlu diberi obat- obatan. 2) Jika rawat jalan tidak mungkin,rawat dirumah sakit dan dianjurkan ibu untuk diet biasa, pantau tekanan darah 2 kali sehari, protein urine 1 kali sehari, tidak perlu obat- obatan, tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, gagal ginjal akut. 3) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan dan diberi nasehat untuk istirahat dan perhatikan tanda- tanda preeklamsi berat, kontrol 2 kali seminggu 4) Jika tekanan diastolik naik lagirawat kembali, jika tidak ada tandatanda perbaikan tetap dirawat 5) Jika terdapat tandatanda pertumbuhan janin terhambat,

pertimbangkan terminasi kehamilan 6) Jika protein urine meningkat, tangani sebagai preeklamsi berat. b. Jika kehamilan lebih dari 37 minggu 1) Jika serviks matang a) Lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml

24

b) Dekstrose IV 10 tetes/ menit atau dengan prostaglandin 2) Jika servik belum matang a) Berikan prostaglandin b) Misoprostol atau kateter foley c) Terminasi dengan seksio sesaria, (Saifuddin, 2006) 2. Preeklamsi Berat Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda- tanda dan gejala- gejala preeklamsi berat segera harus diberikan sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang- kejang. Apabila sesudah 12- 24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat difikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya eklamsi. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejangkejang dapat diberikan: a. Larutan sulfas magnesium 40% sebanyak 10 ml (4 mg) IntraMuskular (IM) bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan (dapat diulang 4 gram tiap 6 jam ) b. Tambahkan sulfat magnesikus dapat diberikan apabila diuresis baik, refleks patella positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16/ menit. Obat diatas selain menenangkan juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. c. Klorpromazin 50 mg IM d. Dizepam 20 mg IM

25

e. Obat anti hipertensi yang dapat digunakan pada preeklamsi Tabel 2.1 Obat Anti Hipertensi Yang Dapat Digunakan Pada Hipertensi

No

Jenis Obat

Dosis

Penghambat adrenergik(adrenoliktik) 1.1 Adrenoliktik Sentral 1.1.1 Metildopa 1.1.2 Klonidin 1.2 Beta-bloker 1 1.2.1 Pindolol 1.2.2 Alfa- bloker 1.2.3 Prazosin 1.3 Alfa dan Betabloker 1.3.1 Labetalol 1x5mg/ hari sampai 3x10mg/ hari 3x1mg/hari sampai 3x5mg/ hari 3x100mg/ hari 4x 25mg/ hari atau parenteral 2 Vasolidator Hidralazin 2.5mg sampai 5mg. Antagonis kalsium 3 Nifedifin (Wiknjosastro, 2005) 3x 10mg/ hari 3x0.1mg/ hari atau 0.30 mg/500 ml glukosa 5%/ 6 jam 3x125mg/ hari sampai 3x500mg/ hari

26

3. Obat anti Kejang a. Terapi pilihan pada preeklamsi magnesium sulfat (MgSO4). Diberikan 4 gram MgSO420% (20cc) IntraVena (IV) dan disusul dengan 8 gram MgSO4 40% (20cc) IntraMuskular (IM). Sebagai dosis pemeliharaan, diberikan 4 gram MgSO440% IM setiap 6 jam sekali setelah dosis awal. Syarat- syarat pemberian MgSO4: 1) Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10cc) 2) Frekuensi pernapasan 16 kali / menit 3) Produksi urine 30cc / jam ( 0.5cc/ kg BB/ jam) 4) Reflek patella positif MgSO4 dihentikan pemberiannya apabila : 1) Setelah 24 jam pasca persalinan 2) Dalam 6 jam pasca persalinan, sudah terjadi perbaikan b. Diazepam, apabila tidak tersedia MgSO4 (sebagai obat pilihan) dapat diberikan injeksi diazepam 10mg IV, yang dapat diulang stelah 6 jam. 1) Obat anti hipertensi, dapat dipilih antara lain: a) Hidralazine 2 mg IV, dilanjutkan dengan 100mg dalam 500cc NaCl secara titrasi sampai tekanan darah sistolis < 170 mmHg dan diastolik< 110 mmHg

27

b) klonidin 1 ampul dalam 10cc NaCl IV, dilanjutkan dengan titrasi 7 ampul dalam 500cc cairan ringer laktat c) nifedipin peroral 3- 4 kali 10mg d) obat hipertensi hanya diberikan jika tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan diastolik > 110 mmHg 2) Lain- lain a) Diuretikum, tidak diberikan kecuali bila ada oedema paru. Jika ada indikasi memberikan diuretik, ada juga indikasi untuk mengakhiri kehamilan b) Kardiotonika, bila ada tanda-tanda payah jantung c) Obat antipiretik, bila ada demam d) Antibiotik, bila ada tanda- tanda infeksi e) Antinyeri, bila ada penderita gelisah karena kesakitan Penanggulangan obat hipotensif pada preeklamsi berat diperlukan karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan aplopeksia serebri menjadi kecil. Apabila terdapat oliguria , sebaiknya penderita diberi glukosa 20% secara intravena. Obat diuretika tidak diberikan secara rutin. Kadang- kadang keadaan penderita dengan pengobatan diatas menjadi lebih baik. Akan tetapi, umumnya pada peeklamsi berat sudah bahaya akut berakhir sebaiknya dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan oleh karena dalam keadaan demikian harapan bahwa janin hidup terus tidak besar, dan adanya janin dalam uterus menghambat sembuhnya penderita (Winkjosastro, 2005).

28

H. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari sebuah proses belajar, yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003: 121). Pengetahuan menurut Skinner seperti dikutip Notoatmodjo (2002: 14), yaitu apabila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan benar, baik secara lisan maupun tulisan maka dapat disimpulkan bahwa ia mengetahui bidang tersebut. Dari pendapat Notoatmodjo peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang diperoleh dari proses belajar selama hidup melalui penglihatan dan pendengaran terhadap sesuatu. 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapanharapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003). b. Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh

kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan

29

seseorang) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoatmodjo, 2003). c. Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya (Notoatmodjo, 2003). Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ideide dan teknologi baru (Notoatmodjo, 2003). d. Sosial budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, presepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 2. Tingkat pengetahuan Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, menurut respon individu dalam mengenal dan memahami suatu objek. Tingkatan tersebut yaitu: a. Tahu (know) Yaitsu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mampu mengingat kembali.

30

b. Pemahaman (Comprehention) Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara objektif yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah ada pada situasi sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponennya, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dalam kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Yaitu kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan suatu kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003: 128).

31

3. Pengukuran Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan menggunakan pertanyaan baik secara lisan atau tulisan. Pertanyaan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Pertanyaan Subjektif Misalnya pertanyaan uraian, pertanyaan ini disebut subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilai. b. Pertanyaan Objektif Misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), benar-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan ini disebut dengan pertanyaan objektif yang mempunyai jawaban yang dapat dinilai secara pasti oleh penilai.