body language

38
FR : The Power of Body Language Part 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body- language Part 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basics Part 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language- part-3 Masih banyak perdebatan sekitar komunikasi antar manusia, dimana yang satu mengatakan 90% komunikasi dari seseorang ditentukan oleh body language (bahasa tubuh), dan tonality (nada bicara) kemudian sisanya ditentukan oleh pesan yang disampaikan. Namun ada juga yang mengatakan 75%, 60% atau bahkan 95%. Penemuan saya secara pribadi mengenai hal ini terjadi secara tidak sengaja, ketika saya makan di sebuah restoran fast food. Saya sedang keluar sendiri saat itu dan saya langsung ke kasir. Saya tak menyadari, saya hanya mencoba mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari dari buku Body Language oleh Allan Pease dan beberapa tips dari komunitas seduction serta kombinasi dari apa yang saya pelajari dari buku- buku Dale Carnegie. Kebetulan si kasir adalah wanita yang imut dan cantik, senyumannya adalah senyuman pemalu.

Upload: danieladikur

Post on 20-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Latihan Body Language

TRANSCRIPT

Page 1: Body Language

FR : The Power of Body LanguagePart 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-languagePart 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basicsPart 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3Masih banyak perdebatan sekitar komunikasi antar manusia, dimana yang satu mengatakan 90% komunikasi dari seseorang ditentukan oleh body language (bahasa tubuh), dan tonality (nada bicara) kemudian sisanya ditentukan oleh pesan yang disampaikan. Namun ada juga yang mengatakan 75%, 60% atau bahkan 95%.

Penemuan saya secara pribadi mengenai hal ini terjadi secara tidak sengaja, ketika saya makan di sebuah restoran fast food. Saya sedang keluar sendiri saat itu dan saya langsung ke kasir.

Saya tak menyadari, saya hanya mencoba mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari dari buku Body Language oleh Allan Pease dan beberapa tips dari komunitas seduction serta kombinasi dari apa yang saya pelajari dari buku-buku Dale Carnegie.

Kebetulan si kasir adalah wanita yang imut dan cantik, senyumannya adalah senyuman pemalu.

Saya merentangkan tangan saya secara lebar di depan kasir, saya tetap berdiri tegak namun saya agak mencondongkan tubuh saya ke depan. Saya menaikkan senyuman

Page 2: Body Language

saya perlahan-lahan, dan tetap menahan kontak mata saya selama saya memesan makanan.

Entah ini hanya perasaan saya atau bukan, namun si kasir terlihat lebih bersemangat dan tanggap atas semua perkataan saya. Dan kadang-kadang dia melakukan kesalahan sambil tertawa kecil dan meminta maaf “eh maaf pak” dan menutupi mulutnya dengan malu-malu.

Ketika seorang tamu selesai makan disitu tak lupa dia mengucapkan “terima kasih pak, datang kembali” namun terlihat semua itu adalah rutinitas yang harus dia jalankan sehingga dia melontarkan itu apa adanya.

Selesai saya memesan makanan saya, saya duduk sendiri sambil browsing dan mengecek kabar-kabar di internet. Rutinitas yang dia lakukan sama. Seolah-olah dia mengerjakannya karena dia harus mengerjakannya “terima kasih pak, datang kembali”

Selesai saya menyantap habis makanan saya, saya berjalan ke tempat mencuci tangan, dan saya menangkap dia menatap saya dengan senyuman. Kontak mata terus berlanjut sampai saya ke wastafel dan mencuci tangan saya.

Ketika saya membereskan barang-barang saya, dia melakukan rutinitas dia itu kembali kepada saya. Namun, kali ini dia mengeraskan suaranya untuk memastikan saya mendengarkannya sambil tersenyum sangat lepas dan energik. Alhasil, seluruh pengunjung restoran mengarahkan pandangan mereka ke saya dan mereka tetap melakukannya sampai saya keluar dari mal tersebut.

Kejadian itu sungguh memalukan, dan waktu itu saya belum cukup percaya diri untuk menerima perhatian sebesar itu. Tetapi ada rasa bahagia juga yang saya rasakan, setidaknya saya mebuat hari si kasir lebih berwarna.

Pengalaman itu saya catat dalam jurnal saya secara detail dan saya memperhatikan dan mengingat-ngingat kembali apa saja yang saya lakukan pada waktu itu. Beberapa lama kemudian, saya bertekad mencobanya lagi.

Kali ini di sebuah toko baju. Setelah saya selesai membeli baju, saya lakukan hal yang saya. Tangan saya rentangkan lebar-lebar di meja kasir, badan saya tegapkan namun sedikit saya condongkan ke si kasir. Selama kami berbicara, saya tidak pernah melepas kontak mata dengan dia dan saya tetap tersenyum.

