sudah jadi korelasi antara berat lahir dan ibu body composition
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Berat badan lahir merupakan hasil obstetri penting. Berat badan lahir rendah
dan tinggi, keduanya berhubungan dengan meningkatnya komplikasi obstetri dan
neonatal dalam jangka pendek, dan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular dan sindrom metabolik pada saat dewasa.1,2
Penelitian epidemiologi telah mengaitkan berat lahir dengan komposisi
tubuh ibu pada ibu obesitas dilaporkan berhubungan dengan peningkatan risiko
dari janin makrosomia dan neonatal adipositas.2,3 Dalam sebuah laporan dari
Institute of Medicine, kenaikan berat badan saat kehamilan berhubungan dengan
kekurangan maupun kelebihan pertumbuhan janin intrauterin.4 Kekhawatiran
mengenai pengaruh kenaikan tingkat obesitas ibu pada pertumbuhan janin
intrauterine dipimpin oleh Institute pada tahun 2009 untuk mempublikasikan
revisi dari pedoman yang merekomendasikan tingkat yang lebih rendah dari berat
kehamilan untuk perempuan obesitas.5
Bagaimanapun, bukti yang menghubungkan antara ibu obesitas dengan
berat badan lahir masih diragukan. Ibu obesitas biasanya diklasifikasikan
berdasarkan indeks massa tubuh (BMI, dihitung sebagai berat (kg) / [tinggi (m)]
2) sebesar 30 atau lebih. Kebanyakan penelitian epidemiologi berupa retrospektif
dan didasarkan pada pelaporan sendiri dari berat badan dan tinggi badan untuk
menghitung BMI, pelaporan yang salah untuk tingkat obesitas sering
menyebabkan kesalahan dalam mengkategorikan BMI.6-8 Selanjutnya, BMI tidak
mengukur lemak secara langsung, tetapi bertindak sebagai pengganti penanda
adipositas.
Massa lemak dan massa lemak bebas pada orang dewasa dapat diukur
secara langsung menggunakan analisis impedansi bioelectric, yang merupakan
metode yang aman, non-invasif, dan nyaman untuk menentukan komposisi
tubuh.9-12 Kemajuan teknis baru dengan delapan elektroda multifrequency analisis
impedansi bioelectric (analisis impedansi multifrequency bioelectric) berarti
bahwa analisis impedansi bioelectric dapat diterapkan pada sampel dengan jumlah
besar pasien untuk menganalisis komposisi tubuh dan juga untuk menganalisis
2
distribusi massa lemak dan massa lemak bebas tanpa cara lain untuk posisi
telentang.10-12 Kami telah menunjukkan sebelumnya bahwa pada awal kehamilan
penggunaan analisis impedansi bioelektrik multifrekuensi dapat dilakukan dan
direproduksi dan bahwa hal itu berkorelasi kuat dengan klinis dan endokrin dari
adipositas ibu.11-12 Tujuan dari penelitian observasional prospektif ini adalah untuk
memperkirakan apakah massa lemak ibu yang diukur pada trimester pertama
berkorelasi baik dengan berat lahir dari pada massa lemak bebas dan untuk
mengidentifikasi parameter kompososi badan ibu berkorelasi terbaik dengan berat
lahir.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Janin
Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan. Lama kehamilan
berlangsung sampai persalinan aterm adalah 259-293 hari dengan perhitungan
sebagai berikut:
a. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<
259 hari).
b. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.
c. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (>
294 hari).
Ditinjau dari tuanya kehamilan. kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu :
a. Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
b. Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
c. Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu
Dalam trimester pertama organ-organ mulai dibentuk. Trimester kedua
organ telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih
diragukan. Sementara janin yang dilahirkan pada trimester terakhir telah
viable (dapat hidup).
Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan
dibawah 20 minggu disebut abortus (keguguran). Bila hal tersebut terjadi
dibawah 36 minggu disebut partus prematur. Kelahiran dari 38 minggu
sampai 40 minggu disebut partus aterm.
