-
i
TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP TANGGUNG JAWAB IKUT SERTA
MENANGGUNG KERUGIAN AKIBAT KESALAHAN KERJA
(Studi Kasus Toko Lancar Salatiga)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh :
UMI NURBAITI
NIM. 21413029
FAKULTAS SYARI’AH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2017
-
ii
-
iii
-
iv
MOTTO “Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanlah
hendaknya kamu berharap.”
(QS Al-Insyiroh : 6-8)
“Gantungkan cita – citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika
engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang - bintang”
(Ir. Soekarno)
“Apapun mimpi yang kita meliki, berjanjilah bahwa kita akan melakukan
yang terbaik untuk mewujudkannya”
(Anonim)
-
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang
tak mengenal lelah dan mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas
semua pengorbanan, keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.
2. Kedua kakak – kakaku yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai
dengan maksiaml sesuia dengan yang diharapkan.
4. Sahabat – sahabat seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013
yang selalu memberikan warna dalam menempuh pemndidikan di IAIN
Salatiga.
-
vi
Kata Pengantar
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat – Nya penulisan sekripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan yag di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang
telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan sekripsi
ini.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi, kekasih, spirit
perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat –
sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.
Penulisan Sekripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
guan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H), Fakultas Syari’ah, Jurusan Hukum
Ekonomi Syari’ah yang berjudul : “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung
Jawab Ikut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasusu di
Toko Lancar Kota Salatiga)”. Penulis mengakui bahwa dalam menyususn
penulisan sekripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi –
tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata – kata, namun
perlu kiranya penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. A, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga.
-
vii
3. Ibu Evi Ariyani, M. H, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah
IAIN Salatiga.
4. Bapak Prof. Dr. H Muh Zuhri, M. A. Selaku dosen pembimbing yang
selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan
penulisan sekripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan
yang diharapkan.
5. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN
Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan sekripsi,
sehingga penulisan sekripsi ini bisa saya selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Syari’ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu
memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini
tanpa halangan apapun.
7. Sahabat – sahabatku selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga
Yuliana Indah S, Rokhana Pujiastuti, Dwi Mayawati, Ratna Dwi Astuti
yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
8. Teman – temanku Adit, Zizzah, Sely, Mba Piah yang tidak banyak
membantu lebih banyak merepotkan, tetapi selalu memberikan warna dan
dukungannya untuk menyelesaikan skripsi.
9. Teman – teman KKN dusun Buburan yang telah memberikan rasa
kekeluargaan kepada penulis.
-
viii
10. Teman – teman Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2013 di IAIN
Salatiga yang telah banyak memberikan cerita selama menempuh
pendidikan di IAIN Salatiga.
11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun
memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balsan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini maaih jauh dari
sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya,
sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.
Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, September 2017
Penulis.
-
ix
ABSTRAK
Nurbaiti, Umi. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut
Serta Menanggung kerugian Akibat Kesalahan Kerja (Studi Kasus di Toko
Lancar Kota Salatiga). Sekripsi. Fakultas Syari’ah. Jurusan Hukum
Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof
. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A.
Kata Kunci: Hukum Islam, Menanggung Kerugian, Kesalahan Kerja.
Tanggung jawab pekerja sangat dibutuhkan dalam keberlangsungan usaha
yang dijalankan, termasuk dalam hal ikut menanggung kerugian akibat kesalahan
kerja. Seorang pekerja harus bertanggung jawab secara penuh terhadap pekerjaan
yang telah diamanahkan kepadanya. Tanggung jawab pekerja akibat kesalahan
kerja membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tanggung jawab pekerja
akibat kesalahan kerja, dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pekerja
yang turut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui tanggung jawab pekerja terhadap kesalahan kerja dan
tinjauan hukum islam terhadap pekerja yang turut serta menanggung kerugian
akibat kesalahan kerja.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan
metode pengumpulan data, observasi, wawancara, dan studi pustaka. Sifat
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan
normatif sosiologis dengan cara meneliti bahan – bahan perpustakaan yang
merupakan data sekunder, sedangkan penelitian hukum sosiologis/ empiris
dilakukan dengan meneliti data primer yang diperoleh secara langsung di
lapangan.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa
tanggung jawab pekerja terhadap ikut serta menanggung kerugian akibat
kesalahan kerja yang terjadi di Toko Lancar Kota Salatiga termasuk kerugian
yang harus di tanggung oleh pekerja dengan cara pemotongan gaji. Karena dalam
menjalan sebuah pekerjaan seorang pekerja harus amanah dalam menjalankan
pekerjaannya. Namun dari segi perekrutan tenaga kerja seharusnya pekerja
mendapatkan kontrak kerja atau perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban
pekerja dan dari segi pengupahan pekerja juga seharusnya mendapatkan upah
sesuai dengan UMR Kota Salatiga. Dari sistem perekrutan dan penggajian di
Toko Lancar tersebut belum sesuai dengan hukum Islam, karena dalam Islam
sangat menjunjung tinggi nilai keadilan dan nilai kemanusian dalam menentukan
upah sesuai dengan ketentuan Akadanya.
-
x
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................... ii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................ iii
PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. v
MOTTO ................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Batasan Masalah............................................................................. 4
C. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penleitian ................................................... 5
E. Telaah Pustaka .............................................................................. 5
F. Metode Penelitian .......................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan..................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan umum tentang minimarket .............................................. 11
B. Tinjauan umum tentang pekerja ..................................................... 12
C. Hubungan Kerja ............................................................................. 13
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi tempat penelitian ............................................................ 40
B. Tanggung jawab pekerja dalam hal terjadinya kerugian akibat
kesalahan kerja ............................................................................... 42
-
xi
BAB IV TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP TANGGUNG JAWAB
IKUT SERTA MENANGGUNG KERUGIAN AKIABAT KESALAHAN
KERJA (STUDI KASUS TOKO LANCAR SALATIGA)
A. Tanggung jawab pekerja dalam menanggung kerugian akibat
kesalahan kerja ............................................................................... 47
B. Tinjauan hukum islam terhadap tanggung jawab ikut serta
menanggung kerugian akibat kesalahan kerja................................ 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 57
B. Saran ............................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam memerintahkan pemeluknya untuk bekerja dan berusaha di
seluruh penjuru bumi guna mencari anugerah Allah sehingga Islam benar –
benar menjadikan pekerjaan sebagai perimbangan hidup.
Pekerjaan adalah sarana untuk mencapai rezeki dan kelayakan hidup.
Pekerjaan manusia adalah tugas rasio (akal) dan fisik., jika manusia tidak
bekerja maka ia tidak bisa memenuhi tugas hidupnya. Manusia harus
menggunakan akalnya untuk berpikir dan menjadikan pemikiran sebagai
pedoman dalam kehidupan (Mursi, 1999: 33).
Seperti dalam firman Allah SWT surat Al-Jumuah ayat 10 yang
berbunyi:
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak – banyak
supaya kamu beruntung. (Q.S Al-Jumu’ah:10).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT sangat membenci
umatnya yang malas bekerja untuk mencari rezeki dengan dalih karena sibuk
beribadah dan menggantungkan diri kepada sedekah, padahal masih mampu
berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya.
-
2
Pekerjaan merupakan sarana untuk memperoleh rezeki dan sumber
penghidupan yang layak. Salah satu sumber usaha yang dilakukan untuk
memperoleh rezeki yaitu dengan menjadi pekerja di minimarket.
Minimarket hampir dapat dijumpai di berbagai tempat. Mulai dari
pedesaan sampai kota – kota besar yang menyediakan berbagai macam
kebutuhan sehari – hari masyarakat, seperti bahan makanan, minuman, dan
berbagai barang lainnya. Selain minimarket juga dikenal pula supermarket
dan hypermarket. Minimarket sebenarnya adalah semacam toko kelontong
yang menjual bahan makanan dan minuman. Namun berbeda dengan toko
kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan dimana pembeli
mengambil sendiri dan membayarnya di kasir. Perbedaan minimarket,
supermarket dan hypermarket adalah di format ukuran dan fasilitas yang di
berikan. Contohnya: minimarket berukuran kecil (100 m2 s/d 999 m2),
supermarket berukuran sedang (1.000 m2 s/d 4.999 m2), hypermarket
berukuran besar (5.000 m2 ke atas) (wikipedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket, diakses pada tanggal
20 April 2017, jam 19: 30).
Di dalam sebuah minimarket terdapat karyawan, yang artinya adanya
hubungan kerja yaitu antara karyawan dengan pengusaha. Pengusaha yang
dimaksud adalah pemilik minimarket yang menyerahkan usahanya kepada
pihak lain yaitu kepada karyawan / tenaga kerja demi kemajuan supermarket.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan di
dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang – barang dan
https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket
-
3
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jadi mereka yang telah
bekerja di instansi – instansi pemerintah terikat oleh undang – undang
kepegawaiaan, sedangkan mereka yang bekerja pada perusahaan – perusahaan
terikat atau dilindungi oleh undang – undang perburuhan atau biasanya
disebut dengan hukum perburuhan. Undang – undang atau hukum perburuhan
berlaku di setiap perusahaan yang menampung atau memperkerjakaan para
tenaga kerja (Kartasapoetra, 1994: 17).
Dalam suatu hubungan pekerjaan harus ada suatu perjanjian yaitu
perjanjian kerja. Perjanjian dalam hukum Islam merupakan salah satu macam
ijarah, yaitu ijarah „amal (sewa menyewa tenaga manusia atau skill), dengan
demikian dalam pelaksanaan perjanjian kerja masing – masing mempunyai
hak dan kewajiban.
