pkl_report body
Embed Size (px)
DESCRIPTION
My report bodyTRANSCRIPT

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu sayuran yang
mempunyai arti penting dalam perekonomian masyarakat Indonesia.
Permintaan terhadap komoditas sayuran di Indonesia terus meningkat
seiring dengan meningkatnya penduduk dan konsumsi per kapita.
Disamping itu, sebagian masyarakat juga menginginkan produk
hortikultura yang lebih berkualitas. Konsumsi sayuran di Indonesia
tahun 2005 adalah 37.30 kg/kapita/tahun hal ini masih rendah dari
syarat minimum yang direkomendasikan oleh FAO 65 kg/kapita/tahun.
Namun demikian produksi nasional sayuran masih lebih rendah dari
konsumsi yakni sebesar 35.30 kg/kapita/tahun. Dengan demikian masih
terbuka sangat lebar peningkatan produksi agar mampu memenuhi
tingkat konsumsi sayuran nasional (Anonim, 2006).
Permintaan terhadap komoditas selada terus meningkat, antara
lain berasal dari pasar swalayan, restauran-restauran besar (Fast Food
Eropa dan Cina), hotel-hotel berbintang di kota-kota besar, serta
konsumen luar negeri yang menetap di Indonesia maupun masyarakat
Indonesia sendiri. Selain itu peluang bisnis selada dapat juga dilihat dari
semakin berkembangnya jumlah hotel dan restauran-restauran asing
(bertaraf internasional) yang banyak menyajikan masakan-masakan
asing yang menggunakan daun selada, misalnya salad, hamburger, hot
dog, dan sebagainya. Peningkatan jumlah hotel dan restauran
menyajikan masakan dengan menggunakan daun selada akan
meningkatkan permintaan selada.
Budidaya selada keriting bisa dipanen 20-30 hari setelah bibit
ditanam. Produktivitas tanaman selada keriting bisa mencapai 15-20 ton
per hektar. Apabila petani mempunyai lahan 1000 m2 dan ditanami
selada dengan hasil yang terendah 1.500kg dan harga murah
Rp.8000,-/kg, maka petani akan mendapatkan hasil
Rp.3.849.564,16,-/bulan. Selada berpotensi besar untuk dikembangkan
di Indonesia, karena disamping kondisi iklimnya cocok untuk

2
komoditas selada, juga dapat memberikan keuntungan yang memadai
bagi pembudidaya.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara budidaya selada yang baik?
2. Berapakah produktivitas selada di lokasi kerja praktik ?
3. Layakkah produksi selada di lokasi kerja praktik ?
C. Tujuan kerja praktik1. Tujuan umum
a. Meningkatkan penalaran dalam menghadapi permasalahan di
lapangan
b. Membandingkan teori dan praktik di lapangan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman selada yang baik
D. Manfaat kerja praktik
1. Sebagai salah satu syarat yang diperlukan penulis untuk memperoleh
derajat sarjana strata 1
2. Menerapkan teori dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan
3. Memberikan informasi pada pembaca mengenai budidaya yang baik

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi
1. Taksonomi Selada Keriting
Sistematika tanaman selada keriting adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa
2. Morfologi Selada
Secara morfologi, organ–organ penting yang terdapat pada
selada adalah sebagai berikut:
a. Daun
Daun selada keriting memiliki tangkai daun lebar dengan
tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun
bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa
agak manis. Daun selada keriting memiliki ukuran panjang 20-25
cm dan lebar 15 cm serta bagian tepi daun bergerigi (keriting)
(Wicaksono, 2008).
b. Batang
Tanaman selada memiliki batang sejati. Pada tanaman selada
yang membentuk krop, batangnya sangat pendek, hampir tidak
terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam
tanah. Sedangkan selada yang tidak membentuk krop (selada
daun dan selada batang) memiliki batang yang lebih panjang dan
terlihat. Batang bersifat tegap, kokoh, dan kuat dengan ukuran

4
diameter berkisar antara 5,6 cm–7 cm (selada batang), 2 cm-3 cm
(selada daun), serta 2 cm-3 cm (selada kepala).
c. Akar
Tanaman selada memiliki sistem perakaran serabut. Akar
serabut tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20 cm-
50 cm atau lebih. Perakaran selada dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada tanah yang subur, gembur, mudah menyerap
air, dan kedalaman tanah (solum tanah) cukup dalam.
d. Bunga
Bunga selada berwarna kuning, tumbuh lebat dalam satu
rangkaian. Selada memiliki tangkai bunga yang panjang mencapai
80 cm atau lebih. selada yang ditanam di daerah yang beriklim
sedang (subtropik) mudah atau cepat berbuah.
e. Biji
Biji selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang 4
mm dan lebar 1 mm. Biji selada merupakan biji tertutup dan
berkeping dua, dan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman.
3. Macam-macam Varietas Selada
Selada memiliki banyak varietas, yang telah dikembangkan dan
dibudidayakan oleh masyarakat. Diantaranya ada varietas yang
berkrop, yaitu yang membentuk kumpulan daun-daun yang saling
merapat membentuk bulatan menyerupai kepala, dan ada varietas
yang helaian daunnya lepas tidak merapat membentuk bulatan.
Masing–masing varietas memiliki ciri–ciri yang khusus .
Selada yang umum dibudidayakan saat ini dapat dikelompokkan
menjadi 4 tipe dengan berbagai macam varietas, yaitu: selada kepala
atau selada telur, selada rapuh, selada daun, dan selada batang.
a. Selada kepala atau selada telur
Selada kepala mempunyai krop bulat dengan daun saling
merapat. Pada jenis tertentu beberapa helai daun di sebelah
bawah tetap berlepasan. Daunnya ada yang berwarna hijau

5
terang tetapi ada juga yang berwarna gelap. Batangnya sangat
pendek dan hampir tidak terlihat. Selada kepala rasanya lunak
dan renyah. Jika selada kepala ditanam di dataran rendah maka
tidak akan menghasilkan krop. Selada kepala dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu tipe crisphead dan tipe butterhead.
1) Selada kepala tipe crisphead
Ciri selada kepala membentuk krop dengan daun yang
keriting. Jenis ini sangat popular di Inggris dan Amerika
Selatan. Tipe selada kepala lebih tahan terhadap kekeringan.
Setelah perkembangan roset awal, daun selanjutnya mulai
tumbuh bertumpang-tindih, dan akhirnya memerangkap daun
yang baru terbentuk. Selanjutnya perkembangan daun yang
terperangkap meningkatkan kepadatan kepala, kepala biasanya
berbentuk hampir bulat. Kepala dapat menjadi sangat keras, dan
dengan makin besar, kepala ini dapat pecah. Daun yang terlalu
matang menjadi pahit. Daun-daun bagian dalam yang terlipat
ketat menjadi kasar (rugose), getas dan renyah. Daun terluar
biasanya berwarna hijau tua, makin ke dalam warnanya makin
muda. Ketika dipanen, tanaman biasanya berbobot antara 700
dan 1000 g. Selada produksi rumah kaca umumnya jauh lebih
kecil. Daya simpan dan keterangkutan yang baik adalah sifat
penting yang dimiliki selada kepala renyah. Beberapa varietas
selada kepala sebagai berikut:
a) Kaisser: varietas yang berkualitas tinggi ukurannya kecil,
dan daunnya berwarna hijau terang.
b) Ballade: memiliki pertumbuhan cepat dengan warna hijau
terang
c) Alpen: dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran
rendah, pertumbuhannya cepat, ukurannya sedang dan
berwarna hijau gelap

6
d) Marina: merupakan varietas yang baru, sistem perakarannya
kuat, ukuran besar, dan berwarna hijau terang.
e) Santa maria: ukuran besar, daun tebal, dan berwarna hijau
gelap.
f) Great lakes: ukuran selada ini memang besar. Jenis ini
sangat popular di Amerika dan kini menyebar ke banyak
negara.
g) Avoncrisp: varietas yang tergolong tahan serangan hama
penyakit. Daunnya hijau segar dan keriting.
2) Selada kepala tipe butterhead
Ciri tipe butterhead ialah membentuk krop dengan daun
yang lurus, pinggiran daunnya rata. Jenis ini sangat terkenal di
Amerika Serikat. Pertumbuhannya cepat, daunnya halus. Jenis
butterhead memang didominasi oleh varietas musim panas
sehingga mudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia.
Kultivar selada kepala mentega, kadang-kadang disebut
selada kubis, lebih banyak ditanam. Kultivar ini lebih disukai
konsumen karena aroma dan daunnya yang lembut. Tanaman
kultivar ini lebih kecil, agak lebih gepeng dan menghasilkan
kepala yang kurang padat ketimbang tipe kepala renyah.
Daunnya lebar, berlipat dan lembut, dengan tekstur berminyak
lunak. Ada dua tipe utama kultivar ini yang diproduksi, yaitu
tipe hari netral dengan kepala yang agak padat dan tipe hari-
pendek, menghasilkan kepala kecil dan kurang padat,dan
umumnya ditanam dalam naungan pelindung. Kedua tipe ini
mudah tergores sehingga karakteristik keterangkutan dan daya
simpannya tidak baik. Kultivar tipe Batavia memilki sifat
pertengahan antara tanaman kepala renyah dan kepala mentega.
Varietas selada yang termasuk butterhead sebagai berikut:

7
a) Okayama salad: warnanya hijau tua, tahan terhadap panas
dan umurnya genjah.
b) Green mignonette: warnanya hijau terang, ukurannya kecil
dan umurnya genjah.
c) Brown mignonette: sama dengan green mignonette, tetapi
warna daunnya hijau kecoklatan.
d) Mini star: merupakan varietas baru. Ukurannya kecil,
pertumbuhannya termasuk cepat, dapat dipanen pada umur
55-60 hari setelah disemai.
e) All the year round: namanya yang unik diperoleh karena
varietas ini dapat di tanam sepanjang tahun. Ukurannya
tergolong sedang, warna daun hijau pucat. Cukup tahan
terhadap kekeringan.
b. Selada rapuh atau selada cos
Selada rapuh mempunyai krop yang lonjong dengan
pertumbuhan yang lebih tinggi cenderung mirip petsai. Daunnya
lebih tegak dibanding selada umumnya yang menjuntai ke
bawah. Ukurannya besar dan warnanya hijau tua. Meskipun
sedikit liat, selada jenis ini rasanya enak. Jenis selada ini
tergolong lambat pertumbuhannya.
Kultivar selada cos, juga disebut sebagai romaine, memiliki
daun memanjang, kasar, dan bertekstur renyah, dengan tulang
daun tengah lebar dan jelas. Daun panjangnya yang agak sempit
cenderung tumbuh tegak dan secara longgar bertumpang tindih
satu sama lain, serta tidak membentuk kepala. Sifat pasca
panennya sama dengan tipe kepala renyah. Beberapa varietas
selada cos sebagai berikut:
1) Lobjoit’s green: varietas lama yang masih disukai hingga
sekarang. Ukurannya besar, daun hijau gelap. Rasanya enak
dan renyah.
2) Paris white: ukurannya besar, daun sebelah dalam berwarna
hijau pucat. Rasanya renyah.

8
3) Little gem: selada ini tergolong yang paling cepat
pertumbuhannya dalam kelompok selada cos. Penampilannya
mirip kubis. Kropnya kecil namun seragam. Rasa selada ini
adalah yang paling manis.
4) Barcarolle: penampilannya menawan. Cocok untuk tanaman
hias atau penghias hidangan. Warna daun hijau tua, daun
merapat dengan rapi, tanaman cukup tinggi dan besar.
5) Winter density: rasa manisnya, sesuai namanya selada jenis
ini hanya tumbuh baik di musim dingin. Oleh karena itu, sulit
dibudidayakan di Indonesia.
c. Selada daun
Selada ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak
atau bergerigi serta berwarna hijau atau merah. Ciri khas lainnya
tidak membentuk krop. Biasanya selada ini digunakan sebagai
hiasan untuk aneka masakan. Jenis ini umurnya genjah dan
toleran terhadap kondisi dingin. Apabila daunnya dipanen
dengan cara lepasan satu persatu, tidak dicabut sekaligus, maka
tanaman dapat dipanen beberapa kali. Meskipun demikian,
umumnya selada daun dipanen sekaligus seluruh tanamannya
sama seperti jenis selada lainnya.
Beberapa varietas selada daun yang telah dikenal antara lain:
1) New red fire: warna merah tua gelap, umurnya tergolong
genjah, jenis ini tahan terhadap kondisi panas dan dingin.
2) Green wave: ukurannya besar, warna hijau, umurnya genjah,
dan toleran terhadap keadaan dingin.
3) Price head: daunnya lebar dan berwarna merah tua.
4) Salad bowl: merupakan jenis asli (berwarna hijau) yang
banyak menghasilkan silangan baru. Penampilan daunnya
yang keriting bagus untuk penghias makanan atau campuran
salad.
5) Red salad bowl: jenis selada yang pertumbuhan maupun
penampilan sama dengan salad bowl. Namun, jenis yang satu

9
ini daunnya berwarna merah kecoklatan merupakan turunan
baru jenis salad bowl biasa.
Jenis selada daun yang banyak dijual di pasar-pasar
tradisional adalah jenis lokal yang mudah tumbuh di dataran
rendah. Selada ini cukup diminati konsumen sebagai lalap.
Tidak heran bila selada daun lokal ini sekarang banyak sekali di
usahakan oleh petani sayur dataran rendah. Selada daun lokal ini
contohnya adalah selada betawi. Tanamannya memiliki daun
yang cukup renyah, berwarna hijau segar.
d. Selada Batang
Selada batang atau stem lettuce daunnya berukuran besar,
panjang, bertangkai lebar, serta berwarna hijau terang. Selada ini
mendapat julukan selada batang karena daunnya berlepasan
tidak dapat membentuk krop. Varietas jenis ini yang terkenal
adalah celtuse. Dibandingkan jenis selada lainnya selada batang
kurang diminati untuk diusahakan.
Dari jenis-jenis selada di atas, hampir semuanya merupakan
introduksi dari luar negeri. Benihnya kebanyakan masih
diimpor. Namun, bagi yang berminat menanam jenis tersebut di
Indonesia dapat membelinya di sarana toko pertanian yang
lengkap. Jenis selada butterhead seperti green mignonette,
brown mignonette, dan buttercrunch dapat dibeli di toko
pertanian.
B. BUDIDAYA
1. Syarat Tumbuh
Tanaman selada akan tumbuh baik dan produksinya tinggi
baik kuantitas maupun kualitasnya jika syarat-syarat tumbuhannya
terpenuhi. Syarat tumbuh yang diperlukan terutama adalah iklim dan
tanah. Tentu saja iklim dan tanah untuk masing-masing daerah atau
tempat belum tentu sama (Suprayitna imam, 1996).
a. Iklim

