skenario b blok 17 2010
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO B BLOK 17
Disusun oleh :
Kelompok 12
Tutor : dr. Awan Nurcahyo, Sp. OG.
1. Afifurrahman 04101401002
2. Nadia Aini Putri Panisutia 04101401004
3. Mohammad Adriansyah 04101401014
4. Khairunnissa 04101401018
5. Nahtadia Laksitasari Pohan 04101401056
6. KM. Azandy Akbar 04101401067
7. Ashita Hulwah Adwiriany 04101401073
8. Nabila Khairunisah Arinafril 04101401076
9. Sonia Loviarny 04101401080
10. Ayu Agustriani 04101401118
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunia dan Rahmat-Nya, laporan
tutorial skenario B blok 17 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim penyusun laporan ini tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun lakukan.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................ 3
Skenario......................................................................................................... 4
I. Klarifikasi Istilah ..................................................................................... 5
II. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
III. Analisis Masalah ..................................................................................... 6
IV.Hipotesis .................................................................................................. 19
V. Kerangka Konsep..................................................................................... 20
VI.Sintesis .................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ............................................................................................... 43
3
Skenario B Blok 17
STIMULUS 1
A 17-year-old woman is admitted to the labourn ward by ambulance because of a severe headache and reduced fetal movements. This is her first pregnancy.She did not discover that she was pregnant until very late and was uncertain of her last menstrual period date so was dated by ultrasound scan at 23 weeks at that time the blood pressure was 120/68 mmHg and protein urine was negative.According to that scan he is now 37 weeks.The blood pressure was last checked 1 week ago and was 132/74 mmHg and protein urine was still negative. Booking blood tests were all normal.This morning she woke with a frontal headache which has persisted despite paracetamol. She says that her vision is a bit blurred but she cannot be more specific about this. She also reports nausea and epigastric discomfort, but has not vomited.She denies leg or finger swelling.
STIMULUS 2
Examination In the examination findings :Upon admission,Height : 152 cml; Weight : 65 kgHer BP was 180/110 mmHg, HR : 83 x/min, RR : 24 x/m. She is apyrexialHer face is minimally swollen and fundoscopy is normalCardiac and respiratory examinations are normalAbnorminally she is tender in the epigastrium and beneath the right costal margin, but the uterus is soft and non-tender.The legs and fingers are mildly oedematous and lower limb reflexes are very brisk, with clonus
Obstetric examination :Outer examination : Fundal hight 32 cm, chepalic presentations, 3/5 palpable, no contraction of the uteriFHR : 150 x/mt
LABORATORY RESULTS
Normal range for pregnancy
Haemoglobin 11.6 g/L 11-14 g/dlPacked cell volume 42.2 % 31-38 %Mean cell volume 79 fL 74.4-95.6 fLWhite cell colume 5 x 10³/mm³ 6-10 x 10³/mm³Platelets 126 x 10³/mm³ 150-400 x 10³/mm³Sodium 141 mmol/L 130-140 mmol/LPotassium 4.0 mmol/L 3.3-4.1 mmol/LUrea 3.8 mmol/L 2.4-4.3 mmol/L
4
Creatinine 92 μmol/L 34-82 μmol/LSGOT 189 IU/L 6-32 IU/LSGPT 74 IU/L 30-300 IU/LGamma glutamyl transaminase 34 IU/L 5-43 IU/LLactat dehidrogenase 853 IU/L <600 IU/LBilirubin 12 μmol/L 3-14 μmol/LAlbumin 24 g/L 28-37 g/LUric acid 0.46 mmol/L 0.14-0.38 mmol/LUrinalysis : +++ protein
I. Klarifikasi Istilah
1. Severe Headache : Sensasi tidak nyaman pada kepala yang disertai dengan
Serangan serangan nyeri yang sangat hebat.
