tuberkulosis peritoneal
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Tuberkulosis Peritoneal
Liza Amanda Saphira
102011202 / D4
Email : [email protected]
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2011/2012
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510. Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Pendahuluan
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal atau visceral
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering mengeni seluruh
peritoneum dan alat-alat system gastrointestinal, mesenterium, serta organ genitalia interna.
Penyakit ini jarang berdiri sendiri, biasanya merupakan kelanjutan proses tuberkulosa di tempat
lain terutama dari paru, namun seringkali ditemukan pada waktu diagnosis ditegakkan, proses
tuberkulosa di paru sudah tidak kelihatan lagi.2
Tuberculosis peritoneal masih sering dijumpai di Negara yang sedang berkembang
termasuk Indonesia, sedangkan di Amerika dan negara Barat lainnya walaupun jarang, ada
kecenderungan meningkat dengan meningkatnya jumlah pasien AIDS dan imigran. Karena
perjalanan penyakitnya yang berlangsung secara perlahan-lahan dan manifestasi klinisnya tidak
khas, tuberculosis peritoneal sering tidak terdiagnosis atau terlambat ditegakkan, sehingga
meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian. Tidak jarang penyakit ini mempunyai
keluhan menyerupai penyakit lain seperti sirosis hati atau neoplasma dengan gejala asites yang
tidak terlalu menonjol.2
Pada makalah ini, sesuai dengan skenario yang didapat (skenario 4) akan dibahas tentang
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis banding, etiologi dan epidemiologi,
patologi dan pathogenesis, manifestasi klinis, penatalaksanaan, prognosis, serta pencegahan dari
tuberkulosa peritoneal.
1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat
dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang
tua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, disebut sebagai aloanamnesis.
Termasuk di dalam aloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter yang merujuk, catatan
rekam medik, dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri. 1
Berdasarkan anamnesis sering dapat ditentukan sifat dan beratnya penyakit dan
terdapatnya faktor-faktor yang mungkin menjadi latar belakang penyakit, yang semuanya
berguna dalam menentukan sikap untuk penatalaksaan selanjutnya. Dengan anamnesis akan
didapatkan data subyektif, pihak pasien (orang tua, pengantar, atau pasiennya sendiri) diberikan
kesempatan untuk mengingat kembali dan menceritakan secara rinci masalah kesehatan yang
sering dialami oleh anak, termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan, tanda-tanda yang
timbul, riwayat terjadinya keluhan dan tanda, sampai saat anak tersebut dibawa berobat.
Anamnesis yang lengkap harus dilakukan pada semua pasien, termasuk terhadap: 1
a. Identitas pasien: merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Pada bagian
identitas ini yang ditanyakan yaitu nama pasien dengan jelas dan lengkap, umur, jenis
kelamin, nama orang tua, alamat, umur, pendidikan, dan pekerjaan orang tua, agama dan
suku bangsa.
b. Keluhan utama: merupakan keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa
berobat.
c. Riwayat perjalanan penyakit: cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa berobat. Bila pasien
telah memperoleh pengobatan sebelumnya hendaklah ditanyakan kapan berobat, kepada
siapa, serta obat apa saja yang telah diberikan dan bagaimana hasil pengobatan tersebut.
Perlu juga ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya komplikasi,
adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Riwayat perjalanan penyakit dikelompokkan
menjadi dua yaitu riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga.
2
Skenario adalah perempuan 34 thn datang dgn nyeri perut sejak 1 minggu smrs. perut
membesar sejak 2 bulan. demam tdk terlalu tinggi, berat badan menurun. keluhan lain tidak ada.
PF gizi kurang, anemia ringan, asites moderate. nyeri tekan ringan di seluruh perut. Lab Hb 9,8
g/dL. thoraks foto: paru dan jantung dlm batas normal. USG: asites, tidak terlihat gambaran
sirosis hati.
Berdasarkan skenario tersebut. keluhan utama pasien adalah nyeri dan bengkak perut
sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan tambahan yang dapat ditanyakan dalam anamnesis ini
berupa:
a. Apakah terdapat demam?
Pentingnya menanyakan riwayat demam adalah melihat adanya suatu infeksi dan
ciri-ciri demam dapat membantu menegakkan diagnosis.
b. Terdapat keringat pada malam hari.
Keringat pada malam hari merupakan suatu tanda khas dari penyakit yang
disebabkan oleh kuman TBC.
c. Penurunan berat badan dan nafsu makan.
Adanya penurunan berat badan serta nafsu makan untuk melihat kondisi pasien
secara menyeluruh sehingga dapat memberikan pilihan terapi nutrisi yang terbaik
serta sebagai ciri khas dari suatu penyakit misalnya karena kanker atau infeksi
kuman TBC.
d. Terdapat riwayat batuk yang terus menerus.
Pada penyakit peritonitis akibat TBC, kuman biasanya berasal dari fase laten, di
mana lokasi tersering terdapat pada paru menurut hasil penelitian. Oleh karena itu
gejala batuk terus menerus dan dapat disertai darah dapat membantu penegakkan
diagnosis.
e. Keluhan lain seperti lemas, pusing dan cepat lelah.
Keluhan ini dapat ditanyakan untuk melihat kondisi pasien secara umum karena
pasien juga mengalami penurunan berat badan sesuai dengan skenario.
f. Apakah di keluarga atau sekitar ada yang menderita penyakit yang sama?
Keluarga atau kerabat dekat bisa merupakan sumber penularan atau bahkan bisa
tertular suatu infeksi yang sama melalui droplets. Sebagai langkah preventif serta
3
pelayanan secara menyeluruh seorang dokter ada baiknya melakukan edukasi kepada
pasien serta kerabat atau keluarganya untuk mencegah penularan penyakit ini.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut
berdasarkan anamnesis adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Inspeksi dilakukan dengan tujuan untuk melihat kontur bengkak pada abdomen pasien
tersebut. Dari hasil inspeksi dapat dilihat apakah terdapat keanehan dari bentuk maupun
tanda-tanda khas pada abdomen. Pada inspeksi dapat dilihat apakah bengkak pada abdomen
tersebut diameternya kecil atau pada semua abdomen.6
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk merasakan bagaimana ciri dari bengkak tersebut.
Dari hasil palpasi dapat dirasakan kontur bengkak apakah bengkak lunak atau keras. Teknik
palpasi seperti pemeriksaan undulasi juga dapat dilakukan apabila diduga terdapat
cairan/asites pada rongga abdomen. Pada palpasi juga dapat dirasakan apakah ada distensi
abdomen, masa dalam abdomen serta nyeri pada abdomen. Karakteristik dari ketiga tanda
tersebut dapat dijadikan suatu petunjuk untuk menegakkan diagnosis kerja sebelum
dilakukannya pemeriksaan penunjang. Serta untuk menyingkirkan diagnosis lain dapat
dilakukan perabaan hepar.6
Perkusi dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pemeriksaan shifting dullness, yaitu
untuk melihat apakah terdapat adanya cairan dalam rongga abdomen (asiter). Perkusi juga
dapat melihat apakah adanya massa tumor pada rongga abdomen dengan didapatnya suatu
bunyi pekak pada abdomen yang biasanya cenderung timpani. Selain itu, dilakukan
pemeriksaan batas hepar dan perpindahan hepar dengan perkusi.6
Auskultasi dilakukan dengan tujuan untuk mendengar bunyi peristaltik dari usus apakah
melemah atau justru menguat.6
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pada pemeriksaan darah sering ditemui anemia penyakit kronik, leukositosis ringan atau
leucopenia, trombositosis dan sering dijumpai laju endapan darah (LED) yang meingkat.
