tugas baru (1)

7

Click here to load reader

Upload: arganata-adji-kusuma

Post on 25-Oct-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS BARU (1)
Page 2: TUGAS BARU (1)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah populasi penduduk terbesar di dunia. Besarnya populasi ini berdampak terhadap

besarnya kebutuhan masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan. Salah satunya adalah sektor pendapatan dalam rumah tangga. Tingginya

kebutuhan masyarakat terhadap sektor ini mengakibatkan banyaknya persoalan di berbagai sektor kehidupan. Pemerintahan dinilai memiliki

peran yang sangat penting dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi.

Suatu negara dikatakan sukses jika pemimpinnya bisa memimpin dengan bijaksana, memiliki lembaga kepemerintahan yang berdaulat

dan masyarakat aktif dalam berpartisipasi serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya. Namun dalam kenyataannya para pejabat

negara justru melalaikan tugasnya terhadap masyarakat.Seperti kasus korupsi Hambalang yang melibatkan orang- orang penting di negara ini,

sekaligus kader partai berkuasa di negara ini. Adanya kasus ini menjadikan indikasi kejujuran dalam badan kepemerintahan di pertanyakan.

Korupsi berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup bangsa karena tidak berujung hingga sekarang dan secara otomatis merugikan

Negara. Dalam kasus Hambalang apa yang menjadi penyebabnyapun tidak jelas. Bagaimana pihak pemerintah dengan sangat gampang

mengucurkan dana triliunan rupiah menjadi pertanyaan besar bagi negara. Yang lebih mengejutkan adalah keterlibatan oknum-oknum

pemerintahan yang terdapat dalam kader partai berkuasa di negara ini. Persekongkolan para pelaku sangatlah tersembunyi, rapi dan terorganisir .

Hambalang dinilai sangat mudah di bongkar, tetapi sangat sulit terselesaikan. Keorganisasiannya sangat kental dan sulit untuk di pecahkan.

Berikut akan di bahas tentang Kasus Hambalang.

I.2 Tujuan dan Masalah

I.2.1 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai wujud apresiasi kita sebagai mahasiswa untuk membahas carut marut masalah yang

tidak ada hentinya di Negara kita tercinta ini, masalah ini tidak lain adalah dugaan adanya praktek Korupsi di lingkungan Kementrian Pemuda

dan Olahraga, atau yang sering kita kenal dengan Kasus Hambalang. Masalah ini bermula atas penangkapan M. Nazaruddin atas dugaan tindakan

korupsi, dia beranggapan bahwa telah terjadi praktek korupsi di Lingkungan KEMENPORA.

Juga agar Mahasiswa mengerti apa itu Korupsi dan dampak-dakpak yang ditimbulkan darinya serta dapat mengetahui mengapa harus

diperlukan banyak waktu dalam penyelesaian Kasus Hambalang ini.

I.2.2 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini yang menyangkut masalah dugaan adanya praktek korupsi di lingkungan Kementrian Pemuda

dan Olahraga yaitu dapat menjadikan mahasiswa dapat berpikir kritis mengenai masalah-masalah yang terjadi di Indonesia yang menyangkut

tindakan Korupsi sehingga mahasiswa mempunyai wawasan yang luas dan dapat menyampaikan aspirasinya mengenai masalah tersebut. Selain

itu mahasiswa juga dapat berpikir kritis mengenai masalah yang menyangkut Moral ini, karena tindakan Korupsi adalah tindakan yang sangat

dilarang baik di Undang Undang ataupun di dalam ajaran Agama.

II. PERMASALAHAN

Terdapat beberapa pertanyaan menyangkut masalah Hambalang ini yang dapat dijelaskan dalam bab pembahasan, antara lain :

1. Siapakah yang terlibat dalam kasus Hambalang?

2. Mengapa kasus Hambalang belum dapat terselesaikan?

3. Bagaimanakah Penyelesaian dari Kasus Hambalang?

III. PEMBAHASAN

III.1 Hambalang dan Pelaku yang terlibat didalamnya

Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak

pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum, komisaris PT Dutasari Citralaras;

Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya. Mirwan Amir

Rp1,5 miliar, Jafar Hafsah Rp1 miliar serta pimpinan Banggar, Melchias Markus Mekeng Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly

Dondokambey Rp1 miliar. Angie sendiri memperoleh Rp1 miliar.

