lapkas interna
DESCRIPTION
tentang diabetes melitusTRANSCRIPT
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 1/26
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 2/26
DM kini benar-benar telah menjadi masalah kesehatan dunia. +nsiden dan
pre*alensi penyakit ini tidak pernah berhenti mengalir, terutama di negara sedang
berkembang dan negara yang terlanjur memasuki budaya industrialisasi.
Data dari H (World Health Organization) menyatakan bah"a pada
tahun #&% ada / juta orang menderita diabetes diseluruh dunia. Dan sekitar ,/
juta orang meninggal akibat kadar gula puasa yang tinggi pada tahun #&&/. !ada
tahun #&%#, sekitar %,$ juta kematian secara langsung disebabkan oleh diabetes.
2
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 3/26
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Menurut H, +stilah 0diabetes mellitus0 menggambarkan gangguan
metabolisme beberapa etiologi yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dengan
gangguan karbohidrat, lemak dan protein yang dihasilkan dari kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. 1fek dari diabetes mellitus meliputi
kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan berbagai organ.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.
2.2. Etiologi
1tiologi DM tipe-# berhubungan dengan obesitas, penurunan akti*itas
fisik dan diet yang tidak sehat (dan melibatkan resistensi insulin dalam hampir
semua kasus). lebih sering terjadi pada orang dengan hipertensi, dislipidemia
(profil kolesterol abnormal), dan obesitas sentral, dan merupakan komponen dari
0sindrom metabolik0.
!ada pasien-pasien dengan DM tipe-# terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. elainan ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor pada membran sel yang selnya responsif terhadap insulin atau
akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinstik. 2kibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistim transpor
glukosa.
2.3. Deterinan
'aktor resiko DM antara lain yaitu3
a. 4sia 5 /$ tahun
b. ebiasaan tidak aktif
3
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 4/26
c. Masuk dalam kelompok etnik resiko tinggi (2frican 2merican, 6atino,
Native American, Asian American, Pacific Islander )
d. 7urunan pertama dari orang tua dengan DM
e. 8i"ayat melahirkan bayi dengan lahir bayi 9 /&&& gram, atau ri"ayat
DM-gestasional
f. Hipertensi (5%/&:;& mmHg)
g. olesterol HD6 < $ mg:d6 dan atau trigliserida 5 #$& mg:d6
h. Sindrom !olycystic o*arian (yang mengakibatkan resistensi insulin)
i. 2danya ri"ayat toleransi glukosa yang terganggu (7=7) atau glukosa
darah puasa terganggu (=D!7) sebelumnya
j. Memiliki ri"ayat penyakit kardio*askular.
2.!. E"i#eiologi
7ingkat pre*alensi diabetes melitus adalah tinggi. Diduga terdapat sekitar
%> juta kasus diabetes di 2merika serikat dan setiap tahunnya didiagnosis >&&.&&&
kasus baru. $? penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit *askular.
Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangren adalah komplikasi yang paling
utama.
1pidemiologi DM di +ndonesia menurut penelitian 6itbang Depkes pada
tahun #&&@ menunjukkan bah"a pre*alensi nasional untuk 7=7 %&,#$? dan
diabetes $,? (%,$? terdiri dari pasien yang sudah terdiagnosa sebelumnya,
sedangkan sisanya /,#? baru ketahuan diabetes saat penelitian). 2ngka tersebut
diambil dari hasil penelitian diseluruh pro*insi.
2.$. Klasifikasi
Ta%el 2.1. lasifikasi diabetes melitus.
7ipe % Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
defisiensi insulin absolut
a. 2utoimun
b. +diopati
7ipe # er*ariasai mulai yang terutama dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang terutama defek sekresi
insulin disertai resistensi insulin
7ipe lain a. Defek genetik fungsi sel beta
4
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 5/26
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 6/26
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
4ntuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. !ada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Camun, jika sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
tipe ++.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes tipe ++, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton. leh karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe ++. Meskipun demikian, diabetes tipe ++
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. 2kibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif, maka perjalanan penyakit diabetes tipe ++ dapat
berjalan tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, pilidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-
sembuh, infeksi dan pandangan yang kabur.