4
Sebagian besar pasien mungkin negative uji tuberkulinnya. Uji faal hati terganggu dan sirosis
hati tidak jarang ditemui bersama-sama dengan tuberculosis peritoneal.2
Pada pemeriksaan analisa cairan asites umumnya memperlihatkan exudat dengan protein
> 3 gr/dl jumlah sel diatas 100-3000sel/ml. Biasanya lebih dari 90% adalah limfosit LDH
biasanya meningkat. Cairan asites yang perulen dapat ditemukan begitu juga cairan asites yang
bercampur darah (serosanguinous). Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) didapati hasilnya
kurang dari 5 % yang positif dan dengan kultur cairan ditemukan kurang dari 20% hasilnya
positif.2
Ada beberapa peneliti yang mendapatkan hampir 66% kultur BTAnya yang positif dan
akan lebih meningkat lagi sampai 83% bila menggunakan kultur cairan asites yang telah
disetrifuge dengan jumlah cairan lebih dari 1 liter. Dan hasil kultur cairan asites ini dapat
diperoleh dalam waktu 4-8 minggu. 2
Perbandingan serum asites albumin (SAAG) pada tuberculosis peritoneal ditemukan
rasionya < 1,1 gr/dl namun hal ini juga bisa dijumpai pada keadaan keganasan, sindroma
neprotik, penyakit pancreas , kandung empedu atau jaringan ikat sedangkan bila ditemukan >1,1
gr/dl ini merupakan cairan asites akibat portal hipertensi.2
Perbandingan glukosa cairan asites dengan darah pada tuberculosis peritoneal<0,96
sedangkan pada asites dengan penyebab lain rationya >0,96. Penurunan PH cairan asites dan
peningkatan kadar laktat dapat dijumpai pada tuberculosis peritoneal dan dijumpai signifikan
berbeda dengan cairan asites pada sirosis hati yang steril, namun pemeriksaan PH dan kadar
laktat cairan asites ini kurang spesifik dan belum merupakan suatu kepastian karena hal ini juga
dijumpai pada kasus asites oleh karena keganasan atau spontaneous bacterial peritonitis.
Pemeriksaan cairan asites lain yang sangat membantu, cepat dan non invasive adalah
pemeriksaan ADA (adenosin deminase actifity), interferon gama (IFNϒ) dan PCR. Dengan
kadar ADA > 33 u/l mempunyai Sensitifitas 100%. Spesifitas 95%, dan dengan Cutt off > 33 u/l
mengurangi false positif dari sirosis hati ataumalignancy. Pada sirosis hati konsentrasi ADA
signifikan lebih rendah dari tuberculosis peritoneal (14 ± 10,6 u/l).2
Hafta A dkk dalam suatu penelitian yang membandingkan konsentrasi ADA terhadap
pasien tuberculosis peritoneal , tuberculosis peritoneal bersamaan dengan sirosis hati dan
passien-pasien yang hanya sirosis hati. Mereka mendapatkan nilai ADA 131,1 ± 38,1, u/l pada
pasien tuberculosis peritoneal, 29 ± 18,6 u/l pada pasien tuberculosis dengan sirosis hati dan 12,9
5
± 7 u/l pada pasien yang hanya mempunyai sirosis hati, sedangkan pada pasien dengan
konsentrasi protein yang rendah dijumpai Nilai ADA yang sangat rendah sehingga mereka
menyimpulkan pada konsentrasi asietas dengan protein yang rendah nilai ADA dapat menjadi
falsenegatif. Untuk ini pemeriksaan Gama interferon (INFϒ) adalah lebih baik walaupun
nilainya dalah sama dengan pemeriksaan ADA, sedangkan pada pemeriksaan PCR hasilnya lebih
rendah lagi disbanding kedua pemeriksaan tersebut.2
Fathy ME melaporkan angka sensitifitas untuk pemeriksaan tuberculosis peritoneal
terhadap Gama interferon adalah 90,9 % , ADA : 18,8% dan PCR 36,3% dengan masing-masing
spesifitas 100%.(17). Peneliti lain yang meneliti kadar ADA adalah Bargava. Bargava dkk
melakukan penelitian terhadap kadar ADA pada cairan esites dan serum penderita peritoneal
tuberculosis. Kadar ADA >36 u/l pada cairan esites dan > 54 u/l pada serum mendukung suatu
diagnosis tuberculosis peritoneal.2
Perbandingan cairan asites dan serum (asscitic / serum ADA ratio) lebih tingggi pada
tuberculosis peritoneal dari pada kasus lain seperti sirosis, sirosis dengan spontaneous bacterial
peritonitis,Budd chiary dan Ratio > 0,984 menyokong suatu tuberculosis.2
Pemeriksaan lain adalah pemeriksaan CA-125.CA-125 (Canker antigen 125) termasuk
tumor associated glycoprotein dan terdapat pada permukaan sel. CA-125 merupakan antigen
yang terkait karsinoma ovarium, antigen ini tidak ditemukan pada ovarium orang dewasa normal,
namun CA-125 ini dilaporkan, juga meningkat pada keadaan benigna dan maligna, dimana kira-