10
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
selada yaitu: suhu, sinar matahari, ketinggian tempat dan curah
hujan.
1) Suhu
Tanaman selada membutuhkan lingkungan tempat
tumbuh yang beriklim dingin dan sejuk, yakni pada
temperatur antara 15⁰C-25⁰C. Di daerah yang temperaturnya
tinggi, tanaman selada tipe kubis akan gagal membentuk
krop, kalaupun terbentuk kropnya berukuran kecil-kecil.
Dengan adanya kemajuan teknologi di bidang perbenihan,
telah banyak diciptakan varietas selada yang tahan terhadap
suhu panas (Rahmat Rukmana, 1994).
2) Sinar matahari
Reaksi tanaman terhadap intensitas cahaya matahari
berbeda-beda, tergantung pada jenisnya, ada jenis tanaman
yang dapat kena matahari langsung dan ada yang
memerlukan naungan. Sayuran daun seperti selada umumnya
memiliki kualitas yang baik jika tumbuh dibawah naungan.
Dengan naungan, proses transpirasi atau penguapan air tidak
terlalu besar.
Cahaya matahari yang dikehendaki selada 200-400fc.
Tanaman selada kurang tahan terhadap cahaya matahari dan
cuaca yang panas. Untuk mengatasi cahaya matahari, dalam
budidaya selada diberi naungan yaitu plastik wellit.
Pemberian naungan ini juga akan mempengaruhi rasa selada
yang dibudidayakan.
Di Indonesia selada dapat di tanam di dataran rendah
sampai dataran tinggi. Hal yang terpenting adalah
memperhatikan pemilihan varietasnya yang cocok dengan
lingkungan setempat. Untuk dataran rendah sampai
menengah sebaiknya dipilih selada varietas yang “heat

11
tolerant” (tahan terhadap suhu panas) seperti varietas Kaiser,
Ballade dan Gemini (Rahmat Rukmana, 1994).
3) Curah hujan
Tanaman selada kurang tahan terhadap musim hujan.
Penanaman pada musim hujan akan menyebabkan tanaman
selada busuk. Oleh karena itu, penanaman selada dianjurkan
pada akhir musim hujan. Dibeberapa daerah produsen
sayuran yang mulai banyak mengembangkan selada dengan
menggunakan naungan.
4) Ketinggian tempatKetinggian tempat suatu daerah berpengaruh terhadap
tanaman selada. Tanaman selada dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada keadaan lingkungan yang
sesuai. Ketinggian yang optimum untuk tumbuh dan
berproduksi pada ketinggian antara 600 m-1.200 m dpl.
Syarat tumbuh demikian identik untuk tanaman kubis
(Rahmat Rukmana, 1994)
b. Tanah
Sebagaimana kebanyakan tanaman sayuran lain, untuk
pertumbuhan yang maksimal selada menghendaki tanah gembur,
subur, dan berdrainase baik. Jenis tanah yang baik untuk
budidaya selada adalah lempung berdebu, lempung berpasir, dan
tanah-tanah yang kaya akan humus. Meskipun demikian tanaman
masih dapat diusahakan di tanah-tanah dengan kandungan hara
rendah tetapi diberi pupuk organik yang memadai dan tanaman
diberi air yang cukup. Ketersediaan air yang terus menerus
sangat penting untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas
tinggi karena sebagian besar tanaman terdiri dari air dan kualitas
ditentukan oleh kandungan kadar air tanaman selada.
Tingkat kemasaman yang ideal untuk pertumbuhan selada
berkisar antara 5,5-6,5. Apabila selada ditanam pada tanah

12
dengan pH kurang dari 5,5 maka selada tidak dapat tumbuh
dengan baik. Daun-daunnya akan kekuningan karena sejumlah
unsur hara khususnya nitrogen berada dalam keadaan tidak
tersedia pada pH tersebut.
2. Persiapan budidaya
a. Benih
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
usaha budidaya selada. Benih yang baik akan menghasilkan
tanaman yang tumbuh dengan bagus. Benih yang kurang baik
akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak normal
sehingga akan memberikan hasil yang kurang memuaskan atau
bahkan tanaman tidak tumbuh sama sekali.
Kebutuhan benih selada untuk lahan seluas satu hektar
adalah 400g-600g. Benih selada berukuran kecil, berbentuk
lonjong, pipih, dan berbulu. Benih selada dapat diperoleh dengan
cara menyiapkan benih sendiri atau membeli di toko pertanian.
Dengan membeli atau membenihkan sendiri memiliki kelebihan
dan kekurangan sendiri.
1) Membeli Benih
Membeli benih ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Sedapat mungkin membeli benih yang masih baru. Artinya
benih belum terlalu lama disimpan, sehingga daya tumbuh
dan kadar airnya masih sesuai dengan yang tertulis pada label
atau kemasan benih. Perlu melihat tanggal kadaluwarsa benih
yang tertera pada labelnya.
Benih yang baik biasanya sangat terjaga kualitas
benihnya. Dalam suatu kemasan yang menyebutkan benih
selada jenis tertentu, dapat diyakini benih tersebut boleh
dibilang murni. Benih murni artinya benih hanya terdiri dari
satu jenis, tidak tercampur dengan benih jenis lainnya,
meskipun berbeda dalam hal varietasnya.

13
Benih yang baik harus bebas hama dan penyakit. Kadang-
kadang benih yang dijual biasanya sudah diproses bebas
hama dan penyakit, misalnya sudah direndam oleh pestisida
tertentu. Saat memilih benih perlu diperhatikan kemasannya.
Kemasan harus utuh (tidak robek, lecet, atau bekas tertindih),
sehingga keadaan benih tidak jauh berbeda kualitasnya
dibandingkan pada saat pertama pengemasan.
Kemasan benih yang baik adalah yang terbuat dari
aluminium foil. Kemasan aluminium foil ini mampu
melindungi benih dengan baik sehingga dapat disimpan
dalam waktu cukup lama. Namun, kelemahannya meski
sudah cukup lama disimpan tidak dapat melihat penampilan
benih yang ada didalamnya. Sehingga benih masih baik atau
sudah rusak. Benih dalam kemasan aluminium foil harus
benar-benar memperhatikan tanggal kadaluarsa benih sebagai
patokan utama.
Untuk benih dari kemasan plastik atau kemasan lain yang
memungkinkan melihat visual benih, sebaiknya dipilih benih
yang berpenampilan masih baik. Akan tetapi jangan terkecoh
dengan benih varietas tertentu yang mungkin penampilannya
memang kisut, kering, atau seperti keropos dari aslinya dan
bukan merupakan tanda benih tersebut menurun mutunya.
Terkadang konsumen yang membeli benih selada tertarik
setelah melihat gambar selada dibungkus kemasan yang
menarik. Umumnya selada tersebut merupakan benih impor.
Apabila membeli bibit produk impor, sebaiknya diperhatikan
dapat atau tidaknya beradaptasi dengan lokasi yang akan
dijadikan lahan penanaman. Selada jenis impor kebanyakan
merupakan sayur dataran tinggi yang tumbuh baik di daerah
dingin. Pada kemasan perlu diperhatikan data ketinggian
yang diisyaratkan sebelum memutuskan untuk membeli.
Jangan sampai benih yang dibeli tersebut terbuang sia-sia

14
karena tidak dapat tumbuh dengan baik di daerah yang akan
ditanami.
Data-data yang tercantum dalam kemasan benih perlu
dipelajari. Umumnya data tersebut memuat ciri-ciri varietas
dan kebutuhan agroklimatnya. Maka dapat membandingkan
beberapa varietas sebelum menentukan pilihan jenis yang
akan diusahakan dengan mempelajari data yang dicantumkan
dalam kemasan.
Untuk benih yang dikemas sederhana seperti dalam
plastik tipis, tidak adanya data yang mencamtumkan ciri-ciri
varietas atau syarat agroklimat menyulitkan dalam
menentukan pemilihan. Namun, biasanya benih yang
dikemas sederhana seperti ini hanyalah benih varietas lokal
yang umumnya diproduksi oleh produsen lokal pula.
Umumnya benih mampu tumbuh dan berproduksi baik di
daerah penanaman sekitar lokasi tempat yang menjualnya.
Keuntungan pembelian benih di toko adalah dilihat dari
segi kepraktisan serta tingkat keefisien kerja. Tanpa perlu
memiliki atau repot-repot memelihara tanaman induk sudah
dapat memiliki benih yang akan diusahakan. Kelemahannya
adalah belum diketahuinya bagaimana hasil benih tersebut
ditanam pada lahan.
2) Menyiapkan Benih Sendiri
Mendapatkan benih dengan cara menyiapkan benih dari
tanaman sendiri. Syaratnya sudah memiliki tanaman induk
sendiri. Dengan demikian calon petani selada yang belum
memiliki tanaman induk, belum dapat menerapkan cara ini
melainkan dengan membeli.
Benih yang disiapkan dari tanaman induk umumnya
berlaku untuk tanaman lokal dan bukan merupakan selada
hibrida. Selada hibrida akan sulit jika diharapkan dapat
memperoleh benih dari induknya. Kemungkinan besar

15
kualitas benihnya akan berbeda atau cenderung menurun.
Untuk benih hibrida, terutama benih introduksi luar negeri,
memang disarankan untuk membeli benih.
Menyiapkan benih diambil dari biji-biji tanaman yang
sehat hasilnya serta terbukti memuaskan. Dalam hal ini,
harus melakukan seleksi untuk memilih biji-biji yang akan
dijadikan benih. Beberapa patokan dalam melakukan seleksi
biji antara lain keadaan tumbuh tanaman, kebebasan terhadap
hama atau penyakit, keseragaman bentuk, penentuan jenis
yang berumur pendek serta tingkat produksi yang tinggi.
Sebelum pemetikan biji-biji, sebaiknya lingkungan sekitar
dibersihkan dahulu dari gulma. Sehingga kemurnian benih
akan terjaga. Tanaman yang akan digunakan untuk benih ini
dipanen pada umur yang lebih tua daripada untuk konsumsi,
yaitu tanaman berumur sekitar ±70 hari.
Cara tradisional umumnya dilakukan pembenihan dengan
sederhana. Beberapa tanaman yang tumbuh baik dibiarkan
tidak dipanen. Tanaman dibiarkan tumbuh terus hingga
berbunga kemudian menghasilkan biji. Biji ini kemudian
diambil dan disimpan untuk dipergunakan sebagai benih
penanaman berikutnya.
Selada yang akan dijadikan benih biasanya terpisah dari
tanaman selada yang akan digunakan untuk konsumsi.
Bedengan tanaman untuk benih dibuat terpisah dan letaknya
berjauhan dari bedengan sayur yang akan dipanen untuk
dipasarkan. Hal ini secara otomatis akan memberikan
perlakuan yang lebih istimewa pada tanaman yang akan
dijadikan benih untuk mendapatkan tanaman-tanaman yang
lebih baik pada masa tanam berikutnya.
Setelah biji yang dihasilkan cukup tua, biji dipanen
dengan cara dikumpulkan. Selanjutnya biji dianginkan
supaya kering. Biji dibersihkan dari kotoran yang mungkin

16
terikat. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam wadah
kering yang tertutup rapat. Wadah penyimpanan ditaruh pada
tempat yang sejuk namun kering. Penyimpanan yang baik
memungkinkan benih bertahan sampai 3 tahun tanpa
kehilangan daya tumbuhnya. Penyimpanan yang kurang
bagus, mudah sekali menurunkan kualitas dan daya tumbuh
benih.
b. Pengolahan Lahan
Pertumbuhan tanaman selada sangat dipengaruhi oleh
keadaan fisik serta struktur lahan tanamnya. Untuk itu perlu
dilakukan pengolahan tanah. Kegiatan pengolahan tanah secara
umum sebelum menanam adalah penggemburan tanah serta
pembuatan bedengan. Pada tahap penggemburan tanah untuk
jenis semua tanaman akan mempunyai perlakuan yang relatif
hampir sama, tetapi dalam hal pembuatan bedengan mempunyai
perlakuan yang berbeda-beda.
Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi yang
dibutuhkan oleh tanaman supaya mampu tumbuh dengan baik.
Tahap-tahap penggemburan meliputi pencangkulan untuk
memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi udara dan pemberian
pupuk organik sebagai pupuk dasar untuk memperbaiki struktur
fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan.
Tanah yang hendak digemburkan, dibersihkan dari bebatuan,
rerumputan, semak, atau bahkan pepohonan yang tumbuh. Lahan
harus bersih dan tidak boleh ternaungi. Lokasi yang teduh atau
ternaungi tidak baik untuk pertumbuhan selada.
Untuk lahan yang akan ditanami selada, penggemburan
biasanya dilakukan dengan cara mencangkul tanah sedalam
20cm-40 cm. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan secara
sempurna dalam arti tidak ada lagi gumpalan-gumpalan tanah
yang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar
tanaman. Tanah harus gembur sebab masa pertanaman selada

17
yang tergolong singkat menuntut lahan harus gembur supaya
mampu menunjang pertumbuhan. Tanah yang bergumpal atau
keras akan menghambat pertumbuhan sehingga masa panen
dapat lebih lama atau tanaman tumbuh kerdil tidak seperti yang
diinginkan.
Setelah tanah diolah dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m
dan panjangnya disesuaikan dengan panjang lahan. Tinggi
bedengan 20-30cm, jarak antar bedengan 40-50cm. Jarak antar
bedengan dapat difungsikan sebagai parit untuk membuang
kelebihan air hujan.
Setelah lahan digemburkan, kemudian tanah diratakan dan
dibuat menjadi alur-alur atau bedengan. Bedengan ini berfungsi
untuk memberikan perlakuan pada tanaman supaya tumbuh lebih
teratur dan baik.
Penanaman selada dikenal dua jenis bedengan, yaitu
bedengan pembibitan dan bedengan penanaman. Pada
penanaman yang dilakukan langsung pada bedengan penanaman,
bedengan pembibitan tidak perlu dibuat. Namun, biasanya
sebelum ditanam pada bedengan sebaiknya benih disemaikan
dahulu menjadi bibit pada bedengan pembibitan.
c. Pempukan awal
Pemupukan awal yang digunakan untuk tanaman selada yaitu
pupuk kandang yang sudah matang atau sudah jadi sebagai
pupuk dasar. Tanaman selada membutuhkan pupuk kandang
lebih banyak, antara 10-15 ton/ha. Pupuk kandang berfungsi
sebagai pupuk dasar.
Pupuk kandang diberikan dengan cara menebar pupuk
kandang pada bedengan. Kemudian bedengan dicangkul lagi
supaya pupuk kandang yang ditebar tercampur rata. Dengan
demikian pada saat lahan siap ditanami, pupuk kandang biasanya
sudah menyatu dengan tanah sehingga siap mendukung

