sken 3 - friky

27
OKSIURIASIS SISTEM DIGESTIVUS 2 BLOK 14 Nama: Fransiskus Friky Hindiarto NIM: 10.2009.185 Kelompok: C5 Email: [email protected] FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Upload: william-limadhy

Post on 30-Sep-2015

232 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

skenario 3

TRANSCRIPT

OKSIURIASISSISTEM DIGESTIVUS 2BLOK 14

Nama: Fransiskus Friky HindiartoNIM: 10.2009.185Kelompok: C5Email: [email protected]

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJAKARTA BARAT2011/2012Bab IPendahuluan

1.1 Latar belakangDalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai bahkan mungkin pernah mengalami kejadiaan gatal di anus pada malam hari atau pagi hari yang disebabkan oleh cacing cremi. Dalam kasus yang penulis bahas ini, ada seorang anak laki-laki, berusia 3 tahun dibawah oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan kalau malam gelisah tidur, selalu mengaruk daerah anus sejak 5 hari yang lalu. Tanda-tanda vital tidak ada kelainan, tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan tinja telur cacing dengan dinding asimetris.Karena tinggi dan cepatnya penularan serta penyakit ini membuat anak gelisah, maka penulis akan membahas selengkap-lengkapanya pada bab berikutnya mulai dari anamnesis, pengobatan sampai pada pencegahan dan prognosis.

1.2 Tujuan PenulisanSebagai bahan pembelajaran dan agar lebih menguasai materi tersebut yang nantinya digunakan dalam praktek kehidupan sehari-hari.1.3. Metode PenulusanPustaka

Bab IIPembahasan

2.1 AnamnesisDalam hal ini kita dapat menanyakan beberapa hal: 1. Identities pasien yang meliputi nama, umur(3tahun), jenis kelamin(laki-laki).2. Keluhan utama yang dirasakan pasien tersebut: adalah kalau malam tidur gelisah, salalu mengaruk daerah anus.3. Riwayat penyakit sekarang: sudah terjadi 5 hari yang lalu4. Riwayat penyakit masa lalu5. Riwayat penyakit dalam keluarga, adakah kakak atau adik dalam 1 keluarga yang menderita penyakit yang sama.6. Latar belakang social dan pekerjaanSetelah kita melakukan anamnesis dengan lengkap, maka selanjutnya kita lakukan pemeriksaan fisik dan kemudian kita lakukan pemeriksaan penunjang.2.2 Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik untuk menegakan diagnostic yang dapat kita lakukan:1. Inspeksi2. Aukultasi3. Palpasi4. Perkusi

2.3 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang sangat membantu menegakan diagnostic adalah pemeriksaan menggunakan alat anal swab. Yaitu menemukan cacing atau telur cacing eneterobius vermicularis. Sering tanda-tanda infeksi awal adalah ditemukan cacing dewasa dalam tinja setelah enema atau disekitar anus. Telur jarang ditemukan di dalam tinja, hanya 5 % saja telur ditemukan dalam tinja pada orang yang menderita infeksi ini. Telur paling mudah ditemukan dengan menghapus daerah sekitar anus dengan scotch adhesive tape swab menurut graham. Tes ini memberi hasil positif yang tinggi serta dapat meneukan telur cacing dalam jumlah besar. Dengan cara ini sepotong scoth tape ditempelkan pada daerah sekitar anus, diambil dan diratakan diatas kaca sediaan dan dibubuhi sedikit dengan toluol untuk pemeriksaan mikroskop. Pemeriksaan harus dilakukan beberapa kali. Sekali Pemeriksaan dengan swab hanya menemukan kira-kira 50 % dari hasil pemeriksaan, tiga kali pemeriksaan kira-kira keberhasilannya 90%, dan pemeriksaan 7 hari berturut-turut diperlukan untuk menyatakan seseorang bebas infeksi cacing kremi.Swab untuk menemukan telur sebaiknya dibuat pada pagi hari sebelum mandi atau defekasi. Kira-kira sepertiga anak yang terinfeksi parasit ini, dapat ditemukan telurnya dikuku jari. Telur dapat dikenal karena bentuknya asimetris dan isinya berupa embrio dalam stadium lanjut.

