step 7 fernanda lurma

11
STEP 7 1. Sebutkan masalah yang timbul akbat Pemukiman Kumuh? ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran sarana jalan yang sempit dan tidak memadai tidak tersedianya jaringan drainase kurangnya suplai air bersih jaringan listrik yang semrawut fasilitas MCK yang tidak memadai (Rukmana, Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan.) 2. Ciri-ciri daerah kumuh? 1. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha), 2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah, 3. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar, 4. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan, 5. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur perundang undangan yang berlaku. (Khomarudin. 1997. Lingkungan Permukiman Kumuh)

Upload: aldi-sadega

Post on 25-Sep-2015

8 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

setwe

TRANSCRIPT

STEP 71. Sebutkan masalah yang timbul akbat Pemukiman Kumuh? ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran sarana jalan yang sempit dan tidak memadai tidak tersedianya jaringan drainase kurangnya suplai air bersih jaringan listrik yang semrawut fasilitas MCK yang tidak memadai

(Rukmana, Deden.2008.Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan.)

2. Ciri-ciri daerah kumuh?1. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha), 2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah, 3. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar, 4. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan, 5. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur perundang undangan yang berlaku.

(Khomarudin. 1997. Lingkungan Permukiman Kumuh)

Menurut Sinulingga (2005) ciri-ciri permukiman kumuh terdiri dari : Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/Ha. Pendapat para ahli perkotaan menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/Ha maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis, psikologis dan perlindungan terhadap penyakit. Jalan-jalan sempit dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang sudah bersinggungan satu sama lain. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalan-jalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan tergenang oleh air. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umunya tidak permanen dan malahan banyak sangat darurat. Pemilikan hak atas lahan sering legal, artinya status tanahnya masih merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.

Menurut UNCHS ( 1982; dalam Sochi, 1993) ciri ciri permukiman kumuh ini antara lain : Sebagian besar terdiri atas rumah tua (rusak) pada bagian lama suatu kota ( semula didirikan dengan ijin), Sebagian besar penghuninya merupakan penyewa, Di beberapa tempat ada rumah bertingkat pemilik yang sekaligus menyewakan beberapa rumah kumuh, Kepadatan rumahnya tinggi, Ada yang berasal dari proyek perumahan yang kurang terpelihara, dan Ada yang dibangun oleh sektor informal, dengan sewa murah untuk menampung migran ekonomi lemah yang datang dari desa.

3. Apa penyebab Pemukiman kumuh? Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, Sulit mencari pekerjaan, Sulitnya mencicil atau menyewa rumah, Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan, Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah, Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

(Khomarudin.1997. Penyebab Utama Tumbuhnya Permukiman Kumuh )

4. Solusi menangani Pemukiman kumuh? Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.(Soemirat, J., 1996. Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakatra.Dalam UU Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman ditegaskan bahwa penataan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manfaat, adil, dan merata, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, ketergantungan, dan kelestarian lingkungan hidup.

1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, 2. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan sehat, aman, serasi, dan teratur, 3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional. 4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

5. Dampak yang timbul dari segi kesehatan akibat pemukiman kumuh?Rentan terserang penyakit seperti : Flu Batuk Demam Berdarah Diare Malaria Leotospirosis(http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=16248)

6. Bagaimana penyelesaian pemerintah akibat pemukiman kumuh?Sesuai dengan UU No. 4/1992 pasal 27, lingkup penanganan lingkungan permukiman kumuh mencakup hal-hal sebagi berikut : 1. Perbaikan dan pemugaran

Secara konseptual, implementasi prinsip perbaikan dan pemugaran meliputi : 1. Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yang pada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki oleh sebua kota, 2. Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisik lingkungan permukiman yang mengalami degradasi,

3. Renovasi adalah melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari komponen pembentukan lingkungan permukiman, 4. Rekontruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkungan permukiman sedakat mungkin dari asalnya yang diketahui, dengan menggunakan komponen-komponen baru maupun lama, 5. Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan pemukiman dari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untuk memelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari proses penyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrument : ijin mendirikan bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang : Koefisien Lantai Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis Sempadan Jalan dan Garis Sempadan Sungai . 2. Peremajaan

Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan lingkungan perumahan dan pemukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan pemukiman baru yang lebih layak dan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensi lahannya.

3. Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan

Pengolahan dan pemeliharaan berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk mencengah, mengendalikan atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta meningkatkan dampak positif yang timbul terhadap lingkungan hunian.(Dainur. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)

7. Syarat-syarat pemukiman yang sehat?

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi parameter sebagai berikut :1. Lokasia. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya;b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang;c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udaraKualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut :a. Gas H2S dan NH3secara biologis tidak terdeteksi,b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3,c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm,d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.

3. Kebisingan dan getarana. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A,b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik.

4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukimana. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg,b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg,c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg,d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg.

5. Prasarana dan sarana lingkungana. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan,b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor penyakit,c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata,d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan,e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan,f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan,g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan lain sebagainya,h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya,i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakita. Indeks lalat harus memenuhi syarat,b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.

7. PenghijauanPepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam.

(Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentangPersyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI)

8. Sebutkan alasan berkembangnya pemukiman kumuh ?

Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, Sulit mencari pekerjaan, Sulitnya mencicil atau menyewa rumah, Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan, Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta disiplin warga yang rendah, Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

(Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentangPersyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta : Departemen Kesehatan RI)

9. Bagaimana cara mengatasi kepadatan penduduk?

Mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) sebagai gerakan nasional, dengan cara memperkenalkan tujuan-tujuan program KB melalui jalur pendidikan, mengenalkan alat-alat kontrasepsi kepada pasangan usia subur, dan menepis anggapan yang salah tentang anak. Meski program ini cenderung bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia. Menetapkan Undang-Undang Perkawinan yang di dalamnya mengatur serta menetapkan tentang batas usia nikah. Membatasi pemberian tunjangan anak bagi PNS/ABRI hanya sampai anak kedua. Transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yng padat ke tempat yang lain yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri. Pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, perikanan, pertanian, dan pertambangan di wilayah lain.(Rhiti.Hyorinimus. Kompleksitas Permasalahan Lingkungan Hidup. Univ Atma Jaya, Yogyakarta, 2005)10. Faktor penyebab kepadatan penduduk?

Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman topografi yang relative landai menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam, tersedianya lapangan kerja. Faktor sosial budaya, yang termasuk factor sosial budaya adalah kesempatan untu meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat. Selain itu daerah yang relative aman akan selalu jadi pemukiman yang padat.(Rhiti.Hyorinimus. Kompleksitas Permasalahan Lingkungan Hidup. Univ Atma Jaya, Yogyakarta, 2005)

11. Dampak dari kepadatan penduduk? Luas tanah pertanian menyempit,sehingga produksi pangan menurun Tenaga kerja membludak sehingga menimbulkan pengangguran Fasilitas hidup yang ada tidak mampu menampung jumlah penduduk yang semakin banyak, sehingga kualitas pnduduk menurun.(Rhiti.Hyorinimus. Kompleksitas Permasalahan Lingkungan Hidup. Univ Atma Jaya, Yogyakarta, 2005)

Menurut Heimstra dan McFarling,1978; Gifford,1987).Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas, stress (Jain, 1987) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1982).Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan individu untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher dkk., 1984).Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu (Holahan,1982)Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan, 1982).

12. Dasar hukum dalam pengaturan pemerintah tentang lahan pemukiman?

UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman. UU No. 24 Tahun 1992 junto. UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. PP Nomor 16 Tahun 2002 Tentang Penatagunaan Tanah Peraturan Kepala BPN Nomor 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi Tanah Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Pengelolaan. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Keputusan Penegasan Tanah sebagai Obyek Konsolidasi Tanah. 4 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun2006 temntang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.2007 Surat Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 410-4245 tanggal 7 Desember 1991 tentang Petunjuk Pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Surat edaran Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor410-1078 ggal 18 April 1996 tentang Petunjuk Teknis Konsolidasi Tanah. Surat Deputi Bidang Pengaturan, Penguasaan dan Penatagunaan Tanah nomor 410-1078 tanggal 15 Mei 1996 tentang Petunjuk Kerjasama Pelaksanaan Konsolidasi Tanah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman