skripsi - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2636/1/cd...

79
i TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TANGGUNG JAWAB IKUT SERTA MENANGGUNG KERUGIAN AKIBAT KESALAHAN KERJA (Studi Kasus Toko Lancar Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh : UMI NURBAITI NIM. 21413029 FAKULTAS SYARI’AH JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    TINJAUAN HUKUM ISLAM

    TERHADAP TANGGUNG JAWAB IKUT SERTA

    MENANGGUNG KERUGIAN AKIBAT KESALAHAN KERJA

    (Studi Kasus Toko Lancar Salatiga)

    SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

    Oleh :

    UMI NURBAITI

    NIM. 21413029

    FAKULTAS SYARI’AH

    JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO “Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka

    apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan

    sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah

    hendaknya kamu berharap.”

    (QS Al-Insyiroh : 6-8)

    “Gantungkan cita – citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika

    engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang - bintang”

    (Ir. Soekarno)

    “Apapun mimpi yang kita meliki, berjanjilah bahwa kita akan melakukan

    yang terbaik untuk mewujudkannya”

    (Anonim)

  • v

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini dipersembahkan untuk:

    1. Kedua orang tuaku tercinta sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang

    tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas

    semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.

    2. Kedua kakak – kakaku yang telah memberikan dukungan moril maupun

    materil.

    3. Bapak Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang selalu

    memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai

    dengan maksiaml sesuia dengan yang diharapkan.

    4. Sahabat – sahabat seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013

    yang selalu memberikan warna dalam menempuh pemndidikan di IAIN

    Salatiga.

  • vi

    Kata Pengantar

    Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT,

    karena berkat rahmat – Nya penulisan sekripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai

    dengan yag di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang

    telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan sekripsi

    ini.

    Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit

    perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat –

    sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.

    Penulisan Sekripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan

    guan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum

    Ekonomi Syari’ah yang berjudul : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung

    Jawab Ikut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasusu di

    Toko Lancar Kota Salatiga)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyususn

    penulisan sekripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai

    pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi –

    tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata – kata, namun

    perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. A, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

    Salatiga.

  • vii

    3. Ibu Evi Ariyani, M. H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah

    IAIN Salatiga.

    4. Bapak Prof. Dr. H Muh Zuhri, M. A. Selaku dosen pembimbing yang

    selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan

    penulisan sekripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan

    yang diharapkan.

    5. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN

    Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi,

    sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.

    6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

    Fakultas Syari’ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu

    memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini

    tanpa halangan apapun.

    7. Sahabat – sahabatku selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga

    Yuliana Indah S, Rokhana Pujiastuti, Dwi Mayawati, Ratna Dwi Astuti

    yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

    8. Teman – temanku Adit, Zizzah, Sely, Mba Piah yang tidak banyak

    membantu lebih banyak merepotkan, tetapi selalu memberikan warna dan

    dukungannya untuk menyelesaikan skripsi.

    9. Teman – teman KKN dusun Buburan yang telah memberikan rasa

    kekeluargaan kepada penulis.

  • viii

    10. Teman – teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013 di IAIN

    Salatiga yang telah banyak memberikan cerita selama menempuh

    pendidikan di IAIN Salatiga.

    11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun

    memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.

    Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balsan

    yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa

    mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.

    Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini maaih jauh dari

    sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya,

    sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi

    kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.

    Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi

    penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

    Salatiga, September 2017

    Penulis.

  • ix

    ABSTRAK

    Nurbaiti, Umi. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut

    Serta Menanggung kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasus di Toko

    Lancar Kota Salatiga). Sekripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum

    Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof

    . Dr. H. Muh. Zuhri, M.A.

    Kata Kunci: Hukum Islam, Menanggung Kerugian, Kesalahan Kerja.

    Tanggung jawab pekerja sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan usaha

    yang dijalankan, termasuk dalam hal ikut menanggung kerugian akibat kesalahan

    kerja. Seorang pekerja harus bertanggung jawab secara penuh terhadap pekerjaan

    yang telah diamanahkan kepadanya. Tanggung jawab pekerja akibat kesalahan

    kerja membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tanggung jawab pekerja

    akibat kesalahan kerja, dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pekerja

    yang turut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja. Tujuan penelitian

    ini yaitu untuk mengetahui tanggung jawab pekerja terhadap kesalahan kerja dan

    tinjauan hukum islam terhadap pekerja yang turut serta menanggung kerugian

    akibat kesalahan kerja.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan

    metode pengumpulan data, observasi, wawancara, dan studi pustaka. Sifat

    penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan

    normatif sosiologis dengan cara meneliti bahan – bahan perpustakaan yang

    merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris

    dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di

    lapangan.

    Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa

    tanggung jawab pekerja terhadap ikut serta menanggung kerugian akibat

    kesalahan kerja yang terjadi di Toko Lancar Kota Salatiga termasuk kerugian

    yang harus di tanggung oleh pekerja dengan cara pemotongan gaji. Karena dalam

    menjalan sebuah pekerjaan seorang pekerja harus amanah dalam menjalankan

    pekerjaannya. Namun dari segi perekrutan tenaga kerja seharusnya pekerja

    mendapatkan kontrak kerja atau perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban

    pekerja dan dari segi pengupahan pekerja juga seharusnya mendapatkan upah

    sesuai dengan UMR Kota Salatiga. Dari sistem perekrutan dan penggajian di

    Toko Lancar tersebut belum sesuai dengan hukum Islam, karena dalam Islam

    sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan nilai kemanusian dalam menentukan

    upah sesuai dengan ketentuan Akadanya.

  • x

    DAFTAR ISI

    COVER .................................................................................................... ii

    NOTA PEMBIMBING ............................................................................ iii

    PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. v

    MOTTO ................................................................................................... vi

    PERSEMBAHAN .................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

    ABSTRAK ................................................................................................ xi

    DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

    B. Batasan Masalah............................................................................. 4

    C. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

    D. Tujuan dan Kegunaan Penleitian ................................................... 5

    E. Telaah Pustaka .............................................................................. 5

    F. Metode Penelitian .......................................................................... 7

    G. Sistematika Penulisan..................................................................... 10

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan umum tentang minimarket .............................................. 11

    B. Tinjauan umum tentang pekerja ..................................................... 12

    C. Hubungan Kerja ............................................................................. 13

    BAB III HASIL PENELITIAN

    A. Deskripsi tempat penelitian ............................................................ 40

    B. Tanggung jawab pekerja dalam hal terjadinya kerugian akibat

    kesalahan kerja ............................................................................... 42

  • xi

    BAB IV TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP TANGGUNG JAWAB

    IKUT SERTA MENANGGUNG KERUGIAN AKIABAT KESALAHAN

    KERJA (STUDI KASUS TOKO LANCAR SALATIGA)

    A. Tanggung jawab pekerja dalam menanggung kerugian akibat

    kesalahan kerja ............................................................................... 47

    B. Tinjauan hukum islam terhadap tanggung jawab ikut serta

    menanggung kerugian akibat kesalahan kerja................................ 51

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................... 57

    B. Saran ............................................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 60

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Islam memerintahkan pemeluknya untuk bekerja dan berusaha di

    seluruh penjuru bumi guna mencari anugerah Allah sehingga Islam benar –

    benar menjadikan pekerjaan sebagai perimbangan hidup.

    Pekerjaan adalah sarana untuk mencapai rezeki dan kelayakan hidup.

    Pekerjaan manusia adalah tugas rasio (akal) dan fisik., jika manusia tidak

    bekerja maka ia tidak bisa memenuhi tugas hidupnya. Manusia harus

    menggunakan akalnya untuk berpikir dan menjadikan pemikiran sebagai

    pedoman dalam kehidupan (Mursi, 1999: 33).

    Seperti dalam firman Allah SWT surat Al-Jumuah ayat 10 yang

    berbunyi:

    Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka

    bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak – banyak

    supaya kamu beruntung. (Q.S Al-Jumu’ah:10).

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT sangat membenci

    umatnya yang malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk

    beribadah dan menggantungkan diri kepada sedekah, padahal masih mampu

    berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.

  • 2

    Pekerjaan merupakan sarana untuk memperoleh rezeki dan sumber

    penghidupan yang layak. Salah satu sumber usaha yang dilakukan untuk

    memperoleh rezeki yaitu dengan menjadi pekerja di minimarket.

    Minimarket hampir dapat dijumpai di berbagai tempat. Mulai dari

    pedesaan sampai kota – kota besar yang menyediakan berbagai macam

    kebutuhan sehari – hari masyarakat, seperti bahan makanan, minuman, dan

    berbagai barang lainnya. Selain minimarket juga dikenal pula supermarket

    dan hypermarket. Minimarket sebenarnya adalah semacam toko kelontong

    yang menjual bahan makanan dan minuman. Namun berbeda dengan toko

    kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan dimana pembeli

    mengambil sendiri dan membayarnya di kasir. Perbedaan minimarket,

    supermarket dan hypermarket adalah di format ukuran dan fasilitas yang di

    berikan. Contohnya: minimarket berukuran kecil (100 m2 s/d 999 m2),

    supermarket berukuran sedang (1.000 m2 s/d 4.999 m2), hypermarket

    berukuran besar (5.000 m2 ke atas) (wikipedia,

    https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket, diakses pada tanggal

    20 April 2017, jam 19: 30).

    Di dalam sebuah minimarket terdapat karyawan, yang artinya adanya

    hubungan kerja yaitu antara karyawan dengan pengusaha. Pengusaha yang

    dimaksud adalah pemilik minimarket yang menyerahkan usahanya kepada

    pihak lain yaitu kepada karyawan / tenaga kerja demi kemajuan supermarket.

    Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di

    dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang – barang dan

    https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket

  • 3

    atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi mereka yang telah

    bekerja di instansi – instansi pemerintah terikat oleh undang – undang

    kepegawaiaan, sedangkan mereka yang bekerja pada perusahaan – perusahaan

    terikat atau dilindungi oleh undang – undang perburuhan atau biasanya

    disebut dengan hukum perburuhan. Undang – undang atau hukum perburuhan

    berlaku di setiap perusahaan yang menampung atau memperkerjakaan para

    tenaga kerja (Kartasapoetra, 1994: 17).