Tak disangka si kasir memberikan petunjuk kapan dia akan selesai bekerja. Hari itu juga saya mengajak dia makan bareng di sebuah fast food. Tak disangka semudah itu mengajak cewek untuk makan bareng. Kami sempat saling SMSan selama beberapa

Page 3: Body Language

minggu namun hubungan ini tidak berlanjut kemana-mana. Karena setelah itu dia pindah ke kota lain dan tidak pernah terlihat lagi di toko baju tersebut.

Kejadian lain yang cukup memalukan, saya sedang berjalan-jalan di mall dan saya sempat menggodai seorang penjaga toko DVD. Reaksinya sangat lucu sehingga sepanjang perjalanan saya pulang saya menahan ketawa di dalam.

Sampai saya di sebuah toko roti, para penjaganya adalah 2 orang wanita. Mereka menangkap sinyal tertawa saya yang saya tahan-tahan di dalam, dan mereka mulai tersenyum dan cekikikan tidak jelas.

Akhirnya saya tidak dapat menahan tawa saya sendiri, dan kami bertiga pun tertawa lepas dan panjang tanpa kami menyadari apa yang kami ketawakan. Hasilnya seluruh lantai mal tempat stand roti tersebut mengarahkan perhatiannya kepada 3 orang bodoh yang tertawa lepas tanpa sebab yang jelas.

Beberapa minggu kemudian ketika saya mampir di stand roti tersebut, mereka langsung teringat kepada saya dan memberikan servis yang sangat luar biasa. Mereka sangat sigap dan tersenyum lebar ketika melayani saya. Namun saya tidak melakukan langkah lebih jauh terhadap mereka.

Body language bekerja pada tingkat insting dan intuisi. Hal-hal kecil yang Anda lakukan atau Anda proyeksikan dalam body language Anda akan sangat memberikan impact yang sangat besar.

Body language dapat dilatih dengan dua cara :

1. fake it till you make it; dalam arti Anda dapat membenahi body language Anda, dan pada akhirnya otak Anda mulai percaya percaya bahwa body language Anda memproyeksikan apa yang terjadi di dalam diri Anda. Saya dulunya menggunakan cara ini. Ketika body language Anda sudah benar, Anda akan mulai mendapatkan feedback positif dari sekeliling Anda, dan secara otomatis rasa percaya diri Anda akan meningkat.

2. fix inner then go to outer; kebalikan dari cara diatas, benahi semua negativity dalam diri Anda, berdamai dengan diri sendiri dan tingkatkan percaya diri Anda alhasil apa yang terjadi di dalam diri Anda akan terproyeksikan ke bahasa tubuh Anda.

Teknik saya lebih banyak mengandalkan body language dibandingkan dengan berbicara, karena pada dasarnya saya adalah seorang introvert. Saya aslinya adalah orang yang pendiam, tidak banyak bicara dan saya lebih suka to the point tanpa berbasa-basi.

Body language akan saya kupas secara lebih mendalam nantinya.

Untuk kali ini, Anda boleh mencoba taktik diatas kepada para kasir dan lihat bagaimana reaksi mereka kepada Anda.

Page 4: Body Language

Body Language BasicsPart 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-languagePart 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basicsPart 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3Kayaknya post gue tentang body language selalu muncul di bagian Top Post, dan yang udah gue janjikan berkali-kali gue akan ngebahas Body Language secara mendalam. So, inilah dia artikel pertama yang spesifik soal body language.

Sebelumnya liat dulu gambar-gambar anjing di bawah ini :

1.

Page 5: Body Language

2.

3.

Tebak emosi apa yang sedang dirasakan anjing-anjing pada gambar-gambar tersebut, apa yang sedang dikomunikasikan oleh mereka. Simpan dulu jawaban elu di dalam pikiran elu. Atau tulislah di kertas.

Kayak yang gue udah bilang, para ilmuan itu banyak meneliti soal komunikasi antar manusia. Yang mengejutkan itu adalah bahwa komunikasi antar manusia lebih didominasi oleh non-verbal (tonality/nada bicara dan body language).

Semua orang terlahir dengan kemampuan membaca bahasa tubuh, karena itu adalah insting/naluri alami yang diberikan oleh alam. Wanita secara alami dan secara kodrat lebih peka terhadap bahasa tubuh, karena mereka bertugas untuk mengasuh anak-anak.

