kasus hipertensi gravidarum dhymas
DESCRIPTION
salah satu kasus hipertensi gravidarumTRANSCRIPT
PORTOFOLIO
Hipertensi Gravidarum
OLEH :
dr. Andreas Dhymas Dhyna Martha Kelana
PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS SWADANA KOTABUMI II
KOTABUMI LAMPUNG UTARA
PERIODE 13 OKTOBER 2014 – 6 FEBRUARI 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan presentasi kasus dan tinjauan pustaka yang
berjudul “Hipertensi Gravidarum” untuk memenuhi tugas dokter internship Puskesmas
Kotabumi II.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dalam memberikan bantuan baik ilmu, pengalaman dan pelajaran sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus dan tinjauan pustaka ini, teristimewa kepada :
1. Kepala Puskesmas Kotabumi II serta Pendamping Dokter Internship, dr. Yoane Lisa, DK
2. Para dokter di Puskesmas Kotabumi II, dr Dewi, dr. Shinta Amelia, drg. Noor Afia
3. Para staf pegawai Puskesmas Kotabumi II
4. Teman-teman sejawat dokter Intership
Dengan presentasi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan
bagi orang lain yang membacanya terutama mengenai Hipertensi Gravidarum. Penyusun
menyadari bahwa presentasi kasus serta tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun penyusun harapkan untuk perbaikan yang akan
datang.
Kotabumi, 3 Desember 2014
Penulis
FORMAT PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr. Andreas Dhymas Dhyna Martha Kelana
Nama Wahana : Puskesmas Swadana Kotabumi II Lampung Utara
Topik : Hipertensi Gravidarum
Tanggal (kasus) : 27 Oktober 2014 Presenter : dr. Andreas Dhymas D.M.K
Tanggal Presentasi :
Januari 2015
Pendamping :
dr. Yoane Lisa, DK
Tempat presentasi : Puskesmas Swadana Kotabumi II Lampung Utara
Obyektif presentasi:
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi :
Seorang wanita G3P2A0 hamil 24 minggu datang dengan keluhan nyeri dibagian kepala dan terasa
berat dibagian tengkuk leher, tanpa rasa mual, muntah, nyeri ulu hati, sensasi berputar, pandangan
kabur, dan tidak disertai kaki dan tubuh yang bengkak.
□ Tujuan :
Dapat mengetahui cara mendiagnosis hipertensi gravidarum dibandingkan penyakit hipertensi dalam
kehamilan lainnya, dapat mengetahui patofisiologi penyakit hipertensi gravidarum, dapat mengetahui
penyebab hipertensi gravidarum, dapat menentukan penatalaksanaan penyakit hipertensi gravidarum,
dan mengetahui cara pencegahan penyakit hipertensi gravidarum.
Bahan bahasan: Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos
Data pasien : Nama : Ny. J Umur : 36 tahun
Tanggal lahir : 14 Juli 1978
No. Reg : 306 Alamat : Bernad Dalam, RT
005/RW 006, Mulang Maya
Tanggal berobat : 27 Oktober
2014
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis :
Keluhan nyeri dibagian kepala dan terasa berat dibagian tengkuk leher selama ± 1 minggu, tanpa
rasa mual, muntah, nyeri ulu hati, sensasi berputar, pandangan kabur, dan tidak disertai kaki atau
tubuh yang bengkak.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum menerima pengobatan apapun
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelum hamil dan pada kehamilan sebelumnya.
Pasien tidak ada riwayat alergi makanan/obat.
