tuberkulosis

13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis 2.1.1 Definisi Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yaitu sebagian dari organisma kompleks termasuklah M. bovis dan M. africanum (Innes JA, Reid PT, 2005). 2.1.2 Penyebab Penyakit Penyakit Tuberkulosis adalah disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis berbentuk batang lurus tidak berspora dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal (PDPI, 2002). Universitas Sumatera Utara

Upload: damal-an-nasher

Post on 16-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tb pediatri

TRANSCRIPT

Page 1: Tuberkulosis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis

2.1.1 Definisi Penyakit

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium

tuberculosis yaitu sebagian dari organisma kompleks termasuklah M. bovis dan M.

africanum (Innes JA, Reid PT, 2005).

2.1.2 Penyebab Penyakit

Penyakit Tuberkulosis adalah disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis (M. tuberculosis). M. tuberculosis berbentuk batang lurus tidak berspora

dan juga tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4

mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks dan terdiri dari lapisan lemak yang

cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat,

lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor dan

mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan

asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan arabinogalaktan

oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur

lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti

arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks tersebut

menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali

diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan

larutan asam-alkohol. Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma

yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis

dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal (PDPI, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Tuberkulosis

2.1.3 Penularan

Transmisi basil Mycobacterium ini adalah melalui manusia, kecuali untuk M.

bovis (Varaine F., Henkens M. & Grouzard V., 2010). Sumber penularan adalah

penderita TB BTA positif. Menurut Rachmand Y.N. (2008) dan Schiffman. G

(2010), sewaktu batuk atau bersin, kuman akan tersebar ke udara dalam bentuk

droplet ataupun percikan dahak. Droplet yang mengandungi kuman dapat bertahan di

udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Jika droplet tersebut terhirup ke dalam

saluran pernapasan, orang lain dapat terinfeksi. Selama kuman TB masuk ke dalam

tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru

kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran

napas atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Banyaknya kuman

yang dikeluarkan dari paru menentukan daya penularan dari seorang penderita.

Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita

tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita

tersebut dianggap tidak menular. Konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut menentukan kemungkinan seseorang terinfeksi TB (Saroso

S., 2005).

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI)

di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan

ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan

terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita

TB. Hanya 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari

keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1%, maka

diantara 100.000 penduduk, rata-rata terjadi 100 penderita tuberkulosis setiap tahun,

dimana 50% penderita adalah BTA positif (Saroso S., 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Tuberkulosis

2.1.4 Patogenesis

Pada patogenesis Tuberkulosis primer, kuman Tuberkulosis akan masuk

melalui saluran napas dan akan bersarang di jaringan paru. Kemudian, akan

terbentuk suatu sarang pneumonik yang disebut sarang primer atau afek primer.

Sarang primer ini bisa timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang

reaktivasi. Dari sarang primer, akan kelihatan peradangan saluran getah bening yang

menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran

kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Efek primer bersama-sama

dengan limfangitis regional dikenali sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini

akan mengalami salah satu nasib sama ada sembuh dengan tidak meninggalkan cacat

sama sekali ataupun sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang

Ghon, garis fibrotic dan sarang perkapuran di hilus).

Ia juga bisa menyebar dengan cara perkontinuitatum yaitu menyebar ke

sekitarnya. Salah satu contohnya adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian

penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang

membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas yang bersangkutan

dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus

yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan peradangan pada

lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis. Selain itu,

kuman ini bisa menyebar melalui penyebaran secara bronkogen, baik di paru

bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan. Ada juga yang menyebar

secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh,

jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara spontan,

akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan

menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis

tuberkulosa dan typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan

tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia

dan sebagainya (PDPI, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Tuberkulosis

Pada fase Tuberkulosis pasca primer, dari tuberkulosis primer ini akan

muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis post-primer, biasanya pada usia 15-40

tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang bermacam macam antaranya

adalah tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis dan tuberkulosis menahun.

Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena

dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang

dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus

inferior. Sarang dini ini pada awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil.

Nasib sarang pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sama ada melalui

diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat ataupun

sarang tadi pada mulanya meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan dengan

penyebukan jaringan fibrosis. Ia selanjutnya akan membungkus diri menjadi lebih

keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sebaliknya

dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali, membentuk jaringan keju dan

menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.

Ada juga sarang pneumonik yang meluas, membentuk jaringan keju (jaringan

kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti

awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).

Nasib kaviti ini mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik baru.

Sarang pneumonik ini akan mengikuti pola.