Page 6: Body Language

Sebab, kalau misalnya mereka membesarkan seorang bayi yang baru lahir, dan mereka tidak mampu membaca bahasa tubuh, bisa fatal akibatnya. Bayi yang baru lahir ya jelas engga bisa ngomong, dan mereka hanya bermodalkan bahasa tubuh dan tangisan untuk mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan.

Sedangkan pria pada dasarnya harus melatih kemampuan ini karena secara naluri dan kodrat, pria diciptakan sebagai pemburu (hunters) dan tidak terlalu terasah seperti yang dimiliki wanita.

Inilah juga sebabnya, pria memiliki kemampuan navigasi yang lebih tinggi dari wanita, karena apabila di hutan ketika para pria berburu mereka tidak dapat menemukan jalan kembali, bisa berabe.

Pria memiliki sudut pandang yang lebih sempit dari wanita, karena wanita harus menjaga tempat tinggal dan para keturunannya. Sudut pandang yang lebih sempit lebih efektif dalam berburu, sedangkan  sudut pandang yang lebar lebih efektif dalam mengawasi area sekitar.

Ini sebabnya, pria sering ketauan kalo mereka ngelirik cewek lain atau kalau lagi ngobrol mata jelalatan ke susu lawan bicara. Bukan berarti cewek engga melakukan hal-hal tersebut, melainkan mereka lebih subtle atau benar-benar tidak kentara.Perbedaan antara wanita dan pria ini gue dapat dari buku Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps

Page 7: Body Language

Serta buku Men are from Mars and Women are from Venus

Page 8: Body Language

Buku ini bagus, karena menceritakan tentang perbedaan cara wanita dan pria dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kedua buku ini sepertinya udah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, so kalo lagi ke toko buku lokal, bisa elu cari kedua buku ini.

Hanya saja, kekurangan kedua buku ini, khususnya dalam hal relationship, keduanya masih mengacu kepada sistem masyarakat, dimana para wanita diberi value yang lebih tinggi.

Mereka ga mengacu kepada value system dalam dunia seduction, which is understandable, karena gue rasa penulis kedua buku ini bukanlah seducer. Nasihat-nasihat relationship yang dibeberkan di buku ini lebih bakal kepake kalo elu udah berada dalam hubungan yang stabil (menikah misalnya).

Anyway, balik ke body language, coba bayangin kata yang simple aja, yang pendek misalnya “KAMU!” dan bayangin foto-foto orang di bawah ini yang melontarkan kata-kata tersebut, satu per satu :

Page 10: Body Language

Udah dibayangkan? Gimana menurut elo?

Gambaran yang mau gue sampaikan adalah, kata yang simple seperti “KAMU” yang secara verbal berarti menunjuk ke orang kedua/lawan bicara saat ini, memiliki 3 arti yang berbeda.

Gambar 1 : Kalo bagi gue, apabila orang yang diatas ini yang melontarkan kata tersebut, dia mengkomunikasikah bahwa dia sedang menyalahkan gue atau memarahi/mengomeli gue.

Gambar 2 : Sedangkan ini bagi gue, dia mengkomunikasikan rasa kecewa/frustrasinya terhadap gue.

Gambar 3 : Sedangkan orang ini sedang mengkomunikasikan pujian, dengan gesture jempol yang dikeluarkan ke atas.

Page 11: Body Language

Gue yakin, yang ngebaca artikel ini belum pernah belajar mengenai body language sama sekali, namun kurang lebih bisa menebak dengan yakin apa emosi yang diproyeksikan dari foto-foto tersebut.

Kenapa? Karena pengenalan body language itu lebih berada kepada level insting. Ini adalah berkah yang diberikan oleh alam kepada kita. “It was hardwired into our brains” kayak kata Mystery, dalam arti program ini sudah dipasang oleh alam, untuk kelangsungan hidup kita.

Terus kenapa body language sekarang perlu dipelajari lagi? Inget aja, kita hidup di masyarakat pemuja otak. Which means, kemampuan akademik dan analitik lebih banyak “disegani” dibandingkan kemampuan-kemampuan yang lebih bersifat insting atau naluri. Padahal, kemampuan pengenalan body language itu sangat penting, untuk karir maupun dalam kehidupan sosial.

Here’s the harsh reality : orang-orang yang menjadi businessman atau memiliki perusahaan, biasanya yang prestasi akademiknya sangat kurang. Mark Zuckerberg misalnya.