Pertumbuhan janin dibagi menjadi tiga fase pertumbuhan sel yang
berurutan. Fase awal hiperplasia terjadi selama 16 minggu pertama dan
ditandai oleh peningkatan jumlah sel secaracepat. Fase kedua, yang
berlangsung sampai minggu ke-32, meliputi hiperplasia dan hipertropi sel.
Setelah usia gestasi 32 minggu, pertumbuhan janin berlangsung melalui
hipertrofi sel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen
terjadi. Laju pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel
4
ini adalah dari 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-
24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu.
B. Berat Bayi Lahir
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata
berat bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Berat
badan ini tergantung juga dari ras, status ekonomi orang tua, ukuran orang
tua, dan paritas ibu. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
jangka waktu 1 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi menurut berat lahir
adalah :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir < 2500 gram
2. Bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram
3. Bayi berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram
Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir
karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep
berat bayi lahir rendah tidak sama dengan prematuritas karena tidak semua
berat bayi lahir rendah lahir dengan kurang bulan.
Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas.
1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk
masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin
maupun faktor lingkungan.
2. Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan.
Hubungan antara umur kehamilan dengan berat bayi lahir
mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine. Penentuan hubungan ini
akan memperbudah morbiditas dan mortalitas bayi. Menurut hubungan berat
lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan menjadi Sesuai
5
Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa
Kehamilan (BMK).
C. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melaluisuatu
proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktorfaktor yang
dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Internal, yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran,
paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan,
dan penyakit pada saat kehamilan.
2. Faktor Lingkungan Eksternal, yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan
zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir
antara lain sebagai berikut :
a. Usia
Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.
Kehamilan dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi,
2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang
cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan
kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan
sering terjadi komplikasi.
Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan
akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko
tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat
berbahaya. Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti
hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit degeneratif pada
persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan lain kehamilan diatas
6
usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap penyakit seperti diatas
yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan. Dalam proses
persalinan sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan
akibat lemahnya kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang
panggul tengah.
Mengingat bahwa faktor umur memegang peranan penting terhadap
derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya
merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun.
b. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,
kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum
cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan
sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan
kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat
ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.
c. Paritas
Paritas secara luas mencakup gravida/jumlah kehamilan,
prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam
arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas
dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau
lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi
kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering
mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan
letak bayi sungsang ataupun melintang.
d. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi
yang dilahirkan. Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 11 gr/dl. Hal ini jelas menimbulkan gangguan
7
pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat
bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah. Keadaan ini
disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada
placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
e. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Selain itu gizi
ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka pemantauan gizi
ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran antropometri
merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran
antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan
berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama
kehamilan.
Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil
bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama
kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai
10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan
BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan
berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.
Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui
resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang
memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko
melahirkan bayi BBLR. Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui
status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa
kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan
yang ekstrim.
f. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
8
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan
bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui
apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang
dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan.
g. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi
lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit
infeksi TORCH. Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak
sanggup menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah
pankreas tidak cukup produksi insulin/tidak dapat gunakan insulin yang
ada. Akibat dari DM ini banyak macamnya diantaranya adalah bagi ibu
hamil bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, kematian dalam
rahim, bayi mati setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang
dilahirkan terlalu besar, menderita edem dan kelainan pada alat tubuh bayi.
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin
yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena
katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti
jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak
normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak
langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan
serta ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan
dan pengetahuan ibu hamil.
9
D. Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil
Berat badan ideal calon ibu saat akan mulai hamil, yaitu antara 45-65
kg. Wanita yang berat badannya kurang dari 45 kg sebaiknya dinaikkan dulu
sampai 45 kg sebelum hamil. Demikian juga dengan wanita yang berat
badannya lebih dari 65 kg sebaiknya berat badannya diturunkan dulu sampai
65 kg sebelum hamil.
Penambahan berat badan ibu hamil juga dapat dihitung dari Body Mass
Index (BMI). Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB) dapat digunakan
untuk menentukan BMI dalam kg/m2 yang dilakukan pada saat awal
kehamilan. Hasil penghitungan BMI dapat dipakai untuk menentukan
kategori berat seorang wanita.
