16 · 2018. 8. 30. · pertama, penelitian yu (2009) dengan judul the chinese heart in cognitive...

36
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil pengumpulan pustaka yang dilakukan, diperoleh pustaka-pustaka penunjang yang dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi disertasi ini. Sejumlah pustaka yang gayut dengan disertasi ini dipaparkan sebagai berikut. Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan konsep xin ‘hati’ dalam persepsi masyarakat Cina, (2) filosofi yang mendasari konsep xin ‘hati’ dalam masyarakat Cina kuno, dan (3) penggunaan konsep xin ‘hati’ dalam wacana masyarakat Cina modern. Selain tujuan yang telah disebutkan, penelitian ini juga mengkaji hubungan leksikon xin ‘hati’ sebagai anggota tubuh, dengan pandangan budaya dalam satu kerangka persepsi masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ialah semantik kognitif untuk membedah makna figuratif (metafora). Data penelitian diperoleh dari studi teks tulisan-tulisan sebelumnya yang berhubungan dengan topik penelitian. Penelitian Yu (2009) menghasilkan jawaban penelitian sebagai berikut: konsep xin ‘hati’ dipersepsikan sebagai inti dari pikiran, inti dari moralitas dan pengatur kehidupan sosial. Konsep ini memegang peranan penting dalam kehi- dupan sosial dan nilai budaya masyarakat Cina. Konsep xin dalam pegungkapan- nya direpresentasi dengan leksikon si ‘berpikir’, xiang ‘mempertimbangkan’, nian 16

Upload: others

Post on 21-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

16

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil pengumpulan pustaka yang dilakukan, diperoleh

pustaka-pustaka penunjang yang dapat menjadi pertimbangan dan masukan bagi

disertasi ini. Sejumlah pustaka yang gayut dengan disertasi ini dipaparkan sebagai

berikut. Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in

Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1)

mendeskripsikan konsep xin ‘hati’ dalam persepsi masyarakat Cina, (2) filosofi

yang mendasari konsep xin ‘hati’ dalam masyarakat Cina kuno, dan (3)

penggunaan konsep xin ‘hati’ dalam wacana masyarakat Cina modern. Selain

tujuan yang telah disebutkan, penelitian ini juga mengkaji hubungan leksikon xin

‘hati’ sebagai anggota tubuh, dengan pandangan budaya dalam satu kerangka

persepsi masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ialah semantik

kognitif untuk membedah makna figuratif (metafora). Data penelitian diperoleh

dari studi teks tulisan-tulisan sebelumnya yang berhubungan dengan topik

penelitian.

Penelitian Yu (2009) menghasilkan jawaban penelitian sebagai berikut:

konsep xin ‘hati’ dipersepsikan sebagai inti dari pikiran, inti dari moralitas dan

pengatur kehidupan sosial. Konsep ini memegang peranan penting dalam kehi-

dupan sosial dan nilai budaya masyarakat Cina. Konsep xin dalam pegungkapan-

nya direpresentasi dengan leksikon si ‘berpikir’, xiang ‘mempertimbangkan’, nian

16

Page 2: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

17

‘ide’, gan ‘merasakan’, qin ‘sentimen atau gairah’. Leksikon-leksikon ini tidak

hanya digunakan dalam bahasa sehari-hari tetapi berkaitan erat dengan ekspresi

budaya dan ideologi masyarakat. Konsep xin ‘hati’ juga terkait dengan dunia

kedokteran kuno masyarakat Cina. Hati dipersepsikan sebagai organ pengatur

tubuh, organ internal utama dan organ internal yang mengatur spiritual seseorang.

Pada masyarakat Cina modern hati dipersepsikan sebagai (1) entitas fisik,

seperti pada leksikon xin-jun ‘hati-pikiran’, ‘xin-jing’ ‘hati yang bersih’, xin-di

‘hati-moral’. (2) Hati sebagai inti identitas diri, seperti pada leksikon xin-shen

‘hati dan roh, xin-hun hati dan jiwa, xin-po ‘hati, kesatuan roh dan jiwa’. (3) Hati

sebagai inti dari kehidupan mental, direpresentasikan dengan leksikon xin-ling

‘hati dalam hubungannya dengan kesatuan pikiran, roh dan jiwa, xin-zhi ‘hati

dalam hubungannya dengan kebijaksanaan’, xin-li ‘hati sebagai pusat prinsip

kehidupan’, xin-tai ‘hati dengan kejiwaan’. (4) Hati sebagai pusat emosional,

direpresentasikan dengan leksikon xin-qing ‘situasi emosional’, xin-xu ‘hati,

emosi dan pikiran’, xin-qi ‘batasan logika dan emosi’, xin-jing ‘emosi, pernyataan

pikiran, keadaan mental’. Pembahasan selanjutnya menyatakan bahwa wacana

masyarakat Cina modern menempatkan konsep xin ‘hati’ dalam persepsi sikap

mental yang tagguh yang mengutamakan kebersihan dan pemurnian hati dari

masyarakat Cina pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Ideologi

ini direpresentasikan dengan proposisi wei-xin lun ‘kemurnian hati’ dan Lu

Xiangshan, Wang Yangming ‘hatiku alam semestaku, alam semestaku hatiku’.

Penelitian Yu (2009) memaparkan bentuk penelitian bahasa dalam

kaitannya dengan budaya dan kognisi sosial. Hasil penelitian ini menjelaskan

Page 3: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

18

bahwa leksikon tertentu dalam suatu budaya memiliki makna yang sangat kuat

disebabkan oleh sistem kognisi pada masyarakat penuturnya. Leksikon xin ‘hati’

berhubungan dengan banyak aspek dalam kehidupan masyarakat Cina dan

merupakan representasi ideologi yang tercermin dalam perilaku masyarakat

tersebut. Paradigma penelitian ini memberikan gambaran linguistik kebudayaan

dengan parameter kognisi sosial sebagai ruang lingkup kajiannya. Parameter ini

menjadi penting untuk menentukan arah perkembangan ilmu serta teori-teori yang

relevan untuk digunakan. Jika Yu menggunakan teori semantik kognitif untuk

mencari medan makna xin ‘hati’, maka dalam penelitian tuturan ritual masyarakat

Boti, peneliti menggunakan semiotik kognitif untuk membedah makna dalam

hubungan asositif hingga terbentuk jaringan makna berdasarkan prinsip-prinsip

teori yang digunakan. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan tujuan yang ingin

dicapai.

Kedua, hasil penelitian Taum (2008) dengan judul Tradisi Fuah Pah:

Ritus dan Mitos Agraris Masyarakat Dawan di Timor. Penelitian ini mengaji latar

belakang mitologis tuturan ritual pada upacara panen masyarakat Dawan (upacara

Fuah Pah. Pilar mitologis yang digunakan mengacu pada (1) simbol konstitutif

(yang membentuk kepercayaan-kepercayaan), (2) simbol kognitif (yang

membentuk ilmu pengetahuan), (3) simbol penilaian moral (yang membentuk

nilai-nilai moral dan aturan-aturan), dan (4) simbol-simbol ekspresif

(pengungkapan perasaan). Ruang lingkup permasalahan penelitian ini mencakup

(1) pendeskripsian mendalam tentang ritual Fuah Pah dalam hubungannya dengan

Page 4: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

19

dinamika kebudayaan etnis Dawan, (2) analisa prinsip dan orientasi kepercayaan

lokal terhadap ritual (tradisi lisan) Fuah Pah.

Berdasarkan cakupan permasalahan, diperoleh hasil penelitian, yaitu

tahapan kegiatan pertanian masyarakat Dawan: (1) tahap menebas hutan (lef

nono//tafek hau ana), (2) tahap membakar hutan (polo nopo//sifo nopo), (3) tahap

menanam (lef boen no’o), tahap pertumbuhan tanaman (eka ho’e), (4) tahap

panenan perdana (tasana mate), (5) tahap panenan berakhir (tnibun bola’if ma aen

tauf). Hasil penelitian lainnya yaitu tuturan ritual Mpao ‘doa perlindungan’ pada

tahapan membuka lahan. Teks Mpao ‘doa perlindungan’ memberikan gambaran

hubungan manusia dengan Tuhan (Uis Pah ‘Tuhan bumi’). Manusia sebagai

makhluk ciptaan (diberikan kehidupan oleh Uis Neno ‘Tuhan langit’), menjalani

kehidupan di bumi yang diimani sebagai Uis Pah. Keharmonisan hubungan

dengan penguasa bumi berakibat pada kehidupan di bumi (dunia) berjalan dengan

baik.