kira 80% meningkat pada wanita dengan keganasan ovarium, 26% pada trimester pertama
kehamilan, menstruasi, endometriosis, myoma uteri daan salpingitis, juga kanker primer
ginekologi yang lain sepeerti endometrium, tuba falopi, endocervix, pancreas,ginjal,colon juga
pada kondisi yang bukan keganasan seperti gagal ginjal kronik, penyakit autoimum, pancreas,
sirosis hati, peradangan peritoneum seperti tuberculosis,pericardium dan Pleura namun beberapa
laporan yang menemukan peningkatan kadar CA-25 pada penderita tuberkulossis peritoneal
seperti yang dilaporkan oleh Sinsek H (Turkey 1996).2
Zain LH di Medan pada tahun 1996 menemukan dari 8 kasus tuberculosis peritoneal
dijumpai kadar CA-125 meninggi dengan kadar rata-rata 370,7 u/ml (66,2 – 907 u/ml) dan
menyimpulkan bila dijumpai peninggian serum CA-125 disertai dengan cairan asites yang
eksudat, jumlah sel > 350/m3, limfosit yang dominan maka tuberculosis peritoneal dapat
dipertimbangkan sebagai diagnose.2
6
Beberapa peneliti menggunakan CA-125 ini untuk melihat respon pengobatan seperti
yang dilakukan Mas MR dkk (Turkey, 2000) menemukan CA-125 sama tingginya dengan
kanker ovarium dan setelah pemberian anti tuberkulosa kadar serum CA-125 menjadi normal
dimana yang sebelumnya kadar rata-rata CA-125, 475,80 ± 5,8 u/ml (Normal < 35 u/ml) setelah
4 bulan pengobatan anti tuberkulosa. Akhir-akhir ini Teruya J dkk pada tahun 2000 di Jepang
menemukan peningkatan kadar CA 19-9 pada serum dan cairan asites penderita tuberculosis
peritoneal dan setelah diobati selama 6 minggu dijumpai penurunan CA19-9 menjadi normal.2
Pemeriksaan Rontgen :
Pemeriksaan sinar tembus pada system pencernaan mungkin dapat membantu jika
didapat kelainan usus kecil atau usus besar.2
Ultrasonografi :
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilihat adanya cairan dalam rongga
peritoneum yang bebas atau terfiksasi (dalam bentuk kantong-kantong) menurut Rama & Walter
B, gambaran sonografi tuberculosis yang sering dijumpai antara lain cairan yang bebas atau
terlokalisasi dalam rongga abdomen.2
Abses dalam rongga abdomen, masa didaerah ileosaecal dan pembesaran kelenjar limfe
retroperitoneal, adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen usus dan penebalan
omentum, mungkin bisa dilihat dan harus diperiksa dengan seksama. Mizzunoe dkk berhasil
menggunakan USG sebagai alat Bantu biopsy secara tertutup dalam menegakkan diagnosa
peritonitis tuberkulosa.2
CT Scan :
Pemeriksaan CT Scan untuk peritoneal tuberculosis tidak ada ditemui suatu gambaran
yang khas, namun secara umum ditemui adanya gambaran peritoneum yang berpasir dan untuk
pembuktiannya perlu dijumpai bersamaan dengan adanya gejala klinik dari tuberculosis
peritoneal. Rodriguez E dkk yang melakukan suatu penelitian yang membandingkan tuberculosis
peritoneal dengankarsinoma peritoneal dan karsinoma peritoneal dengan melihat gambaran CT
Scan terhadap peritoneum parietalis. Adanya peritoneum yang licin dengan penebalan yang
minimal dan pembesaran yang jelas menunjukkan suatu peritoneum tuberculosis sedangkan
adanya nodul yang tertanam dan penebalan peritoneum yang teratur menunjukkan suatu
perintoneal karsinoma.2
7
Peritonoskopi (Laparoskopi) :
Peritonoskopi / laparoskopi merupakan cara yang relatif aman, mudah dan terbaik untuk
mendiagnosa tuberculosis peritoneal terutama bila ada cairan asites dan sangat berguna untuk
mendapat diagnosa pasien-pasien muda dengan simtom sakit perut yang tak jelas penyebabnya
(27,28) dan cara ini dapat mendiagnosa tuberculosis peritoneal 85% sampai 95% dan dengan
biopsy yang terarah dapat dilakukukan pemeriksaan histology dan bisa menemukan adanya
gambaran granuloma sebesar 85% hingga 90% dari seluruh kasus dan bila dilakukan kultur bisa
ditemui BTA hampir 75%.2
Hasil histology yang lebih penting lagi adalah bila didapat granuloma yang lebih spesifik
yaitu jika didapati granuloma dengan perkejuan.2
Gambaran yang dapat dilihat pada tuberculosis peritoneal : 2
1. Tuberkel kecil ataupun besar dengan ukuran yang bervariasi yang dijumpai tersebar
luas pada dinding peritoneum dan usus dan dapat pula dijumpai permukaan hati atau
alat lain tuberkel dapat bergabung dan merupakan sebagai nodul.
