resume sken 1

75
I. MENETAPKAN PERMASALAHAN UPPER RESPIRATORY SYSTEM I.1 Anatomy dan Histologi I.1.1 hidung I.1.2 sinus paranasal I.1.3 faring I.1.4 laring I.1.5 trachea I.1.6 cavum thorak I.1.6.1 otot I.1.6.2 rangka I.1.6.3 mediastinum I.1.6.4 innervasi dan vaskularisasi I.2 Fisiologi I.2.1 Fungsi pernafasan I.2.2 Mekanisme pernafasan I.2.2.1 inspirasi I.2.2.2 ekspirasi I.2.3 Macam – macam pernafasan I.2.3.1 Pernapasan Dada & pernafasan perut I.2.3.2 Control pernafasan I.2.4 Mekanisme protektive I.2.4.1 batuk I.2.4.2 bersin I.3 Mikrobiologi I.3.1 Flora normal

Upload: adidarma58

Post on 11-Dec-2015

255 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

resume

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Sken 1

I. MENETAPKAN PERMASALAHAN

UPPER RESPIRATORY SYSTEM

I.1 Anatomy dan Histologi

I.1.1 hidung

I.1.2 sinus paranasal

I.1.3 faring

I.1.4 laring

I.1.5 trachea

I.1.6 cavum thorak

I.1.6.1 otot

I.1.6.2 rangka

I.1.6.3 mediastinum

I.1.6.4 innervasi dan vaskularisasi

I.2 Fisiologi

I.2.1 Fungsi pernafasan

I.2.2 Mekanisme pernafasan

I.2.2.1 inspirasi

I.2.2.2 ekspirasi

I.2.3 Macam – macam pernafasan

I.2.3.1 Pernapasan Dada & pernafasan perut

I.2.3.2 Control pernafasan

I.2.4 Mekanisme protektive

I.2.4.1 batuk

I.2.4.2 bersin

I.3 Mikrobiologi

I.3.1 Flora normal

I.4 Patofisiologi

I.4.1 Demam

I.4.2 Batuk

I.5 Penatalaksanaan

I.5.1 Farmakologi dan Non farmakologi

Page 2: Resume Sken 1

II. MENGANALISIS PERMASALAHAN

UPPER RESPIRATORY SYSTEM

ANATOMY DAN HISTOLOGI

a. Anatomi dan Histologi Hidung

Anatomi hidung

Hidung merupakan suatu bentukan pyramid berongga yang

mempunyai rangka tulang dan tulang rawan.

a. Fungsi hidung: Septum nasi membagi hidung menjadi rongga nasal

dextra dan sinistra Bagian anterior septum adalah kartilago.

b. Naris eksternal dibatasi oleh kartilago nasal

1) Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung

2) Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi nostril

c. Tulang hidung

1) Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi

hidung

2) Vomer dan pars prependikular os etmoidalis membentuk bagian

posterior septum nasi

3) Lantai rongga nasal adalah palatum durum yang terbentuk dari os

maxilaris dan os palatinum

4) Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari pars

cribiformis os etmoidalis, pada sisi anterior dari os frontal dan os

nasal, dan pada sisi posterior dari os sfenoid

5) Concha nasalis superior, medial dan inferior menonjol pada sisi

medial dinding lateral rongga nasal

6) Meatus superior, medial dan inferior merupakan jalan udara rongga

nasal yang terletak di bawah konka

Empat pasang sinus paranasa:

1. sebagai saluran pernafasan.

2. menyaring udara pernafasan oleh bulu-bulu

Page 3: Resume Sken 1

hidung(vibrissae).

3. menghangatkan dan melembabkan udara pernafasan

melalui evaporasi sekresi serus dan mucus.

4. Sebagai resepsi odor → epithelium olfaktori pada

hidung mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami spesialisasi untuk

indera penciuman.

Nasal terdiri dari nasus eksternus, nasus internus, dan sinus paranasalis.

Nasus Eksternus

tersusun atas kerangka kerja tulang, katilago hialin, dan jaringan fibroareolar.

terdiri dari:

1. Apek nasi

2. Dorsum nasi

3. Radix nasi

4. Kolumela

5. Basis nasi

6. Nares

7. Ala nasi

kartilago pada nasus eksternus:

1. kartilago lateral

2. kartilago alaris mayor

3. kartilago alaris minor

Nasus Internus

terdiri dari cavum nasi (rongga hidung) dan septum nasi.

cavum nasi terbentuk dari:

Atap: lamina cribosa os ethmoidalis

Anterior: os frontal dan os nasal

Posterior: os sfenoid

Di dalam cavum nasi terdapat concha, yaitu concha superior yang ditutupi oleh

epitel olfaktorius, concha medial dan concha inferior yang ditutupi oleh epitel

respirasi.

Page 4: Resume Sken 1

Hidung eksternal berbentuk piramid

disertai dengan suatu akar dan dasar.

Bagian ini tersusun dari kerangka

kerja tulang, kartilago hialin dan

jaringan fibroaerolar.

frontal,

etmoid,

maxilar, dan

sfenoid)

adalah

kantong

tertutup pada

bagian

frontal, etmoid, maxilar dan sfenoid.

1) Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area

permukaan tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan

melembabkan udara yang masuk, memproduksi mukus dan memberi

efek resonansi dalam memproduksi wicara.

2) Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui

duktus kecilyang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai

sinus. Pada posisi tegak, aliran mukus ke dalam ronga nasal mungkin

terhambat, terutama pada kasus infeksi sinus.

3) Duktus nasolakrimalis dari kelenjar air mata membuka ke arah meatus

inferior

I. Membran mukosa nasal

a. Strukur

Page 5: Resume Sken 1

Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung merentang

sampai ke vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit di

bagian dalam mengandung vibrissae yang berfungsi untuk

menyaring partikel dari udara yang terhisap

b. Fungsi

1) Penyaringan partikel kecil

2) Penghangatan dan pelembaban udara yang masuk. Udara

yang kering akan dilembabkan melaui evaporasi sekresi

serosa dan mukus serta dihangatkan oleh radiasi panas dri

pembuluh darah yang terletak di bawahya

3) Resepsi odor.

Septum nasi terdiri atas pars perpendicularis os ethmoidalis,

kartilago septi nasi, vomer, dan krista maxilla dan palatina.

Nasal terletak di dalam cavum nasi. Cavum nasi dibagi

menjadi dua oleh septum nasi, yaitu cavum nasi dextra dan

cavum nasi sinistra. Pintu masuk dari saluran pernafasan

adalah nares (lubang hidung). Kemudian terdapat

vestibulum nasi. Pada vestibulum nasi terdapat rambut-

rambut tebal yang menjulur keluar (vibrissae) untuk

menyaring partikel kasar (>5 mikrometer).

- Bagian – bagian dari hidung terdiri atas:

1. Atap

- Septal cartilage, os. Nasalis,spina frontal, lamina cribosa

ossis ethmoideal, corpus os. Ethmoidea.

- Bulbus olfaktorius untuk tempat keluarnya saraf

olfaktorius.

2. Dasar

- Palatine durum

Page 6: Resume Sken 1

- Palatine molle

3. Medial

Septum nasi yang membagi cavum nasi menjadi 2 bagian

yaitu dextra dan sinistra. Septum nasi terdiri dari:

- Superior : os ethmoidale

- Inferior: os. Vomer

4. Lateral

- Concha nasalis (superior, medial, dan inferior) dilapisi oleh

epitel respirasi.

Di dalam lamina propria konka terdapat vena besar yang

disebut juga badan pengembang (swell bodies). Setiap 20

menit badan pengembang pada satu sisi fosa nasalis akan

penuh terisi darah sehingga mukosa konka membengkak

dan mengurangi aliran udara. Sementara sebagian besar

udara diarahkan lewat fosa nasalis lain. Interval penutupan

periodik ini mrngurangi aliran udara sehingga epitel

respirasi dapat pulih dari kekeringan

- Meatus Nasi

Bagian meatus superior (muara dari sinus ethmoidea

posterior), medial (muara dari sinus frontalis, sinus

ethmoide anterior dan medial serta sinus maksila), dan

inferior (muara dari ductus nasolacrimalis). Pada daerah

apex terdapat recessus sphenoethmoidea (muara dari sinus

sphenoidalis). Tempat muara dari meatus adalah sinus.

