tuberkulosis parunest

22
TUBERKULOSIS PARU A. PENGERTIAN Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Muttaqin, 2008). Menurut Price And Wilson (2005) Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. B. ETIOLOGI Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman lain yang dapat menyebabkan TBC adalah Mycobacterium Bovis dan M. Africanus. Kuman Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2001:584) Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membentuk kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin

Upload: alfan-putra

Post on 11-Sep-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nhjkk

TRANSCRIPT

TUBERKULOSIS PARU

A. PENGERTIANTuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Muttaqin, 2008).Menurut Price And Wilson (2005) Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

B. ETIOLOGIPenyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Kuman lain yang dapat menyebabkan TBC adalah Mycobacterium Bovis dan M. Africanus. Kuman Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer, 2001:584)Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membentuk kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi.Sifat lain kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada daerah apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis.Kuman TBC menyebar melalui udara (batuk, tertawa, dan bersin) dan melepaskan droplet. Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup beberapa jam dalam keadaan gelap.

C. PATOFISIOLOGITempat masuk kumanM.tuberculosisadalah saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakanfokus Gohndan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakankompleks Gohnrespon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

D. PATHWAYS

(Price dan Wilson, 2005. Muttaqin, 2008)E. MANIFESTASI KLINIKTanda dan gejala yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak ada dahak. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Selain gejala batuk disertai dengan gejala dan tanda lain seperti tersebut di bawah ini :1. Demam. Terjadi lebih dari sebulan, biasanya pada pagi hari.2. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.3. Keringat malam hari tanpa kegiatan.4. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah berlanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.5. Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Gejala jarang ditemukan.6. Kelelahan.7. Batuk darah atau dahak bercampur darah F. KLISIFIKASI TUBERKULOSISDi Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah :1. TB paru : sputum BTA (+)2. TB paru tersangka : sputum BTA (-) dengan klinis dan radiologis (+)3. Bekas TB paru : riwayat obat anti tuberkulosis (OAT) adekuat dengan sputum (-), klinis (-), radiologis menetap Menurut Bahar klisifikasi TB paru yaitu :1. TB paru2. Bekas TB paru3. TB tersangka, yang terbagi dalam :a. TB paru tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tapi tanda-tanda lain (+)b. TB paru tersangka yang t idak diobati : sputum BTA (-) dan tanda-tanda lain juga meragukan.G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. 2. Pemeriksaan Laboratoriuma. Pemeriksaan DarahPada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit dan limfosit yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada pemeriksaan Laju Endap Darah mengalami peningkatan. b. Pemeriksaan SputumPemeriksaan dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali negatif dikatakan mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang menginfeksi perlu diakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman atau biakan yang diambil c. Tes TuberkulinBiasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin. Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif (99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan daripada positif palsu.

H. PENATALAKSANAAN1. Pengobatan TBC paruTujuan pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk menyembuhkan, mencegah kematian dan kekambuhan. Obat yang sekarang digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini merupakan obat baru yang memiliki kandungan sama dengan obat lama yaitu; Rivampisin,Isoniazid (INH), Etambutol, dan Prinsip di dalam penyembuhan penyakit TBC adalah kerajinan minum obat.Dalam pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :a. Pengobatan untuk penderita aktif selama 6 bualan, dilakukan dua tahap yaitu: Tahap awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3 bulan tergantung berat ringannya penyakit. Obat lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4 atau 5 bulan tergantung berat ringannya penyakit.b. Pengobatan untuk penderita kambuhan atau gagal pada pengobatan pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu : Obat diminum setiap hari selama 3 bulan Suntikan Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan Obat diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan Untuk keberhasilan pengobatan, oleh badan kesehatan dunia (WHO) dilakukan strategi DOTS (Dyrecly Observed Treatment Shortcourse). Strategi ini merupakan yang paling efektif untuk mengontrol pengobatan tuberkulosis.Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang yang batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh Pengawas Minum Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.2. Perawatan bagi penderita TBCPerawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberkulosis adalah : Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat penderita yaitu keluarga. Mengetahui adanya gejala samping obat dan rujuk bila diperlukan. Mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang penderita. Istirahat teratur minimal 8 jam perhari. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima, dan keenam.3. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik penularan TBCTindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah : Menutup mulut bila batuk. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol. Makan makanan bergizi. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1.Pengumpulan dataDalam pengumpulan data ada urutan urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :a.Identitas klienNama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.b.Riwayat penyakit sekarangMeliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.c.Riwayat penyakit dahuluKeadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.d.Riwayat penyakit keluargaMencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.e.Riwayat psikososialPada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lainf.Pola fungsi kesehatan1)Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatPada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal dirumah yang sumpek.2)Pola nutrisi dan metabolikPada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.3)Pola eliminasiKlien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi4)Pola aktivitas dan latihanDengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas5)Pola tidur dan istirahatDengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.6)Pola hubungan dan peranKlien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit menular.7)Pola sensori dan kognitifDaya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada gangguan.8)Pola persepsi dan konsep diriKarena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.9)Pola reproduksi dan seksualPada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kelemahan dan nyeri dada.10)Pola penanggulangan stressDengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.11)Pola tata nilai dan kepercayaanKarena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.g.Pemeriksaan fisikBerdasarkan sistem sistem tubuh1)Sistem integumenPada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun2)Sistem pernapasanPada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpaiinspeksi : adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.Palpasi : Fremitus suara meningkat.Perkusi : Suara ketok redup.Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan yang nyaring.3)Sistem pengindraanPada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan4)Sistem kordiovaskulerAdanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2syang mengeras.5)Sistem gastrointestinalAdanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.6)Sistem muskuloskeletalAdanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari hari yang kurang meyenangkan.7)Sistem neurologisKesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 4568)Sistem genetaliaBiasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