2. Perlengketan yang dapat berpariasi dari ahanya sederhana sampai hebat(luas)
diantara alat-alat didalam rongga peritoneum. Sering keadaan ini merubah letak
anatomi yang normal. Permukaan hati dapat melengket pada dinding peritoneum
dan sulit untuk dikenali. Perlengketan diantara usus mesenterium dan peritoneum
dapat sangat ekstensif.
3. Peritoneum sering mengalami perubahan dengan permukaan yang sangat kasar yang
kadang-kadang berubah gambarannya menyerupai nodul.
4. Cairan esites sering dujumpai berwarna kuning jernih, kadang-kadang cairan tidak
jernih lagi tetapi menjadi keruh, cairan yang hemoragis juga dapat dijumpai.
Biopsi dapat ditujukan pada tuberkel-tuberkel secara terarah atau pada jaringan lain yang
tersangka mengalami kelainan dengan menggunakan alat biopsy khusus sekaligus cairan dapat
dikeluarkan. Walaupun pada umumnya gambaran peritonoskopi peritonitis tuberculosis dapat
dikenal dengan mudah, namun gambaran gambarannya bisa menyerupai penyakit lain seperti
peritonitis karsinomatosis, karena itu biopsy harus selalu diusahakan dan pengobatan sebaiknya
diberikan jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menyokong suatu peritonitis tuberkulosa.2
8
Diagnosis banding
Berdasarkan gejala klinis, diagnosis banding dari tuberculosis adalah suatu keganasan.
Keganasan dapat berupa karsinoma pada gaster. Karsinoma gaster adalah suatu tumor epitel pada
mukosa gaster yang bersifat maligna dengan diferensiasi kelenjar. Kanker lambung biasanya
terjadi pada pria yang berusia lanjut, diatas 45 tahun. Penyebab kanker lambung adalah bakteri
Helicobacter pylori. Banyak hal yang menjadi penyebabnya. Misalnya pola makan yang tidak
sehat, seperti kurang mengkonsumsi buah dan sayur, juga gaya hidup yang tidak sehat, seperti
merokok, mengkonsumsi alcohol, dan makan makanan yang dibakar (barbeque). Faktor-faktor
ini menyebabkan munculnya Helicobacter pylori yang bisa menyebabkan kanker lambung.4
Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak dihiraukan.
Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana lokasi kanker lambung tersebut.
Sebagai contoh, perasaan penuh atau tidak nyaman setelah makan bisa menunjukkan adanya
kanker pada bagian bawah lambung. Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan
oleh kesulitan makan atau ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan mineral.4
Anemia bisa diakibatkan oleh perdarahan bertahap yang tidak menyebabkan gejala
lainnya. Kadang penderita juga bisa mengalami muntah darah yag banyak (hematemesis) atau
mengeluarkan tinja berdarah (melena). Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan
teraba adanya massa pada dinding perut. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa
menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh.4
Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning, pengumpulan cairan
di perut (asites) dan nodul kulit yang bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan
pengeroposan tulang sehingga terjai patah tulang.4
Etiologi
Peritonitis pada skenario ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh
Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC). Bahkan
penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).7
9
Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang
merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya
sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini
tergantung pada kondisi lingkungan.
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau
bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini
termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten
terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan
pertumbuhan bergerombol. Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora
serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira
setinggi 60%. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga
mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel
mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.7
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada 60°C
selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2
jam. Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada
dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu
kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2
tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%,
asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam
5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit. Mycobacterium tuberculosis dapat
tahan hidup di udara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun
dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada
sifat dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang,
kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali.7
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasus TBC
biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteria mendapat energi
dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju
10
pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang cukup kompleks
dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap
kurang lebih 18 jam. Karena pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik
tuberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak
dengan baik pada suhu 22-23oC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari
pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Biasanya pencemaran oleh
bakteri ini terjadi pada rumah yang penuh dengan orang namun memiliki ventilasi yang buruk.
