tugas interna sudah jadi
TRANSCRIPT
1
TUGAS INTERNA
TIROID DALAM KEHAMILAN
Disusun oleh :
1. Renaldi Rizki (11070414)
2. Anton Nopiar (10700002)
3. Daniyar Yuanita (10700004)
4. Suniyyah Nur Alifah (10700006)
5. Anita Raharjo (10700008)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
2
DAFTAR ISI
Cover Judul ................................................................................... 1
Daftar isi ................................................................................... 2
Kata Pengantar .............................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................... 4
Rumusan Masalah ………………………………………. 5
Tujuan Penulisan ..................................................... . 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hormon Tiroid dalam Kehamilan ………………………. 6
Hipotiroid dalam Kehamilan ………………………... 7
Hipertiroid dalam Kehamilan ………………………… 12
BAB III PENUTP
Kesimpulan ………………………………………………… 22
Saran …………………………………………………………. 22
Daftar Pustaka …………………………………………………. 23
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas referat sesuai dengan harapan
dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan tentang
Ilmu Penyakit Dalam yang dituangkan dalam penulisan makalah ini. Makalah ini
disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Makalah ini berjudul “Tiroid dalam Kehamilan”.yang sengaja dipilih
untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu penyakit dalam dan menambah wawasan
pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami
yaitu dr. Pandji M., Sp.PD, KEMD yang telah membantu kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini mungkin banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu penyususn mohon saran dan kritik. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Penyusun
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hormon-hormon tiroid yang terdapat di sirkulasi adalah tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3), hanya bentuk bebasnya yang aktif (fT4 dan fT3). Hormon
yang lebih penting adalah fT3 karena lebih mempengaruhi metabolisme,
dibentuk di liver, ginjal, dan otot dan diubah menjadi fT4 oleh enzim
deiodinase. Kebanyakan jaringan termasuk jantung, otak, dan otot memiliki
reseptor spesifi k fT3 yang dapat mempengaruhi aktivitas metabolik dan
seluler. Pada keadaan normal, kelenjar hipofi sis anterior memproduksi TSH
sebagai umpan balik negatif yang dikendalikan oleh konsentrasi fT3. Iodin
dari sumber makanan penting dalam proses sintesis pembentukan hormon
tiroid. Dalam beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa kelompok risiko
tertinggi kurangnya asupan iodin adalah wanita hamil dan menyusui, serta
anak usia kurang dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi iodisasi
garam universal (Haldiman et al, 2004).
Gangguan fungsi tiroid selama periode reproduksi lebih banyak terjadi
pada wanita, sehingga tidak mengejutkan jika banyak gangguan tiroid
ditemukan pada wanita hamil (Krassas et al, 2010).
Pada kehamilan, penyakit tiroid memiliki karakteristik tersendiri dan
penanganannya lebih kompleks pada kondisi tertentu. Kehamilan dapat
mempengaruhi perjalanan gangguan tiroid dan sebaliknya penyakit tiroid
dapat pula mempengaruhi kehamilan (Abalovich et al, 2007).
5
Seorang klinisi hendaknya memahami perubahan-perubahan fisiologis
masa kehamilan dan patofi siologi penyakit tiroid, dapat mengobati secara
aman sekaligus menghindari pengobatan yang tidak perlu selama kehamilan
(Girling, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tiroid dalam kehamilan?
2. Bagaiamana pembagian klinis tiroid dalam kehamilan?
3. Jelaskan patofisiologi tiroid dalam kehamilan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum.
Secara umum penulisan ini bertujuan untuk mengetahui tentang tiroid
dalam kehamilan.