2.4 Diagnosis KerjaBerdasarkan gejala klinik yang khas, yaitu pruritus ani khususnya pada malam hari,tidur gelisah dan anoreksia, maka diagnosis kerja yang diambil adalah enterobiasis. Untuk menegakan diagnosis pasti, maka dilakukan anal swab, jika ditemukan telur cacing Enterobius vermicularis, maka diagnoisis pasti ditegakan yaitu enterobiasis atau oksiuriasis.

2.5 EtiologiEtiologi dari penyakit infeksi ini (enterobiasis atau oksiuriasisi) adalah Enterobius vermicularis, atau dalam bahasa awam disebut cacing kremi.2.6 MorfologiEnterobius vermicularis stadium telur, berukuran 55 x 25 mikron, bentuknya lonjong, dan lebih datar pada satu sisi (tidak simetirs). Dinding telur bening dan rangkap, agak tebal dari dinding telur cacing tambang. Telur menjadi matang dalam waktu 6 jam dan berisi larva, dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari, serta telur resisten terhadap desinfektan dan udara dingin.stadium telur

Enterobius vermicularis stadium jantan dewasa,panjang 2-5 mm, ekor melengkung seperti tanda Tanya (?), jarang ditemukan spikulum, mempunyai cephalic alae, oesofagus berbentuk bulbus bulat besar.stadium jantang dewasa

Enterobius vermicularis Stadium betina dewasa, panjang 8-13 mm x 0,4 mm. pada anterior terdapat alae, bulbus oesofagus jelas, ekornya panjang dan runcing. Uterus cacing yang gravid melebar dan penuh telur. stadium betina dewasa

2.7 Daur HidupManusia adalah satu-satunya hospes Enterobius vermicularis. tempat hidup cacing dewasa adalah di coecum, usus besar dab di rongga usus halus berdekatan dengan coecum. Makanannya diduga isi usus. Cacing betina dan jantan dewasa yang belum dewasa kadang-kadang dapat ditemukan di rectum dan bagian distal colon. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000-15.000 ribu butir telur, bermigrasi pada malam hari ke perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vagina, karena rangsangan suhu yang lebih rendah dan lingkungan udara. Telur menjadi matang dan infekstif dalam waktu 6 jam setelah di keluarkan, dan dalam keadaan lembab telur dapat hidup dalam waktu 13 hari. Telur jarang di keluarkan di rongga usus, oleh karena itu pemeriksaan tinja tidak dianjurkan.Kopulasi cacing jantan dan betina mungkin terjadi di coecum. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau bila larva dari telur yang menetas didaerah perianal bermigrasi kembali ke usus besar. Bila telur matang yang tertelan, telur akan menetas di duodenum dan menjadi larva rabditiform yang akan berubah dua kali sebelum manjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang bermigrasi ke daerah perianal, berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya berlangsung 1 bulan, karena telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling cepat 5 minggu setelah pengobatan. Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.