18
pertumbuhan tanaman yang ditanam. Funsi pupuk kandang
terhadap tanah sebagai berikut:
1) Menambah kandungan bahan organik atau humus
2) Memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, terutama struktur, daya
mengikat air, dan porositas tanah
3) Meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah unsur hara
tanaman
4) Memperbaiki kehidupan mikro organisme tanah
5) Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi.
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan
mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung:
1) Unsur fosfor (P)
Fungsi unsur fosfor sebagai berikut:
(a) Memperpanjang akar sehingga batang menjadi kuat
(b) Mempercepat pemasakan buah
(c) Memperbaiki mutu dan jumlah hasil
Akibat tanaman kekurangan fosfor:
(a) Tanaman kerdil
(b) Daun bagian tepi dan ujung berwarna keunguan
(c) Buah lambat masak dan biji kurang berisi
(d) Kualitas buah menurun
2) Nitrogen (N)
Fungsi Nitrogen secara umum:
(a) Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun
(b) Membuat daun lebih tampak hijau karena nitrogen
meningkatkan butir-butir hijau daun
(c) Memperbanyak anakan
(d) Meningkatkan mutu dan jumlah hasil
Akibat tanaman kekurangan Nitrogen antara lain:
(a) Tanaman kerdil
(b) Daunnya kecil, dan berwarna pucat
(c) Daun bagian bawah mudah kering atau mati

19
(d) Hasil panen rendah
3) Kalium (K)
Fungsi kalium:
(a) Memperbaiki pertumbuhan tanaman
(b) Meningkatkan ketahan serangan hama
(c) Memperbaiki mutu hasil
Kekurangan kalium berakibat:
(a) Bagian pinggir daun bintik-bintik putih kemerahan
(b) Daun mengkerut atau melengkung dan berwarna
kekuningan
(c) Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah
(d) Kualitas menurun
Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang antara lain:
1) Kalsium
Merupakan bagian penting dari dinding sel dan sangat
penting untuk menunjang proses pertumbuhan. Kalsium
untuk menyusun klorofil. Dibutuhkan enzim untuk metabolis
karbohidrat, serta mempergiat sel meristem.
Kekurangan unsur hara Kalsium (Ca):
(a) Daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan
warna, pada ujung dan tepi-tepinya klorosis (berubah
menjadi kuning) dan warna ini menjalar di antara tulang-
tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa
tempat mati
(b) Kuncup-kuncup muda yang telah tumbuh akan mati
(c) Pertumbuhan sistem perakarannya terhambat, kurang
sempurna
(d) Pertumbuhan tanaman demikian lemah
Kelebihan unsur hara Kalsium (Ca):
(a) Tanaman mengalami defisiensi.
2) Magnesium

20
Fungsi Magnesium dalam tanaman adalah sebagai berikut:
(a) Bagian essential dari klorofil
(b) Mengatur pengambilan unsur hara tanaman lainnya
(c) Sebagai pembawa fosfor dalam tanaman
(d) Membantu pembentukan minyak dan lemak
Kekurangan unsur hara Magnesium (Mg)
(a) Daun-daun tua mengalami klorosis (berubah menjadi
kuning) dan tampak di antara tulang-tulang daun, sedang
tulang-tulang daun itu sendiri tetap berwarna hijau.
Bagian di antara tulang-tulang daun itu secara teratur
berubah menjadi kuning dengan bercak-bercak merah
kecoklatan
(b) Daun mudah terbakar oleh sinar matahari karena tidak
mempunyai lapisan lilin, karena itu banyak yang berubah
warna menjadi coklat tua atau kehitaman dan mengkerut
(c) Pada tanaman biji-bijian, daya tumbuh biji kurang atau
lemah
3) Belerang
Fungsi unsur belerang:
(a) Pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas
(b) Pembentukan bintil akar tanaman
(c) Pertumbuhan anakan pada tanaman
(d) Berperan dalam pembentukan klorofil serta
meningkatkan ketahanan terhadap jamur
(e) Pada beberapa jenis tanaman antara lain berfungsi
membentuk senyawa minyak yang menghasilkan aroma
dan juga aktifator enzim membentuk papain
Kekurangan unsur hara Belerang (S):
(a) Daun-daun muda mengalami klorosis (berubah menjadi
kuning), perubahan warna umumnya terjadi pada seluruh
daun muda, kadang mengkilap keputih-putihan dan

21
kadang-kadang perubahannya tidak merata tetapi
berlangsung pada bagian daun selengkapnya
(b) Perubahan warna daun dapat pula menjadi kuning sama
sekali, sehingga tanaman tampak berdaun kuning dan
hijau, seperti misalnya gejala-gejala yang tampak pada
daun tanaman teh di beberapa tempat di Kenya yang
terkenal dengan sebutan Tea Yellow, atau yellow Disease
(c) Tanaman tumbuh terlambat, kerdil, berbatang pendek dan
kurus, batang tanaman berserat, berkayu dan berdiameter
kecil
(d) Pada tanaman tebu yang menyebabkan rendemen gula
rendah
(e) Jumlah anakan terbatas.
4) Natrium
Fungsi unsur Natrium sebagai keseimbangan ion pada
regulasi energi untuk membuka dan menutupnya stomata.
Kelebihan unsur Natrium: Terlibat dalam osmosis
(pergerakan air) dan keseimbangan ion pada tumbuhan.
Salah satu kelebihan efek negatif Na adalah mengurangi
ketersediaan K.
Kekurangan unsur Natrium:
(a) Daun menjadi hijau tua dan tipis
(b) Tanaman cepat menjadi layu.
5) Besi
Besi berfungsi untuk:
(a) Pembentukan klorofil
(b) Berperan pada proses-proses fisiologis tanaman seperti
proses pernapasan
(c) Sebagai aktifator dalam proses biokimia di dalam
tanaman
(d) Pembentuk beberapa enzim.
Kekurangan unsur hara Besi (Fe):

22
(a) Gejala-gejala yang tampak pada daun muda, mula-mula
secara setempat berwarna hijau pucat atau hijau
kekuning-kuningan, sedangkan tulang daun tetap
berwarna hijau serta jaringan-jaringannya tidak mati
(b) Selanjutnya pada tulang daun terjadi klorosis, yang
tadinya berwarna hijau berubah menjadi kuning dan ada
pula yang menjadi putih
(c) Gejala selanjutnya terjadi pada musim kemarau, daun-
daun muda banyak yang menjadi kering dan berjatuhan
(d) Pertumbuhan tanaman seolah terhenti akibatnya daun
berguguran dan akhirnya mati mulai dari pucuk.
Kelebihan unsur hara Besi (Fe):
a) Menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya
bintik-bintik hitam pada daun.
6) Tembaga
Tembaga berfungsi untuk pembentukan klorofil.
Kekurangan unsur hara Tembaga (Cu):
(a) Pada bagian daun, terutama daun-daun yang masih muda
tampak layu dan kemudian mati (die back), sedang
ranting-rantingnya berubah warna menjadi coklat dan
mati
(b) Ujung daun secara tidak merata sering ditemukan layu
dan klorosis, sekalipun jaringan-jaringannya tidak ada
yang mati
(c) Pada tanaman jeruk kekurangan unsur hara tembaga ini
menyebabkan daun berwarna hijau gelap dan berukuran
besar, ranting berwarna coklat dan mati, buah kecil dan
berwarna coklat
(d) Pada bagian buah, buah-buahan tanaman pada umumnya
kecil-kecil warna coklat dan bagian dalamnya didapatkan
sejenis perekat (gum).
7) Molibdenum

23
Fungsi molibdenum:
(a) Sebagai kofaktor pada beberapa enzim penting untuk
membangun asam amino
(b) Berperan sebagai pengikat nitrogen yang bebas diudara
untuk pembentukan protein dan menjadi komponen
pembentuk enzim pada bakteri bintil akar tanaman.
Gejala kekurangan unsur Mo:
(a) daun berubah warna keriput dan melengkung seperti
mangkok, muncul bintil-bintil kuning disetiap lembaran
daun dan akhirnya mati sehingga pertumbuhan tanaman
terhenti.
Susunan maupun nilai unsur hara dari pupuk kandang
berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi susunan dan
nilai pupuk kandang ini adalah:
1) Jenis hewan
Susunan dan mutu pupuk kandang dipengaruhi oleh
jenis hewan yang menghasilkannya. Pada tabel di bawah ini
dapat dilihat kandungan hara dari berbagai jenis hewan
peliharaan yang merupakan sumber utama penghasil pupuk
kandang bagi petani

24
Tabel 1. Susunan kotoran berbagai jenis hewan ternak dalam
keadaan masih segar
No Nama kotoran hewan
Kandungan unsur hara dan air (%)
N P2O5 K2O Air1 Kuda
Padat 0,55 0,30 0,40 75
Cair 1,40 0,02 1,60 90
2 Kerbau
Padat 0,60 0,30 0,34 85
Cair 1,00 0,15 1,50 92
3 Sapi
Padat 0,40 0,20 0,10 85
Cair 1,00 0,50 1,50 92
4 Kambing
Padat 0,60 0,30 0,17 60
Cair 1,50 0,13 1,80 85
5 Ayam
Padat dan cair tercampur
1,00 0,80 0,40 55

25
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
kandungan N dan K pada pupuk cair lebih tinggi daripada
pupuk padat. Pada pupuk padat lebih banyak mengandung P
dan jenis unsur-unsur mikro.
2) Umur hewan
Kualitas pupuk kandang yang baik diperoleh pada
kotoran hewan dewasa atau tua. Sedangkan kotoran hewan
yang masih muda kualitas pupuk kandangnya lebih rendah,
karena pada hewan yang masih muda sedang aktif
membentuk jaringan-jaringan tubuhnya.
3) Kualitas makanan hewan
Hewan-hewan yang memperoleh makanan dalam jumlah
dan komposisi yang lebih baik akan menghasilkan kotoran
yang lebih baik kualitasnya hewan-hewan yang banyak diberi
ransum yang banyak mengandung protein dan mineral, akan
menghasilkan kotoran dan air kencing yang juga tinggi
kandungan N dan mineral-mineralnya.
Jenis hewan yang sama akan menghasilkan pupuk
kandang yang tidak sama kualitasnya, bila makanan yang
diberikan tidak sama baiknya.
4) Jenis alas kandang
Jenis alas kandang yang digunakan berpengaruh terhadap
kualitas pupuk kandang yang dihasilkan. Alas kandang yang
digunakan hendaknya yang banyak mengandung hara, mudah
melapuk, dan daya serap terhadap kotoran cukup tinggi.
Pada umumnya jerami padi cukup baik untuk digunakan
sebagai alas kandang. Jerami memiliki kandungan haranya
cukup, melapuknya mudah, dan memiliki daya serap yang
tinggi.

26
5) Cara penyimpanan
Dalam menyimpan pupuk kandang, hendaknya
diperhatikan supaya selama dalam penyimpanan, kualitas
pupuk terutama kandungan haranya tidak banyak hilang.
Tempat dan cara penyimpanan sangat menentukan untuk
memperoleh pupuk kandang matang yang baik kualitasnya.
Dalam menyimpan pupuk kandang padat diperlukan bak
berlantai dan berdinding kedap serta beratap. Sedangkan
untuk menyimpan pupuk cair digunakan sebuah bak yang
berdinding kedap, dapat ditutup rapat, saluran-saluran yang
mengalirkan pupuk cair miring dan tertutup, dan dapat
membuang aliran air bekas pencucian kandang, serta
mempunyai daya tampung yang cukup.
d. Pengapuran
Untuk daerah yang mempunyai pH terlalu rendah
sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran bertujuan untuk
menaikkan pH tanah sehingga tanah tidak boleh terlalu asam.
Pemberian kapur tergantung pada kondisi lahan setempat.
Semakin bersifat asam, maka tanah itu memerlukan kapur
yang lebih banyak.
Pengapuran tanah dilakukan sebelum penanaman bibit,
kira-kira 2-4 minggu sebelumnya. Jenis kapur biasa digunakan
adalah kapur dolomit. Kapur dibenamkan dalam tanah dan
diaduk supaya bercampur merata baik dengan cara
pencangkulan atau pembajakan. Kebutuhan kapur dolomit
untuk pengapuran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Kebutuhan kapur dolomit untuk menetralkan tanah

27
Sumber: (Eko Haryanto, 1995)
e. Pembibitan
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan
lahan untuk penanaman. Cara ini membuat pekerjaan bertanam
selada menjadi lebih efisien. Namun, dapat juga dengan
menyiapkan bedengan penanaman keseluruhan kemudian
melakukan pembibitan. Bedengan pembibitan dibuat dengan
menyisihkan atau menggunakan sebagian kecil lahan
penanaman. Cara ini selain tidak efisien sangat berpengaruh
terhadap waktu produksi yang menjadi lebih lama. Akan tetapi,
ada keuntungan lain yang diperoleh. Selain bertujuan praktis,
tanaman lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lapang.
Ukuran bedengan pembibitan tidak perlu lebar, karena pada
pembibitan jarak tanam tidak terlalu lebar. Tinggi bedengan
disesuaikan dengan keadaan curah hujan setempat. Bedengan
pembibitan dibuat pada lahan berukuran sekitar 80 cm-120 cm.
panjang bedengan 1 m-3 m tergantung kebutuhan bibit yang
akan ditanam. Dua minggu sebelum tabur benih, bedengan
pembibitan ditaburi dengan 2 kg pupuk kandang yang telah
ditambah dengan 20 g urea, 10 g TSP, dan 7,5 g KCl.
No. (pH) Dolomit/ha
1 4,0 10,24
2 4,1 9,76
3 4,2 9,28
4 4,3 8,82
5 4,4 8,34
6 4,5 7,87
7 4,6 7,39
8 4,7 6,91
9 4,8 6,45

28
Tanaman selada sifatnya lebih peka terhadap matahari dan
curah hujan, maka bedengan penanaman selada perlu diberikan
naungan. Naungan ini berguna untuk pengendalian curah hujan
dan dapat digunakan plastik polietilen dengan lebar 1,5m.
Namun, tidak memberikan penaungan untuk pembibitan selada
akan mendapatkan hasil yang baik. Jadi, pembuatan naungan
bedengan pembibitan selada tergantung situasi. Jika musim
penghujan atau udara terlalu panas maka perlu dibuat naungan.
Cara melakukan pembibitan adalah sebagai berikut: Benih
ditabur pada permukaan bedengan pembibitan. Selanjutnya benih
ditutup dengan tanah yang halus setebal 1 cm-2 cm. Perawatan
dilakukan dengan penyiraman menggunakan sprayer. Benih yang
baik akan tumbuh setelah 3-5 hari. Setelah berdaun 3-5 helai,
kira-kira berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan tanaman
dapat dipindah ke bedeng penanaman.
3. Penanaman
Bedengan penanaman selada dibuat dengan ukuran lebarnya
80-120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi
bedengan sekitar 30 cm-40 cm dengan jarak antar bedengan
30cm-40 cm. Jarak antar bedengan ini berfungsi sebagai parit
drainase. Satu minggu sebelum penanaman, bedengan diberi
pupuk kandang. Pemberian pupuk kandang merupakan tambahan
kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sebagai unsur
hara dasar.
Kriteria bibit selada siap tanam yaitu bibit berumur 3-4
minggu sejak benih disemaikan, batang tumbuh tegak, daun hijau
segar mengkilap, dan tidak terlihat serangan hama dan penyakit.
Bibit dipindahkan dengan hati-hati dari bedengan pembibitan.
Biasanya menggunakan tangan untuk melakukan pemindahan.
Namun, jika belum terbiasa dapat menggunakan cetok atau
sendok tanaman untuk memindahkan tanaman. Disertakan
sebagian tanah yang membalut perakaran bibit.