Sinus adalah rongga yang berisi udara. Sinus dilapisi oleh

lapisan mukosa, ada 4 sinus:

a. Sinus frontalis paling beda karena mengalami involusi.

b. Sinus ethmoidalis

c. Sinus sphenoidalis

d. Sinus maxillaries.

Page 7: Resume Sken 1

Sinus frontal terbentuk dalam intrauterus dan sinus yang

lain terbentuk saat kanak-kanak.

a. Septum nasal

Membagi hidung menjadi dextra dan sinistra

Bagian anteriornya adalah kartilago

b. Nares (nostril) eksternal

Dibatasi oleh kartilago nasal

Dikelilingi oleh kartilago nasal ala mayor et minor

c. Os nasal

Membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi

hidung

Bagian posterior septum nasal dibentuk oleh vomer dan

lempeng perpendikular os ethmoidal

Bagian inferior (lantai) rongga nasal adalah pallatum

durum yang terbentuk dari os maxilla dan pallatinum

Bagian superior (langit-langit) rongga nasal pada sisi

medial terbentuk dari lempeng cribiform os ethmoidal,

pada sisi anteriornya dari os frontal dan nasal, dan pada sisi

posteriornya dari os sphenoidal

Konka (turbinatum) nasalis:

- Terdiri atas 3 bagian superior, medial, dan inferior yang

menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal

- Setiap konka dilapisi membran mukosa yang berisi

kelenjar penghasil mukus dan banyak mengandung

pembuluh darah

Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan

udara rongga nasal yang terletak di bawah konka

Histologi Laring

Cavum nasi dibagi menjadi:

Page 8: Resume Sken 1

a. Vestibulum nasi (region vestibularis) merupakan rongga

terlebar dengan epitel berlapis pipih bertanduk terdapat

vibrissae untuk menyaring udara yang masuk, terdapat

kelenjar keringat dan lemak namun semakin ke dalam

kelenjar keringat dan lemak tidak ada begitu juga

dengan epitelnya menjadi tak bertanduk dan tipis.

b. Bagian Respiratorik, dibagi menjadi:

Mukosa respiratoria, merupakan epitel berderet

silindris dengan kinosilia dan sel goblet yang

menghasilkan lender untuk membasahi mukosa

rongga hidung. Kinosilia selalu bergerak ke arah

nasopharing untuk menghalau kotoran yang akan

masuk. Pada lamina propia terdapat jaringan ikat

kendor yang berisi sinus venosus, sabut elastis,

makrofag, limfosit, sel plasma, tissue eosinophyl

dan PMN.

Mukosa Olfaktoria, terdapat pada seluruh atap

rongga hidung, concha nasalis superior bagian atas,

dan septum bagian atas dengan Epitel Berderet

Silindris tebal yang terdiri dari sel pembau, sel

penyangga, dan sel basal. Tidak ada sel goblet,

lamina basalis tidak jelas, terdapat Fila olfaktoria.

Septum Nasi, kerangka jaringan tulang rawan hialin dan

jaringan tulang dengan kedua sisinya yang dilapisi oleh

mukosa olfactoria atau respiratoria.

Concha Nasalis, merupakan 3 penonjolan tulang yang

melengkung pada dinding lateral cavum nasi dan dilapisi

oleh mukosa. Kerangka terdiri dari tulang turbinate bone,

permukaannya dilapisi mukosa respiratoria atau olfactoria,

mempunyai sinus venosus banyak dan lebar yang disebut

Page 9: Resume Sken 1

plexus venosus. Ada 3 buah concha berdasarkan letaknya

yaitu superior, medius, dan inferior.

Sinus Paranasalis

Rongga berisi udara dalam tulang disekitar rongga

hidung dan mempunyai hubungan dengan rongga

hidung

Terdiri dari :

o Sinus frontalis

o Sinus maksilaris

o Sinus ethmoidalis

o Sinus Sphenoidalis

Dilapisi epitel berderet silindris tipis dengan

kinosilia dan sedikit sel goblet

Lamina basalis kurang berkembang

Lamina propria menyatu dengan periost, tidak

terdapat jaringan erektil

Infeksi cavum nasi mudah menjalar ke sinus

paranasalis (sinusitis), sering menjadi kronis karena

drainage sulit.

Konka di hidung ada 3 : konka superior,medial dan inferior

1.) Konka Superior : Epitel Olfaktorius Epitel berderet

silindris tebal, terdiri dari 3 sel, yaitu sel pembau, sel

penyangga, & sel basal

Page 10: Resume Sken 1

a. Sel bipolar / sel pembau pada ujung bebas yang

berkontak langsung dengan lingkungan adalah

dendritnya yang pada ujungnya terdapat rambut untuk

reseptor bau.

b. Sel penyokong, merupakan sel terbanyak di epitel

olfaktorius bercirikan adanya brush border pada ujung

bebasnya.

c. Sel basal,merupakan sel induk dari sel penyokong.

d. Lamina basalis tidak jelas

e. Lamina propria tdd: jar. ikat kendor, berisi sinus

venosus, sabut elastis, sel plasma, makrofag, limfosit,

tissue eosinophyl, PMN

f. Schnederian membrane +

g. Fila olfactoria +

h. Tidak terdapat sel goblet

i. Selain itu memiliki kelenjar bowman yang

menghasilkan serus untuk membersihkan silia yang

memudahkan akses zat pembau yang baru.

2) Konka Media dan Inferior : Epitel Respirasi Epitel

Berderet Silindris Berkinosilia. Terdapat sel goblet

sebagai penghasil mukus dan terdapat saluran kelenjar

seromukus. terdapat yang namanya badan pengembang

yang akan mengembang bergantian pada fosa nasal

Page 11: Resume Sken 1

kanan dan kiri hal ini berfungsi untuk memberi

kesempatan pada mucosa yang akan mengering

sehingga akan mensekret mucus untuk membasahi

mukosa, pada keadaan patologi baik karena infeksi atau

peradangan akan terjadi pengembangan pada kedua

konka kanan dan kiri hingga menyebabkan hidung

buntu.

b. Anatomi dan histologi Sinus Paranasal

Anatomi sinus paranasal

Tempat muara dari meatus adalah sinus. Sinus adalah rongga yang berisi udara.

Sinus dilapisi oleh lapisan mukosa. Ada 4 sinus:

a. Sinus frontalis paling beda karena mengalami involusi.

b. Sinus ethmoidalis

c. Sinus sphenoidalis

d. Sinus maxillaris

Sinus frontal terbentuk dalam intrauterus dan sinus yang lain terbentuk saat anak-

anak.

Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan

tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang

masuk, memproduksi mukus dan memberi efek resonansi dalam memproduksi

wicara.

Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus

kecil yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada

posisi tegak, aliran mukus ke dalam ronga nasal mungkin terhambat, terutama

pada kasus infeksi sinus (sinusitis).

Histology sinus paranasal

Dilapisi epitel berderet silindris tipis dengan kinosilia dan sedikit sel goblet.

Lamina basalis kurang berkembang, Lamina propria bersatu dengan periosteum

kelenjar, tidak ada jaringan erektil. Infeksi cavum nasi mudah menjalar ke sinus

paranasalis (sinusitis) dan sering menjadi kronis karena drainase sulit.

Page 12: Resume Sken 1
Page 13: Resume Sken 1

c. Anatomi dan histologi faring

Anatomi Faring

Page 14: Resume Sken 1

Terletak antara bagian dorsal cavum nasi, cavum oris dan bagian atas

laring.

Page 15: Resume Sken 1

Tabung muskular merentang dari dasar tulang tengkorak sampai esofagus.

