skillabs sken 12

25
TUGAS SKILL LAB PEMERIKSAAN TELINGA SKENARIO 12 Oleh: KELOMPOK F Rizky Ratnawati (112010101010) Meytrisna Ajeng Z (112010101014) Annisa Kinanti Asti (112010101016) Vina Nadiyah Hajjah ` (112010101018) Eny Nurmaida (112010101019) Devani Bagus Aprinda (112010101020) Natiti Putri Ariani (112010101031) Vony Safitri Y usmarina (112010101039) Fauziyah Damayanti (112010101040) Fajrina Muflihah A (112010101054) Febrina Sylva Fridayanti (112010101058) Hilwa Alfi Fauziyah (112010101063) Robitha Kartika Sari (112010101081) Sharfina (112010101082) Dea Resita Azharini (112010101088) FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: robitha-kartika-sari

Post on 24-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

skillabs resume

TRANSCRIPT

Page 1: SKILLABS SKEN 12

TUGAS SKILL LAB

PEMERIKSAAN TELINGA

SKENARIO 12

Oleh:

KELOMPOK F

Rizky Ratnawati (112010101010)

Meytrisna Ajeng Z (112010101014)

Annisa Kinanti Asti (112010101016)

Vina Nadiyah Hajjah ` (112010101018)

Eny Nurmaida (112010101019)

Devani Bagus Aprinda (112010101020)

Natiti Putri Ariani (112010101031)

Vony Safitri Yusmarina (112010101039)

Fauziyah Damayanti (112010101040)

Fajrina Muflihah A (112010101054)

Febrina Sylva Fridayanti (112010101058)

Hilwa Alfi Fauziyah (112010101063)

Robitha Kartika Sari (112010101081)

Sharfina (112010101082)

Dea Resita Azharini (112010101088)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: SKILLABS SKEN 12

PEMERIKSAAN TELINGA

1. Mengidentifikasi auricula (deformitas, lesi,kulit, dischargen tragus pain)

DEFORMITAS AURICULA

KELAINAN KONGENITAL

Atresia liang telinga dan mikrotia

Pada mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tidak sempurna. Kelainan ini

sering disertai dengn tiak terbentuknya liang telinga dan kelainan tulang pendengaran.

Namun keadaan ini jarang disertai dengan kelainan telinga dalam, karena proses

embriologinya berbeda.

Bila ditemukan mikrotia bilateral maka pikirkan kemungkinan adanya sindroma

kraniofasial (sindroma treacher collins, sindrom nager).

Penyebab kelaianan ini masih belum jelas diduga adlaha faktor genetik, infeksi virus,

intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda.

Diagnosis mikrotia ini dapat ditegakkan dengan cara melihat bentuk daun telinga

yang tidak sempurna dan tidak terbentuknya liang telinga.

Pemeriksaan fungsi pendengaran dan CT-Scan temporal dengan resolusi tinggi

diperlukan untuk menilai keadaan telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini digunakan

untuk memprediksi tingkat keberhasilan bila dilakukan rekonstruksi.

Pada atresia liang telinga yang bilateral, untuk menghindari terjadinya keterlambatan

berbahasa maka dilatih dengan menggunakan alat bantu dengar hantaran tulang sejak

dini. Jika dari hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan telinga dalam yang bagus

maka direncanakan operasi pada usia 5-7 tahun. Operasi ini dilakukan dengan

beberapa tahap yaitu diawali dengan pemebentukan daun telinga kemudian

dilanjutkan pembentukan liang telinga dan penataan telinga tengah.

Sedangkan pada atresia unilateral, maka operasi dilakukan setelah anak dewasa.

Komplikasi dari operasi ini adalah paresis nervus VII, hilangnya pendengaran, dan

yang paling sering adalah terjadinya restenosis.

Page 3: SKILLABS SKEN 12

Fistula pre aurikuler (3A)

Fistula preaurikel terjadi ketika pembentukan daun telinga dalam masa embrio.

Kelainan berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2. Sering ditemukan

pada suku bangsa di asia dan afrika, dan merupakan kelainan herediter yang dominan.

Fistel dapat ditemukan didepan tragus atau skitarnya, dan sering terinfeksi. Pada

keadaan tenang tampak muara fistel berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung

pensil, dari muara fistel sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.