4. Riwayat keluarga/masyarakat :
Tidak ada keluarga atau tetangga yang mengalami sakit seperti pasien
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien tidak bekerja dan hanya sebagai Ibu Rumah Tangga
6. Riwayat Lingkungan Rumah :
Setelah dikunjungi, rumah pasien di Gunung Angger, berukuran ± 5 x 8 m2, dengan halaman depan
yang luas dan sedikit ditumbuhi rumput. Ketika masuk ke dalam rumah pasien, lantai terbuat dari
semen, tertata rapi, terdapat 1 ruang tamu di bagian depan, 1 ruang TV terletak setelah ruang tamu,
dan disamping ruang tamu dan ruang TV terdapat 2 kamar tidur. Pada bagian belakang rumah,
terdapat dapur yang bergabung dengan sumur dan kamar mandi. Di dapur, alat-alat makan
diletakkan rapi dan bersih di rak piring. Air untuk minum diletakkan dalam wadah tertutup,
makanan ditutup dengan tutup saji. Sumur tidak menggunakan penutup, menggunakan air dari
sumur dengan cara menimba air. Kamar mandi digunakan untuk mandi, MCK, mencuci pakaian
sedangkan untuk mencuci alat-alat makan dilakukan di dekat sumur. Terdapat jamban dengan
saluran pembuangannya ke dalam tanah yang dicor, dengan jarak < 10 m. Ventilasi pada setiap
ruangan cukup namun ada beberapa ventilasi yang ditutup dengan menggunakan kayu yang di
paku dan renggang. Penerangan setiap ruangan kurang terutama dibagian dapur dan kamar tidur.
Pasien merupakan masyarakat dari kalangan ekonomi rendah.
Daftar Pustaka:
1. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Gilstrap L, Wenstrom K, Hypertensive Disorders in
Pregnancy, dalam William Obstetrics, edisi ke-22, New York: McGraw-Hill, 2005 : 761-808
2. Gibson P, Carson M, Hypertension and Pregnancy, 30 Juli 2009, diunduh tanggal 2 Desember
2014, dari http : //emedicine.medscape.com/article/261435
3. Krisnadi S, Mose J, Effendi J, Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Pedoman Diagnosis dan terapi
Obstetri dan Ginekologi RS dr.Hasan Sadikin, bagian pertama, edisi ke-2, Bandung : Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RS dr.Hasan Sadikin,
2005 : 60-70
4. Haryana I, Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan, 9 Januari 2014, di unduh tanggal 2
Desember 2014, dari http://dokter-medis.blogspot.com/2014/01/klasifikasi-hipertensi-pada-
kehamilan.html
5. Mose J, Gestosis, dalam Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi, edisi ke-2, Sastrawinata
S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah F, penyunting, Jakarta : EGC, 2003 : 68-82
6. Branch D, Porter T, Hypertensive Disorders of Pregnancy, dalam Danforth’s
Obstetrics&Gynecologiy, edisi ke-8, Scott J, Saia P, Hammond C, Spellacy W, penyunting,
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins, 1999: 309-326
Hasil pembelajaran:
1. Dapat mengetahui cara mendiagnosis hipertensi gravidarum dibandingkan penyakit hipertensi
dalam kehamilan lainnya
2. Dapat mengetahui patofisiologi penyakit hipertensi gravidarum
3. Dapat mengetahui penyebab hiepertensi gravidarum
4. Dapat menentukan penatalaksanaan penyakit hipertensi gravidarum,
5. Dan mengetahui cara pencegahan penyakit hipertensi gravidarum.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
a) Subjektif (Auto-anamnesis dengan pasien)
Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian kepala sejak ± 1 minggu. Keluhan disertai dengan
adanya rasa berat dibagian tengkuk leher belakang, pasien mengaku keluhan tersebut dirasakan hilang
timbul. Riwayat keluhan pandangan kabur disangkal, mual, muntah, nyeri ulu hati, sensasi berputar
disangkal, bengkak pada kaki maupun tubuh disangkal.
Pasien mengaku hamil 24 minggu dengan HPHT: 5-05-2014. Tafsiran partus (TP): 13-02-2015.
G3 P2 A0. Kontrol antenatal teratur setiap bulan ke Puskesmas Kotabumi II. Gerakan janin (+) Aktif.
Keluar air-air (-). Keluhan akan keputihan tidak ada. Mulas-mulas (-), flek (-), nyeri saat berkemih(-),
darah saat berkemih (-). Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit kencing manis dan darah
tinggi.