    Dalam suatu hubungan pekerjaan harus ada suatu perjanjian yaitu

    perjanjian kerja. Perjanjian dalam hukum Islam merupakan salah satu macam

    ijarah, yaitu ijarah „amal (sewa menyewa tenaga manusia atau skill), dengan

    demikian dalam pelaksanaan perjanjian kerja masing – masing mempunyai

    hak dan kewajiban.

    Kebebasan membuat akad dalam Islam tidak mutlak, melainkan

    dibatasi. Dalam hukum islam, pembatasan itu dikaitkan dengan Q.S An-Nisa’

    : 29

    َعهْ تَِجاَرة تَُكىنَ أَنْ إِلَّ بِاْلبَاِطلِ بَْيىَُكمْ أَْمَىالَُكمْ تَأُْكلُىا َل آَمىُىا الَِّذيهَ أَيُّهَا يَا

    تََزاض َ إِنَّ أَْوفَُسُكم تَْقتُلُىا َوَل ِمْىُكْم ا بُِكمْ َكانَ ّللاَّ َرِحيم

    Artinya: Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling

    memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan

    perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan

    janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha

    penyayang kepadamu (Q.S An-Nisa’ : 29).

    Yang dimaksud dengan jalan batil adalah makan harta orang lain

    dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan tidak sah menurut hukum

    syariah, baik yang dilarang secara langsung di dalam nas maupun berdasarkan

  • 4

    ijtihad atas nas. Makan harta secara batil adalah bertentangan dengan

    ketertiban umum dan kesusilaan. Hanya saja, ketertiban umum dan kesusilaan

    dalam hukum islam lebih luas cakupannya, karena mencakup larangan riba,

    gharar dan syarat penyerta akad yang fasid.

    Konsep upah dalam kontrak ijarah, yaitu pemilikan jasa dari seorang

    ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak

    tenaga). Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu yang disertai

    dengan kompensasi. Kompensai atas imbalan tersebut berupa al – ujrah

    (upah) (Al- jaziry, 2004: 76). Upah / gaji yang diberikan kepada pekerja harus

    jelas dan bisa diketahui. Namun pemotongan upah pekerja Minimarket sering

    terjadi. Sehingga ada ketidakjelasan besaran upah yang diterima oelah pekerja

    Minimarket setiap bulannya. Hal itu dikarenakan setiap di lakukan

    pembukuan bulanan terjadi minus antara catatan uang yang masuk dengan

    uang yang di terima. Kasir sebagai salah satu penanggung jawab karena ia

    yang menerima uang dari pembeli. Sehingga ia harus mengganti kerugian

    akibat kelalaiannya dalam melakukan pekerjaan.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul “ Tinjauan Hukum

    Islam Terhadap Tanggung Jawab Turut Serta Menanggung Kerugian Akibat

    Kesalahan Kerja (Studi Kasus di Lancar Salatiga)”.

    B. Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membatasi

    permasalahan yang akan diteliti tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap

  • 5

    Tanggung Jawab Turut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja

    (studi kasus di Lancar Salatiga).

    C. Rumusan Masalah

    Bardasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana tanggung jawab karyawan akibat kesalahan kerja?

    2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pekerja yang turut serta

    menanggung kerugian akibat kesalahan kerja?

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    a. Untuk mengetahui tanggung jawab karyawan terhadap kesalahan

    kerja.

    b. Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap pekerja yang turut

    serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.

    2. Kegunaan penelitian

    a. Untuk memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan dan

    penulis terhadap permasalahan yang akan diteliti.

    b. Untuk menambah ilmu pengetahuan terhadap para pembaca.

    E. Telaah Pustaka

    Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang

    tanggung jawab turut serta menanggung akibat kesalahan kerja, anatar lain:

    Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Thoriq seorang mahasiswa fakultas

    syaria’ah Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “tinjauan

  • 6

    Hukm Islam terhadap transaksi kontrak kerja di PT . Batik Danar Hadi Solo”.

    Dalam tulisannnya ia mengatakan bahwa dalam suatu hubungan pekerjaan

    harus menggunakan suatu perjanjian, yaitu perjanjian kerja. Perjanjian akan

    lancar terlaksana jika masing – masing pihak memenuhi kewajibannya.

    Dengan adanya perjanjian kerja diharapkan tidak terjadi kerugian.

    Skripsi yang ditulis oleh Andang Prabowo seorang mahasiswa

    Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “studi

    tentang tanggung jawab kasir terhadap kerugian akibat kelalaian di

    supermarket di wilayah Surakarta”. Dalam tulisannya ini ia menjelaskan

    bahwa tanggung jawab kasir pada supermarket sangat besar, karena

    memegang bagian keuangan sehingga apabila kasir melakukan kelalaian yang

    dapat merugikan maka pihak supermarket akan meminta pertanggung

    jawaban untuk memikul kerugian yang dilakukan.

    Skripsi yang ditulis oleh Faisal Burhan seorang mahasiswa fakultas

    Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya dengan judul

    “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan di

    Toko Buku Toga Mas Margorejo Surabaya”. Dalam tulisannya ini ia

    menjelaskan bahwa dalam melakukan pekerjaan diperlukan ketentuan yang

    menerangkan antara hubungan pemilik usaha dan karyawan, maka dibutuhkan

    kontrak kerja. Kontrak kerja harus memenuhi syarat – syarat yang telah

    ditentukan yaitu mengenai subyek, obyek, atau isinya dan bentuk – bentuk

    kontrak. Hubungan kerja sebagai relasi dari kontrak kerja menunjukan

    kedudukan masing – masing pihak yang pada dasarnya akan

  • 7

    mengagambarkan hak – hak dan kewajiban pengusaha terhadap pembayaran

    upah.

    Dengan demikian, berbagai keragaman penelitian yang terdahulu akan

    semkin memperjelas tentang tanggung jawab pekerja. Maka dari itu

    permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah untuk mengetahui tentang

    tinjauan Hukum Islam terhadap tanggung jawab ikut serta menanggung

    kerugian akibat kesalahan kerja di Toko Lancar Salatiga, selain itu Toko

    Lancar cukup banyak digemari masyarakat Kembangarum Salatiga dan

    sekitarnya karena dianggap memiliki barang – barang yang lengkap dan harga

    yang terjangkau.

    F. Metode Penelitian

    1. Janis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)

    yang lokasinya di Toko Lancar Kota Salatiga dengan metode deskriptif

    kualitatif. Penelitian ini deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan

    untuk membuat deskriptif atau gambaran mengenai fakta –fakta, sifat –

    sifat serta hubungan anatara fenomena yang diselidiki (Moh Nasir, 1999:

    63). Sedangkan penelitian kualitatif adalah bertujuan untuk menghasilkan

    data deskriptif , berupa kata – kata lisan atau dari orang – orang dan

    perilaku yang diamati (Moloeng, 2000: 3). Penelitian ini menggunakan

    pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan

    cara meneliti bahan – bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder

    yang disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan, sedangkan metode

  • 8

    pendekatan hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data

    primer yang diperoleh secara langsung dalam masyarakat. Dalam

    penelitian yang diteliti adalah tanggung jawab pekerja Minimarket,

    sedangkan data – data diperoleh dari pekerja Minimarket.

    2. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

    dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada objek

    sebagai sumber informasi yang dicari (Nata, 2000: 39). Adapun

    sumber data primer adalah hasil wawancara dan observasi tentang

    tanggung jawab turut serta menaggung akibat kesalahan kerja dengan

    pekerja Toko Lancar.

    b. Data sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari subjek

    penelitinya, yaitu diambil dari undang – undang, buku – buku, artikel,

    dan sumber lainnya yang memiliki hubungan dengan permasalahan

    yang akan dibahas dalam sekripsi ini.

    3. Metode Pengumpulan Data

    a. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

    sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala – gejala psikis

    untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1991: 231) dalam

    hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di Toko Lancar Kota

    Salatiga.

  • 9

    b. Interview atau wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu

    (Moloeng, 2000: 148) sedangkan jenis interview atau wawancara

    yang digunakan oleh penulis adalah jenis pedoman interview yang

    tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya memmuat

    garis – garis besar pertanyaan yang akan diajukan (Arikunto, 1997:

    231) dalam hal ini penulis bertanya langsung kepada kasir dan

    pekerja Minimarket Lancar Salatiga.

    c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel

    yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan

    sebagainya (Arikunto, 1997: 206). Dalam hal ini penulis memperoleh

    data dari buku – buku dan literatur yang berhubungan dengan

    masalah yang akan diteliti.

    4. Pengecekan Keabsahan Data

    Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

    keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

    untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap

    data itu (Moeloeng, 2002: 178).

    Berdasarkan pendapat moeloeng diatas, maka penulis melakukan

    perbandingan data yang telah diperoleh yaitu data – data sekunder hasil

    kajian pustaka akan dibandingan dengan data – data primer yang

    diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai fakta – fakta ditemui

  • 10

    dilapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya

    dan meyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan penelitian

    ini, maka penulisan sekripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan

    masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,

    metode penelitian dan sistematika penulisan.

    BAB II landasan teori yang terdiri dari tinjauan umum tentang

    Minimarket, tinjauan tentang hubungan kerja, hak dan kewajiban pekerja,

    tinjauan tentang perjanjian kerja, jenis perjanjian kerja.

    BAB III Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi

    tempat penelitian, tanggung jawab pekerja dalam hal terjadinya kerugian

    akibat kesalahan kerja.

    BAB IV Tinjauan hukum islam terhadap keikutsertaan pekerja dalam

    menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.

    BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang memuat semua

    kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan

    saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.

  • 11

    BAB II

    Landasan Teori

    A. Tinjauan umum tentang Minimarket

    Minimarket merupakan gabungan kata dari “mini” dan “market”. Mini

    bararti kecil dan market berarti pasar. Jadi Minimarket adalah sebuah pasar

    kecil yang menjual barang – barang dan makanan. Minimarket hampir sama

    dengan Toko Kelontong atau yang menjual segala macam barang dan

    makanan, perbedaannya biasanya Minimarket menerapkan sistem kasir point

    of sale untuk penjualannya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah

    Supermarket. Berbeda dengan Toko Kelontong, Minimarket menerapkan

    sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan

    dari rak – rak Minimarket dan membayarnya di meja kasir. Sistem ini juga

    membantu agar pemebeli tidak berhutang. (Wikipedia,

    https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket, diakses pada 2 Mei

    2017, jam 20:10).

