pkl_report body

116
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu sayuran yang mempunyai arti penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia. Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya penduduk dan konsumsi per kapita. Disamping itu, sebagian masyarakat juga menginginkan produk hortikultura yang lebih berkualitas. Konsumsi sayuran di Indonesia tahun 2005 adalah 37.30 kg/kapita/tahun hal ini masih rendah dari syarat minimum yang direkomendasikan oleh FAO 65 kg/kapita/tahun. Namun demikian produksi nasional sayuran masih lebih rendah dari konsumsi yakni sebesar 35.30 kg/kapita/tahun. Dengan demikian masih terbuka sangat lebar peningkatan produksi agar mampu memenuhi tingkat konsumsi sayuran nasional (Anonim, 2006). Permintaan terhadap komoditas selada terus meningkat, antara lain berasal dari pasar swalayan, restauran-restauran besar (Fast Food Eropa dan Cina), hotel-hotel berbintang di kota- kota besar, serta konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia maupun masyarakat Indonesia sendiri. Selain itu peluang bisnis selada dapat juga dilihat dari semakin berkembangnya jumlah

Upload: titis-rohmah-m

Post on 20-Nov-2014

315 views

Category:

Data & Analytics


4 download

DESCRIPTION

My report body

TRANSCRIPT

Page 1: PKL_Report body

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu sayuran yang

mempunyai arti penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia.

Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia terus meningkat

seiring dengan meningkatnya penduduk dan konsumsi per kapita.

Disamping itu, sebagian masyarakat juga menginginkan produk

hortikultura yang lebih berkualitas. Konsumsi sayuran di Indonesia

tahun 2005 adalah 37.30 kg/kapita/tahun hal ini masih rendah dari

syarat minimum yang direkomendasikan oleh FAO 65 kg/kapita/tahun.

Namun demikian produksi nasional sayuran masih lebih rendah dari

konsumsi yakni sebesar 35.30 kg/kapita/tahun. Dengan demikian masih

terbuka sangat lebar peningkatan produksi agar mampu memenuhi

tingkat konsumsi sayuran nasional (Anonim, 2006).

Permintaan terhadap komoditas selada terus meningkat, antara

lain berasal dari pasar swalayan, restauran-restauran besar (Fast Food

Eropa dan Cina), hotel-hotel berbintang di kota-kota besar, serta

konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia maupun masyarakat

Indonesia sendiri. Selain itu peluang bisnis selada dapat juga dilihat dari

semakin berkembangnya jumlah hotel dan restauran-restauran asing

(bertaraf internasional) yang banyak menyajikan masakan-masakan

asing yang menggunakan daun selada, misalnya salad, hamburger, hot

dog, dan sebagainya. Peningkatan jumlah hotel dan restauran

menyajikan masakan dengan menggunakan daun selada akan

meningkatkan permintaan selada.

Budidaya selada keriting bisa dipanen 20-30 hari setelah bibit

ditanam. Produktivitas tanaman selada keriting bisa mencapai 15-20 ton

per hektar. Apabila petani mempunyai lahan 1000 m2 dan ditanami

selada dengan hasil yang terendah 1.500kg dan harga murah

Rp.8000,-/kg, maka petani akan mendapatkan hasil

Rp.3.849.564,16,-/bulan. Selada berpotensi besar untuk dikembangkan

di Indonesia, karena disamping kondisi iklimnya cocok untuk

Page 2: PKL_Report body

2

komoditas selada, juga dapat memberikan keuntungan yang memadai

bagi pembudidaya.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara budidaya selada yang baik?

2. Berapakah produktivitas selada di lokasi kerja praktik ?

3. Layakkah produksi selada di lokasi kerja praktik ?

C. Tujuan kerja praktik1. Tujuan umum

a. Meningkatkan penalaran dalam menghadapi permasalahan di

lapangan

b. Membandingkan teori dan praktik di lapangan

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman selada yang baik

D. Manfaat kerja praktik

1. Sebagai salah satu syarat yang diperlukan penulis untuk memperoleh

derajat sarjana strata 1

2. Menerapkan teori dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan

3. Memberikan informasi pada pembaca mengenai budidaya yang baik

Page 3: PKL_Report body

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi

1. Taksonomi Selada Keriting

Sistematika tanaman selada keriting adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa

2. Morfologi Selada

Secara morfologi, organ–organ penting yang terdapat pada

selada adalah sebagai berikut:

a. Daun

Daun selada keriting memiliki tangkai daun lebar dengan

tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun

bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa

agak manis. Daun selada keriting memiliki ukuran panjang 20-25

cm dan lebar 15 cm serta bagian tepi daun bergerigi (keriting)

(Wicaksono, 2008).

b. Batang

Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada

yang membentuk krop, batangnya sangat pendek, hampir tidak

terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam

tanah. Sedangkan selada yang tidak membentuk krop (selada

daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan

terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran

Page 4: PKL_Report body

4

diameter berkisar antara 5,6 cm–7 cm (selada batang), 2 cm-3 cm

(selada daun), serta 2 cm-3 cm (selada kepala).

c. Akar

Tanaman selada memiliki sistem perakaran serabut. Akar

serabut tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20 cm-

50 cm atau lebih. Perakaran selada dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik pada tanah yang subur, gembur, mudah menyerap

air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam.

d. Bunga

Bunga selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu

rangkaian. Selada memiliki tangkai bunga yang panjang mencapai

80 cm atau lebih. selada yang ditanam di daerah yang beriklim

sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.

e. Biji

Biji selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,

berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4

mm dan lebar 1 mm. Biji selada merupakan biji tertutup dan

berkeping dua, dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman.

3. Macam-macam Varietas Selada

Selada memiliki banyak varietas, yang telah dikembangkan dan

dibudidayakan oleh masyarakat. Diantaranya ada varietas yang

berkrop, yaitu yang membentuk kumpulan daun-daun yang saling

merapat membentuk bulatan menyerupai kepala, dan ada varietas

yang helaian daunnya lepas tidak merapat membentuk bulatan.

Masing–masing varietas memiliki ciri–ciri yang khusus .

Selada yang umum dibudidayakan saat ini dapat dikelompokkan

menjadi 4 tipe dengan berbagai macam varietas, yaitu: selada kepala

atau selada telur, selada rapuh, selada daun, dan selada batang.

a. Selada kepala atau selada telur

Selada kepala mempunyai krop bulat dengan daun saling

merapat. Pada jenis tertentu beberapa helai daun di sebelah

bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau

Page 5: PKL_Report body

5

terang tetapi ada juga yang berwarna gelap. Batangnya sangat

pendek dan hampir tidak terlihat. Selada kepala rasanya lunak

dan renyah. Jika selada kepala ditanam di dataran rendah maka

tidak akan menghasilkan krop. Selada kepala dapat dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu tipe crisphead dan tipe butterhead.

1) Selada kepala tipe crisphead

Ciri selada kepala membentuk krop dengan daun yang

keriting. Jenis ini sangat popular di Inggris dan Amerika

Selatan. Tipe selada kepala lebih tahan terhadap kekeringan.

Setelah perkembangan roset awal, daun selanjutnya mulai

tumbuh bertumpang-tindih, dan akhirnya memerangkap daun

yang baru terbentuk. Selanjutnya perkembangan daun yang

terperangkap meningkatkan kepadatan kepala, kepala biasanya

berbentuk hampir bulat. Kepala dapat menjadi sangat keras, dan

dengan makin besar, kepala ini dapat pecah. Daun yang terlalu

matang menjadi pahit. Daun-daun bagian dalam yang terlipat

ketat menjadi kasar (rugose), getas dan renyah. Daun terluar

biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya makin

muda. Ketika dipanen, tanaman biasanya berbobot antara 700

dan 1000 g. Selada produksi rumah kaca umumnya jauh lebih

kecil. Daya simpan dan keterangkutan yang baik adalah sifat

penting yang dimiliki selada kepala renyah. Beberapa varietas

selada kepala sebagai berikut:

a) Kaisser: varietas yang berkualitas tinggi ukurannya kecil,

dan daunnya berwarna hijau terang.

b) Ballade: memiliki pertumbuhan cepat dengan warna hijau

terang

c) Alpen: dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran

rendah, pertumbuhannya cepat, ukurannya sedang dan

berwarna hijau gelap

Page 6: PKL_Report body

6

d) Marina: merupakan varietas yang baru, sistem perakarannya

kuat, ukuran besar, dan berwarna hijau terang.

e) Santa maria: ukuran besar, daun tebal, dan berwarna hijau

gelap.

f) Great lakes: ukuran selada ini memang besar. Jenis ini

sangat popular di Amerika dan kini menyebar ke banyak

negara.

g) Avoncrisp: varietas yang tergolong tahan serangan hama

penyakit. Daunnya hijau segar dan keriting.

2) Selada kepala tipe butterhead

Ciri tipe butterhead ialah membentuk krop dengan daun

yang lurus, pinggiran daunnya rata. Jenis ini sangat terkenal di

Amerika Serikat. Pertumbuhannya cepat, daunnya halus. Jenis

butterhead memang didominasi oleh varietas musim panas

sehingga mudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.

Kultivar selada kepala mentega, kadang-kadang disebut

selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai

konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman

kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan

kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah.

Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak

lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu

tipe hari netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-

pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan

umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini

mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya

simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat

pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega.

Varietas selada yang termasuk butterhead sebagai berikut:

Page 7: PKL_Report body

7

a) Okayama salad: warnanya hijau tua, tahan terhadap panas

dan umurnya genjah.

b) Green mignonette: warnanya hijau terang, ukurannya kecil

dan umurnya genjah.

c) Brown mignonette: sama dengan green mignonette, tetapi

warna daunnya hijau kecoklatan.

d) Mini star: merupakan varietas baru. Ukurannya kecil,

pertumbuhannya termasuk cepat, dapat dipanen pada umur

55-60 hari setelah disemai.

e) All the year round: namanya yang unik diperoleh karena

varietas ini dapat di tanam sepanjang tahun. Ukurannya

tergolong sedang, warna daun hijau pucat. Cukup tahan

terhadap kekeringan.

b. Selada rapuh atau selada cos

Selada rapuh mempunyai krop yang lonjong dengan

pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung mirip petsai. Daunnya

lebih tegak dibanding selada umumnya yang menjuntai ke

bawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua. Meskipun

sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini

tergolong lambat pertumbuhannya.

Kultivar selada cos, juga disebut sebagai romaine, memiliki

daun memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang

daun tengah lebar dan jelas. Daun panjangnya yang agak sempit

cenderung tumbuh tegak dan secara longgar bertumpang tindih

satu sama lain, serta tidak membentuk kepala. Sifat pasca

panennya sama dengan tipe kepala renyah. Beberapa varietas

selada cos sebagai berikut:

1) Lobjoit’s green: varietas lama yang masih disukai hingga

sekarang. Ukurannya besar, daun hijau gelap. Rasanya enak

dan renyah.

2) Paris white: ukurannya besar, daun sebelah dalam berwarna

hijau pucat. Rasanya renyah.

Page 8: PKL_Report body

8

3) Little gem: selada ini tergolong yang paling cepat

pertumbuhannya dalam kelompok selada cos. Penampilannya

mirip kubis. Kropnya kecil namun seragam. Rasa selada ini

adalah yang paling manis.

4) Barcarolle: penampilannya menawan. Cocok untuk tanaman

hias atau penghias hidangan. Warna daun hijau tua, daun

merapat dengan rapi, tanaman cukup tinggi dan besar.

5) Winter density: rasa manisnya, sesuai namanya selada jenis

ini hanya tumbuh baik di musim dingin. Oleh karena itu, sulit

dibudidayakan di Indonesia.

c. Selada daun

Selada ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak

atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri khas lainnya

tidak membentuk krop. Biasanya selada ini digunakan sebagai

hiasan untuk aneka masakan. Jenis ini umurnya genjah dan

toleran terhadap kondisi dingin. Apabila daunnya dipanen

dengan cara lepasan satu persatu, tidak dicabut sekaligus, maka

tanaman dapat dipanen beberapa kali. Meskipun demikian,

umumnya selada daun dipanen sekaligus seluruh tanamannya

sama seperti jenis selada lainnya.

Beberapa varietas selada daun yang telah dikenal antara lain:

1) New red fire: warna merah tua gelap, umurnya tergolong

genjah, jenis ini tahan terhadap kondisi panas dan dingin.

2) Green wave: ukurannya besar, warna hijau, umurnya genjah,

dan toleran terhadap keadaan dingin.

3) Price head: daunnya lebar dan berwarna merah tua.

4) Salad bowl: merupakan jenis asli (berwarna hijau) yang

banyak menghasilkan silangan baru. Penampilan daunnya

yang keriting bagus untuk penghias makanan atau campuran

salad.

5) Red salad bowl: jenis selada yang pertumbuhan maupun

penampilan sama dengan salad bowl. Namun, jenis yang satu

Page 9: PKL_Report body

9

ini daunnya berwarna merah kecoklatan merupakan turunan

baru jenis salad bowl biasa.

Jenis selada daun yang banyak dijual di pasar-pasar

tradisional adalah jenis lokal yang mudah tumbuh di dataran

rendah. Selada ini cukup diminati konsumen sebagai lalap.

Tidak heran bila selada daun lokal ini sekarang banyak sekali di

usahakan oleh petani sayur dataran rendah. Selada daun lokal ini

contohnya adalah selada betawi. Tanamannya memiliki daun

yang cukup renyah, berwarna hijau segar.

d. Selada Batang

Selada batang atau stem lettuce daunnya berukuran besar,

panjang, bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Selada ini

mendapat julukan selada batang karena daunnya berlepasan

tidak dapat membentuk krop. Varietas jenis ini yang terkenal

adalah celtuse. Dibandingkan jenis selada lainnya selada batang

kurang diminati untuk diusahakan.

Dari jenis-jenis selada di atas, hampir semuanya merupakan

introduksi dari luar negeri. Benihnya kebanyakan masih

diimpor. Namun, bagi yang berminat menanam jenis tersebut di

Indonesia dapat membelinya di sarana toko pertanian yang

lengkap. Jenis selada butterhead seperti green mignonette,

brown mignonette, dan buttercrunch dapat dibeli di toko

pertanian.