Kebebasan membuat akad dalam Islam tidak mutlak, melainkan
dibatasi. Dalam hukum islam, pembatasan itu dikaitkan dengan Q.S An-Nisa’
: 29
َعهْ تَِجاَرة تَُكىنَ أَنْ إِلَّ بِاْلبَاِطلِ بَْيىَُكمْ أَْمَىالَُكمْ تَأُْكلُىا َل آَمىُىا الَِّذيهَ أَيُّهَا يَا
تََزاض َ إِنَّ أَْوفَُسُكم تَْقتُلُىا َوَل ِمْىُكْم ا بُِكمْ َكانَ ّللاَّ َرِحيم
Artinya: Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha
penyayang kepadamu (Q.S An-Nisa’ : 29).
Yang dimaksud dengan jalan batil adalah makan harta orang lain
dengan cara yang tidak dibenarkan oleh syariat dan tidak sah menurut hukum
syariah, baik yang dilarang secara langsung di dalam nas maupun berdasarkan
-
4
ijtihad atas nas. Makan harta secara batil adalah bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan. Hanya saja, ketertiban umum dan kesusilaan
dalam hukum islam lebih luas cakupannya, karena mencakup larangan riba,
gharar dan syarat penyerta akad yang fasid.
Konsep upah dalam kontrak ijarah, yaitu pemilikan jasa dari seorang
ajir (orang yang dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak
tenaga). Ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu yang disertai
dengan kompensasi. Kompensai atas imbalan tersebut berupa al – ujrah
(upah) (Al- jaziry, 2004: 76). Upah / gaji yang diberikan kepada pekerja harus
jelas dan bisa diketahui. Namun pemotongan upah pekerja Minimarket sering
terjadi. Sehingga ada ketidakjelasan besaran upah yang diterima oelah pekerja
Minimarket setiap bulannya. Hal itu dikarenakan setiap di lakukan
pembukuan bulanan terjadi minus antara catatan uang yang masuk dengan
uang yang di terima. Kasir sebagai salah satu penanggung jawab karena ia
yang menerima uang dari pembeli. Sehingga ia harus mengganti kerugian
akibat kelalaiannya dalam melakukan pekerjaan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam dengan judul “ Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Tanggung Jawab Turut Serta Menanggung Kerugian Akibat
Kesalahan Kerja (Studi Kasus di Lancar Salatiga)”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membatasi
permasalahan yang akan diteliti tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap
-
5
Tanggung Jawab Turut Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja
(studi kasus di Lancar Salatiga).
C. Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggung jawab karyawan akibat kesalahan kerja?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pekerja yang turut serta
menanggung kerugian akibat kesalahan kerja?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui tanggung jawab karyawan terhadap kesalahan
kerja.
b. Untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap pekerja yang turut
serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.
2. Kegunaan penelitian
a. Untuk memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan dan
penulis terhadap permasalahan yang akan diteliti.
b. Untuk menambah ilmu pengetahuan terhadap para pembaca.
E. Telaah Pustaka
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang
tanggung jawab turut serta menanggung akibat kesalahan kerja, anatar lain:
Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Thoriq seorang mahasiswa fakultas
syaria’ah Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “tinjauan
-
6
Hukm Islam terhadap transaksi kontrak kerja di PT . Batik Danar Hadi Solo”.
Dalam tulisannnya ia mengatakan bahwa dalam suatu hubungan pekerjaan
harus menggunakan suatu perjanjian, yaitu perjanjian kerja. Perjanjian akan
lancar terlaksana jika masing – masing pihak memenuhi kewajibannya.
Dengan adanya perjanjian kerja diharapkan tidak terjadi kerugian.
Skripsi yang ditulis oleh Andang Prabowo seorang mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “studi
tentang tanggung jawab kasir terhadap kerugian akibat kelalaian di
supermarket di wilayah Surakarta”. Dalam tulisannya ini ia menjelaskan
bahwa tanggung jawab kasir pada supermarket sangat besar, karena
memegang bagian keuangan sehingga apabila kasir melakukan kelalaian yang
dapat merugikan maka pihak supermarket akan meminta pertanggung
jawaban untuk memikul kerugian yang dilakukan.
Skripsi yang ditulis oleh Faisal Burhan seorang mahasiswa fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Kontrak Kerja Karyawan di
Toko Buku Toga Mas Margorejo Surabaya”. Dalam tulisannya ini ia
menjelaskan bahwa dalam melakukan pekerjaan diperlukan ketentuan yang
menerangkan antara hubungan pemilik usaha dan karyawan, maka dibutuhkan
kontrak kerja. Kontrak kerja harus memenuhi syarat – syarat yang telah
ditentukan yaitu mengenai subyek, obyek, atau isinya dan bentuk – bentuk
kontrak. Hubungan kerja sebagai relasi dari kontrak kerja menunjukan
kedudukan masing – masing pihak yang pada dasarnya akan
-
7
mengagambarkan hak – hak dan kewajiban pengusaha terhadap pembayaran
upah.
Dengan demikian, berbagai keragaman penelitian yang terdahulu akan
semkin memperjelas tentang tanggung jawab pekerja. Maka dari itu
permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah untuk mengetahui tentang
tinjauan Hukum Islam terhadap tanggung jawab ikut serta menanggung
kerugian akibat kesalahan kerja di Toko Lancar Salatiga, selain itu Toko
Lancar cukup banyak digemari masyarakat Kembangarum Salatiga dan
sekitarnya karena dianggap memiliki barang – barang yang lengkap dan harga
yang terjangkau.
F. Metode Penelitian
1. Janis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)
yang lokasinya di Toko Lancar Kota Salatiga dengan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian ini deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan
untuk membuat deskriptif atau gambaran mengenai fakta –fakta, sifat –
sifat serta hubungan anatara fenomena yang diselidiki (Moh Nasir, 1999:
63). Sedangkan penelitian kualitatif adalah bertujuan untuk menghasilkan
data deskriptif , berupa kata – kata lisan atau dari orang – orang dan
perilaku yang diamati (Moloeng, 2000: 3). Penelitian ini menggunakan
pendekatan normatif sosiologis, pendekatan normatif dilakukan dengan
cara meneliti bahan – bahan perpustakaan yang merupakan data sekunder
yang disebut sebagai penemuan hukum perpustakaan, sedangkan metode
-
8
pendekatan hukum sosiologis/ empiris dilakukan dengan meneliti data
primer yang diperoleh secara langsung dalam masyarakat. Dalam
penelitian yang diteliti adalah tanggung jawab pekerja Minimarket,
sedangkan data – data diperoleh dari pekerja Minimarket.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada objek
sebagai sumber informasi yang dicari (Nata, 2000: 39). Adapun
sumber data primer adalah hasil wawancara dan observasi tentang
tanggung jawab turut serta menaggung akibat kesalahan kerja dengan
pekerja Toko Lancar.
b. Data sekunder data yang diperoleh secara tidak langsung dari subjek
penelitinya, yaitu diambil dari undang – undang, buku – buku, artikel,
dan sumber lainnya yang memiliki hubungan dengan permasalahan
yang akan dibahas dalam sekripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala – gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1991: 231) dalam
hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di Toko Lancar Kota
Salatiga.
-
9
b. Interview atau wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu
(Moloeng, 2000: 148) sedangkan jenis interview atau wawancara
yang digunakan oleh penulis adalah jenis pedoman interview yang
tidak terstruktur, yakni pedoman wawancara yang hanya memmuat
garis – garis besar pertanyaan yang akan diajukan (Arikunto, 1997:
231) dalam hal ini penulis bertanya langsung kepada kasir dan
pekerja Minimarket Lancar Salatiga.
c. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan
sebagainya (Arikunto, 1997: 206). Dalam hal ini penulis memperoleh
data dari buku – buku dan literatur yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti.
4. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu pembanding terhadap
data itu (Moeloeng, 2002: 178).
Berdasarkan pendapat moeloeng diatas, maka penulis melakukan
perbandingan data yang telah diperoleh yaitu data – data sekunder hasil
kajian pustaka akan dibandingan dengan data – data primer yang
diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai fakta – fakta ditemui
-
10
dilapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh dapat dipercaya
dan meyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kemudahan dalam penyusunan laporan penelitian
ini, maka penulisan sekripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II landasan teori yang terdiri dari tinjauan umum tentang
Minimarket, tinjauan tentang hubungan kerja, hak dan kewajiban pekerja,
tinjauan tentang perjanjian kerja, jenis perjanjian kerja.
BAB III Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi
tempat penelitian, tanggung jawab pekerja dalam hal terjadinya kerugian
akibat kesalahan kerja.
BAB IV Tinjauan hukum islam terhadap keikutsertaan pekerja dalam
menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.
BAB V Penutup yang berisi kesimpulan yang memuat semua
kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan dan
saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
-
11
BAB II
Landasan Teori
A. Tinjauan umum tentang Minimarket
Minimarket merupakan gabungan kata dari “mini” dan “market”. Mini
bararti kecil dan market berarti pasar. Jadi Minimarket adalah sebuah pasar
kecil yang menjual barang – barang dan makanan. Minimarket hampir sama
dengan Toko Kelontong atau yang menjual segala macam barang dan
makanan, perbedaannya biasanya Minimarket menerapkan sistem kasir point
of sale untuk penjualannya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah
Supermarket. Berbeda dengan Toko Kelontong, Minimarket menerapkan
sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan
dari rak – rak Minimarket dan membayarnya di meja kasir. Sistem ini juga
membantu agar pemebeli tidak berhutang. (Wikipedia,
https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket, diakses pada 2 Mei
2017, jam 20:10).
Perbedaan istilah antara minimarket, supermarket, dan hypermarket
adalah di format ukurannya dan fasilitas yang diberikan. Contohnya:
minimarket berukuran kecil 100 m2 s/d 999 m2), supermarket berukuran
sedang (1.000 m2 s/d 4.999 m2), hypermarket brukura berukuran besar
(5.000m2 keatas). (wikipedia
,https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket, diakses tanggal 2
Mei 2017, jam 20:30).
https://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarkethttps://id.wikipedia.org/wiki/Supermarket#Minimarket
-
12
B. Tinjauan umum tentang pekerja
Dalam ajaran syari’at Islam secara umum manusia pada dasarnya
adalah merupakan makhluk pekerja, sekaligus makhluk pembangun, (Salim,
1989: 149), sehingga bekerja dalam Islam merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh setiap manusia.