Biasanya pasien datang berobat oleh karena terdapat obstruksi dan infeksi fistel.

Sehingga terjadi pioderma atau selulitis fasial. Dengan memasukkan biru metilen ke

dalam fistel dapat diduga panjang fistel. Cara ini digunakan pada waktu operasi. Cara

lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan memasukkan bahan kontras ke dalam

muara fistel, lalu dilakukan pemeriksaan radiologic.

Tata laksana:

Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan. Akan tetapi apabila terdapat

abses berulang dan pembentukan secret kronis, maka perlu dilakukan pengangkatan

fistel-fistel itu seluruhnya, oleh karena bila tidak bersih akan menimbulkan

kekambuhan.

Lop ear (bat’s ear)

Daun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol. Fungsi pendengaran tidak

terganggu, namun karena bentuknya yang tidak enak dipandang maka sering

dilakukan operasi otoplasti.

KELAINAN DAUN TELINGA

HEMATOMA

Definisi

Hematoma adalah koleksi (kumpulan) darah diluar pembuluh darah. Hematoma

terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan

darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya.

Hematoma mungkin adalah kecil, dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi

besar dan menyebabkan pembengkakan yang signifikan.

Hematoma aurikuler adalah hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa yang

menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikondrium dan kartilago..

Page 4: SKILLABS SKEN 12

Perdarahan daun telinga yang diikuti oleh pembengkakan dan orang yang beresiko

40% pada atlet.

Etiologi

Hematoma aurikurel biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Dimana

taruma ini biasanya terjadi olahraga yang berhubungan dengan kekerasan seperti

tinju. Dengan adanya taruma ini bisa menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang

antara perikhondrium dan kartilago. Jika terjadi penimbunan darah pada daerah

tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massaa

berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini bias menyebabkan terputusnya

aliran darah ke kartilago sehingga dapat terjadi perubahan bentuk telinga. Selain

karena trauma, hematoma aurikula bisa juga disebabkan karena gigitan serangga.

Dimana gigitan serangga ini dapat menembus pembuluh darah dan dapat merusak

pembuluh darah yang ada di daun telinga sehingga bisa terjadi hematoma aurikula.

Manifestasi klinis

1. Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).

2. Perubahan bentuk telinga (deformitas).

3. Ada/tidak ada rasa nyeri.

4. Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).

5. Ada rasa panas.

6. Kemerahan.

7. Benjolan di aurikula (daun telinga).

8. Fluktuasi/ kenyal

Pemeriksaan fisik

• Inspeksi

Pada hematoma aurikuler biasanya ditemukan benjolan pada aurikular bagian depan

pada daerah cekungan, pembengkakan karena ada gumpalan darah, adanya perubahan

bentuk pada telinga atau deformitas, perubahan warna dimana biasanya tampak massa

berwarna ungu, kemerahan dan benjolan di aurikula (daun telinga).

• Palpasi

Kaji adanya nyeri tekan, benjolan di aurikula (daun telinga) dan adanya fluktuasi atau

terasa kenyal.

Tindakan penanganan atau terapi inti: diaspirasi atau insisi kemudian di balut tekan

dengan meggunakan kasa atau gibs

Page 5: SKILLABS SKEN 12

Mengeluarkan isi hematoma yaitu bisa secara aspirasi atau insisi. Aspirasi dilakukan

dengan jarum aspirasi nomor 18 untuk mencegah reakumulasi dari hematoma. Prinsip

selanjutnya setelah dilakukan aspirasi atau insisi dilakukan penekanan untuk

mencegah reakumulasi antara lain dengan cara : pembalutan seperti pemasangan

perban, penekanan paksa mastoidektomi, penekanan lokal dengan blaster yang dijahit.

Menggunakan penekanan gips yang dipasang di depan dan di belakang.

Menggunakan perban gipsona yang melingkari daun telinga. Disamping kedua tahap

ini, juga penting pemberian antibiotik yang adekuat (Fariz, 2006).