B. BUDIDAYA

1. Syarat Tumbuh

Tanaman selada akan tumbuh baik dan produksinya tinggi

baik kuantitas maupun kualitasnya jika syarat-syarat tumbuhannya

terpenuhi. Syarat tumbuh yang diperlukan terutama adalah iklim dan

tanah. Tentu saja iklim dan tanah untuk masing-masing daerah atau

tempat belum tentu sama (Suprayitna imam, 1996).

a. Iklim

Page 10: PKL_Report body

10

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

selada yaitu: suhu, sinar matahari, ketinggian tempat dan curah

hujan.

1) Suhu

Tanaman selada membutuhkan lingkungan tempat

tumbuh yang beriklim dingin dan sejuk, yakni pada

temperatur antara 15⁰C-25⁰C. Di daerah yang temperaturnya

tinggi, tanaman selada tipe kubis akan gagal membentuk

krop, kalaupun terbentuk kropnya berukuran kecil-kecil.

Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang perbenihan,

telah banyak diciptakan varietas selada yang tahan terhadap

suhu panas (Rahmat Rukmana, 1994).

2) Sinar matahari

Reaksi tanaman terhadap intensitas cahaya matahari

berbeda-beda, tergantung pada jenisnya, ada jenis tanaman

yang dapat kena matahari langsung dan ada yang

memerlukan naungan. Sayuran daun seperti selada umumnya

memiliki kualitas yang baik jika tumbuh dibawah naungan.

Dengan naungan, proses transpirasi atau penguapan air tidak

terlalu besar.

Cahaya matahari yang dikehendaki selada 200-400fc.

Tanaman selada kurang tahan terhadap cahaya matahari dan

cuaca yang panas. Untuk mengatasi cahaya matahari, dalam

budidaya selada diberi naungan yaitu plastik wellit.

Pemberian naungan ini juga akan mempengaruhi rasa selada

yang dibudidayakan.

Di Indonesia selada dapat di tanam di dataran rendah

sampai dataran tinggi. Hal yang terpenting adalah

memperhatikan pemilihan varietasnya yang cocok dengan

lingkungan setempat. Untuk dataran rendah sampai

menengah sebaiknya dipilih selada varietas yang “heat

Page 11: PKL_Report body

11

tolerant” (tahan terhadap suhu panas) seperti varietas Kaiser,

Ballade dan Gemini (Rahmat Rukmana, 1994).

3) Curah hujan

Tanaman selada kurang tahan terhadap musim hujan.

Penanaman pada musim hujan akan menyebabkan tanaman

selada busuk. Oleh karena itu, penanaman selada dianjurkan

pada akhir musim hujan. Dibeberapa daerah produsen

sayuran yang mulai banyak mengembangkan selada dengan

menggunakan naungan.

4) Ketinggian tempatKetinggian tempat suatu daerah berpengaruh terhadap

tanaman selada. Tanaman selada dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik pada keadaan lingkungan yang

sesuai. Ketinggian yang optimum untuk tumbuh dan

berproduksi pada ketinggian antara 600 m-1.200 m dpl.

Syarat tumbuh demikian identik untuk tanaman kubis

(Rahmat Rukmana, 1994)

b. Tanah

Sebagaimana kebanyakan tanaman sayuran lain, untuk

pertumbuhan yang maksimal selada menghendaki tanah gembur,

subur, dan berdrainase baik. Jenis tanah yang baik untuk

budidaya selada adalah lempung berdebu, lempung berpasir, dan

tanah-tanah yang kaya akan humus. Meskipun demikian tanaman

masih dapat diusahakan di tanah-tanah dengan kandungan hara

rendah tetapi diberi pupuk organik yang memadai dan tanaman

diberi air yang cukup. Ketersediaan air yang terus menerus

sangat penting untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas

tinggi karena sebagian besar tanaman terdiri dari air dan kualitas

ditentukan oleh kandungan kadar air tanaman selada.

Tingkat kemasaman yang ideal untuk pertumbuhan selada

berkisar antara 5,5-6,5. Apabila selada ditanam pada tanah

Page 12: PKL_Report body

12

dengan pH kurang dari 5,5 maka selada tidak dapat tumbuh

dengan baik. Daun-daunnya akan kekuningan karena sejumlah

unsur hara khususnya nitrogen berada dalam keadaan tidak

tersedia pada pH tersebut.

2. Persiapan budidaya

a. Benih

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

usaha budidaya selada. Benih yang baik akan menghasilkan

tanaman yang tumbuh dengan bagus. Benih yang kurang baik

akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak normal

sehingga akan memberikan hasil yang kurang memuaskan atau

bahkan tanaman tidak tumbuh sama sekali.

Kebutuhan benih selada untuk lahan seluas satu hektar

adalah 400g-600g. Benih selada berukuran kecil, berbentuk

lonjong, pipih, dan berbulu. Benih selada dapat diperoleh dengan

cara menyiapkan benih sendiri atau membeli di toko pertanian.

Dengan membeli atau membenihkan sendiri memiliki kelebihan

dan kekurangan sendiri.

1) Membeli Benih

Membeli benih ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Sedapat mungkin membeli benih yang masih baru. Artinya

benih belum terlalu lama disimpan, sehingga daya tumbuh

dan kadar airnya masih sesuai dengan yang tertulis pada label

atau kemasan benih. Perlu melihat tanggal kadaluwarsa benih

yang tertera pada labelnya.

Benih yang baik biasanya sangat terjaga kualitas

benihnya. Dalam suatu kemasan yang menyebutkan benih

selada jenis tertentu, dapat diyakini benih tersebut boleh

dibilang murni. Benih murni artinya benih hanya terdiri dari

satu jenis, tidak tercampur dengan benih jenis lainnya,

meskipun berbeda dalam hal varietasnya.

Page 13: PKL_Report body

13

Benih yang baik harus bebas hama dan penyakit. Kadang-

kadang benih yang dijual biasanya sudah diproses bebas

hama dan penyakit, misalnya sudah direndam oleh pestisida

tertentu. Saat memilih benih perlu diperhatikan kemasannya.

Kemasan harus utuh (tidak robek, lecet, atau bekas tertindih),

sehingga keadaan benih tidak jauh berbeda kualitasnya

dibandingkan pada saat pertama pengemasan.

Kemasan benih yang baik adalah yang terbuat dari

aluminium foil. Kemasan aluminium foil ini mampu

melindungi benih dengan baik sehingga dapat disimpan

dalam waktu cukup lama. Namun, kelemahannya meski

sudah cukup lama disimpan tidak dapat melihat penampilan

benih yang ada didalamnya. Sehingga benih masih baik atau

sudah rusak. Benih dalam kemasan aluminium foil harus

benar-benar memperhatikan tanggal kadaluarsa benih sebagai

patokan utama.

Untuk benih dari kemasan plastik atau kemasan lain yang

memungkinkan melihat visual benih, sebaiknya dipilih benih

yang berpenampilan masih baik. Akan tetapi jangan terkecoh

dengan benih varietas tertentu yang mungkin penampilannya

memang kisut, kering, atau seperti keropos dari aslinya dan

bukan merupakan tanda benih tersebut menurun mutunya.

Terkadang konsumen yang membeli benih selada tertarik

setelah melihat gambar selada dibungkus kemasan yang

menarik. Umumnya selada tersebut merupakan benih impor.

Apabila membeli bibit produk impor, sebaiknya diperhatikan

dapat atau tidaknya beradaptasi dengan lokasi yang akan

dijadikan lahan penanaman. Selada jenis impor kebanyakan

merupakan sayur dataran tinggi yang tumbuh baik di daerah

dingin. Pada kemasan perlu diperhatikan data ketinggian

yang diisyaratkan sebelum memutuskan untuk membeli.

Jangan sampai benih yang dibeli tersebut terbuang sia-sia

Page 14: PKL_Report body

14

karena tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah yang akan

ditanami.

Data-data yang tercantum dalam kemasan benih perlu

dipelajari. Umumnya data tersebut memuat ciri-ciri varietas

dan kebutuhan agroklimatnya. Maka dapat membandingkan

beberapa varietas sebelum menentukan pilihan jenis yang

akan diusahakan dengan mempelajari data yang dicantumkan

dalam kemasan.

Untuk benih yang dikemas sederhana seperti dalam

plastik tipis, tidak adanya data yang mencamtumkan ciri-ciri

varietas atau syarat agroklimat menyulitkan dalam

menentukan pemilihan. Namun, biasanya benih yang

dikemas sederhana seperti ini hanyalah benih varietas lokal

yang umumnya diproduksi oleh produsen lokal pula.

Umumnya benih mampu tumbuh dan berproduksi baik di

daerah penanaman sekitar lokasi tempat yang menjualnya.

Keuntungan pembelian benih di toko adalah dilihat dari

segi kepraktisan serta tingkat keefisien kerja. Tanpa perlu

memiliki atau repot-repot memelihara tanaman induk sudah

dapat memiliki benih yang akan diusahakan. Kelemahannya

adalah belum diketahuinya bagaimana hasil benih tersebut

ditanam pada lahan.

2) Menyiapkan Benih Sendiri

Mendapatkan benih dengan cara menyiapkan benih dari

tanaman sendiri. Syaratnya sudah memiliki tanaman induk

sendiri. Dengan demikian calon petani selada yang belum

memiliki tanaman induk, belum dapat menerapkan cara ini

melainkan dengan membeli.

Benih yang disiapkan dari tanaman induk umumnya

berlaku untuk tanaman lokal dan bukan merupakan selada

hibrida. Selada hibrida akan sulit jika diharapkan dapat

memperoleh benih dari induknya. Kemungkinan besar

Page 15: PKL_Report body

15

kualitas benihnya akan berbeda atau cenderung menurun.

Untuk benih hibrida, terutama benih introduksi luar negeri,

memang disarankan untuk membeli benih.

Menyiapkan benih diambil dari biji-biji tanaman yang

sehat hasilnya serta terbukti memuaskan. Dalam hal ini,

harus melakukan seleksi untuk memilih biji-biji yang akan

dijadikan benih. Beberapa patokan dalam melakukan seleksi

biji antara lain keadaan tumbuh tanaman, kebebasan terhadap

hama atau penyakit, keseragaman bentuk, penentuan jenis

yang berumur pendek serta tingkat produksi yang tinggi.

Sebelum pemetikan biji-biji, sebaiknya lingkungan sekitar

dibersihkan dahulu dari gulma. Sehingga kemurnian benih

akan terjaga. Tanaman yang akan digunakan untuk benih ini

dipanen pada umur yang lebih tua daripada untuk konsumsi,

yaitu tanaman berumur sekitar ±70 hari.

Cara tradisional umumnya dilakukan pembenihan dengan

sederhana. Beberapa tanaman yang tumbuh baik dibiarkan

tidak dipanen. Tanaman dibiarkan tumbuh terus hingga

berbunga kemudian menghasilkan biji. Biji ini kemudian

diambil dan disimpan untuk dipergunakan sebagai benih

penanaman berikutnya.

Selada yang akan dijadikan benih biasanya terpisah dari

tanaman selada yang akan digunakan untuk konsumsi.

Bedengan tanaman untuk benih dibuat terpisah dan letaknya

berjauhan dari bedengan sayur yang akan dipanen untuk

dipasarkan. Hal ini secara otomatis akan memberikan

perlakuan yang lebih istimewa pada tanaman yang akan

dijadikan benih untuk mendapatkan tanaman-tanaman yang

lebih baik pada masa tanam berikutnya.

Setelah biji yang dihasilkan cukup tua, biji dipanen

dengan cara dikumpulkan. Selanjutnya biji dianginkan

supaya kering. Biji dibersihkan dari kotoran yang mungkin

Page 16: PKL_Report body

16

terikat. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam wadah

kering yang tertutup rapat. Wadah penyimpanan ditaruh pada

tempat yang sejuk namun kering. Penyimpanan yang baik

memungkinkan benih bertahan sampai 3 tahun tanpa

kehilangan daya tumbuhnya. Penyimpanan yang kurang

bagus, mudah sekali menurunkan kualitas dan daya tumbuh

benih.

b. Pengolahan Lahan

Pertumbuhan tanaman selada sangat dipengaruhi oleh

keadaan fisik serta struktur lahan tanamnya. Untuk itu perlu

dilakukan pengolahan tanah. Kegiatan pengolahan tanah secara

umum sebelum menanam adalah penggemburan tanah serta

pembuatan bedengan. Pada tahap penggemburan tanah untuk

jenis semua tanaman akan mempunyai perlakuan yang relatif

hampir sama, tetapi dalam hal pembuatan bedengan mempunyai

perlakuan yang berbeda-beda.

Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi yang

dibutuhkan oleh tanaman supaya mampu tumbuh dengan baik.

Tahap-tahap penggemburan meliputi pencangkulan untuk

memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi udara dan pemberian

pupuk organik sebagai pupuk dasar untuk memperbaiki struktur

fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan.

Tanah yang hendak digemburkan, dibersihkan dari bebatuan,

rerumputan, semak, atau bahkan pepohonan yang tumbuh. Lahan

harus bersih dan tidak boleh ternaungi. Lokasi yang teduh atau

ternaungi tidak baik untuk pertumbuhan selada.

Untuk lahan yang akan ditanami selada, penggemburan

biasanya dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam

20cm-40 cm. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan secara

sempurna dalam arti tidak ada lagi gumpalan-gumpalan tanah

yang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar

tanaman. Tanah harus gembur sebab masa pertanaman selada

Page 17: PKL_Report body

17

yang tergolong singkat menuntut lahan harus gembur supaya

mampu menunjang pertumbuhan. Tanah yang bergumpal atau

keras akan menghambat pertumbuhan sehingga masa panen

dapat lebih lama atau tanaman tumbuh kerdil tidak seperti yang

diinginkan.

Setelah tanah diolah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m

dan panjangnya disesuaikan dengan panjang lahan. Tinggi

bedengan 20-30cm, jarak antar bedengan 40-50cm. Jarak antar

bedengan dapat difungsikan sebagai parit untuk membuang

kelebihan air hujan.

Setelah lahan digemburkan, kemudian tanah diratakan dan

dibuat menjadi alur-alur atau bedengan. Bedengan ini berfungsi

untuk memberikan perlakuan pada tanaman supaya tumbuh lebih

teratur dan baik.

Penanaman selada dikenal dua jenis bedengan, yaitu

bedengan pembibitan dan bedengan penanaman. Pada

penanaman yang dilakukan langsung pada bedengan penanaman,

bedengan pembibitan tidak perlu dibuat. Namun, biasanya

sebelum ditanam pada bedengan sebaiknya benih disemaikan

dahulu menjadi bibit pada bedengan pembibitan.

c. Pempukan awal

Pemupukan awal yang digunakan untuk tanaman selada yaitu

pupuk kandang yang sudah matang atau sudah jadi sebagai

pupuk dasar. Tanaman selada membutuhkan pupuk kandang

lebih banyak, antara 10-15 ton/ha. Pupuk kandang berfungsi

sebagai pupuk dasar.