2.(. Diagnosis
Diagnosa DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan
tidak dapat di tegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. 4ntuk diagnosis
DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
enAimatik dengan bahan darah plasma *ena. Dengan kondisi kondisi setempat
dapat juga digunakan bahan darah utuh (Whole blood ), *ena ataupun kapiler
dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai
pembakuan oleh H. 4ntuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa
glukosa darah kapiler.
!1818C+ membagi alur diagnosis DM menjadi dua bagian besar
berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. =ejala khas (klasik) terdiri dari
6
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 7/26
poliuria, polidipsia, polifagia dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas,
sedang gejala tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit
sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria), dan pruritus *ul*a ("anita).
2pabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu
kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak
ditemukan gejala khas DM, maka perlu dua kali pemeriksaan glukosa darah
abnormal.
Ta%el 2.2. riteria diagnosis DM
%. =ejala klasik DM glukosa darah se"aktu 5 #&& mg:d6 (%%.%
mmol:6).
=lukosa se"aktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa "aktu makan terakhir.
2tau
#. =ejala klasik DM
adar glukosa darah puasa 5 %#> mg:d6 (.& mmol:6)
!uasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya @
jam.
atau
. adar glukosa darah # jam pada 77= 5 #&& mg:d6 (%%.% mmol:6).
77= dilakukan dengan standard H, menggunakan beban glukosa
yang sertara dengan $ g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Eara perlaksanaan 77=B
a. (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-
hari (dengan karbohidrat yang cukup) dengan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti biasa.
b. erpuasa paling sedikit @ jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
c. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
7
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 8/26
d. Diberikan glukosa $ gram (orang de"asa) atau %,$ gram:kg (anak-
anak), dilarutkan dalam air #$& m6 dan diminum dalam "aktu $ menit
e. !erpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan #
jam setelah minum larutan glukosa selesaif. Diperiksa glukosa darah # (dua) jam sesudah beban glukosa
g. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istrahat dan tidak
merokok.
Hasil pemeriksaan glukosa darah # jam pasca pembebanan dibagi menjadi yaituB
a. F %/& mg:d6 G Cormal
b. %/& - F #&& mg:d6 G 7oleransi glukosa terganggu (7=7)
c. 5 #&& mg:d6 G Diabetes
Bagan 1. 6angkah-langkah diagnostik DM dan =angguan 7oleransi =lukosa.
8
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 9/26
2.). Penatalaksanaan
7ujuan umum pengelolaan DM ialah memulihkan kekacauan metabolik
sehingga segala proses metabolik kembali normal yang sekaligus berarti
mencegah, atau memperlambat munculnya komplikasi. etidakoptimalan diet dan
berat badan, ketidakteraturan berolahraga, serta kebiasaan merokok telah terbukti
sebagai pengganggu metabolisme itu (metabolic derangement ). =angguan ini
semakin parah manakala komplikasi mikro- dan makro*askular telah terjadi.
!engelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa "aktu (#-/ minggu). 2pabila kadar glukosa darah belum
9
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 10/26
mencapai sasaran, dilakukan inter*ensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (H) dan atau suntikan insulin.
2.).1. E#*kasi
4ntuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yang komprehensif dan upaya peningkatan moti*asi. !engetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. !emantauan kadar glukosa darah
dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan khusus.
2.).2 Tera"i +i,i -e#is
eberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi giAi medis yaitu3
menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik,
menurunkan kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan
sensiti*itas reseptor insulin dan memperbaiki sistim koagulasi darah.
Ke%*t*an /at +i,i
Protein 0 %&? sampai #&? energi dari protein total.
Total Leak 0 F ? energi dari lemak jenuh dan tidak lebih %&? energi dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Kar%oi#rat Dan Peanis 0 /$->$? energi.
Serat 0 #&-& g serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan.
Natri* 0 !enduduk biasa yaitu tidak lebih dari &&& mg, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan #/&& mg natrium perhari.
-ikron*trien 0 itain #an -ineral B 2pabila asupan giAi cukup, biasanya
tidak perlu menambah suplementasi *itamin dan mineral.
2.).3 Latian Jasani
egiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (-/ kali
seminggu selama kurang lebih & menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe #.