Dalam islam seorang pekerja harus memiliki jiwa kepribadian yang
baik, amanah, bersikap jujur dan bertanggung jawab disiplin dalam kerja dan
seorang pekerja harus mempunyai keterampilan dalam kerja.
Adapun anjuran untuk bekerja dala islam terdapat dalam Q.S Al-
Jumu’ah : 10
الصَََّلُة َفانْ َتِشُروا ِف اْْلَْرِض َوابْ تَ ُغوا ِمْن َفْضِل اللَِّو َواذُْكُروا اللََّو َكِثريًا َفِإَذا ُقِضَيتِ
َلَعلَُّكْم تُ ْفِلُحونَ
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi, dan carilah karunnia Allah dan ingatlah Allah banyak –
banyak supaya kamu beruntung.
Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksud dengan buruh yaitu
pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar,
orang – orang ini disebut sebagai “Bule Collar”. Sedangkan yang melakukan
pekerjaan di kantor pemerintah maupun swasta disebut sebagai karyawan /
pegawai (white collar).
Setelah merdeka tidak ada lagi perbedaan buruh halus dan buruh kasar,
semua orang yang bekerja di sektor swasta baik yang bekerja perorangan
maupun badan hukum disebut buruh.(Husni. 2010: 43).
-
13
Istilah pekerja / buruh menurut pasal 1 ayat 4 undang – undang No. 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun.
C. Hubungan Kerja
1. Pengertian dan ruang lingkup Ijarah
Perjanjian kerja dalam islam digolongkan kepada perjanjian sewa
menyewa (ijarah) yaitu ijarah „amal, sewa menyewa tenaga manusia
untuk melakukan pekerjaan.
Dalam istilah hukum islam pihak yang melakukan pekerjaan
disebut dengan ajir, (ajir ini terdiri dari ajir khas yaitu seseorang atau
beberapa orang yang bekerja pada seseorang yang bekerja pada seseorang
tertentu dan ajir musytarak yaitu orang – orang yang bekerja untuk
kepentingan orang banyak). Sedangkan orang yang yang memperoleh
manfaat dari pekerjaan (pemberi kerja) disebut musta‟jir. (Pasaribu, 2004:
154).
Ajir adalah pihak yang harus melakukan pekerjaan atau
melaksanakan tugas sesuai dengan perjanjian kerja yang telah ditetapkan
bersama antara pemberi pekerja (penyewa) dengan ajir sendiri. Dalam
kaitan ini pihak ajir dalam mengerjakan pekerjaannya dapat berupa
pekerjaan – pekerjaan yang bersifat fisik ataupun non fisik atau hal yang
nampak. Jika terjadi hal – hal yang tidak sesuai dengan isi perjanjian baik
yang datangnya dari pihak ajir maupun pihak pemberi pekerjaan
(penyewa), maka hal itu dapat mengakibatkan timbul beberapa resiko
-
14
baik yang menyangkut hak maupun kewajiban pada salah satu pihak ( ajir
dan peyewa). Apabila terjadi seorang penyewa sebagai pemberi pekerjaan
tidak menepati janji seperti yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak
(ajir dan penyewa), maka ajir berhak menahan barang yang dikerjakan
sebagai sayarat ditepatinya perjanjian berupa upah kerja atau
pemabayarannya. (Madjid, 1986: 55).
Al –ijarah bersal dari kata al-ajru yang berarti al iwadhu (ganti).
Dari sebab itu ats-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah). Menurut
pengertian syara’ al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian. (Sabiq, 2004: 15).
Menurut etimologi ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula
menurut terminologi syara’. (Syafe’i, 2004: 121).
M Ali Hasan dalam bukunya yang berjudul Berbagai Macam
Transaksi dalam Islam (2003: 227) menjelaskan definisi Ijarah menurut
para ulama, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menurut Hanafiyah bahwa ijarah ialah akad untuk membolehkan
pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu zat yang
disewa dengan imbalan.
b. Menurut Malikiyah bahwa ijarah ialah nama bagi akad – akad untuk
pemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang
dipindahkan.
c. Menurut Hanabilah bahwa ijarah adalah aqad atas suatu manfaat
dibolehkan menurut syara dan diketahui besarnya manfaat tersebut
-
15
yang diambil sedikit demi sedikit dalam waktu tertentu dengan
adanya „iwadah.
d. Menurut syafi’iyah bahwa ijarah adalah suatu aqad atas suatu manfaat
yang diketahui manfaat yang dibolehkan oleh syara’ dan merupakan
tujuan transaksi tersebut, dapat diberikan dan dibolehkan menurut
syara’ disertai sejumlah imbalan yang diketahui.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ijarah adalah
menukar sesuatu dengan adanya imbalan, atau dengan kata lain upah
mengupah atau sewa menyewa.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat 14 undang – undang No. 13
Tahun 2003, hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja / bururh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan, upah, dan perintah.
Pengupahan kepada tenaga kerja dapat diklasifikasikan kepada dua
bentuk pembayaran yaitu gaji dan upah. Gaji dapat diartikan sebagai
imbalan pembayaran kepada pekerja – pekerja tetap dan profesional
seperti PNS, pegawai pemerintahan, dosen, guru, pegawai swasta,
manager dan akuntan. Pembayaran gaji tersebut pada umumnya dilakukan
sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran
sebagai pembayaran kepada pekerja – pekerja kasar yang pekerjaannya
selalu berpindah – pindah, misalnya pekerja pertanian, tukang kayu,
tukang batu dan buruh kasar. (Sukirno, 2000: 350).
-
16
Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 30 Undang – Undang No. 13
Tahun 2003, upah adalah hak pekerja / buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagaimana imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja / buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang –
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja / buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Berdasarkan Undang – Undang No. 13
Tahun 2003 disebutkan bahwa kesejahteraan pekerja / buruh adalah suatu
pemenuhan kebutuhan dan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan
rohaniah, baik didalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja
dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat. (Wijayanti, 2009: 108).
Pemerintah memberikan perlindungan terhadap upah. Berdasarkan
ketentuan pasal 88 Undang – Undang No. 13 Tahun 2003, yaitu setiap
pekerja / buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi
penghidupan yang layak begi kemanusiaan.
Upah dapat berupa dalam bentuk uang atau barang yang dapat
dijadikan harga sesuai nilai uang.
Pada dasarnya setiap transaksi barang atau jasa dari satu pihak
kepihak yang lain akan menimbulkan kompensasi. Dalam terminologi
fiqih mu’amalah, kompensasi dalam transaksi antara barang dengan uang
-
17
disebut dengan saman (harga), sedangkan uang dengan tenaga kerja
manusia disebut dengan ujrah (upah). Seseorang yang bekerja pada
dasarnya melakukan suatu transaksi jasa, baik jasa intelektual atau fisik,
dengan yang. Bekerja dapat dilakukan untuk kegiatan sendiri atau
kegiatan pihak lain. (Hendri, 2003: 224).
Menurut dewan penelitian pengupahan nasional upah adalah
“suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima kerja
untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi
sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan
produksi, dinyatakan atau dinilai dalam bnetuk uang yang ditetapkan
menurut suatu persetujuan undang – undang dan peraturan serta
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemeberi dan
penerima kerja”. (Ahmad, 2001: 9).
Selain upah, islam juga memberi perhatian terhadap hak – hak
buruh / pekerja. Hak buruh / pekerja yang diakui dalam islam diantaranya,
hak kemerdekaan yang meliputi kemerdekaan profesi, kemerdekaaan
melakukan kontrak dan kemerdekaan melakukan berbicara, hak
pembatasan jam kerja, hak mendapatkan perlindungan, hak berserikat,
hak beristirahat (cuti) dan hak mendapatkan jaminan sosial. (Qorashi,
2007: 235).
2. Landasan Hukum Ijarah
a. Landasan Al – Qur’an
1) Q.S Az – Zukhruf : 32
-
18
نْ َيا ۚ َأُىْم يَ ْقِسُموَن َرْْحََت َربَِّك نَ ُهْم َمِعيَشتَ ُهْم ِف اْْلََياِة الدُّ ۚ ََنُْن َقَسْمَنا بَ ي ْ
َوَرْْحَُت َربَِّك ۚ َوَرفَ ْعَنا بَ ْعَضُهْم فَ ْوَق بَ ْعٍض َدَرَجاٍت لَِيتَِّخَذ بَ ْعُضُهْم بَ ْعًضا ُسْخرِيِّا
ٌر ِمَّا ََيَْمُعونَ َخي ْ
Artinya: Mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat apakah mereka yang membagi – bagi rahmat
Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian,
agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang
lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.
Lafadz ُسْخِزيّ ا yang terdapat dalam ayat tersebut bermakna
“saling mempergunakan”. Menurut Ibnu Katsir, lafadz ini
diartikan dengan “supaya kalian bisa saling mempergunakan
satu sama lain dalam hal pekerjaan atau yang lain, karena
diantara kalian saling membutuhkan satu sama lain ”. Artinya,
terkadang manusia membutuhkan sesuatu yang berada dalam
kepemilikan orang lain, dengan demikian orang tersebut bisa
mempergunakan sesuatu itu dengan cara melakukan transaksi ,
salah satunya dengan akad sewa menyewa / ijarah. (Djuwaini,
2008: 154).
2) Q.S Al – Baqarah : 233
آتَ ْيُتْم َوِإْن َأَرْدُُتْ َأْن َتْستَ ْرِضُعوا َأْوََلدَُكْم َفََل ُجَناَح َعَلْيُكْم ِإَذا َسلَّْمُتْم َما ۚ
َوات َُّقوا اللََّو َواْعَلُموا َأنَّ اللََّو ِبَا تَ ْعَمُلوَن َبِصريٌ ۚ بِاْلَمْعُروِف
-
19
Artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain. Maka tidak ada bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut, bertakwalah kamu kepada
allah dan ketahulilah bahwa Allah maha melihat apa yang
kamu kerjakan.