Selain itu ada beberapa cara atau metode dalam penanganan hematoma aurikuler,

yaitu:

1. Bebet tekan melingkar

2. Bantalan kapas atau kasa dijahitkan menembus aurikula

3. Bantalan kasa yang jenuh dengan salep antibiotika dan pipa karet yang masing-

masing didepan dan dibelakang aurikulum dijahit menembus aurikuler

4. bantalan kapas atau kasa yang dicelupkan dalan cairan kolodion dan diletakkan

pada telinga yang sakit(Stuteville)

5. white wool atau webrig yang dicelupkan dalam cairan kolodion dan diletakkan

pada telinga yang sakit

6. gips yang dicampur air secukupnya dan dicetakkan pada telinga yang sakit

7. penekanan dengan memakai bloster yang dijarit

8. bantalan kasa yang padat dibasahi betadine masing-masing didepan dan dibelakang

aurikula dijahit menembus aurikula dan difiksasi dengan pipa plastik dan bekas selang

infus pada bagian belakang aurikula(soekirman 1995)

PSEUDOKISTA

Benjolan di daun telinga disebabkan kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan

perikondrium dan tulang rawan telinga. Benjolan ini tidak nyeri dan tidak diketahui

penyebabnya. Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah

timbul perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan semen gips

selama seminggu supaya perikondrium melekat pada tulang rawan kembali. Apabila

perlekatan tidak sempurna dapat timbul kekekambuhan.

PERIKONDRITIS AURIKULA

Efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar.

Page 6: SKILLABS SKEN 12

Etiologi

Stafilokokus, streptokokus, pseudomonas

Perikondritis bisa terjadi akibat:

- cedera

- gigitan serangga

- pemecahan bisul dengan sengaja.

Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya

(perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago,

menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan

bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis

cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.

Patofisiologi

Trauma : laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan

telinga, memar

Radang : Furunkel dengan pengobatan yang tidak adekuat. infiltrasi perikondrium →

supurasi → nekrosis tulang rawan→

dapat terjadi deformitas daun telinga

Diagnosis

Anamnesis

- aurikula bengkak, nyeri, merah

- kadang dapat disertai demam

Pemeriksaan

- kriteria dx : edema luas aurikula, hiperemia, panas, nyeri palpasi

- suhu tubuh ↑

- supuratif → fluktuasi (+)

- nekrosis → deformitas (+)

- pembesaran KGB regional

- lekosit ↑

Page 7: SKILLABS SKEN 12

EKSIM

Eksim pada telinga merupakan suatu peradangan kulit pada telinga luar dan saluran

telinga, yang ditandai dengan gatal-gatal, kemerahan, pengelupasan kulit, kulit yang

pecah-pecah serta keluarnya cairan dari telinga.Keadaan ini bisa menyebabkan infeksi

pada telinga luar dan saluran telinga.

Palpasi

Amati telinga luar apakah terdapat kelainan/abnormalitas. Palpasi dengan penekanan

pada tragus, aurikula, dan os. Mastoideus di posterior aurikula. Perhatikan adanya

nyeri tekan, kemungkinan otitis eksterna dan mastoiditis.

2. Cara menggunakan ostoskop

a. Pemeriksaan Telinga

Pasien duduk dengan posisi badan condong ke depan dan kepala lebih tinggi

sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan

membrantimpani.

Atur lampu kepala supaya fokus dan tidak mengganggu pergerakan, kira kira

20-30 cm di depan dada pemeriksa dengan sudut kira kira 60 derajat,

lingkaran focus darilampu, diameter 2-3 cm.

Page 8: SKILLABS SKEN 12

Untuk memeriksa telinga, harus diingat bahwa liang telinga tidak lurus. Untuk

meluruskannya maka daun telinga ditarik ke atas belakang , dan tragus ditarik

ke depan.

Pada anak, daun telinga ditarik ke bawah. Dengan demikian liang telinga dan

membran timpani akan tampak lebih jelas.

Liang telinga dikatakan lapang apabila pada pemeriksaan dengan lampu

kepala tampak membran timpani secara keseluruhan( pinggir dan reflex

cahaya) Seringkali terdapat banyak rambut di liang telinga,atau liang telinga

sempit( tak tampak keseluruhan membran timpani) sehingga perlu dipakai

corong telinga. Pada anak oleh karena liang telinganya sempit lebih baik

dipakai corong telinga.Kalau ada serumen, bersihkan dengan cara ekstraksi

apabila serumen padat, irigasi apabila tidak terdapat komplikasi irigasi atau di

suction bila serumen cair.

b. Pemeriksaan Otoskop

Untuk pemeriksaan detail membran timpani spt perforasi, hiperemis atau

bulging dan retraksi, dipergunakan otoskop. Otoskop dipegang seperti

memegang pensil. Dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga

kanan dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi

otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop

ditekankan pada pipi pasien.