Perjalanan seperti yang disebutkan diatas, ia dapat pula memadat dan

membungkus diri (encapsulated), dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat

mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan

menjadi kaviti lagi. Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut

open healed cavity atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri lalu akhirnya

mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut

sehingga kelihatan seperti bintang atau stellate shaped (PDPI, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Tuberkulosis

2.1.5 Faktor resiko

Terdapat pelbagai factor resiko yang bisa menyebabkan tertularnya penyakit

Tuberkulosis. Yang pertama adalah faktor usia. Dari hasil penelitian yang

dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang gelandangan

menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat

secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya

mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru

adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

Faktor resiko seterusnya adalah jenis kelamin. Di benua Afrika pada tahun

1996 jumlah penderita TB paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah

penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita.

TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-

laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan

terjangkitnya TB paru.

Tingkat pendidikan juga menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit

Tuberkulosis. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat

kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang

cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan

sehat.

Diketahui juga bahwa kebiasaan merokok mempunyai hubungan dengan

meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner,

bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Menurut Yuliyanti Purnamasari

(2009) di dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Merokok Dengan

Angka Kejadian Tuberkulosis Paru di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Perokok

memiliki resiko untuk mengalami Tuberkulosis 3 kali lebih besar daripada bukan

perokok. Ini karena, merokok dapat memperlemah paru dan menyebabkan paru lebih

mudah terinfeksi kuman tuberkulosis. Bahkan, asap rokok dalam jumlah besar yang

dihirup dapat meningkatkan risiko keparahan tuberkulosis, kekambuhan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Tuberkulosis

kegagalan pengobatan tuberkulosis. Dengan adanya kebiasaan merokok akan

mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.

Selain itu, kepadatan hunian kamar tidur juga menjadi factor resiko penyebab

penyakit Tuberkulosis. Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk

penghuni di dalamnya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab

disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga

yang lain. Antara kelompok yang beresiko untuk menularkan penyakit Tuberkulosis

adalah pelajar-pelajar di asrama sekolah.

Kondisi rumah juga menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB.

Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman. Lantai

dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga

akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman

Mycrobacterium tuberculosis.

Faktor resiko penularan penyakit Tuberkulosis yang seterusnya adalah status

gizi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati LY (2002) terhadap pasien

Tuberkulosis, terdapat 96,7% responden mempunyai kecukupan energi kurang.

Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan

tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.

Keadaan sosial ekonomi juga berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan

sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan

pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi

konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status

gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga

memudahkan terkena infeksi TB Paru.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Tuberkulosis

2.1.6 Gejala klinis

Gejala-gejala umum untuk penyakit TB adalah demam tidak terlalu tinggi

yang berlangsung lama. Biasanya demam ini dirasakan malam hari disertai keringat

malam. Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh

keringat sehingga pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti. Kadang-kadang

serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala umum lain

adalah penurunan nafsu makan dan berat badan serta batuk-batuk selama lebih dari 3

minggu (dapat disertai dengan darah). Bisa juga dirasakan perasaan tidak enak atau

malaise dan lemah (PDPI, 2002).

Gejala-gejala khusus atau khas pula tergantung dari organ tubuh mana yang

terkena. Bila terjadi sumbatan di sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah

bening yang membesar, ia akan menimbulkan suara "mengi" yaitu suara nafas

melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan dirongga pleura, ia dapat disertai

dengan keluhan sakit dada. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala

seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara

pada kulit di atasnya. Pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak,

dapat mengenai otak dan terjadinya meningitis (radang selaput otak). Gejalanya

adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Tuberkulosis

Tabel 2.1. Gejala atau komplikasi bagian lain yang terinfeksi M. tuberculosis

Bagian yang Terinfeksi Gejala atau komplikasi Rongga perut - Lelah

- Nyeri tekan ringan - Nyeri seperti apendisitis

Kandung kemih - Nyeri ketika berkemih Otak - Demam

- Sakit kepala - Mual - Penurunan kesadaran - Kerusakan otak yang

menyebabkan terjadinya koma Pericardium - Demam

- Pelebaran vena leher - Sesak nafas

Persendian - Gejala yang menyerupai artritis Ginjal - Kerusakan gijal

- Infeksi di sekitar ginjal Organ reproduksi pria - Benjolan di dalam kantung zakar Organ reproduksi wanita - Kemandulan Tulang belakang - Nyeri

- Kollaps tulang belakang - Kelumpuhan tungkai

2.1.7 Pengobatan

Obat anti TB (OAT) untuk lini pertama adalah Rifampisin, Isoniazid (INH),

Pirazinamid, Streptomisin dan Etambutol. Obat tambahan lainnya ataupun obat lini 2

adalah Kanamisin, Amikasin dan Kuinolon (PDPI, 2005). Biasanya, Isoniazid

diberikan selama 6-9 bulan melalui oral. Pengobatan rifampin pula diberikan selama