Juga ditempat-tempat ramai yaitu sarana perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, juga pada
asrama, penjara, bahkan dari dokter yang kurang memperhatikan sanitasi tubuhnya. Habitat asli
dari bakteri ini adalah manusia, dan hanya menjadikan lingkungan sebagai perantara.7
Epidemiologi
Secara umum tuberculosis peritoneal lebih sering dijumpai pada perempuan
dibandingkan pria dengan perbandingan 1,5:1 dan lebih sering pada decade ke 3 dan 4.
Tuberculosis peritoneal dijumpai pada 2% dari seluruh tuberculosis paru dan 59,8% dari
tuberculosis abdominal. Peneliti lain melaporkan dari 91 pasien tuberculosis peritoneal, hanya 2
pasien 92,1%) yang dideteksi ada TBC parunya. Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus
tuberculosis peritoneal di Negara maju semakin meningkat. Penyakit ini meningkat sesuai
dengan meningkatnya insidensi AIDS di Negara maju. Di Asia dan Afrika dimana tuberculosis
masih banyak dijumpai, tuberculosis peritoneal masih merupakan masalah yang penting.3
Patogenesis
Peritoneum dapat dikenai oleh tuberculosis melalui beberapa cara:3
1. Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-paru
2. Melalui dinding usus yang terinfeksi
3. Dari kelenjar limfe mesenterum
4. Melalui tuba falopii yang terinfeksi3
11
Pada kebanyakan kasus tuberculosis peritoneal terjadi bukan sebagai akibat penyebaran
perkontinuitatum, tetapi sering karena reaktivasi proses laten yang terjadi pada peritoneum yang
diperoleh melalui penyebaran hematogen proses primer terdahulu.3
Patologi
Dikenal tiga bentuk tuberculosis peritoneal yaitu:3
Bentuk eksudatif. Dikenal juga dalam bentuk yang basah atau bentuk dengan asites yang
banyak. Gejala yang menonjol adalah perut yang membesar dan berisi cairan asites. Pada bentuk
ini perlengketan tidak banyak dijumpai. Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil berwarna putih
kekuning-kuningan Nampak tersebar di peritoneum atau pada alat-alat tubuh yang berada di
rongga peritoneum. Bentuk ini paling sering dijumpai (95,5%).3
Bentuk adhesive. Dikenal juga dengan bentuk kering atau plastic. Cairan asites tidak
banyak dibentuk. Usus dibungkus oleh peritoneum dan omentum yang mengalami reaksi
fibrosis. Pada bentuk ini terdapat perlengketan-perlengketan antara peritoneum dan omentum.
Perlengketan yang luas antara usus dan peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor,
kadang-kadang membentuk fistel.3
Bentuk campuran. Bentuk ini kadang-kadang disebut bentuk kista. Pembentukan kista
terjadi melalui proses eksudasi dan adhesi sehingga terbentuk cairan dalam kantong-kantong
perlengketan tersebut. Pada kedua bentuk diatas peritoneum penuh dengan nodul-nodul yang
mengandung jaringan granuloma dan tuberkel.3
Manifestasi klinis
Gejala klinis bervariasi, umumnya keluhan dan gejala timbul perlahan-lahan, sering
pasien tidak menyadari keadaan ini. Lama keluhan berkisar dari 2 minggu sampai 2 tahun
dengan rata-rata lebih dari 16 minggu. Keluhan yang paling sering ialah tidak ada nafsu makan,
batuk dan demam. Pada pemeriksaan fisis gejala yang sering dijumpai ialah asites, demam,
pembengkakan perut dan nyeri, pucat dan kelelahan. Tergantung lamanya keluhan, keadaan
umum pasien bisa masih cukup baik, sampai keadaan yang kurus. Pada perempuan sering
dijumpai tuberculosis peritoneal disertai oleh proses tuberculosis pada ovarium atau tuba,
12
sehingga pada pemeriksaan alat genitalia bisa ditemukan tanda-tada peradangan yang sering
sukar dibedakan dari kista ovarii.3,5
Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan sama dengan pengobatan tuberculosis paru, obat-obat seperti
streptomisin, INH, Etambutol, Ripamficin dan pirazinamid memberikan hasil yang baik, dan
perbaikan akan terlihat setelah 2 bulan pengobatan dan lamanya pengobatan biasanya mencapai
sembilan bulan sampai 18 bulan atau lebih.3
Beberapa penulis berpendapat bahwa kortikosteroid dapat mengurangi perlengketan