Untuk melihat gerakan membran timpani digunakan otoskop

pneumatic.memasukkan corong telinga ke dalam kanalis auditorius eksterna.

Corong kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu jari dan jari telunjuk

mengamati telinga luar dan sekitarnya.

Memeriksa kanalis auditorius eksterna dan membrana timpani

Page 9: SKILLABS SKEN 12

3. Mengidentifikasi canalis auditoris & membran timpani (discharge, serumen,

benda asing, inflamasi)

a. Untuk melihat kanalis auditorius dan membran timpani, gunakan otoskop dengan

spekulum teling berukuran paling besar yang dapat masuk ke dalam kanalis

tersebut.

Page 10: SKILLABS SKEN 12

b. Atur posisi kepala pasien agar pemeriksa bisa melihat dengan nyaman melalui

otoskop.

c. Untuk meluruskan kanalis auditorius, pegang daun telinga pasien dengan kuat

tetapi hati-hati, tarik ke arah atas-belakang serta menjauhi kepala.

Jika pasien merasa nyeri saat ditarik daun telinganya otitis eksterna

akut, bukan otitis media. Pada otitis media terdapat nyeri tekan di

belakang telinga

d. Pegang tangkai otoskop diantara ibu jari dan jari tangan yang lain. Supaya

otoskop tidak goyang, tangan pemeriksa bisa ditumpangkan pada wajah pasien.

e. Masukkan spekulum dengan hati-hati ke saluran telinga kemudian arahkan ujung

spekulum sedikit ke bawah dan ke depan.

f. Lakukan inspeksi kanalis auditorius dengan memperhatikan sekret yang ada,

benda asing, kemerahan pada kulit atau pembengkakan. Serumen warna dan

konsistensinya bervariasi dari kuning serta menyerupai serpihan hingga coklat dan

lengket atau bahkan hitam dan keras, dapat menghalangi sebagian atau seluruh

pandangan pemeriksa.

Otitis Eksterna Akut saluran telinga sering terlihat membengkak,

menyempit, basah, pucat dan nyeri tekan. Tetapi dapat juga terlihat

kemerahan.

Otitis Eksterna Kronis saluran telinga terlihat menebal, berwarna

merah dan terasa gatal.

g. Lakukan inspeksi membran timpani, perhatikan warna dan konturnya. Cone of

light (pantulan cahaya berbentuk kerucut pada membran timpani yang terlihat

ketika membran tersebut disinari) biasanya mudah terlihat dan dapat membantu

mengenali arah.

Membran timpani yang merah menonjol ditemukan pada otitis media

purulen akut

Membran timpani yang berwarna kuning terdapat pada efusi serosa

h. Kenali bagian tangkai malesu dengan memperhatikan posisinya, dan inspeksi

proc. Brevis os maleus

Proc. Brevis yang menonjol secara abnormal dan tangkai maleus yang

menonjol serta terlihat lebih horizontal menunjukkan retraksi

membran timpani

Page 11: SKILLABS SKEN 12

i. Gerakkan spekulum dengan hati-hati supaya dapat melihat membrab timpani

seluas-luasnya, termasuk pars flasida yang berada di sebelah atas (superior) dan

margo pars tensa cari setiap perforasi yang mungkin terdapat.

j. Margo anterior dan inferior membran timpani dapat tertutup oleh dinding saluran

teling yang melengkung

k. Mobilitas membran timpani dapat dievaluasi dengan otoskop pneumatik.

Penurunan mobilitas membran timpani dapat terjadi pada efusi serosa,

penebalan membran timpani atau otitis media purulen

4. Mengidentifikasi membran timpani (warna & kontur, cone of light, perforasi)

Membran Timpani normal berwarna kelabu kemerahan, tangkai tulang maleus

terletak pada posisi yang agak miring dibelakang pars superior membran tersebut.