Pupuk kandang diberikan dengan cara menebar pupuk

kandang pada bedengan. Kemudian bedengan dicangkul lagi

supaya pupuk kandang yang ditebar tercampur rata. Dengan

demikian pada saat lahan siap ditanami, pupuk kandang biasanya

sudah menyatu dengan tanah sehingga siap mendukung

Page 18: PKL_Report body

18

pertumbuhan tanaman yang ditanam. Funsi pupuk kandang

terhadap tanah sebagai berikut:

1) Menambah kandungan bahan organik atau humus

2) Memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, terutama struktur, daya

mengikat air, dan porositas tanah

3) Meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah unsur hara

tanaman

4) Memperbaiki kehidupan mikro organisme tanah

5) Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi.

Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan

mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung:

1) Unsur fosfor (P)

Fungsi unsur fosfor sebagai berikut:

(a) Memperpanjang akar sehingga batang menjadi kuat

(b) Mempercepat pemasakan buah

(c) Memperbaiki mutu dan jumlah hasil

Akibat tanaman kekurangan fosfor:

(a) Tanaman kerdil

(b) Daun bagian tepi dan ujung berwarna keunguan

(c) Buah lambat masak dan biji kurang berisi

(d) Kualitas buah menurun

2) Nitrogen (N)

Fungsi Nitrogen secara umum:

(a) Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun

(b) Membuat daun lebih tampak hijau karena nitrogen

meningkatkan butir-butir hijau daun

(c) Memperbanyak anakan

(d) Meningkatkan mutu dan jumlah hasil

Akibat tanaman kekurangan Nitrogen antara lain:

(a) Tanaman kerdil

(b) Daunnya kecil, dan berwarna pucat

(c) Daun bagian bawah mudah kering atau mati

Page 19: PKL_Report body

19

(d) Hasil panen rendah

3) Kalium (K)

Fungsi kalium:

(a) Memperbaiki pertumbuhan tanaman

(b) Meningkatkan ketahan serangan hama

(c) Memperbaiki mutu hasil

Kekurangan kalium berakibat:

(a) Bagian pinggir daun bintik-bintik putih kemerahan

(b) Daun mengkerut atau melengkung dan berwarna

kekuningan

(c) Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah

(d) Kualitas menurun

Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang antara lain:

1) Kalsium

Merupakan bagian penting dari dinding sel dan sangat

penting untuk menunjang proses pertumbuhan. Kalsium

untuk menyusun klorofil. Dibutuhkan enzim untuk metabolis

karbohidrat, serta mempergiat sel meristem.

Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca):

(a) Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan

warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah

menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-

tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa

tempat mati

(b) Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati

(c) Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang

sempurna

(d) Pertumbuhan tanaman demikian lemah

Kelebihan unsur hara Kalsium (Ca):

(a) Tanaman mengalami defisiensi.

2) Magnesium

Page 20: PKL_Report body

20

Fungsi Magnesium dalam tanaman adalah sebagai berikut:

(a) Bagian essential dari klorofil

(b) Mengatur pengambilan unsur hara tanaman lainnya

(c) Sebagai pembawa fosfor dalam tanaman

(d) Membantu pembentukan minyak dan lemak

Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)

(a) Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi

kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang

tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.

Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur

berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah

kecoklatan

(b) Daun mudah terbakar oleh sinar matahari karena tidak

mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah

warna menjadi coklat tua atau kehitaman dan mengkerut

(c) Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang atau

lemah

3) Belerang

Fungsi unsur belerang:

(a) Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas

(b) Pembentukan bintil akar tanaman

(c) Pertumbuhan anakan pada tanaman

(d) Berperan dalam pembentukan klorofil serta

meningkatkan ketahanan terhadap jamur

(e) Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi

membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma

dan juga aktifator enzim membentuk papain

Kekurangan unsur hara Belerang (S):

(a) Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi

kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh

daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan

Page 21: PKL_Report body

21

kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi

berlangsung pada bagian daun selengkapnya

(b) Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama

sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan

hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada

daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang

terkenal dengan sebutan Tea Yellow, atau yellow Disease

(c) Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan

kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter

kecil

(d) Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula

rendah

(e) Jumlah anakan terbatas.

4) Natrium

Fungsi unsur Natrium sebagai keseimbangan ion pada

regulasi energi untuk membuka dan menutupnya stomata.

Kelebihan unsur Natrium: Terlibat dalam osmosis

(pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan.

Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah mengurangi

ketersediaan K.

Kekurangan unsur Natrium:

(a) Daun menjadi hijau tua dan tipis

(b) Tanaman cepat menjadi layu.

5) Besi

Besi berfungsi untuk:

(a) Pembentukan klorofil

(b) Berperan pada proses-proses fisiologis tanaman seperti

proses pernapasan

(c) Sebagai aktifator dalam proses biokimia di dalam

tanaman

(d) Pembentuk beberapa enzim.

Kekurangan unsur hara Besi (Fe):

Page 22: PKL_Report body

22

(a) Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula

secara setempat berwarna hijau pucat atau hijau

kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap

berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati

(b) Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang

tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada

pula yang menjadi putih

(c) Gejala selanjutnya terjadi pada musim kemarau, daun-

daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan

(d) Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun

berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.

Kelebihan unsur hara Besi (Fe):

a) Menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya

bintik-bintik hitam pada daun.

6) Tembaga

Tembaga berfungsi untuk pembentukan klorofil.

Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu):

(a) Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda

tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang

ranting-rantingnya berubah warna menjadi coklat dan

mati

(b) Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu

dan klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada

yang mati

(c) Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini

menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran

besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan

berwarna coklat

(d) Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya

kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan

sejenis perekat (gum).

7) Molibdenum

Page 23: PKL_Report body

23

Fungsi molibdenum:

(a) Sebagai kofaktor pada beberapa enzim penting untuk

membangun asam amino

(b) Berperan sebagai pengikat nitrogen  yang bebas diudara

untuk pembentukan protein dan menjadi komponen

pembentuk enzim pada bakteri bintil akar tanaman.

Gejala kekurangan unsur Mo:

(a) daun berubah warna keriput dan melengkung seperti

mangkok, muncul bintil-bintil kuning disetiap lembaran

daun dan akhirnya mati sehingga  pertumbuhan tanaman

terhenti.

Susunan maupun nilai unsur hara dari pupuk kandang

berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi susunan dan

nilai pupuk kandang ini adalah:

1) Jenis hewan

Susunan dan mutu pupuk kandang dipengaruhi oleh

jenis hewan yang menghasilkannya. Pada tabel di bawah ini

dapat dilihat kandungan hara dari berbagai jenis hewan

peliharaan yang merupakan sumber utama penghasil pupuk

kandang bagi petani

Page 24: PKL_Report body

24

Tabel 1. Susunan kotoran berbagai jenis hewan ternak dalam

keadaan masih segar

No Nama kotoran hewan

Kandungan unsur hara dan air (%)

N P2O5 K2O Air1 Kuda

Padat 0,55 0,30 0,40 75

Cair 1,40 0,02 1,60 90

2 Kerbau

Padat 0,60 0,30 0,34 85

Cair 1,00 0,15 1,50 92

3 Sapi

Padat 0,40 0,20 0,10 85

Cair 1,00 0,50 1,50 92

4 Kambing

Padat 0,60 0,30 0,17 60

Cair 1,50 0,13 1,80 85

5 Ayam

Padat dan cair tercampur

1,00 0,80 0,40 55

Page 25: PKL_Report body

25

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa

kandungan N dan K pada pupuk cair lebih tinggi daripada

pupuk padat. Pada pupuk padat lebih banyak mengandung P

dan jenis unsur-unsur mikro.

2) Umur hewan

Kualitas pupuk kandang yang baik diperoleh pada

kotoran hewan dewasa atau tua. Sedangkan kotoran hewan

yang masih muda kualitas pupuk kandangnya lebih rendah,

karena pada hewan yang masih muda sedang aktif

membentuk jaringan-jaringan tubuhnya.

3) Kualitas makanan hewan

Hewan-hewan yang memperoleh makanan dalam jumlah

dan komposisi yang lebih baik akan menghasilkan kotoran

yang lebih baik kualitasnya hewan-hewan yang banyak diberi

ransum yang banyak mengandung protein dan mineral, akan

menghasilkan kotoran dan air kencing yang juga tinggi

kandungan N dan mineral-mineralnya.

Jenis hewan yang sama akan menghasilkan pupuk

kandang yang tidak sama kualitasnya, bila makanan yang

diberikan tidak sama baiknya.

4) Jenis alas kandang

Jenis alas kandang yang digunakan berpengaruh terhadap

kualitas pupuk kandang yang dihasilkan. Alas kandang yang

digunakan hendaknya yang banyak mengandung hara, mudah

melapuk, dan daya serap terhadap kotoran cukup tinggi.

Pada umumnya jerami padi cukup baik untuk digunakan

sebagai alas kandang. Jerami memiliki kandungan haranya

cukup, melapuknya mudah, dan memiliki daya serap yang

tinggi.

Page 26: PKL_Report body

26

5) Cara penyimpanan

Dalam menyimpan pupuk kandang, hendaknya

diperhatikan supaya selama dalam penyimpanan, kualitas

pupuk terutama kandungan haranya tidak banyak hilang.

Tempat dan cara penyimpanan sangat menentukan untuk

memperoleh pupuk kandang matang yang baik kualitasnya.

Dalam menyimpan pupuk kandang padat diperlukan bak

berlantai dan berdinding kedap serta beratap. Sedangkan

untuk menyimpan pupuk cair digunakan sebuah bak yang

berdinding kedap, dapat ditutup rapat, saluran-saluran yang

mengalirkan pupuk cair miring dan tertutup, dan dapat

membuang aliran air bekas pencucian kandang, serta

mempunyai daya tampung yang cukup.

d. Pengapuran

Untuk daerah yang mempunyai pH terlalu rendah

sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran bertujuan untuk

menaikkan pH tanah sehingga tanah tidak boleh terlalu asam.

Pemberian kapur tergantung pada kondisi lahan setempat.

Semakin bersifat asam, maka tanah itu memerlukan kapur

yang lebih banyak.

Pengapuran tanah dilakukan sebelum penanaman bibit,

kira-kira 2-4 minggu sebelumnya. Jenis kapur biasa digunakan

adalah kapur dolomit. Kapur dibenamkan dalam tanah dan

diaduk supaya bercampur merata baik dengan cara

pencangkulan atau pembajakan. Kebutuhan kapur dolomit

untuk pengapuran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Kebutuhan kapur dolomit untuk menetralkan tanah

Page 27: PKL_Report body

27

Sumber: (Eko Haryanto, 1995)

e. Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan

lahan untuk penanaman. Cara ini membuat pekerjaan bertanam

selada menjadi lebih efisien. Namun, dapat juga dengan

menyiapkan bedengan penanaman keseluruhan kemudian

melakukan pembibitan. Bedengan pembibitan dibuat dengan

menyisihkan atau menggunakan sebagian kecil lahan

penanaman. Cara ini selain tidak efisien sangat berpengaruh

terhadap waktu produksi yang menjadi lebih lama. Akan tetapi,

ada keuntungan lain yang diperoleh. Selain bertujuan praktis,

tanaman lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lapang.

Ukuran bedengan pembibitan tidak perlu lebar, karena pada

pembibitan jarak tanam tidak terlalu lebar. Tinggi bedengan

disesuaikan dengan keadaan curah hujan setempat. Bedengan

pembibitan dibuat pada lahan berukuran sekitar 80 cm-120 cm.

panjang bedengan 1 m-3 m tergantung kebutuhan bibit yang

akan ditanam. Dua minggu sebelum tabur benih, bedengan

pembibitan ditaburi dengan 2 kg pupuk kandang yang telah

ditambah dengan 20 g urea, 10 g TSP, dan 7,5 g KCl.

No. (pH) Dolomit/ha

1 4,0 10,24

2 4,1 9,76

3 4,2 9,28

4 4,3 8,82

5 4,4 8,34

6 4,5 7,87

7 4,6 7,39

8 4,7 6,91

9 4,8 6,45

Page 28: PKL_Report body

28

Tanaman selada sifatnya lebih peka terhadap matahari dan

curah hujan, maka bedengan penanaman selada perlu diberikan

naungan. Naungan ini berguna untuk pengendalian curah hujan

dan dapat digunakan plastik polietilen dengan lebar 1,5m.

Namun, tidak memberikan penaungan untuk pembibitan selada

akan mendapatkan hasil yang baik. Jadi, pembuatan naungan

bedengan pembibitan selada tergantung situasi. Jika musim

penghujan atau udara terlalu panas maka perlu dibuat naungan.

Cara melakukan pembibitan adalah sebagai berikut: Benih

ditabur pada permukaan bedengan pembibitan. Selanjutnya benih

ditutup dengan tanah yang halus setebal 1 cm-2 cm. Perawatan

dilakukan dengan penyiraman menggunakan sprayer. Benih yang

baik akan tumbuh setelah 3-5 hari. Setelah berdaun 3-5 helai,

kira-kira berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan tanaman

dapat dipindah ke bedeng penanaman.

3. Penanaman

Bedengan penanaman selada dibuat dengan ukuran lebarnya

80-120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi

bedengan sekitar 30 cm-40 cm dengan jarak antar bedengan

30cm-40 cm. Jarak antar bedengan ini berfungsi sebagai parit

drainase. Satu minggu sebelum penanaman, bedengan diberi

pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang merupakan tambahan

kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sebagai unsur

hara dasar.

Kriteria bibit selada siap tanam yaitu bibit berumur 3-4

minggu sejak benih disemaikan, batang tumbuh tegak, daun hijau

segar mengkilap, dan tidak terlihat serangan hama dan penyakit.

Bibit dipindahkan dengan hati-hati dari bedengan pembibitan.

Biasanya menggunakan tangan untuk melakukan pemindahan.

Namun, jika belum terbiasa dapat menggunakan cetok atau

sendok tanaman untuk memindahkan tanaman. Disertakan

sebagian tanah yang membalut perakaran bibit.