Terbagi menjadi:

a. Nasofaring (Epifaring)

- Bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah

rongga nasal melalui dua naris internal (koana).

- Dua tuba eustachius (auditorik) menghubungkan

nasofaring dengan telinga tengah yang berfungsi untuk menyetarakan

tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga.

b. Orofaring (Mesofaring)

- Dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak (palatum

molle) yang merupakan perpanjangan dari palatum keras (palatum

durum).

- Uvula merupakan prosesus kerucut (conical) kecil yang

menjulur ke bawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak.

c. Laringofaring (Hypofaring)

- Mengelilingi mulut esofagus dan laring yang merupakan

gerbang untuk sistem respirasi selanjutnya.

Pada tunika mukosa banyak mengandung jaringan lymphoid:

a. Tonsila Pharingeal, merupakan penumpukan jaringan limfatik yang

terletak di dekat naris internal.

b. Tonsila Palatine, terletak pada kedua sisi orofaring posterior.

c. Tonsila Lingualis, terletak di lidah.

Struktur khas -> Waldeyer’s Ring, merupakan cincin tonsilaris pada isthmus

orofarigeal yang dibentuk oleh tonsil lingual, tonsila palatine, tuba eustachii, dan

pharigeal.

Histologi faring

Rongga pipih, dilewati udara dan makanan

Terdiri dari:

- Nasopharinx

- Oropharinx

Page 16: Resume Sken 1

- Laringopharinx

Dapat membuka dan menutup kecuali nasopharinx

Saat menelan, palatum molle menempel pada dinding post

pharynx → nasopharinx terpisah dari oropharinx → makanan

tidak ke nasopharinx

Lapisan-lapisan pharynx

Epitel :

Epitel berderet silindris dengan kinosilia, dan sedikit sel goblet

pada permukaan yang sering dapat gesekan → epitel berlapis

pipih → pada ujung post palatum molle dan dinding post

pharynx yang sering terkena palatum molle

Lamina propria

Terdiri dari jaringan ikat kendor dengan kelenjar dan sabut-

sabut elastis

Tunika submukosa

Terdiri dari jaringan ikat kendor dengan banyak jaringan

limfoid:

- Tonsila pharyngica → belakang nasopharinx

- Tonsila palatine → antara rongga mulut dan oropharinx

- Tonsila lingualis → pada akar lidah

- Tonsila tubaria → muara tuba eustachii

d. Anatomi dan Histologi Laring

Anatomi Laring

Page 17: Resume Sken 1

Merupakan kotak suara yang menghubungkan faring dengan trakhea

Merupakan tabung yang berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang

oleh 9 kartilago: 3 berpasangan dan 3 tidak berpasangan

a. Kartilago tidak berpasangan

Kartilago tiroid (jakun)

Terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid dan biasanya

berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat

hormon yang disekresi saat pubertas

Kartilago cricoid

Merupakan cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal

yang terletak di bawah kartilago tiroid

Epiglotis

Merupakan katup kartilago elastis yang melekat pada tepian

kartilago tiroid

b. Kartilago berpasangan

Kartilago arytenoid

Terletak di atas dan di kedua sisi kartilago krikoid serta

melekat pada plica vocalis

Kartilago corniculata

Melekat pada ujung kartilago arytenoid

Kartilago cuneiform

Page 18: Resume Sken 1

Berupa batang-batang kecil yang membantu menopang

jaringan lunak

c. Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring

Lipatan ventrikular (plica vestibularis)

Merupakan pita suara semu yang terletak di bagian atas

dan tidak berfungsi saat produksi suara

Plica vocalis

Merupakan pita suara sejati yang melekat pada kartilago

tiroid, cricoid, dan arytenoid dimana terdapat pula pembuka kedua

pita ini yaitu glottis

Histologi Laring

Penghubung pharinx dengan trachea

Dilapisi selaput lendir tapi pada epligotis dan pita suara tidak

Kerangka:

Terdapat tulang rawan hyalin dan elastis, dihubungkan bersama os hyoid

oleh membran yang terdiri dari jaringan ikat padat dengan sabut-sabut

elastis

Mempinyai 2 lipatan mukosa:

- Pika ventrikularis (falls vocalis cord)

Epitel berderet silindris, tidak ada m.vokalis, terdapat kelenjar

- Plika vokalis (true vocalis cord)

Epitel berlapis pipih, terdapat muskulus dan ligamentum vokalis,

tidak ada kelenjar

Diantaranya terdapat ventriculus laryngis (ventriculus dr morgagni)

dilapisi epitel berlapis silindris, banyak mengandung sabut elastis, tunika

submukosa tidak jelas, terdapat nodulus limfalicus soliter

e. Anatomi dan Histologi Trachea

Trakhea merupakan tuba atau saluran berdinding tipis, panjang ± 10-20

cm dengan diameter 2,5 cm

Page 19: Resume Sken 1

Meluas mulai dari pangkal laring sampai percabangan bronkus

Terdiri dari tulang rawan hyalin berbentuk seperti huruf C, jumlahnya 16-

20 yang berfungsi menjaga agar lumen trakhea tetap terbuka

Ujung tulang rawan hyalin berbentuk seperti huruf C ini berada pada

permukaan posterior trakhea

Terdapat ligamentum fibroelastis (ligamentum trakhealis) dan muskulus

trakhealis yang terikat pada periosteum dan menjaembatani ujung bebas

dari tulang rawan hyalin berbentuk seperti huruf C

Fungsi ligamentum untuk mencegah overdistensi dari lumen

Fungsi muskulus untuk memungkinkan lumen menutup

Secara anatomi terletak di atas permukaan anterior esofagus

Terdapat glandulla trachealis dan paries membranaceus

Terdapat ligamentum anularia yang berfungsi menghubungkan cartilago

trachealis dengan cartilago trachealis lainnya

Pada mendekati percabangan bronkus terdapat karina, yang merupakan

reseptor batuk

Trakhea (membujur 20X)

Keterangan :

o LT : lumen trakhea

o CR : cartilago berbentuk huruc C (C-rings)

Page 20: Resume Sken 1

o Tr : trakhea

o CT : connective tissue

Keterangan :

GC : goblet cell, yang berfungsi mengaktivasi sekret dari mucus

Terdapat epitel berderet silindris bersilia (E)

Terdapat lamina propria (LP) yang terdiri dari jaringan ikat kendor dan

sabut elastin

Terdapat submukosa (SM) yang berisi mucus dan kelenjar submukosa

(Gl), hasil yang dikeluarkan oleh kelenjar ini akan dikirim ke permukaan

epitel melalui pembuluh yang mampu menembus lamina propria

Juga terdapat perichondrium (Pc) dari tulang rawan hyalin berbentuk

seperti huruf C (CR) yang dihubungkan dengan jaringan submukosa

f. cavum thorakCavum thorak bagian Musculi Musculi intrinsik:

- m.intercostali externus

- Origo : tepi bwh costae 1-11

- Arah serat : ventro caudal

- Fungsi : mengangkat costae

Page 21: Resume Sken 1

- m. levator costarum

- origo:proc. Tranversus VC8-Th11

- m. intercoatalis internus

origo : tepi bawah costae& cartilago costae

-arah serat: dorsocaudal

-fungsi: menekan costae

- m. intercostalis intimus

- m. subcostalis,.

