soal osce ukdi

Upload: keisha-salsabila

Post on 15-Oct-2015

722 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SOAL OSCE UKDI

TRANSCRIPT

SOAL OSCE UKDI Contoh soal OSCE UKDI 1. Soal : Seorang ibu datang ke klinik dokter keluarga membawa bayinya berusia 6 bulan dengan keluhan mencret 2. Tugas mahasiswa: a. Lakukan alloanamnesa b. Lakukan pemeriksaan fisik c. Sampaikan usulan pemeriksaan penunjang kepada penguji, (nanti penguji memberi jawaban hasilnya) dan iterpretasi hasilnya d. Sampaikan dx kerja dan 3 diagnosis banding kepada penguji e. Sampaikan tatalaksana nonfarmakologi dan farmakologi f. Tuliskan resep secara lengkap g. Beri edukasi kepada orang tua pasien Ctt: hasil PE/ KU Rewel, Kesadaran CM, Suhu 39,5C Respirasi 48X/menit, Nadi 120x/menit, isi cukup, reguler, UUB datar, Mata tdk cekung, air mata ada, mukosa mulut basah

Ctt: penguji menyampaikan hasil lab setelah peserta merencanakan / mengusulkan pemeriksaan penunjang darah rutin dan feses: lekosit 12.000 mmkubik, difcount: 83/13/2/1/1 Feses: makroskopis : darah +, lendir + sigella + 3. Dx Kerja: disentri basiler atau shigellosis tanpa dehidrasi 4. DD: 1. Enteritoxigenik E Coli 2. Enterohemoragic E Coli 3. Disenrti auba 4 invaginasi 5. Tatalaksana a. Nonfarmakologis i. Rehidrasi rencana A dengan lengkap: pemberian ASI diteruskan dan lebih banyak, pemberian oralit, pemeberian makanan lanjutkan b. Farmakologis: i. Cotrimoxazol 5-8 mg/kgbb 2x sehari selama 5 hr atau ii. Ampicillin 50 mg/kgbb, 4 kali sehari selama 5 hari atau iii. Ciprofloxacin 15 mg/kgbb 2 kali sehari selama 5 hari iv. Dan zinc tablet 20 mg/hr selama 10 hari Rubrik penilaian ( hanya yang dicatat disini dengan kategori skor 3 saja, paling tinggi) 1. Anamnesa ( dengan kategori skor paling tinggi 3) a. Peserta ujian bertanya tentang keluhan utama, ditambah 5-6 pertanyaan mengenai: i. Onset penyakit ii. Keluhan penyerta iii. Tanda tanda dehidrasi iv. Riwayat makanan v. Riwayat allergi vi. Riwayat pengobatan 2. Pemeriksaan fisik ( dengan kategori skor paling tinggi 3) a. Peserta ujian melakukan semua pemeriksaan fisik dengan benar dan runtut: i. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan ii. timbang BB iii. Periksa tanda vital iv. Test minum v. Tanda tanda dehidrasi (UUB, kelopak mata, mukosa mulut, turgor kulit) 3. Melakukan test, prosedur klinik ( dengan kategori skor paling tinggi 3) a. Peserta ujian mengusulkan pemeriksaan feses dan darah rutin b. Dan melakukan interpretasi (setelah penguji menyebutkan hasil pemeriksaan laboratorium feses dan darah rutin) 4. Menentukan diagnosis dan diagnosis banding ( dengan kategori skor paling tinggi 3) Peserta ujian menetapkan diagnosis disentri basiler atau shigellosis tanpa dehidrasi dan menyebutkan 3 dx banding: 1. Enterogenik E Coli 2. Enterogenik hemoragic E Coli 3. Invaginasi 5. Tatalaksana non farmakologi berikut dengan lengkap ( dengan kategori skor paling tinggi 3) Peserta ujian menyampaikan tatalaksanan nonfarmakoterapi (rencana rehidrasi A) dengan lengkap: 1. Pemberian ASI lebih sering dan lebih banyak 2. Pemberian oralit 3. Makanan bayi diteruskan 6. Tatalaksanan farmakologi berikut dengan lengkap ( dengan kategori skor paling tinggi 3) a. Anti biotik v. Cotrimoxazol 5-8 mg/kgbb selama 5 hari vi. Ampicilin 50 mg/kgbb selama 5 hari vii. Ciprofloxacin 15 mg/kgbb selama 5 hari b. Parasetamol 10-15 mg/kgbb c. Zinc 1 tab (20 mg) perhari selama 10 hari 7. Komunikasi dan atau edukasi pasien ( dengan kategori skor paling tinggi 3) Peserta ujian menunjukkan kemampuan berkomunikasi dengan menerapkan prinsip berikut: 1. Mampu membina hubungan baik dengan pasien secara verbal non verbal ( ramah, terbuka, kontak mata, salam, empaty, dan hubungan komunikasi 2 arah 2. Mampu memberikan kesempatan kepada pasien untuk bercerita dan mengarahkan cerita 3. Mampu untuk melibatkan pasien dalam membuat keputusan klinik 4. Mampu memberikan penyuluhan yang isinya sesuai dengan masalah pasien a. Penyebab diare b. Perjalanan penyakit diare c. Pencegahan d. Kapan harus kembali ke dokter 8. Perilaku profesionalisme Meminta izin secara lisan dan melakukan dibawah ini secara lengkap: 1. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan teliti sehingga tidak membahayakan pasien dan diri sendiri 2. Memperhatiakn kenyaman pasien 3. Melakukan tindakan sesuai prioritas 4. Menunjukkan rasa hormat pada pasien

5. Mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau melakukan konsultasi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Station pertama. Obgin... Waktu itu kasusnya intinya diminta pasang AKDR alias IUD. Ini station dengan manekin. Mungkin OSCE UKDI sebenarnya kasusnya bisa lain loh ya, bisa pasang implant, pemeriksaan ginekologi, partus spontan, presbo, kuret, pap smear , dsb. Ingat-ingat lah waktu OSCE stase Obgin dulu. Tapi ternyata kasus sesimpel ini saya melakukan kecerobohan juga. Padahal dulu waktu koass di Banjarnegara saya dah pernah pasang IUD pada pasien meski baru satu kali. Mungkin dheg-dhegan karena berlabel ujian dan karena ini station pertama. Kecerobohan saya diantaranya merobekkan handscoon . Aduh keliatan banget gugup. Lalu saya dah pake handscoon tapi belum nyiapin IUD nya yang ternyata masih disegel. Lalu saya gak pasang tenakulum. Waduh, kalo ujian beneran bisa gak lulus nih... Malu juga sama pengujinya, saya gak kenal sih. Mungkin ini penguji yang dari center lain. Atau dosen saya sendiri tapi saya gak kenal? Entah lah... Beruntung nama di jas saya sudah pudar karena sering dicuci (dulu waktu koass bercandanya kalo jas kayak gini koass postchief ). Jadi semoga nama saya gak diinget lah. Malu... Hehe... Tips buat kalian yang OSCE UKDI station Obgin: kalo handscoon robek jangan panik, stay cool , ganti aja lagi karena di OSCE UKDI ini disediakan banyak bahan habis pakai yang boleh kalian pakai semaunya. Habis-habisin aja. Denger-denger juga dah bayar mahal kan kalo ujian sebenarnya. Lalu siapkan dulu IUD sebelum pakai handscoon . Kalo dah terlanjur, ganti lagi handscoon sebelum memasukkan IUD ke model uterus. Gak papa, gak akan dimarahi ngabis-ngabisin handscoon daripada on dan gak lulus... Trus inget-inget stepnya, jangan ada yang kelewatan. Banyak-banyak latihan sesuai checklist akan membantu.