Page 29: PKL_Report body

29

Langkah selanjutnya adalah penggalian lubang tanam di

bedeng penanaman. Penggalian dilakukan dengan tangan atau

cetok pada titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang

tidak perlu terlalu besar, cukup 4 cm×6 cm yang penting bibit

dapat tumbuh dengan baik dan tidak mudah tercabut. Bibit

dimasukkan kelubang dengan hati-hati. Selanjutnya lubang

dirapikan dan tanahnya sedikit dipadatkan.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah tahapan kerja yang terpenting dalam

pembudidayaan tanaman. Hasil yang optimal hanya akan dicapai

apabila pemeliharaan tanaman dilakukan secara baik. Tindakan

pemeliharaan ini meliputi penyiraman, penjarangan, penyulaman,

penyiangan, dan penggemburan, pemupukan tambahan, serta

pengendalian hama dan penyakit.

a. Penyiraman

Air adalah faktor pembatas tumbuh tanaman. Tanpa air

yang cukup selada tumbuh kerdil, layu dan bahkan dapat mati.

Sejak tanaman disemai hingga tumbuh dewasa air selalu

dibutuhkan.

Penyiraman yang dapat diberikan untuk selada dapat

berupa penyiraman alami dan tambahan. Penyiraman alami

adalah turunnya air hujan yang memenuhi kebutuhan air

tanaman. Penyiraman tambahan adalah air siraman yang

diberikan untuk tanaman.

Pada musim hujan, air yang turun biasanya mampu

mencukupi kebutuhan air yang diperlukan selada. Bahkan saat

musim hujan, air dapat berlimpah sehingga harus disalurkan

dari areal pertanaman karena dapat mengganggu pernapasan

akar dan pertumbuhan tanaman. Parit yang juga merupakan

jarak antar bedengan harus dijaga supaya tidak mampat

sehingga mampu menyalurkan kelebihan air tersebut.

Page 30: PKL_Report body

30

Di musim kemarau atau saat musim hujan tidak menentu,

siraman tambahan menjadi penting. Penyiraman dapat

dilakukan menggunakan gembor, pipa penyemprotan,

sprinkler, atau sistem leb. Sistem leb ialah memasukkan air ke

areal melalui parit drainase selama beberapa waktu (2-8 jam),

tergantung kebutuhan dan situasi kekeringan. Namun,

penyiraman dengan gembor hingga air cukup membasahi tanah

pada pagi dan sore hari umumnya sudah memadai. Saat cuaca

tidak terlalu panas penyiraman selada hanya dilakukan sekali

sehari. Kelebihan penyiraman selada akan berdampak tanaman

menjadi busuk, apabila kekurangan air selada dapat layu dan

akhirnya mati.

b. PenjaranganPenanaman selada tanpa melalui tahap pembibitan

biasanya tumbuh kurang teratur. terlihat jarak tanam yang

terlalu dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan

pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang

terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap

unsur-unsur hara dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan

dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik.

Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman.

Penjarangan hanya dilakukan 1 kali selama budidaya. Caranya

dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.

Menyisakan tanaman yang tumbuh baik dan jarak antar tanam

yang teratur. Penanaman bibit dengan jarak tanam yang sudah

ditentukan misalnya 20 cm×20 cm atau 40 cm×40 cm

penjarangan secara tidak langsung sudah dilakukan. Jadi tidak

perlu lagi untuk melakukan penjarangan.

c. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila tanaman yang ditanam

pada bedengan ada yang mati. Biasanya penyulaman dilakukan

pada umur 5 hari setelah tanam. Tanaman yang mati harus

segera diganti supaya produksi yang diharapkan tidak

Page 31: PKL_Report body

31

terganggu. Tanaman sulaman biasanya diambil dari bibit

tanaman yang masih tersisa di bedeng pembibitan. Dengan

demikian umur dan tingkat pertumbuhan tanaman yang sudah

tumbuh dengan baik di bedeng penanaman dengan tanaman

sulamannya tidak berbeda jauh.

Cara penyulaman cukup sederhana. Tanaman yang mati

dicabut dan dibuang. Lubang penanaman dibuat pada bekas

tempat tersebut. Selanjutnya tanaman sulaman ditanam sebagai

pengganti. Selain tanaman yang mati, penyulaman juga

dilakukan untuk tanaman yang pertumbuhannya kerdil atau

rusak akibat diserang oleh hama dan penyakit.

d. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman

selada, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada

bedeng penanaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu di

bedengan penanaman biasanya gulma sudah mulai banyak

bermunculan. Karena masa panen selada yang terlalu singkat,

penyiangan gulma dilakukan lagi 1 atau 2 minggu berikutnya

disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Penyiangan ini

dilakukan supaya pengambilan unsur hara dari dalam tanah

dapat berlangsung sempurna tanpa diganggu oleh tumbuh-

tumbuhan liar yang lain. Perlu diperhatikan bahwa penyiangan

harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan

luka pada tanaman intinya.

Gulma yang tumbuh pada budidaya tanaman selada jenis

gulma berdaun lebar. Gulma jenis berdaun lebar yaitu seperti

krokot. Krokot merupakan gulma yang sukulen, batang penuh

berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata yang

tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim,

yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman.

Krokot dalam gulma semusim yang membentuk biji untuk

perbanyakannya dan dapat dari bagian batang bila tumbuh

Page 32: PKL_Report body

32

pada tanah yang lembab. Batang berdaging, terbentang dan

berwarna kemerah-merahan, bentuk bulat, panjang kurang

lebih 10-50 cm, dimana ruas tua tak berambut. Daun sebagian

tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk

ke dalam, bulat atau tumpul (0,2-4 cm). Buah berbentuk kotak

dan berbiji banyak (4-8 mm). Biji (0,5 mm) berbentuk oval

warna hitam mengkilat, permukaanya tertutup kulit yang agak

berkerut.

Gulma ini pada awal pertumbuhannya tumbuh lambat dan

menjadi cepat setelah 15 hari dan pada akhir minggu ke-4

terbentuk 10 daun. Bunga terbentuk sepanjang musim didaerah

tropis (daur hidupnya 3-5 bulan) di bawah kondisi ternaung

akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga.

Suhu optimal yang dibutuhkan ialah antara 150-350 C di mana

bunga dan biji dihasilkan dengan baik sekali. Sebaliknya di

bawah intensitas cahaya tinggi krokot ini dapat layu.

e. Penggemburan dan pengguludan

Apabila keadaan tanah tidak jauh berubah dibandingkan

pada saat akan dilakukannya penanaman maka penggemburan

dan pengguludan tidak perlu dilakukan lagi. Jika tidak

dilakukan pada tempatnya akan mengganggu pertumbuhan

tanaman. Akan tetapi, apabila tanah di sekitar tanaman berubah

menjadi padat atau mengeras maka penggemburan dan

pengguludan perlu dilakukan.

Penggemburan dan pengguludan biasanya dilakukan

dengan penyiangan. Saat mencabut gulma, biasanya dilakukan

pula pencacahan tanah di sekitar pertanaman supaya gembur.

Penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati, supaya tidak

merusak selada.

Pengguludan untuk tanaman selada bukan hal yang mutlak

diperlukan, seperti halnya untuk sayuran umbi. Pengguludan di

bedengan selada lebih ditujukan untuk tetap memfungsikan

Page 33: PKL_Report body

33

parit drainase sebagai sarana pelancar kelebihan air ataupun

sarana lalu lalang pekerja. Tanah bedengan yang jatuh ke

bagian parit pengairan dinaikkan lagi ke bedengan semula.

f. Pemupukan Tambahan

Pupuk tambahan diberikan pada saat 3 minggu setelah

tanam yaitu urea dengan dosis 50 kg/ha. Perlu ditekankan

bahwa tambahan pupuk urea sudah cukup memadai. Selada

adalah sayuran daun yang lebih membutuhkan pupuk untuk

membantu pertumbuhan bagian tersebut. Pupuk TSP dan KCl

yang dibutuhkan untuk ketegaran pertumbuhan batang, bunga,

atau bagian tanaman lainnya sudah cukup sebagai pupuk dasar

saja.

Pemberian pupuk urea sebagi pupuk tambahan dapat

dilakukan dengan cara penaburan dalam bedengan kemudian

ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkannya

dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu

sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat

disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah

dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu

penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore

hari.

Pemupukan tambahan diberikan 3 kali selama budidaya.

Pemupukan pertama diberikan pada umur 2 minggu setelah

tanam, kemudian pemupukan tambahan kedua diberikan pada

umur 3 minggu setelah tanam. pemupukan tambahan ketiga

diberikan pada umur 6 minggu Pemupukan bertujuan untuk

memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.

Selain itu, pupuk juga diberikan supaya tanaman dapat

tumbuh, berkembang dan meningkatkan hasil panen.

g. Hama Penyakit dan Pengendaliannya

Hama dan penyakit sama-sama merugikan karena dapat

menurunkan produksi tanaman selada. Hama merupakan

Page 34: PKL_Report body

34

binatang yang merusak tanaman dan berukuran cukup besar

sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Adapun penyakit

merupakan keadaan tanaman yang terganggu pertumbuhannya

dan penyebabnya bukanlah binatang yang mudah tampak oleh

mata. Penyebab penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur

maupun gangguan fisiologis yang mungkin terjadi.

Berikut ini hama dan penyakit yang menyerang tanaman

selada beserta cara pengendaliannya.

1) Hama

a) Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell)

(1) Gejala

Daun bagian dalam yang terlindung oleh

daun bagian luar rusak dan keliatan bekas gigitan.

Tidak heran bila dari luar tanaman masih

kelihatan baik tetapi setelah diperiksa ternyata

bagian dalamnya sudah rusak. Kerusakan ini

terjadi sampai titik tumbuh.

(2) Penyebab

Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat titik

tumbuh. Ulat ini berwarna hijau. Di punggungnya

terdapat garis berwarna hijau muda dan bulu

berwarna hitam. Ulat dewasa menghasilkan telur

yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur

ini akan menetas dalam jangka waktu 1-2 minggu

dan setiapa hari jumlah telurnya akan bertambah.

Setelah menetas ulat akan melahap habis daun

selada.

(3) Pengendalian

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

preventif, yaitu menyemprot tanaman sebelum

muncul serangan. Insektisida yang digunakan

ialah Dipterex 50 SP dengan dosis 10-20 cc/10

Page 35: PKL_Report body

35

liter air, Bayrusil 25 EC dengan dosis 10-20 cc/

10 liter air. Pengendalian secara kuratif atau

setelah terjadi serangan dapat juga dilakukan

dengan menggunakan insektisida yang sama.

b) Ulat tritip (Plutella maculipennis)

(1) Gejala

Daun tampak bercak-bercak putih. Jika lebih

diperhatikan ternyata bercak-bercak tersebut

adalah kulit ari daun yang tersisa setelah

dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun

menjadi berlubang karena kulit ari daun tersebut

mengering dan sobek. Serangan berat

menyebabkan seluruh daging daun habis

termakan sehingga yang tertinggal hanyalah

tulang-tulang daunnya. Serangan lebih banyak

terjadi pada tanaman selada.

(2) Penyebab

Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat

tritip. Ulat yang baru menetas warnanya hijau

muda. Setelah dewasa warna kepalanya menjadi

lebih pucat dan terdapat bintik coklat. Serangga

dewasa menghasilkan telur secara berkelompok

tetapi hanya terdapat 2-3 butir telur tiap

kelompok.

(3) Pengendalian

Cara sederhana memberantas hama ini adalah

dengan menggunakan obor atau lampu penarik

serangga karena hama ini tertarik akan cahaya.

Pada malam hari obor diletakkan di beberapa

penjuru lahan. Di bawah obor tersebut diletakkan

wadah berisi air. Karena terangnya cahaya, hama

kan menghampiri obor sehingga terbakar dan

Page 36: PKL_Report body

36

jatuh ke dalam wadah. Pemberantasan secara

kimia dapat dilakukan dengan insektisida

Diazinon 60EC dengan dosis 1-2 cc/ 1 liter air,

atau sevin dengan dosis 1-2kg/hektar. Volume

semprotnya 400-500l larutan per hektar. Selain

itu dilakukan rotasi tanaman supaya daur hidup

hama terhenti.

c) Siput (Agriolimax sp.)

(1) Gejala

Tanaman selada yang terserang hama ini

daunnya banyak berlubang tetapi tidak merata.

Sering pula dijumpai jalur-jalur bekas lendir pada

tanaman atau sekitarnya.

(2) Penyebab

Penyebab gejala tersebut adalah siput

Agriolimax sp. Hewan bercangkang coklat

dengan tubuh lunak ini bergerak amat lambat.

Siput umumnya menyerang pada malam hari.

(3) Pengendalian

Hama siput dapat dikendalikan dengan

menggunakan insektisida Metapar 99 WP

dengan dosis 0,5-1g/liter. Siput yang ada

disekitar tanaman diambil dan dimusnahkan.

2) Penyakit

Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang

tanaman selada antara lain penyakit akar pekuk, bercak

daun alternaria, busuk basah, busuk daun, dan virus

mosaik.

a) Penyakit akar pekuk

(1) Gejala

Akar-akar yang terinfeksi penyakit ini akan

mengadakan reaksi dengan pembelahan dan

Page 37: PKL_Report body

37

pembesaran sel yang menyebabkan terjadinya

bintil yang tidak teratur. Seterusnya bintil-bintil

ini bersatu sehingga menjadi bengkakan

memanjang yang mirip batang.

(2) Penyebab

Penyakit akar pekuk disebabkan oleh jamur

Plasmodiofora brassicae war. Penyebaran

penyakit ini dapat terjadi melalui air drainase,

alat-alat pertanian, tanah yang tertiup angin,

pupuk kandang, hewan, dan bibit tanaman. Bibit

inilah yang terutama memencarkan penyakit

secara meluas. Jamur tidak dapat mencapai biji,

oleh karena itu penyakit ini tidak disebarkan oleh

biji.

Penyakit akar pekuk dapat menjangkiti

bermacam-macam tumbuhan dari famili kubis

termasuk selada. Kerugian yang ditimbulkan

dapat sangat besar. Lahan selada dapat rusak

sehingga tidak memberikan hasil yang dapat

dijual.

(3) Pengendalian

Umumnya lahan yang terinfeksi sukar untuk

disterilkan lagi. Namun dapat dilakukan

pencegahan dan pengendalian sebagai berikut:

bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang

sehat. Sterilisasi tanah dapat diusahakan dengan

memberi fungisida, seperti Vapan, Topsin,

Brassicol. Pemberian brassicol yang mengandung

bahan aktif quintozine dapat dengan disiram.