- m. tranversus costalis

Cavum thorak bagian rangka1. Kerangka thorax

Sternum

- Setinggi Vth 2-3 s/d 12

- Manubrium :

- incisura jugularis

- incisura clavicula

- incisura costa 1

- incisura costa 2

- Corpus sterni :

- incisura costa 2,3,4,5,6,7

- angulus ludovici

Processus xyphoideus

- incisura costa 7

2. Costae

- Jumlah 12 ps

- 1-7 : costae verae

- 8-10 : costae arcuariae

- 11-12 : costae fluctuantes

- Bagian costae 3-10:

- extremitas dorsal:capitulum, collum, tuberculum

- corpus : angulus, sulcus

Page 22: Resume Sken 1

-extremitas ventral ; cartilago costae

Costae 1

- Pendek, extremitas ventral besar ,tebal

- Tdk ada crista capituli, angulus, sulcus costae

- Ada tuberculum scaleni, sulcus v et a. subclavia

Costae 2 :

- panjang 2x costae 1

- ciri lain sama costae 3-10

Costae 11-12

- capitulum kecil, tdk ada crista capituli

- tdk ada collum, tuberculum, angulus costae

- costa 11 sulcus dangkal, 12 tdk punya

- extremitas ventralis tajam

3. Vertebra thoracalis

Corpus

- Arcus : radix, lamina

- Processus spinosus

- Processus tranversus(tdk ada for.tranversarium)

- Processus articularis sup. Et inf.

- Fovea costalis

- Foramen vertebralis

- Vertebra TI punya 1 fovea costalis sup. Dan ½ fovea costalis inf.

- Vertebra TII-IX punya ½ fovea costalis sup. Dan ½ fovea costalis inf.

- Vertebra TX hanya punya 1 fovea costalis superior

- Vertebra TXI-XII hanya punya 1 fovea costalis

Mediastinum

Mediastinum merupakan lapisan diantara paru – paru termasuk mediastinal

pleura. Dan terletak di diantara dua lapisan pleura.

• batas-batasnya :

Page 23: Resume Sken 1

-cranial : apertura thoracis cranialis

-caudal : apertura thoracis caudalis

-ventral : sternum dan cartilagines costalis

-dorsal : corpora vertebrae thoracalis dan

capituli costae

-lateral : pleura mediastinalis

Mediastinum dibagi oleh bidang imaginer yang melalui angulus ludovici dan

corpus vertebra thoracalis iv, menjadi :

1. mediastinum superior

2. mediastinum inferior :

a. med. anterior

b. med. medius

c. med. Posterior

Page 24: Resume Sken 1

STRUKTUR-STRUKTUR YANG TERDAPAT DIDALAM

MEDIASTINUM

MEDIASTINUM SUPERIOR :

a.origo m. sternohyoid dan m. sternothyroid

b.thymus

c.saluran-saluran :

1. arteri :

- arcus aorta, a. brachiocephalica, a. carotis communis sin, a. subclavia sin

2. vena :

- v. cava superior, v. brachiocephalica dex et sin & muara dari v. azygos

3. ductus thoracicus

d. viscera :

trachea dan oesophagus

e. nervi :

nervi vagi dex et sin, plexus cardiacus, nervus

recurrent sin, nervi phrenici dex et sin

Page 25: Resume Sken 1

MEDIASTINUM ANTERIOR :

tidak terdapat struktur-struktur yang penting, disini hanya terdapat jaringan

ikat kendor, pembuluh-pembuluh darah kecil, saluran lymphe dan beberapa

lymphonodi.

MEDIASTINUM MEDIUS :

A. pericardium dan cor

B. pembuluh-pembuluh darah besar :

1. v. cava superior

Page 26: Resume Sken 1

2. aorta ascendens

3. truncus pulmonalis dan bifurcatio trunci pulmonalis

4. radix pulmonis dex et sin

c. nervi phrenici dex et sin.

MEDIASTINUM POSTERIOR :

a. saluran-saluran :

1. aorta thoracalis

2. v. azygos

3. v. hemiazygos

4. ductus thoracicus

b. viscera :

1. oesophagus

2. trachea

Page 27: Resume Sken 1

c. nervi :

1. nervi vagus dex et sin

2. nervus splanchnicus major

3. nervus splanchnicus minor

innervasi dan vaskularisasi

Vascularisasi

arteri

- aorta a. intercostalis post. 3-11 et a.subcostalis

- a. mamaria interna a. intercostalis 1-6

Page 28: Resume Sken 1

- a. intercostalis suppremaa. intercostalis post.1-2

Vena

-v.inetrcostalis 1v. brachiocephalica

-v. intercostalis2-4 membentuk v. intercostalis cranialis,

sinv.brachiocephalica, dexv.azygos

- v. intercostalis 5-12, sin v.hemiazygos, dexv.azygos.

Innervasi

Berasal dari rami ventralis nervi thoracalis

- N.Intercostalis I memelihara Extremitas Sup

- N.Intercostalis II memelihara Thorax dan sensoris daerah medial brachii

- N.Intercostalis III-VII memelihara Thorax saja

- N.Intercostalis VIII-XI memelihara Thorax dan Abdomen

- N.Subcostalis memelihara dinding abdomen

Fisiologi

Fungsi pernafasanFungsi pernafasan

Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil oksigen dari atmosfer ke

dalam sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida yang dihasilkan oleh sel-

sel tubuh kembali ke atmosfer.

Jadi, fungsi sistem pernapasan secara keseluruhan adalah:

1. Pertukaran gas

Oksigen akan masuk ke dalam aliran darah dan karbondioksida akan

meninggalkan darah.

2. Pengaturan pH darah

Dilakukan dengan cara mengubah konsentrasi karbon dioksida. Karbon

dioksida yang ditransportasikan melalui pembuluh darah dalam tiga

bentuk yaitu terlarut dalam plasma darah, berikatan dengan hemoglobin

dan berupa ion bikarbonat dalam plasma, mereka memiliki sifat asam.

3. Produksi suara

Page 29: Resume Sken 1

Pergerakan udara dari paru-paru menuju keluar paru yang melalui plica

vocalis akan menggetarkan plica tersebut sehingga akan menimbulkan

suara

4. Organ Pembauan

Pada hidung terdapat mukosa olfactoris yang mengandung sel-sel olfaktori

yang berfungsi sebagai indra pembau.

5. Pertahanan tubuh

Saluran pernapasan juga berperan dalam sistem perthanan tubuh. Misalnya

dengan menghalau mikroorganism, menghalangi mereka masuk dengan

bulu hidung, memerangkap mereka dengan mukus, dan mengeluarkan

mereka melalui mekanisme batuk maupun dengan pergerakan silia.

6. Pengaturan hormonal tekanan darah

Fungsi Saluran Pernapasan

1. Rongga Hidung

Rongga hidug memiliki beberapa fungsi, diantaranya:

a. Penyaring udara

Silia pada epitelium respiratorik melambai ke depan dan ke

belakang dalam suatu lapisan mukus.

Partikel besar : dengan bulu-bulu hidung

Partikel kecil : Gerakan silia dan mukus membentuk

membentuk suatu perangkap untuk partikel

yang kemudian akan disapu ke atas untuk

ditelan, dibatukkan, atau dibersinkan keluar.

b. Menghangatkan udara

Udara akan dihangatkan oleh radiasi panas dari pembuluh darah

yang terletak di bawah mukus dalam rongga hidung.

c. Melembabkan udara

Udara kering akan dilembabkan melalui evaporasi skresi serosa

dan mukus yang ada di dalam rongga hidung.

d. Sebagai saluran udara untuk pernapasan

Page 30: Resume Sken 1

e. Indra penciuman

Di dalam rongga hidung terdapat epitelium olfactori yang

mengandung sel-sel olfaktori yang mengalami spesialisasi untuk

indra penciuman

f. Resonansi suara

2. Faring

Berfungsi sebai saluran pernapasan dan merupakan gerbang untuk menuju

sitem rspirasi selanjutnya.

3. Larinx

a. Laring berfungsi menghubungkan faring dengan trakea.

b. Epiglotis berfungsi untuk mencegah masuknya makanan atau apapun

ke laring

c. Plika vokalis berfungsi sebagi pembentuk suara melalui getarannya.

4. Trakea

a. Trakea akan barfungsi sebagai saluran pernapasan.

b. Pada trakea terdapat mukus dan silia-silia yang dapat berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan tubuh dengan cara memerangkap partikel-

partikel asing dan membuangnya.

5. Bronkus

a. Bronkus berfungsi sebagai saluran pernapasan

b. Pada ujung trakea yang bercabang menjadi bronkus terdapat refleks

bersin yang juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh.