J. Diagnosa Keperawatan untuk Tuberkulosis Paru 1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret darah, upaya batuk buruk, 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan penurunandengan permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / statis sekret, penurunan pertahanan / penekanan proses inflamasi, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpeningkatan produksi sputum/batuk, dyspnea atau anoreksia

K. INTERVENSI KEPERAWATAN1. Bersihan jalan nafas tak efektif, berhubungkan dengan sekret kental / sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal dapat ditandai dengan:Tujuan: - Membersihkan nafas pasien.- Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.- Menunjukan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan nafas.Rencana keperawatana. Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi, bantu pasien untuk latihan nafas dalam.b. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea ; pengisapan sesuai dengan keperluan.c. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum dan adanya hemoptisis.d. Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.Rasionalisasia. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan, ventilasi meksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.b. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal ( misalnya ; efek infeksi dan atau tidak adekuat hydrasi ) sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan ( kapitasi ) paru atau luka bronkial, dan dapat memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.c. Mencegah obstruksi / aspirasi, penghisapan dapat diperlukan bila pasien tidak mampu mengeluarkan sekret.d. Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasis, ronchi, mengi, menunjukan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan pengguanaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret kental, tebal, dan edema bronchial.Tujuan : Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala distres pernafasan.Rencana tindakana. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai dengan keperluan.b. Tunjukan / dorong bernafas bibir selama ekhalasi, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim.c. Kaji diespnoe, tachipnoe, tak normal / menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada & kelemahan.d. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan / atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.Rasionalisasi.a. Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan selama periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.b. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps / penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan / menurunkan nafas pendek.c. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronchopneomonia sampai inflamasi difus luas, necrosis, effusi pleural dan fibrosis luas, efek pernafasan dapat dari ringan sampai diespnoe berat sampai diestres pernafasan.d. Akumulasi sekret / pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenisasi organ vital dan jaringan.3. Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivitas ulang ) berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia / penurunan pertahanan / penekanan proses imflamasi,statis sekret, malnutrisi, kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen.Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko penyebaran infeksi. Menunjukan tehnik / melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.Rencana tindakana. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tissue & menghindari meludah di tempat umum serta tehnik mencuci tangan yang tepat. b. Kaji patologi / penyakit ( aktif / tak aktif diseminasi infeksi melalui bronchus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah / sistem limfatik ) dan potensial penyebaran melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah,bicara, dll.c. Identifikasi orang lain yang beresiko, contoh anggota rumah, anggota, sahabat karib / teman.Rasionalisasia. Perilaku yng diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi dapat membantu menurunkan rasa terisolir pasien & membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.b. Membantu pasien menyadari / menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang / komplikasi. pemahaman begaiman penyakit disebarkan & kesadaran kemungkinan tranmisi membantu pasien / orang terdekat mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.c. Orang orang yang terpajan ini perlu program therapy obat untuk mencegah penyebaran infeksi.4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganpeningkatan produksi sputum/batuk, dyspnea atau anoreksiaTujuan :Kebutuhan nutrisi adekuat

Rencana tindakana. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mualb. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.c. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).d. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.e. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.f. Konsul dengan dokter/ahli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.

Rationale :

a. Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.b. Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.c. Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.d. cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan nafsu makan dan masukan.e. Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.f. Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan personde

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGCMUTTAQIN, Arif. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistempernafasan. Jakarta: Salemba EmpatPrice, Sylvia dan Wilson, Lorrain. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:EGCSOMANTRI, Irman. (2008) Keperawatan medikal bedah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : Salemba Medika Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.