Wanita dengan obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, distosia
bahu, dan SC, bayi yang dilahirkannya juga dapat mengalami peningkatan
berat badan sehingga potensial menjadi makrosomia. Wanita yang sangat
kurus dengan berat badan < 50 kg meningkatkan risiko bayi berat lahir
rendah.
Kenaikan optimal berat badan wanita hamil adalah 11-16 kg dengan
berat dan tinggi badan rata-rata. Ibu hamil sebaiknya mengupayakan diri
untuk mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi setiap hari dan sebaiknya
menghindari pantang makanan karena setiap kalori sangat berarti bagi
pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan ibu hamil sebaiknya disesuaikan dengan BMI,
seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Berat Badan yang dianjurkan pada masa kehamilan
Profil Pertambahan berat badanBerat badan normal (BMI: 18.5-24.9) 11.5 – 16.0 kg (25 – 35 lb)Berat badan rendah (BMI: <18.5) 12.5 – 18.0 kg (28 – 40 lb)Berusia dibawah 19 tahun 12.5 – 18.0 kg (28 – 40 lb)Kelebihan berat badan (BMI: 25-29.9) 7.0 – 11.5 kg (15 – 25 lb)Obese (BMI: 30-39.9) 6.8 kg (setidaknya 15 lb)Hamil bayi kembar 16.0 – 20.5 kg (35 – 45 lb)
Catatan: Skor BMI berdasarkan Obstetric Evidance Based Guidelines
10
Komposisi penambahan berat badan selama masa kehamilan hampir
seluruhnya terjadi pada dua trimester akhir. Trimester pertama kebanyakan
wanita mengalami kenaikan berat badan sebesar 1-2 kg (2.2–4.4 lb). Berat
badan ini akan meningkat terus secara teratur sekitar 400 g (0.9 lb) per
minggu sampai mencapai 10 lb pada minggu ke-20. Usia kehamilan 30
minggu berat badan wanita bisa mencapai 19 lb dan pada akhir kehamilan
berat badannya mencapai 27 lb.
E. Dampak Kenaikan Berat Badan Selama Masa Kehamilan
Kenaikan berat badan selama kehamilan dapat mempengaruhi beberapa
aspek kesehatan baik ibu maupun janinnya. Kenaikan berat badan ibu selama
kehamilan dapat mempengaruhi berat lahir bayi, bisa saja bayi mengalami
berat badan lahir berlebih (> 4000 gram) atau berat badan lahir rendah (<
2500 gram).
Bayi dengan berat lahir rendah akan menghadapi masalah sehubungan
dengan berat badannya yang kurang, seperti terganggu perkembangan dan
kecerdasan bayi, kesehatan fisik yang juga kurang baik. Sebaliknya juga
dengan bayi yang memiliki berat lahir berlebih dapat menyulitkan pada saat
kehamilan dan terutama pada persalinan.
Ibu hamil dengan berat badan berlebih dapat menyebabkan perdarahan
dan pre-eklampsia. Gejala muncul berasal dari hasil penghitungan BMI
berkategori overweight/ kelebihan berat badan dan kemudian akan disusul
dengan peningkatan tekanan darah, odema pada kaki, bermasalah pada ginjal,
dan akhirnya dapat terjadi pre-eklampsia.
Kenaikan berat badan yang lebihan dan atau dalam durasi yang sangat
cepat memicu munculnya pre-eklampsia atau diabetes. Odema yang terjadi
juga dapat mengganggu pertumbuhan janin karena pengiriman O2 dan nutrisi
kepada janin bisa berkurang sebab ditemukan penyempitan pembuluh darah.
Di akhir kehamilan terjadi resisten insulin meningkat dan masuk ke
dalam tubuh janin bersama dengan makanan. Sebagian besar kenaikan berat
badan selama kehamilan dapat meningkatkan fluksus asam amino ibu,
11
glukosa, asam lemak bebas, dan trigliserida dari ibu ke janin yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara prospektif antara Juli 2008 dan Desember
2011, di sebuah rumah sakit pendidikan universitas besar. Studi ini disetujui oleh
Ethics Committee of the Coombe Women and Infants University Hospital dan
semua peserta memberikan persetujuan tertulis. Kebijakan rumah sakit untuk
menentukan tanggal penentuan scan ultrasound untuk semua perempuan di awal
kehamilan. Wanita yang direkrut setelah konfirmasi hasil ultrasonografi sudah
viable, kehamilan tunggal pada trimester pertama. Untuk menghindari variabel
pengganggu, penelitian ini terbatas pada wanita Kaukasia. Wanita yang dieksklusi
adalah wanita yang usianya dibawah 18 tahun atau yang tidak mampu
memberikan informed consent dan wanita yang memiliki pra - diabetes mellitus.