6. Bronkiolus

a. Bronkiolus terminalis

Bronkiolus ini berfungsi sebagai saluran udara

b. Bronkiolus respiratoris

Bronkiolus ini berfungi sebagai salran udara dan juga berfungsi

sebagai tempat pertukaran gas karena pada bronkiolus ini mulai

terdapat gelembng-gelembung alveolus.

Page 31: Resume Sken 1

7. Duktus alveolis

Ductus alveolis ini berfungi sebagai saluran udara dan juga berfungsi

sebagai tempat pertukaran gas karena pada bronkiolus ini mulai terdapat

gelembng-gelembung alveolus.

8. Alveolus

Alveolus merupakan terminal dari perjalanan saluran pernapasan.

Disinilah terjadiny proses pertukaran gas yang sesungguhnya.

9. Pleura

a. Pleua parietalis melapisi rongga toraks (kerangka iga, diafragma, dan

meiastinum)

b. Pleura viseral melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal

de bagian bawah paru.

c. Rongga pleura berisi cairan intrapleural yang disekresi oleh sel-sel

pleural sehingga paru-paru dapat berkembang tanpa melakukan friksi.

Mekanisme pernafasanInspirasi

II.1.1.1 Inspirasi

Inspirasi

Volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat

akibat kontraksi beberapa otot, yaitu:

M. Intercostalis eksternus, merupakan otot yang paling berperan

dalam mengangkat rangka iga

M. Sternocleidomastoideus, mengangkat sternum ke atas

M. Scalenus, mengangkat 2 iga pertama

M. Seratus anterior, mengangkat sebagian besar iga

Toraks membesar ke 3 arah, yaitu anteroposterior, lateral, dan vertikal

Peningkatan volume ini menyebabkan penurunan tekanan intrapleura dari

sekitar -5 cm H2O menjadi sekitar -7,5 cm H2O. Tekanan intrapleura

adalah tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan pleura

dinding dada.

Page 32: Resume Sken 1

Tekanan alveolus juga menurun sampai sekitar -1 cm H2O. Tekana

alveolus adalah tekanan udara di bagian dalam alveoli paru

Tekanan yang sedikit negatif ini cukup untuk menarik sekitar 0,5 liter

udara ke dalam paru dalam waktu 2 detik sebagaimana yang diperlukan

untuk inspirasi yang normal atau tenang

Ekspirasi

II.1.1.2 Ekspirasi

Merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru

Pada waktu m. Intercostalis eksternus berelaksasi, rongga iga turun,

lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, hal ini

menyebabkan volume rongga toraks berkurang

M. Intercostalis internus memanjang ke depan dan bawah, sehingga

tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah

Otot-otot abdomen (rektus abdominis) dapat berkontraksi sehingga

tekanan intraabdominal membesar dan menekan diaragma ke atas

Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura dari -7,5

cm H2O menjadi -5 cm H2O dan tekanan alveolus meningkat sampai

sekitar +1 cm H2O

II.2Tekanan ini dapat mendorong 0,5 liter udara inspirasi keluar paru saat

ekspirasi

Page 33: Resume Sken 1

Macam – macam pernafasan

a. Pernapasan Dada & pernafasan perut

Pernapasan Dada & pernafasan perut

Paru dapat dikembang dan dikempiskan melalui dua cara : (1) gerakan turun dan

naik dari diafragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada, dan (2)

depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil diameter

anteroposterior rongga dada.

Pernapasan normal dan tenang hampir sempurna dengan metode yang pertama

dari kedua metode ini, yaitu oleh gerakan dari diafragma atau biasa disebut

pernapasan perut. Selama inspirasi, kontraksi dari diafragma akan menarik

permukaan bawah paru ke bawah. Kemudian selama ekspirasi, diafragma

relaksasi dan sifat elastis daya lenting paru (elastic recoil), dinding dada dan isi

perut menekan paru-paru. Selama bernapas hebat, bagaimanapun tenaga elastis

tidak cukup kuat untuk menyebabkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga

diperoleh sebagian besar oleh kontraksi otot-otot perut, yang mendorong isi perut

ke atas melawan dasar dari diafragma.

Metode kedua untuk mengembangkan paru atau pernapasan dada adalah untuk

mengangkat rangka iga. Pengembangan paru ini dikarenakan pada posisi istirahat,

iga miring ke bawah sehingga sternum turun ke belakang ke arah kolumna

spinalis. Tetapi, bila rangka dielevasikan, tulang iga secara langsung maju

demikian juga sternum, bnergerak ke depan menjauhi spinal, membentuk jarak

anteroposterior dada kira-kira 20% lebih besar selama inspirasi maksimal

daripada selama ekspirasi. Oleh karena itu, otot-otot yang meninggikan rangka

dada dapat diklasifikasikan sebagai otot-otot inspirasi dan otot-otot yang

menurunkan rangka dada dapat diklasifikasikan sebagai otot-otot ekspirasi. Otot-

otot yang mengangkat rangka iga adalah : (1) otot sternokleidomastoideus yang

mengangkat sternum ke atas, (2) seratus anterior yang mengangkat sebagian besar

iga, (3) skalenus yang mengangkat dua iga pertama, dan (4) interkostal eksternus.

Otot-otot yang menarik iga ke bawah selama ekspirasi adalah : (1) rektus

abdominus yang mempunyai efek menarik ke bawah iga-iga bagian bawah dan

Page 34: Resume Sken 1

pada waktu yang sama, otot-otot perut yang lain juga menekan isi perut ke arah

diafragma, dan (2) interkostalis interior.

Pada ekspirasi, tulang-tulang iga membentuk sudut ke bawah dan otot

interkostalis eksternus memanjang ke depan dan ke bawah. Bila otot-otot ini

berkontraksi, mereka akan menarik tulang iga bagian atas ke depan dalam

hubungannya dengan tulang iga yang lebih bawah, keadaan ini akan

menyebabkan kekuatan pengungkit pada tulang iga untuk mengangkatnya ke atas.

Sebaliknya, pada posisi inspirasi, interkostalis internus teregang, dan kontraksi

otot ini akan menarik tulang iga atas ke belakang dalam hubungannya dengan

tulang iga yang lebih ke bawah. Keadaan ini menyebabkan pengungkit dalam arah

yang berlawanan dan memperendah rangka dada.

Macam-macam pernafasan :

1. Pernapasan eksterna : proses penyerapan oksigen dari lingkungan luar dan

pengeluaran karbondioksida ke lingkungan luar

2. Pernapasan interna : proses penggunaan oksigen dan pembentukan

karbondioksida oleh sel-sel tubuh

Mekanisme respirasi :

1. Mekanisme Pernafasan Dada

Inspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk berkontraksi, sehingga

tulang-tulang rusuk terangkat keatas, akibatnya rongga dada

membesar dan tekanan udar mengecil dari paru-paru dan udara masuk

Ekspirasi terjadi jika otot-otot antar rusuk relaksasi dan kembali

keposisi semula, sehingga rongga dada mengecil akibatnya tekanan

udara dalam paru meningkat dan udara keluar

2. Pernafasan Perut

Inspirasi terjadi jika otot-oto diafragma berkontraksi sehingga volume

rongga dada membesar, akibatnya tekanan udara dalam paru-paru

menurun sehingga udara luar masuk

Page 35: Resume Sken 1

Ekspirasi terjadi jika otot-otot diafragma relaksasi sehingga rongga

dada mengecil akibatnya tekanan udara dalam paru-paru meningkat

dan udara keluar.

Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh

diperlukan usaha keras pernafasan yang tergantung pada:

1. Tekanan intar-pleural

Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam

keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena

ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan

intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume

rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah

tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga

dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar

meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar.

2. Compliance

Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal

sebagai copliance. Ada dua bentuk compliance:

- Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran

nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda

normal : 100 ml/cm H2O

- Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan.