Cara penularan ada 3, yaitu autoinfeksi, retrograde infeksi/retrofeksi dan telur dengan debu yang berterbangan lewat angin.2.8 Patofisiologi dan Gejala KlinikCacing ini ini relative tidak berbahaya dan jarang menimbulkan lesi besar. Gejala klinik kebanyakan bersumber pada iritasi didaerah sekitar anus, perineum, dan vagina oleh karena migrasi cacing betina yang hamil, jarang dibebabkan oleh aktivitas cacing dalam usus. Menimbulkan rasa gatal disekitar anus yang disebut pruritus ani yang terjadi pada malam hari menyebabkan anak tidurnya terganggu, cengeng dan menangis pada malam hari. Anak menjadi lemah, nafsu makan menurun sehingga berat badan berkurang. Pada perempuan, cacing yang sampai keanus dapat nyasar sampai ke vulva, masuk ke uterus, tuba falopii, yang dapat menimbulkan salpyngitis. Jika masuk ke urethra, kekandung kemih, anak sering ngompol. Walaupun cacing ini sering ditemukan di appendix tetapi jarang menimbulkan appendicitis. 2.9 Diagnosis Banding1. tenia crurisTenia cruris adalah dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal, pubis, perineum dan daerah perianal. Penyakit ini termasuk penyakit golongan dermatofitotis. Dimana penyebabnya jamut dermatofita yang merupakan golongan jamur yang mencerna keratin. Penyebab dari penyakit tenia cruris adalah spesies dari Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton floccosum. Di indonesi penyebab penyakit ini terutama oleh spesies Trichophyton rubrum, Tchrichophyton mentagrophites, Microsporum canis, Microsporum gypseum, epidermophyton floccosum.2-6

Tenia cruris tersebar luas terutama didaerah beriklim tropic. Infeksi umumnya laki-laki postpubertal namum demikian perempuan juga dapat terkena. Penularan lebih mudah terjadi pada lingkungan yang padat atau pada tempat dengan pemakaian fasilitas bersama seperti asrama dan rumah tahanan. Pemakaian baju ketat, keringat, dan baju mandi yang lembab dalam waktu lama merupakan factor predisposisi tenia cruris. Factor resiko lain adalah obesitas dan diabetes mellitus. Tenia cruris dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan dan lingkungan.2-6Tenia cruris merupakan infeksi jamur pada lipatan paha sebelah dalam. Biasanya simetris. Infeksi ini lebih sering dialami oleh laki-laki dan disertai rasa gatal yang hebat dan lesi berbentuk anular atau berbentuk lengkung dengan eritema perifer dan skuama yang sering kali meluas sampai ke paha, sekitar anus,perut bagian bawah dan bokong.2-6Keluhan paling utama adalah rasa gatal yang sangat. Skrotum biasanya tidak terkena. Istilah yang lazim untuk tenia cruris adalah jock itch, eczema marginatum, ringworm of the groin, dhobi itch. Penyakit ini juga paling sering ditemukan di Indonesia. Gambaran kliniknya mudah dikenal berupa lesi berbatas tegas, peradangan tepi lebih nyata dari tengah, efloresensi terdiri dari beberapa macam bentuk primer dan skunder (polimorf)macula erimatosa dengan penyebaran perifer. Kadang-kadang terdapat satelit vesikularis dan kadang-kadang bila menjadi kronis, maka timbul gejala-gejala yang menyulitkan diagnostic yakni hiperkromasi dan likenefikasi serta sedikit bersisik. Kelainan ini dapat bersifat akut dan menahun bahkan merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup.2-6

Diagnosis labolatorium dibuat berdasarkan pemeriksaan langsung kerokan kulit, dan kuku dengan KOH 10-20% yang ditambahan 5% gliserol kemudian dipanaskan (51-54) celcius. KOH akan melisiskan sel kulit, kuku dan rambut sehingga elemen jamur akan terlihat jelas. Penambahab zat warna seperti chlorazole black E atau tinta parker biru-hitam pada KOH akan semakin mempermudah terlihatnya element jamur. Pada sediaan KOH dari kulit, kuku dan rambut, jamur tampak sebagai hifa berseptum dan bercabang. Hifa tersebut dapat membentuk artrospora yang pada kuku dan rambut terlihat sebagai spora tersusun padat. Pembiakan dapat dilakukan pada agar sabouraud yang dibubuhi abtibiotik dan disimpan pada suhu kamar, spesies jamur ditentukan oleh sifat koloni, hifa dab spora yang dibantuk.