Menurut Ibnu Katsir maksud dari ayat tersebut adalah jika
kedua orang tua tersebut sepakat untuk menyusukan anaknya
kepada orang lain, maka hal itu diperbolehkan, sepanjang mereka
mau unutk menunaikan upah yang patut kepada orang tersebut.
Kita diperbolehkan menyewa jasa orang lain untuk menyusui
anak kita, dengan syarat harus kita tunaikan pembayaran upahnya
secara layak. Penafsiran tersebut jelas memeperbolehkan kita
menyewa jasa orang lain yang tidak kita miliki (tidak mampu kita
tunaikan), dan harus mmembayarnya dengan upah yang layak.
Dari penafsiran tersebut menunjukan adanya jasa yang diberikan,
dan adanya kewajiban melakukan pembayaran yang patut atas
jasa yang diterima. (Djuwaini, 2008: 155).
3) Q.S Al – Thalaq : 6
ۚ َفِإْن َأْرَضْعَن َلُكْم َفآتُوُىنَّ أُُجوَرُىنَّ ۚ
Artinya: jika mereka menyusukan (anak – anak) mu
untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya.
Yang dimaksud upah dalam ayat tersebut adalah
dihubungkan dengan perbuatan menyusui. Perbuatan menyusui
tersebut disamakan dengan orang yang menyewa rumah yang ada
-
20
sumurnya, maka penyewa bileh menggunakan air sumur tersebut
karena termasuk rumah. (Al – Husaini, jilid II: 185).
4) Landasan Hadist
فَّ َعَرقُوُ َر َأْجَرُه قَ ْبَل َأْن َيَِ .َأْعطُوا ْاَْلِجي ْ
Artinya: Berilah upah kepada para pekerja sebelum
mengering keringatnya (HR Ibnu Majah)
Hadits riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar merupakan
dalil lain diperbolehkannya akad Ijarah. Hadist ini
memerintahkan kepada penyewa untuk memberikan upah orang
yang disewa sebelum kering keringatnya. Hadist ini memberikan
etika dalam melakukan akad ijarah, yakni memberikan
pembayaran upah secepat mungkin. Relevansinya dengan akad
ijarah pada massa sekarang yaitu adanya keharusan untuk
melakukan pembayaran uang sewa sesuai dengan kesepakatan /
batas waktu yang telah ditentukan. Jadi tidak boleh menunda
pemberian upah dari jadwal atau tenggat waktu yang telah
disepakati. (Djuwaini, 2008: 156).
ثَ َنا أَبُو أَُساَمَة َعْن بُ َرْيٍد َعْن َأِب بُ ْرَدَة َعْن َأِب ُموَسى ُد ْبُن اْلَعََلِء َحدَّ ثَ َنا ُمَُمَّ َحدَّ
ُهَعْن النَِّبِّ َصلَّى اللَُّو َعَلْيِو َوَسلََّم َقاَل َمَثُل اْلُمْسِلِمنَي َواْليَ ُهوِد َرِضَي اللَُّو َعن ْ
لنََّصاَرى َكَمَثِل َرُجٍل اْسَتْأَجَر قَ ْوًما يَ ْعَمُلوَن َلُو َعَمًَل يَ ْوًما ِإََل اللَّْيِل َعَلى َأْجٍر َوا
-
21
َمْعُلوٍم فَ َعِمُلوا َلُو ِإََل ِنْصِف الن ََّهاِر فَ َقاُلوا ََل َحاَجَة َلَنا ِإََل َأْجرَِك الَِّذي َشَرْطَت
ََلُْم ََل تَ ْفَعُلوا َأْكِمُلوا بَِقيََّة َعَمِلُكْم َوُخُذوا َأْجرَُكْم َلَنا َوَما َعِمْلَنا بَاِطٌل فَ َقالَ
َكاِمًَل َفَأبَ ْوا َوتَ رَُكوا َواْسَتْأَجَر َأِجريَْيِن بَ ْعَدُىْم فَ َقاَل ََلَُما َأْكِمََل بَِقيََّة يَ ْوِمُكَما
َحَّتَّ ِإَذا َكاَن ِحنُي َصََلِة َىَذا َوَلُكَما الَِّذي َشَرْطُت ََلُْم ِمْن اْْلَْجِر فَ َعِمُلوا
اْلَعْصِر َقاََل َلَك َما َعِمْلَنا بَاِطٌل َوَلَك اْْلَْجُر الَِّذي َجَعْلَت َلَنا ِفيِو فَ َقاَل ََلَُما
َأْكِمََل بَِقيََّة َعَمِلُكَما َما بَِقَي ِمْن الن ََّهاِر َشْيٌء َيِسرٌي َفَأبَ َيا َواْسَتْأَجَر قَ ْوًما َأْن
ْمُس َواْسَتْكَمُلوا َأْجَر يَ ْعمَ ُلوا َلُو بَِقيََّة يَ ْوِمِهْم فَ َعِمُلوا بَِقيََّة يَ ْوِمِهْم َحَّتَّ َغاَبْت الشَّ
اْلَفرِيَقنْيِ ِكَلْيِهَما َفَذِلَك َمثَ ُلُهْم َوَمَثُل َما َقِبُلوا ِمْن َىَذا النُّورِ
Artinya: telah menceritakan kepada kami muhammad
bin Al‟ Alaa‟ telah menceritakan kepada kami Abu Usamah
dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa dari Nabi
Bersada: “perumpamaan kaum muslimin dibandingkan
orang – orang yahudi dan nasrani seperti sesorang yang
memperkerjakan kaum yang bekerja untuknya pada suatu
hari hingga malam dengan upah yang ditentukan. Maka
diantara mereka ada yang melaksanakan pekerjaan hingga
pertengahan siang lalu berkata: kami tidak memerlukan
upah darimu sebagaimana yang kamu persyaratkan kepada
kami (bekerja hingga malam) dan apa yang telah kami
kerjakan biarlah tidak apa – apa”. Maka orang itu
berkata:”selesaikanlah sisa pekerjaan, nanti baru kalian
boleh mengambil upahnya dengan penuh”. Maka merka
tidak mau dan tidak melanjutkan pekerjaan mereka.
Kemudian dia mempekerjakan dua orang pekerja setelah
mereka untuk menuntaskan sisa pekerjaan dan berkata
kepada keduanya:”selesaikanlah sisa waktu hari kalian ini
-
22
dan bagi kalian berdua akan mendapat upah sebagaimana
yang aku syaratkan kepada mereka. Maka mereka berdua
mengerjakannya hingga ketika sampai shalat ashar,
keduanya berkata,” tidaklah yang kami kerjakan sia – sia
dan kamu wajib membayar upah seperti yang kamu janjikan
kepaada kami berdua”. Maka orang itu berkata, kepada
keduanya: “selesaikanlah sisa pekerjaan kalian berdua yang
tidak sampai separuh hari ini”. Namun kedua orang itu
enggan melanjutkannya. Lalu orang itu memperkerjakan
suatu kaum yang mengerjakan sisa hari. Maka kaum itu
mengerjakan sisa pekerjaan hingga terbenam matahari dan
mereka mendapatkan upah secara penuh termasuk upah dari
pekerjaan yang sudah dikerjakan oleh dua golongan orang
seelum mereka. Itulah perumpamaan mereka dan mereka
yang menerima cahaya isalam ini”. (HR Bukhari No. 1064,
Ringkasan Shahih Bukhari, 2012: 139 .)
ثَ َنا َأْْحَُد ْبُن ُمَُمَّ ِه َعْن َأِب ُىَريْ َرَة َحدَّ ثَ َنا َعْمُرو ْبُن ََيََْي َعْن َجدِّ يُّ َحدَّ ٍد اْلَمكِّ
ُهَعْن النَِّبِّ َصلَّى اللَُّو َعَلْيِو َوَسلََّم َقاَل َما بَ َعَث اللَُّو نَِبيِّا ِإَلَّ َرَعى َرِضَي اللَُّو َعن ْ
ةَ اْلَغَنَم فَ َقاَل َأْصَحابُُو َوأَْنَت فَ َقاَل نَ َعْم كُ ْنُت َأْرَعاَىا َعَلى قَ َرارِيَط ِْلَْىِل َمكَّ
Artinya: telah menceritkan kepada kami Ahmad bin
Muhammad Al Malikiy telah menceritakan kepada kami „Amru
bin Yahya dari kakeknya dari Abu Hurairah dari Nabi
bersabda: ” tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan
dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “
termasuk engkau juga?” maka beliau menjawab: “ya, akupun
mengembalakannya dengan upah beberapa qirath (keping
dinar) milik penduduk Makkah”. (HR Bukhari No. 1061,
Ringkasan Shahih Bukhari. 2012: 136).
5) Landasan ijma’
Disyariatkan ijarah, semua umat bersepakat, tak seorang
ulama yang membantah kesepakatan ijma‟, sekalipun ada
seseorang di antara mereka yang berpendapat berbeda, akan
tetapi hal tersebut tidak dianggap (Sabiq, 1987: 11). Umat Islam
-
23
pada masa sahabat telah berijma‟ bahwa ijarah dibolehkan sebab
bermanfaat bagi manusia. (Syafe’i, 2004: 124).
Berdasarkan sumber hukum Indonesia di bidang ketenaga
kerjaan. Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber
hukum materiil dan sumber hukum formil.
Sumber hukum materiil adalah sumber hukum yang
menentukan isi hukum (perasaan / keyakinan individu dan
pendapat umum yang membentuk dan menentukan isi hukum).
Macam sumber hukum materill tergantung dari tinjauan atau
sudut pandang para ahlinya, misalnya sebagai berikut (Wijayanti,
2009: 26):
a. Tinjauan ahli ekonomi yang menyebabkan timbulnya hukum
adalah kebutuhan ekonomi dalam masyarakat dan
kemungkinan perkembangan ekonomi.
b. Tinjauan ahli agama yang menyebabkan timbulnya hukum
adalah kitab suci masaing – masing.
c. Tinjauan ahli sejarah yang menyebabkan timbulnya hukum
adalah sejarah yang pernah terjadi.
