skenario b blok 25 2015

Upload: hatina-agsari

Post on 01-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Skenario b Blok 25 2015

TRANSCRIPT

SKENARIO B BLOK 25

Sasaran Pembelajaran1. Mahasiswa memahami rencana program penanggulangan DBD di kesehatan masyarakat yang meliputi : Analisis Situasi Merumuskan tujuan dan target yang akan tercapai Faktor-faktor yang membantu dan menghambat tujuan Kegiatan yang harus dilaksanakan2. Mahasiswa memahami penggerakan pelaksanaan program penanggulangan DBD3. Mahasiswa memahami monitoring dan evaluasi program penanggulangan DBD

Wilayah kerja Puskesmas Petanang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6 (enam) desa , terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal).Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54 %. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencanakan mengadakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini, dengan tujuan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

I Klarifikasi Istilah

No.Klarifikasi IstilahDefinisi

1.KLBKejadian kasus baru suatu penyakit yang lebih daripada yang diperkirakan pada waktu dan tempat tertentu.

2.DBDInfeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan nyamuk aedesaegepty sebagai vector.

3.SurveilensSuatu kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematik alam betukpengumpulan data, analisis data, interpretasi data, dan diseminasi infomasi hasil interpretasi data bagi mereka yang membutuhkan.

4.ABJAngka bebas jentik, presentase rumah dan atau tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada pemeriksaan jentik.

5.Lokakarya MiniSuatu bentuk forum pertemuan yang merupakan penerapan dari management penggerakan pelaksanaan di puskesmas.

6.PuskesmasPoli klinik di tingkat kecamatan tempat rakyat menerima pelayanan kesehata dan penyuluhan.

7.Administrasi KesehatanKegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban penyelenggara penmbangunan kesehatan.

II Identifikasi Masalah

1. Wilayah kerja Puskesmas Petanang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6 (enam) desa , terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal).2. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54 %. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.3. Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencanakan mengadakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini, dengan tujuan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

III Analisis Masalah

1. Wilayah kerja Puskesmas Petanang, dengan jumlah penduduk 43.730 jiwa yang terdiri dari 6 (enam) desa , terjadi KLB Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal (pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal).1.1 Apa yang di maksud dengan wilayah kerja puskesmas ? 7,10,121.2 Bagaimana kriteria KLB ? 1,5,91.3 Bagaimana kondisi kependudukan di wilayah kerja puskesmas ? 2,8,61.4 Apa makna dari data pada paragraph pertama ? (epidemiologi) 4,11,3Jawab: Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. KLB Demam Berdarah Dengue di desa-desa wilayah kerja Puskesmas Petanang mengalami peningkatan jumlah kasus dan kematian dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 jumlah kasus DBD 38 orang, dan 2 orang meninggal, sedangkan pada periode yang sama di tahun 2014 jumlah kasus DBD 12 orang dan tidak ada yang meninggal. Kejadian DBD dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan berkembang biaknya nyamuk Aedes spp. Selain itu, juga dipengaruhi faktor predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup, golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.Pada kasus kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan antara faktor host, agent, dan lingkungan serta adanya faktor predisposisi di masyarakat yang menyebabkan jumlah kasus dan kematian DBD tetap terjadi dan mengalami peningkatan pada tahun ini.

1.5 Bagaimana epidemiologi DBD di Indonesia ? 3,10,12Jawab:Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat 12 dan banyak menimbulkan kematian pada anak 90% di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan Ae. polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain itu juga terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus dengue melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007 yang berasal dari penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus dengue, yang paling tinggi adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.Munculnya kejadian DBD, dikarenakan penyebab majemuk, artinya munculnya kesakitan karena berbagai faktor yang saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue), host yang rentan serta lingkungan yang memungkinan tumbuh dan berkembang biaknya nyamuk Aedes spp. Selain itu, juga dipengaruhi faktor predisposisi diantaranya kepadatan dan mobilitas penduduk, kualitas perumahan, jarak antar rumah, pendidikan, pekerjaan, sikap hidup, golongan umur, suku bangsa, kerentanan terhadap penyakit, dan lainnya.