2. Fetal Movements : Gerakan fetus yang disebabkan aktivitas ototnya.
3. Nausea : Rasa tidak nyaman pada epigastrium dengan kecenderungan
untuk muntah.
4. Menstrual Period : Sekret fisiologi darah danj aringan mukosa yang bersiklus
Yang keluar melalui vagina dari uterus.
5. Epigastric Discomfort : Perasaan tidak nyaman di region epigastric.
6. Ultrasound : Teknik pencitraan dengan menggunakan energy radian
mekanik dengan frekuensi> 20.000 hz.
7. Swelling : Pembesaran bagian tubuh/daerah untuk sementara waktu secara abnormal yang tidak disebabkan oleh proliferasi sel.
8. Protein Urine : Serum protein yang terdapat dalam urin yang pada orang normal tidak ditemukan.
9. Frontal Headache : Sensasi tidak nyaman pada kepala yang disertai dengan
serangan serangan nyeri yang sangat hebat di regio frontal.
10. Blurred Vision : Ketidakjelasan pada tajam pengelihatan.
11. Apyrexial : Tidak adanya demam.
12. Very brisk Limb Reflexes: Refleks pada ekstermitas yang meningkat.
13. Fundoscopy : Salah satu alat yang digunakan untuk memeriksa bagian
mata dengan menggunakan lensa dan cermin berlubang.
14. FHR : Denyut jantung janin yang nilai normalnya berkisar antara
120-160 x/menit.
15. Uteri Contraction : Kontraksi pada uterus yang biasa ditemukan pada siklus menstruasi, persalinan dan orgasme.
5
II. Identifikasi Masalah
1. Nyonya A, 17 tahun, G1P0A0,dengan usia kehamilan sekarang 37 minggu,mengeluh sakit kepala berat dan penurunan gerakan pada janin.
2. Dia terlambat mengetahui bahwa dia hamil dan didiagnosis dengan USG pada kehamilan 23 minggu dengan tekanan darah 120/68 mmHg dan protein urin negatif.
3. Satu minggu yang lalu tekanan darahnya 132/74 mmHg dan protein urin nya masih negative. Pemeriksaan darahnya normal pada saat itu.
4. Pagi ini bangun dengan sakit kepala bagian depan tidak mereda walaupun sudah diberi paracetamol. Dia mengeluh pengelihatanya kabur, mual tapi tidak muntah dan merasa tidak nyaman pada daerah epigastrium. Dia menyangkal ada pembengkakan pada kaki dan jarinya.
5. Pemeriksaan Fisik6. Pemeriksaan Obstetri7. Pemeriksaan Laboraturium
III. Anslisis Masalah
1. a. Bagaimana hubungan usia,kehamilan pertama dan usia kehamilan dengan gejala
yang dialami ?
Kehamilan usia dini termasuk kehamilan resiko tinggi .Pasalnya, emosional ibu
belum stabil dan ibu mudah tegang.Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu
mengandung bayinya. Pada Ibu dengan usia dini, alat reproduksinya belum matur secara
sempurna.
Hubungan hamil usia muda dengan terjadinya eklampsia
Distribusi kejadian Preeklampsia-eklampsia berdasarkan umur banyak
ditemukan pada kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua.
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
Hubungan eklampsia dengan kehamilan 38 minggu atau trimester akhir
Biasanya preeklamsia muncul pada trimester ketiga kehamilan, dan bisa juga
pada awal trimester dan makin sering mendekati kehamilan.
Distribusi kejadian Preeklampsia-eklampsia terbanyak ditemukan pada usia
kehamilan antara 37-42 minggu pada kehamilan pertama.
6
b. Apa etiologi dan mekanisme nyeri kepala berat ?
Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi) pasokan darah ke ginjal
berkurang kerusakan glomerulus permeabilitas membran basalis meningkat
proteinuria (hipoalbuminemia) tekanan osmotik menurun edema di jaringan
otak nyeri kepala
Hipertensi terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pasokan darah ke otak
berkurang hipoksia jaringan otak nyeri kepala
Hipertensiautoregulasi serebrovaskular gagal vasodilatasi hiperperfusi
peregangan pembuluh darahsakit kepala
c. Bagaimana pergerakan janin normal ?