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan No
Penolong partus
Hasil kehamilan
Jenis persalinan
Penyulit kehamilan AnakAnte
partumIntra
partumPost
partumJenis BB Hidup
/mati
1 Bidan Lahir Hidup
Spontan - - - Laki-Laki 2700gr Hidup
2 Bidan Lahir Hidup
Spontan - - - Perempuan 2800gr Hidup
KETERANGAN TAMBAHAN :
Riwayat Haid :
o Menarche : Usia 12 tahun
o Haid : Teratur
o Siklus : ± 28 – 30 hari
o Lama haid : 5 - 7 hari
o Banyaknya haid : 2-3x ganti pembalut/hari
o Nyeri haid : ada (+)
o Riwayat keputihan : tidak ada (-)
KONTRASEPSI YANG LALU: JENIS : Pasien mengaku menggunakan kontrasepsi jenis pil
sebelum hamil
SEBAB BERHENTI : Ingin mempunyai anak
KEHAMILAN SEKARANG
G3 P2 A0 HAID TERAKHIR : 5-05-2014 SIKLUS : 28 hari
ANC DI/BERAPA KALI : ANC dilakukan di Puskesmas Kotabumi II dan pasien
rutin setiap bulannya.
KELUHAN SELAMA KEHAMILAN SEKARANG: Nyeri dibagian kepala
PENYAKIT/PENGOBATAN : Tidak ada
LABORATORIUM : Hb = 11,0 gr%
Golongan Darah “B”
Proteinuri (-)
Bilirubin (-)
Reduksi (-)
b) Objektif
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran: Compos Mentis
Tensi: 140/90 mmHg Suhu: 36,5 0C Refleks: DBN
Nadi: 80x/menit Ekstremitas : Edema:-/- Berat badan: 72 kg
Pernapasan:24x/menit Varices:-/- Tinggi Badan: 153 cm
Jantung: murmur - gallop - Abdomen: membuncit sesuai kehamilan
Paru: wheezing -/- rhonki -/- BB seblm hamil:60kg
Mata: Conjungtiva Anemis (-/-) LILA: 32,5 cm
Sklera Ikterik (-/-)
Laboratorium:
Hb: 11,0 g/dl
Golongan Darah “B”
Protein Urin (-)
Bilirubin (-)
Reduksi (-)
Status Obstetri
Pemeriksaan luar Pemeriksaan Dalam
Fundus uteri: 27cm
Letak anak: kepala, belum masuk PAP
Bunyi jantung anak: tidak dilakukan
His: (-)
Taksiran Berat anak: 2325 gram
Leopold I: Teraba massa lunak pada bagian fundus
Tidak dilakukan
uteri. Ballotement (-)
Leopold II: Teraba punggung berada disebelah
kanan ibu dan sebelah kiri tidak teraba massa.
Leopold III: Teraba massa keras dibagian perut
bagian bawah, ballotement (+), belum masuk PAP.
Leopold IV: Tidak dilakukan.
c) Assessment (Penalaran Klinis)
Ada beberapa faktor resiko pada wanita hamil yang bisa mengakibatkan hipertensi gravidarum
1. Lebih sering pada primigravida
2. Resiko meningkat pada masa plasenta lebih besar (pada gemeli, penyakit trofoblas),
diabetes mellitus, riwayat personal adanya hipertensi, faktor herediter dan masalah
vaskuler
3. Umur
4. Obesitas
Kalau membicarakan mengenai hipertensi pada kehamilan, yang selalu kita pikirkan
adalah preeklampsi atau eklampsi. Ternyata ada juga klasifikasi hipertensi lainnya pada
kehamilan. Ada beberapa klasifikasi yang dikeluarkan di berbagai negara. Tetapi
klasifikasi yang direkomendasikan adalah klasifikasi oleh National High Blood Pressure
Education Program (NHBPEP) Working Group on Hypertension in Pregnancy karena
dapat digunakan dengan mudah dan praktis . Tujuan penting dalam klasifikasi ini adalah
dapat digunakan untuk membedakan antara preeklampsia dan eklampsia dari kelainan
hipertensi pada kehamilan yang lain karena baik preeklampsia maupun eklampsia
mempunyai prognosis yang buruk pada morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. Berikut
ini adalah klasifikasinya :
Hipertensi Gestasional
Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg didapatkan pertama kali pada usia kehamilan > 20 minggu
Tidak ada proteinuria maupun tanda dan gejala preeklampsia
Tekanan darah kembali normal pada 42 hari setelah post partum
Mempunyai resiko hipertensi pada kehamilan selanjutnya
Dapat berkembang menjadi preeklampsia maupun hipertensi berat.