Dia memutuskan untuk berhenti dari Harvard, karena dia merasa Facebook bakal jadi the next big thing. Dalam arti, gut feeling dan intuisinya bekerja. Tapi tak cukup hanya dengan modal gut feeling aja tentunya. Setelah dia memfokuskan diri ke Facebook, dia bekerja lebih keras dari semua orang yang pernah elu kenal, bahkan mungkin dari para buruh panci atau buruh pabrik sweatshop.He took the risk, and he DID IT. Elu-elu yang baca blog ini gue yakin pasti punya facebook, atau at least udah pernah denger tentang facebook. Dan sekarang Facebook jadi kambing hitam, selalu disalahkan sebagai penyebab utama produktivitas di kantor menurun.

Seringkali juga, orang-orang yang justru jenius malah disingkirkan karena mereka tidak mendapat prestasi akademik yang baik.  Contoh : Albert Einstein yang ternyata disekolahnya dianggap bodoh.

Anyway, udah agak melenceng dari body language. Sekarang gimana caranya memanfaatkan body language? Kayak yang gue udah bilang berkali-kali, seduction is about continuous effort to build your better self. Banyak taktik di luar sana, dari Mystery Method, Juggler, Gunwitch, Sleazy dst.

Tapi semua metode outer game itu, ga akan berarti kalo inner game elu, yang mana inner game itu lebih ke apa yang terjadi dalam diri elu (seperti rasa percaya diri, believe system, congruency dan sejenisnya) masih belum fix.

Page 12: Body Language

However, ketika elu membenahi body language elu, efek yang bakal terasa sangat luar biasa. Terutama karena feedback yang dulunya elu terima dari orang sekitar terkesan biasa, tapi sekarang menjadi terkesan positif atau bahkan luar biasa.

Contohnya, ketika gue udah membenahi body language dan coba-coba peacocking a’la Mystery, salah seorang cewek sengaja nyegat gue khusus buat muji rambut gue. What the F. It’s true, it happened, and it’s awkward.

Anyway, kita bahas soal game lagi sedikit. Kali ini kita bahas soal Sid Meier’s Pirate.

Well, game ini bagus, dan gue lumayan suka. Intinya sih game ini mirip seperti game-game Sid Meier’s lainnya (Civilizations & Railroad Tycoon) yang lebih ke sandbox game, seperti Sim City. Ga ada ending dan elu bisa bermain selama yang elu mau. Dan lumayan addictive, karena elu bermain sebagai bajak laut. Dan terserah mau ngapain di dalam game ini, mau jadi mercenary, mau ngejer cewek, mau ngejer kekayaan atau malah jadi bajak laut tulen ngerampok semua kota dan kapal laut yang elu temuin.

Anyway, gue engga bakal bahas game ini sedalem artikel sebelumnya. Kalo elu tertarik, boleh aja cari gamenya. Walo graphicnya sekarang udah termasuk ketinggalan jaman. Cuma ada satu bagian dari game ini yang bagus banget, dan bisa dijadikan pelajaran : difficulty select screen.

Page 13: Body Language

Game ini punya 5 tingkat kesulitan; Apprentice, Journeyman, Adventurer, Rogue dan Swashbuckler. Apprentice itu tingkat kesulitan paling mudah, sampai ke Swashbuckler yang merupakan tingkat kesulitan paling tinggi. Nah, disampingnya ada gambar tokoh utamanya yang menunjukkan tingkat kesulitan tersebut. Tiap-tiap tingkat kesulitan dipresentasikan dengan body language karakter utamanya :

Page 14: Body Language

Apprentice (tingkat kesulitan paling mudah) :

Page 15: Body Language

Journeyman  (tingkat kesulitan sedikit diatas Apprentice) :

Page 16: Body Language

Adventurer (tingkat kesulitan medium) :

Page 17: Body Language

Rogue (tingkat kesulitan tinggi) :

Page 18: Body Language

Swashbuckler (tingkat kesulitan tertinggi) :

Page 19: Body Language

Nah, semua gambar diatas menggunakan tokoh virtual yang sama. Penggambaran karakter yang ganteng dan bertubuh ideal, typical hero-hero dalam komik, film atau game.

Tapi ketika elu memperhatikan gambar tokoh ini pada tingkat kesulitan Apprentice, apa yang elu rasakan terhadap tokoh ini? Berlanjut ke Journeyman, apa yang lu rasakan? Perhatikan kata yang gue gunakan disini, “Apa yang elu RASAKAN“, bukan apa yang elu pikirkan.

Bisakah elu membeberkan perbedaan postur tokoh ini pada tiap tingkat kesulitan? Apa yang menyebabkan gambar tiap tingkat kesulitan TERASA berbeda, ketika elu melihatnya, padahal tokoh virtual yang digunakan sama.

Udah mulai menangkap idenya?

Itu teorinya. Gimana dengan prakteknya?