Dosis fungisida yang digunakan adalah 0,75%

Page 38: PKL_Report body

38

atau 0,75 g dalam 100 liter air. Biasanya untuk

100 tanaman diperlukan 15 liter larutan.

b) Bercak daun alternaria

(1) Gejala

Pada daun terdapat bercak-bercak kecil

berwarna kelabu gelap yang meluas dengan

cepat sehingga menjadi bercak bulat dengan

garis tengah mencapai 1 cm. penyakit ini lebih

banyak terdapat pada daun-daun tua. Jika pada

daun terdapat banyak bercak, daun akan cepat

mati sehingga menurunkan produksi.

(2) Penyebab

Penyebab penyakit adalah jamur Alternaria

brassicae (Berk) Sacc. Jamur ini dapat terbawa

oleh biji. Jika biji ditanam jamur akan

menginfeksi persemaian. Jamur juga dapat

menyerang pangkal bibit yang menyebabkan

penyakit rebah sebai. Di Indonesia bercak daun

yang disebabkan oleh jamur ini merupakan

penyakit yang cukup penting pada kebanyakan

tanaman kubis-kudapatn termasuk selada.

(3) Pengendalian

Pencegahan dan pengendalian penyakit ini

antara lain sebagai berikut: Benih yang akan

ditanam direndam dalam air hangat bersuhu 50⁰ c selama 30 menit. Penyemprotan dengan

fungisida Difolatan 4 F dengan dosis 2-3cc/liter

air. Pada musim kemarau dapat juga disemprot

dengan Antracol 70 WP sebanyak 2 g/liter

airdengan volume semprot 300-800l/ha atau

Dhitane M-45 80 WP 180-240 g/100l air.

Page 39: PKL_Report body

39

c. Busuk Basah (soft root)

(1) Gejala

Pada bagian yang terinfeksi mula-mula

terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan

bentuknya tidak teratur. Jaringan yang

membusuk mulanya tidak berbau, tetapi dengan

adanya serangan bakteri sekunder jaringan

tersebut menjadi berbau khas yang menyolok

hidung. Serangan terjadi tidak hanya di lahan,

namun juga dalam tempat penyimpanan dan

pengangkutan sebagai penyakit pasca panen.

(2) Penyebab

Penyakit busuk basah disebabkan oleh

bakteri Erwinia carotovora Dye. Busuk basah

adalah penyakit yang amat merugikan tanaman

sayuran secara umum karena dapat menyerang

hampir semua komoditas termasuk selada.

(3) Pengendalian

Pencegahan dan pengendalian penyakit

busuk basah dapat dilakukan sebagai berikut:

Jarak antar tanam jangan terlalu rapat.

Pemanenan selada harus dilakukan secara hati-

hati. Tidak luka atau lecet baik sewaktu di

lapangan, penyimpanan, maupun saat

pengangkutan. Mengurangi kelembapan di

dalam ruang penyimpanan dan ventilasi yang

cukup.

d. Busuk daun

(1) Gejala

Di antara tulang-tulang daun terjadi bercak

bersudut berwarna hijau pucat sampai kuning.

Pada permukaan bawah daun dapat terbentuk

Page 40: PKL_Report body

40

kapang berwarna putih. Bagian daun yang

terinfeksi saling berhubungan, daun berubah

warna menjadi coklat. Jika penyakit timbul pada

saat tanaman masih kecil tanaman akan tumbuh

kerdil. Infeksi pada tanaman yang sudah besar

menyebabkan banyak daun yang harus dibuang.

Penyakit ini dapat berkembang menjadi

penyakit pasca panen. Pada waktu selada

disimpan dan diangkut dapat terjadi serangan

yang sekaligus membuka jalan bagi masuknya

jasad pengganggu sekunder, baik virus maupun

bakteri.

(2) Penyebab

Penyebab penyakit adalah jamur Bremia

lactucae Regel. Jamur terutama terdapat di

daerah yang tinggi, karena perkecambahan dan

infeksi memerlukan suhu yang relatif rendah.

Sporangium berkecambah pada suhu 1-19⁰ C,

dengan suhu optimum sekitar 10⁰ c. Suhu

optimum untuk pembentukan sporangium dan

infeksi adalah 15-17⁰ c. Perkecambahan dan

infeksi diperlukan kelembaban udara yang

tinggi. Penyebaran penyakit ini dibantu oleh

kabut dan embun. Busuk daun tersebar luas di

seluruh dunia. Penyakit ini banyak terdapat di

perkebunan selada di daerah pegunungan.

(3) Pengendalian

Menghindari serangan busuk daun cukup

mudah, yaitu dengan menanam selada di dataran

rendah. Namun, di daerah tersebut jenis selada

yang dapat ditanam hanya sedikit dan

pertumbuhannya pun kurang baik. Apabila

Page 41: PKL_Report body

41

selada sudah terserang penyakit dapat dilakukan

penyemprotan dengan fungisida.

Adapun fungisida yang dipakai adalah yang

berbahan aktif zineb seperti Tiezene 80 WP,

Vancozeb 75 WP, atau Velimex 80 WP dengan

dosis 2-2,5 g/l air denagn volume semprot 400-

800 l/ha.

e. Virus mozaik

(1) Gejala

Serangan terjadi pada bibit dan tanaman

muda. Tanaman kerdil dan daun-daun tampak

keriting tidak beraturan. Kadang-kadang

tanaman pucat, hijau kekuning-kuningan, dan

tepi daun mengkerut secara berlebihan.

Tanaman yang diserang terutama pada jenis

selada yang menghasilkan krop, yang

menyebabkan gagalnya pembentukan krop. Ada

pula tanaman yang masih mampu menghasilkan

krop yang kecil, tetapi berkualitas buruk.

(2) Penyebab

Penyakit ini disebabkan oleh virus mosaik

selada atau Lettuce mosaic virus. Meskipun di

Indonesia belum pernah dilaporkan adanya

penyakit mosaik ini pada selada, namun

penyakit ini sudah mulai menyebar di berbagai

Negara penanaman selada dan dianggap sebagai

virus yang cukup merugikan.

(3) Pengendalian

Usaha pengendalian penyakit ini antara lain

sebagai berikut: Menggunakan benih yang

bebas virus. Mencabut dan membakar tanaman

yang sudah terserang.

Page 42: PKL_Report body

42

5. Panen

Panen merupakan hal yang diharapkan setelah melakukan

penanaman dan pemeliharaan tanaman, saat panen inilah

mendapatkan hasil produksi. Dalam hal pemanenan penting sekali

diperhatikan umur panen dan cara panennya. Panen harus

dilakukan pada waktu yang tepat supaya sesuai dengan keinginan

konsumen dan baik kualitasnya. Selada yang dipanen terlalu tua

akan menjadi keras dan tidak enak lagi untuk dikonsumsi.

Apabila dipanen terlalu muda maka kuantitas produksi akan lebih

sedikit dan harga jualnya pun lebih rendah karena kurang

memenuhi standar perdagangan secara umum.

Diperlukan penanganan panen secara tepat. Secara umum

tujuan pasca panen adalah supaya sayuran yang dipanen tetap

baik mutunya sampai ke tangan konsumen. Selain itu pengolahan

bertujuan supaya sayur lebih awet serta menambah kegunaan dan

nilai jual produk.

a. Umur panen

Tanaman selada mempunyai umur panen rata-rata

sekitar 35-60 hari setelah tanam. Tanda bahwa selada siap

panen adalah jika daun bagian bawahnya sudah hampir

menyentuh tanah. Selain itu bila dicoba, rasanya sudah enak,

segar, dan renyah. Namun, sebenarnya panen dapat

dilakukan sesuai kebutuhan. Jika ukuran selada sudah

memenuhi syarat untuk dipasarkan dapat saja panen

dilakukan lebih awal dari umur panen biasa atau sebelum

daun sebelah bawah hampir menyentuh tanah.

Umumnya selada dipanen secara bertahap. Tanaman

yang tumbuh besar dan sudah sesuai untuk dikonsumsi

dipanen lebih dahulu. Panen berikutnya dilakukan sampai

beberapa kali hingga semua tanaman habis dipanen.

Pemanenan sebaiknya dilakukan tidak pada musim

penghujan, karena jika kandungan air pada daun maksimum,

Page 43: PKL_Report body

43

maka tangkai daun selada akan lebih mudah patah dan

sayuran lebih gampang busuk. Selada yang dipanen pada

musim penghujan atau saat hujan berlebih juga memiliki rasa

yang cenderung hambar.

b. Cara panen

Cara panen selada ada dua cara yaitu dapat dengan cara

pencabutan atau pemotongan dengan menggunakan alat

bantu pisau. Cara pencabutan biasa dilakukan pada lahan

bertanah gembur. Untuk lahan kering sebaiknya dilakukan

penyiraman terlebih dahulu untuk mempermudah

pencabutan. Panen dengan cara pemotongan, tangkai selada

dipotong persis setelah atau di atas helaian daun yang

terbawah untuk mencegah terbawanya kuman penyakit yang

tercemar dari permukaan tanah. Seandainya daun pada bagian

paling bawah terbawa, apalagi dengan panen sistem cabut,

daun yang tua dan kotor ini dibuang.

6. Pasca panen

a. Pencucian

Selada yang baru dicabut atau dipotong harus

dibersihkan dan dicuci. Pembersihan untuk membuang

kotoran yang mungkin melekat atau terikat pada sayuran,

kotoran dapat berupa ranting, rumput, daun kering, atau

bahkan tanah. Selada yang ditanam di lahan biasa cenderung

kotor.

Sambil melakukan pembersihan selada, pemotongan

akar bukan keharusan, terutama untuk selada daun dataran

rendah. Jenis Selada kepala jarang dipanen dengan

menyertakan akarnya. Bahkan bagian daun yang tidak

membentuk krop biasanya dibuang. Namun, untuk selada

daun ada yang dengan sengaja membiarkan akarnya masih

utuh saat hendak dipasarkan, karena akar tersebut hanya

pendek. Akar yang dibiarkan utuh, mengesankan kepada

Page 44: PKL_Report body

44

konsumen bahwa selada tersebut bermutu baik dan ditanam

secara baik.

Supaya lebih bersih selada sebaiknya dicuci. Pencucian

tidak usah terlalu lama, cukup direndam dalam air sebentar,

kemudian dikibas-kibaskan untuk mengeringkan air yang

masih menempel. Pencucian juga bermanfaat sebagai

tindakan penurunan suhu sayuran setelah dipanen.

b. Sortasi

Setelah hasil panen terkumpul kemudian dilakukan

sortasi. Tujuan sortasi adalah untuk memilih atau

memisahkan selada yang baik dengan yang kurang baik.

Daun-daun yang terkena penyakit, rusak, atau kurang bagus

sebaiknya dibuang. Kriteria sortasi dilihat dari sejauh mana

batang atau daun rusak.

Jenis selada daun dan selada batang dapat disortasi

berdasarkan penampilan visualnya. Namun, untuk selada

krop perlu dipisahkan antara krop yang besar, kecil, dan yang

kurang bagus. Penanganan seleksi harus dilakukan dengan

hati-hati, karena daun selada juga dimanfaatkan untuk

keindahannya.

Selada yang berukuran di bawah standar, tidak layak

pasar, atau bagian batang atau daunnya yang dibuang saat

penyortiran dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.

Page 45: PKL_Report body

45

III. KEADAAN UMUM

A. Sejarah berdirinya P4S

Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) berdiri

pada tahun 2003, merupakan suatu wadah yang memiliki tujuan

untuk memajukan pertanian sebagai sumber ekonomi masyarakat.

P4S manunggal yang diketuai oleh Supriyanto, SP beralamat di Jl.

Kaliurang Km 19,2 RT: 06 Dusun Sambi Desa Pakembinangun

Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Propinsi DI.Yogyakarta. P4S

menawarkan pelatihan/magang di bidang pertanian diantaranya

budidaya padi, sayuran, jamur, dan buah semusim, serta peternakan,

yang meliputi budidaya ternak kecil maupun besar. Pelatihan

Page 46: PKL_Report body

46

pembuatan pupuk organik juga ditawarkan dalam kelompok ini. P4S

juga melakukan pembinaan kepada kelompok tani.

B. Letak dan lokasi

Desa Pakembinangun yang berada sekitar 0 km arah utara

kemaban Pakem dan 15 km arah timur Ibukota Sleman memiliki

akselerasi baik, mudah di jangkau dan terhubung dengan daerah-

daerah lain dan sekitarnya oleh jalur transportasi jalan raya. Dilihat

dari topografi wilayah Pakembinangun berada pada ketinggian 398 –

976 km dari permukaan air laut dengan curah hujan rata 200

mm/tahun, serta suhu rata-rata pertahun adalah 23-30o C. Desa

Pakembinangun dilalui sungai kumlag. Keberadaan sungai dengan

air yang mengalir sepanjang tahun di daerah Pakembinangun

tersebut membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah.

Secara administrasi Desa Pakembinangun terletak di

Kecamaatan Pakem Kabupaten Sleman berbatasan dengan beberapa

Desa sebagai berikut :

a.      Sebelah utara yaitu Desa Hargobinangun, Pakem Sleman.

b.      Batas selatan yaitu Desa Umbulmartani, Ngemplak Sleman.

c.      Sebelah barat yaitu Desa Hargobinangun, Pakem Sleman.

d.      Batas utara yaitu Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman.

Wilayah Pakembinangun meliputi sungai dan sumber air,

yang dilalui oleh sungai atau kali besar yaitu sungai kali kuning

mengalir dari utara ke selatan. Desa Pakembinangun hanya

mengandalkan sumber air tanah atau sumur sehingga pada musim

kemarau jika air sumur berkurang maka sumber air tanah juga

berkurang, akibat mengalami kekeringan dan air untuk kebutuhan

pertanian, perikanan dan air minum.

Page 47: PKL_Report body

47

C. Struktur organisasi

Organisasi dapat berjalan dengan baik apabila dibarengi

dengan keaktifan semua anggota organisasi tersebut. Keaktifan

anggota dapat membantu berjalannya visi dan misi organisasi supaya

tercapainya suatu tujuan. Demikian struktur organisai P4S

Manunggal:

Ketua

Supriyanto, SP

Ketua 2

Dra. Muji Rahayu

Page 48: PKL_Report body

48

Gambar 1. Struktur organisasi P4S Manunggal

D. Jenis pelatihan di P4S

Di P4S manunggal menawarkan pelatihan dunia pertanian

dan peternakan. Pelatihan yang ditawarkan antara lain: budidaya

tanaman padi, budidaya tanaman sayuran, budidaya jamur, budidaya

tanaman buah semusim seperti semangka, budidaya tanaman hias,

budidaya ternak kecil maupun ternak besar. P4S Manunggal juga

menawarkan pelatihan teknologi pembuatan pupuk organik.