Aktivitas janin yang timbul tanpa rangsangan dimulai sedini 7 minggu. Antara
20 dan 30 minggu, gerakan tubuh umum mulai teratur dan janin juga mulai
memperlihatkan tanda-tanda siklus tidur-terjaga. “Siklisitas tidur” dilaporkan
bervariasi dari sekitar 20 menit hingga 75 menit. Pada trimester ketiga, maturasi
pergerakan janin berlanjut sampai tepatnya pada 36 minggu. Ibu biasanya mulai
merasakan gerakan janin pada umur kehamilan antara 16-18 minggu (pada ibu yang
pernah hamil sebelumnya) dan 18-20 minggu (pada ibu primigravida). Tepat pada 20
minggu, bergantung pada kebiasaan ibu, dokter bisa mulai mendeteksi pergerakan
janin. Meskipun beberapa protokol menghitung pergerakan janin telah dicoba, tidak
ada angka yang optimal untuk pergerakan janin dan juga tidak ada durasi ideal untuk
menghitungnya.
d. Apa etiologi dan mekanisme penurunan pergerakan janin?
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblast pada
lapisan arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.Lapisan otot arteri spiralis tetap
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi.Akibatnya,arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi dan
terjadi kegagalan remodelling arteri spiralis sehingga aliran utero menurun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasent plasenta yang menghasilkan radikal bebas
mengakibatkan penurunan pergerakan janin
7
2. a. Apakah ada pengaruh dari telat mengetahui kehamilanya ?
Banyak perempuan yang tidak menyadari dirinya hamil, bahkan saat usia
kandungan memasuki trimester pertama (1-3 bulan). Ketidaktahuan ini tak jarang
membuat mereka lengah menjaga diri. Misalnya, saat memilih asupan makanan dan
melakukan aktivitas.
Padahal, beberapa kegiatan hingga makanan harus dihindari semata-mata agar calon
ibu bisa menjaga janinnya tumbuh dan berkembang sempurna. Apalagi masa trimester
pertama merupakan masa yang paling rawan (rentan keguguran) bagi perkembangan
janin.
b. Bagaimana interpretasi tekanan darah pada usia kehamilan 23 minggu ?
Pada kehamilan 23 minggu, tekanan darah nyonya A 120/68 , yang artinya
normal. Nilai normal tekanan darah ibu hamil adalah 120/80 mmHg.
c. Pada usia kehamilan 23 minggu gambaran apa yang bisa dilihatdengan USG?
Penentuan usia kehamilan paling akurat dilakukan sebelum kehamilan minggu
ke-20, melalui pengukuran kepala dan tulang panjang, dengan tingkat kesalahan ± 1
minggu. Setelah kehamilan 20 minggu, variasi pertumbuhan janin semakin melebar,
sehingga pengukuran biometri untuk menentukan usia kehamilan menjadi tidak akurat
lagi.
Pada usia kehamilan 23 minggu (trimester II), dari hasil USG dapat ditemukan:
Plasenta
o Ukuran : Menjelang kehamilan aterm, plasenta akan menempati sekitar 1/8
luas permukaan miometrium dan ketebalannya dapat menjadi 4-5 cm.
Plasenta akan menipis pada kehamilan dengan preklampsia, PJT, infark
plasenta dan kelainan kromosom.
o Letak: Pada trimester II-III plasenta yang tadinya menutupi OUI akan
mulai bergeser ke atas
o Belum ada kalsifikasi plasenta
8
Tali pusat
Panjang tali pusat tidak dapat diukur dengan USG
Cairan amnion
Pada usia kehamilan 20 minggu, jumlah cairan plasenta 500 ml dan akan terus
bertambah sampai 1000 ml pada mingu ke-34. Jadi, pada minggu ke-23, jumlah
cairan amnion berkisar 500-1000 ml.