Masalah ini bermula atas penangkapan M. Nazaruddin Terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEAGames 2011, dirinya menuding

petinggi Partai Demokrat menerima uang hasil korupsi.Menurut Nazarudddin, Anas Urbaningrum terlibat, antara lain di pengadaan sertifikat

Page 3: TUGAS BARU (1)

tanah Hambalang. Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum kembali mendapat tudingan sebagai aktor dibalik kasus dugaan korupsi

proyek Hambalang. Kali ini tudingan tersebut dilontarkan Rizal Mallarangeng. Adik kandung mantan Menpora Andi Alfian Mallarangeng ini

menuding Ketua Umum (Ketum) DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum berada di balik kasus dugaan korupsi pembangunan Pusat Pendidikan

Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON). Hal itu, menurutnya sesuai dengan audit investigatif tahap pertama Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK).

Dia menganjurkan supaya KPK memulai penyidikan Hambalang dari markup (penggelembungan harga) yang dilakukan oleh PT Adhi

Karya dan PT Dutasari Citralaras selaku subkontraktor pelaksana dari proyek Hambalang.

Nazaruddin mengatakan bahwa Anas yang menentukan PT Adhi Karya sebagai pelaksana proyek Hambalang karena mampu

membayar Rp 100 miliar. Dan uang itu, sebesar Rp 50 miliar digunakan Anas untuk pemenangan dalam kongres Demokrat di Bandung pada Mei

2010. Sedangkan, Muchayat, menurut Nazaruddin berperan mengamankan PT Adhi Karya sebagai pemenang lelang Hambalang.

Rizal mengatakan Muchayat, mantan Deputi BUMN Bidang Usaha Jasa Lainnya juga diduga terlibat dalam konglalikong proyek

pembangunan pusat olahraga di Hambalang, Jawa Barat.

Menurut Rizal, Wakil Presiden Komisaris Utama Bank Mandiri tersebut diduga ikut andil dalam mengatur perusahaan BUMN yang

memenangkan proyek Hambalang. Dugaan keterlibatan Muchayat, jelas Rizal, karena merupakan ayah kandung dari Munadi Herlambang yang

merupakan pimpinan PT Dutasari Citralaras yang merupakan perusahaan subkontrak dengan nilai terbesar, yaitu lebih dari Rp 300 miliar. Di

mana, lebih besar dibandingkan kontraktor utama.

Nazaruddin juga menyebut Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng menerima uang Rp 10 miliar dari proyek

Hambalang.Selaku rekanan, Teuku juga ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang bersama

mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng serta Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Deddy Kusdinar.

Dalam audit investigasi Hambalang tahap II disebutkan adanya pertemuan di Hotel Grand Hyatt Jakarta yang dihadiri Choel, Teuku

Bagus, Wafid Muharam selaki Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga waktu itu, dan Deddy Kusdinar. Pertemuan di rumah Andi ini terjadi

sekitar tahun 2009 atau sebelum Andi menjabat Menpora. Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan sarana dan prasarana olahraga Hambalang,

KPK menetapkan Andi dan dua orang lainnya sebagai tersangka.KPK juga menetapkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas

Urbaningrum sebagai tersangka. Namun, Anas dijerat dengan dugaan perbuatan korupsi yang berbeda, yakni menerima pemberian hadiah atau

gratifikasi terkait proyek Hambalang.

III.2 Alasan dibalik lamanya Klarifikasi Kasus Hambalang

Kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, dinilai menjadi medan pertempuran

politik setelah kasus bailout Bank Century. Berbeda dengan bailout Century yang menggunakan modus canggih, modus dalam kasus Hambalang

dinilai sangat kotor dan mudah diungkap.