Pembuatan pupuk organik ini mengarah pada hidup yang lebih

ramah lingkungan. Menggunakan pupuk organik dalam dunia

pertanian akan memperbarui struktur tanah.

E. Data pendukung

a) Iklim

Bendahara

H. Ali Miftah

Sekretaris 2Suhariyadi

Sekretaris 1Drs. Prayogo, Amd.

Sie KurikulumHartono

Sie. Humas dan Promosi

Yulianto, SP

Sie. AkomodasiSukati

Page 49: PKL_Report body

49

Kesuburan tanah suatu daerah juga dipengaruhi oleh curah

hujan. Berikut adalah data curah hujan daerah Pakem.

Tabel 3. Data curah hujan daerah Pakem (mm)Bulan Tahun Rerata

2006 2007 2008 2009 2010Januari 476 148 171 504 582 376.2Februari 382 410 451 354 311 381.6Maret 339 206 531 155 382 322.6April 492 548 296 406 103 369Mei 156 84 151 172 339 180.4Juni 50 62 5 60 179 71.2Juli 0 10 0 0 143 30.6

Agustus 0 0 0 0 175 35September 0 0 4 0 476 96Oktober 15 124 185 65 382 154.2

November 59 505 690 362 339 391Desember 437 454 131 325 492 367.8

Januari

Febru

ari

MaretApril Mei

JuniJuli

Agustu

s

Septem

ber

Oktober

November

Desember

050

100150200250300350400450

Rata-rata curah hujan 2006-2010

Rerata curah hujan 2006-2010

Gambar 2: Diagram curah hujan daerah pakem

Berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan

ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:

a. Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya lebih dari 200

mm

Page 50: PKL_Report body

50

b. Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya 100 – 200

mm

c. Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya kurang dari

100 mm (Anonim, 2013).

Curah hujan di pakem Selama 5 tahun dari tahun 2006-

2010, bulan Januari-Mei merupakan bulan basah karena pada

bulan tersebut lebih dari 100mm/tahun. Sedangkan bulan Juni-

September termasuk kedalam kriteria bulan kering karna curah

hujan kurang dari 100mm/tahun. Tingkat curah hujan naik

kembali pada bulan Oktober-Desember.

b) Irigasi

Irigasi yang diterapkan untuk budidaya tanaman selada

keriting merupakan irigasi yang memanfaatkan sumber air dari

kali kuning yang mengalir ke sub sub saluran atau got air. Selain

itu juga menggunakan penampung air hujan yang terbuat dari

terpal.

c) Drainase

Drainase pada lahan budibudidaya tanaman selada di buat

dengan membuat lubangan di ujung bawah petakan lahan dan

menyalurkan ke petakan lahan di bawahnya dan selanjutnya

sampai ke petakan yang paling bawah dan kemudian di alirkan

ke saluran pembuangan .

Page 51: PKL_Report body

atas Air dari kali kuning

Saluran pembuangan

Keterangan :

Arah aliran air

Petakan lahan budidaya

51

Gambar 3: Drainase lahan budidaya selada

IV. PELAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kerja Praktik

1. Tempat

Kerja praktik dilakukan di Desa Sambi, Pakem, Sleman,

Yogyakarta. Sejak tanggal 09 September 2012 sampai tanggal 24

November 2012.

2. Waktu

Page 52: PKL_Report body

52

Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari dalam satu minggu yaitu

Rabu, Kamis dan Sabtu. Dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul

12.00 untuk hari Rabu dan pukul 14.00 sampai pukul 17.00 untuk

hari Kamis dan Sabtu. Selama dalam kerja praktik, penulis

melakukan beberapa hal diantaranya pengamatan, wawancara, dan

budidaya tanaman selada. Selain budidaya, penulis juga

dipersilahkan untuk terlibat dalam proses panen dan pasca panen

sampai pengemasan.

B. Budidaya

Teknik budidaya tanaman selada yang telah dilakukan

penulis saat kerja praktik meliputi beberapa tahapan yaitu

pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, penyiraman, penyiangan

gulma.

1. Pembibitan

Tanaman selada diperbanyak dengan biji. Untuk lahan seluas

1 ha diperlukan benih selada ±250 gr atau pada kisaran 400-600 gr,

tergantung pada varietas dan jarak tanamnya. Sebelum dilakukan

pembibitan, yang harus dilakukan adalah seleksi benih yang unggul.

Benih yang berasal dari induk yang sehat dan tidak cacat.

Mempunyai keunggulan dalam produksi dan kualitasnya. Serta benih

tahan terhadap hama dan penyakit.

Dalam pembibitan dilakukan 2 kali penyemaian, namun

sebelum disemai biji selada dikecambahkan terlebih dahulu. Nampan

yang akan digunakan dilubangi bagian bawahnya dengan soldier.

Supaya pada saat penyiraman air dapat keluar dan tidak tergenang di

dalam nampan. Kemudian ayak serbuk gergaji, serbuk gergaji yang

halus digunakan untuk media sebagai perkecambahan selada di

nampan tersebut. Setelah serbuk gergaji di letakkan pada nampan,

benih selada yang akan diperkecambahkan di sebar pada media

tersebut. Lalu siram hingga basah dan tutup selama 5 hari.

Tanah untuk pembibitan dicangkul sampai gembur kemudian

dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kebutuhan

Page 53: PKL_Report body

53

bibit, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. tanah di atas bedengan di campur

dengan pupuk kandang, diaduk dengan cangkul. Bedengan disiram

air secukupnya. Benih selada di tebarkan di atas bedengan dengan

hati-hati sehingga setelah tumbuh tidak saling menumpuk. Untuk itu

sebaiknya benih selada dicampur dengan abu dapur dahulu sebelum

ditebarkan sehingga dapat merata di atas bedengan.

Di atas bedengan pembibitan diberi naungan dari welit atau

plastik. Tujuannya adalah untuk mengurangi cahaya matahari yang

masuk ke pembibitan. Hal ini karena selada kurang tahan terhadap

cahaya matahari yang terik dan dapat menghambat pertumbuhan

bibit.

Pembibitan dilakukan pada bedengan yang sudah diolah

sebelumnya. Bedengan diratakan dengan sebilah bambu kecil,

kemudian pupuk kandang disebarkan di atas bedengan yang sudah di

ratakan. Bibit yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu, bibit

ditanam 3-10 pohon dengan jarak tanam 2-3 cm. Siram bibit yang

sudah ditanam.

Setelah bibit berumur 2 minggu, bibit dipindahkan pada

polibag. Polibag di isi dengan media yaitu tanah yang sudah

dicampur dengan pupuk kandang setengah bagian. Bibit dimasukkan

ke dalam polibag, lalu polibag tersebut diisi media sampai penuh.

Untuk menghindari bibit layu dan mati, bibit disiram air

menggunakan gembor.

Selama di pembibitan, tindakan pemeliharaan yang paling

penting adalah penyiraman. Media pembibitan harus dijaga tetap

lembab. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Seiring dengan

pertambahan umur bibit, maka jumlah air siraman di kurangi.

Supaya bibit lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kering.

2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

Pertumbuhan tanaman sayuran dipengaruhi oleh keadaan fisik serta

struktur lahan tanamnya. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan

Page 54: PKL_Report body

54

tanah. Kegiatan pengolahan tanah secara umum sebelum menanam

sayuran adalah penggemburan tanah serta pembuatan bedengan.

Pada tahap penggemburan tanah, untuk jenis semua tanaman akan

mempunyai perlakuan yang relatif hampir sama, tetapi dalam hal

pembuatan bedengan mempunyai perlakuan yang berbeda-beda.

Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi yang

dibutukan oleh tanaman supaya mampu tumbuh dengan baik. Tahap-

tahap penggemburan ini meliputi pencangkulan untuk memperbaiki

struktur tanah serta sirkulasi udaranya.

Di sekeliling lahan dibuat saluran air. Saluran air tersebut

berfungsi untuk memasukkan air dari parit sehingga memudahkan

pengambilan air pada waktu penyiraman. Selain itu saluran air juga

berfungsi sebagai saluran drainase, sehinnga pada waktu musim

hujan tidak terjadi genangan air di lahan, karena air hujan akan

mengalir dan masuk ke dalam saluran tersebut.

Setelah pembuatan saluran air selesai kemudian dilanjutkan

dengan pembuatan bedengan-bedengan. Bedengan dibuat dengan

ukuran lebar 1 m, panjang disesuaikan dengan panjang lahan, dan

tinggi 30 cm, sehingga tiap baris dapat dibuatkan 6 lubang dan jarak

antar bedengan 40 cm. Bedengan yang masih kasar diratakan atau

dihaluskan dengan sebilah bambu.

Tanah di bedengan diberi pupuk kandang yang sudah masak,

kemudian dicampur sampai rata dengan tanah menggunakan

cangkul. Pupuk kandang ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selain

itu juga dapat digunakan kompos sebagai pengganti pupuk kandang.

Bedengan yang sudah siap dibiarkan beberapa waktu sambil

menunggu penanaman.

3. Penanaman

Sehari sebelum penanaman, lahan diari hingga saluran-

saluran di antara bedengan tergenang air selama 5 jam. Kemudian air

dibuang melalui saluran pembuangan. Pengairan dilakukan supaya

lahan cukup lembab dan untuk memenuhi kebutuhan air bagi

Page 55: PKL_Report body

55

tanaman yang baru dipindah tanam. Penanaman dilakukan pada sore

hari, sehingga tanaman yang baru ditanam tidak langsung mendapat

terik cahaya matahari.

Bibit yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu. Dipilih

bibit yang pertumbuhannya baik dan tidak terserang hama dan

penyakit. Bibit dipindahkan dengan hati-hati dari bedengan

pembibitan. Petani yang berpengalaman biasa menggunakan tangan

untuk melakukan pemindahan. Namun, jika belum terbiasa dapat

menggunakan cetok atau sendok tanaman untuk memindahkan

tanaman. Disertakan sebagian tanah yang membalut perakaran bibit.

Pada bedengan di buat lubang-lubang tanam dengan

menggunakan tangan. Jarak antar lubang 20 cm×20 cm. Ukuran

lubang tidak terlalu besar cukup 4cm×6 cm. Yang penting bibit dapat

tumbuh baik dan tidak mudah tercabut. Lubang diberi kompos untuk

menambah kandungan unsur hara tanah serta nutrisi pada tanaman

selada. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan hati-hati.

Selanjutnya lubang dirapikan dan tanah sedikit dimapatkan. Setelah

bibit selesai di tanam pada bedengan, selada disirami air dengan

menggunakan gembor.

4. Penyiraman

Untuk pertumbuhan awal, tanaman selada banyak

membutuhkan air. Selama 1 minggu dari penanaman, tanaman

selada disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah

satu minggu tanaman selada cukup disiram 1 kali sehari. Sehingga

dalam 2 minggu setelah tanam, tanaman terjaga tidak layu dan tidak

kekurangan air.

Air untuk penyiraman diambil dari saluran yang telah di buat

di kanan kiri lahan. Dari parit air dialirkan masuk ke dalam lahan.

Air diambil dengan gembor kemudian disiramkan pada tanaman

selada.

5. Penyiangan gulma

Page 56: PKL_Report body

56

Penyiangan gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan

antara tanaman selada dengan tumbuhan gulma dalam mendapatkan

air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah. Dengan penyiangan ini

tanaman selada memperoleh air dan unsur hara yang cukup untuk

memenuhi pertumbuhannya.

Gulma mulai tumbuh setelah tanaman selada berumur 3

minggu di bedengan penanaman. Gulma yang tumbuh pada budidaya

tanaman selada jenis gulma berdaun lebar. Gulma jenis berdaun

lebar yaitu seperti krokot. Krokot merupakan gulma yang sukulen,

batang penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata yang

tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim.

Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan mencabut gulma,

dapat juga dengan menggunakan cangkul. Namun, dalam

penggunaan cangkul harus hati-hati supaya penyiangan dengan

cangkul tidak akan merusak tanaman selada.

6. Pengendalian hama

Pengendalian hama bertujuan untuk mengendalikan hama

pada tanaman selada yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen.

Pengendalian hama akan mengurangi kerusakan yang disebabkan

oleh hama.

Pengendalian hama hanya dengan cara mekanis. Yaitu

dengan mengambil hama seperti ulat yang memakan daun selada

dengan tangan, kemudian memusnahkannya.

7. Panen dan pasca panen

a. Panen

Pada umur 40-60 hari setelah tanam, selada sudah dapat

dipanen. Kegiatan panen sebaiknya dilakukan pada sore hari, untuk

menghindari tanaman yang layu atau menurun kualitasnya saat

sampai ditangan konsumen. Pemanenan tanaman selada saat

Page 57: PKL_Report body

57

penulis melalukan kerja praktik, dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu:

1) Selada dipanen dengan dicabut

Caranya selada dicabut beserta akarnya. Tanaman selada

yang di panen dengan cara ini nantinya akan dipasarkan ke pasar

tradisional pada pagi hari. Tujuan diikutsertakannya akar saat

panen adalah supaya tanaman lebih menarik konsumen dipasar

dan tentunnya menambah bobot tanaman tersebut.

Tanah yang menempel dibagian akar dibersihkan.

Pembersihan akar dilakukan supaya tanaman lebih bersih dan

menarik. Akar dibersihkan dengan memukulkan sebilah bambu

ke akar dengan tidak terlalu kuat karena dapat merusak tanaman.

Setelah bersih tanaman dikumpulkan kemudian dicuci

menggunakan air pada bak air yang terbuat dari semen dengan

ukuran 100 cmx100 cmx150 cm.

Bagian daun yang paling bawah atau daun selada yang

kurang baik di hilangkan. Penghilangan daun dilakukan saat

pencabutan supaya menghemat waktu dan tenaga saat panen.

Tujuannya supaya penampilan selada lebih menarik dan dapat

menarik konsumen. Setelah dipanen dan dibersihkan selada

dikumpulkan.

2) Selada dipanen dengan dipotong

Tanaman selada yang siap panen tidak semua dicabut

beserta akarnya, ada juga yang di panen dengan dipotong pada

ujung batang bawah (bergabung dengan akar). Caranya tanaman

selada yang di atas tanah di potong dengan menggunakan alat

yaitu pisau. Bagian daun yang kurang bagus dihilangkan.