2. kandidosis kutis3,8Kandidosis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida biasanya oleh Candida albicans yang bersifat akut atau subakut dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki.Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Patogenesisnya dapat terjadi apabila ada predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen misalkan kehamilan karena perubahan pH dalam vagina, kegemukan karena banyak keringat, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, penyakit kronis orang tua dan bayi, imunologik (penyakit genetik). Faktor eksogen berupa iklim panas dan kelembapan, kebersihan kulit kurang, kebiasaan berendam kaki dalam air yang lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, kontak dengan penderita.Candidosis interginosa, Dapat mengenai daerah lipatan kulit ketik, lipatan paha, interglutea, lipatan payudara, antara jari tangan dan kaki, gland penis, dan umbilikus. Berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah mininggalkan daerah yang erosif, dengan pinggiran yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.Kendidiasis perianal berupa maserasi seperti infeksi dermatofita tipe basa. Infeksi ini menimbulkan priritis ani.

Diagnosis pembantu untuk membedakannya, dapat dilakukan dengan:a. Pemeriksaan langsungKerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.3,8b. Pemeriksaan biakanBahan yang diperiksan ditanamkan dalam agar dextrosa glukosa sabouraud. Dapat pula agar ini dibubihi antibiotik(kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Pembenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 celcius, koloni tumbuh dalam waktu 24 jam. Indentifikasi candida albicans dilakukan dengan membiakan pada corn meal agar.32.10 Penatalaksanaan Medika Mentosa:Pengobatan untuk infeksi yang disebabkan oleh enterobius vermicularis, sebaiknya diobati seluruh anggota kelurga jika ditemukan satu dari anggota keluarga tersebut yang terinfeksi parasit ini. Obat-obat tersebut antara lain:1. PiperazinObat ini efektif sekali terhadap A. lumbricoides dan E. vermicularis. Efek Antelmintik, menyebabkan blockade respons otot cacing terhadap aseticolin sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltic usus. Dalam waktu 1-3 hari cacingnya keluar setelah pengobatan dan tidak perlu pencahar. Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu permeabilitas membrane sel terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan potensi istirahat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis. Farmakokinetik, penyerapan piperazin melalui saluran cerna, baik. Sebagai obat yang diserap mengalami metabolism, sisanya diekskresi melalui urin. Batas keamaan obat ini luas. Kadang-kadang dapat menyebabkan nausea, vomitus, diare, dan elergi. Tidak dianjurkan pada pemberian orang dengan menderita epilepsy dan gangguan faal hati dan ginjal.Sediaan dan pengobatan untuk untuk cacing kremi, dosis dewasa dan anak-anak adalah 65mg/kgBB(maksimum 2,5 g) sekali sehari selama 7 hari. Terapi hendaknya diulangi sesudah 1-2minggu.2. Pirantel pamoatDigunakan untuk memberantas cacing kremi, cacing gelang, cacing tambang pada hewan. Efek antelmeintik, menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastis. Juga berefek menghambat enzim kolinesterase.Farmakokinetik, absorbsi melalui usus tidak baik. Ekskresi melalui tinja, kurang dari 15 % dieksresikan lewat urin dan metabolitnya. Tidak dianjurkan pada pemberian pada wanita hamil dan anak kurang dari 2 tahun, juga hati-hati pada pemberian dengan gangguan faal hati karena dapat meningkatkan SGOT pada beberapa penderita.Dosis tungga untuk pengobatan Enterobius vermicularis 10 mg/kgBB(maksimum 1g)3. MebendazolMerupakan antelmintik yang paling luas spektrumnya. Mebendasol berupa bibuk putih kekuningan, tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan terbuka dan rasanya enak.Efek antelmintik, mebendasol sangat efektif untuk mengobati infestasi cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, T.trichiura, maka berguna untuk mengobati infestasi campuran cacing-cacing tersebut. Mebendasol menyebabkan kerusakan struktur subseluser dan menghambat sekresi asetikolinesterase cacing, obat ini juga mengambil glukosa secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan(deplesi) glikogen pada cacing. Cacing akan mati secara perlahan, dan hasil terapi memuaskan baru tampak setelah 3 hari pengobatan. Obat ini juga menyebabkan sterillitas pada telur cacing T.trichiura, cacing tambang, dan askaris sehingga tidak berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak dapat di pengaruhi oleh mebendazol. Farmakokinetik, obat ini hampir tidak larut dalam air dan rasanya enak. Pada pemberian oral, absorbsinya buruk, obat ini memiliki bioavalabilitas yang rendah pada sistemik, disebabkan karena absorbsinya buruk, juga karena mengalami metabolism pertama kali di hepar. Dieksresi terutama lewat urin dalam bentuk utuh dan metabolit sebagai hasil derkaboksilasi dalam tempo 48 jam. Absorbsinya meningkat jika diberikan bersama makanan berlemak.Efek nonterapi dan kontraindikasi, mebendasol tidak menyebabkan efek toksik sistemik mungkin karena absorbsinya buruk sehingga aman diberikan pada orang penderita anemia maupun malnutrisi. Efek samping kadang menimbulkan diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Obat ini memiliki batas keamanan yang tinggi. Mebendazol tidak dianjurkan pada pemberian pada wanita hamil trimester pertama dan juga penderita yang alergi terhadap mebendazol. Indikasi, obat pilihan untuk enterobiasis dan trichuriasis dan angka kesembuhan mencapai 90-100% untuk enterobiasis. Dosis tunggal untuk pengobatan Enterobius vermicularis 100mg.4. Albendazol Obat ini memiliki spectrum yang luas. Dosis tungga efektif terhadap cacing kremi, cacing gelang cacing trikuris, cacing S. stercoralis, dan cacing tembang. Farmakokinetik, pemberian oral diserap cepat diusus, waktu paruhnya 8-9jam. Metabolitnya dikeluarkan lewat urin dan sedikit saja lewat feses. Farmakodinamika, bekerja dengan cara memblokir pengambilan glukosa oleh larva maupun maupun cacing dewasa, sehingga persediaan glikogen menurun dan pembentukan ATP berkurang , akibatnya cacing tersebut mati. Efek samping berupa nyeri uluhati, diare, sakit kepala,mual, lemah, dizziness, insomnia frakuensinya sebanyak 6%.Mediaka Non-metosa:Terutama kebersihan perorang.

