makalah penelitian laboratorium sudah jadi
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
‘PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI
SAMARINDA’
Disusun Oleh :
M.Miftahul Muttaqin
1205025016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
1
PROPOSAL PENELITIAN
‘PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI
SAMARINDA’
Disusun Oleh :
M.Miftahul Muttaqin
1205025016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
2
HALAMAN PENGESAHAN
JudulPenelitian : PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG
SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN
PADA AIR PDAM DI SAMARINDA
NamaMahasiswa : M.MIFTAHUL MUTTAQIN
NIM : 1205025016
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Kimia
Samarinda, 17 Januari 2016
DosenPembimbing Mahasiswa
Mufflihah , S.Pd, M.Si M.MIFTAHUL MUTTAQIN
NIP. 19680428 199403 2 002 NIM. 1205025016
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Pemberian Limbah Tongkol
Jagung Sebagai Adsorben Terhadap Kadar Klorin Pada Air PDAM di Samarinda.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai
pada mata kuliah Penelitian laboratorium pada Fakultas Keguruan Program Studi
Pendidikan kimia Universitas Mulawarman.
Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
sempurna,untuk itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi
kesempurnaan karya ilmiah yang akan datang. Penyusun berharap semoga karya
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Samarinda, 17 November 2015
Penyusun
4
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................. 6
B. Rumusan Masalah............................................................................7
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian........................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 8
A. Jagung.............................................................................................. 8
B. Klorin............................................................................................... 9
C. Adsorben..........................................................................................10
D. Hipotesis...........................................................................................12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 13
A. Definisi Konsepsional.......................................................................14
B. Definisi Operasional..........................................................................14
C. Variabel Penelitian............................................................................15
D. Populasi.............................................................................................16
E. Sampel...............................................................................................17
F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan........................................................18
G. Rancangan Penelitian........................................................................19
H. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................19
I. Teknik Analisis..................................................................................20
J. Prosedur Kerja...................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................22
A. Hasil Penelitian..................................................................................22
B. Pembahasan........................................................................................23
BAB V KESIMPULAN...................................................................................... 28
5
A. Kesimpulan.........................................................................................28
B. Saran………………………………………………………………...28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....30
LAMPIRAN – LAMPIRAN…………………………………………….31
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai hasil dari limbah pertanian yang memiliki kadar selulosa tinggi
dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alternatif, salah satunya adalah
adsorben dari limbah tongkol jagung, dimana tongkol jagung kering biasanya
menjadi limbah dan dibakar di halaman atau dibuang ditempat sampah
setelah diambil buah jagungnya yang tentunya mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Keadaan ini menjadi motivasi untuk memproduksi bahan yang
bernilai tambah dari limbah tongkol jagung yaitu sebagai adsorben alternatif
untuk mengurangi kadar klorin pada air PDAM Di Samarinda.
Melihat pentingnya pemakaian karbon aktif dalam industri sebagai
adsorben dan harganya cukup mahal, maka sebagai adsroben alternatif
dimanfaatkanlah limbah batang jagung. Penelitian ini adalah tentang
pemanfaatan limbah batang jagung sebagai adsorben alternatif pada
pengurangan kadar klorin dalam air PDAM Di Samarinda. Digunakan sampel
air PDAM karena air ini mudah diperoleh dan banyak masyarakat yang
menggunakan air ini untuk semua kebutuhan sehari – hari. Walaupun kadar
klorin pada air PDAM telah memenuhi standar batas aman klorin yang telah
ditetapkan oleh pemerintah akan tetapi klorin yang masih ada sedikit (sisa
klor) pada air PDAM dapat menimbulkan masalah apabila digunakan secara
tidak tepat seperti digunakan sebagai air shower dalam keadaan panas, air
untuk ikan hidup dan menyiram tumbuh –tumbuhan yang dapat merusak
lingkungan karena klor dapat bereaksi dengan senyawa – senyawa organik.