Penelitian Taum (2008) kajian tradisi lisan dengan kebudayaan. Tuturan

ritual Mpao ‘doa perlindungan’ akan digunakan sebagai data pembanding dengan

tuturan ritual yang sejenis di Masyarakat Boti. Hal ini didasarkan pada fenomena

Fuah Pah (upacara panen) yang juga terdapat di masyarakat Boti. Sementara

konsep dan teori yang digunakan berbeda dengan yang akan digunakan peneliti

karena pendekataan studi yang berbeda. Penelitian Taum (2008) lebih

menonjolkan unsur tradisi lisan dan cerminannya dalam kebudayaan khusunya

mengenai kepercayaan, sedangkan penelitian yang dilakukan berorientasi kepada

Page 5: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

20

studi linguistik kebudayaan yang mencakup dimensi sosialkultural, persepsi, dan

ideologi dalam tuturan ritual kosmologi.

Ketiga, hasil penelitian Sabon Ola (2005) dengan judul Tuturan Ritual

dalam Konteks Perubahan Budaya Kelompok Etnik Lamaholot di Pulau Adonara,

Flores Timur. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab masalah pokok, yakni:

“Bagaimanakah karakteristik TRKEL di Pulau Adonara, Flores Timur dalam

konteks dinamika penuturnya?” Masalah pokok ini dirinci menjadi tiga masalah

khusus, yakni: (1) Bagaimanakah bentuk TRKEL yang digunakan oleh kelompok

etnik Lamaholot di Pulau Adonara, Flores Timur? (2) Apa sajakah fungsi dan

makna TRKEL bagi tata-kehidupan kelompok etnik Lamaholot? (3) Nilai religius

dan nilai sosial apa sajakah yang tersirat di balik bentuk, fungsi dan makna

TRKEL? (4) Bagimanakah karakteristik perubahan TRKEL dalam konteks

perubahan budaya penuturnya?

Metode yang digunakan yaitu metode analisis-sintesis dan metode

interpretasi berdasarkan filsafat kritisisme dan fenomenologis dengan pendekatan

hermeneutik. Teori yang digunakan yaitu teori semiotik dan teori linguistik

kebudayaan yang digunakan secara eklitik. Hasil analisis menunjukan (1) bentuk

TRKEL memiliki tiga ciri yakni: bersifat monolog, mementingkan irama, dan

struktur pengungkapan yang tidak bersifat. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, TRKEL

termasuk jenis puisi ritual. Selain itu bentuk TRKEL dipengaruhi oleh struktur

kebahasaan, mencakup aspek fonologi dan morfosintaksis. Struktur penuturan

TRKEL, tampak urutan sebagai berikut: (a) sapaan, yang disebut juga sebagai

prapembukaan; (b) pembukaan, sebagai pengantar kepada inti tuturan; (c) inti

Page 6: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

21

tuturan; (d) prapenutup; dan (e) penutup. Pilihan kata (diksi) yang digunakan

dalam TRKEL mencakup: struktur leksikal dan gaya bahasa. Struktur leksikal

terdiri atas: sinonimi, antonimi, dan hiponimi, sedangkan gaya bahasa terdiri atas:

hiperbol dan litotes, metafora, personifikasi, sinekdoke, dan paralelisme. (2).

Fungsi dan makna TRKEL terdiri atas: (a) fungsi dan makna pemujaan; (b) fungsi

dan makna permohonan; (c) fungsi dan makna peradilan; (d) fungsi dan makna

pengukuhan; (e) fungsi dan makna pemulihan; (f) fungsi dan makna didaktis-

pedagogis; dan (g) fungsi dan makna pewarisan. (3) Nilai religius yang

teridentifikasi pada TRKEL, mencakup: kesadaran diri, kebenaran sebagai dasar

kemanusiaan, dan keyakinan akan adanya peran leluhur sedangkan nilai sosiologis

mencakup nilai kebersamaan, kesadaran akan adanya hierarki sosial, dan

menghargai perempuan. (4) TRKEL mengalami perubahan sebagaimana

kedinamisan masyarakat pemiliknya. Perubahan tersebut, antara lain tampak pada:

cara penuturan, struktur, diksi, fungsi dan makna, perubahan penutur, dan

perubahan latar.

Penelitian Sabon Ola (2005) memberikan model penelitian linguistik

kebudayaan dengan tuturan ritual sebagai data. Model yang dimaksud yaitu

pendekatan bentuk, fungsi, makna, dan nilai. Pendekatan ini akan memberikan

gambaran struktural secara menyeluruh. Berbeda dengan penelitian Sabon Ola,

disertasi ini menfokuskan pada persepsi masyarakat sebagai ekspresi bahasa-

budaya. Perbedaan lainnya terletak pada teori yang digunakan. Penelitian Sabon

Ola menggunakan teori semiotik dan linguistik kebudayaan secara eklitik

sedangkan dalam disertasi ini teori yang digunakan ialah linguistik kebudayaan

Page 7: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

22

sebagai payung teori yang didukung oleh teori semiotik kognitif untuk membedah

makna dan merekontruksinya ke dalam skema bangunan persepsi dan ditopang

oleh teori konteks dan teori ideologi.

Keempat, hasil penelitian Tarno (2004) dengan judul Tuturan Ritual

Takanab Moe Uem Le’u dalam Peresmian Rumah Adat Marga Taena di Desa

Oenenu, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara. Penelitian

ini berisi tentang puisi Takanab yang dituturkan oleh atonis (sebagai penutur

utama) dan atutas sebagai penutur pemerlengkap. Puisi ini dituturkan sehubungan

dengan peresmian rumah adat masyarakat Dawan di Kebupaten Timor Tengah

Utara. Tidak hanya mengangkat masalah sosio-religiusitas, penelitian ini juga

membicarakan masalah estetika, lebih tepatnya berhubungan dengan peran bunyi.

Sebagai contoh, Tarno menyimpulkan penggunaan rima dalam menunjukkan

makna tertentu. Arus bunyi secara horisontal dapat memberikan citraan hubungan

manusia dengan manusia, sedangkan secara vertikal dapat memberikan citraan

hubungan manusia dengan Sang Pencipta-Nya. Pada salah satu matra tersirat

bahwa keharmonisan rima horizontal bisa mendukung citraan makna bahwa

masyarakat telah seia-sekata mendirikan rumah adat, tetapi masih ada hal-hal

yang perlu dibersihkan atau disingkirkan dalam hubungannya dengan yang gaib.

Oleh karena itulah, atonis yang berkedudukan sebagai manusia penghubung

dengan yang gaib atau yang di atas selalu mengakhiri tuturan dengan bunyi a,

sehingga tercipta rima vertikal yang harmonis. Hal ini, bisa memberikan

gambaran keharmonisan hubungan atonis dengan adikodrati.

Page 8: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

23

Struktur Takanab Moe Uem Le’u merupakan penandaan pula terhadap

struktur sosio-religiusitas masyarakat Dawan, yang mempercayai kelangsungan

kehidupannya tidak hanya upayanya sendiri, melainkan bersama-sama dengan roh

leluhur mereka bersandar kepada Sang Pencipta. Data penelitian ini akan

dijadikan data skunder yang digunakan sebagai pembanding terhadap data primer.

Di samping kontribusi-kontribusi yang diberikan, hasil penelitian ini juga masih

memiliki kelemahan, di antaranya pembahasan kajian semiotik yang menjadi

landasan teori penulisan, dianggap kurang mendalam bila dibandingkan dengan

pembahasannya. Penekanan terhadap kebermaknaan bunyi seolah-olah

mengesampingkan penandaan yang harus dibahas secara tuntas.