Sumber hukum dalam arti formil artinya sumber hukum
yang dikenal dari bentuknya. Adapun sumber hukum formil yaitu
(Wijayanti, 2009: 26):
a. Peraturan perundang – undangan
b. Hukum kebiasaan
-
24
c. Yurisprudensi
d. Traktat / perjanjian
e. Doktrin
3. Rukun dan syarat ijarah
a. Jumhur ulama berpendapat rukun ijarah ada empat yaitu:
1) Mu‟jrir dan musta‟jir
Yaitu orang yang melakukan akad sewa menyewa. Mu‟jir
adalah orang yang memberikan upah dan menyewakannnya,
sedangkan musta‟jir adalah orang yang menerima upah untuk
melakukan sesuatu dan yang menyewa sesautu (Suhendi, 2014:
18).
2) Shighat ijab dan kabul antara mu‟jir dan musta‟jir, ijab kabul
sewa menyewa dan upah mengupah.
3) Ujrah disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak
baik dalam sewa menyewa atau upah mengupah. Upah (ujrah)
dapat digolongkan menjadi dua yaitu upah yang telah disebutkan
(ajr al- musamma), yaitu upah yang telah disebutkan pada awal
transaksi, syaratnya adalah ketika disebutkan harus disertai
adanya kerelaan (diterima oleh kedua belah pihak), dan yang
kedua yaitu upah yang sepadan (ajr al mitli) adalah upah yang
sepadan dengan kerjanya serta sepadan dengan kondisi
pekerjaannya, maksudnya adalah harta yang dituntut sebagai
-
25
kompensasi dalam suatu transaksi yang sejenis pada umumnya.
(Huda, 2008: 230).
4) Manfaat, kontrak harus terdiri dari penggunaan manfaat dari
sebuah aset. Syaratnya yang harus menjadi objek ijarah adalah
manfaat penggunaan aset, bukan penggunaan aset itu sendiri.
Manfaat harus bisa dinilai dan diniatkan untuk dipenhi dalam
kontrak, dan pemenuhan manfaat atau manfaat itu sendiri harus
diperbolehkan secara syar’i, serta kemampuan untuk memenuhi
manfaat harus nyata dan sessuai dengan syari’ah. Manfaat harus
dikenali sedemikian rupa, sehingga bisa menghilangkan jahalah
(ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa. (Djuwaini,
2010: 159).
Menurut ulama mazhab Hanafi rukun ijarah hanya ada satu,
yaitu ijab dan qabul, yakni pernyataan dari orang yang menyewa dan
menyewakan (Muchlich, 2010: 320).
Didalam pasal 251 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, rukun
ijarah adalah (Mahkamah Agung, 2008: 70):
1) Pihak yang menyewa
2) Pihak yang menyewakan
3) Benda yang diijarahkan, dan
4) akad
b. Syarat ijarah
-
26
Seperti halnya dalam akad jual beli, syarat – syarat ijarah
terdiri atas tiga jenis persyaratan, yaitu:
1) Syarat terjadinya akad (syarat in‟iqad)
Syarat terjadinya akad (syarat in‟iqad) berkaitan dengan
aqid, akad dan obyek akad. Menurut hanafiah syarat yang
berkaitan dengan aqid adalah berakal dan mumayiz,
sedangkankan menurut syafiiyah dan hanabilah adalah baligh.
Maka dari itu bahwa akad ijarah tidak sah apabila pelakuknya
gila atau masih dibawah umur.
Sedangkan menurut Malikiyah, tamyiz merupakan syarat
dalam sewa menyewa dan jual beli, sedangkan baligh merupakan
syarat untuk kelangsungan (nafadz). Dengan demikian, apabila
anak yang mumayiz menyewakan dirinya (sebagai tenaga kerja)
atau barang yang dimilikinya, maka hukum akadnya sah, tetapi
untuk kelangsungan menunggu izin walinya (Muchlich, 2010:
321).
2) Syarat kelangsungan akad (Nafadz)
Untuk kelangsungan akad ijarah disyaratkan terpenuhinya
hak milik atau wilayah (kelangsungan). Apabila si pelaku tidak
mempunyai hak kepemilikan atau kekuasaan (wilayah), seperti
akad yang dilakukan oleh fudhuli, maka akadnya tidak bisa
dilangsungkan, dan menurut Hanafiah dan malikiyah statusnya
mauquf (ditangguhkan) menunggu persetujuan di pemilik barang.
-
27
Akan tetapi, menurut syafi’iyah dan hanabilah hukumnya batal,
seperti halnya jual beli (Muchlich, 2010: 322).
3) Syarat sahnya ijarah
Untuk sahnya ijarah harus dipenuhi beberapa syarat yang
berkaitan dengan aqid (pelaku), ma‟qud „alaih (obyek), sewa atau
upah (ujrah) dan akadnya sendiri. Syarat – syarat tersebut adalah:
a) Persetujuan dua belah pihak , sama seperti dalam jual beli.
Dasar hukumnya adalah firman Allah dalam surat An – Nisa’
: 29
َنُكْم بِاْلَباِطِل ِإَلَّ َأْن يَا أَي َُّها الَّذِ يَن آَمُنوا ََل َتْأُكُلوا أَْمَواَلُكْم بَ ي ْ
ِإنَّ اللََّو ۚ َوََل تَ ْقتُ ُلوا أَنْ ُفَسُكمْ ۚ َتُكوَن ِِتَاَرًة َعْن تَ َراٍض ِمْنُكمْ
َكاَن ِبُكْم َرِحيًما
Artinya: Hai orang – orang yang beriman!
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu,
Sungguh Allah adalah Maha penyayang kepadamu.
b) Obyek akad yaitu manfaat harus jelas, sehingga tidak
menimbulkan perselisihan, apabila obyek akad (manfaat)
tidak jelas, sehingga menimbulkan perselisihan, maka akad
ijarah tidak sah, karena dengan demikian, manfaat tersebut
tidak bisa diserahkan dan tujuan akad tidak tercapai.
-
28
c) Obyek akad ijarah harus dapat terpenuhi, baik menurut
hakiki maupun syar’i. Dengan demikian tidak sah
menyewakan sesuatu yang sulit diserahkan secara syar’i,
seperti menyewa tenaga wanita yang sedang haid untuk
membersihkan masjid atau menyewa dokter gigi untuk
mencabut gigi yang sehat, atau menyewa tukang sihir untuk
mengajar ilmu sihir. Sehingga dengan syarat ini Abu hanifah
dan zufar berpendapat bahwa tidak boleh menyewakan benda
milik bersama mengikutsertakan pemilik syariat yang lain,
karena manfaat benda milik bersama tidak bisa diberikan
tanpa pesetujuan semua pemilik. Akan tetapi menurut jumhur
fuqaha menyewakan barang milik bersama bisa dipenuhi
dengan cara dibagi antara pemilik satu dengan yang lain.
Menurut undang – undang No. 13 Tahun 2003 unsur
hubungan kerja yaitu:
a) Adanya pekerjaan (Arbeid). Artinya pekerjaan itu bebas
sesuai dengan kesepakatan antara buruh dan majikan, asalkan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan,
kesusilaan, dan ketertiban umum.
b) Dibawah perintah / gezag ver houding (maksudnya buruh
melakukan pekerjaan atas perintah majikan, sehingga bersifat
subordinasi). Di dalam hubungan kerja kedudukan majikan
adalah pemberi kerja, sehingga ia berhak dan berkewajiban
-
29
untuk memberikan perintah – perintah yang berkaitan dengan
dengan pekerjaanya. Kedudukan buruh sebagai pihak yang
menerima perintah untuk melaksanakan pekerjaan. Hubungan
antara buruh dan majikan adalah hubungan yang dilakukan
antara atasan dan bawahan, sehingga bersifat subordinasi
(hubungan yang bersifat vertikal, yaitu atas dan bawah).
c) Adanya upah / loan yang menjadikan imbalan atas pekerjaan
yang telah dilakukan oleh buruh.
d) Dalam waktu (tijd) yang ditentukan. Artinya buruh bekerja
untuk waktu yang ditentukan atau untuk waktu yang tidak
ditentukan atau selama – lamanya.
Berdasarkan pasal 51 ayat 1 dan 2 undang – undang No.
13 Tahun 2003, perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan.
Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Syarat – syarat perjanjian kerja dibagi menjadi dua yaitu
syarat materiil dan formil. Syarat materiil diatur dalam pasal 52
undang – undang No. 13 Tahun 2003, sedangkan syarat formil
diatur dalam pasal 54 undang – undang No. 13 Tahun 2003.
Syarat materill dari perjanjian kerja berdasarkan ketentuan
pasal 52 undang – undang No. 13 Tahun 2003 dibuat atas dasar
(Wijayanti, 2009: 42):
a) Kesepakatan kedua belah pihak .
-
30
b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum.
c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.
d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang
undangan yang berlaku.
Apabila perjanjian kerja yang dibuat itu bertentangan
dengan ketentuan huruf a dan b maka akibatnya perjanjian
kerja itu dibatalkan.
Apabila bertentangan dengan ketentuan huruf c dan d
maka akibat hukumnya perjanjian kerja itu adalah batal demi
hukum.
c. Hak dan kewajiban para pihak
a) Hak pekerja yang wajib dipenuhi pemeberi kerja yaitu (Pasaribu,
1996: 156):
1) Hak untuk memperoleh pekerjaan.
2) Hak atas upah sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Jumlah
upah boleh ditetapkan dengan perundingan, atau tergantung
pada persetujuan kolektif, boleh diperlakukan berdasarkan
kebiasaan atau praktek perusahaan, atau menurut kombinasi
dengan cara – cara tersebut. Secara luar biasa keadaan tidak
ada persetujuan, maka ada kewajiban untuk membayar upah
dengan jumlah yang pantas. (Kadir, 1980: 331)
-
31
3) Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan
pekerjaan.