Metode pembuatan adsorben yang digunakan adalah metode aktivasi kimiawi
dengan aktivator asam sulfat (H2SO4). Penelitian mengenai adsorben
alternatif sebelumnya telah banyak dilakukan, namun dengan bahan adsorben
yang berbeda. Apabila percobaan yang dilakukan ini berhasil diharapkan
dapat memberikan dampak positif teruma bagi praktikan dan juga
7
masyarakat. Karena dengan adanya adsorben alternatif yang diperoleh dari
limbah rumah tangga yaitu tongkol jagung diharapkan dapat membantu
masyarakat untuk dapat hidup lebih sehat dengan menggunakan air yang
bebas dari klorin. Permasalahan pokok yang akan dijawab dalam penelitian
ini adalah mampukah adsorben dari batang jagung mengurangi kadar klorin
yang terdapat dalam air PDAM Di Samarinda. Bedasarkan pengalaman dan
data yang kami peroleh membuat kami termotivasi untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh pemberian limbah tongkol jagung sebagai
adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam
makalah ini adalah Apakah ada pengaruh pemberian limbah tongkol jagung
sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda.
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pemeberian
limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM
di Samarinda.
D. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan ekstrak
tongkol jagung sebagai salah satu bahan alternatif unutuk mengurangi
kadar klorin pada air PDAM.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa limbah tongkol jagung
dapat mengurangi kadar klorin dalam air PDAM.
3. Membantu masyarakat untuk membuat air dari PDAM yang bebas dari
klorin yang digunakan dalam keperluan tertentu.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jagung
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana
bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa
kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan
lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung
maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai
produk industri. Beberapa di antaranya adalah bioenergi, industri kimia,
kosmetika, dan farmasi.
Gambar 2.1 Tongkol Jagung
Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang
menarik, khususnya di bidang genetika, fisiologi, dan pemupukan. Sejak awal
abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif.
Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien
memanfaatkan sinar matahari. Sebagian jagung juga merupakan tanaman hari
pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah
panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada
endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh
9
bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran
amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh
patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan.
Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi
mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Tabel 2.1 Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
No Unsur Kadar/
1 Kalori 355 Kalori
2 Protein 9,2 gram
3 Lemak 3,9 gram
4 Kabohidrat 73,7 gram
5 Kalsium 10 mg
6 Fosfor 256 mg
7 Ferrum 2,4 mg
8 Vitamin A 510 SI
9 Vitamin B1 0,38 mg
10 Air 12 gr
Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat
yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari.
B. Klorin
Dalam kimia organik, klorin adalah sebuah cincin aromatik heterosiklik
yang terdiri dari tiga pirola dan satu pirolina yang bergandengan melalui empat
tautan metina. Tidak seperti porfirin, klorin tidak bersifat aromatik pada
keseluruhan cincin walaupun memiliki komponen pirola yang aromatik.
10
Klorin yang berikatan dengan magnesium disebut klorofil dan merupakan
inti pigmen fotosensitif kloroplas. Senyawa terkait dengan dua pirola yang
tereduksi disebut bakterioklorin.
Oleh karena fotosensitivitasnya, klorin digunakan sebagai agen fotosensitif
pada terapi percobaan laser kanker.
Klorin atau chlorine atau yang kita kenal dengan nama kaporit merupakan
bahan utama yang digunakan dalam proses khlorinasi. Sudah umum pula
bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam proses penghilangan kuman
penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang akan kita gunakan.
Sebenarnya proses khlorinasi tersebut sangat efektif untuk menghilangkan
kuman penyakit terutama bila kita menggunakan air ledeng. Tetapi dibalik
kefektifannya itu klorin juga bisa berbahaya bagi kesehatan kita.
Gambar 2.2 Klorin
Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung
klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung
kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat
menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf
tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat
mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada
binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Fakta yang
lebih mengejutkan adalah bahwa efek negatif kaporit terhadap tubuh manusia
sebanyak 70% bukan masuk melalui air yang diminum, melainkan dari uap
klor (kloroform) dalam kaporit yang terhirup saat mandi, ditambah dengan
11
penyerapan kaporit melalui kulit. Hal ini terutama saat mandi dengan air
hangat.