Ta%el 2.!. 2kti*itas fisik sehari-hari
K*rangi Aktiitas
Hindari akti*itas bersender
Misalnya, menonton tele*isi,
menggunakan internet, main game
komputer.
Persering aktiitas
Mengikuti olahraga rekreasi dan
berakti*itas fisik tinggi pada "aktu
liburan.
Misalnya, jalan cepat, golf, olah otot,
bersepeda, sepak bola.
10
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 11/26
Aktiitas Harian
ebiasaan bergaya hidup sehat
Misalnya, berjalan kaki ke pasar
(tidak menggunakan mobil),
menggunakan tangga (tidak
menggunakan lift), menemui rekan
kerja (tidak hanya melalui telepon
internet), jalan dari tempat parkir.
2.).! Tera"i arakologis
7erapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat). 7erapi farmakologis terdiri dari obat oral dan
bentuk suntikan.
a. 4%at i"oglikeik oral
erdasarkan cara kerjanya, H dibagi menjadi $ golonganB
a.1. Pei5* Sekresi Ins*lin 6 Insulin Secretagoguei 7
a.1.1 S*lfonil*rea
bat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulinoleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang. Camun masih boleh diberikan kepada pasien dengan
berat badan lebih. 4ntuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada
berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi
serta penyakit kardio*askular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja
panjang.
a.1.2 +lini#
=linid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. =olongan ini
terdiri dari # macam obat yaitu 8epaglinid (deri*at asam benAoat) dan Categlinid
(deri*at fenilalanin). bat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. bat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial .
11
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 12/26
a.2. Peningkatan Sensitiitas Tera#a" Ins*lin
a.2.a Tia,oli#in#ion
7iaAolidindion (pioglitaAon) berikatan pada Peroxisome Proliferator
Activated Receptor Gamma (!!28-g), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
=olongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan
ambilan glukosa di perifer. 7iaAolidindion dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kelas +-+ karena dapat memperberat edema:retensi cairan
dan juga pada gangguan faal hati. !ada pasien yang menggunakan tiaAolidindion
perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
Igolongan rosiglitaAon sudah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya.
a.3. Penga%at +l*koneogenesis
a.3.a -etforin
bat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer.
7erutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Metformin
dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin
9%,$ mg:d6) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia
(misalnya penyakit serebro-*askular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin
dapat memberikan efek samping mual. 4ntuk mengurangi keluhan tersebut dapat
diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu harus diperhatikan bah"a
pemberian metformin secara titrasi pada a"al penggunaan akan memudahkan
dokter untuk memantau efek samping obat tersebut.
a.!. Penga%at +l*kosi#ase Alfa 6A5ar%ose7
bat ini bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus,
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
2carbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. 1fek samping yang
paling sering ditemukan ialah kembung dan flatulens.
12
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 13/26
a.$. Dipeptidyl peptidase-4 6DPP8!7 Ini%itor
Glcagon!li"e peptide!# (=6!-%) merupakan suatu hormon peptida yang
dihasilkan oleh sel 6 di mukosa usus. !eptida ini disekresi oleh sel mukosa usus
bila ada makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. =6!-% merupakan
perangsang kuat penglepasan insulin dan sekaligus sebagai penghambat sekresi
glukagon.
%. S*ntikan
%.1. Ins*lin
+nsulin diperlukan pada keadaanB
i. !enurunan berat badan yang cepat
ii. Hiperglikemia berat yang disertai ketosisiii. etoasidosis diabetik
i*. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
*. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
*i. =agal dengan kombinasi H dosis optimal
*ii. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, +M2, stroke)
*iii. ehamilan dengan DM:diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
iJ. =angguan fungsi ginjal atau hati yang berat
J. ontraindikasi dan atau alergi terhadap H.
erdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakniB
i. +nsulin kerja cepat (rapid acting inslin)
ii. +nsulin kerja pendek ( short acting inslin)
iii. +nsulin kerja menengah (intermediate acting inslin$
iv% +nsulin kerja panjang (long acting inslin)
*. +nsulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah ( premixed inslin).
1fek samping terapi insulinB
i. 1fek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.ii. !enatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat dalam bab komplikasi akut
DM.
iii. 1fek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
Eara !enyuntikan +nsulinB
i. +nsulin umumnya diberikan dengan suntikan di ba"ah kulit (subkutan),
dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit.