    Perbedaan istilah antara minimarket, supermarket, dan hypermarket

    adalah di format ukurannya dan fasilitas yang diberikan. Contohnya:

    minimarket berukuran kecil 100 m2 s/d 999 m2), supermarket berukuran

    sedang (1.000 m2 s/d 4.999 m2), hypermarket brukura berukuran besar

    (5.000m2 keatas). (wikipedia

    ,https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket, diakses tanggal 2

    Mei 2017, jam 20:30).

    https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarkethttps://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket

  • 12

    B. Tinjauan umum tentang pekerja

    Dalam ajaran syari’at Islam secara umum manusia pada dasarnya

    adalah merupakan makhluk pekerja, sekaligus makhluk pembangun, (Salim,

    1989: 149), sehingga bekerja dalam Islam merupakan suatu kewajiban yang

    harus dilakukan oleh setiap manusia.

    Dalam islam seorang pekerja harus memiliki jiwa kepribadian yang

    baik, amanah, bersikap jujur dan bertanggung jawab disiplin dalam kerja dan

    seorang pekerja harus mempunyai keterampilan dalam kerja.

    Adapun anjuran untuk bekerja dala islam terdapat dalam Q.S Al-

    Jumu’ah : 10

    الصَََّلُة َفانْ َتِشُروا ِف اْْلَْرِض َوابْ تَ ُغوا ِمْن َفْضِل اللَِّو َواذُْكُروا اللََّو َكِثريًا َفِإَذا ُقِضَيتِ

    َلَعلَُّكْم تُ ْفِلُحونَ

    Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di

    muka bumi, dan carilah karunnia Allah dan ingatlah Allah banyak –

    banyak supaya kamu beruntung.

    Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksud dengan buruh yaitu

    pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar,

    orang – orang ini disebut sebagai “Bule Collar”. Sedangkan yang melakukan

    pekerjaan di kantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai karyawan /

    pegawai (white collar).

    Setelah merdeka tidak ada lagi perbedaan buruh halus dan buruh kasar,

    semua orang yang bekerja di sektor swasta baik yang bekerja perorangan

    maupun badan hukum disebut buruh.(Husni. 2010: 43).

  • 13

    Istilah pekerja / buruh menurut pasal 1 ayat 4 undang – undang No. 13

    Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja dengan

    menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun.

    C. Hubungan Kerja

    1. Pengertian dan ruang lingkup Ijarah

    Perjanjian kerja dalam islam digolongkan kepada perjanjian sewa

    menyewa (ijarah) yaitu ijarah „amal, sewa menyewa tenaga manusia

    untuk melakukan pekerjaan.

    Dalam istilah hukum islam pihak yang melakukan pekerjaan

    disebut dengan ajir, (ajir ini terdiri dari ajir khas yaitu seseorang atau

    beberapa orang yang bekerja pada seseorang yang bekerja pada seseorang

    tertentu dan ajir musytarak yaitu orang – orang yang bekerja untuk

    kepentingan orang banyak). Sedangkan orang yang yang memperoleh

    manfaat dari pekerjaan (pemberi kerja) disebut musta‟jir. (Pasaribu, 2004:

    154).

    Ajir adalah pihak yang harus melakukan pekerjaan atau

    melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja yang telah ditetapkan

    bersama antara pemberi pekerja (penyewa) dengan ajir sendiri. Dalam

    kaitan ini pihak ajir dalam mengerjakan pekerjaannya dapat berupa

    pekerjaan – pekerjaan yang bersifat fisik ataupun non fisik atau hal yang

    nampak. Jika terjadi hal – hal yang tidak sesuai dengan isi perjanjian baik

    yang datangnya dari pihak ajir maupun pihak pemberi pekerjaan

    (penyewa), maka hal itu dapat mengakibatkan timbul beberapa resiko

  • 14

    baik yang menyangkut hak maupun kewajiban pada salah satu pihak ( ajir

    dan peyewa). Apabila terjadi seorang penyewa sebagai pemberi pekerjaan

    tidak menepati janji seperti yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak

    (ajir dan penyewa), maka ajir berhak menahan barang yang dikerjakan

    sebagai sayarat ditepatinya perjanjian berupa upah kerja atau

    pemabayarannya. (Madjid, 1986: 55).

    Al –ijarah bersal dari kata al-ajru yang berarti al iwadhu (ganti).

    Dari sebab itu ats-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah). Menurut

    pengertian syara’ al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil

    manfaat dengan jalan penggantian. (Sabiq, 2004: 15).

    Menurut etimologi ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula

    menurut terminologi syara’. (Syafe’i, 2004: 121).

    M Ali Hasan dalam bukunya yang berjudul Berbagai Macam

    Transaksi dalam Islam (2003: 227) menjelaskan definisi Ijarah menurut

    para ulama, antara lain adalah sebagai berikut:

    a. Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah akad untuk membolehkan

    pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang

    disewa dengan imbalan.

    b. Menurut Malikiyah bahwa ijarah ialah nama bagi akad – akad untuk

    pemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang

    dipindahkan.

    c. Menurut Hanabilah bahwa ijarah adalah aqad atas suatu manfaat

    dibolehkan menurut syara dan diketahui besarnya manfaat tersebut

  • 15

    yang diambil sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan

    adanya „iwadah.

    d. Menurut syafi’iyah bahwa ijarah adalah suatu aqad atas suatu manfaat

    yang diketahui manfaat yang dibolehkan oleh syara’ dan merupakan

    tujuan transaksi tersebut, dapat diberikan dan dibolehkan menurut

    syara’ disertai sejumlah imbalan yang diketahui.

    Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah

    menukar sesuatu dengan adanya imbalan, atau dengan kata lain upah

    mengupah atau sewa menyewa.

    Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat 14 undang – undang No. 13

    Tahun 2003, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

    pekerja / bururh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur

    pekerjaan, upah, dan perintah.

    Pengupahan kepada tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua

    bentuk pembayaran yaitu gaji dan upah. Gaji dapat diartikan sebagai

    imbalan pembayaran kepada pekerja – pekerja tetap dan profesional

    seperti PNS, pegawai pemerintahan, dosen, guru, pegawai swasta,

    manager dan akuntan. Pembayaran gaji tersebut pada umumnya dilakukan

    sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran

    sebagai pembayaran kepada pekerja – pekerja kasar yang pekerjaannya

    selalu berpindah – pindah, misalnya pekerja pertanian, tukang kayu,

    tukang batu dan buruh kasar. (Sukirno, 2000: 350).

  • 16

    Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 30 Undang – Undang No. 13

    Tahun 2003, upah adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan

    dinyatakan dalam bentuk uang sebagaimana imbalan dari pengusaha atau

    pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan

    menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang –

    undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas

    suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

    Upah adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk

    meningkatkan kesejahteraannya. Berdasarkan Undang – Undang No. 13

    Tahun 2003 disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja / buruh adalah suatu

    pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan

    rohaniah, baik didalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara

    langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja

    dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. (Wijayanti, 2009: 108).

    Pemerintah memberikan perlindungan terhadap upah. Berdasarkan

    ketentuan pasal 88 Undang – Undang No. 13 Tahun 2003, yaitu setiap

    pekerja / buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

    penghidupan yang layak begi kemanusiaan.

    Upah dapat berupa dalam bentuk uang atau barang yang dapat

    dijadikan harga sesuai nilai uang.

    Pada dasarnya setiap transaksi barang atau jasa dari satu pihak

    kepihak yang lain akan menimbulkan kompensasi. Dalam terminologi

    fiqih mu’amalah, kompensasi dalam transaksi antara barang dengan uang

  • 17

    disebut dengan saman (harga), sedangkan uang dengan tenaga kerja

    manusia disebut dengan ujrah (upah). Seseorang yang bekerja pada

    dasarnya melakukan suatu transaksi jasa, baik jasa intelektual atau fisik,

    dengan yang. Bekerja dapat dilakukan untuk kegiatan sendiri atau

    kegiatan pihak lain. (Hendri, 2003: 224).

    Menurut dewan penelitian pengupahan nasional upah adalah

    “suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja

    untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi

    sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan

    produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bnetuk uang yang ditetapkan

    menurut suatu persetujuan undang – undang dan peraturan serta

    dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemeberi dan

    penerima kerja”. (Ahmad, 2001: 9).

    Selain upah, islam juga memberi perhatian terhadap hak – hak

    buruh / pekerja. Hak buruh / pekerja yang diakui dalam islam diantaranya,

    hak kemerdekaan yang meliputi kemerdekaan profesi, kemerdekaaan

    melakukan kontrak dan kemerdekaan melakukan berbicara, hak

    pembatasan jam kerja, hak mendapatkan perlindungan, hak berserikat,

    hak beristirahat (cuti) dan hak mendapatkan jaminan sosial. (Qorashi,

    2007: 235).

    2. Landasan Hukum Ijarah

    a. Landasan Al – Qur’an

    1) Q.S Az – Zukhruf : 32

  • 18

    نْ َيا ۚ َأُىْم يَ ْقِسُموَن َرْْحََت َربَِّك نَ ُهْم َمِعيَشتَ ُهْم ِف اْْلََياِة الدُّ ۚ ََنُْن َقَسْمَنا بَ ي ْ

    َوَرْْحَُت َربَِّك ۚ َوَرفَ ْعَنا بَ ْعَضُهْم فَ ْوَق بَ ْعٍض َدَرَجاٍت لَِيتَِّخَذ بَ ْعُضُهْم بَ ْعًضا ُسْخرِيِّا

    ٌر ِمَّا ََيَْمُعونَ َخي ْ

    Artinya: Mereka atas sebagian yang lain beberapa

    derajat apakah mereka yang membagi – bagi rahmat

    Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka

    penghidupan mereka dalam kehidupan mereka dalam

    kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian,

    agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang

    lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka

    kumpulkan.

    Lafadz ُسْخِزيّ ا yang terdapat dalam ayat tersebut bermakna

    “saling mempergunakan”. Menurut Ibnu Katsir, lafadz ini

    diartikan dengan “supaya kalian bisa saling mempergunakan

    satu sama lain dalam hal pekerjaan atau yang lain, karena

    diantara kalian saling membutuhkan satu sama lain ”. Artinya,

    terkadang manusia membutuhkan sesuatu yang berada dalam

    kepemilikan orang lain, dengan demikian orang tersebut bisa

    mempergunakan sesuatu itu dengan cara melakukan transaksi ,

    salah satunya dengan akad sewa menyewa / ijarah. (Djuwaini,

    2008: 154).

