tugas prof (crohn disease)

7
DEFINISI Crohn disease adalah proses inflamasi idiopatik yang dapat terjadi pada saluran cerna mulai dari mulut hingga anus. satu dari tiga kasus melibatkan hanya usus halus, dan paling sering terjadi pada ileum terminal (ileitis). Sekitar separuh dari kasus-kasus yang terjadi melibatkan usus halus dan colon, paling sering terjadi pada ileum terminal dan proksimal kolon asendens (ileo-colitis). Pada 15-20% kasus, hanya terjadi pada daerah colon. Pada crohn disease dapat muncul inflamasi mukosa dan ulserasi, striktur, pembentukan fistula, dan abses. TANDA DAN GEJALA Peradangan kronis Karena daerah yang diserang oleh penyakit ini bervariasi dan beratnya inflamasi yang terjadi, tanda dan gejala yang muncul dapat bervariasi. Gejala yang muncul dapat berupa demam sub- febris, malaise, penurunan berat badan, dan kurang energi. Keluhan juga dapat berupa diare, tanpa ada darah dan keluhan ini dapat hilang timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pada perut kanan bawah. Pada palpasi dapat diraba masa lembut pada perut bagian bawah yang menunjukan terjadinya penebalan pada dinding usus yang mengalami peradangan. Obstruksi intestinal

Upload: yosua-siwabessy

Post on 18-Jul-2016

21 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

crohn disease

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Prof (Crohn Disease)

DEFINISI

Crohn disease adalah proses inflamasi idiopatik yang dapat terjadi pada saluran cerna mulai dari

mulut hingga anus. satu dari tiga kasus melibatkan hanya usus halus, dan paling sering terjadi

pada ileum terminal (ileitis). Sekitar separuh dari kasus-kasus yang terjadi melibatkan usus halus

dan colon, paling sering terjadi pada ileum terminal dan proksimal kolon asendens (ileo-colitis).

Pada 15-20% kasus, hanya terjadi pada daerah colon. Pada crohn disease dapat muncul inflamasi

mukosa dan ulserasi, striktur, pembentukan fistula, dan abses.

TANDA DAN GEJALA

Peradangan kronis

Karena daerah yang diserang oleh penyakit ini bervariasi dan beratnya inflamasi yang terjadi,

tanda dan gejala yang muncul dapat bervariasi. Gejala yang muncul dapat berupa demam sub-

febris, malaise, penurunan berat badan, dan kurang energi. Keluhan juga dapat berupa diare,

tanpa ada darah dan keluhan ini dapat hilang timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan

nyeri tekan pada perut kanan bawah. Pada palpasi dapat diraba masa lembut pada perut bagian

bawah yang menunjukan terjadinya penebalan pada dinding usus yang mengalami peradangan.

Obstruksi intestinal

Dapat terjadi penyempitan usus sebagai akibat dari inflamasi yang terjadi, spasme, dan stenosis

akibat jaringan fibrotic. Pasien dapat mengeluh kembung setelah makan, kram perut.

Fistulisasi dengan atau tanpa infeksi

Fistula yang terbentuk ke arah msenterika bisa bersifat asimtomatik, namun dapat muncul gejala

abses pada intra abdominal atau retroperitoneal. Gejala yang muncul antara lain demam, adanya

massa pada daerah abdomen, dan leukositosis. Fistula yang terbentuk dari kolon menuju usus

halus dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan bakteri sehingga muncul diare, penurunan

berat badan dan malnutrisi. Fistula yang mengarah pada vesica urinaria atau vagina dapat

memunculkan infeksi yang berulang. Fistula enterocutaneous biasanya terjadi pada luka bekas

pembedahan.

Page 2: Tugas Prof (Crohn Disease)

Perianal disease

Gejala yang dapat muncul antara lain fisura pada anus, abses perianal, dan pembentukan fistula.

Manifestasi ekstraintestinal

Ulkus oral merupakan salahsatu gejala ekstraintestinal yang terjadi pada crohn disease.

Peningkatan resiko terjadinya batu empedu dikarenakan malabsorbsi garam empedu dari ileum

terminal. Pemebentukan batu kalsium oksalat atau urat dapat terjadi di ginjal sehingga terjadi

nephrolithiasis.

Pemeriksaan laboratorium

Keterkaitan antara temuan laboratorium dan gejala klinis kurang memberikan informasi yang

berhubungan. Hasil laboratorium dapat menggambarkan mengenai aktifitas inflamasi atau

gangguan nutrisi yang terjadi sebagai bentuk komplikasi dari crohn disease. Pemeriksaan hitung

jenis dan serum albumin harus dilakukan pada pasien yang diduga mengalami crohn disease.

Anemia dapat terjadi sebagai akibat dari inflamasi kronis, mucosal blood loss, defisiensi besi,

atau malabsorbsi vitamin B12. Leukositosis dapat terjadi sebagai akibat inflamasi yang terjadi

atau pembentukan abses. Hipoalbuminemia dapat terjadi dikarenakan intestinal protein loss

(protein losing enteropathy). Malabsorbsi, atau peradangan kronis. Peningkatan LED terjadi

karena inflamasi yang kronis. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk memeriksa bakteri pathogen

yang menginfeksi tubuh pasien.