13
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 14/26
ii. !ada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intra*ena secara bolus
atau drip.
iii. 7erdapat sediaan insulin campuran (mixed inslin) antara insulin kerja
pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu.
2pabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan
perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara
kedua jenis insulin tersebut. 7eknik pencampuran dapat dilihat dalam buku
panduan tentang insulin.
i*. 6okasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus
dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
*. 2pabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit
insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh penyandang
diabetes yang sama.
*i. Harus diperhatikan kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah
unit:m6) dengan semprit yang dipakai (jumlah unit:m6 dari semprit).
Dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat ini yang tersedia hanya
4%&& (artinya %&& unit:m6).
%.2. Agonis +LP81
!engobatan dengan dasar peningkatan =6!-% (Glcagon!li"e Peptide!#)
merupakan pendekatan baru untuk pengobatan DM. 2gonis =6!-% dapat bekerja
sebagai perangsang penglepasan insulin yang tidak menimbulkan hipoglikemia
ataupun peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada pengobatan dengan
insulin ataupun sulfonilurea. 2gonis =6!-% bahkan mungkin menurunkan berat
badan. 1fek agonis =6!-% yang lain adalah menghambat penglepasan glukagon
yang diketahui berperan pada proses glukoneogenesis. !ada percobaan binatang,
obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. 1fek samping yang
timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah.
a. Tera"i Ko%inasi
!emberian H maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa
darah. ersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan
14
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 15/26
dapat dilakukan pemberian H tunggal atau kombinasi H sejak dini. 7erapi
dengan H kombinasi (secara terpisah ataupun fixed!combination dalam bentuk
tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. ila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga H dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
H dengan insulin. !ada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana
insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga H
dapat menjadi pilihan.
4ntuk kombinasi H dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi H dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis a"al insulin kerja menengah adalah
>-%& unit yang diberikan sekitar jam ##.&&, kemudian dilakukan e*aluasi dosis
tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. ila dengan
cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali,
maka H dihentikan dan diberikan terapi kombinasi insulin.
2.).$ Kriteria Pengen#alian D-
4ntuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan
pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Diabetes terkendali
baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar
lipid dan 2%E juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status giAi
dan tekanan darah.4ntuk pasien berumur lebih dari >& tahun dengan komplikasi, sasaran
kendali kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa %&&-%#$ mg:d6,
dan sesudah makan %/$-%@& mg:d6). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah,
dan lain-lain, mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang. Hal ini
dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjut dan juga untuk
mencegah kemungkinan timbulnya efek samping hipoglikemia dan interaksi obat.
15
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 16/26
Ta%el 2.'. riteria !engendalian DM.
!arameter aik Sedang uruk
=lukosa darah puasa (mg:d6) @&-%&; %%&-%#$ 9%#>
=lukosa darah # jam (mg:d6) %%&-%// %/$-%; 9%@&
2%E (?) F>,$ >,$-@ 9@
olesterol total (mg:d6) F#&& #&&-#; 9#/&
olesterol 6D6 (mg:d6) F%&& %&&-%#; F%&
olesterol HD6 (mg:d6) 9/$
7rigliserida (mg:d6) F%$& %$&-%;; 9#&&
+M7 (kg:m#) %@,$-##,; #-#$ 9#$
7ekanan darah (mmHg) F%&:@& %&-%/&:@&-;& 9%/&:;&
2.).& Pen5egaan
2.).1. Pen5egaan Prier
Semua akti*itas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia
pada indi*idu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.
2.).2 Pen5egaan Sek*n#er
!encegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak a"al pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan
memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat. 4ntuk pencegahan
sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. !enyuluhan dilakukan sejak
pertemuan pertama dan perlu selalu diulang pada setiap kesempatan pertemuan
berikutnya.
2.).3 Pen5egaan Tersier
a. !encegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang
telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan
lebih lanjut.