1.6 Bagaimana melakukan investigasi dan penyelidikan KLB ? 4,7,91.7 bagaimana teknik penanggulangan dan pencegahan dari KLB ? 2,5,8

2. Pada bulan April 2015, petugas surveilens menemukan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang masih rendah yaitu 54 %. Hal ini disebabkan masih banyak penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka.2.1 Bagiamana interpretasi dari ABJ April 2015 ? 1,11,62.2 Jelaskan hubungan dari menampungan air terbuka dengan angka bebas jentik ? 2,7,122.3 Bagaimana alternatif cara penanggulangan untuk meningkatkan presentasi ABJ ? 4,6,102.4 Apa saran dari puskesmas dan dinkes mengenai kebiasaan penduduk yang menggunakan bak penampungan air terbuka ? 1,5,82.5 Apa dampak tidak melakukan surveilen epidemiologi secara rutin ? 3,9,11Jawab:Surveilen epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah kesehatan, faktor risiko pada suatu populasi agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien. Secara ringkas dapat didefinisikan surveilan epidemiologi adalah pengumpulan data secara rutin untuk melakukan tindakan. Apabila Puskesmas belum melakukan surveilen epidemiologi secara rutin maka: Tidak dapat mengamati kecenderungan dan memperkirakan besar masalah kesehatan di wilayah puskesmas Tidak dapat mendeteksi serta mempredeksi adanya KLB Tidak dapat memonitor kecenderungan penyakit endemik sulit melakukan perencanaan program pemberantasan sulit mempredeksi penyakit yang akan timbul di masa depan

2.6 Apa pentingnya melakukan surveilen epidemiologi secara rutin ? 2,3,7Jawab:Memiliki beberapa manfaat dan tujuan penting seperti berikut:1. Menurut WHO, 2002 Memprediksi dan mendeteksi dini Epidemik ( Outbreak ). Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit. Sebagai sumber informasi untuk penentuan prioritas pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi, dan alokasi sumber daya kesehatan. Monitoring kecenderungan penyakit Endemis dan mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.

2. Menurut HIMAPID, 2008Manfaat surveilans epidemiologi yaitu deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya, perhitungan trend, identifikasi pola penyakit, identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa akan datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan.Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke pemegang kebijakan guna ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.

3. Menurut Buton, 2010Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara menyeluruh.

2.7 Apa saja jenis dan faktor yang menunjang data surveilen ? 6,10,122.8 Bagaimana pemahaman dan keterampilan petugas surveilen ? 1,4,9

3. Dokter Mori selaku pimpinan Puskesmas merencanakan mengadakan Lokakarya Mini awal bulan Mei untuk membahas kasus ini, dengan tujuan menentukan langkah penanggulangan dan pencegahan DBD, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.3.1 Bagaimana isi kegiatan dari lokakarya mini ? 5,11,83.2 Bagaimana menyusun perencanaan penanggulangi DBD ? 2,7,123.3 Apa tahap-tahap untuk melakukan persiapan lokakarya ? 3,5,9Jawab:Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam dua tahap, yaitu:1. Lokakarya Mini Bulanan yang PertamaMerupakan lokakarya penggalangan Tim, diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya rencana kegiatn Puskesmas (RPK). Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk suatu wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut:a. Masukan1) Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran, tanggung jawab staf dan kewenangan Puskesmas2) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep baru berkaitan dengan Puskesmas3) Informasi tentang tata cara penyusunan rencana kegiatan (POA / Plan of Action) Puskesmas b. Proses1) Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk kegiatan lapangan / daerah binaan2) Analisis beban kerja tiap petugas3) Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan4) Penyusunan rencana kegiatan (POA) Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK)c. Keluaran1) Rencana kegiatan Puskesmas tahunan2) Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA3) Matriks pembagian tugas dan daerah binaan

2. Lokakarya Mini Bulanan RutinDilakukan sebagai tindak lanjut dari lokakarya mini bulanan yang pertama untuk memantau pelaksanaan POA Puskesmas setiap bulan secara teratur. Pelaksanaan lokakarya mini bulanan puskesmas adalah sebagai berikut:a. Masukan1) Laporan hasil kegiatan bulan lalu2) Informasi tentang hasil rapat di kabupaten / kota3) Informasi tentang hasil rapat di kecamatan4) Informasi tentang kebijakan, program, dan konsep barub. Proses1) Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS2) Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan3) Merumuskan alternatif pemecahan masalahc. Keluaran1) Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan2) Rencana kerja bulan yang baru

3.4 Bagaimana melakukan monitoring dan evaluasi penanggulangan DBD ? 1,6,103.5 Apa saja yang dibahas dalam rapat PTP ? 4,8,113.6 Siapa saja yang turut andil dalam pembuatan lokakarya mini ? 1,2,3,4,5,6Jawab: Lokakarya mini bulanan puskesmas dipimpin oleh kepala puskesmas. Peserta Lokakarya mini bulanan puskesmas adalah seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan bidan di desa. Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dipimpin oleh Camat, adapun peserta Lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:a. Dinas kesehatan kabupaten / kotab. Tim penggerak PKK kecamatanc. Puskesmas di wilayah kecamatand. Staf kecamatan, antara lain: Sekcam dan unit lain yang terkaite. Lintas sektor di kecamatan, antara lain: Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN, Sosialf. Lembaga / organisasi kemasyarakatan, antara lain: TP PKK Kecamatan, BPP / BPKM / konsil kesehatan kecamatan (apabila sudah terbentuk)