Tujuan Khusus.
a. Mengidentifikasi gejala tiroid dalam kehamilan.
b. Mengidentifikasi komplikasi patofisilogi.
c. Mengidentifikasi pengobatan tiroid dalam kehamilan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hormon tiroid dalam Kehamilan
Pada janin iodin disuplai melalui plasenta. Saat awal gestasi, janin
bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid (tiroksin) ibu yang melewati
plasenta karena fungsi tiroid janin belum berfungsi sebelum 12-14 minggu
kehamilan. Tiroksin dari ibu terikat pada reseptor sel-sel otak janin,
kemudian diubah secara intraseluler menjadi fT3 yang merupakan proses
penting bagi perkembangan otak janin bahkan setelah produksi hormon tiroid
janin, janin masih bergantung pada hormon-hormon tiroid ibu, asalkan
asupan iodin ibu adekuat (Girling, 2008).
Gambar II.1 : Pengaruh hormon tiroid pada perkembangan
neurobiologis janin dan waktu terjadinya beberapa tingkat
perkembangan yang penting (Colborn, 2004)
7
Empat perubahan penting selama kehamilan (Colborn, 2004):
1. Waktu paruh tiroksin yang terikat globulin bertambah dari 15 menit
menjadi 3 hari dan konsentrasinya menjadi 3 kali lipat saat usia gestasi
20 minggu akibat glikosilasi estrogen.
2. Hormon hCG dan TSH memiliki reseptor dan subunit alpha yang sama.
Pada trimester pertama, sindrom kelebihan hormon bisa muncul, hCG
menstimulasi reseptor TSH dan memberi gambaran biomekanik
hipertiroid. Hal ini sering terjadi pada kehamilan multipel, penyakit
trofoblastik dan hiperemesis gravidarum, dimana konsentrasi hCG total
dan subtipe tirotropik meningkat.
3. Peningkatan laju fi ltrasi glomerulus dan peningkatan uptake iodin ke
dalam kelenjar tiroid yang dikendalikan oleh peningkatan konsentrasi
tiroksin total dapat menyebabkan atau memperburuk keadaan defi
siensi iodin.
4. Tiga hormon deiodinase mengontrol metabolisme T4 menjadi fT3 yang
lebih aktif dan pemecahannya menjadi komponen inaktif. Konsentrasi
deiodinase III meningkat di plasenta dengan adanya kehamilan,
melepaskan iodin jika perlu untuk transpor ke janin, dan jika mungkin
berperan dalam penurunan transfer tiroksin.
2.2 Hipotiroid dalam Kehamilan
2.2.1 Definisi
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang
diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid. (Baradero,2009).
8
Hipotiroid adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada
salah satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid, dengan akibat
terjadinya defisiensi hormon tiroid dalam darah, ataupun gangguan respon
jaringan terhadap hormon tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema. (Corwin, 2000).
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang dikarakteristikan oleh produksi
hormon tiroid yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan –
kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauan-kakacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid. Karena
hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai
konsekuensi-konsekuensi yang meluas untuk tubuh. (Corwin, 2000).
2.2.2 Etiologi
Terbagi menjadi 4 yaitu :
1. Hashimoto’s Tiroiditis adalah penyakit autoimun dimana sistem imun
tubuh secara tidak memadai menyerang jaringan tiroid. Sebagian
kondisi ini diperkirakan mempunyai suatu basis genetik. (Corwin,
2000).
2. Lymphoctic Thiroiditis ( yang mungkin terjadi setelah hipertiroid )
Thyiroiditis merujuk pada peradangan kelenjar tiroid. Ketika
peradangan disebabkan suatu tipe tertentu dari sel darah putih yang
dikenal sebagai suatu lymphocyte, kondisinya di rujuk sebagai
lymphoctic thiroiditis. (Corwin, 2000).
9
3. Kekurangan Hormon Tiroid
Kebutuhan yodium bagi tubuh relatife sangat kecil, namun tetap
harus terpenuhi. Kelenjar gondok ( tiroidea ) menghasilkan hormon
tiroid yang prosesnya memerlukan unsure yodium. Selain itu hormon
tiroid, kelenjar gondok menghasilkan hormon pertumbuhan, sebagai
pengatur metabolisme protein, lemak dan masih banyak fungsinya
(Corwin, 2000).