    2) Q.S Al – Baqarah : 233

    آتَ ْيُتْم َوِإْن َأَرْدُُتْ َأْن َتْستَ ْرِضُعوا َأْوََلدَُكْم َفََل ُجَناَح َعَلْيُكْم ِإَذا َسلَّْمُتْم َما ۚ

    َوات َُّقوا اللََّو َواْعَلُموا َأنَّ اللََّو ِبَا تَ ْعَمُلوَن َبِصريٌ ۚ بِاْلَمْعُروِف

  • 19

    Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh

    orang lain. Maka tidak ada bagimu apabila kamu memberikan

    pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu kepada

    allah dan ketahulilah bahwa Allah maha melihat apa yang

    kamu kerjakan.

    Menurut Ibnu Katsir maksud dari ayat tersebut adalah jika

    kedua orang tua tersebut sepakat untuk menyusukan anaknya

    kepada orang lain, maka hal itu diperbolehkan, sepanjang mereka

    mau unutk menunaikan upah yang patut kepada orang tersebut.

    Kita diperbolehkan menyewa jasa orang lain untuk menyusui

    anak kita, dengan syarat harus kita tunaikan pembayaran upahnya

    secara layak. Penafsiran tersebut jelas memeperbolehkan kita

    menyewa jasa orang lain yang tidak kita miliki (tidak mampu kita

    tunaikan), dan harus mmembayarnya dengan upah yang layak.

    Dari penafsiran tersebut menunjukan adanya jasa yang diberikan,

    dan adanya kewajiban melakukan pembayaran yang patut atas

    jasa yang diterima. (Djuwaini, 2008: 155).

    3) Q.S Al – Thalaq : 6

    ۚ َفِإْن َأْرَضْعَن َلُكْم َفآتُوُىنَّ أُُجوَرُىنَّ ۚ

    Artinya: jika mereka menyusukan (anak – anak) mu

    untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya.

    Yang dimaksud upah dalam ayat tersebut adalah

    dihubungkan dengan perbuatan menyusui. Perbuatan menyusui

    tersebut disamakan dengan orang yang menyewa rumah yang ada

  • 20

    sumurnya, maka penyewa bileh menggunakan air sumur tersebut

    karena termasuk rumah. (Al – Husaini, jilid II: 185).

    4) Landasan Hadist

    فَّ َعَرقُوُ َر َأْجَرُه قَ ْبَل َأْن َيَِ .َأْعطُوا ْاَْلِجي ْ

    Artinya: Berilah upah kepada para pekerja sebelum

    mengering keringatnya (HR Ibnu Majah)

    Hadits riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar merupakan

    dalil lain diperbolehkannya akad Ijarah. Hadist ini

    memerintahkan kepada penyewa untuk memberikan upah orang

    yang disewa sebelum kering keringatnya. Hadist ini memberikan

    etika dalam melakukan akad ijarah, yakni memberikan

    pembayaran upah secepat mungkin. Relevansinya dengan akad

    ijarah pada massa sekarang yaitu adanya keharusan untuk

    melakukan pembayaran uang sewa sesuai dengan kesepakatan /

    batas waktu yang telah ditentukan. Jadi tidak boleh menunda

    pemberian upah dari jadwal atau tenggat waktu yang telah

    disepakati. (Djuwaini, 2008: 156).

    ثَ َنا أَبُو أَُساَمَة َعْن بُ َرْيٍد َعْن َأِب بُ ْرَدَة َعْن َأِب ُموَسى ُد ْبُن اْلَعََلِء َحدَّ ثَ َنا ُمَُمَّ َحدَّ

    ُهَعْن النَِّبِّ َصلَّى اللَُّو َعَلْيِو َوَسلََّم َقاَل َمَثُل اْلُمْسِلِمنَي َواْليَ ُهوِد َرِضَي اللَُّو َعن ْ

    لنََّصاَرى َكَمَثِل َرُجٍل اْسَتْأَجَر قَ ْوًما يَ ْعَمُلوَن َلُو َعَمًَل يَ ْوًما ِإََل اللَّْيِل َعَلى َأْجٍر َوا

  • 21

    َمْعُلوٍم فَ َعِمُلوا َلُو ِإََل ِنْصِف الن ََّهاِر فَ َقاُلوا ََل َحاَجَة َلَنا ِإََل َأْجرَِك الَِّذي َشَرْطَت

    ََلُْم ََل تَ ْفَعُلوا َأْكِمُلوا بَِقيََّة َعَمِلُكْم َوُخُذوا َأْجرَُكْم َلَنا َوَما َعِمْلَنا بَاِطٌل فَ َقالَ

    َكاِمًَل َفَأبَ ْوا َوتَ رَُكوا َواْسَتْأَجَر َأِجريَْيِن بَ ْعَدُىْم فَ َقاَل ََلَُما َأْكِمََل بَِقيََّة يَ ْوِمُكَما

    َحَّتَّ ِإَذا َكاَن ِحنُي َصََلِة َىَذا َوَلُكَما الَِّذي َشَرْطُت ََلُْم ِمْن اْْلَْجِر فَ َعِمُلوا

    اْلَعْصِر َقاََل َلَك َما َعِمْلَنا بَاِطٌل َوَلَك اْْلَْجُر الَِّذي َجَعْلَت َلَنا ِفيِو فَ َقاَل ََلَُما

    َأْكِمََل بَِقيََّة َعَمِلُكَما َما بَِقَي ِمْن الن ََّهاِر َشْيٌء َيِسرٌي َفَأبَ َيا َواْسَتْأَجَر قَ ْوًما َأْن

    ْمُس َواْسَتْكَمُلوا َأْجَر يَ ْعمَ ُلوا َلُو بَِقيََّة يَ ْوِمِهْم فَ َعِمُلوا بَِقيََّة يَ ْوِمِهْم َحَّتَّ َغاَبْت الشَّ

    اْلَفرِيَقنْيِ ِكَلْيِهَما َفَذِلَك َمثَ ُلُهْم َوَمَثُل َما َقِبُلوا ِمْن َىَذا النُّورِ

    Artinya: telah menceritakan kepada kami muhammad

    bin Al‟ Alaa‟ telah menceritakan kepada kami Abu Usamah

    dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi

    Bersada: “perumpamaan kaum muslimin dibandingkan

    orang – orang yahudi dan nasrani seperti sesorang yang

    memperkerjakan kaum yang bekerja untuknya pada suatu

    hari hingga malam dengan upah yang ditentukan. Maka

    diantara mereka ada yang melaksanakan pekerjaan hingga

    pertengahan siang lalu berkata: kami tidak memerlukan

    upah darimu sebagaimana yang kamu persyaratkan kepada

    kami (bekerja hingga malam) dan apa yang telah kami

    kerjakan biarlah tidak apa – apa”. Maka orang itu

    berkata:”selesaikanlah sisa pekerjaan, nanti baru kalian

    boleh mengambil upahnya dengan penuh”. Maka merka

    tidak mau dan tidak melanjutkan pekerjaan mereka.

    Kemudian dia mempekerjakan dua orang pekerja setelah

    mereka untuk menuntaskan sisa pekerjaan dan berkata

    kepada keduanya:”selesaikanlah sisa waktu hari kalian ini

  • 22

    dan bagi kalian berdua akan mendapat upah sebagaimana

    yang aku syaratkan kepada mereka. Maka mereka berdua

    mengerjakannya hingga ketika sampai shalat ashar,

    keduanya berkata,” tidaklah yang kami kerjakan sia – sia

    dan kamu wajib membayar upah seperti yang kamu janjikan

    kepaada kami berdua”. Maka orang itu berkata, kepada

    keduanya: “selesaikanlah sisa pekerjaan kalian berdua yang

    tidak sampai separuh hari ini”. Namun kedua orang itu

    enggan melanjutkannya. Lalu orang itu memperkerjakan

    suatu kaum yang mengerjakan sisa hari. Maka kaum itu

    mengerjakan sisa pekerjaan hingga terbenam matahari dan

    mereka mendapatkan upah secara penuh termasuk upah dari

    pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh dua golongan orang

    seelum mereka. Itulah perumpamaan mereka dan mereka

    yang menerima cahaya isalam ini”. (HR Bukhari No. 1064,

    Ringkasan Shahih Bukhari, 2012: 139 .)

    ثَ َنا َأْْحَُد ْبُن ُمَُمَّ ِه َعْن َأِب ُىَريْ َرَة َحدَّ ثَ َنا َعْمُرو ْبُن ََيََْي َعْن َجدِّ يُّ َحدَّ ٍد اْلَمكِّ

    ُهَعْن النَِّبِّ َصلَّى اللَُّو َعَلْيِو َوَسلََّم َقاَل َما بَ َعَث اللَُّو نَِبيِّا ِإَلَّ َرَعى َرِضَي اللَُّو َعن ْ

    ةَ اْلَغَنَم فَ َقاَل َأْصَحابُُو َوأَْنَت فَ َقاَل نَ َعْم كُ ْنُت َأْرَعاَىا َعَلى قَ َرارِيَط ِْلَْىِل َمكَّ

    Artinya: telah menceritkan kepada kami Ahmad bin

    Muhammad Al Malikiy telah menceritakan kepada kami „Amru

    bin Yahya dari kakeknya dari Abu Hurairah dari Nabi

    bersabda: ” tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan

    dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “

    termasuk engkau juga?” maka beliau menjawab: “ya, akupun

    mengembalakannya dengan upah beberapa qirath (keping

    dinar) milik penduduk Makkah”. (HR Bukhari No. 1061,

    Ringkasan Shahih Bukhari. 2012: 136).

    5) Landasan ijma’

    Disyariatkan ijarah, semua umat bersepakat, tak seorang

    ulama yang membantah kesepakatan ijma‟, sekalipun ada

    seseorang di antara mereka yang berpendapat berbeda, akan

    tetapi hal tersebut tidak dianggap (Sabiq, 1987: 11). Umat Islam

  • 23

    pada masa sahabat telah berijma‟ bahwa ijarah dibolehkan sebab

    bermanfaat bagi manusia. (Syafe’i, 2004: 124).