Preeklampsia
Kriteria minimal
Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
Disertai proteinuria ≥ 300 mg / 24 jam atau ≥ +1 pada pemeriksaan urin sesaat
dengan urin dipstik atau rasio protein : kreatinin urine ≥ 0.3
Kriteria tambahan yang memperkuat diagnosis
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria 2.0 g/24 jam atau ≥ +2 pada pemeriksaan urin sesaat dengan urin
dipstik.
Serum kreatinin > 1.2 mg/dl kecuali sudah didapatkan peningkatan serum
kreatinin sebelumnya
Trombosit < 100.000/μl
Hemolisis mikroangiopati – peningkatan LDH
Peningkatan kadar serum transaminase – ALT atau AST
Nyeri kepala yang menetap atau gangguan cerebral maupun visual lainnya
Nyeri epigastrium yang menetap
Eklampsia
Kejang yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada wanita dengan preeklamsia
Hipertensi Kronik
Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum 20 minggu usia kehamilan
dan tidak termasuk pada penyakit trophoblastic gestasional, atau
Tekanan darah sistolik darah sistolik ≥ 140mmHg atau tekanan darah diastolik ≥
90 mmHg didapatkan pada usia kehamilan > 20 minggu menetap 12 minggu
postpartum
Diagnosis sulit ditegakkan pada trisemester pertama kehamilan dan umumnya
didapatkan pada beberapa bulan setelah melahirkan.
Hipertensi kronis superimpose preeklampsia
Wanita hipertensi dengan proteinuria ≥ 300 mg / 24 jam yang baru muncul dan
tidak didapatkan sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau
Peningkatan mendadak pada proteinuria dan tekanan darah atau jumlah trombosit
< 100.000 /μl pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum usia
kehamilan 20 minggu.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori
telah dikemukakan tentang hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada satupun teori tersebut
yang dianggap benar mutlak
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada sel-sel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan
otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relative mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri
spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan
iskemia plasenta.
Gambar 1. Perbandingan implantasi plasenta pada kehamilan normal dan preeklampsia
Cunningham FG et all . Williams obstetrics, 23th ed. Mc Graw Hill E book. 2010
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a) Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta
mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Oksidan atau radikal bebas
adalah senyawa penerima electron atau atom/molekul yang mempunyai electron
yang tidak berpasangan. Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta
iskemia adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran
sel endotel pembuluh darah. Sebenarnya produksi oksidan pada manusia adalah
suatu proses normal, karena oksidan memang dibutuhkan untuk perlindungan
tubuh. Adanya radikal hidroksil dalam darah, maka dulu hipertensi dalam
kehamian disebut “toxaemia”. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel,
yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak selain akan merusak membrane sel, juga akan merusak nucleus,
dan protein sel endotel. Produksi oksidan (radikal bebas) dalam tubuh yang
bersifat toksis, selalu diimbangi dengan produksi anti oksidan.
b) Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
Pada hipertensi dalam kehamilan telah terbukti bahwa kadar oksidan, khususnya
peroksida lemak meningkat, sedangkan antioksidan, missal vitamin E pada
hipertensi dalam kehamilan menurun, sehingga terjadi dominasi kadar oksidan
peroksida lemak yang relative tinggi. Perksidan lemak sebagai oksidan/radikal
bebas yang sangat toksis ini akan beredar diseuruh tubuh daam aliran darah dan
akan merusak membran sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami
kerusakan oleh peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan
aliran darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak
jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah
menjadi peroksida lemak.
c) Disfungsi sel endotel
Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan
membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan
rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut disfungsi endotel.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi HLA-G.
Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta, menghambat invasi trofoblas ke
dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak,
dan gembur sehingga memudahkan terjadinaya reaksi inflamasi.
4. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan
vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor
hilang sehinggapembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan
vasopresor pada hipertensi dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I
(pertama). Peningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi
dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta
ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
5. Teori defisiensi gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan
dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian yang penting yang pernah
dilakukan di inggris ialah penelitian tentang pengaruh diet pada preeklampsia
beberapa waktu sebelum pecahnya Perang Dunia ke II. Suasana serba sulit
mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang menimbulkan kenaikan insiden
hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi
minyak ikan dapat mengurangi risiko preeclampsia.
6. Teori inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan
normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi
juga msih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada
preeklampsia, dimana ada preeklampsia terjadi peningkatan stresoksidatif, sehingga
produksi debris apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel
trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi
stress oksidatif kan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofobls juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah
ibu menjadi juh lebih besar, dibanding reaksi inflamsi pada kehamilan normal.
Respons inflamasi ini akan mengaktifasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/granulosit, yang lebih besar pula, sehingga terjadi reaksi sistemik
inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala pada preeklampsia pada ibu.
Zweifel (1922) mengemukakan bahwa gejala gestosis tidak dapat diterangkan dengan
satu faktor atau teori tetapi merupakan multifaktor (teori) yang menggambarkan berbagai
manifestasi klinis yang kompleks yang oleh Zweifel disebut disease of theory. Teori diet adalah
teori yang diakui POGI. Menurut teori diet ibu hamil, kebutuhan kalsium ibu hamil cukup tinggi
untuk pembentukan tulang dan organ lain janin, yaitu 2-2,5 g/hari. Bila terjadi kekurangan
kalsium, kalsium ibu hamil akan dikuras untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi
pengeluaran kalsium dari jaringan otot. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tak jenuh
sehingga dapat menghindari dan menghambat pembentukan tromboksan dan mengurangi
aktifitas trombosit. Oleh karena itu, minyak ikan dapat menurunkan kejadian preeklampsia atau
eklampsia. Diduga bahwa minyak ikan mengandung kalsium.
Fungsi kalsium dalam otot jantung menimbulkan peningkatan kontraksi sehingga dapat
mempertahankan dan meningkatkan volume sekuncup jantung dan tekanan darah dapat
dipertahankan. Kalsium dalam otot pembuluh darah mengendalikan dan mengurangi kontraksi-
vasokontriksi sehingga tekanan darah dapat dikendalikan bersama dengan vasokonstriktor
lainnya. Kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium dari
jaringan otot sehingga menimbulkan manifestasi sebagai berikut:
a. Keluar dari otot jantung menimbulkan melemahnya kontraksi otot jantung dan menurunkan
volume sekuncup sehingga aliran darah akan menurun
b. Keluar dari otot pembuluh darah akan menimbulkan kontraksi, vasokontriksi, dan meningkatkan
tekanan darah tinggi (hipertensi)
Konsep dasar terjadinya gestosis EHP (edema, hipertensi, proteinuria) adalah sebagai
berikut. Iskemia region uteroplasenter menimbulkan dikeluarkannya hasil metabolisme PO2
radikal bebas. Radikal bebas dapat merusak membran, khususnya sel endotel pembuluh darah
sehingga akan mengubah metabolisme sel. Akibat perubahan metabolisme terjadi penurunan
reproduksi prostatglandin yang dikeluarkan plasenta. Perubahan keseimbangan prostatglandin
yang menjurus pada peningkatan tromboksan yang merupakan vasokonstriktor yang kuat,
penurunan produksi prostatsiklin sebagai vasodilator, penurunan produksi angiotensin I-III yang
mengakibatkan makin meningkatnya sensitivitas otot pembuluh darah terhadap vasopresor.
Perubahan ini mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah sehingga
terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah, dan mengakibatkan permeabilitas pembuluh darah
meningkat serta meningkatkan tekanan darah. Kerusakan dinding pembuluh darah menimbulkan
dan memudahkan trombosit mengadakan agregasi dan adhesi serta akhirnya mempersempit
lumen dan makin mengganggu aliran darah ke organ vital. Mekanisme yang terjadi untuk
mengatasi timbunan trombosis adalah lisis, sehingga dapat menurunkan jumlah trombosit darah
serta memudahkan tejadinya perdarahan.
Kerusakan membran endotel pembuluh darah, timbunan trombosit dan vasokonstriksi
pembuluh darah menyebabkan gangguan perfusi dan metabolisme endrogen atau organ vital
dalam bentuk ekstravasasi cairan menuju ekstravaskuler yang menimbulkan oedema lokal tibia
atau anasarka, penurunan volume darah yang menimbulkan hipovolemia, dan terjadi
hemokonsentrasi darah
Gambar 2. patofisiologi hipertensi dalam kehamilan
d) Plan
Diagnosis :
Dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium darah serta urin ( Hb, Trombosit, ALT, AST,
Protein, bilirubin, reduksi).
Pengobatan :
Obat pilihan pertama untuk hipertensi pada kehamilan adalah alfa metildopa dan
Calcium Channel blocker seperti nifedipin (oral) atau isradipine adalah obat
pilihan kedua untuk terapi hipertensi. Obat-obatan golongan diatas dapat
digunakan pada hipertensi emergensi atau hipertensi akibat pre-eklampsia.
Potensi sinergis dengan magnesium sulfat dapat menginduksi hipertensi maternal
dan hipoksia janin. Magnesium sulfat iv merupakan obat yang dipilih untuk
mengatasi kejang dan mencegah eklamspsia. Penggunaan diuretik harus dihindari
karena menurunkan aliran darah ke plasenta dan tidak direkomendasikan untuk
diberikan pada kasus pre-eklampsia. Penggunaan ACE inhibitor, ARB dan
inhibitor renin langsung merupakan kontraindikasi saat kehamilan karena
bersifat toksik terhadap fetus terutama pada trimester kedua dan ketiga. Jika tidak
sengaja meminumnya pada saat trimester pertama maka ganti dengan obat yang
lain dan dianjurkan monitoring ketat termasuk dengan usg janin.
Tekanan darah sistole ≥ 170mmHg atau diastole ≥ 110mmHg pada wanita hamil
merupakan keadaan emergensi dan indikasi untuk rawat inap. Penatalaksanaan
farmakologis dapat dengan labetolol iv atau methyldopa oral atau nifedipine.
Anti-trombotik dapat diberikan dalam mengurangi insiden terjadinya
preeclampsia. Obat yang dapat diberikan adallah aspirin , dengan dosis 50-150
mg perhari. Aspirin efektif dalam menghambat agregasi tromboksan A2 dan
mengurangi produksi prostaksilklin
Pendidikan
Termasuk pengawasan ketat, pembatasan aktivitas dan istirahat dengan posisi miring ke
kiri, asupan makanan yang baik dan diet rendah garam. Penanganan ini harus
dipertimbangkan untuk pasien dengan tekanan darah sistolik 140-150 mmHg dan atau
diastolik 90-99mmHg.
Konsultasi
Belum diperlukan konsultasi ke dokter spesialis obgin.
Rujukan
Bawa ke dokter / tenaga kesehatan bila terdapat tanda-tanda kehilangan kesadaran, kejang, kaki
bengkak, mual dan muntah serta tanda-tanda awal persalinan.
Lampiran:
Gambar 1. Kartu Identitas Pasien
Gambar 2. Kartu Keluarga Pasien
Gambar 3. Foto bersama Pasien dan keluarga
Gambar 4. Pemeriksaan terhadap pasien
Gambar 5. Pemeriksaan Tekanan Darah Pasien
Gambar 6.
Rumah Pasien
Gambar 7. Dapur
Gambar 8. Sumur Pasien dan MCK
Gambar 9. Kamar Tidur Pasien
Gambar 10. Ruang TV
Gambar 12. Penerangan Ruangan