Tinggi badan diukur dengan menggunakan pengukur dinding badan dinding
digital dengan ketelitian 0,1 cm dengan cara berdiri tegak tanpa alas kaki. Berat
badan diukur secara digital dengan ketelitian 0,1 kg dan berpakaian ringan saat
dilakukan pengukuran. Timbangan diberi kelonggaran 0,5 kg untuk berat pakaian
lalu BMI dihitung. Analisis impedansi bioelektrik dilakukan dengan
menggunakan Tanita MF-180CA pada wanita yang diukur tanpa alas kaki dan
mengenakan pakaian ringan. Analisis impedansi bioelektrik terbagi atas badan,
anggota gerak, bersama dengan analisis seluruh tubuh, yang dapat mewakili
gambaran kondisi pasien.
Rincian klinis dan sosial demografi dicatat dan kemudian sampel
dikembalikan ke tim obstetrik untuk pengelolaan kehamilan dan persalinan.
Rumah sakit memiliki kebijakan untuk menyeleksi dan tidak seluruhnya
diskrining untuk mengetahui diabetes mellitus gestational.13 Rincian antenatal dan
persalinan diperoleh dari data base komputer post partum dari rumah sakit.
Untuk mengidentifikasi prediktor dari berat lahir, korelasi univariat dari
berat lahir dengan demografi maternal, antropometri, variabel klinis, pengukuran
analisis impedansi bioelektrik dari massa lemak dan massa lemak bebas serta usia
gestasi saat akan persalinan dinilai dengan Pearson atau koefisien korelasi
Spearman menurut distribusi. Variabel yang teridentifikasi memiliki hubungan
13
yang signifikan secara statistik dengan berat lahir yang dimasukkan ke dalam
multivariat dengan regresi linier, dan berat lahir sebagai variabel dependen.
Analisis multipel regresi logistik dilakukan untuk menghasilkan odds ratio
untuk berat badan lahir lebih dari 4 kg per analisis impedansi bioelektrik yang
diukur dengan kuartil massa lemak bebas, dan kuartil terendah ditetapkan sebagai
kelompok kontrol. Sampel tergabung antara demografi maternal dengan variabel
klinis, bersama dengan usia kehamilan saat persalinan dan analisis impedansi
bioelektrik yang terukur dengan lemak diukur. Analisis serupa dilakukan untuk
mengestimasi dampak dari massa lemak dalam odds dari berat badan lahir lebih
dari 4 kg, saat ini disesuaikan untuk massa lemak bebas. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan software statistik SPSS 18.0. Nilai P <,05
dianggap signifikan secara statistic.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari 3.000 perempuan yang direkrut pada trimester pertama, 320 orang
melahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu kehamilan dan 62
orang(2,1%) telah didiagnosis diabetes mellitus gestasional pada target
skrining. Karena usia kehamilan dan diabetes mellitus gestational merupakan
penentu independen yang kuat dari berat lahir, maka para wanita ini
dieksklusi dari analisis lebih lanjut. Karakteristik dari 2.618 perempuan yang
tersisa ditunjukkan pada Tabel 1. BMI rata-rata dari populasi penelitian
adalah 25,4 (standar deviasi 5,1), dengan 43,9% dari pasien yang
diklasifikasikan sebagai berat badan lebih dan obesitas.
Hubungan antara berat lahir dengan BMI ibu, massa lemak bebas,
massa lemak, dan tingkat lemak visceral, dan dalam analisis univariat
keempat variabel tersebut merupakan prediktor signifikan dari berat lahir
(Tabel 2). Variabel yang menunjukkan korelasi kuat dengan berat lahir adalah
massa lemak bebas ibu. Analisis diulang untuk massa lemak dan massa lemak
bebas di lengan, kaki, dan badan, dan dalam semua kasus kedua parameter
dikaitkan dengan berat badan lahir (P<.001).