29
Langkah selanjutnya adalah penggalian lubang tanam di
bedeng penanaman. Penggalian dilakukan dengan tangan atau
cetok pada titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang
tidak perlu terlalu besar, cukup 4 cm×6 cm yang penting bibit
dapat tumbuh dengan baik dan tidak mudah tercabut. Bibit
dimasukkan kelubang dengan hati-hati. Selanjutnya lubang
dirapikan dan tanahnya sedikit dipadatkan.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah tahapan kerja yang terpenting dalam
pembudidayaan tanaman. Hasil yang optimal hanya akan dicapai
apabila pemeliharaan tanaman dilakukan secara baik. Tindakan
pemeliharaan ini meliputi penyiraman, penjarangan, penyulaman,
penyiangan, dan penggemburan, pemupukan tambahan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman
Air adalah faktor pembatas tumbuh tanaman. Tanpa air
yang cukup selada tumbuh kerdil, layu dan bahkan dapat mati.
Sejak tanaman disemai hingga tumbuh dewasa air selalu
dibutuhkan.
Penyiraman yang dapat diberikan untuk selada dapat
berupa penyiraman alami dan tambahan. Penyiraman alami
adalah turunnya air hujan yang memenuhi kebutuhan air
tanaman. Penyiraman tambahan adalah air siraman yang
diberikan untuk tanaman.
Pada musim hujan, air yang turun biasanya mampu
mencukupi kebutuhan air yang diperlukan selada. Bahkan saat
musim hujan, air dapat berlimpah sehingga harus disalurkan
dari areal pertanaman karena dapat mengganggu pernapasan
akar dan pertumbuhan tanaman. Parit yang juga merupakan
jarak antar bedengan harus dijaga supaya tidak mampat
sehingga mampu menyalurkan kelebihan air tersebut.

30
Di musim kemarau atau saat musim hujan tidak menentu,
siraman tambahan menjadi penting. Penyiraman dapat
dilakukan menggunakan gembor, pipa penyemprotan,
sprinkler, atau sistem leb. Sistem leb ialah memasukkan air ke
areal melalui parit drainase selama beberapa waktu (2-8 jam),
tergantung kebutuhan dan situasi kekeringan. Namun,
penyiraman dengan gembor hingga air cukup membasahi tanah
pada pagi dan sore hari umumnya sudah memadai. Saat cuaca
tidak terlalu panas penyiraman selada hanya dilakukan sekali
sehari. Kelebihan penyiraman selada akan berdampak tanaman
menjadi busuk, apabila kekurangan air selada dapat layu dan
akhirnya mati.
b. PenjaranganPenanaman selada tanpa melalui tahap pembibitan
biasanya tumbuh kurang teratur. terlihat jarak tanam yang
terlalu dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang
terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap
unsur-unsur hara dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan
dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik.
Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman.
Penjarangan hanya dilakukan 1 kali selama budidaya. Caranya
dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Menyisakan tanaman yang tumbuh baik dan jarak antar tanam
yang teratur. Penanaman bibit dengan jarak tanam yang sudah
ditentukan misalnya 20 cm×20 cm atau 40 cm×40 cm
penjarangan secara tidak langsung sudah dilakukan. Jadi tidak
perlu lagi untuk melakukan penjarangan.
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila tanaman yang ditanam
pada bedengan ada yang mati. Biasanya penyulaman dilakukan
pada umur 5 hari setelah tanam. Tanaman yang mati harus
segera diganti supaya produksi yang diharapkan tidak

31
terganggu. Tanaman sulaman biasanya diambil dari bibit
tanaman yang masih tersisa di bedeng pembibitan. Dengan
demikian umur dan tingkat pertumbuhan tanaman yang sudah
tumbuh dengan baik di bedeng penanaman dengan tanaman
sulamannya tidak berbeda jauh.
Cara penyulaman cukup sederhana. Tanaman yang mati
dicabut dan dibuang. Lubang penanaman dibuat pada bekas
tempat tersebut. Selanjutnya tanaman sulaman ditanam sebagai
pengganti. Selain tanaman yang mati, penyulaman juga
dilakukan untuk tanaman yang pertumbuhannya kerdil atau
rusak akibat diserang oleh hama dan penyakit.
d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman
selada, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada
bedeng penanaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu di
bedengan penanaman biasanya gulma sudah mulai banyak
bermunculan. Karena masa panen selada yang terlalu singkat,
penyiangan gulma dilakukan lagi 1 atau 2 minggu berikutnya
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Penyiangan ini
dilakukan supaya pengambilan unsur hara dari dalam tanah
dapat berlangsung sempurna tanpa diganggu oleh tumbuh-
tumbuhan liar yang lain. Perlu diperhatikan bahwa penyiangan
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan
luka pada tanaman intinya.
Gulma yang tumbuh pada budidaya tanaman selada jenis
gulma berdaun lebar. Gulma jenis berdaun lebar yaitu seperti
krokot. Krokot merupakan gulma yang sukulen, batang penuh
berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata yang
tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim,
yang berasosiasi dengan 45 jenis pertanaman.
Krokot dalam gulma semusim yang membentuk biji untuk
perbanyakannya dan dapat dari bagian batang bila tumbuh

32
pada tanah yang lembab. Batang berdaging, terbentang dan
berwarna kemerah-merahan, bentuk bulat, panjang kurang
lebih 10-50 cm, dimana ruas tua tak berambut. Daun sebagian
tersebar, berhadapan, bertangkai pendek, ujung daun melekuk
ke dalam, bulat atau tumpul (0,2-4 cm). Buah berbentuk kotak
dan berbiji banyak (4-8 mm). Biji (0,5 mm) berbentuk oval
warna hitam mengkilat, permukaanya tertutup kulit yang agak
berkerut.
Gulma ini pada awal pertumbuhannya tumbuh lambat dan
menjadi cepat setelah 15 hari dan pada akhir minggu ke-4
terbentuk 10 daun. Bunga terbentuk sepanjang musim didaerah
tropis (daur hidupnya 3-5 bulan) di bawah kondisi ternaung
akan tumbuh membentang dan tegak, serta membentuk bunga.
Suhu optimal yang dibutuhkan ialah antara 150-350 C di mana
bunga dan biji dihasilkan dengan baik sekali. Sebaliknya di
bawah intensitas cahaya tinggi krokot ini dapat layu.
e. Penggemburan dan pengguludan
Apabila keadaan tanah tidak jauh berubah dibandingkan
pada saat akan dilakukannya penanaman maka penggemburan
dan pengguludan tidak perlu dilakukan lagi. Jika tidak
dilakukan pada tempatnya akan mengganggu pertumbuhan
tanaman. Akan tetapi, apabila tanah di sekitar tanaman berubah
menjadi padat atau mengeras maka penggemburan dan
pengguludan perlu dilakukan.
Penggemburan dan pengguludan biasanya dilakukan
dengan penyiangan. Saat mencabut gulma, biasanya dilakukan
pula pencacahan tanah di sekitar pertanaman supaya gembur.
Penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati, supaya tidak
merusak selada.
Pengguludan untuk tanaman selada bukan hal yang mutlak
diperlukan, seperti halnya untuk sayuran umbi. Pengguludan di
bedengan selada lebih ditujukan untuk tetap memfungsikan

33
parit drainase sebagai sarana pelancar kelebihan air ataupun
sarana lalu lalang pekerja. Tanah bedengan yang jatuh ke
bagian parit pengairan dinaikkan lagi ke bedengan semula.
f. Pemupukan Tambahan
Pupuk tambahan diberikan pada saat 3 minggu setelah
tanam yaitu urea dengan dosis 50 kg/ha. Perlu ditekankan
bahwa tambahan pupuk urea sudah cukup memadai. Selada
adalah sayuran daun yang lebih membutuhkan pupuk untuk
membantu pertumbuhan bagian tersebut. Pupuk TSP dan KCl
yang dibutuhkan untuk ketegaran pertumbuhan batang, bunga,
atau bagian tanaman lainnya sudah cukup sebagai pupuk dasar
saja.
Pemberian pupuk urea sebagi pupuk tambahan dapat
dilakukan dengan cara penaburan dalam bedengan kemudian
ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkannya
dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu
sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat
disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah
dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu
penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore
hari.
Pemupukan tambahan diberikan 3 kali selama budidaya.
Pemupukan pertama diberikan pada umur 2 minggu setelah
tanam, kemudian pemupukan tambahan kedua diberikan pada
umur 3 minggu setelah tanam. pemupukan tambahan ketiga
diberikan pada umur 6 minggu Pemupukan bertujuan untuk
memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah.
Selain itu, pupuk juga diberikan supaya tanaman dapat
tumbuh, berkembang dan meningkatkan hasil panen.
g. Hama Penyakit dan Pengendaliannya
Hama dan penyakit sama-sama merugikan karena dapat
menurunkan produksi tanaman selada. Hama merupakan

34
binatang yang merusak tanaman dan berukuran cukup besar
sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang. Adapun penyakit
merupakan keadaan tanaman yang terganggu pertumbuhannya
dan penyebabnya bukanlah binatang yang mudah tampak oleh
mata. Penyebab penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur
maupun gangguan fisiologis yang mungkin terjadi.
Berikut ini hama dan penyakit yang menyerang tanaman
selada beserta cara pengendaliannya.
1) Hama
a) Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell)
(1) Gejala
Daun bagian dalam yang terlindung oleh
daun bagian luar rusak dan keliatan bekas gigitan.
Tidak heran bila dari luar tanaman masih
kelihatan baik tetapi setelah diperiksa ternyata
bagian dalamnya sudah rusak. Kerusakan ini
terjadi sampai titik tumbuh.
(2) Penyebab
Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat titik
tumbuh. Ulat ini berwarna hijau. Di punggungnya
terdapat garis berwarna hijau muda dan bulu
berwarna hitam. Ulat dewasa menghasilkan telur
yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur
ini akan menetas dalam jangka waktu 1-2 minggu
dan setiapa hari jumlah telurnya akan bertambah.
Setelah menetas ulat akan melahap habis daun
selada.
(3) Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
preventif, yaitu menyemprot tanaman sebelum
muncul serangan. Insektisida yang digunakan
ialah Dipterex 50 SP dengan dosis 10-20 cc/10

35
liter air, Bayrusil 25 EC dengan dosis 10-20 cc/
10 liter air. Pengendalian secara kuratif atau
setelah terjadi serangan dapat juga dilakukan
dengan menggunakan insektisida yang sama.
b) Ulat tritip (Plutella maculipennis)
(1) Gejala
Daun tampak bercak-bercak putih. Jika lebih
diperhatikan ternyata bercak-bercak tersebut
adalah kulit ari daun yang tersisa setelah
dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun
menjadi berlubang karena kulit ari daun tersebut
mengering dan sobek. Serangan berat
menyebabkan seluruh daging daun habis
termakan sehingga yang tertinggal hanyalah
tulang-tulang daunnya. Serangan lebih banyak
terjadi pada tanaman selada.
(2) Penyebab
Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat
tritip. Ulat yang baru menetas warnanya hijau
muda. Setelah dewasa warna kepalanya menjadi
lebih pucat dan terdapat bintik coklat. Serangga
dewasa menghasilkan telur secara berkelompok
tetapi hanya terdapat 2-3 butir telur tiap
kelompok.
(3) Pengendalian
Cara sederhana memberantas hama ini adalah
dengan menggunakan obor atau lampu penarik
serangga karena hama ini tertarik akan cahaya.
Pada malam hari obor diletakkan di beberapa
penjuru lahan. Di bawah obor tersebut diletakkan
wadah berisi air. Karena terangnya cahaya, hama
kan menghampiri obor sehingga terbakar dan

36
jatuh ke dalam wadah. Pemberantasan secara
kimia dapat dilakukan dengan insektisida
Diazinon 60EC dengan dosis 1-2 cc/ 1 liter air,
atau sevin dengan dosis 1-2kg/hektar. Volume
semprotnya 400-500l larutan per hektar. Selain
itu dilakukan rotasi tanaman supaya daur hidup
hama terhenti.
c) Siput (Agriolimax sp.)
(1) Gejala
Tanaman selada yang terserang hama ini
daunnya banyak berlubang tetapi tidak merata.
Sering pula dijumpai jalur-jalur bekas lendir pada
tanaman atau sekitarnya.
(2) Penyebab
Penyebab gejala tersebut adalah siput
Agriolimax sp. Hewan bercangkang coklat
dengan tubuh lunak ini bergerak amat lambat.
Siput umumnya menyerang pada malam hari.
(3) Pengendalian
Hama siput dapat dikendalikan dengan
menggunakan insektisida Metapar 99 WP
dengan dosis 0,5-1g/liter. Siput yang ada
disekitar tanaman diambil dan dimusnahkan.
2) Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang
tanaman selada antara lain penyakit akar pekuk, bercak
daun alternaria, busuk basah, busuk daun, dan virus
mosaik.
a) Penyakit akar pekuk
(1) Gejala
Akar-akar yang terinfeksi penyakit ini akan
mengadakan reaksi dengan pembelahan dan