3. a. Bagaimana interpretasi tekanan darah pada saat usia kehamilan 36 minggu ?
Pada Skenario saat Nyonya A hamil pada usia 36 minggu tekanan darahnya
adalah 137/74.Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140/90 mmHg.Pengukuran
tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.Kenaikan tekanan
darah sistolik >30mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik >15 mmHg sebagai
parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi,jadi untuk usia kehamilan 36 minggu
tensi nyonya A masih masuk dalam kategori normal.
4. a. Apa etiologi dan mekanisme dari sakit kepala bagian depan yang tidak mereda
walaupun sudah diberi parasetamol ?
Seperti yang sudah dibahas di mekanisme nyeri kepala hebat sebelumnya,
hipertensi pada kasus ini menyebabkan peningkatan tekanan intravaskular dan juga
meningkatkan permeabilitas vaskular yang disebabkan oleh menurunnya kadar
albumin didalam darah. Hipertensi juga menyebabkan endotel vaskular lebih rentan
untuk terjadi cedera sehingga kesemua hal ini menyebabkan perpindahan cairan dari
intravaskular ke jaringan ektravaskular. Hal ini terjadi pada otak sehingga
menimbulkan edema yang akan berlanjut dengan hipoksia jaringan otak disebabkan
oleh perfusi yang tidak adekuat (baik akibat edema maupun akibat tekanan yang
tinggi dan volume darah yang menurun). Hipoksia dan edema ini menyebabkan nyeri
kepala bagian depan yang hebat. Parasetamol atau asetaminofen bekerja obat
analgesik, sebagai inhibitor lemah COX-1 dan COX-2 pada jaringan perifer dan
sedikit memiliki efek anti inflamasi. Obat ini biasanya digunakan pada nyeri yang
ringan sampai sedang. Pada kasus ini, parasetamol hanya memberikan efek analgesik
saja(dan tidak terlalu berpengaruh karena nyeri yang terjadi merupakan nyeri yang
9
berat) tidak mengobati edema maupun hipoksia pada jaringan otak sehingga sakit
kepala tetap terjadi dan tidak mereda meskipun diberikan obat ini.
b. Apa etiologi dan mekanisme blur vision ?
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblast pada
lapisan arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya.Lapisan otot arteri spiralis tetap
kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi.Akibatnya,arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi dan
terjadi kegagalan remodelling arteri spiralis sehingga aliran utero menurun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasent plasenta yang menghasilkan radikal bebas dan
merusak membran sel nukleu dan protein sel endotel ,sehingga terjadi disfungsi
endotel,terjadi penuruan NO dan endotelin meningkat yang mengakibatkan
vasokontriksi sehingga terjadi spasme arteri retina dan terjadi gangguan penglihatan
c. Apa etiologi dan mekanisme mual ?
Penurunan prostaglandin penurunan motilitas lambung dan peningkatan sekresi
asam lambung, penurunan sekresi mukus di lambung, dan penurunan kontraksi
otot polos GIT (delayed gastric emptying) mual dan muntah
d. Apa etiologi dan mekanisme dari epigastric discomfort ?
Endothelial injury pada hati vasospasme iskemia nekrosis edema
sitotoksik peregangan kapsul fibrosa hati (Glisson capsule) epigastric
discomfort
10
5. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik ?