Sewaktu gue baru memulai hal ini, body language gue berantakan banget. Gue berjalan dengan kepala menunduk dan postur gue cenderung membungkuk. Ketika mentor gue mendatangi gue dan mengkritik postur gue tersebut alasan yang keluar dari gue “ini postur gue yang nyaman” atau “kalo ga ngeliat ke jalan di bawah ntar kesandung dong”

Kita selalu menolak perubahan, apalagi perubahan itu terkesan “menyerang” keadaan kita yang sekarang. Inilah yang bahaya. Akibatnya, postur yang gue miliki itu bertahan selama beberapa bulan sampai akhirnya gue tersadar sendiri ketika gue mulai membaca buku-buku mengenai Body Language.

Untuk ini gue sarankan buku-buku Allan Pease. Allan Pease mengeluarkan banyak buku dan bagi gue dia ini termasuk penulis yang oke. So buku-bukunya cukup worth it untuk dikoleksi.

Page 20: Body Language

Satu lagi buku yang cukup bagus, “I Can Read You Like a Book” oleh Gregory Hartley, yang merupakan mantan interogator professional yang bekerja di Angkatan Darat Amerika. Profesinya sebagai interogator menuntut dia agar memiliki kemampuan mendeteksi petunjuk-petunjuk yang sangat kecil dari bahasa tubuh subjek yang sedang diinterogasi.

Page 22: Body Language

Buku ini membosankan, karena terlalu teknikal dan banyak teori. Tapi pelajaran-pelajaran di dalemnya bener-bener keren. So, gue rekomen banget.

Nah diatas itu mengenai pengenalan body language. Tapi sekarang gimana dengan cara memperbaiki body language?

Rule of thumbnya : orang yang percaya diri selalu berpostur tegap, memandang lurus ke depan, berbicara dengan perlahan dan JELAS (tidak harus keras, tapi JELAS), tangan selalu bebas di bawah dan posisi kaki ketika berdiri selalu lebar.

Ada dua cara memperbaiki body language :

1. inner to outer, yaitu elu memperbaiki inner game elu, rasa percaya diri elu, optimisme dan mood hati, maka semua itu akan terproyeksikan keluar di bahasa tubuh elu.

2. outer to inner, yaitu elu memperbaiki body language elu terlebih dahulu, niscaya karena feedback positif dari sekitar elu, rasa percaya diri elu meningkat, mood membaik yang mana pada akhirnya akan mendongkrak hal-hal seperti optimisme diri elu.

Cara yang gue pakai adalah cara yang kedua. Pertama-tama ini latihan yang gue jalankan :

Jangan ketawa dulu. Latihan ini sepertinya udah jadi standard latihan senyuman untuk para hospitality professional, seperti pramugari misalnya :

Page 23: Body Language

So, pulpen/sumpit/pensil, taruh di mulutlu secara melintang ke dalam, sampai ke gigi gerahamlu dan gigit kuat-kuat. Latihan ini gue lakukan setiap hari, secara terus menerus. Nontstop, bahkan ketika gue kerja dan ketika gue di rumah. Udah banyak pulpen menjadi korban latihan gue. Tapi satu keuntungan utamanya adalah, orang-orang di kantor yang suka minjem pulpen tanpa ijin jadi males asal comot pulpen gue karena udah terlumuri oleh ludah gue. lol.

Salah satu kritik yang bener-bener nancep ke gue, orang-orang sering bilang “Lu tuh badannya gede, tampanglu serem, jadi orang takut sama elu” haha. Yayaya. So gue mulai melatih senyuman, supaya mengurangi tampilan gue yang sangat intimidatif.

Page 24: Body Language

However, terlalu banyak senyum bisa berarti approval seeking juga. So hati-hati dalam memberikan kadar senyuman.

Perlu diliat asal-usul senyuman itu darimana. Pada sepupu terdekat kita, simpanse dan primata-primata lainnya, senyuman itu bisa berarti beberapa hal :

1. “Gue bukan ancaman bagilu”2. “Gue submissive ke elu”

Bisa dibaca sejarahnya dari wikipedia bahwa senyuman itu berasal dari expresi rasa takut. Khususnya dari para primata lainya.

Setelah evolusi yang berlangsung selama puluhan juta tahun, senyuman itu memiliki banyak fungsi, seperti sex appeal , expresi rasa bahagia dan juga terkadang bisa menandakan dominasi.

Pernah ga elu didatengin orang yang tersenyum tapi elu masih merasa risih dengan dia? Means, elu menangkap sinyal-sinyal yang dia sembunyikan dibalik senyumannya, mungkin dia memberikan senyuman palsu dan senyuman itu karena dia ada maunya. Ada udang dibalik batu, istilahnya.