16
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 17/26
b. 4paya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum
kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (@&-#$ mg:hari)
dapat diberikan secara rutin bagi penyandang diabetes yang sudah
mempunyai penyulit makroangiopati.
c. !ada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien
dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
!encegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan holistik dan
terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.
olaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata, bedah ortopedi, bedah *askular, radiologi, rehabilitasi medis, giAi, podiatris, dll.)
sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
2.19. Ko"likasi
2.19.1. Ko"likasi Ak*t
a. etoasidosis diabetik (2D)
Merupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi (&&->&& mg:d6), disertai dengan adanya
tanda dan gejala asidosis dan plasma keton () kuat. smolaritas plasma
meningkat (&&-#& ms:m6) dan terjadi peningkatan anion gap
b. Hiperosmolar non ketotik (HC)
!ada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (>&&-
%#&& mg:d6), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat
meningkat (&-@& ms:m6), plasma keton (:-), anion gap normal atau
sedikit meningkat.
EatatanB kedua keadaan (2D dan HC) tersebut mempunyai angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Memerlukan pera"atan di rumah
sakit guna mendapatkan penatalaksanaan yang memadai.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia dan cara mengatasinya
i. Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah F
>& mg:d6
ii. ila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
17
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 18/26
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan
sulfonilurea dan insulin. Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat
berlangsung lama, sehingga harus dia"asi sampai seluruh obat
diekskresi dan "aktu kerja obat telah habis. 7erkadang diperlukan
"aktu yang cukup lama untuk penga"asannya (#/-# jam atau
lebih, terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang
mendapatkan terapi dengan H kerja panjang). Hipoglikemia
pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari,
mengingat dampaknya yang fatal atau terjadinya kemunduran
mental bermakna pada pasien. !erbaikan kesadaran pada DM usia
lanjut sering lebih lambat dan memerlukan penga"asan yang lebih
lama.
iii. =ejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar-debar,
banyak keringat, gemetar, dan rasa lapar) dan gejala neuro-
glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma).
i*. Hipoglikemia harus segera mendapatkan pengelolaan yang
memadai. agi pasien dengan kesadaran yang masih baik,
diberikan makanan yang mengandung karbohidrat atau minuman
yang mengandung gula berkalori atau glukosa %$-#& gram melalui
intra *ena. !erlu dilakukan pemeriksaan ulang glukosa darah %$
menit setelah pemberian glukosa. =lukagon diberikan pada pasien
dengan hipoglikemia berat.
*. 4ntuk penyandang diabetes yang tidak sadar, sementara dapat
diberikan glukosa /&? intra*ena terlebih dahulu sebagai tindakan
darurat, sebelum dapat dipastikan penyebab menurunnya
kesadaran.
2.19.2 Ko"likasi -ena*n
a. !enyakit Makro*askuler
18
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 19/26
Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebro*askuler, penyakit pembuluh darah kapiler). e"aspadaan untuk
kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner harus
ditingkatkan terutama untuk yang mereka yang mempunyai resiko tinggi
terjadinya kelainan aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai ri"ayat
keluarga penyakit pembuluh darah koroner ataupun ri"ayat keluarga DM
yang kuat.
b. !enyakit Mikro*askuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati
elainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya
mikroalbuminuria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara
klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan
berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan pengelolaan
dengan pengobatan substitusi. erbagai kelainan akibat DM dapat terjadi
pada retina, mulai dari retinopati diabetik nonproliferatif sampai
perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat
menyebabkan kebutaan. Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui
pemeriksaan retina secara rutin.
c. Ceuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardio*askuler.
d. 4lkus:gangren
!enebalan dinding arteri dikaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah yang mengakibatkan kram, rasa tidak nyaman
atau lemas saat berjalan. Suplai darah pada kaki yang secara terus-menerus
terganggu dalam "aktu lama dapat terjadi kematian pada jaringan. akiyang terinfeksi menyebabkan terjadinya =angren.