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik Interpretasi
a. TB : 152 cm
BB : 65 kg
Berat saat kehamilan = Berat sebelum hamil + usia
kehamilan x 0,35
Berat Sebelum Hamil = ± kg
BMI sebelum hamil : ±
BMI saat hamil : ±
Catatan :
Perlu diketahui berat sebelum hamilnya dan
pertambahan berat di tiap-tiap bulan kehamilan serta
di tiap minggu kehamilan pada trimester akhir untuk
memprediksi adanya edema anasarka atau tidak
b. TD : 180/110 mmHg
(Normal : 120-140/80-90 mm
Hg)
Termasuk hipertensi berat (grade II) yaitu > 160/100
mmHg
Tergolong pada pre-eklampsia berat jika disertai
dengan proteinuria dan edema
Merupakan gejala eklampsia jika terdapat kejang
atau koma atau keduanya
Tekanan sistolik 180 mmHg menunjukkan
peningkatan curah jantung yang ekstrem dan
tekanan diastolik 110 mmHg merupakan tanda ↑
resistensi perifer yang berat atau terjadinya
vasokonstriksi hebat harus segera diatasi karena
akan mengganggu perfusi berbagai organ
Tekanan diastolik diatas 90 mmHg yang disertai
dengan proteinuria menunjukkan adanya gejala pre-
eklampsia karena terdapat vasokonstriksi yang
disertai dengan gangguan fungsi ginjal
11
c. Nadi : 80x/mnt
(normal : 60-100x/mnt)
Normal
Terjadi karena adanya peningkatan curah jantung
dan resistensi perifer yang akan meningkatkan
pompa jantung dan aliran darah perifer
d. RR : 24x/mnt
(normal : 16-24x/mnt)
Normal
Belum terjadi depresi pernapasan ataupun asidosis
metabolik akibat kejang yang dialaminya.
e. Suhu : Apyrexial
(normal : 36-370C)
Normal
Tidak mengalami demam
f. Wajah : Pembengkakan
minimal
Edema
g. Funduskopi : Normal Normal
Dalam keadaan baik
h. Pemeriksaan jantung dan
pernapasan : Normal
Normal
Dalam keadaan baik
i. Abdomen: Nyeri pada daerah
epigastrium dan dibawah
margin costal kanan
Uterus : lembut dan tidak
nyeri
Epigastic Discomfort
j. Kaki dan jari tangan :
Pembengkakan ringan
Edema
k. Refleks tungkai bawah
menigkat, disertai klonus
Peningkatan refleks ekstremitas bawah dengan klonus pada
kasus ini tidak normal. Hal ini seperti telah dijelaskan
sebelumnya, berkaitan dengan hipertensi yang akhirnya
menyebabkan edema, vasokontriksi, dan kerusakan endotel
vaskular yang dapat berujung pada peningkatan reflex dan
klonus.
6. a. Apa Interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan obstertric ?
12
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Obstetrik Eksternal
Pemeriksaan Hasil Intepretasi
Tinggi Fundus 32cm Normal
Tinggi fundus adalah 4cm ditambah atau diminus dari usia kehamilan dalam minggu dan batas maksimum dicapai pada sekitar 38 minggu dan akan menurun pada usia 40 minggu jika janin mulai masuk ke rongga panggul.
Presentasi Cephalic Normal
Presentasi kepala, berarti belakang kepala janin berada di bawah
Palpasi 3/5 Kepala sebagian besar belum masuk PAP
Kontraksi uterus Tidak ada Belum in partu atau belum saat melahirkan.
Denyut jantung janin 150x/min Normal
Dengan batasan 120-160x/menit
b. Bagaimana cara pemeriksaan obstetriknya ? sintesis
7. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboraturium ?