Prosesus brevis os maleus mendorong membran timpani ke lateral sehingga terbentuk

tonjolan kecil berwarna putih. Di atas prosesus brevis terdapat bagian kecil membran

timpani yang disebut dengan pars flasida. Bagian membran timpani lainnya adalah

pars tensa. Plika anterior dan posterior maleolus yang berjalan miring ke arah atas dari

prosesus brevis memisahkan pars flasida dan pars tensa, tetapi lipatan ini sering tidak

terlihat kecuali jika membran timpani mengalami retraksi. Dari umbo akan terlihat

berkas cahaya terang berbentuk kerucut (cone of light) yang memancar ke anterior

dan bawah. Pantulan cahaya lainnya yang terlihat pada foto ini merupakan artefak.

Disebelah posterior maleus terlihat bagian dari inkus yang tampak dibelakang

membran timpani. Pembuluh darah kecil yang berjalan di sepanjang tangkai maleus

berada dalam batas normal dan tidak menunjukkan inflamasi. Saluran telinga (canalis

auditorius) yang melingkari membran timpani terlihat lebih rata daripada keadaan

sebenarnya karena adanya keadaan distorsi yang terdapat dalam teknik fotografi.

Page 12: SKILLABS SKEN 12

5. Mengidentifikasi adanya nyeri ketok mastoid

Adakah abses atau fistel di belakang telinga. Mastoid diperkusi untuk menentukan

nyeri ketok.

DD : Mastoiditis

Gejala : Nyeri dan nyeri tekan di belakang telinga.Bengkak pada mastoid.

Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang

selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah

sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini

disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-

awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik

maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan

dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini

sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.

Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks

mastoid akibat infeksi.

6. Tes RinneTujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang

dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.

Page 13: SKILLABS SKEN 12

Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

A. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus

eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita

pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika

pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien

tidak dapat mendengarnya

B. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garputala

didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah

bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih keras dari pada

dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid). Tes rinne positif jika

pasien mendengar didepan maetus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya

tes rinne negatif jika pasien mendengar didepan meatus akustikus eksternus

lebih lemah atau lebih keras dibelakang.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

1) Normal : tes rinne positif

2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih

lama)

3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu tala.

b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi pada

posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal sehingga mula-

Page 14: SKILLABS SKEN 12

mula timbul.

Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa

maupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak lurus,

tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai aurikulum pasien.

Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak

mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid pasien.

Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkan garputala

kedepan meatus akustukus eksternus.

7. Tes Schwabach

• Prinsip : Membandingkan hantaran tulang yang diperiksa dengan pemeriksa,

dimana pemeriksa harus normal

• Garpu tala digetarkan, kemudian tangkai garpu tala diletakkan pada processus

mastoid pemeriksa, bila telah tidak terdengar diletakkan pada penderita atau

sebaliknya. (dianggap pemeriksa normal). Apabila penderita masih mendengar

meskipun pemeriksa sudah tidak mendengar berarti Schwabach memanjang. Apabila

pemeriksa masih mendengar meskipun tidak lagi terdengar oleh penderita berarti

Schawach memendek.

• Interprestasi :

- Schwabach memanjang gangguan konduksi

- Schwabach memendek gangguan sensorineural

- Schwabach sama Normal

8. Tes Weber

Page 15: SKILLABS SKEN 12

Tujuan : untuk pemeriksaan ketajaman pendengaran.

Bunyi / suara yang dapat didengar oleh telinga normal berfrekuensi antara 8-6 sampai

kira-kira 32.000 Hz

Alat : Garpu tala 256 Hz dan 512 Hz

Prosedur pemeriksaan :

1. Garpu tala yang dibunyikan diletakkan pada dahi penderita, vertex tepat di

pertengahan

2. Penderita diminta mendengarkan bunyinya dan menentukan pada telinga mana

bunyi lebih keras terdengar

Hasil pemeriksaan :

• Normal : kerasnya bunyi terdengar sama pada telinga kanan dan

kiri

• Tuli konduksi : terjadi lateralisasi ke telinga yang tuli / bunyi lebih keras

terdengar pada telinga yang tuli

• Tuli perseptif : terjadi lateralisasi ke telinga sehat / bunyi lebih keras

terdengar pada telinga yang sehat

Page 16: SKILLABS SKEN 12

9. Tes Bisik

Merupakan tes semi kuantitatif. Dengan nilai normal tes bisik : 5/6 – 6/6

3 syarat utama melakukan tes bisik :

1. Syarat tempat

3 syarat tempat untuk melakukan tes bisk :

a. Ruangan sunyi

b. Tidak terjadi echo/gema. Caranya dinding tidak rata, terbuat dari soft board,

atau tertutup kaun gorden

c. Jarak minima 6 meter

2. Syarat penderita

4 syarat penderita saat melakukan tes bisik :

a. Kedua mata penderita kita tertutup agar ia tidak bisa melihat gerakan bibir

pemeriksa

b. Telinga pasien yang diperiksa, kita hadapkan kea rah pemeriksa

c. Telinga pasien yang tidak kita periksa, kita tutup (masking).