37
pembesaran sel yang menyebabkan terjadinya
bintil yang tidak teratur. Seterusnya bintil-bintil
ini bersatu sehingga menjadi bengkakan
memanjang yang mirip batang.
(2) Penyebab
Penyakit akar pekuk disebabkan oleh jamur
Plasmodiofora brassicae war. Penyebaran
penyakit ini dapat terjadi melalui air drainase,
alat-alat pertanian, tanah yang tertiup angin,
pupuk kandang, hewan, dan bibit tanaman. Bibit
inilah yang terutama memencarkan penyakit
secara meluas. Jamur tidak dapat mencapai biji,
oleh karena itu penyakit ini tidak disebarkan oleh
biji.
Penyakit akar pekuk dapat menjangkiti
bermacam-macam tumbuhan dari famili kubis
termasuk selada. Kerugian yang ditimbulkan
dapat sangat besar. Lahan selada dapat rusak
sehingga tidak memberikan hasil yang dapat
dijual.
(3) Pengendalian
Umumnya lahan yang terinfeksi sukar untuk
disterilkan lagi. Namun dapat dilakukan
pencegahan dan pengendalian sebagai berikut:
bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang
sehat. Sterilisasi tanah dapat diusahakan dengan
memberi fungisida, seperti Vapan, Topsin,
Brassicol. Pemberian brassicol yang mengandung
bahan aktif quintozine dapat dengan disiram.
Dosis fungisida yang digunakan adalah 0,75%

38
atau 0,75 g dalam 100 liter air. Biasanya untuk
100 tanaman diperlukan 15 liter larutan.
b) Bercak daun alternaria
(1) Gejala
Pada daun terdapat bercak-bercak kecil
berwarna kelabu gelap yang meluas dengan
cepat sehingga menjadi bercak bulat dengan
garis tengah mencapai 1 cm. penyakit ini lebih
banyak terdapat pada daun-daun tua. Jika pada
daun terdapat banyak bercak, daun akan cepat
mati sehingga menurunkan produksi.
(2) Penyebab
Penyebab penyakit adalah jamur Alternaria
brassicae (Berk) Sacc. Jamur ini dapat terbawa
oleh biji. Jika biji ditanam jamur akan
menginfeksi persemaian. Jamur juga dapat
menyerang pangkal bibit yang menyebabkan
penyakit rebah sebai. Di Indonesia bercak daun
yang disebabkan oleh jamur ini merupakan
penyakit yang cukup penting pada kebanyakan
tanaman kubis-kudapatn termasuk selada.
(3) Pengendalian
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini
antara lain sebagai berikut: Benih yang akan
ditanam direndam dalam air hangat bersuhu 50⁰ c selama 30 menit. Penyemprotan dengan
fungisida Difolatan 4 F dengan dosis 2-3cc/liter
air. Pada musim kemarau dapat juga disemprot
dengan Antracol 70 WP sebanyak 2 g/liter
airdengan volume semprot 300-800l/ha atau
Dhitane M-45 80 WP 180-240 g/100l air.

39
c. Busuk Basah (soft root)
(1) Gejala
Pada bagian yang terinfeksi mula-mula
terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan
bentuknya tidak teratur. Jaringan yang
membusuk mulanya tidak berbau, tetapi dengan
adanya serangan bakteri sekunder jaringan
tersebut menjadi berbau khas yang menyolok
hidung. Serangan terjadi tidak hanya di lahan,
namun juga dalam tempat penyimpanan dan
pengangkutan sebagai penyakit pasca panen.
(2) Penyebab
Penyakit busuk basah disebabkan oleh
bakteri Erwinia carotovora Dye. Busuk basah
adalah penyakit yang amat merugikan tanaman
sayuran secara umum karena dapat menyerang
hampir semua komoditas termasuk selada.
(3) Pengendalian
Pencegahan dan pengendalian penyakit
busuk basah dapat dilakukan sebagai berikut:
Jarak antar tanam jangan terlalu rapat.
Pemanenan selada harus dilakukan secara hati-
hati. Tidak luka atau lecet baik sewaktu di
lapangan, penyimpanan, maupun saat
pengangkutan. Mengurangi kelembapan di
dalam ruang penyimpanan dan ventilasi yang
cukup.
d. Busuk daun
(1) Gejala
Di antara tulang-tulang daun terjadi bercak
bersudut berwarna hijau pucat sampai kuning.
Pada permukaan bawah daun dapat terbentuk

40
kapang berwarna putih. Bagian daun yang
terinfeksi saling berhubungan, daun berubah
warna menjadi coklat. Jika penyakit timbul pada
saat tanaman masih kecil tanaman akan tumbuh
kerdil. Infeksi pada tanaman yang sudah besar
menyebabkan banyak daun yang harus dibuang.
Penyakit ini dapat berkembang menjadi
penyakit pasca panen. Pada waktu selada
disimpan dan diangkut dapat terjadi serangan
yang sekaligus membuka jalan bagi masuknya
jasad pengganggu sekunder, baik virus maupun
bakteri.
(2) Penyebab
Penyebab penyakit adalah jamur Bremia
lactucae Regel. Jamur terutama terdapat di
daerah yang tinggi, karena perkecambahan dan
infeksi memerlukan suhu yang relatif rendah.
Sporangium berkecambah pada suhu 1-19⁰ C,
dengan suhu optimum sekitar 10⁰ c. Suhu
optimum untuk pembentukan sporangium dan
infeksi adalah 15-17⁰ c. Perkecambahan dan
infeksi diperlukan kelembaban udara yang
tinggi. Penyebaran penyakit ini dibantu oleh
kabut dan embun. Busuk daun tersebar luas di
seluruh dunia. Penyakit ini banyak terdapat di
perkebunan selada di daerah pegunungan.
(3) Pengendalian
Menghindari serangan busuk daun cukup
mudah, yaitu dengan menanam selada di dataran
rendah. Namun, di daerah tersebut jenis selada
yang dapat ditanam hanya sedikit dan
pertumbuhannya pun kurang baik. Apabila

41
selada sudah terserang penyakit dapat dilakukan
penyemprotan dengan fungisida.
Adapun fungisida yang dipakai adalah yang
berbahan aktif zineb seperti Tiezene 80 WP,
Vancozeb 75 WP, atau Velimex 80 WP dengan
dosis 2-2,5 g/l air denagn volume semprot 400-
800 l/ha.
e. Virus mozaik
(1) Gejala
Serangan terjadi pada bibit dan tanaman
muda. Tanaman kerdil dan daun-daun tampak
keriting tidak beraturan. Kadang-kadang
tanaman pucat, hijau kekuning-kuningan, dan
tepi daun mengkerut secara berlebihan.
Tanaman yang diserang terutama pada jenis
selada yang menghasilkan krop, yang
menyebabkan gagalnya pembentukan krop. Ada
pula tanaman yang masih mampu menghasilkan
krop yang kecil, tetapi berkualitas buruk.
(2) Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus mosaik
selada atau Lettuce mosaic virus. Meskipun di
Indonesia belum pernah dilaporkan adanya
penyakit mosaik ini pada selada, namun
penyakit ini sudah mulai menyebar di berbagai
Negara penanaman selada dan dianggap sebagai
virus yang cukup merugikan.
(3) Pengendalian
Usaha pengendalian penyakit ini antara lain
sebagai berikut: Menggunakan benih yang
bebas virus. Mencabut dan membakar tanaman
yang sudah terserang.

42
5. Panen
Panen merupakan hal yang diharapkan setelah melakukan
penanaman dan pemeliharaan tanaman, saat panen inilah
mendapatkan hasil produksi. Dalam hal pemanenan penting sekali
diperhatikan umur panen dan cara panennya. Panen harus
dilakukan pada waktu yang tepat supaya sesuai dengan keinginan
konsumen dan baik kualitasnya. Selada yang dipanen terlalu tua
akan menjadi keras dan tidak enak lagi untuk dikonsumsi.
Apabila dipanen terlalu muda maka kuantitas produksi akan lebih
sedikit dan harga jualnya pun lebih rendah karena kurang
memenuhi standar perdagangan secara umum.
Diperlukan penanganan panen secara tepat. Secara umum
tujuan pasca panen adalah supaya sayuran yang dipanen tetap
baik mutunya sampai ke tangan konsumen. Selain itu pengolahan
bertujuan supaya sayur lebih awet serta menambah kegunaan dan
nilai jual produk.
a. Umur panen
Tanaman selada mempunyai umur panen rata-rata
sekitar 35-60 hari setelah tanam. Tanda bahwa selada siap
panen adalah jika daun bagian bawahnya sudah hampir
menyentuh tanah. Selain itu bila dicoba, rasanya sudah enak,
segar, dan renyah. Namun, sebenarnya panen dapat
dilakukan sesuai kebutuhan. Jika ukuran selada sudah
memenuhi syarat untuk dipasarkan dapat saja panen
dilakukan lebih awal dari umur panen biasa atau sebelum
daun sebelah bawah hampir menyentuh tanah.
Umumnya selada dipanen secara bertahap. Tanaman
yang tumbuh besar dan sudah sesuai untuk dikonsumsi
dipanen lebih dahulu. Panen berikutnya dilakukan sampai
beberapa kali hingga semua tanaman habis dipanen.
Pemanenan sebaiknya dilakukan tidak pada musim
penghujan, karena jika kandungan air pada daun maksimum,

43
maka tangkai daun selada akan lebih mudah patah dan
sayuran lebih gampang busuk. Selada yang dipanen pada
musim penghujan atau saat hujan berlebih juga memiliki rasa
yang cenderung hambar.
b. Cara panen
Cara panen selada ada dua cara yaitu dapat dengan cara
pencabutan atau pemotongan dengan menggunakan alat
bantu pisau. Cara pencabutan biasa dilakukan pada lahan
bertanah gembur. Untuk lahan kering sebaiknya dilakukan
penyiraman terlebih dahulu untuk mempermudah
pencabutan. Panen dengan cara pemotongan, tangkai selada
dipotong persis setelah atau di atas helaian daun yang
terbawah untuk mencegah terbawanya kuman penyakit yang
tercemar dari permukaan tanah. Seandainya daun pada bagian
paling bawah terbawa, apalagi dengan panen sistem cabut,
daun yang tua dan kotor ini dibuang.
6. Pasca panen
a. Pencucian
Selada yang baru dicabut atau dipotong harus
dibersihkan dan dicuci. Pembersihan untuk membuang
kotoran yang mungkin melekat atau terikat pada sayuran,
kotoran dapat berupa ranting, rumput, daun kering, atau
bahkan tanah. Selada yang ditanam di lahan biasa cenderung
kotor.
Sambil melakukan pembersihan selada, pemotongan
akar bukan keharusan, terutama untuk selada daun dataran
rendah. Jenis Selada kepala jarang dipanen dengan
menyertakan akarnya. Bahkan bagian daun yang tidak
membentuk krop biasanya dibuang. Namun, untuk selada
daun ada yang dengan sengaja membiarkan akarnya masih
utuh saat hendak dipasarkan, karena akar tersebut hanya
pendek. Akar yang dibiarkan utuh, mengesankan kepada

44
konsumen bahwa selada tersebut bermutu baik dan ditanam
secara baik.
Supaya lebih bersih selada sebaiknya dicuci. Pencucian
tidak usah terlalu lama, cukup direndam dalam air sebentar,
kemudian dikibas-kibaskan untuk mengeringkan air yang
masih menempel. Pencucian juga bermanfaat sebagai
tindakan penurunan suhu sayuran setelah dipanen.
b. Sortasi
Setelah hasil panen terkumpul kemudian dilakukan
sortasi. Tujuan sortasi adalah untuk memilih atau
memisahkan selada yang baik dengan yang kurang baik.
Daun-daun yang terkena penyakit, rusak, atau kurang bagus
sebaiknya dibuang. Kriteria sortasi dilihat dari sejauh mana
batang atau daun rusak.
Jenis selada daun dan selada batang dapat disortasi
berdasarkan penampilan visualnya. Namun, untuk selada
krop perlu dipisahkan antara krop yang besar, kecil, dan yang
kurang bagus. Penanganan seleksi harus dilakukan dengan
hati-hati, karena daun selada juga dimanfaatkan untuk
keindahannya.
Selada yang berukuran di bawah standar, tidak layak
pasar, atau bagian batang atau daunnya yang dibuang saat
penyortiran dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.

45
III. KEADAAN UMUM
A. Sejarah berdirinya P4S
Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) berdiri
pada tahun 2003, merupakan suatu wadah yang memiliki tujuan
untuk memajukan pertanian sebagai sumber ekonomi masyarakat.
P4S manunggal yang diketuai oleh Supriyanto, SP beralamat di Jl.
Kaliurang Km 19,2 RT: 06 Dusun Sambi Desa Pakembinangun
Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Propinsi DI.Yogyakarta. P4S
menawarkan pelatihan/magang di bidang pertanian diantaranya
budidaya padi, sayuran, jamur, dan buah semusim, serta peternakan,
yang meliputi budidaya ternak kecil maupun besar. Pelatihan

46
pembuatan pupuk organik juga ditawarkan dalam kelompok ini. P4S
juga melakukan pembinaan kepada kelompok tani.
B. Letak dan lokasi
Desa Pakembinangun yang berada sekitar 0 km arah utara
kemaban Pakem dan 15 km arah timur Ibukota Sleman memiliki
akselerasi baik, mudah di jangkau dan terhubung dengan daerah-
daerah lain dan sekitarnya oleh jalur transportasi jalan raya. Dilihat
dari topografi wilayah Pakembinangun berada pada ketinggian 398 –
976 km dari permukaan air laut dengan curah hujan rata 200
mm/tahun, serta suhu rata-rata pertahun adalah 23-30o C. Desa
Pakembinangun dilalui sungai kumlag. Keberadaan sungai dengan
air yang mengalir sepanjang tahun di daerah Pakembinangun
tersebut membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah.
Secara administrasi Desa Pakembinangun terletak di
Kecamaatan Pakem Kabupaten Sleman berbatasan dengan beberapa
Desa sebagai berikut :
a. Sebelah utara yaitu Desa Hargobinangun, Pakem Sleman.
b. Batas selatan yaitu Desa Umbulmartani, Ngemplak Sleman.
c. Sebelah barat yaitu Desa Hargobinangun, Pakem Sleman.
d. Batas utara yaitu Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman.
Wilayah Pakembinangun meliputi sungai dan sumber air,
yang dilalui oleh sungai atau kali besar yaitu sungai kali kuning
mengalir dari utara ke selatan. Desa Pakembinangun hanya
mengandalkan sumber air tanah atau sumur sehingga pada musim
kemarau jika air sumur berkurang maka sumber air tanah juga
berkurang, akibat mengalami kekeringan dan air untuk kebutuhan
pertanian, perikanan dan air minum.