Pada ibu hamil jumlah iodium adalah 200 µg. dalam keaadan dimana
ibu hamil sudah mengalami gangguan tiroid sebelumnya akibat
kekurangan yodium, maka kehamilan ini berakibat memperberat
penyakit gangguan kelenjar tiroid tersebut. (Corwin, 2000).
4. Terapi Radiasi
Radiasi yang digunakan untuk terapi kanker kepala dan leher dapat
mempengeruhi kelenjar tiroid yang dapat menyebabkan hipotiroid.
(Corwin, 2000).
2.2.3 Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Hipotalamus
membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang merangsang
hipofisis anterior. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid
Stimulating Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.Kelenjar
tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh, fungsi
10
syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-vitamin,
serta kerja daripada hormon-hormon lain. (Price, 1995).
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis,
maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena. tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH.
(Price, 1995).
2.2.4 Gejala Klinis
• Kulit kering berwarna kuning terutama sekitar mata
• Lemah – lesu – terengah-engah, intoleransi suhu dingin, konstipasi dan
gangguan tidur
• Goitre, reflek tendon profunda terganggu
• Anemia
• T4 rendah
• TSH meningkat (Lazarus, 2002).
2.2.5 Komplikasi
Hipertiroid dalam kehamilan dapat memberikan komplikasi serius,
mulai dari penyulit obstetrik seperti preeklamsia, komplikasi gagal jantung
11
pada ibu, hingga kelahiran prematur,kematian janin,Grave disease ,
bengkak tungkai bawah (pretibial myxedema).
2.2.6 Pengobatan
Levotiroksin adalah terapi pilihan jika status nutrisi iodin tidak adekuat.
Wanita hamil hipotiroid memerlukan dosis tiroksin lebih besar, dan wanita
yang sudah menerima terapi tiroksin sebelum hamil memerlukan
peningkatan dosis harian, biasanya 30-50% di atas dosis sebelum konsepsi.
Pengobatan sebaiknya dimulai dengan dosis 100-150 mikrogram per hari
atau 1,7-2,0 mikrogram per kg beratbadan saat tidak hamil, dengan
peningkatan dosis hingga 2,0-2,4 mikrogram per kg beratbadan saat hamil.
Kadar serum fT4 dan TSH sebaiknya diukur 1 bulan setelah mulai terapi.
Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan kadar fT4 dan TSH
normal selama kehamilan. Pengukuran TSH dianjurkan pada wanita dengan
faktor risiko gangguan fungsi tiroid, antara lain: (Abalovich et al, 2007).
• Riwayat hipo atau hipertiroid, PPT (post partum tiroiditis), atau lobektomi
tiroid
• Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
• Wanita dengan goiter
• Memiliki antibodi tiroid
• Terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kekurangan dan kelebihan
hormon tiroid
• Diabetes melitus tipe I
• Penyakit autoimun lain
• Infertilitas
12
• Riwayat radiasi pada kepala dan leher
• Riwayat keguguran atau melahirkan premature
2.2 Hipertiroid dalam Kehamilan
2.2.1 Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik disebut juga
tirotoksikosis, terjadi akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-
tironin (T3) (Barbara, 1996).
Hipertiroid adalah kadar HT dalam darah yang berlebihan.
Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang
merupakan akibat dari produksi hormone tiroid yang berlebihan.
Hipertiroid adalah keadaan di mana kadar hormone tiroid yang berlebihan
dan terlalu aktif. Hipertiroidisme adalah keadaan di mana produksi hormon
tiroksin berlebihan (Corwin, 2000).
2.2.2 Prevalensi
Prevalensi hipertiroid dalam kehamilan berkisar 0,2% dari semua
kehamilan, penyebab tersering adalah Penyakit Graves merupakan
penyebab terbanyak (85 %). Penyebab yang lain adalah “single toxic
adenoma”, goiter toksik multinoduler, dan sub akut tiroiditis, sedangkan
penyebab yang sangat jarang adalah pemberian hormon tiroid eksogen dan
mola hidatidosa (Abalovich et al, 2007).