Caranya dengan tragus telinga tersebut kita tekan ke arah meatus akustikus

eksternus atau kita menyumbatnya dengan kapas yang telah dibasahi dengan

glicerin

d. Penderita mengulangi dengan keras dan jelas setiap kata yang kita ucapkan.

3. Syarat pemeriksa

2 syarat pemeriksa saat melakukan tes bisik :

a. Pemeriksan membisikka kata menggunakan cadangan udara paru-paru setelah

fase ekspirasi

b. Pemeriksa membisikkan satu atau dua suku kata yang telah dikenal penderita.

Biasanya kita menyebutkan nama-nama benda yang ada di sekitar kita.

Page 17: SKILLABS SKEN 12

Teknik pemeriksaan pada tes bisik, yaitu :

Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri. Hanya pemeriksa yang boleh berpindah

tempat. Pertama-tama pemeriksa membisikkan kata pada jarak 1 meter dari penderita.

Pemeriksa lalu mundur pada jarak 2 meter dari penderita bilamana penderita mampu

mendengar semua kata yang kita bisikkan. Demikian seterusnya sampai penderita hanya

mendengar 80% dari semua kata yang kita bisikkan kepadanya. Jumlah kata yang kita

bisikkan biasanya 5 atau 10. Jadi tajam pendengaran penderita kita ukur dari jarak antara

pemeriksa dengan penderita dimana penderita masih mampu mendengar 80% dari semua

kata yang kita ucapkan (4 dari 5 kata).

Kita dapat lebih memastikan tajam pendengaran penderita dengan cara mengulangi

pemeriksaan. Misalnya tajam pendengaran penderita 4 meter. Kita maju pada jarak 3

meter dari pasien lalu membisikkan 5 kata dan penderita mampu mendengar semuanya.

Kita kemudian mundur pada jarak 4 meter dari penderita lalu membisikkan 5 kata dan

penderita masih mampu mendengar 4 kata (80%). Pada orang normal dapat mendengar

80% dari kata-kata yang dibisikkan pada jarak 6 s/d 10 meter.

Apabila kurang dari 5 - 6 meter berarti ada kekurang pendengaran. Apabila penderita tak

dapat mendengarkan katakata dengan huruf lunak, berarti tuli konduksi. Sebaliknya bila

tak dapat mendengar kata-kata dengan huruf desis berarti tuli

persepsi. Apabila dengan suara bisik sudah tidak dapat mendengar dites dengan suara

konversasi atau percakapan biasa. Orang normal dapat mendengar suara konversasi pada

jarak 200 meter.

TES BISIK MODIFIKASI

Tes bisik modifikasi merupakan hasil perubahan tertentu dari tes bisik. Tes bisik

modifikasi kita gunakan sebagai skrining pendengaran dari kelompok orang

berpendengaran normal dengan kelompok orang berpendengaran abnormal dari sejumlah

besar populasi. Misalnya tes kesehatan pada penerimaan CPNS.

Cara kita melakukan tes bisik modifikasi, yaitu :

Page 18: SKILLABS SKEN 12

Kita melakukannya dalam ruangan kedap suara. Kita membisikkan 10 kata dengan

intensitas suara lebih kecil dari tes bisik konvensional karena jaraknya juga lebi dekat dari

jarak pada tes bisik konvensional. Cara kita memperlebar jarak dengan penderita yaitu

dengan menolehkan kepala kita atau kita berada dibelakang penderita sambil melakukan

masking (menutup telinga penderita yang tidak kita periksa dengan menekan tragus

penderita ke arah meatus akustikus eksternus).Pendengaran penderita normal bilamana

penderita masih bisa mendengar 80% dari semua kata yang kita bisikkan.