Kebermaknaan bunyi dalam penelitian yang dilakukan Tarno juga dapat

memberikan masukan baru bagi peneliti. Tuturan ritual tertentu kadang hanya

terdiri dari bunyi-bunyi yang tidak membentuk kata yang bermakna secara

harafiah. Jika menggunakan pendekatan semiotik, dengan menempatkan bunyi

tersebut sebagai tanda maka, kebermaknaan bunyi memiliki makna bila

ditempatkan pada konteksnya.

Kelima, penelitian Iswanto (2011) dengan judul Sistem Penandaan

Religiusitas dalam Tuturan Masyarakat Boti. Penelitian ini mencari jawaban atas

pertanyaan bagaimanakah; 1) sistem penandaan penandaan entitas adikodrati

masyarakat Boti dalam tuturan ritual; 2) sistem penandaan sikap dan perilaku

masyarakat Boti terhadap entitas adikodrati dalam tuturan ritual?. Kedua

pertanyaan ini dijawab dengan menggunakan teori semiotik Morris dan konsep

Page 9: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

24

semiotik de Sassure. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode dekriptif

kualitatif.

Hasil penelitian diperoleh sembilan tuturan ritual. Kesembilan tuturan

ritual tersebut diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu tuturan ritual

kelahiran (TRKL), tuturan ritual pernikahan (TRP) dan tuturan ritual kematian

(TRKM). Tuturan ritual (1) Neo Li Ana Atoni, (2) Neo LiAna Bife, (3) Lef Li Ana

Usan (4) Onen Na’ Poni Li Ana Usan dikelompokkan ke dalam tuturan ritual

Kelahiran (TRKL). Tuturan ritual (5) Tua Boit Mese’ Noin Sol Mese’ antoin

munif ama fet, (6) Tua Boit Mese’ Noin Sol Mese’ bife munif in amanf ma in

Ainaf, (7) Baan Mah Fet Mah Mone, dikelompokkan ke dalam tuturan ritual

pernikahan (TRP). Sedangkan tuturan ritual (8) Sef Alu Mama dan (9) Onen Fen

Nahat Neu Nitu dikelompokkan ke dalam tuturan ritual kematian (TRKM).

Pengelompokan ini berdasarkan katagorisasi tuturan ritual siklus kehidupan.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem penandaan religiusitas

masyarakat Boti berkaitan dengan kepercayaan kepada penguasa langit (uis neon),

penguasa bumi (uis pah manifu) dan kepercayaan kepada roh leluhur (amuf).

Realitas ini menjelaskan kebergantungan masyarakat Boti terhadap alam.

Penguasa langit diyakini sebagai pemberi hidup dan bumi sebagai pemeliharanya

dan ketika manusia mati, ia akan kembali bersama penguasa langit dan menjadi

leluhur (amuf). Penandaan sikap dan prilaku dikonsepkan dengan monit naleko

‘hidup baik’ yang ditandai dengan (1) tof lane ‘kerja kebun’ (2) hao muit ‘pelihara

ternak’ (3) tenut muhin ‘pintar menenun’ (4) futu muhin ‘pintar mengikat’ (5) lun

oko muhin ‘pintar membuat oko’. Penandaan tersebut juga dihubungkan dengan

Page 10: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

25

proses pernikahan. Sistem penandaan tersebut dijelaskan dalam konsep (1) tok

bale teta ‘duduk tempat sendiri’, tok ume teta ‘duduk rumah sendiri’ (2) maminai

himonit ‘carilah hidup’ dan (3) mieku fani ‘bertemu kembali’. Memperoleh

seorang anak dipersepsikan sebagai berkat kehidupan dan restu pernikahan dari

uisneno.

Penelitian Iswanto memberikan gambaran terhadap hubungan bahasa dan

kebudayaan di masyarakat Boti. Data yang dipaparkan dapat dijadikan data

skunder. Walaupun data yang ada telah memberikan gambaran siklus kehidupan,

tetapi belum secara menyeluruh dan mendetail. Penelitian ini belum memberikan

gambaran konteks yang utuh dari teks tuturan ritual. Analisis dekriptif yang

dipaparkan belum dapat menyentuh titik fenomena yang mendasar dan holistik

mengenai ideologi masyarakat. Hal ini, tentu berhubungan dengan teori yang

digunakan dan metode sebagai perangkat kerja lapangan. Teori semiotik yang

digunakan belum mampu menjawab hakikat bahasa dan kebudayaan dengan

persepsi sebagai fokusnya. Teori yang digunakan juga belum mampu menjawab

konteks dan ideologi sebagai sebuah kesatuan perangkat analisis teks dalam kajian

linguistik kebudayaan.

Keenam, hasil penelitian El-Sayed El-Aswad yang dipublikasikan pada

tahun 2002 dengan judul Religion and Folk Cosmology: Scenarios of the Visible

and Invisible in Rural Egypt. Penelitian ini bertujuan menyoroti persepsi

kosmologi sosial dalam rangka membangun identitas budaya dan memori sosial di

daerah pedesaan Mesir. Hal ini, didasarkan pada filosofi masyarkat Mesir yang

tertuang dalam frasa kaun munaẓẓam ‘(hirarki) kosmologi’. Sistem pengetahuan

Page 11: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

26

masyarakat membaginya ke dalam al-akbir ‘alam semesta besar (makrokosmos)’

dan al-kaun aṣṣghir ‘alam semesta kecil atau manusia (mikrokosmos)’. Persepsi

ini merupakan dua analogi pararel yang tidak dapat dipisahkan, diimani, dan

terwujud dalam perilaku sosial. Analogi pararel tersebut menjadi satu kesatuan

antara alam semesta dan individu. Intisari ini menjelaskan cakupan kosmologi

sebagai titik pertemuan dalam diri manusia memandang alam semesta dan

memandang eksistensi diri sebagai mahluk individu dan sosial.

Kedua dunia secara konseptual dibagi menjadi dunia yang terlihat atau

fenomenal dan tak terlihat atau suprafenomenal. Dunia terlihat merupakan aspek

empiris kehidupan (positivisme), sedangkan dunia yang tak terlihat merupakan

aspek budaya atau ideologis (nonpositivisme). Dunia terlihat direpresentasi dalam

alam, atau fenomenal dunia termasuk ekologi, lingkungan, iklim, dan entitas nyata

(hidup maupun mati) yang merupakan kondisi material eksistensi, kondisi

material obyek persepsi sensorik. Dunia merupakan tempat untuk menerapkan

ide-ide kehidupan modern, tradisional, teknis, atau sekuler dan praktek

pengembangkan ekonomi, pragmatis, dan sikap materialistis. Hubungan antara

dua dunia disusun dalam tiga tingkatan hirarkis. Pertama, dunia spiritual (abstrak)

dikontraskan dengan dunia material, dalam artian segala sesuatu yang tampak,

dapat diindrai hadir tanpa keterlibatan sesuatu yang tidak material. Kedua,

membandingkan dunia ini dengan alam baka.

Bentuk lingual fallāḥīn dipersepsikan sebagai kekuatan alam baka yang

mengalahkan kehidupan duniawi. Pada tingkatan terakhir, mencakup semua dunia

terlihat dan tak terlihat, kehidupan ini dan akhirat merupakan ekspresi urutan yang

Page 12: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

27

sama ilahi dalam arti bahwa mereka diciptakan, didominasi, dan diliputi oleh

Allah al - Wāḥīd ‘Penguasa tertinggi (akhir)’. Pandangan dikotomi ini dapat

dilihat pada gambar hirarki di bawah ini.

Gambar 2.1 Persepsi Kosmologi Masyarakat Mesir Pedesaan

(diadaptasi dari El-Aswad (2002:152))

Secara keseluruhan, penelitian El-Aswad dapat disimpulkan sebagai

berikut. Masyarakat Mesir pedesaan dalam kesehariannya tetap mengamalkan

nilai kultus dalam aktivitas mereka. Persepsi kosmologis dirangkum dalam skema

seperti gambar 2.1 di atas. Persepsi kosmologi ini dibangun berdasarkan nilai-nila

yang masih terpelihara dengan baik pada masyarakat pedesaan. Bentuk leksikal

tertentu menjadi pijakan untuk memahami perilaku sosial dan dasar kepercayaan.