    Berdasarkan sumber hukum Indonesia di bidang ketenaga

    kerjaan. Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber

    hukum materiil dan sumber hukum formil.

    Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang

    menentukan isi hukum (perasaan / keyakinan individu dan

    pendapat umum yang membentuk dan menentukan isi hukum).

    Macam sumber hukum materill tergantung dari tinjauan atau

    sudut pandang para ahlinya, misalnya sebagai berikut (Wijayanti,

    2009: 26):

    a. Tinjauan ahli ekonomi yang menyebabkan timbulnya hukum

    adalah kebutuhan ekonomi dalam masyarakat dan

    kemungkinan perkembangan ekonomi.

    b. Tinjauan ahli agama yang menyebabkan timbulnya hukum

    adalah kitab suci masaing – masing.

    c. Tinjauan ahli sejarah yang menyebabkan timbulnya hukum

    adalah sejarah yang pernah terjadi.

    Sumber hukum dalam arti formil artinya sumber hukum

    yang dikenal dari bentuknya. Adapun sumber hukum formil yaitu

    (Wijayanti, 2009: 26):

    a. Peraturan perundang – undangan

    b. Hukum kebiasaan

  • 24

    c. Yurisprudensi

    d. Traktat / perjanjian

    e. Doktrin

    3. Rukun dan syarat ijarah

    a. Jumhur ulama berpendapat rukun ijarah ada empat yaitu:

    1) Mu‟jrir dan musta‟jir

    Yaitu orang yang melakukan akad sewa menyewa. Mu‟jir

    adalah orang yang memberikan upah dan menyewakannnya,

    sedangkan musta‟jir adalah orang yang menerima upah untuk

    melakukan sesuatu dan yang menyewa sesautu (Suhendi, 2014:

    18).

    2) Shighat ijab dan kabul antara mu‟jir dan musta‟jir, ijab kabul

    sewa menyewa dan upah mengupah.

    3) Ujrah disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak

    baik dalam sewa menyewa atau upah mengupah. Upah (ujrah)

    dapat digolongkan menjadi dua yaitu upah yang telah disebutkan

    (ajr al- musamma), yaitu upah yang telah disebutkan pada awal

    transaksi, syaratnya adalah ketika disebutkan harus disertai

    adanya kerelaan (diterima oleh kedua belah pihak), dan yang

    kedua yaitu upah yang sepadan (ajr al mitli) adalah upah yang

    sepadan dengan kerjanya serta sepadan dengan kondisi

    pekerjaannya, maksudnya adalah harta yang dituntut sebagai

  • 25

    kompensasi dalam suatu transaksi yang sejenis pada umumnya.

    (Huda, 2008: 230).

    4) Manfaat, kontrak harus terdiri dari penggunaan manfaat dari

    sebuah aset. Syaratnya yang harus menjadi objek ijarah adalah

    manfaat penggunaan aset, bukan penggunaan aset itu sendiri.

    Manfaat harus bisa dinilai dan diniatkan untuk dipenhi dalam

    kontrak, dan pemenuhan manfaat atau manfaat itu sendiri harus

    diperbolehkan secara syar’i, serta kemampuan untuk memenuhi

    manfaat harus nyata dan sessuai dengan syari’ah. Manfaat harus

    dikenali sedemikian rupa, sehingga bisa menghilangkan jahalah

    (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa. (Djuwaini,

    2010: 159).

    Menurut ulama mazhab Hanafi rukun ijarah hanya ada satu,

    yaitu ijab dan qabul, yakni pernyataan dari orang yang menyewa dan

    menyewakan (Muchlich, 2010: 320).

    Didalam pasal 251 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, rukun

    ijarah adalah (Mahkamah Agung, 2008: 70):

    1) Pihak yang menyewa

    2) Pihak yang menyewakan

    3) Benda yang diijarahkan, dan

    4) akad

    b. Syarat ijarah

  • 26

    Seperti halnya dalam akad jual beli, syarat – syarat ijarah

    terdiri atas tiga jenis persyaratan, yaitu:

    1) Syarat terjadinya akad (syarat in‟iqad)

    Syarat terjadinya akad (syarat in‟iqad) berkaitan dengan

    aqid, akad dan obyek akad. Menurut hanafiah syarat yang

    berkaitan dengan aqid adalah berakal dan mumayiz,

    sedangkankan menurut syafiiyah dan hanabilah adalah baligh.

    Maka dari itu bahwa akad ijarah tidak sah apabila pelakuknya

    gila atau masih dibawah umur.

    Sedangkan menurut Malikiyah, tamyiz merupakan syarat

    dalam sewa menyewa dan jual beli, sedangkan baligh merupakan

    syarat untuk kelangsungan (nafadz). Dengan demikian, apabila

    anak yang mumayiz menyewakan dirinya (sebagai tenaga kerja)

    atau barang yang dimilikinya, maka hukum akadnya sah, tetapi

    untuk kelangsungan menunggu izin walinya (Muchlich, 2010:

    321).

    2) Syarat kelangsungan akad (Nafadz)

    Untuk kelangsungan akad ijarah disyaratkan terpenuhinya

    hak milik atau wilayah (kelangsungan). Apabila si pelaku tidak

    mempunyai hak kepemilikan atau kekuasaan (wilayah), seperti

    akad yang dilakukan oleh fudhuli, maka akadnya tidak bisa

    dilangsungkan, dan menurut Hanafiah dan malikiyah statusnya

    mauquf (ditangguhkan) menunggu persetujuan di pemilik barang.

  • 27

    Akan tetapi, menurut syafi’iyah dan hanabilah hukumnya batal,

    seperti halnya jual beli (Muchlich, 2010: 322).

    3) Syarat sahnya ijarah

    Untuk sahnya ijarah harus dipenuhi beberapa syarat yang

    berkaitan dengan aqid (pelaku), ma‟qud „alaih (obyek), sewa atau

    upah (ujrah) dan akadnya sendiri. Syarat – syarat tersebut adalah:

    a) Persetujuan dua belah pihak , sama seperti dalam jual beli.

    Dasar hukumnya adalah firman Allah dalam surat An – Nisa’

    : 29

    َنُكْم بِاْلَباِطِل ِإَلَّ َأْن يَا أَي َُّها الَّذِ يَن آَمُنوا ََل َتْأُكُلوا أَْمَواَلُكْم بَ ي ْ

    ِإنَّ اللََّو ۚ َوََل تَ ْقتُ ُلوا أَنْ ُفَسُكمْ ۚ َتُكوَن ِِتَاَرًة َعْن تَ َراٍض ِمْنُكمْ

    َكاَن ِبُكْم َرِحيًما

    Artinya: Hai orang – orang yang beriman!

    janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

    dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

    perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di

    antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu,

    Sungguh Allah adalah Maha penyayang kepadamu.

    b) Obyek akad yaitu manfaat harus jelas, sehingga tidak

    menimbulkan perselisihan, apabila obyek akad (manfaat)

    tidak jelas, sehingga menimbulkan perselisihan, maka akad

    ijarah tidak sah, karena dengan demikian, manfaat tersebut

    tidak bisa diserahkan dan tujuan akad tidak tercapai.

  • 28

    c) Obyek akad ijarah harus dapat terpenuhi, baik menurut

    hakiki maupun syar’i. Dengan demikian tidak sah

    menyewakan sesuatu yang sulit diserahkan secara syar’i,

    seperti menyewa tenaga wanita yang sedang haid untuk

    membersihkan masjid atau menyewa dokter gigi untuk

    mencabut gigi yang sehat, atau menyewa tukang sihir untuk

    mengajar ilmu sihir. Sehingga dengan syarat ini Abu hanifah

    dan zufar berpendapat bahwa tidak boleh menyewakan benda

    milik bersama mengikutsertakan pemilik syariat yang lain,

    karena manfaat benda milik bersama tidak bisa diberikan

    tanpa pesetujuan semua pemilik. Akan tetapi menurut jumhur

    fuqaha menyewakan barang milik bersama bisa dipenuhi

    dengan cara dibagi antara pemilik satu dengan yang lain.

    Menurut undang – undang No. 13 Tahun 2003 unsur

    hubungan kerja yaitu:

    a) Adanya pekerjaan (Arbeid). Artinya pekerjaan itu bebas

    sesuai dengan kesepakatan antara buruh dan majikan, asalkan

    tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan,

    kesusilaan, dan ketertiban umum.

    b) Dibawah perintah / gezag ver houding (maksudnya buruh

    melakukan pekerjaan atas perintah majikan, sehingga bersifat

    subordinasi). Di dalam hubungan kerja kedudukan majikan

    adalah pemberi kerja, sehingga ia berhak dan berkewajiban

  • 29

    untuk memberikan perintah – perintah yang berkaitan dengan

    dengan pekerjaanya. Kedudukan buruh sebagai pihak yang

    menerima perintah untuk melaksanakan pekerjaan. Hubungan

    antara buruh dan majikan adalah hubungan yang dilakukan

    antara atasan dan bawahan, sehingga bersifat subordinasi

    (hubungan yang bersifat vertikal, yaitu atas dan bawah).

    c) Adanya upah / loan yang menjadikan imbalan atas pekerjaan

    yang telah dilakukan oleh buruh.

    d) Dalam waktu (tijd) yang ditentukan. Artinya buruh bekerja

    untuk waktu yang ditentukan atau untuk waktu yang tidak

    ditentukan atau selama – lamanya.

    Berdasarkan pasal 51 ayat 1 dan 2 undang – undang No.

    13 Tahun 2003, perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.

    Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan

    dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

    Syarat – syarat perjanjian kerja dibagi menjadi dua yaitu

    syarat materiil dan formil. Syarat materiil diatur dalam pasal 52

    undang – undang No. 13 Tahun 2003, sedangkan syarat formil

    diatur dalam pasal 54 undang – undang No. 13 Tahun 2003.

    Syarat materill dari perjanjian kerja berdasarkan ketentuan

    pasal 52 undang – undang No. 13 Tahun 2003 dibuat atas dasar

    (Wijayanti, 2009: 42):

    a) Kesepakatan kedua belah pihak .

  • 30

    b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum.

    c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

    d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan

    ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang

    undangan yang berlaku.

    Apabila perjanjian kerja yang dibuat itu bertentangan

    dengan ketentuan huruf a dan b maka akibatnya perjanjian

    kerja itu dibatalkan.