Karena jauh lebih mudah diungkap, itu justru mempersulit posisi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) dan KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi). Kasus ini memaksa politisi menekan langsung untuk menghapus jejak. Fahri Hamzah, anggota Badan Akuntabilitas

Keuangan Negara DPR, menilai pernyataan yang sempat dilontarkan anggota BPK, Taufiequrachman Ruki, telah menjelaskan adanya tarik-

menarik politis dalam kasus Hambalang. Fahri melihat tak hanya pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga yang terlibat. Pihak Kementerian

Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan, Badan Anggaran DPR, Pemda Bogor, dan pihak lain ikut terlibat.

Dalam kasus Hambalang, bukan hanya penyuapan, tetapi juga ada pelanggaran hukum sejak perencanaan dan pendaftaran proyek di

dalam APBN. Ketua Koalisi Untuk Akuntabilitas Keuangan Negara (KUAK) Roy Salam menyayangkan tindakan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) yang justru menyerahkan hasil laporan pemeriksaan (HLP) proyek Hambalang kepada ketua DPR, barulah kemudian diserahkan kepada

KPK sebagai lembaga penegak hukum.

  Setelah menerima hasil audit investigatif dan jumlah kerugian negara oleh BPK terkait kasus Hambalang, KPK terlihat lambat

memeriksa para tersangka, apalagi menahan.

Menurut pakar hukum Universitas Parahyangan Agustinus Pohan, ada dua sudut analisa melihat penanganan kasus itu. Pertama,

sebagai dinamika pengembangan penyidikan untuk mengungkap lebih luas keterlibatan pihak lain. Seperti pengeledahan yang dilakukan di

rumah Ketua Komisi XI Olly Dondokambey dan mengumpulkan bukti-bukti lainnya.

Page 4: TUGAS BARU (1)

Yang kedua, karena KPK kekurangan bukti terkait keterlibatan para tersangka sehingga terus melakukan pemeriksaan dan

pengeledahan dan belum menahan para tersangka.

KPK dalam menangani Hambalang harus diakui terlalu lama, khususnya terhadap tersangka mantan Menteri Pemuda dan Olahraga

Andi Mallarangeng dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Akibatnya, muncul pandangan bahwa KPK terlihat

memaksakan penetapan tersangka karena faktor lain, seperti politik.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menyebut lamanya penanganan kasus Hambalang disebabkan kendala teknis.

Kendala teknis itu berhubungan dengan penghitungan kerugian negara berlangsung lama karena tidak tidak dilakukan oleh KPK secara sepihak

melainkan harus melibatkan Badan Pengawas Keuangan. Untuk mempercepat penanganan kasus tersebut KPK akan tetap terus menerus

melakukan tindakan konkret sesuai standar KPK dengan mengupayakan penahanan serta pemanggilan beberapa saksi dan tersangka.

Abraham menyebut dalam waktu dekat, kata dia, KPK akan memeriksa mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian

Mallarangeng dan Anas Urbaningrum. 

Sementara itu, pengamat politik dan keamanan, Datuak Alat Tjumano menilai, berlarut-larutnya penanganan kasus Hambalang secara

tidak langsung menimbulkan dua masalah yang pantulannya dapat mengakibatkan kerugian pada pemerintah.

Pertama, bisa muncul tuduhan terselubung seolah-olah pemerintah berkepentingan dengan berlarut-larutnya penanganan kasus

Hambalang. Tuduhan itu antara lain seolah-olah pemerintah tidak membantu memecahkan kesulitan KPK,  misalnya dalam hal kurangnya

penyidik, terbatasnya ruangan di gedung KPK dan lainnya.

Kedua, berlarut-larutnya kasus Hambalang menyebabkan proyek pengerjaan fisik stadion tersebut sebagai fasilitas yang dirancang

untuk memajukan olahraga, menjadi terhambat. Yang lebih dramatis dari kedua kerugian tersebut adalah hasil kerja pemerintah selama hampir 10

tahun, yang menjadi sia-sia.