Klorin biasanya terkandung pada air ledeng (PAM). Klorin ini akan masuk
bersama air ledeng (PAM) yang digunakan pada saat penggantian air atau
penataan ulang akuarium secara keseluruhan (new setup). Tingkat klorin diatas
0.02 mg/l (ppm) akan menyebabkan membran sisi insang (mucous membranes)
ikan merasa terbakar dan berwarna merah. Klorin juga dapat mengganggu
kerja bakteri pengurai yang menguntungkan pada saat mengurai polutan pada
filter, bahkan dapat mematikan bakteri ini.
Air ledeng. Oleh PDAM pada saat “pembuatan” air ledeng umumnya
menggunakan air permukaan, yang umumnya akan lebih banyak mengandung
kuman atau mikroorganisme merugikan daripada bila dibandingkan dengan air
sumur. Campuran khlorin yang berlebihan tentunya akan dapat sampai ke kita
dan akan masuk ke dalam tubuh jika kita meminum air yang mengandung
khlorin tersebut.
Septik tank atau air pembuangan limbah rumah tangga. Ketika
menggunakan pembersih atau pencuci yang mengandung khlorin, bisa jadi air
pembuangan hasil cucian tersebut kemudian meresap ke dalam tanah dan
mencemari sumur yang merupakan sumber air bersih rumah tangga.
Pembuangan Air Kolam Renang. Kolam renang umumnya menggunakan
khlorin sebagai “penjernih” dari mikroorganisme yang ada dalam air. Air
buangan dari kolam renang ini juga bisa saja mencemari sumur air bersih
warga sekitarnya. Berdasarkan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990,
tentangbatas minimum diperbolehkan penggunaan klorin dalam air renang
yaitu sebanyak 0,2 mg/L dan batas maksimum 0,5 mg/L, sedangkan
persyaratan batas klorin untuk air minum menurut KepMenKes
No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu maksimum 5 mg/L (ppm) serta
pengelola air minum dengan sistem perpipaan wajib mengadakanpengawasan
internal terhadap kualitas air yang diproduksinya, misalnya pemeriksaan sisa
klor yang dilakukan minimal satu kali sehari untuk memastikan efisiensi proses
klorinasi sebelum didistribusikan. Zat klorin jika bereaksi dengan senyawa
12
organik akan membentuk suatu senyawa bersifat toksik seperti dioksin.
Dioksin adalah senyawa organik yang sukar terdegradasi dan konsentrasinya
akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena adanya proses
biomagnifikasi sehingga akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti
kanker. (Pudjianto,1984)
C. Adsorben
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu
dari suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan – bahan yang sangat
berpori dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau
pada letak – letak tertentu didalam partikel itu. Oleh karena pori – pori
biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalam menjadi beberapa orde
besaran lebih besar daripada permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g.
Adsorben yang digunakan secara komersial dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok polar dan non polar
1. Adsorben polar disebut juga hydrophilic
2. Adsorben non polar disebut juga hydrophobic
Menurut IUPAC (Internationl Union of Pure and Applied Chemical) ada
beberapa klasifikasi pori yaitu :
a. Mikropori : diameter < 2 nm
b. Mesopori : diameter 2 – 50 nm
c. Makropori : diameter > 50 nm.
Bahan baku pembuatan karbon aktif diperoleh dari darah, daging dan
tulang hewan. Dari tumbuh – tumbuhan misalnya kayu, kayu lunak, batang
jagung, lumut laut, kulit buah kapas, jerami, biji buah – buahan, kulit buah
pala, limbah penyulingan tumbuh – tumbuhan dan lain sebagainya.
Untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia
terikat tersedia analisa-analisa khusus. Namun untuk praktikum biasa hanya
klor aktif (residu) ditentukan melalui suatu analisa; klor tersedia bebas dan klor
tersedia terikat didapatkan melalui grafik klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat
13
dianalisa melalui titrasi iodometri atau melalui titrasi klorimetri dengan DPD.
Analisa iodometri agak sederhana dan murah tetapi tidak sepeka metode DPD.
Selain metode diatas yang digunakan di laboratorium juga ada metode
kasar yang digunakan dilapangan, yaitu memakai alat komparator dengan
ortotolidin.
Klor aktif akan membebaskan iodin I2 dari kalium Iodida (KI) jika pH < 8
(terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai dengan reaksi berikut,
OCl- + 2 KI + 2 HAs I2 + 2 KAs +Cl- + 2 H2O
NH2Cl + 2 KI + 2 HAs I2 + KAs + KCl + NH4As
I2 + Kanji Warna Biru
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
Sebagai indikator digunakan kanji yang merubah warna sesuatu larutan
yang mengandung iodin menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif,
iodin yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan
standard natriumtiosulfat sesuai reaksi diatas. Titik akhir titrasi dinyatakan
dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik (HAs) CH3COOH harus
digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
Adsorbsi adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu
fluida berpindah kepermukaan zat padat yang menyerap (adsorben).
Teknik aktivasi yang terutama digunakan oleh operasi – operasi komersial
adalah dengan teknik aktivasi kimia (chemical activation) dan teknik karbonasi
(steam activation). Sebagai mana sebutannya, aktivasi kimia biasanya
digunakan pada bahan-bahan yang berupa gambut dan bahan – bahan berbahan
dasar kayu. Bahan dasar direaksikan dengan dehydrating agent, berupa pospor
pentoksida (P2O5) atau besi klorida (ZnCl2) yang dicampurkan dalam bentuk
pasta lalu dipanaskan pada temperature tingga yaitu sekita 500-800 oC untuk
mengaktivasi karbon. Hasil karbon yang telah diaktivasi kemudian dicuci,
dikeringkan dan digiling sesuai ukuran yang dinginkan. Karbon aktif yang di
produksi dengan teknik aktivasi ini umumnya memiliki pori-pori yang luas dan
sangat ideal untuk menyerap bahan – bahan dengan molekul yang besar.
14
Teknik karbonasi (steam activation) umumnya digunakan untuk
mengaktivasi batu bara dan cangkang kelapa. Aktivasi dilakukan pada
temperatur 800 - 1100 oC dengan mengalirkan uap panas jenuh. Reaksi yang
terjadi berupa :
C + H2O H2 + CO + 175440 kJ/kgmol
Reaksi yang berlangsung adalah reaksi endotermik akan tetapi temperatur
dipertahankan dengan pembakaran CO dan H2 yang diproduksi.
2 CO + O2 2 CO2 - 393790 kJ/kgmol
2 H2 + O2 H2O – 396650 kJ/kgmol
Karbon aktif yang dihasilkan dengan teknik ini memiliki pori – pori yang
cukup baik dan ideal digunakan untuk mengadsorbsi komponen-komponen
berfase cair maupun uap.
Daya adsorbsi dari karbon aktif dapat ditetapkan dengan menggunakan
adsorbsi isotherm. Adsorbsi isotherm adalah sebuah
Persamaan yang menghubungkan antara padatan yang akan diadsorbsi
dengan adsorben.