4) Hak atas jaminan sosial.
Kewajiban pekerja dengan adanya hubungan kerja
adalah (Pasaribu, 1996: 156):
a) Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan, jika
pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang khas.
b) Benar – benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.
c) Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat dan teliti.
d) Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan
kepadanya untuk dikerjakannya, sedangkan jika bentuk
pekerjaan itu berupa urusan, mengurus urusan tersebut
sebagaimana mestinya.
e) Mengganti kerugian jika ada barang yang rusak, dalam
hal ini apabila kerusakan tersebut dilakukan dengan
kesengajaan atau kelengahannya (alpa).
Adapun hak dan kewajiban pengusaha (Musta’jir) yaitu:
a) Hak pengusaha antara lain:
1) Hak untuk mendapatkan penghormatan dari pekerja
2) Hak untuk mendapatkan keuntungan
3) Berhak atas hasil pekerjaan
4) Hak untuk mengatur dan memerintahkan pekerja
b) Kewajiban pengusaha yaitu:
-
32
1) Membayar upah pekerja
2) Sama statusnya dengan para pekerja dalam
pandangan Allah, seorang majikan juga pemimpin
yang bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan
kesejahteraan para pekerjanya.
3) Bersikap lemah lembut, kasih sayang dan pemaaf dan
tidak memaksakan kehendak kepada para pekerjanya.
d. Berakhirnya hubungan kerja (ijarah)
Adapun hal – hal yang menyebabkan batalnya akad ijarah
yaitu:
1) Meninggalnya salah satu pihak yang melakukan akad menurut
pendapat hanafiah. Menurut jumhur ulama kematian salah satu
pihak tidak mengakibatkan fasakh atau berakhirnya akad ijarah.
2) Iqalah yaitu pembatalan oleh kedua belah pihak
3) Rusaknya barang yang disewakan sehingga ijarah tidak mungkin
untuk di teruskan
4) Telah selesai masa sewa, kecuali ada udzur (Muchlich, 2010:
338).
Pembatalan kontrak ijarah bisa dilakukan secara sepihak,
karena ada alasan yang berhubungan dengan pihak yang berkontrak
atau sewa aset itu sendiri. Kontrak ijarah bisa berhenti karena ada
keinginan dari salah satu pihak untuk mengakhirinya atau juga karena
aset yang menjadi objek sewa rusak dan sudah tidak mampu
-
33
mendatangkan manfaat bagi penyewa. Kontrak juga bisa selesai
karena masa perjanjian telah usai karena alasan yang dibenarkan.
(Djuwaini. 2010: 161).
Berdasarkan ketentuan pasal 150 undang – undang No. 13
Tahun 2003 pemutusan hubungan kerja terjadi di badan usaha yang
berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik
negara maupun usaha – usaha sosial dan usaha – usaha lainnya yang
mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pada dasarnya menurut teori hukum ketenagakerjaan indonesia
cara terjadinya pemutusan hubungan kerja ada empat macam yaitu:
1) Pemutusan hubungan kerja batal demi hukum
Berdasarkan ketentuan pasal 61 ayat 1 undang – undang
No. 13 Tahun 2003, perjanjian kerja berakhir apabila:
a) Pekerja meninggal dunia
b) Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
c) Adannya putusan pengaadilan dan putusan atau penetapan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap
d) Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan
dalam perjanjian kerja.
-
34
Berdasarkan ketentuan pasal 1603 e Burgerlijk Wetboek,
pengeertan waktu tertentu yang menentukan berakhirnya suatu
hubungan kerja ditetapkan dalaam perjanjian, atau di tetapkan
dalam peraturan perundang – undangan serta kebiasaan.
2) Pemutusan hubungan kerja oleh buruh
Pemutusan hubungan kerja oleh buruh dapat terjadi
apabila buruh mengundurkan diri atau terdapat alasan mendesak.
Berdasarkan ketentuan pasal 151 ayat (3) huruf b undang –
undang No. 13 Tahun 2003, atas kemauan sendiri tanpa ada
indikasi adanya tekanan / intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
hubungna kerja sesuai dengan perjanjian kerja sesuai dengan
perjanian waktu tertentu untuk pertama kali. Pengunduran diri
buruh dapat dianggap terjadi apabila buruh mangkir paling sedikit
dalam waktu 5 hari kerja berturut – turut dan telah dipanggil oleh
pengusaha 2 kali secara tertulis, tetapi pkerja tidak dapat
memberikan keterangan tertulis dengan bukti yang sah.
Selain itu berdasarkan ketentuan pasal 169 Undang –
Undang No. 13 Tahun 2003, pekerja / buruh dapat mengajukan
permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga
penyelesaian hubungan industrial dalam hal pengusaha
melakukan perbutan sebagai berikut:
a) Menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam pekerja
/ buruh.
-
35
b) Membujuk dan tau menyuruh pekerja / buruh untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan
perundang – undangan.
c) Tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah
ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturt – tururt atau lebih.
d) Tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada
pekerja / bururh.
e) Memerinthkan pekerja buruh untuk melaksanakan pekerjaan
di luar yang diperjanjikan.
f) Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa,
keselamatan, kesehatan dan kesusilaan pekerja / buruh,
sedangkan pekerjaan tersebut tidak dicntumkan pada
perjanjian kerja.
3) Pemutusan hubungan kerja oleh majikan
Pemutusan hubungan kerja oleh majikan terjadi karena
alasan apabila buruh tidak lulus masa percoaan, apabila majikan
mengalami kerugian sehingga menutup usaha atau apabila buruh
melakukan kesalahan. Lamanya massa percobaan maksimal 3
(tiga) bulan, dengan syarat adanya masa percobaan dinyatakan
dengan tegas oleh majikan pada saat hubungan kerja dimulai,
apabila tidak maka dianggap tidak ada masa percobaan.
Pengusaha tidak perlu melakukan pemutusan hubungan
kerja karena sesuai dengan pasal 154 Undang – Undang No. 13
-
36
Tahun 2003, yaitu penetapan sebagaimana dimaksud dalam pasal
151 ayat (3) tidak diperlakukan dalam hal:
a) Pekerja / buruh masih dalam masa percobaan kerja, bilamana
telah dipersyaratkan secara tertulis sebelumnya.
b) Pekerja / buruh mangjukan pengunduran diri secara tertulis
atas kemauan sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan /
intimidasi dari pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai
dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali.
c) Pekerja / buruh mencapai usia pensiun dengan ketetapan
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja
berasama, atau peraturan perundang – undangan.
d) Pekerja / buruh meninggal dunia.
Menurut Kartasapoetra adapun sanksi atau hukuman bagi
pemutusan hubungan kerja yang tidak beralasan yaitu (Wijayanti,
163: 2009):
a) Pemutusan tersebut adalah batal dan pekerja yang
bersangkutan harus ditempatkan kembali pada kedudukan
semula.
b) Pembayaran ganti rugi kepada pekerja tersebut. dalam hal ini
pekerja tidak berhak memilih antara penempatan kembali
atau mendapatkan ganti rugi
-
37
Majikan yang mengalami kerugian berdasarkan ketentuan
pasal 163 – 165 Undang – Undang No 13 Tahun 2003 dapat
memutuskan hubungan kerja buruhnya apabila:
a) Pemutusan hubungan kerja massal karena perusaan tutup
akibat mengalami kerugian terus – menerus disertai dengan
bukti keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik paling
sedikit 2 (dua) tahun terakhir atau keadaan memaksa (force
majeur).
b) Pemutusan hubungan kerja massal karena alasan perusahaan
melakukan efisisensi.
c) Pemutusan hubungan kerja karena perubahan status atau
perubahan kepemilikan perusahaan pindah lokasi dengan
syarat – syarat kerja baru yang sama dengan syarat – syarat
kerja lama dan pekerja tidak bersedia melakukan hubungan
kerja.
d) Pemutusan hubungan kerja perubahan status atau perubahan
pemilikan perusahaan sebagian atau seluruhnya atau
perusahaan pindah lokasi dengan alasan apapun.
Adapun alasan – alasan yang dapat membenarkan suatu
pemutusan hubungan kerja oleh majikan / pengusaha atas diri pekerja,
yaitu:
1) Alasan ekonomis
-
38
a) Menurutnya hasil produksi yang dapat pula disebabkan oleh
beberapa faktor misalnya (Halim, 1987: 15):
b) Merosotnya kapasitas produksi perusahaan yang
bersangkutan.
c) Menurunnya permintaan masyarakat atas hasil produksi
perusahaan yang bersangkutan.
d) Menurunnya persdiaan bahan dasar.
e) Tidak lakunya hasil produksi yang lebih dahulu dilemparkan
ke pasaran dan sebagainya, yang semua ini secara langsung
maupun tidak langsung mengakibatkan kerugian.
f) Merosotnya penghasilan perusahaan yang secara langsung
mengakibatkan kerugian pula.
g) Merosotnya kemampuan perusahaan tersebut membayar upah
atau gaji atau imbalan kerja lain dalam keadaan yang sama
dengan sebelumnya.
h) Dilaksanakan rasionalitas atau penyederhanaan yang berarti
pengurangan karyawan dalam jumlah besar dalam
perusahaan bersangkutan.
2) Alasan lain yang bersumber dari keadaan yang luar biasa,
misalnya ( Sunindhia, 1998: 129):
a) Karena keadaan perang yang tidak memungkinkan
diteruskannya hubungan kerja.
-
39
b) Karena bencana alam yang menghancurkan tempat kerja dan
sebagainya.
c) Karena perusahaan lain yang menjadi penyelenggara
pekerjaan yang bersangkutan ternyata tidak mampu lagi
meneruskan pengadaan lapangan pekerjaan selama ini ada.