Normal: ±50 ml/cm H2O

Compliance dapat menurun karena:

- Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru

- Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak

- Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas.

3. Airway resistance (tahanan saluran nafas)

Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas

Page 36: Resume Sken 1

Volume & Kapasitas Paru

1. Volume tidal (VT) adalah volume yang masuk dan keluar paru-paru selama

ventilasi normal biasa.pada laki-laki berkisar:500ml dan perempuan berkisar

380ml.

2. Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume udara ekstra yang masuk

paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal.pada laki-laki 3100

ml dan perempuan 1900 ml.

3.Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume ekstra udara yang dapat kuat

dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidal normal.pada laki-laki1200ml dan

perempuan 800 ml.

4.Volume residual (VR) adalah volume udara sisa dalam paru-paru setelah

melakukan ekspirasi kuat.volume residual penting untuk kelangsungan dalam

darah saat jeda pernapasan. Pada laki-laki sekitar 1200ml dan pada perempuan

berkisar 1000ml.

b. Control pernafasan

Laju terjadinya respirasi sel (dan karenanya oksigen digunakan) bervariasi dengan

keadaan umum aktivitas badan. Bergerak badan dengan giat dapat meningkatkan

kebutuhan oksigen untuk jaringan 20-25 kali. Kebutuhan oksigen yang meningkat

dipenuhi dengan meningkatkan laju dan dalamnya pernapasan.

• Konsentrasi karbon dioksida memegang peranan tertentu dalam mengatur laju

dan dalamnya pernapasan.

• Karbon dioksida mengatur pengaruh tersebut melalui pengaruhnya terhadap

bagian otak yang disebut medula oblongata. Bila kandungan karbon dioksida

dalam darah naik di atas batas normal, sel-sel medula oblongata yang sangat peka

terhadap konsentrasi karbon dioksida menanggapi dengan banyaknya dan laju

impuls syaraf yang mengontrol aksi otot interkosta dan diafragma. Terjadilah

peningkatan pertukaran hawa dalam paru-paru yang mengembalikan konsentrasi

karbon dioksida ke konsentrasi normal.

Page 37: Resume Sken 1

• Pertukaran hawa dalam paru-paru juga dikontrol secara lokal oleh dinding otot

licin bronkiol yang peka terhadap konsentrasi karbondioksida. Konsentrasi karbon

dioksida yang naik menyebabkan bronkiol membesar dan menyebabkan

ketahanan tabung udara berkurang, sehingga pada waktu yang sama

memungkinkan penambahan oksigen dan meningkatkan jumlah karbon dioksida

yang dihembuskan.

• Laju dan dalamnya pernapasan pada limit tertentu juga di bawah kontrol

kesadaran. Kita dapat menahan napas pada waktu terbatas. Jika kandungan karbon

dioksida darah yang mencapai medula oblongata menjadi sangat tinggi, medula

akan menolak kontrol kesadaran tersebut, disebut keadaan "titik cekik".

Mekanisme protektive

a. Batuk

Secara umum terjadinya batuk Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada

reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak

baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks

antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan

semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar

reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.

Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, sinus paranasalis,

perikardial, dan diafragma.

Serabut afferent terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan

rangsangan dari larink, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsangan dari

telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan

rangsang dari sinus paranasalis, nervus glossopharingeus, menyalurkan

rangsangan dari farink dan nervus vernikus menyalurkan rangsangan dari

pericardium dan diafragma,

Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang ada di

medulla, di dekat pusat pernapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh

serabut aferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar,

nervus trigeminus, nervus facialis, nervus hiplogosus, dll menuju ke efektor.

Page 38: Resume Sken 1

Efektor ini terdiri dari otot-otot larink, trakea, brokus diafragma, otot-otot

interkostal, dll. Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi.

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi 4 fase, yaitu:

1. Fase iritasi

Pada fase ini terjadi iritasi pada salah satu saraf sensori nervus vagus di

laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus

glosopahringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila reseptor

batuk di lapisan farink dan esophagus, rongga pleura, dan saluran telinga luar

dirangsang.

2. Fase inspirasi

Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot

abduktor kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat,

sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru.

Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut dan

diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan

peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah

banyak memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi

sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang tertutup

sehingga menghasilkan mekanisme pembersih yang potensial.

3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor

kartilago aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan

intratoraks meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif.

Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka. Batuk

dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi mampu

meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.

4. Fase ekspirasi/ ekspulsi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot

ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan

kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan

bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot pernafasan dan cabang-cabang

Page 39: Resume Sken 1

bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme batuk dan

disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi

akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

b. Bersin

Bersin adalah sebuah refleks penolakan terhadap benda asing yang masuk ke

dalam rongga hidung. Udara yang dihirup menuju paru itu harus bersih, partikel-

partikel asing akan tersaring di rongga hidung dan banyak mekanisme lainnya di

rongga pernapasan kita (dari mucocilliary escalator, mukus, surfaktan, lisozim,

defensins serta makrofag, sekresi IgA, BALT/Bronchus Associated Lymphatic

Tissue yang merupakan yang merupakan system kekebalan spesifik ). Refleks

bersin timbul sebagai bagian dari sistem kekebalan di bagian pernapasan kita ,

sama halnya dengan refleks batuk. Saat ada partikel lain masuk dan mengiritasi

saluran hidung, ujung saraf (aferen) yang kebetulan ada disana akan terangsang

dan terjadilah aliran impuls listrik saraf yang sangat cepat yang mengalir melalui

saraf kepala nomor 5 (saraf trigeminus) yang menuju ke pusat refleks Bersin

(medula ). Setelah pusat refleks bersin mendapat sinyal "bahaya" ini, maka

dikirimlah sinyal yang sangat cepat kepada otot-ototnya yang dipengaruhinya

untuk melakukan gerakan bersin dan terjadilah refleks bersin itu guna

mengeluarkan/menolak

benda asing yang tak diinginkan tadi. selain itu kelenjar lendir akan mengeluarkan

cairan yang lebih banyak guna "menangkap" benda asing tadi dan menyeretnya

keluar bersama lendir tersebut dari hidung.

Reflek bersin sangat mirip dengan reflek batuk, kecuali bahwa reflek ini

berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran nafas bagian bawah

Rangsangan → impuls aferen (n.trigeminus) → menuju medulla → reflek

dicetuskan

Terjadi serangkaian reflek yang mirip dengan batuk tetapi uvula ditekan sehingga

sejumlah udara dengan cepat melalui hidung dengan demikian membantu

membersihkan saluran hidung dari benda asing

Page 40: Resume Sken 1

Mekanisme Bersin

Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung ketika

mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung,

sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri tersebut. Bersin juga dapat

timbul akibat adanya peradangan (rhinosinusitis), benda asing, infeksi virus, atau

reaksi alergi. Reaksi alergi tersebut muncul karena paparan terhadap bahan

alergen.

Selain karena alergi, gejala pada hidung tersebut disebabkan bahan-bahan

nonalergi yang ditimbulkan faktor lingkungan. Di antaranya, perubahan udara,

temperatur, suhu, kelembapan, tekanan udara, atau bahan-bahan kimia dari obat-

obat atau kosmetik tertentu. Mungkin juga akibat polusi udara karena asap

kendaraan dan lingkungan industri. Kepantasan udara yang dilepaskan ketika

bersin bisa mencapai 160 km/jam.

Bersin sebetulnya berguna menjaga agar hidung tetap bersih (cleansing effect).

Udara yang mengembus kuat dengan tekanan tinggi dari paru-paru mendorong

keluar melalui hidung dan mulut. Refleks bersin itu bisa terjadi berulang-ulang,

sehingga diharapkan pembersihan bisa maksimal.

Bersin sebaiknya tidak ditahan. Karena selain menyebabkan kuman dan benda

asing tertahan dalam tubuh, menahan bersin juga menyebabkan beberapa hal

lainnya. Misalnya pecahnya gendang telinga, kehilangan pendengaran,

Pembengkakan wajah sementara dan keretakan tulang rawan hidung. Sebab,

saluran hidung dan mulut yang menjadi sarana keluaran bersin berhubungan juga

dengan telinga.