Parameter yang dapat menunjukkan kualitas arang aktif adalah daya adsorbsi
arang aktif terhadap larutan Iod. Daya adsorbsi arang aktif terhadap iod
memiliki korelasi dengan luas permukaan arang aktif. Dimana semakin besar
angka iod maka semakin besar kemampuan dalam mengadsorbsi adsorbat atau
zat terlarut . Salah satu metode yang digunakan dalam analisis daya adsorbsi
arang aktif terhadap iod adalah dengan metode titrasi iodometri. Kereaktifan
dari arang aktif dapat dilihat dari kemampuannya mengadsorbsi substrat. Daya
adsorbsi tersebut dapat ditunjukkan dengan besarnya angka iod (iodin number)
yaitu angka yang menunjukkan seberapa besar adsorben dapat mengadsorbsi
iod. Semakin besar nilai angka iod maka semakin besar pula daya adsorbsi dari
adsorben. Daya serap karbon terbagi 2 yaitu :
a. Daya serap fisika (adsorbsi fisika)
Biasanya melibatkan perubahan energi yang lebih kecil (ikatan lemah)
Contoh : adsorbsi N2 pada karbon melepas ± 5000 kal/mol
b. Daya serap kimia (adsorbsi kimia)
15
Pada suhu tinggi atom C bergabung dengan O2 membentuk CO dan CO2.
D. Hipotesis
Terdapat pengaruh pemberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben
terhadap kadar klorin pada air PDAM Di Samarinda yaitu dapat mengurangi
kadar klorin hingga 97%.
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Konsepsional
Beberapa definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah :
1.Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk
menempel. (Baco, D dan Tandiabang, J. 1988)
2.Air PDAM adalah air olahan yang dibuat dari air yang tidak layak konsumsi
menjadi layak konsumsi dengan menambahkan beberapa bahan kimia dalam
poses pembuatannya seperti kaporit. (Pudjianto,1984)
B. Definisi Operasional
1. Iodometri adalah titrasi redoks yang melibatkan titrasi iodin yang diproduksi
dalam reaksi dengan larutan standar tiosulfat.
2. Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus
kimia Ca(Cl O )2. Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air.
Senyawa ini relatif stabil dan memiliki klorin bebas yang lebih banyak dari
pada natrium hipoklorit (cairan pemutih)
3. Selulosa merupakan senyawa organik dengan rumus (C6H10O5)n,
sebuah polisakarida yang terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus hingga
lebih dari sepuluh ribu ikatan β(1→4) unit D-glukosa. (Kardinan, A. 2005)
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu batang jagung
(Y) dan variabel terikat yaitu klorin (X).
D. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah air PDAM Tirta Kencana di Samarinda.
17
E. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah air PDAM Tirta Kencana di Jl.Tirta Kencan
no.1 Samarinda.
F. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi kehutanan
Universitas Mulawarman Samarinda pada bulan November 2015 sampai bulan
Desember 2015.
G. Rancangan Penelitian
1. Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang digunakan pada penilitian ini adalah
penelitian kuantitatif deskriptif
2. Bagan kerja
18
Batang Jagung
DiKeringkan
Dipotong kecil - kecil
Dibelender
Disaring Diperoleh Bubuk Tongkol Jagung
Gambar 3.1 Bagan pembuatan adsorben
Gambar 3.2 Penentuan volume Blanko
19
Penyiapan sampel Air PDAM 10 ml
Penambahan 1gramSerbuk Batang jagung
Penambahan padatan 0,5 gram KI
Aquades
Tambahkan 0,5 gram KI
Tambahkan 2 ml asam sulfat pekat
Dititrasi dengan NA2S2O3
Ditambahkan indikator kanji Dihitung volume larutan blanko
Gambar 3.3 Penentuan kadar klorin sebelum dan sesudah penambahan adsorben
H. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan
Air PDAM Samarinda, Amilum, Tongkol jagung, Larutan Na2S2O3 0,2
N, Padatan KI, Larutan asam sulfat pekat 96-97 % dan Aquades.
20
Penambahan Padatan 0,5 gram KI
Dititrasi dengan NA2S2O3
Penambahan 2 ml Asam Sulfat pekat
Ditambah indikator kanji
Menghitung Kadar Klorin
Penambahan 2 ml Asam sulfat pekat
Dititrasi dengan NA2S2O3
Penambahan indikator kanji
2. Alat
Blender, Kertas saring, Saringan, Labu erlenmeyer, Gelas ukur 100 ml,
Wadah plastik diameter 6 cm, Wadah dengan diameter 25 cm dan tinggi
30 cm, Gelas kimia, Timbangan, Pipet volume 2 ml, Buret 50 ml dan
Magnet stirrer.
I. Teknik analisis
Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan analisis
penelitian secara iodometri.
Dengan menggunkan persamaan :
=
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
J. Prosedur Kerja
1. Pembuatan bahan adsorben batang jagung
a. Batang jagung dikeringkan kemudian di potong kecil – kecil (± 0.5
cm),
b. Dibelender batang jagung tadi kemudian di saring dengan saringan
tepung untuk menghilangkan kotoran dan didapatkan serbuk tongkol
jagung
c. Keringkan pada suhu ruang
2. Penentuan volume Na2S2O3 pada larutan blanko
a. Pipet 10 ml aquades dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
b. Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
21
c. Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5
menit
d. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
e. Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi
hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
3. Penentuan kadar klorin sebelum penambahan adsorben
a. Pipet 10 ml larutan air PDAM dan masukan kedalam labu erlenmeyer
250 ml
b. Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
c. Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5
menit
d. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
e. Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi
hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
f. Penentuan klor aktif sebagai mg Cl2/l :
=
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
4. penentuan kadar klorin setelah penambahan adsorben
a. Diambil 1 gram adsorben kemudian masukkan kedalam gelas kimia
dan ditambahkan 20 ml air PDAM. Aduk dan diamkam beberapa saat
b. Disaring campuran tadi dengan kertas saring
c. Hasil saringan ditempatkan di gelas kimia yang lain
d. Pipet 10 ml larutan air PDAM sudah di campur dengan adsorben dan
masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
e. Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
22
f. Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5
menit
g. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
h. Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi
hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
i. Penentuan klor aktif sebagai mg Cl2/l :
=
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 N untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian pengaruh pemeberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben
terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda. Setelah dilakukan analisa
dan perhitungan kadar klorin, ternyata limbah tongkol jagung dapat
mengurangi atau menurunkan kadar klorin pada air PDAM di Samarinda
Perlakuan sampel
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4 (ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N blanko (ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N (ml) sampel
Kadar klorin(mg/L)
Massa adsorben (gram)
Sebelum penambahan adsorben
97% 2 ml 0.5 gram 10 ml 0.05 ml 0.05 ml 0.075 mg/L -
Sesudah penambahan adsorben
97% 2 ml 0.5 Gram 10 ml 0.05 ml 0.1 ml 0.035 mg/L 1 gram
Dari data diatas kita dapat mengatakan bahwa limbah tongkol jagung
dapat menurunkan kadar klorin dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075
mg/L kadar klorin sebelum penambahan menjadi 0.035 mg/L kadar klorin
setelah penambahan adsorben dengan persentase penurunan kadar sebesar 40%
atau 0.04 mg/L.
B. Pembahasan
Kadar klorida pada air air minum harus memenuhi persyaratan kualitas air
minum sesuai dengan persyaratan batas klorin untuk air minum yaitu menurut
KepMenKes No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu maksimum 5 mg/L
(ppm). Sumber klorida dalam air berasal dari mineral yang ada dalam tanah,
24
baik itu tanah penutup (top soil) atau mineral dalam batuan di dalam tanah.
Selain itu sumber klorida lainnyadapat berasal dari air limbah domestik atau
air urine manusia dan juga dapat berasal dari air laut yang terbawa oleh air
hujan.
Dalam percobaan ini, untuk menentukan kadar Klorida yang terkandung
dalam suatu sampel adalah dengan cara Titrasi iodometri. Prinsipnya Larutan
Na2S2O3 sebagai larutan standar pada penentuan kadar sampel ( klorin)
distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan KI sebagai larutan baku primer
dengan penambahan KI dan Asam sulfat,pada titrasi ini digunakan amilum
sebagai indikikator untuk mengetahui titik akhir titrasi. Kemudian sejumlah
sampel yang akan diketahui kadar khlorin di titrasi dengan Larutan Na2S2O3
sebagai larutan standar dan sebelumnya sampel ditambahkan padatan KI dan
asam sulfat 0.2N. Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator
amilum.Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna kuning muda sesaat
setelah penambahan indikator amilum menjadi biru tua.