Adapun perusahaan atau majikan yang secara langsung
memperkerjakan para karyawan selama ini hanyalah
merupakan kuasa yang bertindak untuk dan atas nama
perusahaan yang lain yang menjadi peneyelenggara atau
pengada lapangan pekerjaan terssebut.
d) Karena meninggalnya majikan dan tidak ada ahli waris yang
mampu melanjutkan hubungan kerja dengan karyawan yang
bersangkutan.
4) Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan
Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan terjadi karena
adanya sengketa antar buruh dan majikan yang berlanjut sampai
ke proses pengadilan. Pemutusan hubungan kerja oleh pengadilan
muncul sebagai akibat dari adanya ssengketa anatar buruh dan
majikan mengenai perselisihan hubungan industrial. Bentuknya
dapat melalui gugat rugi ke Pengagilan Negeri apabila diduga ada
perbuatan yang melanggar hukum dari salah satu pihak atau dapat
melalui pengadilan Hubungan Industrial.
-
40
BAB III
Hasil Penelitian
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Salatiga adalah salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah.
Kota Salatiga berbatasan langsung dengan Kabupaten Semarang. Salatiga
terletak 49 Km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 Km sebelah utara Kota
Surakarta. Kota Salatiga terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yakni Tingkir,
Argomulyo, Sidomukti dan Sidorejo. Kota Salatiga berada di lereng Timur
Gunung Merbabu sehingga membuat udara Kota Salatiga cukup sejuk.
(wikipedia, https://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.html, diakses
tanggal 20 Juli 2017, jam 18:10).
Kota Salatiga sendiri mempunyai beberapa pasar tradisonal yaitu Pasar
Jetis, Pasar Blauran 1 dan 2, Pasar Sayangan, Pasar Raya III Rejosari, Pasar
Andong, Pasar Noborejo, Pasar Klitikan Shoping Center, Pasar cengek, Pasar
Pabelan, Pasar Gedangan, Pasar Burung Banyuputih, Pasar Minggu
Kecandarn Ringroad, dan Pasar Raya 1 dan 2 Salatiga. (wikipedia,
https://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.html diakses tanggal 20
juli, jam 18: 33).
Selain Pasar Tradisional ada juga Pasar Modern. Selain itu juga ada
berbagai Mini Market seperti Toko Lancar.
https://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.htmlhttps://dokumen.tips/documents/profil-kota-salatiga.html
-
41
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Toko Lancar
Salatiga.
Toko Lancar terletak di Jalan Nakula Sadewa, Dukuh Krajan,
Kecamatan Sidomukti Salatiga. Toko Lancar mempunyai luas 11 x 8 m2.
Letaknya sangat strategis, yaitu berada di pinggir jalan raya, dekat dengan
area kampus 2 (dua) Iain Salatiga dan beberapa sekolah negeri dan swasta di
Kota Salatiga. Akses menuju Toko Lancar pun juga sangat mudah, karena
jalur tersebut dilewai oleh tranportasi umum (angkot).
Toko Lancar adalah salah satu Mini Market di Salatiga yang menjual
berbagai bahan kebutuhan sehari – hari yang dibutuhkan masyarakat, seperti
bahan makanan, minuman, produk kecantikan dan perabot rumah tangga.
Barang – barang yang dijual pun haraganya terjangkau. Hampir sama
dengan harga dipasaran. Bahkan untuk beberapa barang, harganya lebih
murah dibandingakan dengan Mini Market lainnya.Toko Lancar juga
memberlakukan aturan yang sama dengan Minimartket lainnya, yaitu barang
yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan.
Toko Lancar merupakan pengembangan usaha dari Toko Merah yang
berada di wilayah kecamatan Suruh. Toko Lancar didirikan sekitar tahun
2009 dan merupakan Toko pertama yang berda di wilayah Kembangarum
Salatiga sebelum adanya Minimarket lainnya.
Agus seorang pegawai mangatakan bahwa toko Lancar mempunyai 9
(sembilan) karyawan yang jam kerjanya di bagi kedalam dua shift. Shift
pertama pukul 07.00 – 15.00 dan shift kedua pukul 14.30 – 20.30. Hari
-
42
kerjanya terdiri dari 6 (enam) hari kerja dengan hari libur digilir sesuai aturan
yang ada. Jika pekerja ingin mangambil libur atau cuti diluar hari yang sudah
ditentukan maka pekerja harus menggantinya di hari lain. Hari Minggu dan
hari libur nasional pekerja tetap masuk seperti biasa, kecuali untuk hari libur
keagamaan diliburkan.
Toko Lancar dalam melakukan transakasi jual beli di bantu oleh
seorang kasir yang bertugas untuk melayani penjualan dan penerimaan
pembayaran yang biasanya menggunakan alat bantu hitung yang disebut
dengan Scanner Barcode. Scanner Barcode merupakan sebuah perangkat
untuk mencatak bukti penjualan atau struk kasir dengan bantuan sinar laser.
Scanner Barcode secara otomatis dan cepat, ketika terdapat produk dengan
kode barcode yang melintas dihadapannya mampu membaca Barcode dari
berbagai arah baik vertikal maupun horizontal. Dengan menggunkan alat
tersebut maka kasir dapat dengan mudah melakukan proses peghitungan dan
pembeli mendapat struk belanja sebagai bukti pembayaran.
B. Tanggung Jawab Pekerja Dalam Hal Terjadinya Kerugian Akibat
Kesalahan Kerja di Toko Lancar Kota Salatiga.
Islam memerintahkan umatnya untuk bekerja. Pekerjaan adalah sarana
menacari rizki dan mendapatkan kehidupan yang layak. Islam menjadikan
bekerja sebagai hak dan kewajiban individu. Rasulullah menganjurkan
bekerja dan berpesan agar melakukannya dengan sebaik mungkin dan berlaku
adil dalam menentukan upah kerja dan menepati pembayaraannya (Mursi,
1997: 7).
-
43
Kenyataannya ada beberapa orang tidak bersungguh - sungguh atau
lalai dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga dapat merugikan dirinya
sendiri maupun orang lain.
Tanggung jawab pekerja sangat di perlukan dalam keberlangsungan
usaha yang dijalankan. Tanggung jawab yang di maksud adalah tanggung
jawab ikut serta menanggung kerugian akibat kesalahan kerja.
Menurut Chairuman Pasaribu dalam bukunya yang berjudul Hukum
Perjanjian Dalam islam (1996: 156), hak dan kewajiban seorang pekerja
yaitu:
1. Hak pekerja yang wajib dipenuhi pemberi kerja yaitu:
a. Hak untuk memperoleh pekerjaan.
b. Hak atas upah sesuai dengan yang telah diperjanjiakan.
c. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan.
d. Hak atas jaminan sosial.
2. Kewajiban pekerja dengan adanya hubungan kerja yaitu:
a. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan, jika pekerjaan
tersebut merupakan pekerjaan yang khas.
b. Benar – benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.
c. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat dan teliti.
d. Menjaga barang yang dipercayakan kepadanya untuk dikerjakannya,
sedangkan jika bentuk pekerjaan itu berupa urusan mengurus tersebut
senagaimana mestinya.
-
44
e. Mengganti kerugian jka ada barang yang rusak, dalam hal ini apabila
kerusakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan atau kelengahannya
(alpa).
Tanggung jawab pekerja di toko Lancar Salatiga dalam hal terjadinya
kerugian akibat kesalahan kerja dapat berupa pemotongan gaji. Pemotongan
gaji tersebut di bebankan kepada kasir yang bertugas melayani pembelian dan
pembayaran. Hal itu dilakukan karena saat terjadinya pembukuan setiap
bulannya terjadi ketidaksesuain antara uang yang masuk dengan barang yang
dijual. Sehingga pekerja harus menanggung kerugian dengan pemotongan
gaji. Besaran potongan gaji tersebut biasanya sesuai dengan uang yang
kurang saat dilakukan penghitungan. Sehingga pekerja tidak mendapatkan
upah secara penuh.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan saudara
Vera, Dini dan Agus selaku pekerja Toko Lancar Kota Salatiga. Pada saat
pertama kali bekerja di Toko Lancar tidak ada tanda tangan kontrak atau
perjanjian kerja, pengusaha hanya berpesan untuk bersikap jujur dan amanah.
Semua pekerja juga tidak mendapatan jaminan sosial tenaga kerja.
Pekerja juga harus melewati masa training selama 3 (tiga) bulan. Saat
masa training tersebut pekerja tidak boleh mengajukan libur atau cuti selama
dua minggu berturut – turut. Upah yang diterima saat masa Training di Toko
Lancar, sebesar Rp. 600.000. 00 / bulan selama 3 (tiga) bulan. Upah tersebut
bisa naik sesuai masa kerjanya. Vera pekerja Toko Lancar yang sudah bekerja
selama hampir satu setengah tahun mendapatkan kenaikan gaji sekitar Rp.
-
45
250. 000. 00 dari Rp. 600.000.00 menjadi Rp. 890. 000. 00. Pekerja juga
mendapatkan Tunjangan Hari Raya dan mendapatkan cuti / hari libur 1 (satu)
hari setiap Minggunya.
Agus mengatakan bahwa sistem absensi di Toko Lancar dengan tanda
tangan daftar hadir saat akan terjadinya pergantian shift. Saat pergantian shift
seorang pekerja khususnya seorang kasir juga harus menyerahkan uang hasil
penjualan kepada manajer Toko. Dini mengatakan jika terdapat kekurangan
atau minus antara uang yang masuk dengan barang yang dijual maka kasir
tersebutlah yang harus mengganti. Kasir wajib mengganti kerugian diatas
nominal Rp. 3000.00, maksudnya jika dilakukan penghitungan saat
pergantian shift, uang yang masuk kurang Rp. 3.100. 00 dari laporan
keuangan maka kasir tetap harus mengganti sebanyak Rp. 3.100.00 dan
biasanya akan diakumulasikan selama satu bulan dan pekerja akan
mendapatkan potongan gaji sesuai dengan uang yang kurang tersebut. Namun
jika saat dilakukan penghitungan uang yang masuk kurang atau minus,
kurang dari Rp. 3000. 00, misal Rp. 2.900.00 maka pekerja tidak wajib untuk
manggantinya.