3.7 Kapan lokakarya sebaiknya dlakukan ? 7,8,9,10,11,12

IV HipotesisDi wilayah puskesmas petanang terjadi peningkata kasus DBD yang disebabkan oleh tidak dilakukannya surveilen epidemiologi secara rutinV Learning Issue

1. PTP (1 - 4)Jawab:Puskesmas sudah membuat berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas, namun hal ini perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajeman. Fungsi manajemen tersebut yang menjadikan puskesmas menjadi lebih baik dalam kebijakan, program maupun konsepnya.Dalam KEPMENKES RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas dibagi menjadi tiga fungsi utama: Pertama, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di wilayahnya; Kedua, sebagai pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayahnya, dan; Ketiga, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya. Artinya, upaya kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni : Pertama, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer yakni puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dan; Kedua, Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer dimana peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik.Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik. Berikut beberapa model manajemen dan fungsi penjabarannya :1. Model PIE (planning, implementation, evaluation)2. Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)3. Model P1 P2 P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan, pengawasanpengendalian- penilaian)4. Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum komunikasi)5. Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring, evaluasi)

Dari berbagai model manajemen tersebut sebenarnya mempunyai fungsi manajemen yang sama. Setiap puskesmas bebas menentukan model manajemen yang ingin diterapkan, namun yang terpenting mempunyai hasil sebagai berikut :1. Makin banyaknya fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, yang ditandai dengan tingginya nilai IPTS (indeks potensi tatanan sehat)2. Makin baiknya fungsi pemberdayaan masyarakat dengan ditandai berkembangnya UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Serta makin aktifnya BPP (badan penyantun puskesmas) dan BPKM (badan peduli kesehatan masyarakat) dapat dijakdikan indikator meningkatnya partisipasi masyarakat setempat.3. Makin bagusnya pemberdayaan keluarga dengan ditandainya IPKS (indeks potensi keluarga sehat)4. Makin bagusnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya cakupan program (baik program kesehatan dasar maupun program kesehatan pengembangan). Serta kualitan pelayanan kesehatan yangditandai dengan tingginya kepatuhan petugas kesehatan dan makin baiknya kepuasan pasien.

Perencanaan tingkat Puskesmas akan memberikan pandangan menyeluruh terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan dijalankan dan menjadi tuntunan dalam proses pencapaian tujuan Puskesmas secara efisien dan efektif. Perencanaan Puskesmas merupakan inti kegiatan manajemen Puskesmas, karena semua kegiatan manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan. Dengan perencanaan Puskesmas, memungkinkan para pengambil keputusan dan pimpinan Puskesmas untuk menggunakan sumber daya Puskesmas secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk menjadikan organisasi dan manajemen Puskesmas efektif dan berkinerja tinggi diawali dari perencanaan efektif. Perencanaan Puskesmas adalah fungsi manajemen Puskesmas yang pertama dan menjadi landasan serta titik tolak pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Semua kegiatan dan tindakan manajemen Puskesmas didasarkan dan/atau disesuaikan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan. Ini berarti, setelah perencanaan disusun, kemudian struktur organisasi, tata kerja, dan personalia Puskesmas yang akan melaksanakan tugas organisasi ditentukan (fungsi pengorganisasian). Selanjutnya personalia yang bekerja dalam organisasi Puskesmas digerakan dan diarahkan agar mereka bertindak dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan Puskesmas yang direncanakan (fungsi penggerakan dan pelaksanaan). Semua aktivitas personalia dan organisasi Puskesmas diawasi, dipantau, dan dibimbing agar aktivitas tetap berjalan sesuai tujuan dan target kinerja Puskesmas (fungsi pengawasan dan pengendalian). Akhirnya dilakukan penilaian untuk mengetahui dan menganalisis kinerja pegawai dan organisasi Puskesmas. Penilaian meliputi masukan, proses transformasi/konversi yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dan pelaksanaan program dan kegiatan serta pelayanan kesehatan Puskesmas. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan tujuan dan terget kinerja Puskesmas yang telah ditetapkan (fungsi penilaian). Penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dilakukan secara sistematis untuk memecahkan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hal ini meliputi :1. Upaya kesehatan wajib2. Upaya kesehatan pengembangan3. Upaya penunjangAdapun tahapan dalam penyusunan perencanaan tingkat puskesmas adalah sebagai berikut :1. Persiapaan Mempersiapkan data yang akan di analisis, sehingga untuk selanjutnya dapat mempermudah perencanaan yang akan dibuat. Langkah langkah dalam persiapan :a) Kepala Puskesmas Membentuk TIM PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMASb) Kepala Puskesmas Menjelaskan BUKU PTP KEPADA TIM SHG TIM Memahami Langkah2 PTPc) Tim Penyusun PTP mempelajari Kebijakan dan mendengarkan arahan Strategi dari Dinkes Kab/Kota, Dinkes Propinsi dan Kemkes