Tabel 2. Karakteristik dari Populasi Penelitian
N 2,618Usia (t) 28,3 (15-44)Primipara 49,6Perokok 22,0Bekas perokok 18,9BMI (kg/m2) 25,4 (15-55)Massa lemak (kg) 22,1 (4,6-72,3)Massa lemak bebas (kg) 46,2 (29,9-79,2)Lemak visceral 3,79 (1-18)Kategori BMI (kg/m2)
Underweight (kurang dari 18,5) 2,3Normal (18,5-24,9) 53,8Overweight (25,0-29,9) 27,4Obesitas (30 atau lebih) 16,5
Usia kehamilan (wk) 39,7 (37-42)
15
Cara persalinanPersalinan spontan pervagna 60,4Dengan bantuan 19,0Persalinan sesar darurat 12,2Persalinan sesar elektif 8,4
Berat badan lahir (kg) 3,51 (1,9-5,1)BMI, body mass index.Data merupakan rata-rata (kisaran) atau % kecuali dinyatakan khusus
beberapa regresi linier dibuat dengan menggunakan variabel yang
hubungan univariatnya signifikan dengan berat lahir. Setelah disesuaikan
dengan usia, paritas, usia gestasional saat persalinan, riwayat merokok, dan
massa lemak, massa lemak bebas tetap menjadi prediktor yang signifikan dari
berat lahir (model R2=0.254, standar β=0.237, P< .001) (tabel 3). Sebaliknya,
tidak ada hubungan yang ditemukan antara massa lemak dan berat badan lahir
dengan menggunakan model ini.
Dibandingkan dengan wanita pada kuartil pertama massa lemak bebas
yang pertama, odds rasio tidak sesuai untuk berat lahir lebih dari 4 kg untuk
wanita pada kuartil massa lemak bebas kedua, ketiga dan keempat yaitu 1,87
(95% confidence interfal [CI] 1,26-2,76), 2,38 (95% CI 1,63-3,48), dan 4,89
(95% CI 3,43-6,98), masing-masing (p<,001) (Tabel 4). Setelah disesuaikan
untuk umur, paritas, usia gestasional saat persalinan, dan massa lemak ibu,
massa lemak bebas tetap menjadi sebuah prediktor dari berat lahir lebih dari 4
kg, dengan wanita pada kuartil massa lemak bebas tertinggi memiliki odds
rasio 3,64 (95% CI 2,34-5,68) untuk berat badan lahir lebih dari 4 kg.
Sebaliknya, tidak ada hubungan yang terlihat antara kemungkinan berat
badan lahir lebih dari 4 kg dan massa lemak ibu setelah penyesuaian untuk
massa lemak bebas (Tabel 4).
Tabel 3. Korelasi Univariat dengan Berat Lahir (N=2,618)Koefisien korelasi PUsia 0,08 <,001Body mass index 0,169 <,001Massa lemak 0,214 <,001Massa lemak bebas 0,261 <,001Merokok -0,193 <,001Paritas 0,131 <,001
16
Tabel 4. Analisis Regresi Multivariat dari Prediktor berat lahirVariabel Koefisien regresi (95% CI) PUsia kehamilan saat persalinan (wk) 143,0 (129,6-156,4) <,001Massa lemak bebas 19,8 (17,0-22,7) <,001Merokok -219,0 (-248,0 to 170,0) <,001Paritas 124,7 (90,4-159,0) <,001Usia (t) 3,3 (0,3-6,3) ,032Massa lemak 0,7 (-1,9 to 3,3) ,621
CI, confidence interfal.R2=0,245.Variabel terikat: berat lahir.Variabel bebas: usia, paritas, usia kehamilan saat persalinan, merokok, massa lemak, massa lemak bebas.
Tabel 5. Disederhanakan dan disesuaikan dengan odds rasio dari massa lemak bebas serta kuartil dari massa lemak sebagai predictors berat badan lahir lebih dari 4 kg.