Satu dalam 2000 kehamilan, kadang-kadang timbul kesulitan dalam
diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan, sehingga sering hipertiroidisme
tidak terdiagnosis, karena kehamilan sendiri berakibat peningkatan
metabolisme basal (15 sampai 25%) yang serupa dengan gambaran klasik
13
hipertiroid terutama pada trimester kedua dan ketiga (Abalovich et al,
2007).
Gangguan tiroid pada wanita 4 – 5 kali lebih banyak dibandingkan pria,
khususnya dalam masa subur. Sehingga tidak biasa memeriksa kelainan
fungsi tiroid sebagai “pemeriksaan rutin” pada wanita hamil. Padahal
gangguan tiroid sering terjadi pada wanita hamil, namun karena gejalanya
tidak khas dan terjadi keadaan hipermetabolik pada kehamilan normal,
maka hal ini menambah sulit diagnosis apabila terjadi kelainan selama
kehamilan. Namun dokter harus waspada dan harus mempertimbangkan
kemungkinan adanya gangguan fungsi tiroid, kemudian membedakan
antara perubahan fisologis atau patologis, karena kelainan fungsi tiroid
pada ibu dapat berpengaruh langsung pada janin melalui jalur transplasenta,
antara lain hormon tiroid ibu yang tidak normal, reseptor antibodi TSH atau
obat anti tiroid yang diberikan pada ibu dan tentu saja secara tidak langsung
adalah perubahan fisiologis pada kehamilan ibu (Colborn, 2004).
Manifestasi fisik yang umum pada penyakit tiroid dapat ditutupi oleh
kehamilan dan juga kehamilan dapat menunjukkan gejala-gejala fisik yang
sama dengan disfungsi tiroid, seperti pembesaran tiroid dan bruit,
melebamya tekanan nadi, meningkatnya denyut jantung, palmar eritema
dan telapak tangan yang panas dan berkeringat. Yangtidak ditemukan pada
kehamilan tanpa komplikasi adalah tanda-tanda okular yang karakteristik
berupa kelopak mata yang terbuka lebar (stare), lid lag, miksedema
pretibial, eksoftalmus, onikolosis, miopati panggul dan bahu (Colborn,
2004)..
14
2.2.3 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis
memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah
karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat
malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH
dan TRH yang berlebihan (Corwin, 2000).
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit
ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga
penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating (Colborn,
2004).
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies
(TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini
adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan
kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata
dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering
berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
15
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa
sakit, serta berkeringat banyak (Colborn, 2004).
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat,
bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule
atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon
tiroid yang berlebihan (Colborn, 2004).
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa
laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga
pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping
(Colborn, 2004).
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH
berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4
yang banyak (Colborn, 2004).
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut
tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan
hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid (Colborn,
2004).
16
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan
ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada
kelainan kelenjar tiroid (Colborn, 2004).
2.2.4 Klasifikasi
Dua tipe utama dibedakan, primer dan sekunder hipotiroidism,
meskipun bentuknya jauh dari yang umum.
1. primer Hipotiroidism
Penyebab paling sering (95% 0f pasien) adalah kelainan dari
kelenjar tiroid. Ketika penurunan fungsi tiroid terjadi dalam rahim,
hasilnya adalah retardasi mental berat atau kretinisme, perlu digaris
bawahi bahwa peran penting hormon tiroid
memainkan peran dalam perkembangan dan pertumbuhan.
Hypotirodism pada pasien dewasa mungkin dikaitkan dengan
penurunan dalam jaringan tiroid. Penurunan dalam jaringan tiroid
biasanya karena penyakit autoimun, yang mengarah ke rusaknya dari
parenkim tiroid, tetapi juga dapat terjadi akibat hasil operasi atau
pengobatan yodium radioaktif. Tidak semua kasus hypotiroidism
berhubungan dengan penurunan ukuran kelenjar tiroid. Hipotiroidism
juga dapat dikaitkan dengan pembesaran tiroid, yang dihasilkan dari
infiltrasi limfositik seperti pada penyakit Hashimoto atau kekurangan
iodium diet (Cunningham, 2003).