So, berhati-hati dalam menggunakan senyuman. Body language juga perlu kalibrasi secara terus-menerus sampai elu mendapatkan kombinasi yang pas. Micro Calibrations istilahnya. Dan ini bukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam sehari dua hari.

Untuk postur sendiri, ini latihan yang gue lakukan : gue menempelkan punggung gue ke tembok, sampai belakang kepala gue juga menyentuh tembok tersebut, dan mencoba mempertahankan postur tersebut. Ya, memang awalnya berasa culun dan aneh, tapi ketika elu sudah terbiasa dan nyaman dengan postur tersebut, lama-kelamaan ini akan menjadi postur elu yang “default” dan nyaman bagilu.

Lalu waktu itu banyak iklan di TV mengenai alat yang bisa digunakan untuk memperbaiki postur tubuh, seperti gambar-gambar dibawah ini :

Page 25: Body Language

Cuma, waktu itu gue berpikir, kok mirip sama tas ransel yah? So… inilah yang gue lakukan. Gue pakai tas ransel gue, dan tarik kedua tali bahunya sampai benar-benar

Page 26: Body Language

menarik kedua bahu gue ke belakang. Dan gue berjalan setiap hari sejauh 15 kilometer dengan kondisi ransel yang sangat ketat itu.

Setelah terbiasa, secara ga sadar postur gue pun ternyata membaik.

However, ini cara yang ga gue sarankan, karena ini alternatif murah dari alat-alat yang diatas, dan so far sepengetahuan gue, baru gue aja yang nyobain cara tersebut.

Hati-hati, karena mungkin tulang bahu bisa tergeser dan postur elu malah jadi rusak. It works for me tho, so kalo mau coba, boleh, tapi resiko tanggung sendiri, karena tas ransel bukan didesain untuk memperbaiki postur, melainkan didesain untuk membawa barang. Duh?

Nah, lalu gimana dengan tonality? Ga banyak sih latian khusus yang gue lakukan. Cuma gue rutin berlatih storytelling sama temen-temen ngerokok gue. Jadi di kantor itu ada smoking area, dan kita selalu nongkrong di tempat yang sama. Awal-awal berasa malu-malu dan ragu-ragu kalo mau menyumbang cerita dan pendapat. Tapi lama-lama, seiring waktu gue jadi mendominasi percakapan.

Ada latihan yang disarankan oleh beberapa sumber, yaitu baca buku, kalo bisa buku cerita, bayangin elu mendongeng ke anak-anak, rekam suara elu. Terus playback ulang, dengarkan sendiri rekaman suara elu. Kalo elu sendiri engga ngerti elu ngoceh apa disitu, gimana dengan orang lain?

Hasilnya bisa lu liat dari gambar di page about :

Page 27: Body Language

Walaupun latihan bahasa tubuh ini hanya secuil dari latihan-latihan yang gue lakukan. Semua elemen disatukan sehingga gue merasa menjadi pribadi yang lebih baik dari diri gue yang sebelumnya.Ini salah satu manfaat body language dan ini artikel originalnya di mASFIni pengembangan gue soal senyum yang gue post di mASF

Oke, sekarang balik lagi ke quiz awal. Gue sedari kecil, selalu memelihara anjing. Jadi kurang lebih gue bisa mendeteksi sinyal-sinyal yang paling subtle sekalipun dari anjing. Anyway ini jawabannya :

1. marah/siap menyerang2. takut/terancam3. senang/mengajak bercanda

Gue yakin sebagian besar orang yang baca artikel ini mendapat jawaban yang benar. So… sekarang percaya kalo body language itu bekerja pada level insting dan bersifat cross-species?

Omong-omong tentang anjing, ada satu program yang bagus di National Geographic, yang berjudul Dog Whisperer. Entah masih ada atau engga, tapi lu bisa lirik youtube channelnya.

Cesar Millan yang menjadi host show tersebut, dan dia mengatasi masalah-masalah para pemilik anjing. Entah dari anjing yang sangat agresif atau yang mengalami masalah-masalah lainnya. Apa yang dia selalu sampaikan adalah : sifat negatif anjing

Page 28: Body Language

itu selalu berasal dari majikannya. Dan solusi yang dia berikan selalu ditujukan ke pemiliknya, bukan kepada anjingnya. Termasuk di dalamnya adalah body language para majikannya.

Show ini wajib tonton, terutama bagi yang pengen memperbaiki non-verbal communicationnya.