2.11 PencegahanDitujukan pada kerbersihan perorang seperti:1. Kuku di potong pendek2. Cuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan3. Mencuci daerah anus setelah bangun tidur4. Hindari makanan dari debu, karena berakibat berkontaminasi dengan telur Enterobius vermicularis atau mengambil makanan dengan tangan kotor5. Sehabis mandi menukar celana dalam dengan celana dalam yang bersih. 6. Anak-anak yang terkontaminasi parasit ini sebaiknya memakai celana katun dan tertutup rapi, mencegah kontak dengan alas kasur. 7. Jika ditemukan 1 dari anggota keluarga yang menderita infeksi parasit ini, sebaiknya diobati 1 keluarga.

2.12 Komplikasi Anak menjadi lemah, nafsu makan menurun sehingga berat badan berkurang. Pada perempuan, cacing yang sampai keanus dapat nyasar sampai ke vulva, masuk ke uterus, tuba falopii, yang dapat menimbulkan salpyngitis. Jika masuk ke urethra, kekandung kemih, anak sering ngompol.2.13 EpidemiologiPenyebaran cacing kremi lebih luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada keluarga atau kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang sama(asrama). Telur cacing dapat diisolasi dari debu ruangan sekolah atau kafetarian sekolah dan menjadi sumber infeksi bagi anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat di temukan 92% di lantai, meja, kursi, buffet, tempat duduk kakus, bak mandi, alas kasur, pakaian dan tilam. Hasil penelitian menunjukan angka pravalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%. Penelitian di daerah Jakarta timur melaporkan kelompok usia terbanyak yang menderita infeksi cacing kremi adalah usai 5-9 tahun yaitu pada 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa. Penularan dapat diepngaruhi oleh:1. Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi) atau tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. 2. Debu merupakan sumber infeksi karena mudah di terbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.3. Retroinfeksi malalui anus, larva dari telur yang menetas disekitar anus kembal masuk ke usus. Anjing dan kucing tidak mengandung cacing kremi tetapi dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya. Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih di temukan pada golongan ekonomi rendah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada orang negro.