Percobaan pertama yaitu untuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan
blanko yang nantinya digunakan sebagai faktor pengurang untuk menentukan
kadar Cl2 dalam sampel. Aquades diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia 100 ml. Kemudian langsung ditambahkan padatan KI 0.5
gram dan asam sulfat pekat 2 ml. Fungsi dari KI adalah untuk memperbesar
kelarutan I2 yang sukar larut dalam air sedangkan asam sulfat pekat berfungsi
untuk memberikan suasana asam karena memiliki keasaman yang rendah.
Reaksi yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Kemudian diamkan selama 5 menit agar dapat bereaksi dengan sempurna
dan diaduk dengan magnet stirer selanjutnya dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2
N hingga bewarna kuning gading. Reaksi yang terjadi :
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Selanjutnya ditambahkan amilum sampai bewarna biru tua. Penambahan
amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar
amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar
25
dititrasi untuk kembali ke senyawa semula dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3
0,2 N hingga tidak bewarna. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas
perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh :
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4 (ml) Massa KI (gram) Volume sampel
(ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N blanko (ml)
97% 2 ml 0.5 Gram 10 ml 0.05 ml
Percobaan kedua yaitu untuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan
sampel sebelum penambahan limbah yang nantinya digunakan sebagai faktor
pembeda untuk menentukan kadar Cl2 dalam sampel. Air PDAM di Samarinda
diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml.
Kemudian langsung ditambahkan padatan KI 0.5 gram dan asam sulfat pekat 2
ml. Diamkan selama 5 menit agar dapat bereaksi secara sempurna dan diaduk
dengan magnet stirer. Fungsi dari KI adalah untuk memperbesar kelarutan I2
yang sukar larut dalam air sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk
memberikan suasana asam karena memiliki keasaman yang rendah. Reaksi
yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Kemudian diamkan selama 5 menit dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,2 N hingga
bewarna kuning gading. Reaksi yang terjadi :
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Selanjutnya ditambahkan amilum sampai bewarna biru tua. Penambahan
amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar
amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar
dititrasi untuk kembali ke senyawa semula dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3
0,2 N hingga tidak bewarna. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas
perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh :
26
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4
(ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N blanko (ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N (ml) sampel
Kadar klorin(mg/L)
97% 2 ml 0.5 Gram 10 ml 0.05 ml 0.157 ml 0.075 mg/L
Dari data yang diperoleh kemudian dihitung kadar klorin pada sampel dimana
untuk normalitas Na2S4O6 sebesar 0,2 N dan siperoleh kadar klorin sebesar
0.075 mg/L.
Percobaan ketiga yaitu untuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan
sampel ketika penambahan limbah tongkol jagung, yang nantinya digunakan
sebagai faktor pembeda untuk menentukan kadar Cl2 dalam sampel. Langkah
awal yaitu membuat bahan adsorben dari tongkol jagung dimana tongkol
jagung dikeringkan kemudian di potong kecil – kecil (± 0.5 cm), Selanjutnya
dibelender tongkol jagung tadi kemudian disaring dengan saringan tepung
untuk menghilangkan kotoran sehingga diperoleh serbuk tongkol jagung.
Selanjutnya proses penitrasianuntuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan
sampel ketika penambahan limbah tongkol jagung.
Air PDAM di Samarinda diambil 20 mL kemudian dimasukkan ke dalam
gelas kimia 100 ml dan ditambahkan adsorben serbuk tongkol jagung.
Diamkan selama 5 menit agar adsorben dapat menyerap klorin dengan
sempurna. Selanjutnya disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh filtrat.