17
2. Sekunder Hipotiroidism
Hipotiridism sekunder ditandai dengan penurunan sekresi TSH dan
kemudian menurun pelepasan hormon tiroid. Ini adalah hasil dari
'gangguan hipofisis anterior hipotalamus dan kadang-kadang dapat
terjadi dalam hubungan dengan kelainan lainnya hormon hipofisis
anterior. Hipotiroidism sekunder adalah bukan karena perubahan pada
tingkat kelenjar tiroid itu sendiri dan secara ketat karena kurangnya
rangsangan dari reseptor TSH karena TSH rilis terganggu.
(Cunningham, 2003).
2.2.5 Gejala klinis
Adanya tremor, kelainan mata yang non infiltratif atau yang infiltratif,
berat badan menurun tanpa diketahui sebabnya, miksedema lokal, miopati
dan onikolisis. Semua keadaan ini tidak pernah terjadi pada kehamilan
normal. Bila nadi istirahat lebih dari 100 kali permenit dan tidak melambat
dengan perasat Valsalva, hal ini memberi kemungkinan kuat adanya
hipertiropidisme (Niebyl, 2010).
Pasien-pasien dengan hipertiroidisme hamil dapat mengalami
hiperemesis gravidarum yang hanya dapat diatasi dengan obat-obat anti
tiroid.
• Susah tidur
• Mata terlihat melotot
• Berat badan turun
• Nyeri pada sendi
• Gemetar atau tremor
18
• Gugup
• Selalu merasa kepanasan
• Banyak keluar keringat
• Takikardi (Niebyl, 2010).
2.2.6 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid
membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan
banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel,
sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar
daripada normal (Price, 1995).
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada
sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah
antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama
dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun,
sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
19
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior (Price, 1995).
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada
kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar (Price, 1995).
2.2.7 Pengobatan
Secara umum, terdapat beberapa modalitas pengobatan hipertiroid
antara lain pendekatan farmakologis, pembedahan, dan juga iodin
radioaktif, masing-masing dengan risiko terhadap kehamilan . Pada kondisi
hamil, pengobatan iodin radioaktif secara langsung merupakan
kontraindikasi karena meningkatkan risiko abortus spontan, kematian janin
20
intra uterin, hipotiroid dan retardasi mental pada neonates (Meczekalski &
Czyzyk, 2009).
Pada ibu hamil, PTU masih merupakan obat pilihan utama yang
direkomendasikan oleh banyak penulis dan pedoman dianggap lebih baik
karena lebih sedikit melewati plasenta dibandingkan methimazole. Tetapi
telah terbukti efektivitas kedua obat dan waktu rata-rata yang diperlukan
untuk normalisasi fungsi tiroid sebenarnya sama (sekitar 2 bulan), begitu
juga kemampuan melalui plasenta. Penggunaan methimazole pada ibu
hamil berhubungan dengan sindrom teratogenik ‘embriopati metimazole’
yang ditandai dengan atresi esofagus atau koanal; anomali janin yang
membutuhkan pembedahan mayor lebih sering berkaitan dengan
penggunaan methimazole, sebaliknya tidak ada data hubungan antara
anomali kongenital dengan penggunaan PTU selama kehamilan. Namun
kadang methimazole tetap harus diberikan karena satu-satunya pengobatan
anti tiroid yang tersedia. Jika kondisi hipertiroid sudah berkurang, dosis
obat anti tiroid juga harus diturunkan untuk mencegah hipotiroid pada
janin. Pada trimester ketiga, hampir 30% ibu dapat menghentikan
pengobatan anti tiroid dan mempertahankan status eutiroid. Bagi ibu
menyusui, kedua jenis obat anti tiroid dinilai aman karena konsentrasinya
rendah di dalam air susu. Bayi yang menyusui ibu pengkonsumsi obat anti
tiroid memiliki perkembangan dan fungsi intelektual yang normal (Cooper,
2005).