19
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 20/26
STATUS PASIEN
+. +D1C7+72S !2S+1C
Cama B Sri Kumaidah
4sia B $@ 7ahun
Kenis elamin B !erempuan
Status B a"in
7gl:Kam Masuk B $ Mei #&%$
++. 2C2MC1S2
a. eluhan 4tama B Sesak Cafas
b. 7elaah B !asien datang ke 8umah Sakit dengan keluhan
sesak nafas. Hal ini dialami s sejak # minggu ini. Sesak nafas dialami s pada malam hari dan pada saat beraktifitas. 7erdapat luka gangreng di kaki
sebelah kiri dan bengkak sejak hari ini. edua tangan dan kaki terasa
kebas sejak # bulan. Cafsu makan s (C)
c. 8!7 B Diabetes Melitus steoartritis, Hipertensi ()
d. 8! B 7idak Kelas
e. 8i"ayat 2lergi B 7idak Kelas
f. 8i"ayat Habituasi B 7idak Kelas
20
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 21/26
+++. S7274S !81S1C7
a. ital Sign
- Sens B Eompos Mentis
- 7D B #&&:%#& mmHg
- H8 B @&J:i
-88 B #J:i
- 7 B >,@ oE
b. 2nemia B (-)
c. Dyspnea B ()
d. 1dema B ()
e. Sianosis B (-)
f. +kterik B (-)
+. !1!18+S22C '+S+
a. epala
Mata B !upil +sokor (), anemia (-), +kterik (-)
Hidung B De*iasi (-), pernafasan cuping hidung (-), sekret (-)
Mulut B Sianosis (-)
6idah B atrofi 6idah (-)
6eher B 7K 8-# cmH#, !embesaran = (-)
b. 7oraks (!aru)
Depan
+ B Simetris
! B Stem 'remitus aGi! B Sonor pada kedua lapangan paru
2 B S! G esikuler, S7G (-)
elakang
+ B Simetris
! B Stem 'remitus aGi
! B Sonor pada kedua lapangan paru
2 B S! G esikuler, S7G (-)
c. 7oraks (Kantung)
+ B +ctus Eordis tidak terlihat
! B +ctus Eordis tidak teraba
21
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 22/26
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 23/26
Hasil Peeriksaan Pen*n:ang
Darah 6engkap
Dara Lengka" Hasil Nilai Noral
E >, /.&-%&,& J %&
:u66ymph L #, &.@-/.& J %&:u6
Mid L &,; &,%-&,; J %&:u6
=rand L ,$ #.&-.& J %&:u6
6ymph ? /,% #&.&-/&.& ?
Mid ? %,% .&-;.& ?
=rand ? $#,@ $&.&-&.&?
H= @,# %#.&-%>.& g:d6
8E ,@ /.&&-$.$& J %&>:u6
HE7 #/,; /&.&-$&.& ?
ME >>,% @#.&-;$.& f6
MEH #%,> #.&-%.& pg
MEHE #,; #.&->.& g:d6
8D-E %>, %%.$-%/.$ ?
8D-SD ;,> $.&-$>.& f6
!67 #%% %$&-/$& J %&:d6
M! , .&-%%.& f6
!E7 &,%$/ &.%&@-&.#@# ?
;T
4reum %,# %$.&-@.$ mg:dl
reatinin &,@@ &.>&-%.& mg:dl4rid 2cid $,# #.>-.# mg:dl
LT
S=7 %;,# %$.&-.& 4:+
S=!7 &, &.&->$.& 4:+
Al%*in #, .#-$.# gr:dl
+lo%*lin #,> #.@-.> gr:dl
Alk. Pos"atase %>@ $&-%> 4:+
K+D A# ;an#o
23
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 24/26
> Mei #&%$ #$# mg:d6 F%/& mg:dl
Mei #&%$ %@ mg:d6 F%/& mg:dl
@ Mei #&%$ ##; mg:d6 F%/& mg:dl
oto Toraks < =ar#ioegali
;I>A?AT 4LL4> UP
PASIEN
&$-&$-#&%$ 4B badan lemas, mencret
() J
7DB %&:@& mmHg
H8B @/J:i
88B #/J:i
7B >,$ oE
7h:
+'D 86 #& gtt:i
+nj. 'urosemid % amp :@ jam
+nj EefotaJime % gr : %# jam
=limepirid # mg %J%
!ioglitaAone # mg %J%
S8 %J%
2mlodipin %& mg %J%
Eoncor #,$ mg %J%
MeloJicam %/ mg %J%