Station kedua. Bedah. Kalo ini pengujinya saya tahu. Beruntung bukan dosen senior yang killer itu. Atau dosen lainnya yang lebih muda tapi juga killer dan terkenal nyentrik karena gak suka kalo kita ngomong sama manekin. Hehe.. Ini staf muda yang baik hati dari bedah onkologi. dr.A,SpB. Dan kasusnya saya suka... Bedah minor, simple skin suturing . Mungkin saya emang suka jahit menjahit, maklum waktu SMP saya paling suka pelajaran PKK. Hehe.. Saya mengerjakan station ini dengan sepenuh hati. Waktunya pun pas, gak kurang. Bahkan pengujinya sempat ngasih feedback ke saya. Emang ini cuma try out , dan yang dinilai adalah sistemnya. Tapi dr.A,SpB berbaik hati memberi feedback . Beliau bilang ini gak akan berpengaruh pada hidup mati saya. Hehe. Saya sih senang-senang aja, buat masukan saya juga. Katanya jangan menyentuh luka tanpa proteksi (saya emang gak pake handscoon waktu meriksa luka, hehe). Lalu anestesi dulu sebelum cuci luka dengan H 2 O 2 . O iya... itu saya benar-benar lupa kalo protokolnya gitu. Habis kemarin-kemarin biasa hecting di klinik waktu saya gantiin jaga kakak kelas gak pernah pake H 2 O 2 , lha wong gak ada... Jadi saya malah lupa standard yang benar. Tips buat kalian: sama seperti sebelumnya, pakai bahan habis pakai sesuka kalian. Kalo gak ada handscoon on buat meriksa luka, pake aja handscoon steril (jadi inget di UGD Klaten dulu sebelum disediain handscoon on pada buang-buang handscoon steril). Benang juga, kalo dah kependekan ganti aja yang baru. Ingat step-step yang benar. Seperti kata seorang dosen senior biasakan lakukan yang benar, jangan membenarkan yang biasa kita lakukan. Hehe... Trus apalin juga nama alat-alatnya. Kemarin saya gak ditanya sama penguji sih, wong cuma try out . Kalo OSCE UKDI kelak, siapa tau pengujinya iseng nanya nama alat-alatnya...

Station ketiga, penyakit dalam 1. Ini saya kacau... Kasusnya penurunan berat badan. Pasiennya pasien standard. Waktu anamnesis saya bingung. Habis pasiennya gak ngasih banyak informasi. Di setting nyata waktu yankes ato jaga klinik gak segitunya deh... Jadi DD saya cuma TB dan kakeksia karena malignasi. Pasien itu dah bilang gak batuk... tapi saya tetap maksain mengarah ke TB. Selain penurunan berat badan, beneran gak batuk, Pak? Kalo keringat malam ato demam ada gak?? Haha, saya berkali-kali bertanya kayak gitu. Maksa... Sampe pengujinya senyam-senyum. Waktu diperiksa gak ada kelainan fisik, lagi... Aduh... Mentok gini... Kalo ujian beneran gak lulus nih... Akhirnya bel yang dinanti berbunyi juga... Beneran, rasanya ingin segera terbang dari ruangan itu. Setelah cross check sama temen lain, ternyata ada juga yang sama bingung dengan saya, tapi ada yang dapat DM! O iya... DM ya... Kenapa gak kepikiran... Aduh dudul... Coba tadi lebih rinci anamnesisnya. Trus cek GDS, pasti ketahuan. Gak papa sih, gak mempengaruhi hidup dan mati, tapi kan malu sama pengujinya, pake acara maksain pasien lagi... Hehe... Tips untuk penyakit dalam, inget berbagai DD penyakit berdasarkan keluhan utama pasien!! Saya merekomendasikan buku Bedside Diagnosis .