Senada dengan itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Pramono Anung juga mendesak KPK untjuk segera

menyelesaikan kasus Hambalang. 

Dari kasus ini kemudian muncul kerugian yang dialami oleh negara, Pada tahun 2009 diajukan anggaran pembangunan dan mendapat

alokasi sebesar Rp 125 miliar, tapi tidak dapat dicairkan (dibintangi) karena surat tanah Hambalang belum selesai.

Pada 20 Januari 2010, sertifikat hak pakai nomor 60 terbit atas nama Kemenpora dengan luas tanah 312.448 meter persegi. Pada 30

Desember 2010, terbit Keputusan Bupati Bogor nomor 641/003.21/00910/BPT 2010 yang berisi Izin Mendirikan Bangunan untuk Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Prestasi Olahraga Nasional atas nama Kemenpora di desa Hambalang, Kecamatan Citeureup- Bogor. Lalu pada

2010 juga ada perubahan lagi yakni penambahan fasilitas sarana dan prasarana antara lain bangunan sport sains, asrama atlet senior, lapangan

menembak, ekstrem sport, panggung terbuka dan volley pasir dengan dibutuhkan anggaran Rp 1,75 triliun.

Sejak 2009-2010 sudah dikeluarkan anggaran total Rp 675 miliar. Lalu 6 Desember 2010 keluar surat kontrak tahun jamak dari

Kemenkeu untuk pembangunan proyek sebesar Rp 1,75 triliun dan pengajuan pembelian alat- alat membengkak menjadi Rp 2,5 Triliun.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada 2010, proyek Hambalang ini mendapat alokasi dana Rp 125 miliar. Namun,

pada Desember 2010, konsep proyek berubah sehingga anggaran meningkat jadi Rp 1,175 triliun.

Menurut Hadi, berdasarkan hasil pemeriksaan, BPK menyimpulkan ada indikasi kerugian negara sebesar Rp 463,67 miliar yang

merupakan akibat dari adanya indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang, yang mengandung unsur pidana yang dilakukan pihak-

pihak terkait dan pembangunan proyek Hambalang.

Apalagi, ungkap Rizal, dalam hasil audit tahap pertama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terungkap bahwa kerugian negara dari

proyek Hambalang sebesar Rp 234,6 miliar. Di mana, terdiri dari Rp 116,930 miliar yang merupakan selisih pembayaran uang muka yang telah

dilaksanakan (Rp 189,450 miliar) dikurangi dengan pengembalian uang muka pada saat pembayaran termin pada 2010 dan 2011 (Rp 72,520

miliar).Sedangkan, Rp 126,734 miliar yang merupakan pemahalan harga pada pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari pemahalan mekanikal

elektrikal sebesar Rp 75,724 miliar dan pekerjaan struktur sebesar Rp 51,010 miliar. Seperti diketahui, dalam proyek Hambalang, PT Dutasari

Citralaras mendapatkan dua pekerjaan proyek yang disubkontrak oleh KSO Adhi Karya dan Wijaya Karya. Pertama, pekerjaan mekanikal

elektrikal pada Desember 2010 senilai Rp 324,5 miliar. Kedua, penyambungan daya listrik PLN pada Juni 2011 senilai Rp 3,5 miliar.

III.3 Penyelesaian Kasus Hambalang

Page 5: TUGAS BARU (1)

Beberapa pihak menilai, penyelesaian dugaan kasus korupsi proyek Hambalang, Bogor, Jawa Barat, berjalan lambat, bahkan sampai

dikaitkan dengan politik. Untuk meminimalisir opini dan dugaan yang justru menghambat penyelidikan dan penyelesaian kasus Hambalang. KPK

seharusnya dengan cepat menuntaskan kasus tersebut.

Dalam kasus proyek Hambalang yang berlokasi di kawasan Sentul, Jawa Barat itu, KPK juga telah menetapkan beberapa tersangka

lainnya, yaitu Deddy Kusdinar, dan Teuku Bagus. KPK juga menetapkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebagai

tersangka kasus penerimaan hadiah terkait proyek Hambalang dan proyek-proyek lain.

Sementara itu KPK memperpanjang masa penahanan tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang Deddy Kusdinar, selama 30 hari ke

depan. Deddy adalah Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kementerian Pemuda dan Olahraga. Dia ditahan di Rutan KPK sejak Juni 2013.

Deddy adalah tersangka pertama Hambalang yang ditahan KPK.

KPK juga menelusuri dugaan aliran dana sebanyak Rp7,3 miliar ke Dewan Perwakilan Rakyat terkait proyek pembangunan pusat

olahraga di Hambalang. Johan menyebutkan, KPK akan mendalami informasi mengenai aliran dana ini yang terungkap dalam laporan hasil

pemeriksaan investigatif tahap II (LPH II) BPK.

DPR juga mengijinkan KPK untuk memeriksa anggota parlemen jika memang terbukti terkait dalam kasus tersebut. Jadi, ketika hasil

audit anggaran proyek itu sudah didapat, dewan sudah memberikan sinyal agar anggota yang terlibat disidik, maka saatnya masyarakat bisa

melihat gebrakan yang dilakukan KPK dalam penanganan kasus Hambalang.

IV. KESIMPULAN

Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak

pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum , komisaris PT Dutasari Citralaras;

Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya. Mirwan Amir

Rp1,5 miliar, Jafar Hafsah Rp1 miliar serta pimpinan Banggar, Melchias Markus Mekeng Rp1,5 miliar, Tamsil Linrung Rp1 miliar dan Olly

Dondokambey Rp1 miliar. Angie sendiri memperoleh Rp1 miliar.

Kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olahraga di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, dinilai menjadi medan pertempuran

politik setelah kasus bailout Bank Century. Berbeda dengan bailout Century yang menggunakan modus canggih, modus dalam kasus Hambalang

dinilai sarat akan muatan politik.

Dalam kasus Hambalang, bukan hanya penyuapan, tetapi juga ada pelanggaran hukum sejak perencanaan dan pendaftaran proyek di

dalam APBN. Ketua Koalisi Untuk Akuntabilitas Keuangan Negara (KUAK) Roy Salam menyayangkan tindakan Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK) yang justru menyerahkan hasil laporan pemeriksaan (HLP) proyek Hambalang kepada ketua DPR, barulah kemudian diserahkan kepada

KPK sebagai lembaga penegak hukum.

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad menyebut lamanya penanganan kasus Hambalang disebabkan kendala teknis.

Kendala teknis itu berhubungan dengan penghitungan kerugian negara berlangsung lama karena tidak tidak dilakukan oleh KPK secara sepihak

melainkan harus melibatkan Badan Pengawas Keuangan. Untuk mempercepat penanganan kasus tersebut KPK akan tetap terus menerus

melakukan tindakan konkret sesuai standar KPK dengan mengupayakan penahanan serta pemanggilan beberapa saksi dan tersangka.

Abraham menyebut dalam waktu dekat, kata dia, KPK akan memeriksa mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian

Mallarangeng dan Anas Urbaningrum.

DPR juga mengijinkan KPK untuk memeriksa anggota parlemen jika memang terbukti terkait dalam kasus tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

kompas.com

http://www.suarapembaruan.com/home/ada-kepentingan-politik-partai-berkuasa/28524

http://m.merdeka.com/politik/demokrat-tuding-kasus-hambalang-ditunggangi-partai-lain.html

http://www.majalahpotretindonesia.com/index.php/utama/politik/1982-kata-rizal-anas-aktor-dibalik-kasus-hambalang

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=282736:kepentingan-politik-dibalik-kasus-ibas&catid=17:

http://www.antaranews.com/berita/395414/percepat-penanganan-kasus-hambalanghttp://politik.kompasiana.com/2013/03/19/motif-

politik-dibalik-tudingan-yulianis 543696.html