Quartile
1 2 Odds Ratio (95% CI)
3 Odds Ratio (95% CI)
4 Odds Ratio (95% CI)
P
Massa lemak bebas Model 1 1.00 1.87 (1.26–2.76) 2.38 (1.63–3.48) 4.89 (3.43–6.98) <.001
Model 2 1.00 1.55 (1.04–2.31) 2.06 (1.40–3.04) 4.42 (3.07–6.37) <.001
Model 3a 1.00 1.49 (1.00–2.24) 1.89 (1.26–2.84) 3.64 (2.34–5.68) <.001
Massa lemak
Model 1 1.00 1.92 (1.31–2.81) 2.72 (1.88–3.92) 3.73 (2.61–5.32) <.001
Model 2 1.00 1.65 (1.11–2.43) 2.31 (1.58–3.37) 3.28 (2.27–4.74) <.001
Model 3b 1.00 1.47 (0.98–2.19) 1.62 (1.08–2.44) 1.42 (0.91–2.23) .13
CI :Convidence Interval Model 1: belum disesuaikanModel 2: Disesuaikan untuk umur,paritas, usia kehamilan dan riwayat merokok.Model 3a: disesuaikan seperti model 2 dan massa lemakModel 3b : disesuaikan seperti model 2 dan massa lemak bebas
B. Pembahasan
Pada penelitian observasional dari wanita yang melahirkan bayi tunggal
aterm, kami menemukan bahwa berat lahir berkorelasi positif dengan
17
pengukuran masa lemak bebas ibu dan bukan massa lemak, pada trimester
pertama kehamilan. Hubungan antara berat lahir dan variabel biologis dan
psikososial yang berbeda adalah kompleks. Namun, penelitian baru sudah
terfokus pada peningkatan resiko janin makrosomia dengan ibu obesitas.14
Kekhawatiran mengenai pertumbuhan janin yang menyimpang, meskipun
didasarkan pada bukti-bukti yang terbatas, tapi mempengaruhi keputusan dari
Iinstitute of Medicine untuk turunnya revisi rekomendasi berat badan saat
kehamilan untuk wanita obesitas.5
BMI yang diukur secara akurat merupakan penanda pengganti yang
sangat baik dari adipositas, tapi tidak memberikan informasi mengenai
distribusi massa lemak maupun massa lemak bebas. Penelitian ini sudah
menggunakan analisis impendansi bioelektrik untuk langsung mengukur
komposisi tubuh ibu, yang berarti massa lemak dan massa lemak bebas telah
diukur dan distribusi mereka pada awal kehamilan juga telah diukur.
Kekuatan penelitian ini meliputi keakuratan penentuan usia dari seluruh
kehamilan dengan ultrasonografi trimester pertama, meskipun usia kehamilan
adalah prediktor kuat dari berat lahir, beberapa peneliti mengkonfirmasi
tanggal dengan pemeriksaan USG dini.15 BMI dari seluruh pasien dihitung
setelah tinggi badan dan berat badan diukur dengan menggunakan alat digital.
Hal ini bertentangan dengan penelitian lain dimana BMI seringkali dihitung
menggunakan berat badan dan tinggi badan yang dilaporkan sendiri oleh
pasien, yang keakuratannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. 8 penelitian
ini membatasi untuk wanita Kaukasia tanpa diabetes melitus gestasional dan
dengan kehamilan tunggal yang persalinannya aterm, hal ini menyingkirkan
variabel pengganggu lainnya yang penting untuk berat badan lahir.
Potensi kelemahan dalam penelitian kami terletak pada pengambilan
sampel yang menggunakan metode convenience dan bukan consecutive.
Analisis ini juga mengunakan formula proprietary, yang dihitung untuk
wanita Amerika dan Eropa. Dalam pandangan perbedaan etnis pada
adipositas, temuan dari studi ini mungkin tidak berlaku untuk kelompok etnis
lainnya.