    Apabila bertentangan dengan ketentuan huruf c dan d

    maka akibat hukumnya perjanjian kerja itu adalah batal demi

    hukum.

    c. Hak dan kewajiban para pihak

    a) Hak pekerja yang wajib dipenuhi pemeberi kerja yaitu (Pasaribu,

    1996: 156):

    1) Hak untuk memperoleh pekerjaan.

    2) Hak atas upah sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Jumlah

    upah boleh ditetapkan dengan perundingan, atau tergantung

    pada persetujuan kolektif, boleh diperlakukan berdasarkan

    kebiasaan atau praktek perusahaan, atau menurut kombinasi

    dengan cara – cara tersebut. Secara luar biasa keadaan tidak

    ada persetujuan, maka ada kewajiban untuk membayar upah

    dengan jumlah yang pantas. (Kadir, 1980: 331)

  • 31

    3) Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan

    pekerjaan.

    4) Hak atas jaminan sosial.

    Kewajiban pekerja dengan adanya hubungan kerja

    adalah (Pasaribu, 1996: 156):

    a) Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan, jika

    pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang khas.

    b) Benar – benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.

    c) Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat dan teliti.

    d) Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan

    kepadanya untuk dikerjakannya, sedangkan jika bentuk

    pekerjaan itu berupa urusan, mengurus urusan tersebut

    sebagaimana mestinya.

    e) Mengganti kerugian jika ada barang yang rusak, dalam

    hal ini apabila kerusakan tersebut dilakukan dengan

    kesengajaan atau kelengahannya (alpa).

    Adapun hak dan kewajiban pengusaha (Musta’jir) yaitu:

    a) Hak pengusaha antara lain:

    1) Hak untuk mendapatkan penghormatan dari pekerja

    2) Hak untuk mendapatkan keuntungan

    3) Berhak atas hasil pekerjaan

    4) Hak untuk mengatur dan memerintahkan pekerja

    b) Kewajiban pengusaha yaitu:

  • 32

    1) Membayar upah pekerja

    2) Sama statusnya dengan para pekerja dalam

    pandangan Allah, seorang majikan juga pemimpin

    yang bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan

    kesejahteraan para pekerjanya.

    3) Bersikap lemah lembut, kasih sayang dan pemaaf dan

    tidak memaksakan kehendak kepada para pekerjanya.

    d. Berakhirnya hubungan kerja (ijarah)

    Adapun hal – hal yang menyebabkan batalnya akad ijarah

    yaitu:

    1) Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad menurut

    pendapat hanafiah. Menurut jumhur ulama kematian salah satu

    pihak tidak mengakibatkan fasakh atau berakhirnya akad ijarah.

    2) Iqalah yaitu pembatalan oleh kedua belah pihak

    3) Rusaknya barang yang disewakan sehingga ijarah tidak mungkin

    untuk di teruskan

    4) Telah selesai masa sewa, kecuali ada udzur (Muchlich, 2010:

    338).

    Pembatalan kontrak ijarah bisa dilakukan secara sepihak,

    karena ada alasan yang berhubungan dengan pihak yang berkontrak

    atau sewa aset itu sendiri. Kontrak ijarah bisa berhenti karena ada

    keinginan dari salah satu pihak untuk mengakhirinya atau juga karena

    aset yang menjadi objek sewa rusak dan sudah tidak mampu

  • 33

    mendatangkan manfaat bagi penyewa. Kontrak juga bisa selesai

    karena masa perjanjian telah usai karena alasan yang dibenarkan.

    (Djuwaini. 2010: 161).

    Berdasarkan ketentuan pasal 150 undang – undang No. 13

    Tahun 2003 pemutusan hubungan kerja terjadi di badan usaha yang

    berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik

    persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik

    negara maupun usaha – usaha sosial dan usaha – usaha lainnya yang

    mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan

    membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    Pada dasarnya menurut teori hukum ketenagakerjaan indonesia

    cara terjadinya pemutusan hubungan kerja ada empat macam yaitu:

    1) Pemutusan hubungan kerja batal demi hukum

    Berdasarkan ketentuan pasal 61 ayat 1 undang – undang

    No. 13 Tahun 2003, perjanjian kerja berakhir apabila:

    a) Pekerja meninggal dunia

    b) Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja

    c) Adannya putusan pengaadilan dan putusan atau penetapan

    lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang

    telah mempunyai kekuatan hukum tetap

    d) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan

    dalam perjanjian kerja.

  • 34

    Berdasarkan ketentuan pasal 1603 e Burgerlijk Wetboek,

    pengeertan waktu tertentu yang menentukan berakhirnya suatu

    hubungan kerja ditetapkan dalaam perjanjian, atau di tetapkan

    dalam peraturan perundang – undangan serta kebiasaan.

    2) Pemutusan hubungan kerja oleh buruh

    Pemutusan hubungan kerja oleh buruh dapat terjadi

    apabila buruh mengundurkan diri atau terdapat alasan mendesak.

    Berdasarkan ketentuan pasal 151 ayat (3) huruf b undang –

    undang No. 13 Tahun 2003, atas kemauan sendiri tanpa ada

    indikasi adanya tekanan / intimidasi dari pengusaha, berakhirnya

    hubungna kerja sesuai dengan perjanjian kerja sesuai dengan

    perjanian waktu tertentu untuk pertama kali. Pengunduran diri

    buruh dapat dianggap terjadi apabila buruh mangkir paling sedikit

    dalam waktu 5 hari kerja berturut – turut dan telah dipanggil oleh

    pengusaha 2 kali secara tertulis, tetapi pkerja tidak dapat

    memberikan keterangan tertulis dengan bukti yang sah.

    Selain itu berdasarkan ketentuan pasal 169 Undang –

    Undang No. 13 Tahun 2003, pekerja / buruh dapat mengajukan

    permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga

    penyelesaian hubungan industrial dalam hal pengusaha

    melakukan perbutan sebagai berikut:

    a) Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja

    / buruh.

  • 35

    b) Membujuk dan tau menyuruh pekerja / buruh untuk

    melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan

    perundang – undangan.

    c) Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah

    ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturt – tururt atau lebih.

    d) Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada

    pekerja / bururh.

    e) Memerinthkan pekerja buruh untuk melaksanakan pekerjaan

    di luar yang diperjanjikan.

    f) Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,

    keselamatan, kesehatan dan kesusilaan pekerja / buruh,

    sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicntumkan pada

    perjanjian kerja.

    3) Pemutusan hubungan kerja oleh majikan

    Pemutusan hubungan kerja oleh majikan terjadi karena

    alasan apabila buruh tidak lulus masa percoaan, apabila majikan

    mengalami kerugian sehingga menutup usaha atau apabila buruh

    melakukan kesalahan. Lamanya massa percobaan maksimal 3

    (tiga) bulan, dengan syarat adanya masa percobaan dinyatakan

    dengan tegas oleh majikan pada saat hubungan kerja dimulai,

    apabila tidak maka dianggap tidak ada masa percobaan.

    Pengusaha tidak perlu melakukan pemutusan hubungan

    kerja karena sesuai dengan pasal 154 Undang – Undang No. 13

  • 36

    Tahun 2003, yaitu penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal

    151 ayat (3) tidak diperlakukan dalam hal:

    a) Pekerja / buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana

    telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya.

    b) Pekerja / buruh mangjukan pengunduran diri secara tertulis

    atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan /

    intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai

    dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali.

    c) Pekerja / buruh mencapai usia pensiun dengan ketetapan

    dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja

    berasama, atau peraturan perundang – undangan.

    d) Pekerja / buruh meninggal dunia.

    Menurut Kartasapoetra adapun sanksi atau hukuman bagi

    pemutusan hubungan kerja yang tidak beralasan yaitu (Wijayanti,

    163: 2009):

    a) Pemutusan tersebut adalah batal dan pekerja yang

    bersangkutan harus ditempatkan kembali pada kedudukan

    semula.

    b) Pembayaran ganti rugi kepada pekerja tersebut. dalam hal ini

    pekerja tidak berhak memilih antara penempatan kembali

    atau mendapatkan ganti rugi

  • 37

    Majikan yang mengalami kerugian berdasarkan ketentuan

    pasal 163 – 165 Undang – Undang No 13 Tahun 2003 dapat

    memutuskan hubungan kerja buruhnya apabila:

    a) Pemutusan hubungan kerja massal karena perusaan tutup

    akibat mengalami kerugian terus – menerus disertai dengan

    bukti keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik paling

    sedikit 2 (dua) tahun terakhir atau keadaan memaksa (force

    majeur).

    b) Pemutusan hubungan kerja massal karena alasan perusahaan

    melakukan efisisensi.

    c) Pemutusan hubungan kerja karena perubahan status atau

    perubahan kepemilikan perusahaan pindah lokasi dengan

    syarat – syarat kerja baru yang sama dengan syarat – syarat

    kerja lama dan pekerja tidak bersedia melakukan hubungan

    kerja.

    d) Pemutusan hubungan kerja perubahan status atau perubahan

    pemilikan perusahaan sebagian atau seluruhnya atau

    perusahaan pindah lokasi dengan alasan apapun.

    Adapun alasan – alasan yang dapat membenarkan suatu

    pemutusan hubungan kerja oleh majikan / pengusaha atas diri pekerja,

    yaitu:

    1) Alasan ekonomis

  • 38

    a) Menurutnya hasil produksi yang dapat pula disebabkan oleh

    beberapa faktor misalnya (Halim, 1987: 15):

    b) Merosotnya kapasitas produksi perusahaan yang

    bersangkutan.

    c) Menurunnya permintaan masyarakat atas hasil produksi

    perusahaan yang bersangkutan.

    d) Menurunnya persdiaan bahan dasar.

    e) Tidak lakunya hasil produksi yang lebih dahulu dilemparkan

    ke pasaran dan sebagainya, yang semua ini secara langsung

    maupun tidak langsung mengakibatkan kerugian.

    f) Merosotnya penghasilan perusahaan yang secara langsung

    mengakibatkan kerugian pula.

    g) Merosotnya kemampuan perusahaan tersebut membayar upah

    atau gaji atau imbalan kerja lain dalam keadaan yang sama

    dengan sebelumnya.

    h) Dilaksanakan rasionalitas atau penyederhanaan yang berarti

    pengurangan karyawan dalam jumlah besar dalam

    perusahaan bersangkutan.