Contoh FR gue yang 100% ngutamain non-verbal communication bisa lu liat disini :

https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/02/berisik/https://lakitulen.wordpress.com/2013/06/27/fr-makeout-sama-stripper-mancanegara/

Page 29: Body Language

“Vibe” – Body Language Part 3Part 1 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/04/28/the-power-of-body-languagePart 2 : https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/17/body-language-basicsPart 3 : https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/18/vibe-body-language-part-3Vibe

Vibe, atau getaran, atau mungkin gue lebih suka menyebutnya dengan “aura” (walaupun engga tepat secara sepenuhnya), bisa dibilang adalah semua kombinasi komunikasi non verbal yang elo pancarkan ke dunia.

“Aura” sendiri gue ga gitu percaya, dalam konteks arti aslinya. Tapi sejauh pemahaman gue, konsep “aura” itu masih mendekati dengan “vibe”

Page 30: Body Language

Kadang gue merefer “vibe” ini sebagai “aura”, karena orang lebih familiar dengan kata “aura”.

Agak sulit menjelaskan “vibe” secara mendetail. Tapi pernah ga elo deket sama orang tertentu dan elo ngerasa risih/ga nyaman?

Misalnya coba liat foto ini :

Kalau perlu klik gambarnya supaya elo bisa fokus terhadap masing-masing foto.

Page 31: Body Language

Mana yang menimbulkan perasaan engga enak, dan mana yang menimbulkan perasaan nyaman?

Kayak yang udah disebut sebelumnya, apabila banyak orang yang ga memberikan reaksi/respon positif ke elo, kemungkinan besar itu karena DIRI ELO yang perlu dibenahi.

Mungkin biar lebih mudah, coba tonton 2 youtuber dibawah  ini :

Coba tebak mana yang memiliki subscriber lebih banyak?

Kripparian memiliki 260.000 subscriber

Sedangkan PewDiePie hampir 30.000.000 subscriber

Nah, gue mo tanya, ketika elo menonton video milik Kripparian, apa yang elo RASAKAN?

Apa juga yang elo RASAKAN ketika elo menonton video milik PewDiePie?

Gue ga mengatakan bahwa elo harus meniru PewDiePie 100%, mengkopi kepribadiannya dan sejenisnya.

“Blueprint” atau istilahnya “cetakan” tiap-tiap orang itu beda. Tapi yang jelas, body language dan vibe itu bersumber dari pandangan elo terhadap diri elo sendiri.

Contoh video lainnya, salah satu motivator yang punya kekurangan fisik :

Nah untuk ini, coba minimize browser elo, cukup dengerin dia ngomong. Energi apa yang elo dapatkan dari cara dia berbicara? Tonality orang ini sangat bagus. Dan dia bisa mengekspresikannya dengan sangat mudah. Berbeda dengan kebanyakan orang yang takut mengekspresikan emosinya, contohnya :

Nada bicaranya datar, membosankan, dan menyampaikan fakta, sebagai fakta.

Kemungkinan besar, dia terlalu menahan diri, memikirkan reaksi apa yang bakal dia dapatkan, dan mungkin terlalu keras berusaha menyenangkan audiencenya

https://lakitulen.wordpress.com/2014/08/12/getting-in-touch-with-emotion/

Bandingkan lagi dengan :

Steve Jobs

Steve Ballmer

Berasa ga energinya?

Page 32: Body Language

Untuk kasus Steve Jobs sendiri, dia banyak ngucapin kata-kata INCREDIBLE, AMAZING, AWESOME, dengan cara yang khas, sehingga bisa menghipnotis para peserta seminarnya.

Atau salah satu contoh favorit gue, dimana apa yang elo KATAKAN itu engga ada pengaruhnya, elo bisa menyampaikan hal-hal yang kurang ajar dan sangat menyinggung (dalam hal ini rasis). Ini stand up comedian yang namanya Russel Peters, joke-jokenya dia rasis semua, tapi tetep jutaan audience berebutan buat dapetin seat untuk nonton pertunjukan dia.

Gue sendiri udah membawakan seminar/workshop, dan jelas buat “menghipnotis” penonton itu bukan sesuatu yang mudah.

Satu pengalaman terpahit gue ketika awal-awal membawakan seminar adalah semua peserta walk out keluar dari ruangan, dan tersisa 2 orang di dalam ruangan tersebut. It sucks. Tapi jelas, kalo gue ga mengalami hal tersebut, gue ga bakalan bisa belajar dari pengalaman.

Waktu itu kebetulan gue lagi flu, dan beberapa rentetan kejadian membuat mood gue sangat jelek. Walopun gue berusaha membawakan yang terbaik, apa yang gue “pancarkan” atau “broadcast” itu sangat negatif. Maka orang pun ngerasa negatif tentang diri gue. Dari sekitar 100-200an pengunjung, cuma tersisa 2 orang.