Data berupa kata, frasa, dan klausa yang ditafsir dan asosiasikan hingga

membentuk suatu kesatuan pemaknaan yang utuh berdasarkan pendekatan

Page 13: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

28

antropologi. Cara kerja hermenutik juga diterapkan dalam penelitian ini dengan

tujuan membangun konteks.

Penelitian El-Aswad (2002) memberikan gambaran penelitian linguistik

kebudayaan dalam kaitannya dengan persepsi kosmologi suatu kelompok

masyarakat. Konsep kosmologi dalam penelitian ini akan digunakan peneliti

sebagai gambaran ruang lingkup kosmologi dan batasan kajian dalam linguistik

kebudayaan. Perbedaannya terdapat pada data yang digunakan. Jika El-Sayed El-

Aswad menggunakan data yang beragam, dalam penelitian ini, hanya digunakan

data berupa tuturan ritual. Hal ini disebabkan oleh perbedaan fenomena di

lapangan dan pengutamaan ciri penelitian linguistik kebudayaan yaitu relativisme.

Ketujuh, hasil penelitian Errington (1982) dengan judul Speech in the

Royal Presence: Javanese Palace Language memaparkan perbedaan penggunaan

bahasa di lingkungan Keraton Yogyakarta dengan Keraton Surakarta. Perbedaan

ini juga dibandingkan dengan tingkatan basa ngoko, basa madya, dan basa kromo

inggil. Errington menempatkan fenomena dalam penelitiannya sebagai hubungan

bahasa dan kebudayaan yang berbeda dengan sosiolinguistik. Penggunaan bahasa

yang berbeda dipengaruhi oleh aspek budaya yang tidak mungkin hanya

dijelaskan secara sosial semata. Penelitian ini sangat berguna sebagai dasar

penggunaan teori linguistik kebudayaan dan penerapannya pada analisis data.

Penelitian Errington memberikan gambaran mengenai dimensi

sosiokultural sebagai aspek dari linguistik kebudayaan. Penggunaan bahasa pada

masyarakat Jawa bergantung pada mitra tutur dan juga dipengaruhi oleh

kesantunan dan nilai budaya. Perbedaan dialek dan leksikon pada wilayah Keraton

Page 14: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

29

Surakarta dan Yogyakarta dipengaruhi oleh perbedaan ideologi historis. Penelitian

ini menggunakan metode etnografi dengan data tuturan pada kedua wilayah

tersebut. Penggunaan metode ini belum secara menyeluruh memberikan jawaban

historis yang mendukung perbedaan penggunaan bahasa Jawa baik di Kraton

Surakarta maupun Yogyakarta.

Selain pustaka-pustaka yang terkait dengan bahasa Dawan (Uab Meto),

terdapat kajian-kajian pustaka lainnya yang memiliki hubungan dengan penelitian

ini, di antaranya Bahasa, Sastra, dan Sejarah yang ditulis oleh Fox (1986). Pustaka

ini merupakan kumpulan hasil penelitian Fox mengenai bahasa puitis dalam

tuturan ritual masyarakat Rote. Kumpulan sastra lisan Rote dianalisis berdasarkan

teori pararelisme Roman Jakobson. Fox (1986:66, 280) menyatakan bahwa bahasa

ritual Rote adalah bentuk puisi lisan yang bercirikan penyepasangan wajib pada

semua unsur semantiknya. Variasi semantis dari proses ini adalah pararelisme

perbandingan (suatu pararelisme tertentu), metamorfosa (pararelisme yang

diproyeksikan dalam waktu), dan metafora (pararelisme yang disempitkan sampai

batas tertentu). Penyepasangan wajib membentuk konstruksi semantis secara

asosiatif, paradigmatik, dan selektif (Jacobson, dalam Fox, 1986:260). Gayutan

semantis ini merupakan gambaran persperktif dalam suatu masyarakat. Penelitian

ini tidak membahas lebih rinci mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik.

Meskipun demikian, konsep teori pararelisme digunakan dalam pembahasan

desertasi ini.

Page 15: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

30

2.2 Konsep

Konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan terminologi

teknis dan merupakan komponen kerangka teori. Konsep yang digunakan dalam

penelitian ini, 1) kosmologi, 2) siklus hidup, 3) tuturan ritual. Penjelasan

mengenai konsep-konsep tersebut seperti paparan berikut.

2.2.1 Kosmologi

Kosmologi sebagai sebuah gagasan teologis merupakan konsep yang

mengaitkan alam semesta, ruang, waktu, prima causa ‘penyebab utama’ dan

realita dalam dunia makro. Paradigma ini berada dalam ruang transendensial

individu dan sebagai upaya memahami keberadaan dirinya dan sesuatu yang tidak

terjangkau tersebut. Kerangka teologi yang membatasi gagasan tersebut seolah-

olah menjadi bagian abstraksi mikro yang keberadaannya merupakan realita

(Loux, 2006:26-30).

Kosmologi atau cosmology adalah kata yang berasal dari terminologi

Yunani yaitu cosmos yang berarti dunia atau alam semesta dan logos yang berarti

ilmu atau doktrin. Pengertian ini mengarah kepada makna kosmologi yaitu

pandangan mengenai struktur dunia atau semesta dan makna di baliknya. Hal ini,

terkait dengan istilah cosmogony yaitu pandangan mengenai asal-usul dunia dan

cosmography yaitu tentang cakupan dunia (Olson, 2011:56).

Kosmologi mengacu kepada asumsi mengenai struktur alam semesta

termasuk di dalamnya ekologi, stuktur masyarakat, mahkluk hayati dan non hayati

termasuk hal-hal yang tidak tampak. Pengertian ini mengacu kepada hubungan

Page 16: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

31

kosmologi dengan bagaimana masyarakat berpikir, identitas, hubungan individu

dalam masyarakat dan agama sebagai elemen yang tidak terpisahkan. Keterkaitan

elemen-elemen tersebut menempatkan kosmologi tidak hanya sebagai ideologi

tetapi sistem makna budaya (El-Aswald, 2002:2).

Fox (2006: 146) mendefinikan kosmologi sebagai cara pandang kelompok

masyarakat yang secara fundamental menempatkan eksistensi dirinya dan alam

semesta dalam representasi simbolik. Hal in terkait dengan rumah adat dan

aktivitas manusia yang diwujudkan dalam ritual. Pandangan ini memunculkan

dikotomi yaitu masyrakat melihat dirinya sebagai individu dalam interaksi sosial

dikonsepkan dengan mikrokosmos dan individu yang memaknai alam semesta

dikonsepkan dengan makrokosmos. Konsep ini tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lainnya dan menjadi sistem pengetahuan dari masyarakat

pemiliknya.

Dalam penelitian ini, kosmologi yang dimaksud adalah pandangan

masyarakat Boti sebagai individu yang memaknai alam semesta dan interaksi

sosial. Pandangan masyarakat Boti sebagai individu yang memaknai alam semesta

dikonsepkan dengan makrokosmos sedangkan individu dalam interkasi sosial

dikonsepkan dengan mikrokosmos.

2.2.2 Siklus hidup

Siklus hidup berkaitan erat dengan waktu dan peristiwa yang berulang

hingga bagian penting pada tataran ide suatu masyarakat (Lewis, 1988:258). Ide

tersebut selanjutnya dinyatakan dalam upacara-upacara dan simbol budaya. Lewis

Page 17: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

32

(1988:256) menyatakan bahwa upacara atau ritus siklus hidup adalah bagian yang

tak terpisahkan dalam perspektif waktu (segments of histories) dan pada akhirnya

menjadi identitas masyarakat tersebut. Kekhasan mengenai peristiwa dalam siklus

hidup setiap masyarakat mencerminkan bangunan dunia ide secara sosial yang

diwariskan ke dari generasi ke generasi.

Konsep siklus hidup dalam penelitian ini berkaitan dengan peristiwa lahir,

kawin dan mati pada masyarakat Boti. Ritual-ritual yang dilaksakan berkaitan erat

dengan peristiwa berbahasa yang tercermin dalam tuturan ritual. Konsep siklus

hidup juga digunakan untuk pembagian data tuturan ritual. Dengan cara ini, dapat

terlihat persepsi masyarakat berdasarkan urutan perspektif waktu.