    2) Alasan lain yang bersumber dari keadaan yang luar biasa,

    misalnya ( Sunindhia, 1998: 129):

    a) Karena keadaan perang yang tidak memungkinkan

    diteruskannya hubungan kerja.

  • 39

    b) Karena bencana alam yang menghancurkan tempat kerja dan

    sebagainya.

    c) Karena perusahaan lain yang menjadi penyelenggara

    pekerjaan yang bersangkutan ternyata tidak mampu lagi

    meneruskan pengadaan lapangan pekerjaan selama ini ada.

    Adapun perusahaan atau majikan yang secara langsung

    memperkerjakan para karyawan selama ini hanyalah

    merupakan kuasa yang bertindak untuk dan atas nama

    perusahaan yang lain yang menjadi peneyelenggara atau

    pengada lapangan pekerjaan terssebut.

    d) Karena meninggalnya majikan dan tidak ada ahli waris yang

    mampu melanjutkan hubungan kerja dengan karyawan yang

    bersangkutan.

    4) Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan

    Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan terjadi karena

    adanya sengketa antar buruh dan majikan yang berlanjut sampai

    ke proses pengadilan. Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan

    muncul sebagai akibat dari adanya ssengketa anatar buruh dan

    majikan mengenai perselisihan hubungan industrial. Bentuknya

    dapat melalui gugat rugi ke Pengagilan Negeri apabila diduga ada

    perbuatan yang melanggar hukum dari salah satu pihak atau dapat

    melalui pengadilan Hubungan Industrial.

  • 40

    BAB III

    Hasil Penelitian

    A. Deskripsi Tempat Penelitian

    Salatiga adalah salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah.

    Kota Salatiga berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang. Salatiga

    terletak 49 Km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 Km sebelah utara Kota

    Surakarta. Kota Salatiga terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yakni Tingkir,

    Argomulyo, Sidomukti dan Sidorejo. Kota Salatiga berada di lereng Timur

    Gunung Merbabu sehingga membuat udara Kota Salatiga cukup sejuk.

    (wikipedia, https://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.html, diakses

    tanggal 20 Juli 2017, jam 18:10).

    Kota Salatiga sendiri mempunyai beberapa pasar tradisonal yaitu Pasar

    Jetis, Pasar Blauran 1 dan 2, Pasar Sayangan, Pasar Raya III Rejosari, Pasar

    Andong, Pasar Noborejo, Pasar Klitikan Shoping Center, Pasar cengek, Pasar

    Pabelan, Pasar Gedangan, Pasar Burung Banyuputih, Pasar Minggu

    Kecandarn Ringroad, dan Pasar Raya 1 dan 2 Salatiga. (wikipedia,

    https://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.html diakses tanggal 20

    juli, jam 18: 33).

    Selain Pasar Tradisional ada juga Pasar Modern. Selain itu juga ada

    berbagai Mini Market seperti Toko Lancar.

    https://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.htmlhttps://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.html

  • 41

    Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Toko Lancar

    Salatiga.

    Toko Lancar terletak di Jalan Nakula Sadewa, Dukuh Krajan,

    Kecamatan Sidomukti Salatiga. Toko Lancar mempunyai luas 11 x 8 m2.

    Letaknya sangat strategis, yaitu berada di pinggir jalan raya, dekat dengan

    area kampus 2 (dua) Iain Salatiga dan beberapa sekolah negeri dan swasta di

    Kota Salatiga. Akses menuju Toko Lancar pun juga sangat mudah, karena

    jalur tersebut dilewai oleh tranportasi umum (angkot).

    Toko Lancar adalah salah satu Mini Market di Salatiga yang menjual

    berbagai bahan kebutuhan sehari – hari yang dibutuhkan masyarakat, seperti

    bahan makanan, minuman, produk kecantikan dan perabot rumah tangga.

    Barang – barang yang dijual pun haraganya terjangkau. Hampir sama

    dengan harga dipasaran. Bahkan untuk beberapa barang, harganya lebih

    murah dibandingakan dengan Mini Market lainnya.Toko Lancar juga

    memberlakukan aturan yang sama dengan Minimartket lainnya, yaitu barang

    yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan.

    Toko Lancar merupakan pengembangan usaha dari Toko Merah yang

    berada di wilayah kecamatan Suruh. Toko Lancar didirikan sekitar tahun

    2009 dan merupakan Toko pertama yang berda di wilayah Kembangarum

    Salatiga sebelum adanya Minimarket lainnya.

    Agus seorang pegawai mangatakan bahwa toko Lancar mempunyai 9

    (sembilan) karyawan yang jam kerjanya di bagi kedalam dua shift. Shift

    pertama pukul 07.00 – 15.00 dan shift kedua pukul 14.30 – 20.30. Hari

  • 42

    kerjanya terdiri dari 6 (enam) hari kerja dengan hari libur digilir sesuai aturan

    yang ada. Jika pekerja ingin mangambil libur atau cuti diluar hari yang sudah

    ditentukan maka pekerja harus menggantinya di hari lain. Hari Minggu dan

    hari libur nasional pekerja tetap masuk seperti biasa, kecuali untuk hari libur

    keagamaan diliburkan.

    Toko Lancar dalam melakukan transakasi jual beli di bantu oleh

    seorang kasir yang bertugas untuk melayani penjualan dan penerimaan

    pembayaran yang biasanya menggunakan alat bantu hitung yang disebut

    dengan Scanner Barcode. Scanner Barcode merupakan sebuah perangkat

    untuk mencatak bukti penjualan atau struk kasir dengan bantuan sinar laser.

    Scanner Barcode secara otomatis dan cepat, ketika terdapat produk dengan

    kode barcode yang melintas dihadapannya mampu membaca Barcode dari

    berbagai arah baik vertikal maupun horizontal. Dengan menggunkan alat

    tersebut maka kasir dapat dengan mudah melakukan proses peghitungan dan

    pembeli mendapat struk belanja sebagai bukti pembayaran.

    B. Tanggung Jawab Pekerja Dalam Hal Terjadinya Kerugian Akibat

    Kesalahan Kerja di Toko Lancar Kota Salatiga.

    Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja. Pekerjaan adalah sarana

    menacari rizki dan mendapatkan kehidupan yang layak. Islam menjadikan

    bekerja sebagai hak dan kewajiban individu. Rasulullah menganjurkan

    bekerja dan berpesan agar melakukannya dengan sebaik mungkin dan berlaku

    adil dalam menentukan upah kerja dan menepati pembayaraannya (Mursi,

    1997: 7).

  • 43

    Kenyataannya ada beberapa orang tidak bersungguh - sungguh atau

    lalai dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga dapat merugikan dirinya

    sendiri maupun orang lain.

    Tanggung jawab pekerja sangat di perlukan dalam keberlangsungan

    usaha yang dijalankan. Tanggung jawab yang di maksud adalah tanggung

    jawab ikut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.

    Menurut Chairuman Pasaribu dalam bukunya yang berjudul Hukum

    Perjanjian Dalam islam (1996: 156), hak dan kewajiban seorang pekerja

    yaitu:

    1. Hak pekerja yang wajib dipenuhi pemberi kerja yaitu:

    a. Hak untuk memperoleh pekerjaan.

    b. Hak atas upah sesuai dengan yang telah diperjanjiakan.

    c. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan.

    d. Hak atas jaminan sosial.

    2. Kewajiban pekerja dengan adanya hubungan kerja yaitu:

    a. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan, jika pekerjaan

    tersebut merupakan pekerjaan yang khas.

    b. Benar – benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.

    c. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat dan teliti.

    d. Menjaga barang yang dipercayakan kepadanya untuk dikerjakannya,

    sedangkan jika bentuk pekerjaan itu berupa urusan mengurus tersebut

    senagaimana mestinya.

  • 44

    e. Mengganti kerugian jka ada barang yang rusak, dalam hal ini apabila

    kerusakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan atau kelengahannya

    (alpa).

    Tanggung jawab pekerja di toko Lancar Salatiga dalam hal terjadinya

    kerugian akibat kesalahan kerja dapat berupa pemotongan gaji. Pemotongan

    gaji tersebut di bebankan kepada kasir yang bertugas melayani pembelian dan

    pembayaran. Hal itu dilakukan karena saat terjadinya pembukuan setiap

    bulannya terjadi ketidaksesuain antara uang yang masuk dengan barang yang

    dijual. Sehingga pekerja harus menanggung kerugian dengan pemotongan

    gaji. Besaran potongan gaji tersebut biasanya sesuai dengan uang yang

    kurang saat dilakukan penghitungan. Sehingga pekerja tidak mendapatkan

    upah secara penuh.

    Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan saudara

    Vera, Dini dan Agus selaku pekerja Toko Lancar Kota Salatiga. Pada saat

    pertama kali bekerja di Toko Lancar tidak ada tanda tangan kontrak atau

    perjanjian kerja, pengusaha hanya berpesan untuk bersikap jujur dan amanah.

    Semua pekerja juga tidak mendapatan jaminan sosial tenaga kerja.

    Pekerja juga harus melewati masa training selama 3 (tiga) bulan. Saat

    masa training tersebut pekerja tidak boleh mengajukan libur atau cuti selama

    dua minggu berturut – turut. Upah yang diterima saat masa Training di Toko

    Lancar, sebesar Rp. 600.000. 00 / bulan selama 3 (tiga) bulan. Upah tersebut

    bisa naik sesuai masa kerjanya. Vera pekerja Toko Lancar yang sudah bekerja

    selama hampir satu setengah tahun mendapatkan kenaikan gaji sekitar Rp.

  • 45

    250. 000. 00 dari Rp. 600.000.00 menjadi Rp. 890. 000. 00. Pekerja juga

    mendapatkan Tunjangan Hari Raya dan mendapatkan cuti / hari libur 1 (satu)

    hari setiap Minggunya.