Hb 11.6g/dl 12 - 16 g/dl Normal
Packed cell volume 42.2% 31-38% Meningkat
WBC 5000/mm3 5000 - 16000/mm3 Normal
Platelet 126000/mm3 150000 - 400000/mm3 Menurun
Sodium 141 mmol/L 130-141 mmol/L Sedikitmeningkat
Pottasium 4.0 mmol/L 3.3-4.1 mmol/L Normal
Urea 3.8 mmol/L 2.4-4.3 mmol/L Normal
Creatinin 92 umol/L 34-82 umol/L Meningkat
SGOT 189 IU/L 6-32 IU/L Meningkat
SGPT 74 IU/L 30-300 IU/L Normal
Gamma glutamyl 34 IU/L 5-43 IU/L Normal
13
transaminase
Lactatdehidrogenase 853 IU/L <600 IU/L Meningkat
Bilirubin 12 umol/L 3-14 umol/L Normal
Albumin 24 g/dL 28-37 g/dL Menurun
Uric acid 0.46 mmol/L 0.14-0.38 mmol/L Meningkat
Urinalysis +++ - Proteinuria
8. Apa DD pada kasus ini ?
Kasus ini dapat didiagnosa banding dengan kelainan sistemik lainnya yang terjadi pada hepar, ginjal, autoimun, kelainan pembekuan darah. Diantaranya:
Acute fatty liver of pregnancy Apendisitis Diabetes mellitus Gastroenteritis Glomerulonefritis HUS Hepatic encephalopathy Idiopatic thrombocytopenia Batu ginjal Ulkus peptikum Pyelonefritis SLE Thrombotic thrombocytopenic purpura Hepatitis HELLP
9. Bagaimana Penegakan Diagnosis dan WD pada kasus ini ?
WD: PEB dengan sindrom HELLP yang menuju impending eklasmsia
Ada tanda dan gejala preeklamsia
Hemolisis eritrosit sehingga menimbulkan sisa hasilnya:
o Meningkatnya retikulosit
o Hemoglobinemia
o Hemoglobinuria
o Schizositosis
o Sperositosis
o
EL-elevated enzyme liver diantaranya:
14
o Aspartate amniotransferase dalam serum darah
LP-low platelete menurunnya sel platelet sehingga terjadi:
o Makin meningkatnya tromboxan A2 yang menimbulkan vasokonstriksi
pembuluh darah
o Terdapat makin meningkatnya kemungkinan perdarahan
Kriteria sindrom HELLP menurut ksalifikasi Missisipi:
Kelas I:
o Trombosit <50.000
o LDH >600 IU
o AST/ALT >40 IU
Kelas II:
o Trombosit >50.000 <100.000
oLDH >600 IU
o AST/ALT >40 IU
Low platelete
oTrombosit >100.000<150.000
oLDH >600 IU
oAST/ALT >40 IU
10. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini ?
Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar antara 4 – 18 %. Penyakit
preeklampsia ringan terjadi 75 % dan preeklampsia berat terjadi 25 %. Dari seluruh kejadian
preeklampsia, sekitar 10 % kehamilan umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian
preeklampsia meningkat pada wanita dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda,
hipertensi kronis dan penyakit ginjal. Pada ibu hamil primigravida terutama dengan usia
muda lebih sering menderita preeklampsia dibandingkan dengan multigravida.
11. Apa etiologi dan factor resiko pada kasus ini ?
Etiologi berdasarkan teori dibagi menjadi :
1.kelainan vaskularisasi plasenta
2. iskemia plasenta ,radikal bebas,dan disfungsi endotel
3. intoleransi imunologik ibu dan janin
15
4.adaptasi kardiovaskular genetic
5.defisiensi gizi
6.inflamasi
Faktor risiko :