2.2.3 Tuturan Ritual

Konsep tuturan ritual dipandang sebagai bahasa yang digunakan dalam

ritus tertentu, sedangkan ritual sendiri didefinisikan sebagai agama dalam

tindakan (Dhavamony, 1995:167). Lebih lanjut Dhavamony mengungkapkan,

bahwa ritus adalah tindakan simbolis sebagai gambaran pengalaman keagamaan

dalam bentuk kultus.

Kuipers (1998: 319) mendefiniskan tuturan ritual sebagai bahasa yang

digunakan dalam ritual yang memiliki ciri yang berbeda dengan bahasa sehari-

hari dalam hal register, struktur, sintaksis, dan penggunaan leksikon.

Konsep tuturan ritual yang dirujuk dalam penelitian ini adalah tindakan

berbahasa yang menyertai atau melengkapi suatu ritual. Misalnya tuturan ritual

kelahiran, tuturan ritual perkawinan dan tuturan ritual kematian.

Page 18: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

33

2.3 Landasan Teori

Berdasarkan pemaparan konsep di atas, penelitian ini menggunakan

payung teori linguistik kebudayaan. Di samping itu, digunakan pula teori

penunjang yaitu teori semiotik kognitif, teori konteks dan teori ideologi.

2.3.1 Linguistik Kebudayaan

Paradigma kebudayaan dan linguistik sebagai ilmu, mulai diperkenalkan

dalam penelitian Sir William Jones pada akhir abad ke-18 mengenai bahasa

Sanskerta dan Jacob Grimes pada awal abad ke-19 mengenai cerita rakyat dan

regulasi pergesaran bunyi konsonan pada bahasa-bahasa Indo-Eropa. Penelitian

Grimes menghasilkan temuan hukum Grimes yang menjadi salah satu dasar

linguistik struktural abad ke-20 yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure.

Perkembangan linguistik kebudayaan di Amerika dipelopori oleh Frans

Boas dalam karyanya Race, Language, and Cultural (Boas, 1940) sebagai dasar

pemikiran mengenai hubungan ras, bahasa, dan budaya. Konsep penting

penelitian ini adalah setiap manusia memiliki kemampuan mempelajari bahasa

dan berasimilasi dengan budayanya. Setiap masyarakat memiliki pola tersendiri

untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial dan berkembang secara

berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya. Bahasa adalah salah satu

media refleksi dalam pola perkembangan tersebut. Konsep inilah yang menjadi

dasar linguistik relativisme yang kemudian dikembangkan oleh Sapir-Whorf.

Page 19: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

34

Rentangan tahun 1920-1950, kajian linguistik kebudayaan dipengaruhi

oleh ahli linguistik seperti Sapir-Whorf dan Molinowski. Sapir menempatkan

kajian linguistik kebudayaan pada tataran yang lebih luas dengan memasukan

disiplin ilmu psikologi dengan asumsi bahwa bahasa sebagai petunjuk simbolis

untuk memahami suatu budaya. Pemikiran Sapir ini, selanjutnya digunakan oleh

Benjamin Lee Whorf dalam penelitiannya mengenai hubungan bahasa dan budaya

di masyarakat Hopi. Menurutnya, bahasa tidak hanya berpengaruh pada pikiran

tetapi sebagai penentu pikiran manusia. Di pihak lain, penelitian yang dilakukan

oleh Molinowski berfokus pada penerjemahan bahasa magis sebagai aspek

kebudayaan yang berkaitan erat dengan konteks dan aspek semantis.

Perkembangan linguistik kebudayaan terus berlanjut pada masa transisi

yaitu tahun 1950-1970. Pada masa ini, kajian linguistik yang berorientasi pada

kebudayaan dikolaborasikan dengan penelitian etnik atau semantis etnografi oleh

Taylor (1969). Pendekatan ini dipakai untuk memahami bahasa dan budaya dari

sudut pandang etnis itu sendiri. Pendekatan ini juga dipakai dalam memahami

etno-botani, etno-zoologi, dan studi perbandingan kategori warna oleh Berlin dan

Kay (1969).

Pada rentang waktu yang sama para ahli linguistik sudah dapat

memisahkan kajian linguistik kebudayaan ke dalam disiplin ilmu linguistik yang

terpisah secara hierarkis dengan kajian linguistik lainya. Batasan tersebut

mencakup struktur formal bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa dan

konteks kebudayaan. Perkembangan ini serta-merta melahirkan sosiolinguistik

pada tahun 1950-an sebagai sebuah ranah kajian baru dalam ilmu bahasa. Teori

Page 20: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

35

etnografi komunikasi oleh Dell Hymes dan John Gumperz (Gumperz and Hymes,

1986; Hymes, 1974) memberikan pandangan baru mengenai kedudukan bahasa

dalam kehidupan sosial.

Ranah yang lebih luas dan kompleks yang menjadi cakupan linguistik

kebudayaan berkembang pada perkembangan berikutnya yaitu antara tahun 1985-

sekarang. Pada masa ini, kajian linguistik kebudayaan dikembangkan melalui

metode perekaman data untuk kemudian dianalisis konteks bahasa dan budayanya

(Beeman, 2012: 540-542). Penelitian yang berkembang menggunakan paradigma

ini antara lain penelitian Deborah (2007) mengenai wacana percakapan dalam

hubungannya dengan perilaku manusia.

Linguistik kebudayaan sebagai sebuah bidang ilmu memiliki ciri, (1)

mencari hubungan intrinsik bahasa, dan budaya, dan bahasa dipandang sebagai

fenomena budaya, (2) memberikan perhatian pada fungsi bahasa dengan

penekanan perspektif budaya dan bahasa sebagai institusi budaya, (3)

menekankan pada penelitian budaya dari pada aspek sosial seperti kelas, gender,

variasi, dan tuturan dengan komponen tutur (01, 02), (4) mengkaji bahasa dan

budaya, dan bahasa serta penggunaan, (5) mengkaji aspek budaya, bahkan sastra

dan arkeologi, dan (6) menekankan pada metode kualitatif (Riana, 2009:57-58).

Penelitian linguistik kebudayaan dilaksanakan untuk mencari jawaban atas

pertanyaan cara-cara yang berbeda yang menempatkan bahasa sebagai sebuah

sistem abstrak pengklasifikasian (alam dan dunia budaya) dan sebagai modus

interaksi sosial bagi sekelompok orang untuk mengenali diri mereka dalam

lingkup sebuah komunitas. Hal ini terkait dengan cakupan penelitian linguistik

Page 21: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

36

kebudayaan yaitu: (1) pengelompokan dasar hubungan bunyi dengan makna

sebagai pengungkapan bahasa yang digunakan dalam variasi aktivitas sosial dan

(jika pendeskripsian tata bahasa lokal sudah ada) memberikan gambaran tentang

deskripsi gramatikal sebelumnya mencerminkan penggunaan bahasa secara umum

atau secara khusus; (2) konseptualisasi lokal termasuk karakteristik konseptual

yang baru dari budaya luar; (3) Distribusi spasial penggunaan bahasa (misalnya,

penggunaan bahasa khusus pada tempat umum tertentu); (4) fitur dan penandaan

kultural pada upacara ritual; (5) distribusi gaya bahasa yang berbeda, genre,

peristiwa tutur, (misalnya cara tertentu yang digunakan oleh kelompok-kelompok

sosial yang berbeda dalam menandai diri mereka sendiri melalui ciri

kelenguistikan khusus, register atau petunjuk lisan); (6) sejauh mana struktur

bahasa lokal dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan kosmologi; (7)

peran bahasa dalam masyarakat untuk membentuk gagasan, pikiran, dan

hubungan sosial; dan (8) interpretasi kode yang berbeda (seperti tuturan, gerak

tubuh, pakaian) dalam konstitusi pesan dan interpretasi masyarakat (Duranti,

1997:99).