Obat-obat golongan beta bloker untuk mengurangi gejala akut
hipertiroid dinilai aman dan efektif pada usia gestasi lanjut, pernah
21
dilaporkan memberikan efek buruk bagi janin bila diberikan pada awal atau
pertengahan gestasi. Propanolol pada kehamilan akhir dapat menyebabkan
hipoglikemia pada neonatus, apnea, dan bradikardia yang biasanya bersifat
transien dan tidak lebih dari 48 jam. Propanolol sebaiknya dibatasi
sesingkat mungkin dan dalam dosis rendah (10-15 mg per
hari).2,10,13Indikasi pembedahan adalah dibutuhkannya obat anti tiroid
dosis besar (PTU >450 mg atau methimazole >300 mg), timbul efek
samping serius penggunaan obat anti tiroid, struma yang menimbulkan
gejala disfagia atau obstruksi jalan napas, dan tidak dapat memenuhi terapi
medis (misalnya pada pasien gangguan jiwa) (Meczekalski & Czyzyk,
2009).
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hormon tiroid berfungsi mengatur aktivitas metabolik dan seluler,
memelihara keseimbangan hormon tiroid dalam batas normal selama
kehamilan sangat penting untuk mencegah dampak buruk. Hipotiroid selama
kehamilan walaupun ringan dapat menurunkan fungsi intelektual anak.
Sedangkan hipertiroid dalam kehamilan dapat meningkatkan angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan janin.
3.2 Saran
Diagnosis hipertiroid dalam kehamilan sulit karena gejala sering tumpang
tindih dengan gejala kehamilan pada umumnya dan pengobatannya lebih
rumit mengingat efek samping dan potensi merugikan janin. Sangat
dianjurkan memeriksa kadar hormon tiroid pada ibu hamil yang memiliki
gejala penyakit tiroid.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abalovich M, Amino N, Barbour LA, Cobin RH, Leslie J, Glinoer D, et al. 2007. Management of Thyroid Dysfunction during Pregnancy and Postpartum. J. Endocrinol. Metabolism. 92(8): S1-S47.
Barbara C, Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan).Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung.
Baradero, Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta : EGC.
Colborn T. 2004. Neurodevelopmental and Endocrine Disruption. Environmental Health Perspective, 112:944-949
Corwin E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Cooper DS. 2005. Antithyroid Drugs. Review Article. N Engl J Med, 352:905-917.
Cunningham FG, MacbDnald PC, Gant NF. 2003. Williams Manual of Obstetrics, 21 ed. New York: Mcgraw Hill Med.Pub.biv: 585-586.
Dimitry Garry. Penyakit Tiroid pada Kehamilan. Rumah Sakit Umum Daerah Menggala. (http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_206Penyakit%20Tiroid%20pada%20Kehamilan.pdfDiunduh pada 9 januari 2014 pukul : 23.51).
Girling J. 2004. Thyroid Disease in Pregnancy. Royal College of Obstetrician and Gynecologist. 10:237-243.
Haldiman M, Alt A, Blanc A, Blondeau K. 2004. Iodine Content of Food Groups:descriptive statistics and analysis variance. Swiss Federal Offi ce of Pubic Health.
Krassas GE, Poppe K, Glinoer D. 2010. Thyroid Function and Human Reproductive Health. Endocrine Rev. 31:702-755.
Lazarus JH. 2002. Epidemiology and Prevention of Thyroid Disease in Pregnancy. Thyroid, 12: 861-865.
Meczekalski B, Czyzyk A. 2009. Hyperthyroidism in Pregnancy: Diagnosis and Management. Arch. Perinatal Med, 15(3):127-135.
Niebyl JR. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy: Clinical Practice. N Engl J Med, 363:1544-1550.
Price SA, Wilson LM. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Klinis Penyakit Edisi, Bagian 2. Jakata: EGC.