Station keempat, THT. Kasusnya penurunan pendengaran. Pasiennya acting nya lumayan juga. Pura-pura gak denger, jadinya saya ngomong sekalian teriak-teriak aja. Hehe... Gak susah sih ini menurut saya... Anamnesis bla-bla-bla... Trus periksa fisik. Awalnya karena keluhannya penurunan pendengaran, saya mau tes rinne-weber-schwabah . Haha, sok-sokan mau diagnosa CHL ato SNHL. Tapi ternyata gak disediakan garpu tala. Jadi saya periksa THT aja. Kedudulan saya, dah lama gak pegang otoskop, saya bingung nyalain otoskopnya. Haha, untung pengujinya baik hati. Dokter ini kayaknya waktu saya koass THT masih R atas deh, sekarang dah staf ya... Beliau ngasih tau saya. Ditekan trus diputer dik... Mungkin karena ini cuma try out . Kalo OSCE UKDI beneran jangan harap dapat penguji kayak gitu. Hasil pemeriksaannya dikasih foto liang telinga tertutup serumen. Yup... Cerumen prop... Tindakannya evakuasi serumen lah ya... Tipsnya: kuasai cara pemakaian alat. Sering pinjam alat di skills lab buat latihan. Kalo bingung nyalain otoskop aja bisa ngabis-ngabisin waktu...

Station kelima, penyakit dalam 2. Pasien ini acting nya bener-bener totalitas. Acung jempol deh. Dari make up bisa pucet banget, terus kesakitan sampai jumpalitan. Keluhannya nyeri pinggang kiri, buang air kecil berdarah, demam. Tapi pasien ini khas sih.. Lebih mudah dieksplor juga dibanding DM yang gak jelas. Pemeriksaan fisik ada nyeri ketok ginjal. Pyelonefritis akut mungkin. Tapi saya minta hasil BNO IVP gak ada... Akhirnya kasih analgesik dan antibiotik wae. Pasiennya nanya, jadi gak mondok ya dok?. Bodoh sekali saya jawab gak, padahal jelas-jelas pasien kesakitan gitu. Saya bilang ntar kalo obatnya habis kontrol lagi aja. Aduh... dudul banget... Harusnya dirujuk ke rumah sakit buat opname ya, wong KU nya buruk gitu. Ah sudahlah gak papa... Tipsnya: lihat KU pasien, kalo dah nampak sekarat gitu ya opname aja lah...

Station keenam, DV. Ini pasiennya juga niat. Kulitnya ditempel-tempel entah pake apa jadi ada UKK nya. Gatal-gatal, nyeri, demam... Ada foto UKK nya juga, ada vesikel kecil-kecil, ada yang pecah... Jadi disuruh deskripsi UKK nya. Entahlah bagi saya seluruh penyakit DV tuh mirip semua yak... Pokoknya saya gak mau ambil DV lah... Riwayatnya anak pasien juga sakit serupa, dah sembuh. Saya diagnosa varicella DD herpes. Saya minta periksa penunjang, Tzank test nya, ada hasil fotonya, tapi saya bingung juga interpretasinya apaan, biru-biru gak jelas gitu. Hehe.. Akhirnya saya malah jadi labil, diagnosa jadi herpes. Pengujinya trus nanya, jadinya diagnosa herpes apa varicella? Huaa... malu saya... Sebenarnya saya juga bingung diagnosanya apa. Tipsnya: jangan labil.

Station ketujuh, anak. Ibu-ibu bawa boneka. Jadi heteroanamnesis sama ibunya. Kasusnya biasa sih, lemas, rewel, jadi tidak aktif. Gak ada diare, demam. Anamnesis singkat riwayat perkembangan, imunisasi, perinatal, prenatal gitu lah. Semuanya biasa aja. Ternyata waktu diperiksa konjungtiva anemis. Pemeriksaan laboratorium mendukung diagnosa anemia defisiensi besi. Cuman saya bingung sumber perdarahannya dari mana, soalnya waktu anamnesis gak ada riwayat perdarahan. Pemberian makannya juga dah baik. Entahlah. Terapinya saya kasih vitamin dan SF. Dan saya gak tahu berapa dosis SF untuk anak-anak. Aduh... Habis umumnya anak paling ISPA, diare gitu... Tips: hapalkan dosis obat-obat untuk anak-anak, dalam /kg BB. Gak cuma analgesik, antibiotik aja, tapi indonesia raya, sampai suplemen, vitamin, obat-obat gak penting gitu deh. Selamat menghapal.