Pemeriksaan penunjang lain untuk diagnosis

Pada sebagian besar kasus, diagnosis awal dari crohn disease didasarkan pada kecocokan antara

gambaran klinis dan pemeriksaan radiografi. pemeriksaan dapat dilakukan untuk melihat

gambaran dari saluran cerna bagian atas dan usus halus. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan

ulserasi, striktur, dan fistula. Untuk mengevaluasi colon dapat dilakukan pemeriksaan barium

enema atau colonoscopy. Dapat juga dilakukan biopsy untuk melihat gambaran histologi dari

colon atau ileum terminal. Pada endoskopi dapat ditemukan gambaran yang khas seperti aphtoid

ulcers, ulserasi berbentuk linear atau stellate, striktur,

Page 3: Tugas Prof (Crohn Disease)

KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: abses, obstruksi usus halus, pembentukan fistula,

perianal disease, karsinoma, perdarahan intestinal, dan malabsorbsi

DIFERENSIAL DIAGNOSIS

Kram perut dan diare kronis dapat terjadi pada irritable bowel syndrome dan crohn disease,

tetapi pada pemeriksaan x-ray didapatkan gambaran normal pada irritable bowel syndrome.

Demam akut dan nyeri perut kanan bawah dapat menyerupai gejala apendisitis atau Yersinia

Enterocolitica enteritis. Intestinal lymphoma dapat menyebabkan demam, nyeri, kehilangan

berat badan dan gambaran abnormal usus halus pada pada pemeriksaan radiografi yang mirip

dengan crohn disease. Pasien yang mengalami AIDS juga dapat menunjukan gejala demam dan

diare. Segmental colitis dapat terjadi yang disebabkan oleh tuberculosis, Entamoeba Hystolytica,

chlamydia, atau ischemic colitis. Diverticulitis dengan pembentukan abses dapat menyulitkan

dalam membedakannya dengan crohn disease.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan spesifik untuk crohn disease tidak ada, penatalaksanaan ditujukan untuk

mengatasi gejala dan kontrol terhadap proses penyakit.

A. Nutrisi

1. Diet

Pasien harus makan makanan seimbang dengan beberapa batasan tertentu. Pasien

harus menghindari makanan yang mungkin menyebabkan alergi. Jika ada lactose

intolerans maka pemberian produk susu sebaiknya tidak diberikan. pasien dengan

gejala obstruksi harus diet lunak, menghindari makan sayur mentah, popcorn, kacang

dan lain-lain. Pasien juga dapat mengalami malabsorbsi lemak sehingga diet rendah

lemak juga dilakukan. Pemberian suplemen besi juga dapat dilakukan pada pasien

yang mengalami chronic intestinal blood loss. Pemberian vitamin B12 secara

parenteral umumnya dibutuhkan pada pasien yang mengalami penyakit ileum

terminal.

2. Enteral therapy

Page 4: Tugas Prof (Crohn Disease)

Enteral therapy dengan elemental diet (contoh: vivonex) dalam 4 minggu cukup

efektif namun resiko relaps setelah diet normal cukup tinggi.

3. Total parenteral nutrition – TPN

Digunakan dalam jangka pendek bagi pasien yang mengalami penurunan berat badan

yang progresif, atau pada pasien menunggu tindakan operasi mengalami malnutrisi

karena obstruksi saluran cerna, hight output fistula, diare berat, atau nyeri perut.

B. Pengobatan symptomatic

Untuk mengatasi diare dapat diberikan cholestyramine 2 – 4 gram atau colestipol 5 gram

dua sampai tiga kali sehari sebelum makan. Loperamide 2 – 4 mg juga dapat diberikan

untuk mengatasi diare tetapi obat ini tidak digunakan pada pasien dengan colitis yang

berat.

C. Specific drug therapy:

1. 5-aminosalicylic acid agents

Sulfasalazine 1,5-2 g dua kali sehari, dapat menurunkan gangguan klinis khususnya

pada pasien yang mengalami gangguan pada colon akan tetapi hanya memberikan

keuntungan yang sedikit pada gangguan usus halus. Mesalamine (Asacol) sangat

berguna dalam mengobati gangguan usus halus pada crohn disease. Dosis yang

digunakan 0,8 – 1,2 g, empat kali sehari.

2. Corticosteroid

Pemberian prednisone 40 – 60 mg per hari diberikan untuk pasien crohn disease.

Setelah pemakaian selama 2 – 3 minggu dilakukan tapering of 5 mg per minggu

sampai dosis pemberian mencapai 20 mg per hari. Kemudian dilakukan tapering of

2,5 mg per minggu.

3. Immunomodulatory drugs

Azathioprine (1-2mg/kg) dan mercaptopurine (50-100mg) efektif pada penatalaksaan

jangka panjang pada crohn disease.