    Agus mengatakan bahwa sistem absensi di Toko Lancar dengan tanda

    tangan daftar hadir saat akan terjadinya pergantian shift. Saat pergantian shift

    seorang pekerja khususnya seorang kasir juga harus menyerahkan uang hasil

    penjualan kepada manajer Toko. Dini mengatakan jika terdapat kekurangan

    atau minus antara uang yang masuk dengan barang yang dijual maka kasir

    tersebutlah yang harus mengganti. Kasir wajib mengganti kerugian diatas

    nominal Rp. 3000.00, maksudnya jika dilakukan penghitungan saat

    pergantian shift, uang yang masuk kurang Rp. 3.100. 00 dari laporan

    keuangan maka kasir tetap harus mengganti sebanyak Rp. 3.100.00 dan

    biasanya akan diakumulasikan selama satu bulan dan pekerja akan

    mendapatkan potongan gaji sesuai dengan uang yang kurang tersebut. Namun

    jika saat dilakukan penghitungan uang yang masuk kurang atau minus,

    kurang dari Rp. 3000. 00, misal Rp. 2.900.00 maka pekerja tidak wajib untuk

    manggantinya.

    Gaji yang diperoleh pekerja Toko Lancar sangat rendah, yaitu masih

    di bawah UMR Kota Salatiga yang mencapai Rp 1.596.844. Padahal durasi

    waktu kerja di Toko Lancar selama 8 (delapan) jam per hari, hampir sama

    dengan durasi waktu kerja seorang pekerja pabrik. Seorang buruh pabrik

    mendapatkan upah sesuai dengan UMR Kota Salatiga, sedangkan pekerja

    Toko Lancar hanya mendapatkan upah separuh dari UMR Kota Salatiga.

  • 46

    Padahal jika terjadi kerugian pekerja masih harus menggantinya

    dengan potongan gaji. Sehingga upah yang diterima pekerja semakin sedikit.

    Dalam pelaksanaanya antara pengusaha dan pekerja harus saling

    menguntungkan. Pengusaha mendapatkan jasa dari pekerjaan yang di

    kerjakan pekerja, sedangkan pekerja mendapatkan upah yang layak dengan

    apa yang telah dikerjakan.

    Peraturan yang diterapkan pengusaha tersebut diberlakuakan dengan

    alasan agar pekerja mempunyai tangung jawab terhadap apa yang telah

    menjadi pekerjaannya. Dengan adanya peraturan tersebut pengusaha juga

    tidak akan terlalu khawatir akan terjadinya kerugian yang besar akibat

    kesalahan kerja. Karena pekerja sudah pasti akan bekerja dengan teliti dan

    penuh tanggung jawab.

  • 47

    BAB IV

    Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut

    Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahaan Kerja

    (Studi Kasus di Toko Lancar Kota Salatiga)

    A. Tanggung Jawab Pekerja dalam Menanggung Kerugian Akibat

    Kesalahan Kerja

    Kebutuhan hidup manusia sangat banyak. Untuk dapat terpenuhinya

    segala kebutuhan, menusia harus bekerja dengan sungguh – sungguh agar

    mendapatkan upah yang layak.

    Pekerjaan adalah sarana mencari rizki dan kelayakan hidup. Karena

    dalam kehidupan manusia ada kebutuhan yang mendesak dan harta mereka

    tidak mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendesa seperti

    biaya anak sekolah, makan sehari – hari, berobat dan masih banyak lagi, maka

    mereka harus bekerja, sebagai pekerja toko / karyawaan Toko.

    Dalam melakukan pekerjaan seorang pekerja terikat dengan adanya

    perjanjian kerja, adapun syarat sahnya perjanjian kerja yaitu (Pasaribu, 1996:

    155):

    1. Pekerjaan yang diperjanjikan termasuk jenis pekerjaan yang halal

    menurut ketentuan syara’, berguna bagi perorangan ataupun masyarakat.

    Pekerjaan – pekerjaan yang haram menurut ketentuan syara’ tidak dapat

    menjadi obyek perjanjian kerja.

  • 48

    2. Manfaat kerja yang diperjanjikan dapat diketahui dengan jelas. Kejelasan

    manfaat pekerjaan ini dapat diketahui dengan cara mengadakan

    pembatasan waktu atau jenis pekerjaan yang harus dilakukan.

    3. Upah sebagai imbalan pekerjaan harus diketahui dengan jelas, termasuk

    jumlahnya, wujudnya, dan jangka waktu pembayarannya.

    Dengan terpenuhinya syarat perjanjian kerja, maka terjadi hubungan

    hukum diantara para pihak yang melakukan perjanjian kerja tersebut. dengan

    adanya hubungan hukum maka timbuk hak dan kewajiban pekerja. Adapun

    hak dan kewajiban pekerja yang dimaksud yaitu (Pasaribu, 1996: 156):

    1. Hak pekerja yaitu:

    a. Hak untuk memperoleh pekerjaan.

    b. Hak atas upah sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

    c. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan.

    d. Hak atas jaminan sosial.

    2. Kewajiban pekerja yaitu:

    a. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan, jika pekerjaan

    tersebut merupakan pekerjaan yang khas.

    b. Benar – benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.

    c. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat dan teliti.

    d. Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya untuk

    dikerjakannya, sedangkan jika bentuk pekerjaan itu berupa urusan

    mengurus urusan tersebut sebagaimana mestinya.

  • 49

    e. Mengganti kerugian jika ada barang yang rusak, dalam hal ini

    apabila kerusakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan atau

    kelengahannya (alpa).

    Namun dalam praktiknya pekerja yang bekerja di Toko Lancar tidak

    ada perjanjian kerja dengan pengusaha. Mereka hanya di beri pesan oleh

    pemilik / pengusaha untuk bersikap jujur dan amanah. Disamping itu semua

    pekerja juga tidak mendapat jaminan sosial tenaga kerja.

    Pekerja Toko harus memiliki sikap yang sopan dan ramah terhadap

    pemebeli. Salah satu tugas Pekerja Toko yaitu membantu memberikan

    informasi mengenai suatu produk kepada pembeli. Seperti memberikan

    informasi mengenai tanggal kadaluarsa suatu barang, harga barang, dan

    ketersediaan barang. Pekerja toko khusunya seorang kasir harus menjalankan

    proses penjualan dan penerimaan pembayaran dengan teliti. Misalnya dengan

    mengecek uang kertas yang dibayarkan asli atau tidak. Begitu juga saat

    memberikan uang pengembalian kepada pembeli harus sesuai atau pas. Tidak

    kurang ataupun lebih.

    Semua pekerjaan harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab.

    Bagi pekerja toko sikap tanggung jawab sangat berpengaruh besar terhadap

    keberlangsungan usaha. Tanggung jawab pekerja (kasir) yang dimaksud

    yaitu:

    1. Bertanggung jawab terhadap transaksi penjualan

    Pekerja harus mencatat setiap transaksi penjualan. Maksudnya seorang

    pekerja harus mengganti uang yang kurang saat terjadinya pembukuan.

  • 50

    2. Menyetorkan uang transakasi penjualan kepada atasan

    Dalam hal ini biasanya yang memeberikan laporan keuangan atau

    menyerahkan uang beserta bukti transakasi penjualan adalah seorang

    kasir.

    3. Serah terima Shift

    Melakukan serah terima shift kepada shift berikutnya

    4. Memberikan laporan kepada atasan

    Biasanya laporan tersbut diberikasn saat terjadinya pergantian shift. Saat

    itu juga pekerja atau kasir yang bertugas harus memberikan laporan

    keuangan dan atasan atau manajer segera menghitung uang yang masuk

    apakah sesuai dengan laporan, atau malah kurang.

    Tanggung jawab Pekerja yang bekerja di Toko Lancar khususnya

    seorang kasir jika mengalami kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan kerja

    maka ia harus menanggung kerugian sebesar uang yang kurang saat

    dilakukannya pembukuan. Biasanya pekerja menggantinya dengan

    pemotongan gaji setiap bulannya.

    Seorang pekerja hanya wajib mengganti kerugian diatas nominal Rp.

    3000. 00 dan kekurang tersebut akan diakumulasikan selama satu bulan,

    sehingga pekerja akan mendapat potongan gaji sesuai uang yang kurang

    tersebut.

    Sedangkan upah yang diterima oleh pekerja yang bekerja di Toko

    Lancar hanya Rp 890. 000 masih di bawah UMR Kota Salatiga sebesar Rp.

    1.596.844. Dari sistem penggajian tersebut sangat jelas bahwa pekerja hanya

  • 51

    mendapat upah yang sangat sedikit. Padahal dalam pelaksanaannya antara

    pengusaha dan pekerja harus saling menguntungkan. Maksudnya pengusaha

    memperoleh jasa dari pekereja untuk melaksakan pekerjaan tertentu dan

    pekerja mendapatkan upah dari pengusaha karena telah melaksanakan suatu

    pekerjaan.

    Toko Lancar hanya merupakan salah satu sampel Minimarket yang

    berada di Kota Salatiga yang menggaji pekerjanya dengan upah di bawah

    UMR.

    B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut Serta

    Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja

    Menurut penulis tanggung jawab ikut serta menanggung kerugian

    akibat kesalahan kerja teramasuk perjanjian kerja. Perjanjian kerja dalam

    Islam digolongkan kedalam akad ijarah yaitu ijarah „amal, sewa menyewa

    tenaga manusia. Hal ini dapat diketahui dari beberapa penjelasan yang

    menerangkan bahwa tanggung jawab seorang pekerja yaitu menanggung

    semua pekerjaan yang telah diamanahkan kepadanya.

    Al –ijarah bersal dari kata al-ajru yang berarti al iwadhu (ganti). Dari

    sebab itu ats-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah). Menurut pengertian syara’

    al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

    penggantian. (Sabiq ,2004 : 15).

    Menurut etimologi ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula

    menurut terminologi syara‟. (Syafi’i, 2004: 121).

  • 52

    Jadi dapat disimpulkan bahwa ijarah yaitu menjual manfaat atau

    mengambil manfaat atau menjual manfaat dengan adanya imbalan atau upah.

    Upah atau uang sewa harus dibayar sesuai dengan ketentuan akadnya.

    Sebagaimana penyewa juga harus mendapatkan manfaat dari barang yang

    disewa.

    Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa sebagai

    kompensasi atau pembayaran manfaat yang dinikmatinya. Sewa atau upah

    haruslah sesuatu yang bernilai dan diperbolehkan oleh syara‟ dan harus

    diketahui jumlahnya. (Djuwaini, 2008: 159).

    Pemberi sewa berkewajiban untuk menyediakan aset dan

    memungkinkan bagi penyewa untuk menikmati manfaat aset tersebut.

    Sebaliknya, penyewa bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang

    disewa dan membayar upah sewa. Para ulama sep