Gaji yang diperoleh pekerja Toko Lancar sangat rendah, yaitu masih
di bawah UMR Kota Salatiga yang mencapai Rp 1.596.844. Padahal durasi
waktu kerja di Toko Lancar selama 8 (delapan) jam per hari, hampir sama
dengan durasi waktu kerja seorang pekerja pabrik. Seorang buruh pabrik
mendapatkan upah sesuai dengan UMR Kota Salatiga, sedangkan pekerja
Toko Lancar hanya mendapatkan upah separuh dari UMR Kota Salatiga.
-
46
Padahal jika terjadi kerugian pekerja masih harus menggantinya
dengan potongan gaji. Sehingga upah yang diterima pekerja semakin sedikit.
Dalam pelaksanaanya antara pengusaha dan pekerja harus saling
menguntungkan. Pengusaha mendapatkan jasa dari pekerjaan yang di
kerjakan pekerja, sedangkan pekerja mendapatkan upah yang layak dengan
apa yang telah dikerjakan.
Peraturan yang diterapkan pengusaha tersebut diberlakuakan dengan
alasan agar pekerja mempunyai tangung jawab terhadap apa yang telah
menjadi pekerjaannya. Dengan adanya peraturan tersebut pengusaha juga
tidak akan terlalu khawatir akan terjadinya kerugian yang besar akibat
kesalahan kerja. Karena pekerja sudah pasti akan bekerja dengan teliti dan
penuh tanggung jawab.
-
47
BAB IV
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut
Serta Menanggung Kerugian Akibat Kesalahaan Kerja
(Studi Kasus di Toko Lancar Kota Salatiga)
A. Tanggung Jawab Pekerja dalam Menanggung Kerugian Akibat
Kesalahan Kerja
Kebutuhan hidup manusia sangat banyak. Untuk dapat terpenuhinya
segala kebutuhan, menusia harus bekerja dengan sungguh – sungguh agar
mendapatkan upah yang layak.
Pekerjaan adalah sarana mencari rizki dan kelayakan hidup. Karena
dalam kehidupan manusia ada kebutuhan yang mendesak dan harta mereka
tidak mencukupi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendesa seperti
biaya anak sekolah, makan sehari – hari, berobat dan masih banyak lagi, maka
mereka harus bekerja, sebagai pekerja toko / karyawaan Toko.
Dalam melakukan pekerjaan seorang pekerja terikat dengan adanya
perjanjian kerja, adapun syarat sahnya perjanjian kerja yaitu (Pasaribu, 1996:
155):
1. Pekerjaan yang diperjanjikan termasuk jenis pekerjaan yang halal
menurut ketentuan syara’, berguna bagi perorangan ataupun masyarakat.
Pekerjaan – pekerjaan yang haram menurut ketentuan syara’ tidak dapat
menjadi obyek perjanjian kerja.
-
48
2. Manfaat kerja yang diperjanjikan dapat diketahui dengan jelas. Kejelasan
manfaat pekerjaan ini dapat diketahui dengan cara mengadakan
pembatasan waktu atau jenis pekerjaan yang harus dilakukan.
3. Upah sebagai imbalan pekerjaan harus diketahui dengan jelas, termasuk
jumlahnya, wujudnya, dan jangka waktu pembayarannya.
Dengan terpenuhinya syarat perjanjian kerja, maka terjadi hubungan
hukum diantara para pihak yang melakukan perjanjian kerja tersebut. dengan
adanya hubungan hukum maka timbuk hak dan kewajiban pekerja. Adapun
hak dan kewajiban pekerja yang dimaksud yaitu (Pasaribu, 1996: 156):
1. Hak pekerja yaitu:
a. Hak untuk memperoleh pekerjaan.
b. Hak atas upah sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
c. Hak untuk diperlakukan secara baik dalam lingkungan pekerjaan.
d. Hak atas jaminan sosial.
2. Kewajiban pekerja yaitu:
a. Mengerjakan sendiri pekerjaan yang diperjanjikan, jika pekerjaan
tersebut merupakan pekerjaan yang khas.
b. Benar – benar bekerja sesuai dengan waktu perjanjian.
c. Mengerjakan pekerjaan dengan tekun, cermat dan teliti.
d. Menjaga keselamatan barang yang dipercayakan kepadanya untuk
dikerjakannya, sedangkan jika bentuk pekerjaan itu berupa urusan
mengurus urusan tersebut sebagaimana mestinya.
-
49
e. Mengganti kerugian jika ada barang yang rusak, dalam hal ini
apabila kerusakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan atau
kelengahannya (alpa).
Namun dalam praktiknya pekerja yang bekerja di Toko Lancar tidak
ada perjanjian kerja dengan pengusaha. Mereka hanya di beri pesan oleh
pemilik / pengusaha untuk bersikap jujur dan amanah. Disamping itu semua
pekerja juga tidak mendapat jaminan sosial tenaga kerja.
Pekerja Toko harus memiliki sikap yang sopan dan ramah terhadap
pemebeli. Salah satu tugas Pekerja Toko yaitu membantu memberikan
informasi mengenai suatu produk kepada pembeli. Seperti memberikan
informasi mengenai tanggal kadaluarsa suatu barang, harga barang, dan
ketersediaan barang. Pekerja toko khusunya seorang kasir harus menjalankan
proses penjualan dan penerimaan pembayaran dengan teliti. Misalnya dengan
mengecek uang kertas yang dibayarkan asli atau tidak. Begitu juga saat
memberikan uang pengembalian kepada pembeli harus sesuai atau pas. Tidak
kurang ataupun lebih.
Semua pekerjaan harus di laksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Bagi pekerja toko sikap tanggung jawab sangat berpengaruh besar terhadap
keberlangsungan usaha. Tanggung jawab pekerja (kasir) yang dimaksud
yaitu:
1. Bertanggung jawab terhadap transaksi penjualan
Pekerja harus mencatat setiap transaksi penjualan. Maksudnya seorang
pekerja harus mengganti uang yang kurang saat terjadinya pembukuan.
-
50
2. Menyetorkan uang transakasi penjualan kepada atasan
Dalam hal ini biasanya yang memeberikan laporan keuangan atau
menyerahkan uang beserta bukti transakasi penjualan adalah seorang
kasir.
3. Serah terima Shift
Melakukan serah terima shift kepada shift berikutnya
4. Memberikan laporan kepada atasan
Biasanya laporan tersbut diberikasn saat terjadinya pergantian shift. Saat
itu juga pekerja atau kasir yang bertugas harus memberikan laporan
keuangan dan atasan atau manajer segera menghitung uang yang masuk
apakah sesuai dengan laporan, atau malah kurang.
Tanggung jawab Pekerja yang bekerja di Toko Lancar khususnya
seorang kasir jika mengalami kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan kerja
maka ia harus menanggung kerugian sebesar uang yang kurang saat
dilakukannya pembukuan. Biasanya pekerja menggantinya dengan
pemotongan gaji setiap bulannya.
Seorang pekerja hanya wajib mengganti kerugian diatas nominal Rp.
3000. 00 dan kekurang tersebut akan diakumulasikan selama satu bulan,
sehingga pekerja akan mendapat potongan gaji sesuai uang yang kurang
tersebut.
Sedangkan upah yang diterima oleh pekerja yang bekerja di Toko
Lancar hanya Rp 890. 000 masih di bawah UMR Kota Salatiga sebesar Rp.
1.596.844. Dari sistem penggajian tersebut sangat jelas bahwa pekerja hanya
-
51
mendapat upah yang sangat sedikit. Padahal dalam pelaksanaannya antara
pengusaha dan pekerja harus saling menguntungkan. Maksudnya pengusaha
memperoleh jasa dari pekereja untuk melaksakan pekerjaan tertentu dan
pekerja mendapatkan upah dari pengusaha karena telah melaksanakan suatu
pekerjaan.
Toko Lancar hanya merupakan salah satu sampel Minimarket yang
berada di Kota Salatiga yang menggaji pekerjanya dengan upah di bawah
UMR.
B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tanggung Jawab Ikut Serta
Menanggung Kerugian Akibat Kesalahan Kerja
Menurut penulis tanggung jawab ikut serta menanggung kerugian
akibat kesalahan kerja teramasuk perjanjian kerja. Perjanjian kerja dalam
Islam digolongkan kedalam akad ijarah yaitu ijarah „amal, sewa menyewa
tenaga manusia. Hal ini dapat diketahui dari beberapa penjelasan yang
menerangkan bahwa tanggung jawab seorang pekerja yaitu menanggung
semua pekerjaan yang telah diamanahkan kepadanya.
Al –ijarah bersal dari kata al-ajru yang berarti al iwadhu (ganti). Dari
sebab itu ats-tsawab (pahala) dinamai ajru (upah). Menurut pengertian syara’
al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian. (Sabiq ,2004 : 15).
Menurut etimologi ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula
menurut terminologi syara‟. (Syafi’i, 2004: 121).
-
52
Jadi dapat disimpulkan bahwa ijarah yaitu menjual manfaat atau
mengambil manfaat atau menjual manfaat dengan adanya imbalan atau upah.
Upah atau uang sewa harus dibayar sesuai dengan ketentuan akadnya.
Sebagaimana penyewa juga harus mendapatkan manfaat dari barang yang
disewa.
Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa sebagai
kompensasi atau pembayaran manfaat yang dinikmatinya. Sewa atau upah
haruslah sesuatu yang bernilai dan diperbolehkan oleh syara‟ dan harus
diketahui jumlahnya. (Djuwaini, 2008: 159).
Pemberi sewa berkewajiban untuk menyediakan aset dan
memungkinkan bagi penyewa untuk menikmati manfaat aset tersebut.
Sebaliknya, penyewa bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang
disewa dan membayar upah sewa. Para ulama sep