2. Analisis Situasi :Analisis situasi merupakan langkah awal proses penyusunan (rencana operasional) RO Puskesmas yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Secara konsepsual, analisis situasi Puskesmas adalah proses berikut kecenderungannya dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tersebut, serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi. Analisis situasi akan menghasilkan rumusan masalah dan berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan untuk melakukan intervensi. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Analisis ini meliputi data umum dan data khusus. Data umum ini berupa peta wilayah dan data sumber daya (ketenagaan, obat & bahan habis pakai, peralatan, sumber pembiayaan, sarana prasarana, data peran serta masyarakat, data penduduk & sasaran program, data sekolah, data kesling.

3. Rencana Usulan Kegiatan :Terdapat 2 tahap dalam penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK), yaitu :a. Analisis masalah, meliputi :1. Identifikasi masalah,Setiap hasil kegiatan dalam pelaksanaan tahun yang lalu ada beberapa yang kurang / tidak berhasil mencapai target. Identifikasi masalah diutamakan untuk kegiatan-kegiatan dengan hasil kesenjangan yang lebih besar, permasalahan dapat dicari dari hasil Penilaian Kinerja Puskesmas, hasil laporan SPM (Standar Pelayanan Minimal) atau dari Laporan Tahunan Puskesmas.

2. Prioritas masalah,Prioritas masalah dapat dilakukan dengan cara penilaian scoring dengan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth )a) Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.b) Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.c) Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.Dengan menggunakan score 1-5 skala linkert, masing-masing anggota dapat menilai besar kecilnya kriteria tersebut

3. Merumuskan masalah,Merumuskan masalah dengan memakai pertanyaan apa, bagaimana, berapa, dimana dan kapan masalah tersebut ada.

4. Penyebab masalahDengan menggunakan diagram Tulang Ikan (Ishikawa), dapat menggali semua penyebab masalah dari masing-masing variable : Manusia, Dana, Metode, Material dan Lingkungan.

b. Penyusunan RUKPada dasarnya menyusun RUK harus memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Puskesmas haruslah mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui Konsil Kesehatan Kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas. Rencana usulan kegiatan harus dilengkapi pula dengan usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana, dan operasional puskesmas. RUK yang disusun tersebut merupakan RUK untuk tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut disusun pada bulan januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan pada tahun sebelumnya (H-1). Dalam hal ini diharapkan penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di puskesmas pada akhir bulan januari tahun berjalan (H). Setelah menyusun, kemudian RUK tersebut dibahas di Dinas kabupaten/kota, kemudian diajukan ke Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui Dinas kesehatan kabupaten/kota. RUK yang terangkum dalam usulan Dinas kesehatan kabupaten/kota akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan politis. Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya diserahkan ke puskesmas melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi biaya yang disetujui tersebut puskesmas menyusun rencana pelaksanaan kegiatan.

4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan KegiatanSetelah RUK disetujui, dengan alokasi biaya yang ditentukan, puskesmas membuat rencana pelaksanaan kegiatan. Sumber pembiayaan puskesmas selain dari anggaran daerah (DAU), adalah dari pusat dan pinjaman/bantuan luar negeri yang dialokasikan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. RPK disusun dengan melakukan penyesuaian dan tetap mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Penyesuaian ini dilakukan, karena RPK yang disusun adalah persetujuan atas RUK tahun lalu (H-1), alokasi yang diterima tidak selalu sesuai dengan yang diusulkan, adanya perubahan sasaran kegiatan, tambahan anggaran (selain dari DAU), dan lain-lainnya. Penyusunan RPK dilaksanakan pada bulan Januari tahun berjalan, dalam forum lokakarya mini yang pertama.

Daftar Pustaka:Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Direktoral Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. JakartaTjekyan, R.M. Suryadi. 2013. Pengantar Epidemiologi. Palembang: Unsri PressMurti, Bhisma,1995. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press,YogyakartaNotoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka CiptaCandra, Ayu. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan (Jurnal). 2010; Vol. 2:110 119Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas. Direktoral Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Jakarta

2. Administrasi Kesehatan (5 - 8)3. Surveilen Epidemiologi (9 - 12)

KELOMPOK 4:1. BIMA2. GEORGE3. HATINA AGSARI 041214010124. RAMZIE5. INTAN6. INDRIANI7. WAWAN8. YUK POET9. AAP10. GUFI11. WIRA12. IVAN

Kumpul hari Selasa, tanggal 5 Mei 2015, pukul 17.00 WIBKirim ke email [email protected]@yahoo.com Tolong dgn sumber terpercaya (kalo bisa buku atau jurnal)MAKASI, SELAMAT MENGERJAKAN