Selnjutnya diambil filratnya sebanyak 10 ml dan dimasukan kedalam gelas
kimia 100 ml. Kemudian langsung ditambahkan padatan KI 0.5 gram dan
asam sulfat pekat 2 ml. Fungsi dari KI adalah untuk memperbesar kelarutan I2
yang sukar larut dalam air sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk
memberikan suasana asam karena memiliki keasaman yang rendah. Reaksi
yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Kemudian diamkan selama 5 menit dan diaduk menggunakan magnet stirer
selanjutnya dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2 N hingga bewarna kuning gading.
Reaksi yang terjadi :
27
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Selanjutnya ditambahkan amilum sampai bewarna biru tua dan dititrasi lagi
dengan Na2S2O3 0,2 N hingga tidak bewarna.
Dari hasil percobaan diperoleh :
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4 (ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N blanko (ml)
VolumeNa2S2O3 0,2 N (ml) sampel
Kadar klorin(mg/L)
Massa adsorben (gram)
97% 2 ml 0.5 Gram 10 ml 0.05 ml 0.1 ml 0.035 mg/L 1 gram
Dari data yang diperoleh kemudian dihitung kadar klorin pada sampel
dimana untuk normalitas Na2S4O6 sebesar 0,2 N dan siperoleh kadar klorin
sebesar 0.035 mg/L. Parameter yang dapat menunjukkan kualitas karbon aktif
adalah daya adsorbsi terhadap larutan klorin. Semakin besar bilangan iodnya
semakin besar kemampuan dalam mengadsorbsi adsorbat atau zat terlarut.
Hasil dari penentuan kadar klorin diperoleh bahwa kadar klorin sebelum
penambahan adsorben adalah 0.075 mg/L sedangkan setelah penambahan
adsorben diperoleh kadar sebesar 0.035 mg/L. Hal ini menunjukan terjadinya
penurunan kadar klorin sebelum dan sesudah penambahan adsorben.
Bedasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa adsorben tongkol jagung
dapat mengurangi kadar klorin air PDAM di Samarinda yaitu sebesar 0.04
mg/L atau 40%. Dengan kadar 0.035 mg/l hal ini jauh dibawah batas aman
kadar klorida yang dianjurkan oleh SNI. Sehingga tongkol jagung ini bisa
digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi kadar klorin pada air olahan
sehinga dapat membantu masyarakat untuk hidup sehat dengan harga yang
murah.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
28
1. Penambahan adsorben tongkol jagung dapat menurunkan kadar klorin
dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075 mg/L sebelum
penambahan menjadi 0.035 mg/L setelah penambahan adsorben
dengan persentase penurunan kadar sebesar 40% atau 0.04 mg/L.
B. Saran
1. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variasi berat
adsoreben tongkol jagung.
2. Sebaiknya dilakukan juga variasi besar partikel adsoreben dari tongkol
jagung yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arip N, Yofi Kurniawan, Adi Anggoro. 2007. Pestisida Alami Dari Ricine Pada
Buah Jarak. http//www. Kemahasiswaan its. Ac.id files/
29
pkmi % 202006% 20ITS%20 Arip. Diakses tanggal 27 Juni
2014.
Baco, D dan Tandiabang, J. 1988. Hama Utama Jagung dan Pengendaliaannya.
Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Dadang. 1999. Sumber Insektisida Alami. Bahan Pelatihan Pengembangan Dan
Pemanfaatan Insektisida Alami. Institut Pertanian Bogor.
Desi, A. 2007. Pemanfaatan Biji Bengkuang sebagai Insektisida
Alami.http//www. Pkm.dikti. net/pkmi award 2006/pdf/pkmi 06
068.pdf. Diakses tanggal 27 Juni 2014.
Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Pudjianto, Edi Wahyu. 1984.Analisa Kualitas Air, Pengendalian dan pemeriksaan sampel Air. PT.Bina Indra Karya: Surabaya Deraan, P.A. PT Ichtiar Baru Von Hoeve. Jakarta.
Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mulyaman, S., Cahyaniati, dan Mustofa, T. 2000. Pengenalan Pestisida Nabati
Tanaman Holtikultura. Direktorat Jenderal Produksi
Holtikultura Dan Aneka Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
30
31