=lucosumin %J%
&>-&$-#&%$ 4 B adan 6emas7DB %&:@& mmHg
H8B @&J:i
88B #/J:i
7B >.>oE
7h:7hree"ay
+nj. 'urosemid % amp:%# jam
+nj. EefotaJime % gr:%# jam
=limepirid # mg %J%
!ioglitaAone # mg %J%
S8 %J%
2mlodipin %& mg %J%
Micardis @& mg %J%
Eorncor #,$ mg %J%
MeloJiam %$ mg %J%
=lucosamin %J%
&-&$-#&%$ 4 B adan lemas, kedua
kaki kebas, sesak ()
7DB %%&:&mmHg
H8B @/J:i
88B #/J:i
7 B >oE
7h:
7hree"ay
+nj. 'urosemid % amp :@ jam
+nj. EefotaJime % gr : %# jam
=limepirid #mg %J%
!ioglitaAone # mg %J%
24
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 25/26
S8 %J%
2mlodipin %& mg %J%
Micardis @& mg %J%
Eoncor #,$ mg %J%
MeloJicam %$ mg %J%
=lucosamid %J%
DATA; PUSTAKA
%. !urnamasari D. Diagnosis dan lasifikasi Diabetes Melitus. DalamB
Sudoyo 2, Setiyohadi , 2l"i +, Simadibrata M, Setiati S. &" A'ar
Ilm Pen(a"it )alam, 1disi Kilid +++. Kakarta. +nternal !ublishing3 #&&;B
%@@&-
#. 2risman. &" A'ar Ilm Gizi Obesitas, )iabetes *ellits, )islipidemia.
KakartaB !enerbit uku edokteran 1=E3 #&%/B />
. Marpaung E. Hubungan Memiliki 8i"ayat eluarga Menderita Diabetes
Mellitus 7ipe # dengan esadaran tentang Diabetes Mellitus 7ipe # pada
Masyarakat di elurahan 7embung 7ahun #&%. #&%/. 2*ailable fromB
httpB::repository.usu.ac.id:bitstream:%#/$>@;:/%%;&:$:Ehapter ?#&+.pdf
2ccessed > Co*ember #&%/N
/. !181C+. #&%%. onsensus !engendalian dan !encegahan Diabetes
Melitus 7ipe # Di +ndonesia. Kakarta. !181C+.
$. orld Health rganiAation. Abot )iabetes +(pes of )iabetes% 2*ailable
fromB httpB::"ho.int:diabetes:actionOonline:basics:en:indeJ%.html
accessed / ctober #&%/N
>. !rice S, ilson 6. !atofisiologi onsep linis !roses-!roses !enyakit.
1disi +. olume ++. Kakarta. !enerbit uku edokteran 1=E3 #&%#B %#>. Suyono S. ecenderungan !eningkatan Kumlah !enyandang Diabetes.
DalamB Soegondo S, Soe"ondo !, Subekti +. !entalaksanaan Diabetes
Melitus 7erpadu. Kakarta. alai !enerbitan '-4+3 #&%B @
@. Soegondo S. Diagnosis dan lasifikasi Diabetes Melitus 7erkini. DalamB
Soegondo S, Soe"ondo !, Subekti +. !entalaksanaan Diabetes Melitus
7erpadu. Kakarta. alai !enerbitan '-4+3 #&%B #/-
25
7/21/2019 Lapkas Interna
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-interna-56da1b9f39145 26/26
;. Suyono S. !atofisiologi Diabetes Melitus. DalamB Soegondo S, Soe"ondo
!, Subekti +. !entalaksanaan Diabetes Melitus 7erpadu. Kakarta. alai
!enerbitan '-4+3 #&%B %/
%&. Punir 1, Soebardi S. 7erapi Con 'armakologis !ada Diabetes Melitus.
DalamB Sudoyo 2, Setiyohadi , 2l"i +, Simadibrata M, Setiati S, &"
A'ar Ilm Pen(a"it )alam, 1disi Kilid +++. Kakarta. +nternal !ublishing3
#&&;B %@;%
11.Sukardji . !enatalaksanaan =iAi !ada Diabetes. DalamB Soegondo S,
Soe"ondo !, Subekti +. !entalaksanaan Diabetes Melitus 7erpadu. Kakarta.
alai !enerbitan '-4+3 #&%B $&-