18
Temuan kami konsisten dengan studi sebelumnya yang lebih kecil yang
menggunakan analisis impedansi bioelectric pada wanita hamil. Dalam
sebuah studi longitudinal Italia, evaluasi analisis impedensi bioelektrik
tetrapolar frekuensi tunggal pertama kali dilakukan pada minggu ke 15-17
kehamilan dan diulangi pada minggu ke 20-22, 25-27, 30-32, dan 35-37
minggu kehamilan.17 Cairan tubuh pada trimester kedua, tapi bukan pada
trimester ketiga, adalah prediksi dari berat lahir. Dalam sebuah penelitian
yang lebih kecil pada 29 wanita hampir aterm menggunakan analisis
impedansi bioeleelekrtik frekuensi tunggal setelah usia kehamilan 36 minggu,
massa lemak bebas merupakan komponen tubuh ibu yang paling penting
berhubungan dengan berat lahir.18 Dalam sebuah penelitian terhadap 169
wanita yang melahirkan kehamilan tunggal aterm, komposisi tubuh ibu
diukur post partum menggunakan analisis impedansi bioelectric. Massa lemak
bebas dan total cairan tubuh menjelaskan proporsi utama dari berat lahir.19
Dalam sebuah studi prospektif dari 200 wanita sehat di New York
yang persalinan pada aterm, lemak tubuh ditentukan oleh model
multicompartment kompleks pada usia kehamilan antara 12 dan 16 minggu,
dan sekali lagi saat usia kehamilan lebih dari 36 minggu.20 Setelah model
regresi, cairan tubuh ibu, berkorelasi positif dengan berat lahir, tapi bukan
dengan lemak tubuh.
Pengamatan ilmiah ini didukung oleh laporan epidemiologi yang lebih
besar. Meskipun peningkatan tingkat obesitas ibu dalam beberapa tahun
terakhir, belum ada peningkatan kejadian makrosomia janin (berat badan lahir
lebih dari 4,5 kg) di rumah sakit kita sendiri,21nasional,22 atau di negara lain
seperti Amerika Serikat.23
Perlu dicatat bahwa dalam penelitian kami adipositas ibu diukur pada
trimester pertama dan wanita dengan pra diabetes mellitus dikeluarkan.
Obesitas ibu merupakan faktor risiko penting untuk pengembangan diabetes
gestasional, terutama dari obesitas sedang ke obesitas berat. Dengan
demikian, setiap hubungan epidemiologi antara obesitas ibu dan pertumbuhan
janin meningkat mungkin merupakan hasil dari kelainan metabolik yang
19
berhubungan dengan diabetes mellitus gestasional, seperti hiperglikemia dan
hipertrigliseridemia, dari pada obesitas ibu itu sendiri.
Temuan kami memiliki implikasi klinis yang penting. Lembaga
kedokteran pada tahun 2009 menghasilkan revisi 5-9 kg.4 Wanita obesitas
dengan berat badan kehamilan melebihi rekomendasi memiliki jumlah yang
tinggi, tetapi pada wanita obesitas berat badannya masi kurang selama
kehamilan dibandingkan wanita tidak obesitas.24
Ada risiko potensial yang dapat mengurangi berat badan saat hamil
pada wanita obesitas yang mungkin menyebabkan komplikasi yaitu dengan
mengurangi asupan kalori atau gizi mikro. Penurunan ini dapat merugikan
janin dan, tidak dalam diabetes mellitus gestational, hasil kami menunjukkan
dengan meminimalkannya kenaikan berat badan ibu tidak dapat mencegah
makrosomia janin dan berpotensi meningkatkan risiko pembatasan
pertumbuhan janin dalam rahim.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Turner MJ, Rasmussen MJ, Turner JE, Boylan PC, MacDonald D, Stronge
JM. The influence of birthweight on labor in nulliparas. Obstet Gynecol
1990;76:159–63.
2. Freeman DJ. Effects of maternal obesity on fetal growth and body
composition: implications for programming and future health. Semin Fetal
Neonatal Med 2010;15:113–8.
3. Guelinckx I, Devlieger R, Beckers K, Vansant G. Maternal obesity: pregnancy
complications, gestational weight gain and nutrition. Obes Rev 2008;9:140–
50.
4. Weight gain during pregnancy: re-examining the guidelines. Washington, DC:
Institute Of Medicine; 2009.