4-9 bulan (Federal Bureau of Prisons, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Tuberkulosis

Tabel 2.2. Pengobatan yang dianjurkan oleh WHO

Kategori TB Fasa awal Fasa seterusnya 1. Kasus baru TB paru

positif 2. TB ekstra paru

berbahaya 3. Negatif TB paru

berbahaya

1. 2 bulan H3R3Z3E3 / 2 bulan H3R3Z3S3

2. 2 bulan HRZE / 2 bulan HRZS

1. 4 bulan H3R3 2. 4 bulan HR 3. 6 bulan HE

4. TB paru positif yang sudah diobati

1. 2 bulan H3R3Z3E3S3 / 2 bulan H3R3Z3E3

2. 2 bulan HRZES / 1 bulan HRZE

1. 5 bulan H3R3E3 2. 5 bulan HRE

1. Kasus baru TB paru negatif

2. TB paru kurang berbahaya

1. 2 bulan H3R3Z3E3 2. 2 bulan HRZE

1. 4 bulan H3R3 2. 4 bulan HR 3. 6 bulan HE

Sumber : Davidson’s Principles & Practice of Medicine H Isoniazid R Rifampin Z Pirazinamid

E Etambutol S Streptomisin

2.1.8 Komplikasi

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum

pengobatan dalam masa pengobatan ataupun setelah selesai pengobatan. Beberapa

komplikasi dini yang mungkin timbul adalah batuk berdarah, pneumotoraks, luluh

paru, gagal napas, gagal jantung dan efusi pleura. Komplikasi lanjut pada penyakit

Tuberkulosis pula bisa jadi obstruksi jalan napas, kor pulmonal, amiloidosis dan

karsinoma paru (Taufik A., 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Tuberkulosis

2.1.9 Pencegahan

Penyakit Tuberkulosis ini bias dicegah. Seperti yang diketahui, mencegah

lebih baik dari mengobati. Antara pencegahan penyakit Tuberkulosis yang bisa

dilakukan oleh masyarakat adalah ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik serta

menutup mulut saat batuk. Selain itu, masyarakat juga perlulah menjaga kebersihan

lingkungan termasuk alat makan dan tidak meludah di sembarang tempat (Rahmawati

VK, 2009).

Selain pencegahan dinyatakan di atas, terdapat juga vaksinasi yang bisa

mencegah daripada terjadinya penyakit Tuberkulosis ini yaitu vaksin BCG (Squire

B., 2009).

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya seperti mata, hidung, telinga dan alat indera lainnya. Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek tersebut

(Natoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang dicakup di

dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu boleh diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Hal yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tahu tentang apa yang

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Tuberkulosis

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,

menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami boleh diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan

dapat menginterpretasikan secara benar tentang obejek/materi yang

diketahuinya. Orang yang telah paham tentang objek/materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi boleh diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur oraganisasi yang masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain, sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dan formulasi-formulasi yang sedia ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Tuberkulosis

6. Evaluasi (evaluation)

Merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

teradap suatu obejek/materi. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada.

Menurut Natoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lainnya adalah:

1. Pengalaman

Diperolehi dari pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain.

Pengalaman yang diperolehi dapat memperluaskan pengetahuan

seseorang.

2. Umur

Pertambahan umur seseorang akan menyebabkan proses perkembangan

metalnya semakin bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika

berusia belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang banyak

dipengaruhi oleh umur. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa dengan

bertambahnya umur seseorang, akan mempengaruhi pada petambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada satu umur tertentu atau

pada menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

3. Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang dapat memperluas pengetahuan dan

wawasan seseorang. Secara umumnya, seseorang yang berpendidikan

lebih tinggi, akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan

dengan seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Tuberkulosis

4. Keyakinan

Keyakinan biasanya diperoleh secara turun temurun dan tanpa ada

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini biasanya akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik dari segi positifnya maupun yang negatifnya.

5. Sumber informasi

Sumber informasi yang baik akan meningkatkan pengetahuan seseorang

meskipun seseorang itu memiliki pendidikan yang rendah. Sumber

informasi di masa sekarang sangat banyak antaranya termasuklah radio,

telivisi, majalah, koran dan buku.

6. Penghasilan

Sebenarnya, penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap tingkat

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang mempunyai penghasilan

yang cukup besar, maka beliau akan mampu untuk menyediakan fasilitas-

fasilitas sumber informasi.

7. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang telah dikemukakan di atas.

Universitas Sumatera Utara