47
C. Struktur organisasi
Organisasi dapat berjalan dengan baik apabila dibarengi
dengan keaktifan semua anggota organisasi tersebut. Keaktifan
anggota dapat membantu berjalannya visi dan misi organisasi supaya
tercapainya suatu tujuan. Demikian struktur organisai P4S
Manunggal:
Ketua
Supriyanto, SP
Ketua 2
Dra. Muji Rahayu

48
Gambar 1. Struktur organisasi P4S Manunggal
D. Jenis pelatihan di P4S
Di P4S manunggal menawarkan pelatihan dunia pertanian
dan peternakan. Pelatihan yang ditawarkan antara lain: budidaya
tanaman padi, budidaya tanaman sayuran, budidaya jamur, budidaya
tanaman buah semusim seperti semangka, budidaya tanaman hias,
budidaya ternak kecil maupun ternak besar. P4S Manunggal juga
menawarkan pelatihan teknologi pembuatan pupuk organik.
Pembuatan pupuk organik ini mengarah pada hidup yang lebih
ramah lingkungan. Menggunakan pupuk organik dalam dunia
pertanian akan memperbarui struktur tanah.
E. Data pendukung
a) Iklim
Bendahara
H. Ali Miftah
Sekretaris 2Suhariyadi
Sekretaris 1Drs. Prayogo, Amd.
Sie KurikulumHartono
Sie. Humas dan Promosi
Yulianto, SP
Sie. AkomodasiSukati

49
Kesuburan tanah suatu daerah juga dipengaruhi oleh curah
hujan. Berikut adalah data curah hujan daerah Pakem.
Tabel 3. Data curah hujan daerah Pakem (mm)Bulan Tahun Rerata
2006 2007 2008 2009 2010Januari 476 148 171 504 582 376.2Februari 382 410 451 354 311 381.6Maret 339 206 531 155 382 322.6April 492 548 296 406 103 369Mei 156 84 151 172 339 180.4Juni 50 62 5 60 179 71.2Juli 0 10 0 0 143 30.6
Agustus 0 0 0 0 175 35September 0 0 4 0 476 96Oktober 15 124 185 65 382 154.2
November 59 505 690 362 339 391Desember 437 454 131 325 492 367.8
Januari
Febru
ari
MaretApril Mei
JuniJuli
Agustu
s
Septem
ber
Oktober
November
Desember
050
100150200250300350400450
Rata-rata curah hujan 2006-2010
Rerata curah hujan 2006-2010
Gambar 2: Diagram curah hujan daerah pakem
Berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan
ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:
a. Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya lebih dari 200
mm

50
b. Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya 100 – 200
mm
c. Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya kurang dari
100 mm (Anonim, 2013).
Curah hujan di pakem Selama 5 tahun dari tahun 2006-
2010, bulan Januari-Mei merupakan bulan basah karena pada
bulan tersebut lebih dari 100mm/tahun. Sedangkan bulan Juni-
September termasuk kedalam kriteria bulan kering karna curah
hujan kurang dari 100mm/tahun. Tingkat curah hujan naik
kembali pada bulan Oktober-Desember.
b) Irigasi
Irigasi yang diterapkan untuk budidaya tanaman selada
keriting merupakan irigasi yang memanfaatkan sumber air dari
kali kuning yang mengalir ke sub sub saluran atau got air. Selain
itu juga menggunakan penampung air hujan yang terbuat dari
terpal.
c) Drainase
Drainase pada lahan budibudidaya tanaman selada di buat
dengan membuat lubangan di ujung bawah petakan lahan dan
menyalurkan ke petakan lahan di bawahnya dan selanjutnya
sampai ke petakan yang paling bawah dan kemudian di alirkan
ke saluran pembuangan .

atas Air dari kali kuning
Saluran pembuangan
Keterangan :
Arah aliran air
Petakan lahan budidaya
51
Gambar 3: Drainase lahan budidaya selada
IV. PELAKSANAAN
A. Pelaksanaan Kerja Praktik
1. Tempat
Kerja praktik dilakukan di Desa Sambi, Pakem, Sleman,
Yogyakarta. Sejak tanggal 09 September 2012 sampai tanggal 24
November 2012.
2. Waktu

52
Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari dalam satu minggu yaitu
Rabu, Kamis dan Sabtu. Dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul
12.00 untuk hari Rabu dan pukul 14.00 sampai pukul 17.00 untuk
hari Kamis dan Sabtu. Selama dalam kerja praktik, penulis
melakukan beberapa hal diantaranya pengamatan, wawancara, dan
budidaya tanaman selada. Selain budidaya, penulis juga
dipersilahkan untuk terlibat dalam proses panen dan pasca panen
sampai pengemasan.
B. Budidaya
Teknik budidaya tanaman selada yang telah dilakukan
penulis saat kerja praktik meliputi beberapa tahapan yaitu
pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, penyiraman, penyiangan
gulma.
1. Pembibitan
Tanaman selada diperbanyak dengan biji. Untuk lahan seluas
1 ha diperlukan benih selada ±250 gr atau pada kisaran 400-600 gr,
tergantung pada varietas dan jarak tanamnya. Sebelum dilakukan
pembibitan, yang harus dilakukan adalah seleksi benih yang unggul.
Benih yang berasal dari induk yang sehat dan tidak cacat.
Mempunyai keunggulan dalam produksi dan kualitasnya. Serta benih
tahan terhadap hama dan penyakit.
Dalam pembibitan dilakukan 2 kali penyemaian, namun
sebelum disemai biji selada dikecambahkan terlebih dahulu. Nampan
yang akan digunakan dilubangi bagian bawahnya dengan soldier.
Supaya pada saat penyiraman air dapat keluar dan tidak tergenang di
dalam nampan. Kemudian ayak serbuk gergaji, serbuk gergaji yang
halus digunakan untuk media sebagai perkecambahan selada di
nampan tersebut. Setelah serbuk gergaji di letakkan pada nampan,
benih selada yang akan diperkecambahkan di sebar pada media
tersebut. Lalu siram hingga basah dan tutup selama 5 hari.
Tanah untuk pembibitan dicangkul sampai gembur kemudian
dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kebutuhan

53
bibit, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. tanah di atas bedengan di campur
dengan pupuk kandang, diaduk dengan cangkul. Bedengan disiram
air secukupnya. Benih selada di tebarkan di atas bedengan dengan
hati-hati sehingga setelah tumbuh tidak saling menumpuk. Untuk itu
sebaiknya benih selada dicampur dengan abu dapur dahulu sebelum
ditebarkan sehingga dapat merata di atas bedengan.
Di atas bedengan pembibitan diberi naungan dari welit atau
plastik. Tujuannya adalah untuk mengurangi cahaya matahari yang
masuk ke pembibitan. Hal ini karena selada kurang tahan terhadap
cahaya matahari yang terik dan dapat menghambat pertumbuhan
bibit.
Pembibitan dilakukan pada bedengan yang sudah diolah
sebelumnya. Bedengan diratakan dengan sebilah bambu kecil,
kemudian pupuk kandang disebarkan di atas bedengan yang sudah di
ratakan. Bibit yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu, bibit
ditanam 3-10 pohon dengan jarak tanam 2-3 cm. Siram bibit yang
sudah ditanam.
Setelah bibit berumur 2 minggu, bibit dipindahkan pada
polibag. Polibag di isi dengan media yaitu tanah yang sudah
dicampur dengan pupuk kandang setengah bagian. Bibit dimasukkan
ke dalam polibag, lalu polibag tersebut diisi media sampai penuh.
Untuk menghindari bibit layu dan mati, bibit disiram air
menggunakan gembor.
Selama di pembibitan, tindakan pemeliharaan yang paling
penting adalah penyiraman. Media pembibitan harus dijaga tetap
lembab. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Seiring dengan
pertambahan umur bibit, maka jumlah air siraman di kurangi.
Supaya bibit lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kering.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dilakukan 2 minggu sebelum tanam.
Pertumbuhan tanaman sayuran dipengaruhi oleh keadaan fisik serta
struktur lahan tanamnya. Untuk itu perlu dilakukan pengolahan

54
tanah. Kegiatan pengolahan tanah secara umum sebelum menanam
sayuran adalah penggemburan tanah serta pembuatan bedengan.
Pada tahap penggemburan tanah, untuk jenis semua tanaman akan
mempunyai perlakuan yang relatif hampir sama, tetapi dalam hal
pembuatan bedengan mempunyai perlakuan yang berbeda-beda.
Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi yang
dibutukan oleh tanaman supaya mampu tumbuh dengan baik. Tahap-
tahap penggemburan ini meliputi pencangkulan untuk memperbaiki
struktur tanah serta sirkulasi udaranya.
Di sekeliling lahan dibuat saluran air. Saluran air tersebut
berfungsi untuk memasukkan air dari parit sehingga memudahkan
pengambilan air pada waktu penyiraman. Selain itu saluran air juga
berfungsi sebagai saluran drainase, sehinnga pada waktu musim
hujan tidak terjadi genangan air di lahan, karena air hujan akan
mengalir dan masuk ke dalam saluran tersebut.
Setelah pembuatan saluran air selesai kemudian dilanjutkan
dengan pembuatan bedengan-bedengan. Bedengan dibuat dengan
ukuran lebar 1 m, panjang disesuaikan dengan panjang lahan, dan
tinggi 30 cm, sehingga tiap baris dapat dibuatkan 6 lubang dan jarak
antar bedengan 40 cm. Bedengan yang masih kasar diratakan atau
dihaluskan dengan sebilah bambu.
Tanah di bedengan diberi pupuk kandang yang sudah masak,
kemudian dicampur sampai rata dengan tanah menggunakan
cangkul. Pupuk kandang ini berfungsi sebagai pupuk dasar. Selain
itu juga dapat digunakan kompos sebagai pengganti pupuk kandang.
Bedengan yang sudah siap dibiarkan beberapa waktu sambil
menunggu penanaman.
3. Penanaman
Sehari sebelum penanaman, lahan diari hingga saluran-
saluran di antara bedengan tergenang air selama 5 jam. Kemudian air
dibuang melalui saluran pembuangan. Pengairan dilakukan supaya
lahan cukup lembab dan untuk memenuhi kebutuhan air bagi

55
tanaman yang baru dipindah tanam. Penanaman dilakukan pada sore
hari, sehingga tanaman yang baru ditanam tidak langsung mendapat
terik cahaya matahari.
Bibit yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu. Dipilih
bibit yang pertumbuhannya baik dan tidak terserang hama dan
penyakit. Bibit dipindahkan dengan hati-hati dari bedengan
pembibitan. Petani yang berpengalaman biasa menggunakan tangan
untuk melakukan pemindahan. Namun, jika belum terbiasa dapat
menggunakan cetok atau sendok tanaman untuk memindahkan
tanaman. Disertakan sebagian tanah yang membalut perakaran bibit.
Pada bedengan di buat lubang-lubang tanam dengan
menggunakan tangan. Jarak antar lubang 20 cm×20 cm. Ukuran
lubang tidak terlalu besar cukup 4cm×6 cm. Yang penting bibit dapat
tumbuh baik dan tidak mudah tercabut. Lubang diberi kompos untuk
menambah kandungan unsur hara tanah serta nutrisi pada tanaman
selada. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan hati-hati.
Selanjutnya lubang dirapikan dan tanah sedikit dimapatkan. Setelah
bibit selesai di tanam pada bedengan, selada disirami air dengan
menggunakan gembor.
4. Penyiraman
Untuk pertumbuhan awal, tanaman selada banyak
membutuhkan air. Selama 1 minggu dari penanaman, tanaman
selada disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah
satu minggu tanaman selada cukup disiram 1 kali sehari. Sehingga
dalam 2 minggu setelah tanam, tanaman terjaga tidak layu dan tidak
kekurangan air.
Air untuk penyiraman diambil dari saluran yang telah di buat
di kanan kiri lahan. Dari parit air dialirkan masuk ke dalam lahan.
Air diambil dengan gembor kemudian disiramkan pada tanaman
selada.
5. Penyiangan gulma

56
Penyiangan gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan
antara tanaman selada dengan tumbuhan gulma dalam mendapatkan
air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah. Dengan penyiangan ini
tanaman selada memperoleh air dan unsur hara yang cukup untuk
memenuhi pertumbuhannya.
Gulma mulai tumbuh setelah tanaman selada berumur 3
minggu di bedengan penanaman. Gulma yang tumbuh pada budidaya
tanaman selada jenis gulma berdaun lebar. Gulma jenis berdaun
lebar yaitu seperti krokot. Krokot merupakan gulma yang sukulen,
batang penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata yang
tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim.
Penyiangan gulma dapat dilakukan dengan mencabut gulma,
dapat juga dengan menggunakan cangkul. Namun, dalam
penggunaan cangkul harus hati-hati supaya penyiangan dengan
cangkul tidak akan merusak tanaman selada.
6. Pengendalian hama
Pengendalian hama bertujuan untuk mengendalikan hama
pada tanaman selada yang mengakibatkan berkurangnya hasil panen.
Pengendalian hama akan mengurangi kerusakan yang disebabkan
oleh hama.
Pengendalian hama hanya dengan cara mekanis. Yaitu
dengan mengambil hama seperti ulat yang memakan daun selada
dengan tangan, kemudian memusnahkannya.
7. Panen dan pasca panen
a. Panen
Pada umur 40-60 hari setelah tanam, selada sudah dapat
dipanen. Kegiatan panen sebaiknya dilakukan pada sore hari, untuk
menghindari tanaman yang layu atau menurun kualitasnya saat
sampai ditangan konsumen. Pemanenan tanaman selada saat