peradangan dan mengurangi terjadinya asites. Dan juga terbukti bahwa kortikosteroid dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian,namun npemberian kortikosteroid ini harus dicegah
pada daerah endemis dimana terjadi resistensi terhadap Mikobakterium tuberculosis.3
Alrajhi dkk yang mengadakan penelitian secara retrospektif terhadap pasien dengan
tuberculosis peritoneal mendapatkan bahwa pemberian kortikosteroid sebagai obat tambahan
terbukti dapat mengurangi insidensi sakit perut dan sumbatan pada usus. Pada kasus-kasus yang
dilakukan peritonoskopi sesudah pengobatan terlihat bahwa partikel menghilang namun di
beberapa tempat masih dilihat adanya perlengketan.3
Panduan terapi untuk dewasa : Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 –
2 gram dan etambutol 25 mg/kg BB, semua ini diberikan selama 2 bulan, 4 bulan berikutnya :
rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg.8
Prognosis
Peritonitis tuberkulosa jika dapat segera ditegakkan dan mendapat pengobatan umumnya
akan menyembuh dengan pengobatan yang adequate.3
Preventif
Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah yang
paling efektif dan efisien. Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat.
Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang
13
kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga menghindarkan terjadinya
komplikasi berat akibat TBC.8
Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih menjadi
cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski begitu, vaksinasi ini tidak
menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit TBC, khususnya TBC paru. Hanya saja
kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan berkembang dan menimbulkan komplikasi.
Bakteri juga tidak bisa menembus aliran darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan
kata lain, karena sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan.8
Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC berlangsung cepat.
Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan kebersihan makanan dan minuman sangat
perlu untuk dijaga serta kondisi ventilasi dan penatalaksaan cahaya matahari supaya dapat masuk
ke rumah.8
Kesimpulan
Pada skenario, perempuan 34 tahun dengan nyeri perut sejak 1 minggu smrs. perut
membesar sejak 2 bulan. demam tidak terlalu tinggi, berat badan menurun, gizi kurang, anemia
ringan, asites moderate, dan nyeri tekan ringan di seluruh perut di diagnosis menderita
tuberculosis peritoneal. Tuberculosis peritoneal merupakan suatu peradangan peritoneum parietal
atau visceral yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Keluhan yang paling
sering ialah tidak ada nafsu makan, batuk dan demam. Pada pemeriksaan fisis gejala yang sering
dijumpai ialah asites, demam, pembengkakan perut dan nyeri, pucat dan kelelahan. Pada
perempuan sering dijumpai tuberculosis peritoneal disertai oleh proses tuberculosis pada
ovarium atau tuba, sehingga pada pemeriksaan alat genitalia bisa ditemukan tanda-tada
peradangan yang sering sukar dibedakan dari kista ovarii.
14
Daftar Pustaka
1. Matondang CS, Wahidayat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Ed 3.
Jakarta: PT Sagung Seto; 2007. H.1-5
2. Zain LH. Tuberkulosis peritoneal. Dalam : Noer S ed. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2009. h.403-6
3. Sulaiman A. Peritonitis tuberkulosa. Dalam : Sulaiman A, Daldiyono, Akbar N,
Rani A Buku ajar gartroenterologi hepatologi. Jakarta : Infomedika; 2005. h.456-61
4. AK Muda, Ahmad. Kamus lengkap kedokteran edisi revisi. Jakarta: Gitamedia
Press; 2003
5. Santoso M, Kartadinata H, Yuliani IW, Widjaja WH, Nah YK, Rumawas MA. Buku
panduan keterampilan klinik. Jakarta :Biro Publikasi FK UKRIDA; 2008.h.18-9
6. Ndraha Z. Bahan Ajar. Jakarta: Bagian IPD FK UKRIDA; 2013:h.19
7. Spiro HM. Peritoneal tuberculosis. 4th ed . New York ; McGraw hill INC;
2003.h.551-2
8. Sutadi SM. Tubekulosis Peritoneal. Bagian IPD FK USU;2008.h.7
15