Setelah dipanen dan dibersihkan selada dikumpulkan. Selada

yang dipanen dengan cara ini nantinya akan digunakan untuk

mencukupi permintaan Mister Burger Yogyakarta.

b) Pasca panen

Page 58: PKL_Report body

58

Berdasarkan kerja praktik yang telah penulis lakukan di

klompok tani Manunggal, penanganan pasca panen meliputi:

(a) Pengumpulan

1) Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang teduh

2) Tujuan pengumpulan hasil panen di tempat teduh ini untuk

memudahkan kegiatan penanganan berikutnya dan menekan

kerusakan akibat sinar matahari langsung.

(b) Pembersihan

1) Daun-daun tua yang rusak dibuang.

2) Selada yang sudah dibersihkaan dari daun-daun yang

kurang bagus dicuci di tempat pencucian, kemudian

dikibas-kibaskan supaya selada kering dari air pencucian

tersebut.

(c) Pengkelasan

1) Hasil panen selada diklasifikasikan menurut bentuk,

ukuran atau beratnya, sesuai dengan permintaan pasar.

2) Biasanya selada yang masih ada akarnya untuk memenuhi

kebutuhan pasar-pasar tradisional.

3) Selada yang dipanen dengan dipotong untuk memenuhi

permintaan rumah makan, hotel, dan restaurant.

(d) Pengemasan

1) Selada termasuk sayuran mudah rusak. Untuk

mengantarkan ke konsumen harus dikemas dalam wadah.

2) Pengemasan menggunakan kantong plastik.

3) Selada yang sudah kering dari air pencucian dimasukkan

kedalam plastik kemudian ditimbang untuk memenuhi

permintaan pasar.

D. Tata Niaga

Pemasaran yang masih diterapkan saat ini adalah rantai pemasaran

tradisonal petani. Produsen menjualnya ke supermarket, restaruan, mister

burger yogyakarta dan pasar tradisonal sebagai pengecer yang akhirnya

PETANI

Page 59: PKL_Report body

59

sampai ke konsumen. Dari keterangan diatas berikut ini siklus

pemasaran:

Gambar 4. Tata niaga

F. Analisis Finanasial

Analisis usaha tani bertujuan untuk mengetahui tidak layak

atau rugi suatu usaha dikelolah. Adapun dalam usaha budidaya

PASAR SUPERMARKETRESTAURANT

KONSUMEN

Page 60: PKL_Report body

60

selada ini dilakukan pada areal dengan luas 10.000 m2. Dengan jarak

tanam 25cmx25cm. Lamanya proses berlangsung selama 2 bulan.

I. Biaya

a. Biaya Variabel (BV)

Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah-ubah sesuai

dengan perubahan penggunaan faktor produksi.

Tabel 4. Biaya Sarana Produksi

No Sarana Produksi Kebutuhan Harga(Rp)

Jumlah (Rp)

1.2.

3.

4.5.6.

BenihPupuk

a. Kandangb. Urea

Pestisidaa. Decisb. Antrachol

Kotak semaiPlastik UVTenaga kerja

a. Membuat bedengan

b. Penanamanc. Penyemprotand. Pasca panen

18Bungkus

1 Colt50 Kg

500 Ml6 Kg250 Buah7 Rool

7 HOK

2 HOK7 HOK

14.000 150.000 90.000

55.000 97.000 15.000160.000

40.000

40.000 40.000 40.000

225.000

150.000 4.500.000

110.000 582.0003.750.0001.120.000

280.000

80.000 280.000 280.000

Total 11.364.000

b. Biaya tetap

1. Biaya alat produksi tahan lama

Biaya yang digunakan untuk alat-alat dalam beberapa

proses produksi. Alat ini akan mengalami pengurangan tahun ke

tahun . Biaya ini terdiri dari penyusutan bunga modal dan Biaya

Bunga Modal Alat Tahan Lama.

(a) Penyusutan

Penyusutan data di artikan sebagai penurunan atau

pengurangan nilai modal dari suatu saat akibat pertambahan

Page 61: PKL_Report body

61

umur. Untuk menghitung biaya penyusutan dapat

menggunakan rumus :

D = Nb - Ns

N

Tabel 5. Penyusutan Biaya Tetap Saran Produksi

No Alat Jumlah Nb (Rp) Ns (Rp)

N Biaya (Rp)

Penyusutan/sekali produksi (2 bulan) (Rp)

1234567

CangkulNampanGemborHandsprayerSekopEmberParang

31041141

150.0003.500

30.000350.00010.00015.00045.000

25.000500

1.50025.0001.0005.0001.000

2614161

150.000 3.500 30.000350.000 10.000 15.000 45.000

10.416,67 500,00 4.750,00 13.541,67 750,00 1.666,67 3.666,67 13.750,00

Total 49.041,68

(b) Biaya Bunga Modal Alat Tahan Lama (I)

Untuk menghitung biaya bunga modal alat tahan lama (i) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

I = Nb + Ns x i

2Keterangan :

I = Biaya modal tahan lama

Nb = Nilai baru

Ns = Nilai sisa

i = % bunga pertahun (18%)

Tabel 6. Biaya modal alat tahan lama ( i )

No Alat Jml Nb(Rp)

Ns (Rp)

I Biaya (Rp)

Biaya BungaModal

Page 62: PKL_Report body

62

Produksi(2 bulan) (Rp)

1234567

CangkulNampanGemborSprayerSekopEmberParang

31041241

150.000 3.500 30.000350.000 10.000 15.000 45.000

50.0005001.50025.0001.0005.0001.000

18%18%18%18%18%18%18%

54.000 3.60028.35033.750 990 7.200 4.140

9.000 600 4.725 5.625 165 1.200 690

Total 22.050

2. Sewa lahan

Sewa lahan / ha / tahun = Rp. 1.000.000,00

Luas lahan = 10.000 m2

Jadi sewa lahan untuk luas 10.000 m

= 1.000.000,00 / 1000 x 10.000 x 1 x 5 = Rp. 4.166.666,67 12

3. Pajak

Pajak / ha / tahun = Rp. 50.000,00

Luas lahan = 10.000 m2

Jadi pajak untuk luas lahan 10.000 m

= 700.000,00 / 1000 x 10.000 x 1 x 2 = Rp. 1.166.666,67 12

Biaya lain-lain selama 2 bulan = Rp. 1.000.000,00

4. Biaya bunga modal keseluruhan

P = Besarnya pinjaman pokok = Rp. 5.000.000,00

Page 63: PKL_Report body

63

n = Lama pinjaman selama 2 bulan

I = Suku bunga 18% pertahun

Untuk menghintung biaya bunga modal keseluruhan,

menggunakan rumus :

I = P x n x i

Keterangan :

I = Biaya bunga modal keseluruhan

P = Besarnya modal pokok

n = Lama pemakaian

i = Tingkat bunga 18% pertahun

jadi I = P x n x i

= Rp. 5.000.000,00 x 1 x 2 x 0,18

12

= Rp. 5.000.000,00 x 1 x 0,18

6

= Rp. 5.000.000,00 x 0,3

= Rp. 15.000.000,00

c. Biaya Tetap Total (BT)

Untuk menghitung total biaya, rumus sebagai berikut:

BT = Penyusutan (D )+biaya bunga modal alat tahan lama+biaya

Pemeliharaan+Biaya modal keseluruhan (I) + sewa

lahan+Pajak + Lain-lain

=

Rp.11.346.000,00+Rp.22.050,00+Rp.110.000,00+Rp.15.000.0

00,00+Rp.4.166.666,67+1.166.666,67+ Rp.1.000.000,00

= Rp. 31.644.716,67

d. Biaya Total (Bto)

Page 64: PKL_Report body

64

Bto = Biaya variabel + Biaya tetap

= Rp. 11.364.000,00 + Rp. 31.644.716,67

= Rp. 43.008.716,67

II. Pendapatan

a. Taksiran produksi dan harga

1. Hasil produksi = 15000 Kg

2. Harga per kg = Rp. 8.000,00

b. Penerimaan Total

PT = Jumlah produksi x harga satuan

= 15.000 x Rp.8.000

= Rp. 120.000.000,00

c. Biaya persatuan produksi

Biaya persatuan produksi = T otal biaya

Total produksi

= Rp. 43.008.716,67 . 15.000

= Rp. 2.867,25,-d. Pendapatan bersih

Pendapatan bersih = Penerimaan total-Biaya tetap-Biaya variabel

=Rp.120.000.000,00-Rp.31.644.716,67-

Rp.11.364.000,00

= Rp. 76.991.283,33,-

III. BEP (Break Event Point)

Page 65: PKL_Report body

65

a. BEP ( Break Event Point )

a. BEP Harga = Biaya Produksi Jumlah produksi dijual

= Rp 31.644.716 15000 kg

= Rp 2.109,65/kg

Keuntungan= taksiran produksi x (harga – BEP Harga)

= 15.000 kg x (Rp 8.000/kg – Rp 2.109,65/kg)

= 15.000kg x Rp 5890/kg

= Rp 88.350.00,00

Titik impas harga produksi diperoleh bila harga jual

selada Rp 2.109,65/kg dengan harga jual Rp 8.000 maka

titik impas tercapai dan mendapatkan keuntungan Rp

5.890/kg. Dalam 1 ha petani mampu memproduksi 15.000kg,

sehingga petani mendapat keuntungan sebesar Rp

88.355.250,00.

b. BEP Volume produksi = Biaya Produksi Harga jual

= Rp. 31.644.716 Rp. 8.000/kg

= 3.955/kg

Keuntungan= taksiran harga x (taksiran produksi – BEP

Produksi)

= Rp 8.000 x ( 15.000kg – 3.955/kg)

= Rp 8.000 x 11045kg

= Rp 88.360.000,00

Titik impas volume produksi diperoleh bila hasil

panen selada 3.955kg. sedangkan selama produksi ini adalah

15.000 kg dengan demikian titik impas tercapai dan

mendapatkan keuntungan hasil produksi sebesar 11.045 kg

Page 66: PKL_Report body

66

artinya usaha selada menguntungkan petani sebesar

Rp.88.360.000,00

IV. R/C Ratio

R/C Ratio = Total penerimaan

total biaya

= Rp. 120.000.000 , -

Rp. 43.088.716,67

= 2,78495

Usaha budidaya selada ini layak untuk di usahakan karena

setiap nilai rupiah yang dikeluarkan yaitu Rp.1 Diperoleh penerimaan

senilai Rp. 2,78495 Sebagai hasil usaha tersebut.

V. PEMBAHASAN

Page 67: PKL_Report body

67

Selada merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang

dikonsumsi daunnya, dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran daun.

Prospek serapan pasar terhadap komoditas selada akan terus meningkat

sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan,

kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan kesukaan masyarakat terhadap

selada. Untuk memenuhi kebutuhan selada yang terus meningkat dipasaran,

maka perlu dilakukan upaya penyediaan produksi melalui usaha budidaya.

Keberhasilan peningkatan produksi selada dapat terwujud apabila ditunjang

oleh ketersediaan benih yang bermutu, ketersediaan lahan pertanian yang

cukup, teknologi yang memadai, dan lingkungan hidup yang sehat sesuai

dengan syarat tumbuh tanaman selada yang akan dibudidayakan.

Selada ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1000-

1.900m dpl. Keadaan tanah berstruktur remah, gembur, banyak

mengandung bahan organik, subur, mudah mengikat air, dan solum tanah

dalam. Sifat fisika tanah yang baik berpengaruh terhadap aerasi dan drainase

tanah.

Pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil yang optimal

memerlukan suhu dan kelembapan tertentu. Suhu rata-rata harian yang

optimal untuk pertumbuhan adalah 15M-20MC. Pertumbuhan vegetatif tanaman

sangat dipengaruhi oleh suhu tanah yang rendah pada malam hari.

pertumbuhan vegetatif tanaman akan sangat terhambat apabila suhu tanah

kurang dari 10MC dan lebih dari 30MC. Kelembapan udara yang sesuai bagi

pertumbuhan tanaman selada adalah 80%-90%. Sedangkan lama penyinaran

sesuai dengan yang diperlukan untuk kegiatan fotosintesis yaitu 9-10 jam

per hari. Lama penyinaran juga akan berpengaruh terhadap pembentukan

organ vegetatif dan generatif. Rerata curah hujan sesuai untuk budidaya

tanaman selada adalah 1.000-1.500 mm per tahun. Pengaruhnya terhadap

pertumbuhan tanaman berhubungan dengan ketersediaan air tanah.

Selada diperbanyak dengan biji. Untuk lahan 1 ha diperlukan benih

selada 250 g atau pada kisaran 400-600 g, tergantung pada jarak

tanamannya. Saat pembibitan benih selada dapat langsung disebar di atas

bedengan (sistem tanam atau sebar langsung). Cara ini memiliki kelebihan,

Page 68: PKL_Report body

68

menghemat waktu, tenaga, biaya, dan tidak memerlukan ketrampilan yang

khusus. Kelemahannya, menyulitkan pemeliharaan tanaman yang masih

kecil (stadium bibit), dan pada waktu tanaman sudah berumur 1,5 bulan

sejak sebar, benih perlu penjarangan (Haryanto,1995).

Cara yang dianjurkan adalah benih disemai terlebih dahulu di lahan

persemaian selama kurang lebih 1 bulan atau bibit telah berdaun 3-5 helai.

Kelebihan cara ini antara lain: dapat menghemat benih, memudahkan

pemeliharaan bibit karena terkonsentrasi (menyeleksi) bibit yang baik saat

pemindahan ke lahan tanam. Kelemahan cara ini diantaranya memerlukan

biaya, tenaga dan waktu tambahan, serta keterampilan khusus dalam

penyiapan bibit di persemaian (Rukmana, 1994).

Dalam budidaya tanaman selada keriting ini, pembibitan dilakukan 2

kali penyemaian, namun sebelum disemai biji selada dikecambahkan

terlebih dahulu. Untuk penyemaian benih dengan menggunakan nampan.

Nampan yang akan digunakan dilubangi bagian bawahnya dengan soldier.

Supaya pada saat penyiraman air dapat keluar dan tidak tergenang di dalam

nampan. Kemudian ayak serbuk gergaji, serbuk gergaji yang halus

digunakan untuk media sebagai perkecambahan selada di nampan tersebut.