Station kedelapan, jiwa. Soalnya dah jelas mengarah banget... Pasien merasa was-was, gelisah, gak tau kenapa. Berdebar-debar, gejala otonom gitu deh. Kayak gini sih gak usah dianamnesis juga dah jelas General Anxiety Disorder. Tapi ya protapnya harus diperiksa ya. Jadilah ngobrol sama si pasien ini. Dengerin keluhannya. Periksa status mental. Gak terlalu masalah sih. Cuma saya lupa gimana nulis RM jiwa yang sistematis. Dudul deh... Padahal jiwa stase terakhir dan saya juga ada keinginan ambil jiwa. Gak papa lah. Yang penting diagnosanya tau, gak malu-maluin. Hehe... Terapinya alprazolam atau diazepam. Sama sok-sokan ngasih psikoterapi gitu deh. Tips: inget cara penulisan RM jiwa yang benar. Kayak KU, isi pikir, arus pikir, persepsi, dsb...

Station kesembilan, emergency . Wah paling kacau. Bingung. Alatnya juga gak lengkap sih... Soalnya ada pasien tiba-tiba gak sadar, sebelumnya mengeluh sakit dada. Ini pake manekin juga. Pertama dah ABC, primary survey , menurut soal gak ada nadi dan napas. Trus saya dah CPR. Waktu tanya ke penguji gimana nadi dan napas setelah CPR, penguji cuma menunjuk ke soal lagi. Aduh kan bingung... Maksudnya tetap gak ada nadi dan napas gitu ya... Mungkin harusnya dipasang ET ya, tapi ET nya gak ada. Gimana ya... Yang ada malah adrenalin. Masak langsung suntik adrenalin sih... Kacau, di ruangan ini waktu berjalan begitu lambat. ZzzzzZzzzz... Tips: ternyata menurut teman saya, lebih baik bilang sekarang saya pasang ET semacamnya lah meskipun gak ada alat-alat buat intubasi, daripada hanya terdiam. Haha,, sesimpel itu. Dudul.com.

Station kesepuluh, penyakit dalam 3. Saya gak tau, gimana sih cara bikin nafas supaya bisa muncul ada wheezing kalo nyatanya gak ada? Pasien standard ini, bisa kedengaran ada wheezing nya! Ajaib! Mungkin pasiennya emang ada asma kah? Kalo gak, entahlah gimana latihan acting nya. Pasien ini keluhannya sesak. Serangan kedua. Serangan pertama dah dulu banget waktu masih kecil. Bla-bla-bla... Gak ribet sih. Spirometri hasilnya variabilitasnya 35%. Asma intermitten. Terapinya reliever aja gak usah pake controller. Tips: tetap perkaya DD!!

Station kesebelas, saraf. Kasusnya pusing berputar. Anamnesisnya mengarah ke BPPV sih. Harusnya periksa manuver Hallpike ya. Saya inget nama pemeriksaannya aja, tapi lupa gimana cara nglakuinnya. Akhirnya setelah tes saraf umum, tes keseimbangan biasa aja. Tunjuk hidung jari. Test gait. Sama Romberg test. Haha... Gak tau lah. Pokoke diagnosanya BPPV lah. Terapinya? Saya lupa... Setelah ujian berakhir baru inget kalo harusnya dikasih betahistin. Waduh... Tips: Latihan manuver-manuver khusus untuk pemeriksaan neurologis. Jangan cuma apal namanya. Yang sering muncul mungkin untuk meningitis pake meningeal sign ( kernig, brudzinsky), HNP, ischialgia gitu pake tes lasegue , patrick , contra patrick , trus CTS pake tes tinnel , phalen , dsb.