Selanjutnya, ga masalah, ketika gue membawakan seminar di tempat lain, atau di kampus, kini gue bisa berinteraksi dengan audience dengan benar. Rasa grogi, demam panggung dan sebagainya masih muncul, tapi karena gue udah mengalami yang terburuk, jadi gue tau bahwa semua emosi negatif tersebut bisa diabaikan, dan ngebiarin semuanya mengalir kayak air.

Inner Game

Kalau apa yang ada di otak elo negatif melulu, pesimistis, pendendam, atau semacamnya, itu juga yang bakal elo “broadcast” atau siarkan dari “vibe” elo ke orang lain, maka dari itu orang akan memberikan feedback negatif kembali ke elo juga.

Engga perlu banyak menonton video soal body language, “vibe” itu sendiri bisa dilihat dari foto. Gue kasih contoh foto-foto lain.

Misalnya, kedua orang dibawah ini bakal meminta bantuan elo, atau mungkin elo berlaku sebagai investor, siapa yang bakal elo percaya?

Page 35: Body Language

Bahkan dengan mengubah penampilan, reaksi orang terhadap elo bakal berubah banyak.

Penampilan pengaruh ato engga?

Gue udah sampaikan tentang hal ini. Pengaruh, liat lagi contoh-contoh diatas. Walaupun tidak sebesar yang elo pikirkan.

Baca lagi disini

https://lakitulen.wordpress.com/2013/07/23/mitos-mitos-umum-yang-beredar-mengenai-cewek-part-1/

Atau di halaman 1 Kaskus Lair yang lebih updated :

http://www.kaskus.co.id/thread/51ebd4926012437a73000000/pua-kaskus-lair/

Misalnya :

Page 36: Body Language

Ga banyak yang bisa dia lakukan buat mengubah wajahnya. Pengaruh? Gue tetep bersikukuh pada jawaban yang sama : YA dan TIDAK.

Perlu lu inget juga, ini soal permainan kuantitas. Jelas Andika kangen band punya ribuan, mungkin jutaan fans, dibandingkan dengan orang yang social circlenya sempit.

Dari situ dia tinggal pilih aja, dari semua yang tergila-gila sama dia.

Nah, gimana kalo orang-orang biasa seperti elo dan gue? Ya, keseluruhan blog ini dari awal sudah memaparkan salah satu caranya.

Kalo elo lebih prefer dikenalkan dari temen ke temen, unless emang temen elo segitu banyaknya, dan elo jadi tergantung sama opsi yang diberikan teman, ya itu hak elo.

“Tapi gue orang yang Introvert”

Page 37: Body Language

Atau “tapi gue ga pinter ngomong”, “gue ga pinter ngelucu”, dll.

Contoh alasan-alasan yang paling sering gue dengar.

Masih belon sadar, bahwa gue udah menunjukkan contoh yang ga berbicara sama sekali? Coba liat lagi keatas, liat contoh foto-fotonya.

Gue juga sering ngelihat playboy yang aslinya pendiam, dan sampe sekarang gue garuk-garuk kepala gimana caranya dia bisa ngumpulin gerombolan cewek segitu banyak yang selalu ngikutin dia kemana-mana.

So, alasan-alasan tersebut ga relevan gue rasa. Dan lebih sering lagi, kebanyakan orang sepertinya ga mengerti tentang “introvert” tapi sering menggunakannya sebagai alasan.

Bedanya introvert dan extrovert cuma sedikit, dua-duanya sama-sama manusia. Dan menjadi introvert BUKANLAH kekurangan, apalagi alasan.

Jadi kalau elo membuat “introvert” sebagai alasan elo untuk TIDAK bersosialisasi, maka ga ada buku, ga ada “coach”, ga ada “wingman” ato apapun di dunia ini yang bisa ngerubah diri elo.

Faktanya gue sendiri termasuk orang yang introvert, tapi gue ga masalah menjadi salesman dadakan. Gue juga kalo ngomong seperlunya, kalo bisa ga perlu ngomong apa-apa kalo emang ga ada yang perlu diomong.

Itulah sebabnya kenapa juga gue lebih prefer Night Game (walo belakangan gue udah jarang), karena “vibe” elo dan tindakan elo lebih banyak berpengaruh dibandingkan kata-kata yang elo ucapkan, dibandingkan di day game.

Selama elo berfokus mencari solusi, pasti bakal ketemu jalan keluarnya.

Selama elo berfokus kepada permasalahan, ya selamanya juga elo bakal berputar disitu-situ aja.