2.14 Prognosis Baik dan biasanya tidak menimbulkan bahaya, tertutama dengan pengobatan yang baik.

Bab IIIPenutup

3.1 kesimpulan enterobiasis/oksiuriasis disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis. hospes cacing ini hanya manusia. Penularan cacing ini dapat melalui 3 cara, yaitu autoinfeksi, retroinfeksi dan melalui debu. Gejala klinik yang khas yang disebabkab oleh cacing ini adalah pruritus di daerah anus pada malam hari dan membuat anak menjadi gelisah. Pada pemeriksaan dengan anal swab dapat ditemukan telur cacing dengan betuk yang khas, yaitu telurnya tidak simetris dan berisi larva infektif. Cacing jantang ukurannya lebih kecil dari cacing betina dan ekornya melengkung serta mati setelah kopulasi sedangkan cacing betina ukuran lebih besar dan ekornya runcing serta mati setelah bertelur. Cacing ini lebih banyak menginfeksi anak-anak disbanding orang tua dan di Indonesia prevalensinya tinggi. Pengobatan yang baik akan memberi hasil yang memuaskan. Pencegahan di tujukan pada keberseihan perorangan. Penyakit ini tidak berbahaya dan tidak menimbulakan komplikasi yang berat, oleh karena itu prognisisnya baik.

Daftar Pustaka

1. Abdurahman N, Daldiyono H, Markum, dkk. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Balai penerbit FKUI 2003. Hal 7-192. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parasitologi kedokteran edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 2009. Hal 25-3263. Brown H W. Dasar Parasitologi Klinik. Jakarta: penerbit Gramedia. 2009. 4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke 10. Infomedika; Jakarta. 2002. Hal 646-8 5. Rampengan, Laurentz. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. EGC. Jakarta. 20036. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Infeksi dan Penyakit tropis. Edisi 1. Penerbit FKUI;Jakarta.2002. Hal 424-67. Djaenudin N, Ridad A. parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang diserang. EGC; Jakarta. 2009. Hal 88-918. NELSON9. Neva FA, Harold W B. Basic Clinical Parasitologi. Edisi ke 6. Prentice Hall international Inc. 1998. Hal 135-910. Juni PA L.A, Tjahaya P.U, Darwanto. Atlas Parasitologi Kedokteran. Penerbit PT gramedia pustaka utama; Jakarta. 2001. Hal 19-2111. Purwono, Gunawan W, Magdalena L J, dkk. Atlas Helmintologi Kedokteran. Penerbit PT gramedia; Jakarta.2001. Hal 28-912. Djuanda A, Kosasih A, Benny E W, Dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Balai penerbit FKUI; Jakarta. 2010. Hal 89-33513. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Balai penerbit FKUI 2001. Hal 560-70Morfologi Microsporum canismakrokonidia berbentuk kumparan berujung runcing terdiri atas 6 sel atau lebihMakrokonidia ini benrdinding tebal

Morfologi Microsporum gypseummakrokonidia berbentuk kumparanterdiri dari 4-6 seldinding selnya lebih tipis

Trichophyton rubrumHifa halusmembentuk banyak mikrokonidiaMikrokonidianya kecil, berdinding tipis dan berbentuk lonjongMikrokonidia ini terletak pada konidiofora yang pendek dan tersusun secara satu persatu pada sisi hifaMakrokonidia berbentuk pensil

Tchrichophyton mentagrophitesMikrokonidia berbentuk bulatmembentuk hifa spiralMakrokonidia dari jamur ini juga berbentuk pensil

Epidermophyton floccosumhifanya lebarMakrokonianya berbentuk gadaberdinding tebal dan terdiri atas 2-4 selmakrokonidia ini tersusun pada satu konidiofora