Station terakhir, penyakit dalam 4. Kasusnya demam 7 hari. Pasti sudah ketebak. Malam lebih panas. Mual-mual, konstipasi. Diperiksa ada hepatomegali dan lidah tifoid. Laboratoriumnya Widal test titernya naik. Jelas toh... Demam tifoid. Terapinya kasih siprofloksasin sama parasetamol. Ini station terakhir dan kasusnya gak sulit, jadi waktunya tau-tau habis deh... Tips: ada baiknya saat membuat DD, lakukan juga pemeriksaan untuk menyingkirkan DD. Misal DD dengan DHF, lakukan rumple leed gitu. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Station 5 Dapat nomor urut 5, itu artinya masuk station 5. oh iya, 1 jam sblum pelaksanaan OSCE kami dikarantina dulu..haha. Simpan tas, hanya bawa diri, jas dokter, dan papan nomor ujian. Sebelum masuk ikut instruksi. 1 menit duduk didepan station masing-masing. 1 menit baca soal dan 13 menit ujiannya. di station 5 saya mendapat kasus pemasangan AKDR.. tapi bukan cuman pasang saja, ada beberapa instruksinya seperti pemeriksaan ginekologi dulu. karena ini merupakan station pertamaku, dan yang nguji diiiiaaammm kayak patung.. jadi sedikit bingung harus memulai dari mana. ada 3 manekin panggul diletakkan di meja periksa. bingung mau pakai manekin panggul mana. belum lagi, AKDR Cu T nya, lengannya tidak mau masukk.. huaahh.. paniknya minta ampun..hehe.

Station 6 di station ini, tentang pasien yang datang dengan luka iris dan instruksinya kalau ga salah, pemeriksaan fisik pada luka, menjelaskan temuan-temuan pemfis luka tersebut ke penguji, meng-HECTING luka tersebut, dan edukasi ke pasien. disini ada perawat non steril yang akan membantu kita. OK. disini saya tidak panik.. tenang.. seolah-olah pasien beneran. tapi saya lupa untuk cuci tangan sebelum pakai Handscoun.. haha.. bodoh sekali belum lagi, saya sudah melepas handscoun sebelum menutup luka jahitan saya dengan kasa.. hehe..

Station 7 ISTIRAHAT. ok disini station untuk istirahat. ada makanan disediakan. dan diberi kesempatan untuk miksi.

Station 8 di skenarionya tentang pasien yang datang dengan keluhan berat badan menurun. Ada pasiennya. dan disini kami harusmeng-anamnesis, pemeriksaan fisik, meminta pemeriksaan penunjang di lembar pemeriksaan penunjang.. kemudian penguji melihat permintaan kita dan menyebut semua hasil permintaan kita. setelah itu menentukan diagnosa dan memberikan resep obat kepada pasien. termasuk edukasi non farmakologinya seperti dietnya. Oh iya, disini harus ngisi rekam medik juga selengkap2nya sampai prognosis..hehe

Station 9 tentang ibu yang membawa bayinya berumur 10 bulan dengan keluhan pucat. bayinya cuman manekin tapi ibu pasien ada. Jadi disini hampir sama instruksinya dengan station 8. Kalau ga salah, tentang pasien Anemia defisiensi Fe. cuman saya benar-benar blank dosis Fe untuk anak tersebut dan cara pemberiannya.. haha benar-benar lupapayah sekali

Station 10 Di station ini, dengan pasien lagi yang datang dengan keluhan nyeri pinggang. sama instruksinya dengan station 8 dan 9. Cuman pasiennya benar-benar menjiwai perannya yang amat kesakitan..hehe. Sepertinya sikap empati kita juga di nilai.. Saya sedikit bingung untuk menentukan diagnosanya. mau ngarahin ke batu ginjal tapi pemfisnya ga jelas.. benar-benar binguuungg

