tuberkulosis
DESCRIPTION
TBCTRANSCRIPT
TUBERKULOSIS (TB) PARU
A. DEFINISI
Memiliki 4 karakteristik, yaitu :
1. Disebabkan oleh Basil Tahan Asam, yaitu Micobacterium Tuberculosis
2. Inflamasi dan Infeksi Paru Kronis
3. Tipe Granulomatous (Necrosis Caseosa / Perkijuan)
4. Hipersensitivitas Tipe Lambat
B. CARA PENULARAN
Via Airborne Disease (Droplet udara), seperti : Batuk, bersin atau ludah.
Partikel infeksi ini menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada
tidaknya sinar UV, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap
dan lembab, kuman M.TB dapat bertahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Dan partikel dapat masuk ke saluran napas (alveolar) apabila ukurannya < 5
mikrometer.
C. PATOGENESIS
TB Paru Primer
Saat kuman pertama kali terhisap, maka akan mati atau dibersihkan oleh alveolar
makrofag dari percabangan trakeobronkial bersama dengan gerakan silia dengan
sekretnya. Apabila kuman berhasil menetap dalam jaringan paru, maka kuman akan
berkembang dalam sitoplasma makrofag dan membentuk afek primer (fokus Ghon /
Granuloma) dimanapun tempat kuman awal menetap. Apabila daya tahan tubuh baik,
maka kuman akan dormant dan tidak terjadi multiplikasi. Namun apabila daya tahan
tubuh lemah, maka akan terjadi multiplikasi basil yang berlanjut dengan terbentuknya
necrosis caseosa yang dan dapat terbentuk cavitas (yang sewaktu-waktu akan pecah
dan dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh via hematogen atau limfogen).
Afek primer sendiri selanjutnya dapat menjadi :
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat (paling banyak terjadi).
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus, keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang
luasnya > 5 mm dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi
karena kuman yang dormant.
Berkomplikasi dan menyebar secara :
o Kontinuatum, yakni menyebar ke parenkim paru sekitarnya
o Bronkogen, menyebar ke bagian paru sebelahnya
o Pencernaan karena sputum tertelan sehingga menyebar dalam
saluran pencernaan (TB Usus)
o Hematogen atau Limfogen, sehingga bisa menyebar secara
sistemik (Pleuritis TB, TB Milier, Limfadenitis TB, Meningitis
TB, Spondilitis TB, dll)
TB Paru Post-Primer
Kuman yang dormant akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
endogen menjadi TB Post-Primer / Sekunder. Mayoritas reinfeksi dapat mencapai
90%, hal ini dapat terjadi karena penurunan imunitas seperti malnutrisi, alkohol,
penyakit malignan, DM, AIDS, CKD, dll. Daerah invasi utamanya adalah ke daerah
parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu akan menjadi tuberkel, yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
Histiosit dan sel Datia-Langerhans yang dikelilingi sel-sel Limfosit dan berbagai
jaringan ikat. Sarang dini ini dapat menjadi :
Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan
serbukan jaringan fibrotik. Ada yang menimbulkan pengapuran (keras).
Apabila sarang dini meluas sebagai granuloma, maka akan membentuk
necrosis caseosa (jaringan ikat sekitarnya hancur & bagian tengah
mengalami necrosis). Bila jaringan keju ini dibatukkan keluar maka akan
terjadi cavitas yang lama-lama menjadi cavitas sklerotik (kronik) karena
infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar. Kuman dapat menyebar
dengan cara yang sama dengan TB Primer.
D. GEJALA KLINIS
Gejala Respiratorik :
1. Batuk kronis berdahak atau tidak, dengan / disertai darah, selama > 2
minggu
2. Nyeri dada pleuritik
3. Sesak
Gejala Sistemik :
1. Demam tinggi, terutama pada malam hari (Remiten)
2. Keringat pada malam hari
3. Penurunan nafsu makan dan berat badan
E. CARA DIAGNOSIS
1. Gejala klinis dari respiratorik dan sistemik harus ada, disertai faktor resiko
berupa :
a) Ada keluarga atau lingkungan sekitar yang pernah / sedang terkena
keluhan dengan penyakit yang sama, atau pernah mengunjungi
penderita TB Paru dalam waktu dekat
b) Merokok (atau minimal merupakan perokok pasif)
c) Pernah menderita TB Paru sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik (Spesifik pada paru) :
Inspeksi : Statis Dinamis Paru yang sakit tertinggal, peningkatan RR
Palpasi : Stem Fremitus meningkat
Perkusi : Redup
Auskultasi : Vesikuler (+) meningkat
3. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium : Leukositosis, Shift to the right (Diff.count)
Kultur Sputum BTA (pewarnaan Ziel-Neelsen) :
(-) : Tidak ada sama sekali pada seluruh lapang pandang
(+) : 10-99 dari 100 lapang pandang
(++) : 1-10 dari 1 lapang pandang
(+++) : > 10 dari 1 lapang pandang
Foto-Rontgen Thorax PA :
TB Aktif : Ditandai dengan Bercak milier, Efusi pleura, Kavitas,
Infiltrat ; TB Non-Aktif : Ditandai dengan Fibrotik, Atelektasis,
Pelebaran Pleura, Kalsifikasi
Berdasarkan luas lesi :
1) Minimal : < 2 sela iga, dan tidak ada kavitas
2) Sedang : 1/3 lapangan paru, atau kavitas < 4 cm
3) Luas : 1 volume paru, atau kavitas ≥ 4 cm
F. PENATALAKSANAAN
Tanpa adanya TB ekstra paru atau komplikasi, maka penatalaksanaan TB Paru
dapat diberikan sebagai berikut :
1) OAT Regimen RHZE (Kategori I)
Fase Awal 2 RHZE, dilengkapi dengan Vit.B Kompleks 3x sehari + Fase
Lanjutan 4 RH
2) Obat Simptomatik :
Gol. Mukolitik (seperti Ambroxol atau GG) untuk mengencerkan
dahak
Gol. Anti-Piretik (seperti PCT) untuk meredakan demam serta
nyeri dada