Palmer (1996:35-36) mengonsepkan linguistik kebudayaan secara teoretis

sebagai penggabungan linguistik kognitif dengan linguistik aliran Boas,

etnosemantik, dan etnografi berbicara. Hal ini, mengisyaratkan bahwa keterikatan

dimensi sosiokultural sebagai bagian yang tak tepisahkan dari pemaknaan bahasa

sebagai bagian dari budaya. Lebih lanjut, Palmer (1996:35-36) yang

mengonsepkan linguistik kebudayaan sebagai penggabungan linguistik kognitif

dengan linguistik aliran boas, etnosemantik, dan etnografi berbicara.

Page 22: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

37

Penggabungan ini didasarkan pada karekteristik linguistik kebudayaan untuk

melihat pandangan penutur asli tentang studi penggunaan bahasa dalam konteks

sosial dan budayanya. Pendekatan linguistik kognitif bertujuan membidik pola

analisis dan kategori tutur penutur asli. Dengan demikian, pembatasan etnografi

berbicara, gagasan guyub tutur, gaya tutur, latar, peserta, tujuan, variasi bahasa,

cara pelaksanaan, tindak tutur, dan norma interaksi dianalisis sebagai model

kognitif rakyat dengan pendekatan emik.

Linguistik kebudayaan dalam hubungan dengan aspek kognitif juga

menjelaskan proses imajinatif yang meliputi manipulasi mental, skema

ruang/tempat, kekuatan/gaya perspektif, tindakan sosial, logika mekanistik kaidah

verbal, proposisi formal, dan silogisme. Teks pada tataran ini diubah dalam

material konseptual dan skema kognitif sebagai pandangan dunia kelompok

masyarakat yang bersangkutan (Palmer, 1996:33).

Foley (1997:3) mendefinisikan linguistik kebudayaan sebagai subdisiplin

ilmu dari linguistik yang menempatkan bahasa dalam konteks sosial dan budaya

yang lebih luas serta peranannya dalam membentuk dan mempertahankan praktik-

praktik budaya dan sosial. Karakteristik ini ditunjukan dengan peranan linguistik

kebudayaan sebagai sarana pengungkapan makna bahasa dalam penggunaannya,

bentuk, register dan gaya bahasa.

Penelitian ini menggunakan tiga aspek linguistik kebudayaan. Parameter

ini mengacu kepada hubungan bahasa dan budaya dalam tingkatan wacana (van

Dijk, 1998: 87). Aspek tersebut ialah dimensi sosiokultural, persepsi, dan

ideologi.

Page 23: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

38

(1) Dimensi Sosiokultural

Dimensi sosiokultural merupakan suatu dimensi yang menempatkan

sistem sosial seperti bahasa, kebiasaan, struktur, dll., untuk ditata, dibentuk dan

diciptakan kembali melalui perilaku dan bahasa dari individu, kelompok dan

institusi. Hal ini menyangkut bertemunya faktor budaya, sosial dalam

pengetahuan dasar manusia dan faktor lingkungan (ekologi) yang juga ikut

memengaruhinya. Hubungan ketiga faktor tersebut menjadi dasar sistem kognisi

manusia yang nantinya membantuk nilai dan kepercayaan(Ahearn, 2012:24).

Definisi yang lebih spesifik dijelaskan van Dijk (2009:87-88), yaitu

bertemunya ruang sosial (social space) dan perangkat fundamental seperti

pengetahuan, nilai dan norma sebagai representasi teks. Dimensi sosial

menyangkut 1) sosial aktor yaitu individu sebagai bagian kelompok sosial; 2)

interaksi sosial yaitu bagaimana pengetahuan individu diwujudkan dalam aktivitas

sosial, dan 3) situasi sosial yaitu ranah mental atau kognisi sosial. Penjelasan van

Dijk ini juga berhubungan dengan struktur makro (aspek interaksi sosial) dan

struktur mikro (aspek kognisi). Sementara itu, dimensi kultural oleh van Dijk

(2009:154) didefinisikan sebagai perangkat fundamental seperti pengetahuan,

nilai dan norma.

(2) Persepsi

Persepsi berkaitan erat dengan proses kognitif yang dipergunakan

seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Proses pemberian

arti terhadap lingkungan oleh seseorang akan berbeda-beda karena setiap individu

Page 24: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

39

akan memilki cara yang berbeda dalam melihat dan memberikan arti terhadap

sebuah fenomena. Secara sosial, persepsi dipandang sebagai proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu yang dapat menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan

aktivitas yang ada dalam diri individu. Proses ini berakibat pada tingkat kesadaran

individu untuk menyadari dan memahami keadaan lingkungan yang ada

disekitarnya serta keadaan diri individu yang bersangkutan. Interelasi ini terjadi

secara sistematis dan berkesinambungan dalam interaksi sosial dan budaya.

(Gallagher dan Zahavi, 2008:84-85).

Sharifian (2011:191) medefinisikan persepsi adalah dasar dari aktivitas

masyarakat untuk membentuk konsep dari segala sesuatu yang diperhatikan,

diperdulikan, dan dipikirkan. Pada masyarakat yang masih memegang teguh nilai

budaya, konsep ini terlihat dalam peristiwa bahasa yang dipengaruhi oleh kognisi

sosial masyarakat penggunanya. Hal ini memberikan gambaran mengenai posisi

kognitivisme dalam linguistik kebudayaan.

(3) Ideologi

Ideologi dalam hubungannya dengan kognisi sosial yaitu sebagai properti

mental yang mengatur penerimaan, pembagian dan pertukaran informasi dalam

masyarakat (dalam hal ini budaya ditempatkan sebagai unsur yang menyertainya).

Interaksi ini menempatkan ideologi sebagai sistem kepercayaan (pengetahuan,

sikap, norma, nilai dan lain sebagainya). Pada tataran sosial, ideologi terlihat pada

identitas kelompok, keunikan, solidaritas individu dalam mencapai tujuan tertentu,

Page 25: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

40

sikap individu dalam mempertahankan identitas, dan hal lainya yang berhubungan

dengan sikap sosial. Ideologi dalam tataran wacana terwujud dalam bentuk,

makna dan tindakan untuk mencari makna dari representasi sosial dalam teks dan

ujaran. Ideologi adalah bagian dari wacana yang berkaitan erat dengan konteks

sosial budaya. Hubungan ini menempatkan ideologi dalam sistem terstruktur yang

dapat diungkapkan dengan intonasi tertentu, valume, struktur klausa

(ketransitifan: aktif dan pasif), pemilihan dan penggunaan leksikal tertentu,

pelesapan, presuposisi, koherensi, keseluruhan topik, retorika (contoh, metafora),

skemata, pemilihaan peristiwa tutur, dan kesantunan berbahasa (van Dijk,

1998:313-318).

Dengan demikian, hubungan bahasa, budaya, dimensi sosial dan ideologi

dapat dijelaskan sebagai berikut. Ideologi sebagai sistem kepercayaan terjadi

melalui interaksi dengan sistem pengetahuan budaya. Interaksi ini terwujud dalam

sikap kelompok dan pada tataran yang lebih nyata terlihat dalam peristiwa budaya

(peristiwa ritual). Bahasa sebagai ekspresi budaya terlihat pada penggunaan

bahasa ritual dalam peristiwa budaya. Hal ini tentunya terkait dengan interaksi

lingkungan sosial dan konteks (dimensi sosio kultural) yang pada akhirnya

kesatuannya membangun sebuah wacana. Hubungan ini terlihat pada gambar di

bawah ini.

Page 26: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

41

2.3.2 Semiotik Kognitif

Pembahasan mengenai linguistik kebudayaan sebagai payung teori

memberikan ruang kepada teori semiotik khususnya semiotik kognitif

sebagaimana yang akan digunakan dalam penelitian ini. Teori semiotik kognitif

dikembangkang oleh beberapa ahli seperti: (1) Jordan Zlatev (2012), dalam artikel

Cognitive Semiotics: An Emergering Field for the Transdicilinary Study of

Meaning; (2) Per Durst-Andersen (2011) dalam buku Linguistics Supertypes: A

Cognitive Semiotics Theory of Human Communication; (3) Per Aage Brant dalam

buku Space, Domain and Meanings: Essay in Cognitive Semiotics (2004) dan

Gambar 2.2 Hubungan Bahasa, Budaya, Dimensi Sosiokultural, Ideologi dan

Wacana (diadaptasi dari van Dijk 1998: 87)

SITUASI SOSIAL

MEMORI SOSIAL (Tahap Pelaksanaan) EPISODIK MEMORI MEMORI SOSIAL

Wacana

KONTEKS Representasi Teks

(Dimensi Sosiokultural)

PERISTIWA (BERBAHASA)

SIKAP KELOMPOK

IDEOLOGI KELOMPOK

BUDAYA

Page 27: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

42

disertasinya yang berjudul Language and Enunciation: A Cognitive Inquiry with

Special Focus on Conceptual Integration in Semiotic Meaning Construction.

Alasan pemilihan teori ini didasarkan pada karakterisitik teori semiotik

kognitif sebagaimana dipaparkan Zlatev (2012:14-17). Karaekteristik pertama,

triangulasi metode pencarian makna pada tingkatan subjektif, intersubjektif, dan

objektif. Interpretasi makna pada tingkatan subjektif (first-person) berupa analisis

konseptual, dan intuisi sistematis dari penutur asli. Produk dari tingkatan ini dapat

berupa persepsi, penggambaran mental, dan analisis kebahasaan (fonologi,

morfologi, dsb). Interpretasi makna intersubjektif (second-person) dilaksanakan

dengan bentuk yang lebih imajinatif dan menghasilkan analisis interaksi sosial.

Interpretasi makna objektif (third-person) dilaksanakan dengan jaringan tanda,

peta alur pikir (tanda dimaknai melalui hubungan dengan tanda lainnya tanpa

melibatkan analisis interpreter yang berlebihan). Karakteristik ini digunanakan

pada prilaku tertutup pada individu atau kelompok masyarakat tertentu.

Trianggulasi metode memungkinkan analisis data pada tataran semiotik yang

lebih dalam, menyeluruh, memiliki tingkat keobjektifan yang tinggi. Hal tersebut

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.3 Skema Triangulasi Metode Semiotik Kognitif

(diadaptasi dari Zlatev, 2012:17)

Subjektif Intersubjektif Objektif

Analisis Konseptual

Skema Penggambaran Konsep

Peta Alur Pikir

Persepsi Sistem Penandaan Hubungan Tanda

Page 28: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

43

Karakteristik kedua, penggunaan fenomenologi sebagai metode penelitian.

Penggunaan metode ini, memungkinkan penggunaan hermeneutik sebagai

metode analisis data, sehingga, hasil yang diperoleh dapat menyentuh esensi

pemaknaan tanda yang mendalam. Kararteristik ketiga, kedinamisan yaitu (1)

melihat interpretasi tanda dalam berbagai tingkatan, (2) bersinergi dengan

berbagai bentuk dalam intrepretasi budaya (dalam penelitian ini mengacu kepada

dimensi sosiokultural dan ideologi), (3) mengutamakan kedinamisan proses

(interpretasi) dibandingkan dengan produk (interpretasi) statis dan (4) memahami

hubungan esensi makna melalui interpretasi proses pengelolahan tanda secara

alami. Karakteristik keempat, yaitu trandisiplin ilmu yang luas sebagai penopang

teori. Disiplin ilmu tersebut mencakup (1) semiotik (tidak hanya pada satu aliran

pemikiran tetapi dapat berupa kombinasi, (2) linguistik (pendekatan melihat

makna sebagai esensi bahasa), (3) antropologi, (4) kognitif, dan (5) filsasat

(fenomenologi).

Teori semiotik kognitif pada disertasi ini mengacu pada prinsip semiotik

de Saussure dengan beberapa penggabungan konsep lainnya. Prinsip-prinsip

kognitif dalam semiotik de Saussure digunakan untuk mencari relasi tanda,

mencari relasi refren (sistem penanda), membentuk bangunan persepsi terhadap

suatu entitas. Penggunaan semiotik dikotomi de Saussure diperkaya dengan

pandangan semiotik Moris untuk membedah data linguistik kebudayaan.

Analisis teks tuturan ritual menggunakan semiotik Morris mengacu pada

tiga relasi dimensional yang mengaitkan tataran mikro dan makro linguistik pada

tataran tanda. Dalil ini tidak bertujuan membenturkan konsep linguistik secara

Page 29: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

44

utuh, akan tetapi penempatan linguitik miro dan makro bertujuan sebagai alat

bantu membedah struktur bahasa utuk dapat diinterpretasi lebih lanjut dan

mendalam. Penerapan konsep semiotik Moris secara konseptual digambarkan

sebagai berikut.

Gambar 2.4 Korelasi semiosis dan tiga dimensi semiotik Morris

(Diadaptasi dari Morris dalam Noth,1990:50)

Model ini pada prinsipnya sama dengan model organon Buhler, tetapi

Morris memandang dari dimensi sudut pandang yang berbeda. Dimensi-dimensi

tersebut adalah sintaktik, semantik, dan pragmatik. Dimensi sintaktik yang

dimaksud Morris lebih dari sekadar hubungan antarleksikon, tetapi (1) dilihat

sebagai tanda dan kombinasi tanda dalam korelasi yang bersifat sintaktik; (2)

sintaktik dilihat sebagai cara yang digunakan tanda dari kelas yang berbeda atau

bervariasi untuk menjadi sebuah kelompok tanda, dan (3) sintaktik berarti

pembahasan mengenai relasi formal antara tanda yang satu dalam hubungannya

Page 30: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

45

dengan tanda yang lain. Pada definisi yang ketiga ini, Morris memasukan

pembahasan sintakmatik dan paradigmatik.

Pada tataran sintagmatik dan paradigmatik konsep bahasa sebagai alat

berpikir dan berkomunikasi harus dibentuk dari interaksi tanda. De Saussure

(1993:147) menjelaskan bahwa interaksi tanda dapat dimaknai sebagai kombinasi

antara konsep dan gambaran akustik. Dengan kata lain, tanda terbentuk dari

kesatuan antara dua aspek yang tidak terpisahkan satu sama lain, yaitu signifiant

(penanda) dan signifie (petanda). Signifiant adalah aspek formal atau bunyi pada

tanda itu, sedangkan signifie adalah aspek kemaknaan atau konseptual. Tanda

pada tataran langue bersifat konkret sebagai hasil kerja sama antara penanda dan

petanda.

Pada tataran dimensi yang kedua, Morris menjelaskan semantik sebagai

relasi tanda dengan designate-nya atau arti dari tanda tersebut. Dari sudut pandang

yang lebih luas Morris menjelaskan bahwa semantik dalam ruang lingkup

semiotik berhubungan dengan penjelasan mengenai pengertian tanda. Pada tataran

dimensi pragmatik, Morris menjelaskannya sebagai sebuah relasi antara tanda dan

interpreter (Noth, 1990:50-53). Relasi dimensi semiotik Morris berhubungan erat

dengan konsep sistem penandaan untuk mengungkapkan pola tingkah laku

manusia dalam suatu kebudayaan (Hoed, 2011:26).

Pendapat ahli lainya yang juga digunakan dalam penelitian ini yaitu

Gudwin (1997:3). Gudwin berpendapat bahwa semiotik kognitif berhubugan

dengan sistem pengetahuan manusia. Kognisi dalam kaitannya dengan semiotik

mengidentifikasi objek atau fenomena untuk dikelola ke dalam struktul internal

Page 31: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

46

individual. Pada prinsipnya, struktur ini merupakan proses pengidentifikasian

atribut-atribut sebagai penjelas entitas. Konsep Gudwin didukung oleh Eco

(2009:126), yang menjelaskan bahwa pengidentifikasian dalam proses kognisi

melibatkan pemilihan, pengelompokan, dan pengintegrasian objek tertentu.

Bahasa sebagai alat pengungkapan ide, tidak terlepas oleh sistem pengetahuan

penggunannya. Bentuk lingual sebagai citraan bunyi dipakai sebagai alat

komunikasi tempat kata dapat menjadi sebuah tanda yang bergayut secara

konotatif dan denotatif.

Apabila diasosiasikan pada teks tuturan ritual, maka teks tersebut adalah

kumpulan tanda yang berhubungan secara sintagmatik dan paradigmatik.