Station 11 Station THT. pasiennya juga benar-benar menjiwai. datang dengan penurunan pendengaran. jadi bayangkan saya menganmnesis pasien tersebut sambil pakai TOAK.. hehe.. haduuuh.. sampai beberapa kali saya mengucapkan pertanyaan baru mau dijawab. OK.. disini selain anmnesis juga melakukan pemeriksaan THT seperti biasa. Otoskopi, rinoskopi ant/pos, Faringoskopi, dan Laringoskopi. Trus penguji ngasih lihat foto membran timpani. Bis itu, seperti biasa, nulis resep.. :D

Station 12 Sudah mulai merasa jenuh yang sejenuh-jenuhnya. ingin sekali rasanya pulang.. Huft. tapi yah.. sudah lah.. masuk dengan muka yang tidak semangat lagi. Ternyata ini stase KULIT.. arghh.. saya selalu bingung dengan penyakit kulit. sama seperti station2 sblmnya. Ada pasien, harus di anamnesis dan pemfis, minta pemeriksaan penunjang.. tulis resep, konsul ini itu, dan edukasi. Kalau nga salah ini pasien Varicella, trus minta pemeriksaan Tzank, penguji perlihatkan foto klinis dan pemeriksaan tersebut.. lalu menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang tersebut.

Station 13 JIWA!! Argh.. sudah jenuh tapi disini sikap empati kita benar-benar dinilai. Pasiennya seorang ibu datang dengan keluhan sering berdebar-debar dan rasa khawatir yang tak diketahui sebabnya. Pokoknya disini harus digali masalah-masalah pasien.. trus melakukan pemeriksaan status mental.. konseling/edukasi.. kasih obat.. sama seperti station2 sebelumnya. hanya saja, teknik anamnesis pasien jiwa benar-benar membutuhkan cara yang berbeda.. berusaha bagaiamana si pasien mau terbuka berbicara pada kita.. hehe.. Ampuuuunnn..

Station 14 ISTIRAHAT!! station 7 dan 14 memang selalu menyenangkan.. hehehe..

Station 1 Untungnya sudah istirahat 15 menit, soalnya distation ini kami harus meng-RKP pasien cardiac Arest 5 siklus seorang diri.. tapi tetap saja, rasanya benar-benar sudah lelah jiwa, fisik, dan mental :D

Station 2 tentang pasien yang datang dengan keluhan sesak napas.. sama instruksinya dengan station 8,9,10,11,12. Pasien Asma bronkial. trus penguji minta 2 DD lagi.. hehe.. cuman jawab 1 saja. PPOK.

Station 3 titik jenuh sudah memuncak. OK.. saya masih sanggup untuk menganmnesis pasien dan pemfis sederhana. ceritanya tentang pasien yang datang dengan keluhan Vertigo. Walaupun saya tahu, harus melakukan beberapa manuver untuk bedakan veritgo sentral dan perifer.. tapi tak saya lakukan. pengujinya juga diam, pasiennya juga diam, saya juga diam..haha.. sampai rekam medik saya sudah tak terbaca lagi dan tak menulis apa2 di resep..

Station 4 Berhubung ini station terakhir, jadi semangat 45 nya muncul lagi. untungnya instruksi soalnya ngak susah. pasien yang datang dengan keluhan demam 7 hari. OK. ini Demam tifoid, dan kupikir ini station ter-Perfect yang saya lakukan. mulai dari anamnesis yang sistematis, pemeriksaan fisis yang lengkap dan menginterpretasikan hasil widal dengan cukup baik.. Maklum, waktu di Bagian ANAK saya sempat 2x ujian dengan Prof. DD memakai status demam tifoid.. jadi tak usah diragukan lagi sepertinya :p