Mikrobiologi

Flora normal

Flora normal

Bagian sistem respirasi yang mengandung flora normal :

1. Flora Nasal

a) Corynebacterium

Page 41: Resume Sken 1

Gram positif

Tidak menghasilkan spora

Kandungan sitosin dan guanine tinggi

Aerob

Akibat : - toksik pada daerah tertentu (ex:

paralisis palatum molle, kerusakan saraf)

- radang difteri (nyeri tenggorokan, demam, sulit

menelan)

b) Staphylococcus

Gram positif

Bulat, bergerombol seperti anggur

Tidak menghasilkan spora

Tidak memiliki kapsul

Aerob

Ada tiga jenis Staphylococcus yaitu :

• Staphylococcus aureus

• Staphylococcus epidermidis

• Staphylococcus sapropiticus

Manifestasi klinik :

• Folikulitis

• Furunkel

• Karbunkel

• Broncopneumonia

• Osteomyelitis

• Endocarditis

• Food poisoning

• Meningitis

Toksin yang dihasilkan Staphylococcus

• Dermonecrotic

• Hemolysin

• Exfoliative toksin

Page 42: Resume Sken 1

• Enterotoksin

c) Streptococcus

Bulat

Gram positif

Anaerob (kecuali peptostreptococcus yang

obligat anaerob)

Tidak menghasilkan spora

Memiliki kapsul

Non motil

Klasifikasi Streptococcus :

- Berdasarkan sifat hemolisis :

• Streptococcus α hemoliticus (hemolisis

parsial)

• Streptococcus β hemoliticus (hemolisis

total)

• Streptococcus nonhemoliticus (tidak

menyebabkan hemolisis)

- Berdasarkan klasifikasi lancefield :

• A,B,C,.......U

Jenis-jenis streptococcus :

- Streptococcus pyogenes

- Streptococcus viridians

- Streptococcus pneumonia

- Streptococcus agalactiae

- Streptococcus enterococcus faecalis

- Peptostreptococcus

Manifestasi klinik:

- Pyoderma

- Impetigo

- Faringitis

Page 43: Resume Sken 1

- Pneumonia

d) Haemophilus aprophilus

2. Flora Membrane Mukosa

a) Streptococcus Viridans

Berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang-orang

yang hadir saat persalinan.

b) Staphylococcus Aerob dan Anaerob

Ada saat awal kehidupan

c) Diplococcus gram negatif (Neisserria dan Moraxella

catarhallis)

Ada saat awal kehidupan. Moraxella catarhallis dapat

menyebabkan pneumonia, sinusitis, dan otitis media.

d) Difteroid

Ada saat awal kehidupan

e) Lactobacillus

Ada saat awal kehidupan

3. Flora Faring

a) Neisseria

Di dalam faring, neisseria dominan ada.

Terdiri atas :

• Neisseria sicca

• Neisseria subflova

• Neisseria cinera

• Neisseria mucosa

• Neisseria flavescens

b) Streptococcus α hemoliticus dan nonhemoliticus

Di dalam laring, bakteri tersebut dominan ada.

c) Staphylococcus

d) Difteroid

e) Hemofilia

Page 44: Resume Sken 1

f) Pneumococcus

g) Mikoplasma

h) Prevotella

Patofisiologi

a. Demam

Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal dapat di sebabkan oleh kelainan

didalam otak sendiri atau oleh bahan bahan toksik yang mempengaruhi pusat

pengaturan suhu.

Macam macam demam.

1. Infeksi : Bakteri, jamur, Virus, parasit.

2. Non Infeksi : Tumor, trauma ( fisik, kimia)

3. Fisiologis

Mekanisme Demam karena infeksi.

Rangsangan infeksi (Bakteri, Virus, Jamur, Parasit) di fagosit oleh Leukosit,

monosit, makrofag, sel sel endotel mencerna hasil pemecahan bakteri

peningkatan pirogen sitokine melepaskan IL-1, IL-6 yang fungsinya untuk

mengaktifkan proses yang menghasilkan demam TNF (tumor nekrosis faktor)

merangsang hipotalamus anterior sehingga meningkatkan Prostaglandin

(PGE2), set point ( nilai suhu kritis) jadi meningkat, panas menjadi meningkat

terjadinya reflek demam.

Mekanisme lainnya:

Suhu tubuh diregulasi oleh suatu inti dalam hipotalamus anterior yang berfungsi

sebagai termostat yang mengendalikan keseimbangan antara produksi dan

kehilangan panas. Demam berkembang bila termostat digeser ke set yang lebih

tinggi. Untuk tubuh mencapai suatu suhu lebih tinggi kehilangan panas melalui

kulit dikurangi dengan vasokonstriksi, sehingga dalam waktu singkat, sewaktu

suhu meningkat, kulit secara paradoks menjadi dingin. Saat pergeseran ini, secara

Page 45: Resume Sken 1

klinis terlihat sebagai gemetar, yang artinya suhu lingkungan mendadak

diterjemahkan sebagai dingin.

IL-1, IL-6 dan TNF adalah mediator-mediator penting dari reaksi ini. Sitokin-

sitokin ini dihasilkan oleh leukosit dan jenis sel lain dalam respon terhadap

organisme infeksi atau reaksi-reaksi imunologis dan toksik, yang dilepaskan

dalam sirkulasi. IL-1 dan IL-6 mempunyai efek yang sama dalam menghasilkan

reaksi fase akut, keduanya menghasilkan demam melalui interaksi dengan

reseptor-reseptor vaskuler dalam pusat termoregulator dari hipotalamus dengan

aksi langsung dari sitokin atau lebih cenderung melalui induksi produksi

prostaglandin lokal (PGE), informasi ini kemudian ditransmisi dari hipotalamus

anterior ke posterior ke pusat vasomotor, menyebabkan stimulasi saraf simpatis,

vasokonstriksi pembuluh-pembuluh kulit, mengurangi perspirasi dan timbul panas

demam. Pirogen endogen yang diketahui mencakup TNF, IL-1 dan IL-6. Mereka

dilepaskan oleh monosit/makrofag dan sel-sel inang yang lain dalam respons

terhadap mikroba dan stimulasi pirogen lain. Aspirin melawan demam dangan

melalui inhibisi siklooksigenasi dalam hipotalamus. TNF juga menstimulasi pusat

hipotalamus secara langsung.

Mekanisme Demam karena non infeksi.

Demam karena lesi otak .

Bila seorang ahli bedah otak melakukan operasi di daerah hipotalamus, demam

yang berat hampir selalu terjadi akan tetapi jarang timbul efek yang berlawanan,

yakni terjadi Hipotermia. Hal tersebut memperlihatkan kemampuan mekanisme

hipotalamus untuk pengaturan suhu tubuh dan mudahnya kelainan di hipotalamus

dapat menubah set point pengaturan suhu. Keadaan lain yang sering menyebabkan

suhu tinggi yang berkepanjangan adalah penekanan hipotalamus oleh tumor otak.

Sifat demam

Menggigil. Apabila set point hipotalamus berubah tiba-tiba dari tingkat normal ke

tingkat lebih tinggi, suhu tubuh biasanya membutuhkan beberapa jam untuk

mencapai set point suhu baru.

Page 46: Resume Sken 1

Jadi suhu pembuluh darah lebih rendah dari set point thermostat hipotalamus.

Maka akan terjadi kenaikan suhu tubuh untuk mencapai set point . dalam proses

kenaikan ini orang akan menggigil dan merasa kedinginan walaupun suhunya

telah diatas normal dan kulit mendingin akibat vasokontriksi. Setelah mencapai

set point orang tersebut tidak lagi menggigil melainkan akan merasa panas.