57
penulis melalukan kerja praktik, dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1) Selada dipanen dengan dicabut
Caranya selada dicabut beserta akarnya. Tanaman selada
yang di panen dengan cara ini nantinya akan dipasarkan ke pasar
tradisional pada pagi hari. Tujuan diikutsertakannya akar saat
panen adalah supaya tanaman lebih menarik konsumen dipasar
dan tentunnya menambah bobot tanaman tersebut.
Tanah yang menempel dibagian akar dibersihkan.
Pembersihan akar dilakukan supaya tanaman lebih bersih dan
menarik. Akar dibersihkan dengan memukulkan sebilah bambu
ke akar dengan tidak terlalu kuat karena dapat merusak tanaman.
Setelah bersih tanaman dikumpulkan kemudian dicuci
menggunakan air pada bak air yang terbuat dari semen dengan
ukuran 100 cmx100 cmx150 cm.
Bagian daun yang paling bawah atau daun selada yang
kurang baik di hilangkan. Penghilangan daun dilakukan saat
pencabutan supaya menghemat waktu dan tenaga saat panen.
Tujuannya supaya penampilan selada lebih menarik dan dapat
menarik konsumen. Setelah dipanen dan dibersihkan selada
dikumpulkan.
2) Selada dipanen dengan dipotong
Tanaman selada yang siap panen tidak semua dicabut
beserta akarnya, ada juga yang di panen dengan dipotong pada
ujung batang bawah (bergabung dengan akar). Caranya tanaman
selada yang di atas tanah di potong dengan menggunakan alat
yaitu pisau. Bagian daun yang kurang bagus dihilangkan.
Setelah dipanen dan dibersihkan selada dikumpulkan. Selada
yang dipanen dengan cara ini nantinya akan digunakan untuk
mencukupi permintaan Mister Burger Yogyakarta.
b) Pasca panen

58
Berdasarkan kerja praktik yang telah penulis lakukan di
klompok tani Manunggal, penanganan pasca panen meliputi:
(a) Pengumpulan
1) Hasil panen dikumpulkan pada tempat yang teduh
2) Tujuan pengumpulan hasil panen di tempat teduh ini untuk
memudahkan kegiatan penanganan berikutnya dan menekan
kerusakan akibat sinar matahari langsung.
(b) Pembersihan
1) Daun-daun tua yang rusak dibuang.
2) Selada yang sudah dibersihkaan dari daun-daun yang
kurang bagus dicuci di tempat pencucian, kemudian
dikibas-kibaskan supaya selada kering dari air pencucian
tersebut.
(c) Pengkelasan
1) Hasil panen selada diklasifikasikan menurut bentuk,
ukuran atau beratnya, sesuai dengan permintaan pasar.
2) Biasanya selada yang masih ada akarnya untuk memenuhi
kebutuhan pasar-pasar tradisional.
3) Selada yang dipanen dengan dipotong untuk memenuhi
permintaan rumah makan, hotel, dan restaurant.
(d) Pengemasan
1) Selada termasuk sayuran mudah rusak. Untuk
mengantarkan ke konsumen harus dikemas dalam wadah.
2) Pengemasan menggunakan kantong plastik.
3) Selada yang sudah kering dari air pencucian dimasukkan
kedalam plastik kemudian ditimbang untuk memenuhi
permintaan pasar.
D. Tata Niaga
Pemasaran yang masih diterapkan saat ini adalah rantai pemasaran
tradisonal petani. Produsen menjualnya ke supermarket, restaruan, mister
burger yogyakarta dan pasar tradisonal sebagai pengecer yang akhirnya
PETANI

59
sampai ke konsumen. Dari keterangan diatas berikut ini siklus
pemasaran:
Gambar 4. Tata niaga
F. Analisis Finanasial
Analisis usaha tani bertujuan untuk mengetahui tidak layak
atau rugi suatu usaha dikelolah. Adapun dalam usaha budidaya
PASAR SUPERMARKETRESTAURANT
KONSUMEN

60
selada ini dilakukan pada areal dengan luas 10.000 m2. Dengan jarak
tanam 25cmx25cm. Lamanya proses berlangsung selama 2 bulan.
I. Biaya
a. Biaya Variabel (BV)
Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah-ubah sesuai
dengan perubahan penggunaan faktor produksi.
Tabel 4. Biaya Sarana Produksi
No Sarana Produksi Kebutuhan Harga(Rp)
Jumlah (Rp)
1.2.
3.
4.5.6.
BenihPupuk
a. Kandangb. Urea
Pestisidaa. Decisb. Antrachol
Kotak semaiPlastik UVTenaga kerja
a. Membuat bedengan
b. Penanamanc. Penyemprotand. Pasca panen
18Bungkus
1 Colt50 Kg
500 Ml6 Kg250 Buah7 Rool
7 HOK
2 HOK7 HOK
14.000 150.000 90.000
55.000 97.000 15.000160.000
40.000
40.000 40.000 40.000
225.000
150.000 4.500.000
110.000 582.0003.750.0001.120.000
280.000
80.000 280.000 280.000
Total 11.364.000
b. Biaya tetap
1. Biaya alat produksi tahan lama
Biaya yang digunakan untuk alat-alat dalam beberapa
proses produksi. Alat ini akan mengalami pengurangan tahun ke
tahun . Biaya ini terdiri dari penyusutan bunga modal dan Biaya
Bunga Modal Alat Tahan Lama.
(a) Penyusutan
Penyusutan data di artikan sebagai penurunan atau
pengurangan nilai modal dari suatu saat akibat pertambahan

61
umur. Untuk menghitung biaya penyusutan dapat
menggunakan rumus :
D = Nb - Ns
N
Tabel 5. Penyusutan Biaya Tetap Saran Produksi
No Alat Jumlah Nb (Rp) Ns (Rp)
N Biaya (Rp)
Penyusutan/sekali produksi (2 bulan) (Rp)
1234567
CangkulNampanGemborHandsprayerSekopEmberParang
31041141
150.0003.500
30.000350.00010.00015.00045.000
25.000500
1.50025.0001.0005.0001.000
2614161
150.000 3.500 30.000350.000 10.000 15.000 45.000
10.416,67 500,00 4.750,00 13.541,67 750,00 1.666,67 3.666,67 13.750,00
Total 49.041,68
(b) Biaya Bunga Modal Alat Tahan Lama (I)
Untuk menghitung biaya bunga modal alat tahan lama (i) dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
I = Nb + Ns x i
2Keterangan :
I = Biaya modal tahan lama
Nb = Nilai baru
Ns = Nilai sisa
i = % bunga pertahun (18%)
Tabel 6. Biaya modal alat tahan lama ( i )
No Alat Jml Nb(Rp)
Ns (Rp)
I Biaya (Rp)
Biaya BungaModal

62
Produksi(2 bulan) (Rp)
1234567
CangkulNampanGemborSprayerSekopEmberParang
31041241
150.000 3.500 30.000350.000 10.000 15.000 45.000
50.0005001.50025.0001.0005.0001.000
18%18%18%18%18%18%18%
54.000 3.60028.35033.750 990 7.200 4.140
9.000 600 4.725 5.625 165 1.200 690
Total 22.050
2. Sewa lahan
Sewa lahan / ha / tahun = Rp. 1.000.000,00
Luas lahan = 10.000 m2
Jadi sewa lahan untuk luas 10.000 m
= 1.000.000,00 / 1000 x 10.000 x 1 x 5 = Rp. 4.166.666,67 12
3. Pajak
Pajak / ha / tahun = Rp. 50.000,00
Luas lahan = 10.000 m2
Jadi pajak untuk luas lahan 10.000 m
= 700.000,00 / 1000 x 10.000 x 1 x 2 = Rp. 1.166.666,67 12
Biaya lain-lain selama 2 bulan = Rp. 1.000.000,00
4. Biaya bunga modal keseluruhan
P = Besarnya pinjaman pokok = Rp. 5.000.000,00

63
n = Lama pinjaman selama 2 bulan
I = Suku bunga 18% pertahun
Untuk menghintung biaya bunga modal keseluruhan,
menggunakan rumus :
I = P x n x i
Keterangan :
I = Biaya bunga modal keseluruhan
P = Besarnya modal pokok
n = Lama pemakaian
i = Tingkat bunga 18% pertahun
jadi I = P x n x i
= Rp. 5.000.000,00 x 1 x 2 x 0,18
12
= Rp. 5.000.000,00 x 1 x 0,18
6
= Rp. 5.000.000,00 x 0,3
= Rp. 15.000.000,00
c. Biaya Tetap Total (BT)
Untuk menghitung total biaya, rumus sebagai berikut:
BT = Penyusutan (D )+biaya bunga modal alat tahan lama+biaya
Pemeliharaan+Biaya modal keseluruhan (I) + sewa
lahan+Pajak + Lain-lain
=
Rp.11.346.000,00+Rp.22.050,00+Rp.110.000,00+Rp.15.000.0
00,00+Rp.4.166.666,67+1.166.666,67+ Rp.1.000.000,00
= Rp. 31.644.716,67
d. Biaya Total (Bto)

64
Bto = Biaya variabel + Biaya tetap
= Rp. 11.364.000,00 + Rp. 31.644.716,67
= Rp. 43.008.716,67
II. Pendapatan
a. Taksiran produksi dan harga
1. Hasil produksi = 15000 Kg
2. Harga per kg = Rp. 8.000,00
b. Penerimaan Total
PT = Jumlah produksi x harga satuan
= 15.000 x Rp.8.000
= Rp. 120.000.000,00
c. Biaya persatuan produksi
Biaya persatuan produksi = T otal biaya
Total produksi
= Rp. 43.008.716,67 . 15.000
= Rp. 2.867,25,-d. Pendapatan bersih
Pendapatan bersih = Penerimaan total-Biaya tetap-Biaya variabel
=Rp.120.000.000,00-Rp.31.644.716,67-
Rp.11.364.000,00
= Rp. 76.991.283,33,-
III. BEP (Break Event Point)

65
a. BEP ( Break Event Point )
a. BEP Harga = Biaya Produksi Jumlah produksi dijual
= Rp 31.644.716 15000 kg
= Rp 2.109,65/kg
Keuntungan= taksiran produksi x (harga – BEP Harga)
= 15.000 kg x (Rp 8.000/kg – Rp 2.109,65/kg)
= 15.000kg x Rp 5890/kg
= Rp 88.350.00,00
Titik impas harga produksi diperoleh bila harga jual
selada Rp 2.109,65/kg dengan harga jual Rp 8.000 maka
titik impas tercapai dan mendapatkan keuntungan Rp
5.890/kg. Dalam 1 ha petani mampu memproduksi 15.000kg,
sehingga petani mendapat keuntungan sebesar Rp
88.355.250,00.
b. BEP Volume produksi = Biaya Produksi Harga jual
= Rp. 31.644.716 Rp. 8.000/kg
= 3.955/kg
Keuntungan= taksiran harga x (taksiran produksi – BEP
Produksi)
= Rp 8.000 x ( 15.000kg – 3.955/kg)
= Rp 8.000 x 11045kg
= Rp 88.360.000,00
Titik impas volume produksi diperoleh bila hasil
panen selada 3.955kg. sedangkan selama produksi ini adalah
15.000 kg dengan demikian titik impas tercapai dan
mendapatkan keuntungan hasil produksi sebesar 11.045 kg

66
artinya usaha selada menguntungkan petani sebesar
Rp.88.360.000,00
IV. R/C Ratio
R/C Ratio = Total penerimaan
total biaya
= Rp. 120.000.000 , -
Rp. 43.088.716,67
= 2,78495
Usaha budidaya selada ini layak untuk di usahakan karena
setiap nilai rupiah yang dikeluarkan yaitu Rp.1 Diperoleh penerimaan
senilai Rp. 2,78495 Sebagai hasil usaha tersebut.
V. PEMBAHASAN

67
Selada merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang
dikonsumsi daunnya, dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran daun.
Prospek serapan pasar terhadap komoditas selada akan terus meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan,
kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan kesukaan masyarakat terhadap
selada. Untuk memenuhi kebutuhan selada yang terus meningkat dipasaran,
maka perlu dilakukan upaya penyediaan produksi melalui usaha budidaya.
Keberhasilan peningkatan produksi selada dapat terwujud apabila ditunjang
oleh ketersediaan benih yang bermutu, ketersediaan lahan pertanian yang
cukup, teknologi yang memadai, dan lingkungan hidup yang sehat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman selada yang akan dibudidayakan.
Selada ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1000-
1.900m dpl. Keadaan tanah berstruktur remah, gembur, banyak
mengandung bahan organik, subur, mudah mengikat air, dan solum tanah
dalam. Sifat fisika tanah yang baik berpengaruh terhadap aerasi dan drainase
tanah.
Pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil yang optimal
memerlukan suhu dan kelembapan tertentu. Suhu rata-rata harian yang
optimal untuk pertumbuhan adalah 15M-20MC. Pertumbuhan vegetatif tanaman
sangat dipengaruhi oleh suhu tanah yang rendah pada malam hari.
pertumbuhan vegetatif tanaman akan sangat terhambat apabila suhu tanah
kurang dari 10MC dan lebih dari 30MC. Kelembapan udara yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman selada adalah 80%-90%. Sedangkan lama penyinaran
sesuai dengan yang diperlukan untuk kegiatan fotosintesis yaitu 9-10 jam
per hari. Lama penyinaran juga akan berpengaruh terhadap pembentukan
organ vegetatif dan generatif. Rerata curah hujan sesuai untuk budidaya
tanaman selada adalah 1.000-1.500 mm per tahun. Pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman berhubungan dengan ketersediaan air tanah.
Selada diperbanyak dengan biji. Untuk lahan 1 ha diperlukan benih
selada 250 g atau pada kisaran 400-600 g, tergantung pada jarak
tanamannya. Saat pembibitan benih selada dapat langsung disebar di atas
bedengan (sistem tanam atau sebar langsung). Cara ini memiliki kelebihan,

68
menghemat waktu, tenaga, biaya, dan tidak memerlukan ketrampilan yang
khusus. Kelemahannya, menyulitkan pemeliharaan tanaman yang masih
kecil (stadium bibit), dan pada waktu tanaman sudah berumur 1,5 bulan
sejak sebar, benih perlu penjarangan (Haryanto,1995).
Cara yang dianjurkan adalah benih disemai terlebih dahulu di lahan
persemaian selama kurang lebih 1 bulan atau bibit telah berdaun 3-5 helai.
Kelebihan cara ini antara lain: dapat menghemat benih, memudahkan
pemeliharaan bibit karena terkonsentrasi (menyeleksi) bibit yang baik saat
pemindahan ke lahan tanam. Kelemahan cara ini diantaranya memerlukan
biaya, tenaga dan waktu tambahan, serta keterampilan khusus dalam
penyiapan bibit di persemaian (Rukmana, 1994).
Dalam budidaya tanaman selada keriting ini, pembibitan dilakukan 2
kali penyemaian, namun sebelum disemai biji selada dikecambahkan
terlebih dahulu. Untuk penyemaian benih dengan menggunakan nampan.
Nampan yang akan digunakan dilubangi bagian bawahnya dengan soldier.
Supaya pada saat penyiraman air dapat keluar dan tidak tergenang di dalam
nampan. Kemudian ayak serbuk gergaji, serbuk gergaji yang halus
digunakan untuk media sebagai perkecambahan selada di nampan tersebut.
Setelah serbuk gergaji di letakkan pada nampan, benih selada yang akan
diperkecambahkan di sebar pada media tersebut. Lalu siram hingga basah
dan tutup selama 5 hari.
Tanah untuk pembibitan dicangkul sampai gembur kemudian dibuat
bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kebutuhan bibit, lebar 1 m,
dan tinggi 20 cm. tanah di atas bedengan di campur dengan pupuk kandang,
diaduk dengan cangkul. Bedengan disiram air secukupnya. Benih selada di
tebarkan di atas bedengan dengan hati-hati sehingga setelah tumbuh tidak
saling menumpuk. Untuk itu sebaiknya benih selada dicampur dengan abu
dapur dahulu sebelum ditebarkan sehingga dapat merata di atas bedengan.
Di atas bedengan pembibitan diberi naungan dari welit atau plastik.
Tujuannya adalah untuk mengurangi cahaya matahari yang masuk ke
pembibitan. Hal ini karena selada kurang tahan terhadap cahaya matahari
yang terik dan dapat menghambat pertumbuhan bibit.