5. Rasmussen KM, Abrams B, Bodnar LM, Butte NF, Catalano PM, Maria
Siega-Riz A. Recommendations for weight gain during pregnancy in the
context of the obesity epidemic. Obstet Gynecol 2010;116:1191–5.
6. Prentice AM, Jebb A. Beyond body mass index. Obes Revs 2001;2:141–7.
7. Fattah C, Farah N, Barry S, O’Connor N, Stuart B, Turner MJ. The
measurement of maternal adiposity. J Obstet Gynaecol 2009;29:686–9.
8. Turner MJ. The measurement of maternal obesity: can we do better? Clin
Obes 2011;1:127–9.
9. Chumlea WC, Guo SS, Kuczmarski RJ, Flegal KM, Johnson CL, Heymsfield
SB, et al. Body composition estimates from NHANES III bioelectrical
impedance data. Int J Obes Relat Metab Disord 2002;26:1596–609.
10. Wells JC, Williams JE, Fewtrell M, Singhal A, Lucas A, Cole TJ. A
simplified approach to analysing bio-electrical impedance data in
epidemiological surveys. Int J Obes (London) 2007;31:507–14.
11. Fattah C, Barry S, O’Connor N, Farah N, Stuart B, Turner MJ. Maternal leptin
and body composition in the first trimester of pregnancy. Gynecol Endocrinol
2011;27:262–6.
12. Hogan JL, Farah N, O’Connor N, Kennelly MM, Stuart B, Turner MJ.
Bioelectrical impedance analysis and maternal body composition:
21
reproducibility of bioelectrical impedance when analysing maternal body
composition. Int J Body Comp Res 2011;9:43–8.
13. Ali F, Farah N, O’Dwyer V, Dunlevy F, Turner MJ. The impact of new
guidelines on screening for gestational diabetes mellitus. Ir Med J in press.
14. Heslehurst N, Simpson H, Ells LJ, Rankin J, Wilkinson J, Lang R, et al. The
impact of maternal BMI status on pregnancy outcomes with immediate short-
term resource implications; a meta-analysis. Obes Rev 2008;9:635–83.
15. Hutcheon JA, Bodnar LM, Joseph KS, Abrams B, Simhan HN, Platt RW. The
bias in current measures of gestational weight gain. Paediatr Perinatal
Epidemiol 2012;26: 109–16.
16. Farah N, Stuart B, Donnelly V, Kennelly MM, Turner MJ. The influence of
maternal body composition on birth weight. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol
2011;157:14–7.
17. Ghezzi F, Franchi M, Balestreri D, Lischetti B, Mele MC, Alberico S, et al.
Bioelectrical impedance analysis during pregnancy and neonatal birth weight.
Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol 2001;98:171–6.
18. Larciprete G, Valensise H, Vasapollo B, Di Perro G,Menghini S, Magnani F,
et al. Maternal body composition at term gestation and birth weight: is there a
link? Acta Diabetol 2003;40: 222–4.
19. Sanin Aguirre LH, Reza-Lopez S, Lavario-Carrillo M. Relation between
maternal body composition and birth weight. Biol Neonate 2004;86:55–62.
20. Lederman SA, Paxton A, Heymsfield SB, Wang J, Thornton J, Pierson RN.
Maternal body fat and water during pregnancy: do they raise infant birth
weight? Am J Obstet Gynecol 1999;180: 235–40.
21. Farah N, Fattah C, Barry S, Donnelly V, Stuart B, Turner MJ. Is the antenatal
prediction of fetal macrosomia worthwhile? Ir Med J 2009;102:201–2.
22. National perinatal statistics report 2009. Dublin (Ireland): Economic and
Social Research Institute; 2011.
23. Donahue SM, Kleinman KP, Gillman MW, Oken E. Trends in birth weight
and gestational length among singleton term births in the United States: 1990-
2005. Obstet Gynecol 2010;115: 357–64.
22
24. Rode L, Hegaard HK, Kjaergaard H, Moller LF, Tabor A, Ottesen B.
Association between maternal weight gain and birth weight. Obstet Gynecol
2007;109:1309–15.
25. Vincenzo B. Obstetric Evidence-Based Guidelines. Informa Healthcare 2007.