Setelah serbuk gergaji di letakkan pada nampan, benih selada yang akan

diperkecambahkan di sebar pada media tersebut. Lalu siram hingga basah

dan tutup selama 5 hari.

Tanah untuk pembibitan dicangkul sampai gembur kemudian dibuat

bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kebutuhan bibit, lebar 1 m,

dan tinggi 20 cm. tanah di atas bedengan di campur dengan pupuk kandang,

diaduk dengan cangkul. Bedengan disiram air secukupnya. Benih selada di

tebarkan di atas bedengan dengan hati-hati sehingga setelah tumbuh tidak

saling menumpuk. Untuk itu sebaiknya benih selada dicampur dengan abu

dapur dahulu sebelum ditebarkan sehingga dapat merata di atas bedengan.

Di atas bedengan pembibitan diberi naungan dari welit atau plastik.

Tujuannya adalah untuk mengurangi cahaya matahari yang masuk ke

pembibitan. Hal ini karena selada kurang tahan terhadap cahaya matahari

yang terik dan dapat menghambat pertumbuhan bibit.

Page 69: PKL_Report body

69

Pembibitan dilakukan pada bedengan yang sudah diolah

sebelumnya. Bedengan diratakan dengan sebilah bambu kecil, kemudian

pupuk kandang disebarkan di atas bedengan yang sudah di ratakan. Bibit

yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu, bibit ditanam 3-10 pohon

dengan jarak tanam 2-3 cm. Siram bibit yang sudah ditanam. Setelah bibit

berumur 2 minggu, bibit dipindahkan pada polibag. Polibag di isi dengan

media yaitu tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang setengah

bagian. Bibit dimasukkan ke dalam polibag, lalu polibag tersebut diisi

media sampai penuh. Untuk menghindari bibit layu dan mati, bibit disiram

air menggunakan gembor.

Selama pembibitan, tindakan pemeliharaan yang paling penting

adalah penyiraman. Media pembibitan harus dijaga tetap lembab.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Seiring dengan pertambahan umur

bibit, maka jumlah air siraman di kurangi. Supaya bibit lebih tahan terhadap

kondisi lingkungan yang kering.

Penanaman selada dilakukan setelah bibit berumur 30 hari atau bibit

sudah mempunyai 3-4 helai daun. Pada bedengan dibuat lubang tanam

dengan jarak antar tanam 25cm, sebelum penanaman bedengan disiram

dengan air agar bedengan terjaga kelembabannya. Kemudian bibit yang siap

tanam tersebut ditaruh pada lubang tanam, tanah sedikit dimapatkan agar

bibit yang ditanam pada bedengan tidak roboh.

Perawatan yang dilakukan adalah tahapan budidaya selada yaitu

penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari selama 7 hari setelah

tanam yaitu pada pagi dan sore hari, hal ini disebabkan pada awal

penanaman selada membutuhkan cukup banyak air untuk pertumbuhannya,

namun setelah 7 hari setelah tanam cukup disiram dengan 1 kali sehari.

Sehingga dalam 2 minggu setelah tanam, tanaman terjaga tidak layu dan

tidak kekurangan air. Kekurangan air pada tanaman akan menyebabkan

tanaman mengalami gangguan fotosintesis.

Tanaman selada mulai dipupuk pada umur 3 minggu setelah tanam,

kemudian diulang lagi dengan interval waktu 10 hari sekali sampai umur 60

hari. Pemupukan susulan pada tanaman selada bersifat sebagai penunjang,

Page 70: PKL_Report body

70

karena sebagian besar kebutuhan pupuk telah dipenuhi sebelum tanam,

yakni pupuk dasar. Pupuk yang digunakan sebagai penunjang adalah pupuk

daun. Pupuk daun yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman

selada yaitu Gandasil D. Cara pemupukannya adalah dengan melarutkan 20

gram Gandasil D ke dalam 10 liter air, diaduk sampai larut, kemudian

disemprotkan merata pada tanaman. Penyemprotan dilakukan di permukaan

daun bagian bawah, ditempat mulut daun (stomata) berada. Jika

disemprotkan dipermukaan daun bagian atas, maka pupuk tersebut tidak

akan atau sulit diserap daun sehingga pemupukan lewat daun tersebut gagal.

Penyemprotan dapat dilakukan pagi hari sebelum jam 10.00 dan sore hari

sesudah jam 15.00, dan diperkirakan tidak akan turun hujan setelah

penyemprotan. Dengan demikian pemberian pupuk secara penyemprotan

akan efektif.

Gulma mulai tumbuh setelah tanaman selada berumur 3 minggu di

bedengan penanaman. Gulma yang tumbuh pada budidaya tanaman selada

jenis gulma berdaun lebar yaitu seperti krokot. Krokot merupakan gulma

yang sukulen, batang penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata

yang tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim dan

berdaun lebar.

Penyiangan gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan antara

tanaman selada dengan tumbuhan gulma dalam mendapatkan air dan unsur-

unsur hara, karena selada memiliki perakaran yang dangkal. Selain itu,

menekan serangan hama dan penyakit karena gulma dapat menjadi inang

bagi hama maupun vektor penyakit. Dengan penyiangan ini tanaman selada

memperoleh air dan unsur hara yang cukup untuk memenuhi

pertumbuhannya. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma.

Serangan hama dan penyakit senantiasa membawa kerugian, untuk

itu penanggulangan hama dan penyakit menjadi bagian yang penting dalam

budidaya. Pencegahan hama dan penyakit perlu dilakukam sedini mungkin.

Gejala daun bagian dalam yang terlindung oleh daun bagian luar rusak dan

keliatan bekas gigitan. Tidak heran bila dari luar tanaman masih kelihatan

baik tetapi setelah diperiksa ternyata bagian dalamnya sudah rusak.

Page 71: PKL_Report body

71

Kerusakan ini terjadi sampai titik tumbuh. Penyebab kerusakan tersebut

adalah ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell).

Ulat titik tumbuh berwarna hijau. Di punggungnya terdapat garis

berwarna hijau muda dan bulu berwarna hitam. Bioekologi ulat titik tumbuh

yaitu telur, ulat, pupa, ngengat. Ulat dewasa menghasilkan telur yang

jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur berukuran 5mm dan biasanya

berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu daun. Telur berwarna

hijau cerah dan mudah berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan

pada bagian bawah daun. Telur ini akan menetas dalam jangka waktu 1-2

minggu dan setiap hari jumlah telurnya akan bertambah. Ulat berukuran

berkisar antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam serta warna hijau pada

tubuhnya tergantung corak daun yang dimakan. Biasanya ulat berada pada

bagian bawah daun karena mereka cenderung menghindari cahaya. Setelah

menetas ulat akan memakan daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan

kerusakan yang parah pada daun sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman.

Pupa mempunyai panjang berkisar antara 8,5 sampai 10,5mm dan berbentuk

bulat dengan berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya

diselubungi oleh tanah. Kemudian selanjutnya fase ngengat, ngengat jantan

umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Ngengat jantan

berukuran 20-25mm dan ngengat betina 8-11mm. Ngengat betina dan jantan

mempunyai warna coklat pada bagian sayap. Ngengat jantan pada umumnya

mempunyai warna yang lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan

bersembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif pada malam hari.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu hama ulat

diambil kemudian dimusnahkan, Pengendalian Mekanis terutama terhadap

larva. Pengendalian ini efektif dilakukan pada malam hari. Jika ditemukan

sekumpulan telur yang berada di permukaan daun dan diselimuti seperti

benang kelamat, segera dimusnahkan.

Pengendalian secara biologis pada intinya menitik beratkan pada

pemanfaatan musuh alaminya. Terdapat beberapa musuh alami ulat titik

tumbuh baik dari jenis predator, parasitoid, maupun patogen. Beberapa jenis

predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat titik tumbuh

Page 72: PKL_Report body

72

antara lain Lycosa pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes

(Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata

(Hemiptera). Sementara itu, jenis parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk

mengendalikan ulat titik tumbuh adalah Apanteles sp. (Hymenoptera), dan

Telenomus sp. (Hymenoptera). Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan

untuk mengendalikan ulat titik tumbuh adalah SlNPV dan Beauveria

bassiana..

Pada budidaya selada dengan luas lahan 1 ha, terdapat 22 bedengan

dengan panjang bedengan 10 meter. Sehingga dengan jumlah bedengan dan

jarak tanam tersebut terdapat 1760 tanaman selada. Hasil produksi budidaya

mencapai ±15ton. Tanaman selada keriting ini dipanen pada umur 60 hari

setelah tanam. Tanda bahwa selada siap panen adalah jika daun bagian

bawahnya sudah hampir menyentuh tanah. Selain itu bila dimakan rasanya

enak, segar dan renyah. Namun, sebenarnya panen dapat dilakukan sesuai

kebutuhan. Jika ukuran selada sudah memenuhi syarat untuk dipasarkan

dapat saja panen dilakukan lebih awal dari umur panen biasa atau sebelum

daun bagian bawah hampir menyentuh tanah (Haryanto,1995).

Selada dipanen dengan dua cara yaitu mencabut beserta akar

tanaman dan dipotong dengan pisau di atas permukaan tanah, dengan

meninggalkan akar didalam tanah. Setelah dipanen selada dibersihkan

kemudian dimasukkan ke dalam kranjang (suprayitna,1996).

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Budidaya selada keriting terdiri atas pembibitan, pemindahan tanaman,

pemeliharaan dan panen. Pembibitan terdiri atas dua tahap. Pertama,

Page 73: PKL_Report body

73

biji dikecambahkan terlebih dahulu, dan yang kedua pemindahan bibit

kedalam polybag. Bibit yang berumur 4 minggu atau mempunyai ±4

helai daun, bibit siap ditanam.

2. Selada keriting dibudidayakan di bawah naungan yang terbuat dari

plastik transparan. Tujuan pemberian naungan adalah untuk

mengurangi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman

selada. Pemberian naungan dilakukan oleh petani di lokasi kerja

praktik untuk mengurangi rasa pahit yang muncul sebagai akibat

intensitas matahari yang berlebihan. Di samping itu naungan dapat

menahan tetesan air hujan pada musim penghujan.

3. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiraman dan pengendalian

OPT. Penyiraman dilakukan dua kali sehari selama 7 hari setelah

tanam yaitu pada pagi dan sore hari, hal ini disebabkan pada awal

penanaman selada membutuhkan cukup banyak air untuk

pertumbuhannya, namun setelah 7 hari setelah tanam cukup disiram

dengan 1 kali sehari. Sehingga setelah 2 minggu setelah tanam,

tanaman terjaga tidak layu.

4. Hama yang menyerang tanaman selada yaitu ulat titik tumbuh

(Crocidolomia binotalis zell). Pengendalian hama ulat titik tumbuh

dapat dilakukan dengan mekanis yaitu mengambil hama tersebut

kemudian memusnahkannya. Pengendalian secara biologis yaitu

memanfaatkan musuh alami hama ulat titik tumbuh. Musuh alami dari

jenis predator antara lain Lycosa pseudoannulata (Araceae), Paederus

fuscipes (Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocanthera

furcellata (Hemiptera). Musuh alami jenis parasitoid antara lain

Apanteles sp. (Hymenoptera), dan Telenomus sp. (Hymenoptera).

Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan

hama ulat titik tumbuh adalah Beauveria bassiana.

5. Selada keriting siap panen pada umur 60 hari setelah tanam. Ciri-ciri

bahwa selada siap panen, jika daun bagian bawahnya sudah hampir

menyentuh tanah, selain itu daun bagian bawah sudah tua atau

menguning. Lahan dengan luas 1 ha menghasilkan selada kriting ± 15

Page 74: PKL_Report body

74

ton. Pemanenan dilakukan dengan dua cara yaitu dipotong pada bagian

batang dan dicabut beserta akar tanaman. Waktu panen dilakukan pada

sore hari untuk mengurangi resiko penurunan kualitas hasil panen

selada keriting.

6. Break Event Point harga sebesar Rp 2.110,-/kg memberikan implikasi

bahwa jika harga jual selada dapat mencapai Rp 8.000,-/kg, maka

petani akan mendapat keuntungan Rp 88.350.00,00/ha untuk usaha tani

selada ini.

7. Break Event Point produksi sebesar 3.955kg menunjukkan bahwa bila

ternyata produksi dapat mencapai 15.000kg/ha, maka usaha tani akan

memberikan keuntungan sebesar Rp 88.360.000,00/ha.

B. Saran

1. Apabila serangan hama ulat titik tumbuh sangat merugikan sehingga

menurunkan produksi hingga di bawah BEP Produksi (3.955kg) maka

pengendalian hama pengganggu tanaman perlu dilakukan secara

intensif dengan memanfaatkan musuh alami yaitu patogen, predator,

parasitoid.

2. Bila harga jatuh di bawah BEP Harga (Rp 2.110,-/kg), maka petani

dianjurkan untuk memilih usaha yang lain karena biaya produksinya

tidak dapat seluruhnya dibayar dengan hasil penjualan produksinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Apanteles sp. https://www.google.co.id . Diakses 23 juli 2014

Page 75: PKL_Report body

75

Anonim. (2013). Arti Penting Selada. Diambil kembali dari https://www.google.com

Anonim. (2012). Hama ulat krop kubis crocidolomia. http://ktipertanian.blogspot.com. Diakses 23 juli 2014

Anonim. (2013). Iklim menurut Schmidt Ferguson Oldeman dan Junghuhn. Dipetik Juli 5, 2014, dari www.siswapedia.com.

Anonim. (2013). Lycosa pseudoannnulat. https://www.google.co.id/ . Diakses 23 juli 2014

Anonim. (2013). Paederus fuscipes. https://www.google.co.id. Diakses 23 juli 2014

Anonim. (2013). Telenomus sp. https://www.google.co.id. Diakses 23 juli 1014

Anonim. (2013). Ulat Grayak Spodoptera. http://www.tanijogonegoro.com. Diakses 23 juli 2014

Setyamidjaja Djoehana. (1986). Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: CV. Simplex

Haryanto Eko. T. S. (1995). Sawi dan Selada. Jakarta: Penebar Swadaya.

Rahmat Rukmana, I. (1994). Bertanam selada dan andewi. Yogyakarta: Kanisius.

Samadi Budi. (2014). Rahasia Budidaya Selada. Jakarta: Pustaka Mina

Suprayitna Imam, S. (1996). Menanam dan mengolah Selada sejuta rasa. solo: C.V. Aneka.

Wicaksono. (2008). Morfologi Tanaman Sayuran. Yogyakarta : Gajah Mada University. Press.