Berkaitan dengan hal tersebut, Randvir (2004:7), menjelaskan bahwa unit-unit

sosiokultural dikonstruksi untuk melihat persepsi suatu masyarakat.

Pengonstruksian tersebut secara visual membentuk peta kognitif. Prinsip

konstruksi peta kognitif berdasarkan pengelompokan sistematis dan dalam suatu

unit penjelas tertentu. Kedua prinsip ini bertujuan untuk melihat fenomena

penggunaan tanda oleh manusia dalam menjelaskan suatu sistem pengetahuan

bersama.

Pendapat Randvir sejalan dengan Kryssanov dan Kakusho (2010:20) yang

menghubungkan hubungan kognisi sosiologis tersebut dalam sebuah sistem

penandaan teks. Gayutan dalam sebuah teks diistilahkan dengan node dan

hubungan intertekstual (diluar teks, diistilahkan dengan link). Teori sistem

penandaan oleh Kryssanov dan Kakusho dikenal dengan teori penandaan tekstual.

Konsep ini menjelaskan analisis wacana berdasarkan hubungan tanda yang

Page 32: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

47

direpresentasi melalui bentuk lingual. Pada tataran dasar (bentuk lingual bergayut

dengan bentuk lingual lainnya) terlihat alur pikir yang mendasari sebuah teks.

Hubungan tanda ini menjelaskan cara masyarakat menandai sebuah entitas dan

pada tataran konseptual menjadi sebuah persepsi. Pola urutan inilah yang dipakai

untuk menjelaskan fenomena bahasa-budaya. Pendapat oleh Kryssanov dan

Kakusho dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Hubungan tanda dalam sebuah tuturan menggunakan prinsip peta kognitif de

Beaugrande (1980). Sebuah teks terdiri atas sebuah topik global yang

megendalikan keseluruhan teks. Prinsip ini dapat diterapkan untuk membangun

hubungan antartanda dalam teks tuturan ritual. Peta alur pikir de Beaugrande

dapat dilihat seperti di bawah ini.

Gambar 2.5 Konsep Penandaan

(diadaptasi dari Kryssanov dan Kakusho, 2010:10)

Dimensi Sosiokultural

Masyarakat Boti

Tuturan Ritual (hubungan

tekstual-node)

Tuturan Ritual (hubungan

tekstual-node)

Tuturan Ritual (hubungan

tekstual-node)

SISTEM PENANDAAN

intertekstual

Page 33: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

48

A great black and yellow V-2 rockett 46 feed long stood in a New Mexico desert. Empty, it weighed five tons. For fuel it carried eigh tons of alcohol and oxigen.

Everything was ready. Scientists and generals withdrew to some distance and crouhed behind earth mounds. Two red flares rose as a signal to fire the rocket.

Penjelasan mengenai teori semiotik kognitif juga didukung oleh teori

konteks. Pada peneltian ini, teori konteks digunakan untuk menganalisis dimensi

sosiokultural tuturan ritual kosmologi. Tuturan ritual sendiri dipandang sebagai

teks yang terikat pada konteks. Teori ini dirintis oleh Van Dijik dalam bukunya

Discourse and Context: A Socialcognitive Approach (2008) dan Society and

Disourse: How to Social Contexts Influence Text and Talk (2009).

Peta Kognif 2.1

Menggambarkan alur pikir dalam sebuah wacana. Bentuk lingual ‘rocket’ menjadi topik global yang bergayut dengan fitur-fitur yang terdapat dalam teks tersebut.

(diadaptasi dari Beaugrande, 1980:98)

Page 34: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

49

Konteks dipahami sebagai latar teks yang bersifat subjektif, dinamis,

berada dalam struktur mental, didasarkan pada pengetahuan sosial, merupakan

perwujudan dari situasi, dan merupakan variabel budaya (van Dijk, 2009: 248-

251). Konteks bersifat subjektif sebagai lawan dari pemahaman sebelumnya yaitu

objektivitas konteks sosial. Batasan konteks tidak hanya pada variabel sosial

seperti gender, strata sosial dan hal lain yang terstruktur tetapi lebih kepada

representasi autobiografi di dalam memori episodik. Hal ini terkait dengan

struktur mental dalam penggunaan bahasa, termasuk bahasa ritual. Aspek mental

yang dimaksud yaitu cara pelibat beradaptasi atau memahami setiap fragmen

wacana dalam peristiwa komunikasi tersebut. Konteks ditempatkan juga sebagai

sisi pragmatis dari wacana budaya.

Pandangan van Dijk lainnya yang juga disertakan dalam penelitian ini

yaitu teori ideologi (van Dijk, 1998). Pendekatan teori ini menggunakkan

paradigma kognisi sosial, ilmu sosial, dan wacana. Paradigma kognisi sosial

menempatkan ideologi sebagai keyakinan dasar (pengetahuan, opini, nilai, kriteria

kebenaran, dan lain-lain) dari kelompok sosial tertentu yang berfungsi (1)

mengatur representasi sosial; (2) memantau evaluatif belief (opini dan sikap,

sebagai lawan dari factual belief yang mencakup benar dan salah), (3) sebagai

dasar penilaian sosial; dan (4) pengatur interaksi antara kognisi individual dan

kognisi sosial.

Ideologi dalam fungsi sosial berkaitan dengan (1) pengaturan hubungan

sosial, seperti identitas kelompok, tujuan yang ingin dicapai, keunikan yang

Page 35: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

50

dimiliki, (2) pengelolahan hubungan kelompok sosial, seperti dominasi dan

konflik, persaingan, dan kerja sama.

Ideologi dalam fungsi wacana berkaitan dengan teks dan ujaran.

Hubungan ini menempatkan ideologi dalam sistem terstruktur yang dapat

diungkapkan dengan intonasi tertentu, volume, struktur klausa (ketransitifan: aktif

dan pasif), pemilihan dan penggunaan leksikal tertentu, pelesapan, presuposisi,

koherensi, keseluruhan topik, retorika (contoh, metafora), skemata, pemilihaan

peristiwa tutur, dan kesantunan berbahasa.

Tabel 2.1

Tingkatan Analisis Ideologi dalam Wacana

(diadaptasi dari van Dijk, 1998:15)

1. Analisis Sosial a. Struktur sosial secara keseluruhan b. Struktur organisasi atau instutisional c. Relasi kelompok d. Struktur kelompok

2. Analisis Kognitif 2.1 Kognisi sosial

a. Nilai sosiokultural b. Ideologi (ciri khusus) c. Sistem sikap d. Pengetahuan sosiokultural

2.2 Kognisi Individual 2.2.1 Umum (konteks bebas)

a. Nilai secara individual b. Ideologi individual c. Sikap individual d. Pengetahuan individual

2.2.2 Khusus (konteks terikat) a. Models : representasi dari suatu peristiwa atau kejadian b. Konteks models : representasi dari konteks ujaran c. Representasi peristiwa berbahasa d. Kontruksi mental dalam memaknai makna teks e. Strategi menyeleksi wacana

3. Analisis Wacana

Page 36: 16 · 2018. 8. 30. · Pertama, penelitian Yu (2009) dengan judul The Chinese Heart in Cognitive Perspective: Culture, Body, and Language. Penelitian ini bertujuan (1) ... penelitian

51

Variasi struktur teks dan ujaran

2.4 Model Penelitian

Data yang diperoleh berupa tuturan ritual yang dianalisis dengan teori

linguistik kebudayaan sebagai payungnya dan teori semiotik kognitif, teori

konteks, dan teori ideologi digunakan secara spesifik dan menjadi bagian dari

paradigma linguistik kebudayaan. Perangkat kerja seperti ini menghasilkan

temuan baru. Model penelitian yang telah dijelaskan, dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Gambar 2.6 Model Kerangka Kerja Penelitian

TUTURAN RITUAL KOSMOLOGI

MASYARAKAT BOTI

METODE DASAR FILSAFAT

KOGNITIF-REALIS

FENOMENOLOGI

HERMENEUTIK

TEORI

ANALISIS

TEMUAN

LINGUISTIK KEBUDAYAAN

TEORI SEMIOTIK KOGNITIF

TEORI KONTEKS

TEORI IDEOLOGI