69
Pembibitan dilakukan pada bedengan yang sudah diolah
sebelumnya. Bedengan diratakan dengan sebilah bambu kecil, kemudian
pupuk kandang disebarkan di atas bedengan yang sudah di ratakan. Bibit
yang akan ditanam diseleksi terlebih dahulu, bibit ditanam 3-10 pohon
dengan jarak tanam 2-3 cm. Siram bibit yang sudah ditanam. Setelah bibit
berumur 2 minggu, bibit dipindahkan pada polibag. Polibag di isi dengan
media yaitu tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang setengah
bagian. Bibit dimasukkan ke dalam polibag, lalu polibag tersebut diisi
media sampai penuh. Untuk menghindari bibit layu dan mati, bibit disiram
air menggunakan gembor.
Selama pembibitan, tindakan pemeliharaan yang paling penting
adalah penyiraman. Media pembibitan harus dijaga tetap lembab.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari. Seiring dengan pertambahan umur
bibit, maka jumlah air siraman di kurangi. Supaya bibit lebih tahan terhadap
kondisi lingkungan yang kering.
Penanaman selada dilakukan setelah bibit berumur 30 hari atau bibit
sudah mempunyai 3-4 helai daun. Pada bedengan dibuat lubang tanam
dengan jarak antar tanam 25cm, sebelum penanaman bedengan disiram
dengan air agar bedengan terjaga kelembabannya. Kemudian bibit yang siap
tanam tersebut ditaruh pada lubang tanam, tanah sedikit dimapatkan agar
bibit yang ditanam pada bedengan tidak roboh.
Perawatan yang dilakukan adalah tahapan budidaya selada yaitu
penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari selama 7 hari setelah
tanam yaitu pada pagi dan sore hari, hal ini disebabkan pada awal
penanaman selada membutuhkan cukup banyak air untuk pertumbuhannya,
namun setelah 7 hari setelah tanam cukup disiram dengan 1 kali sehari.
Sehingga dalam 2 minggu setelah tanam, tanaman terjaga tidak layu dan
tidak kekurangan air. Kekurangan air pada tanaman akan menyebabkan
tanaman mengalami gangguan fotosintesis.
Tanaman selada mulai dipupuk pada umur 3 minggu setelah tanam,
kemudian diulang lagi dengan interval waktu 10 hari sekali sampai umur 60
hari. Pemupukan susulan pada tanaman selada bersifat sebagai penunjang,

70
karena sebagian besar kebutuhan pupuk telah dipenuhi sebelum tanam,
yakni pupuk dasar. Pupuk yang digunakan sebagai penunjang adalah pupuk
daun. Pupuk daun yang digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman
selada yaitu Gandasil D. Cara pemupukannya adalah dengan melarutkan 20
gram Gandasil D ke dalam 10 liter air, diaduk sampai larut, kemudian
disemprotkan merata pada tanaman. Penyemprotan dilakukan di permukaan
daun bagian bawah, ditempat mulut daun (stomata) berada. Jika
disemprotkan dipermukaan daun bagian atas, maka pupuk tersebut tidak
akan atau sulit diserap daun sehingga pemupukan lewat daun tersebut gagal.
Penyemprotan dapat dilakukan pagi hari sebelum jam 10.00 dan sore hari
sesudah jam 15.00, dan diperkirakan tidak akan turun hujan setelah
penyemprotan. Dengan demikian pemberian pupuk secara penyemprotan
akan efektif.
Gulma mulai tumbuh setelah tanaman selada berumur 3 minggu di
bedengan penanaman. Gulma yang tumbuh pada budidaya tanaman selada
jenis gulma berdaun lebar yaitu seperti krokot. Krokot merupakan gulma
yang sukulen, batang penuh berdaging lunak dan tumbuh tegak atau merata
yang tergantung cahaya. Gulma ini termasuk golongan semusim dan
berdaun lebar.
Penyiangan gulma bertujuan untuk mengurangi persaingan antara
tanaman selada dengan tumbuhan gulma dalam mendapatkan air dan unsur-
unsur hara, karena selada memiliki perakaran yang dangkal. Selain itu,
menekan serangan hama dan penyakit karena gulma dapat menjadi inang
bagi hama maupun vektor penyakit. Dengan penyiangan ini tanaman selada
memperoleh air dan unsur hara yang cukup untuk memenuhi
pertumbuhannya. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma.
Serangan hama dan penyakit senantiasa membawa kerugian, untuk
itu penanggulangan hama dan penyakit menjadi bagian yang penting dalam
budidaya. Pencegahan hama dan penyakit perlu dilakukam sedini mungkin.
Gejala daun bagian dalam yang terlindung oleh daun bagian luar rusak dan
keliatan bekas gigitan. Tidak heran bila dari luar tanaman masih kelihatan
baik tetapi setelah diperiksa ternyata bagian dalamnya sudah rusak.

71
Kerusakan ini terjadi sampai titik tumbuh. Penyebab kerusakan tersebut
adalah ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell).
Ulat titik tumbuh berwarna hijau. Di punggungnya terdapat garis
berwarna hijau muda dan bulu berwarna hitam. Bioekologi ulat titik tumbuh
yaitu telur, ulat, pupa, ngengat. Ulat dewasa menghasilkan telur yang
jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur berukuran 5mm dan biasanya
berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu daun. Telur berwarna
hijau cerah dan mudah berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan
pada bagian bawah daun. Telur ini akan menetas dalam jangka waktu 1-2
minggu dan setiap hari jumlah telurnya akan bertambah. Ulat berukuran
berkisar antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam serta warna hijau pada
tubuhnya tergantung corak daun yang dimakan. Biasanya ulat berada pada
bagian bawah daun karena mereka cenderung menghindari cahaya. Setelah
menetas ulat akan memakan daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan
kerusakan yang parah pada daun sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman.
Pupa mempunyai panjang berkisar antara 8,5 sampai 10,5mm dan berbentuk
bulat dengan berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya
diselubungi oleh tanah. Kemudian selanjutnya fase ngengat, ngengat jantan
umumnya berukuran lebih besar daripada betinanya. Ngengat jantan
berukuran 20-25mm dan ngengat betina 8-11mm. Ngengat betina dan jantan
mempunyai warna coklat pada bagian sayap. Ngengat jantan pada umumnya
mempunyai warna yang lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan
bersembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif pada malam hari.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu hama ulat
diambil kemudian dimusnahkan, Pengendalian Mekanis terutama terhadap
larva. Pengendalian ini efektif dilakukan pada malam hari. Jika ditemukan
sekumpulan telur yang berada di permukaan daun dan diselimuti seperti
benang kelamat, segera dimusnahkan.
Pengendalian secara biologis pada intinya menitik beratkan pada
pemanfaatan musuh alaminya. Terdapat beberapa musuh alami ulat titik
tumbuh baik dari jenis predator, parasitoid, maupun patogen. Beberapa jenis
predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat titik tumbuh

72
antara lain Lycosa pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes
(Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata
(Hemiptera). Sementara itu, jenis parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk
mengendalikan ulat titik tumbuh adalah Apanteles sp. (Hymenoptera), dan
Telenomus sp. (Hymenoptera). Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan
untuk mengendalikan ulat titik tumbuh adalah SlNPV dan Beauveria
bassiana..
Pada budidaya selada dengan luas lahan 1 ha, terdapat 22 bedengan
dengan panjang bedengan 10 meter. Sehingga dengan jumlah bedengan dan
jarak tanam tersebut terdapat 1760 tanaman selada. Hasil produksi budidaya
mencapai ±15ton. Tanaman selada keriting ini dipanen pada umur 60 hari
setelah tanam. Tanda bahwa selada siap panen adalah jika daun bagian
bawahnya sudah hampir menyentuh tanah. Selain itu bila dimakan rasanya
enak, segar dan renyah. Namun, sebenarnya panen dapat dilakukan sesuai
kebutuhan. Jika ukuran selada sudah memenuhi syarat untuk dipasarkan
dapat saja panen dilakukan lebih awal dari umur panen biasa atau sebelum
daun bagian bawah hampir menyentuh tanah (Haryanto,1995).
Selada dipanen dengan dua cara yaitu mencabut beserta akar
tanaman dan dipotong dengan pisau di atas permukaan tanah, dengan
meninggalkan akar didalam tanah. Setelah dipanen selada dibersihkan
kemudian dimasukkan ke dalam kranjang (suprayitna,1996).
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Budidaya selada keriting terdiri atas pembibitan, pemindahan tanaman,
pemeliharaan dan panen. Pembibitan terdiri atas dua tahap. Pertama,

73
biji dikecambahkan terlebih dahulu, dan yang kedua pemindahan bibit
kedalam polybag. Bibit yang berumur 4 minggu atau mempunyai ±4
helai daun, bibit siap ditanam.
2. Selada keriting dibudidayakan di bawah naungan yang terbuat dari
plastik transparan. Tujuan pemberian naungan adalah untuk
mengurangi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman
selada. Pemberian naungan dilakukan oleh petani di lokasi kerja
praktik untuk mengurangi rasa pahit yang muncul sebagai akibat
intensitas matahari yang berlebihan. Di samping itu naungan dapat
menahan tetesan air hujan pada musim penghujan.
3. Pemeliharaan yang dilakukan yaitu penyiraman dan pengendalian
OPT. Penyiraman dilakukan dua kali sehari selama 7 hari setelah
tanam yaitu pada pagi dan sore hari, hal ini disebabkan pada awal
penanaman selada membutuhkan cukup banyak air untuk
pertumbuhannya, namun setelah 7 hari setelah tanam cukup disiram
dengan 1 kali sehari. Sehingga setelah 2 minggu setelah tanam,
tanaman terjaga tidak layu.
4. Hama yang menyerang tanaman selada yaitu ulat titik tumbuh
(Crocidolomia binotalis zell). Pengendalian hama ulat titik tumbuh
dapat dilakukan dengan mekanis yaitu mengambil hama tersebut
kemudian memusnahkannya. Pengendalian secara biologis yaitu
memanfaatkan musuh alami hama ulat titik tumbuh. Musuh alami dari
jenis predator antara lain Lycosa pseudoannulata (Araceae), Paederus
fuscipes (Coleoptera), Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocanthera
furcellata (Hemiptera). Musuh alami jenis parasitoid antara lain
Apanteles sp. (Hymenoptera), dan Telenomus sp. (Hymenoptera).
Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
hama ulat titik tumbuh adalah Beauveria bassiana.
5. Selada keriting siap panen pada umur 60 hari setelah tanam. Ciri-ciri
bahwa selada siap panen, jika daun bagian bawahnya sudah hampir
menyentuh tanah, selain itu daun bagian bawah sudah tua atau
menguning. Lahan dengan luas 1 ha menghasilkan selada kriting ± 15

74
ton. Pemanenan dilakukan dengan dua cara yaitu dipotong pada bagian
batang dan dicabut beserta akar tanaman. Waktu panen dilakukan pada
sore hari untuk mengurangi resiko penurunan kualitas hasil panen
selada keriting.
6. Break Event Point harga sebesar Rp 2.110,-/kg memberikan implikasi
bahwa jika harga jual selada dapat mencapai Rp 8.000,-/kg, maka
petani akan mendapat keuntungan Rp 88.350.00,00/ha untuk usaha tani
selada ini.
7. Break Event Point produksi sebesar 3.955kg menunjukkan bahwa bila
ternyata produksi dapat mencapai 15.000kg/ha, maka usaha tani akan
memberikan keuntungan sebesar Rp 88.360.000,00/ha.
B. Saran
1. Apabila serangan hama ulat titik tumbuh sangat merugikan sehingga
menurunkan produksi hingga di bawah BEP Produksi (3.955kg) maka
pengendalian hama pengganggu tanaman perlu dilakukan secara
intensif dengan memanfaatkan musuh alami yaitu patogen, predator,
parasitoid.
2. Bila harga jatuh di bawah BEP Harga (Rp 2.110,-/kg), maka petani
dianjurkan untuk memilih usaha yang lain karena biaya produksinya
tidak dapat seluruhnya dibayar dengan hasil penjualan produksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Apanteles sp. https://www.google.co.id . Diakses 23 juli 2014

75
Anonim. (2013). Arti Penting Selada. Diambil kembali dari https://www.google.com
Anonim. (2012). Hama ulat krop kubis crocidolomia. http://ktipertanian.blogspot.com. Diakses 23 juli 2014
Anonim. (2013). Iklim menurut Schmidt Ferguson Oldeman dan Junghuhn. Dipetik Juli 5, 2014, dari www.siswapedia.com.
Anonim. (2013). Lycosa pseudoannnulat. https://www.google.co.id/ . Diakses 23 juli 2014
Anonim. (2013). Paederus fuscipes. https://www.google.co.id. Diakses 23 juli 2014
Anonim. (2013). Telenomus sp. https://www.google.co.id. Diakses 23 juli 1014
Anonim. (2013). Ulat Grayak Spodoptera. http://www.tanijogonegoro.com. Diakses 23 juli 2014
Setyamidjaja Djoehana. (1986). Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: CV. Simplex
Haryanto Eko. T. S. (1995). Sawi dan Selada. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahmat Rukmana, I. (1994). Bertanam selada dan andewi. Yogyakarta: Kanisius.
Samadi Budi. (2014). Rahasia Budidaya Selada. Jakarta: Pustaka Mina
Suprayitna Imam, S. (1996). Menanam dan mengolah Selada sejuta rasa. solo: C.V. Aneka.
Wicaksono. (2008). Morfologi Tanaman Sayuran. Yogyakarta : Gajah Mada University. Press.