Dalam keadaan demam juga pengaturan suhu oleh hipotalamus tetap dijalankan

tapi pada set point yang tinggi tersebut.

b. Batuk

Definisi

Batuk merupakan suatu refleks pertahanan yang timbul akibat iritasi percabangan

trakeobronkial, yang berguna untuk membersihkan saluran pernapasan bagian

bawah dan batuk dapat juga merupakan sebuah gejala terserang penyakit

pernapasan.

Batuk adalah ekspulsi udara yang tiba-tiba dan berisik dari paru-paru, biasanya

terjadi untuk menjaga agar jalan udara paru-paru bebas dari benda asing (disebut

juga tusiss)

Refleks Batuk

Ada 5 komponen utama refleks batuk, yaitu:

1. Reseptor batuk

Berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak di dalam dan di

luar rongga toraks. Sebagian besar reseptor ada di laring, trakea, karina, dan

daerah percabangan bronkus.

2. Serabut saraf aferen

Serabut saraf aferen yang utama adalah n. Vagus, mengalirkan

rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsang dari

telinga. Selain itu ada n. Trigeminus yang mengalirkan rangsang dari sinus

paranasalis, n. Glossopharyngeus yang mengalirkan rangsang dari faring, dan

n. Frenikus yang mengalirkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

Page 47: Resume Sken 1

3. Pusat batuk

Oleh serabut saraf aferen, rangsang dibawa ke pusat batuk yang

berada di medula, dekat pusat pernapasan dan pusat muntah.

4. Serabut saraf eferen

Oleh serabut saraf eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Intercostal dan

lumbar, n. Trigeminus, n. Facialis, dll dibawa menuju ke efektor.

5. Efektor

Terdiri dari otot-otot laring, trakhea, bronkus, diafragma, otot-otot

intercostal, dll.

1. Iritasi pada dinding trachea dan bronkus ekstra pulmonar serta

biasanya pada carina yang merupakann tempat khusus reflek batuk

2. Merangsang saraf vagus dan membawa impuls tersebut ke medula

oblongata.

3. Terjadi inspirasi daninhalasi yang cepat.

Inhalasi : proses ketika otot-otot pernafasan berkontraksi untuk

meningkatkan volum thoraks, menurunkan intrapleura sehingga udara

dapat masuk

4. Glotis menutup dan kontraksi kuat otot-otot pernafasan thoraks dan

abdomen sehingga meningkatkan tekanan intrapulmonar dan

intrapleura.

5. Glotis terbuka tiba-tiba karena tekana yang begitu besar dari dalam

sehingga mengakibatkan ledakan aliran udara ke luar dengan

kecepatanmencapai 600 mil/ jam (sekitar 965 km/jam) dan kemudian

iritan terbawa keluar.

Mekanisme Batuk

Secara umum terjadinya batuk Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor

batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di

dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara

lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan

semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar

Page 48: Resume Sken 1

reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.

Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, sinus paranasalis,

perikardial, dan diafragma.

Serabut afferent terpenting ada pada cabang nervus vagus yang

mengalirkan rangsangan dari larink, trakea, bronkus, pleura, lambung dan

juga rangsangan dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus.

Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus

glossopharingeus, menyalurkan rangsangan dari farink dan nervus

vernikus menyalurkan rangsangan dari pericardium dan diafragma,

Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang ada di

medulla, di dekat pusat pernapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini

oleh serabut aferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan

lumbar, nervus trigeminus, nervus facialis, nervus hiplogosus, dll menuju

ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot larink, trakea, brokus

diafragma, otot-otot interkostal, dll. Di daerah efektor ini mekanisme

batuk kemudian terjadi.

Mekanisme batuk dibagi menjadi empat fase:

1. Fase iritasi

Pada fase ini terjadi iritasi pada salah satu saraf sensori nervus vagus di

laring, trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus

glosopahringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila

reseptor batuk di lapisan farink dan esophagus, rongga pleura, dan saluran

telinga luar dirangsang.

2. Fase inspirasi

Pada fase inspirasi, glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot

abduktor kartilago arytenoideus. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat,

sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam

paru.

Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan

keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat

Page 49: Resume Sken 1

serta kuat dan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga

menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.

3. Fase kompresi

Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor

kartilago arytenoideus, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini

tekanan intratoraks meninggi sampai 300 cm/Hg

4. Fase ekspirasi

Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot

ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar

dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda

asing dan bahan-bahan lain.

Etiology

Batuk secara garis besarnya disebabkan oleh beberapa hal sebagai

berikut:

1. Iritans → rokok, asap, SO2, gas di tempat kerja

2. Mekanik → retensi sekret bronkopulmoner, benda asing dalam saluran

napas, pot nasal drip, aspirasi

3. Penyakit paru obsruktif → bronkitis kronik, asma, emfisema, fibriosis

kistik, bronkiektasis

4. Penyakit paru restriktif → pneumokoniosis

5. Infeksi → laringitis akut, pneumonia, bronkitis akut

6. Tumor → tumor laring, tumor paru

7. Psikogenik

8. Rangsang inflamasi seperti edema mukosa dengan sekret trakeobronkial

yang banyak.

9. Rangsang mekanik seperti benda asing pada saluran nafas seperti benda

asing dalam saluran nafas, post nasal drip, retensi sekret bronkopulmoner.

10. Rangsang suhu seperti asap rokok ( merupakan oksidan ), udara panas/

dingin, inhalasi gas.

Page 50: Resume Sken 1

11. Rangsang psikogenik.

Penatalaksanaan

a. Farmakologi

Terapi Farmako untuk batuk

Untuk batuk akut dan subakut yang umum biasanya bisa sembuh dengan

sendirinya tanpa terapi farmakologi. Selain itu untuk pencegahan bisa dengan

menghindari pemicu batuk. Untuk terapi farmakologi kita bisa menggunakan

1. Antitusif : Bekerja dengan menekan reseptor batuk.

2. Ekspektoran : Ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan

pengeluaran dahak.

3. Mukolitik : Bekerja menurunkan viskositas mukus, sehingga memudahkan

ekspektorasi. (Ikawati, 2008)

a. Kodein , Hidrokodon, Hidro morfon

Menurunkan sensitivitas pusat batuk di SSP terhadap rangsangan

perifer dan menurunkan sekresi mukosa.

b. Dekstrometorfan

Merupakan derivat dari morfin sintetik yang bisa menekan respon

pusat batuk. Obat ini tidak memiliki potensi analgesik dan kurang

menyebabkan konstipasi bila di bandingkan dengan kodein.

Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang

mengandung:

1. Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed

Expectorant, dll). Yang harus diingat adalah jika minum obat-obatan yang

mengandung Guaifenesin adalah harus minum banyak air.

2. Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant,

Disudrin, Clarinase, Rhinos SR, Triaminic, dll). Obat-obatan yang

mengandung pseudoephedrine ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek

encer (meler) dan postnasal drip. Tidak boleh digunakan jika ada penyakit darah

tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6 tahun kecuali atas resep dokter anda.

Page 51: Resume Sken 1

Terapi Farmako untuk demam

• Antipiretik

1. Pengertian dan Penanganan Demam obat antipiretik adalah obat yang

dapat menurunkan suhu tubuh. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat

mengurangi suhu tubuh

• Antipyretic (antipiretik) merupakan zat atau yang berhubungan dengan

suatu zat atau prosedur yang menurunkan demam. Antipiretik adalah obat

yang dapat menurunkan suhu tubuh.

• Penggunaan Umum : digunakan untuk menurunkan demam dengan

berbagai penyebab, penyebab itu dapat berupa infeksi, inflamasi, dan

neoplasma.

• Kerja obat : Antipiretik menurunkan demam dengan mempengaruhi

termoregulasi pada SSP dan dengan menghambat kerja prostaglandin

secara perifer.

b. Terapi Non farmakologi

Terapi non-farmakologi :

Pada umumnya batuk berdahak maupun tidak berdahak dapat dikurangi dengan

cara sebagai berikut:

Sering minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,

mengurangi iritasi atau rasa gatal.

Hindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang

tenggorokan dan udara malam yang dingin.