a.primigravida,primipaternitas
b.hiperpalsentosis,misalnya mola hidatidosa,kehamilan multipel,DM,hidrops
fetalis,bayi besar
c.umur yang ekstrim
d.riwayat keluarga permah pre eklampsisa /eklampsia
e.penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f.obesitas
12. Bagaimana pathogenesis pada kasus ini ?
Pada kehamilan normal, trofoblas akan migrasi sampai ke arteri spiralis hingga menjadi plasenta. Proses ini akan terjadi pada dua tahap. Awwalnya trofoblas kan bermigrasi ke segmen desidua basalis kemudian ke segmen miometrium. Pada sebagian besar kasus preklampsia, hilangnya HLA-G (Human Leucocyte antigen Protein G) menyebabkan inhibisi trofoblas ke miometrium, umumnya terjadi pada usia gesatasi 16 minggu, sehingga a.spiralis akan mengalami vasokonstriksi dan remodeling arteri spiralis pun gagal. Kegagalan remodeling arteri spiralis ini akan menyebabkan aliran darah plasenta manurun dan terjadilah iskemia plasenta. Saat iskemia plasenta terjadi, akan keluar oksidan-oksidan seperti peroksida lemak, yang bersifat toksik. Peroksida lemak akan merusak membrane sel nucleus sel endotel sehingga lama kelamaan akan terjadi disfungsi endotel. Disfungsi endotel ini akan menyebabkan gangguan metabolism prostaglandin dan agregasi platelet ke tempat difungsi endotel tersebut. Migrasi tromboksan yang merupakan vasokonstriktor kuat ini akan menyebabkan ketidakseimbangan antara produksi prostasiklin dan tromboksan pada ibu hamil. Ketidakseimbangan ini dapat mengakibatkan hiprtensi pada ibu dan juga trombositopenia. Selain itu, disfungsi endotel ini akan berkembang secara sistemik, sehingga ginjal juga dapat terkena dampaknya. Disfungsi sel endotel akan menyebabkan perubahan sel endotel glomerulus sehingga pada ibu hamil dengan preklampsida dan sindroma HELLP dapat ditemui kelainan-kelainan pada hasil temuan lab dari specimen urin.
Selain itu, diet juga berpengaruh pada terjadinya preklampsia dengan sindroma HELLP. Diet tinngi asam tak jenuh dapat menghambat produksi tromboksan, sehingga keseimbangan prostasiklin dan tromboksan akan terganggu. Faktor genetic juga diduga berpengaruh terhadap kejadian ini.
16
13. Apa manifestasi klinis pada kasus ini ?
Preeklampsia berat:
Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjali tirah baring Proteinuria > 5 g/24 jam atau + 4 dalam pemeriksaan kualitatif Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc/24 jam Kenaikan kadar kreatinin plasma Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan kabur Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen Edema paru-paru dan sianosis Hemolisis mikroangiopatik Trombositopenia berat < 100.000 sel/mm3 Gangguan fungsi hepar Pertumbuhan janin intruterina yang terhambat Sindroma HELLP
Sindroma HELLP :
H : Hemolisis
EL : Elevated Liver Enzyme
LP : Low Platelet Count
Adanya tanda dan gejala preeklampsia Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya kenaikan LDH, AST, dan bilirubin indirek Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar Trombositopenia
Impending eklampsia :
Gejala-gejala preeklampsia berat dan gejala-gejala subjektif lainnya seperti: Nyeri kepala berat Gangguan visus Muntah-muntah Nyeri epigastrium Kenaikan progresif tekanan darah
14. Bagaimana tata laksana pada kasus ini ?
Tatalaksana
17
Tujuan mendasar penatalaksanaan pada semua kehamilan yang mengalami penyulit preeklamsia adalah penghentian kehamilan dengan trauma sekecil mungkin pada ibu dan janinnya, lahirnya bayi yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang, dan pemulihan kesehatan ibu secara penuh.
Pengurangan aktivitas fisik sepanjang hari akan bermanfaat. Pasien tidak perlu menjalani tirah baring total, dan tidak perlu diberikan sedatif atau penenang. Diet harus mengandung protein dan kalori dalam jumlah banyak tetapi jangan berlebihan. Asupan natrium dan cairan jangan dibatasi atau dipaksa.Penatalaksanaan selanjutnya bergantung pada keparahan preeklamsia, berdasarkan ada tidaknya kondisi yang tercantum (pada tabel di sintesis), durasi gestasi, dan kondisi serviks. Pada kasus ini, preeklamsia yang terjadi sudah termasuk kategori preeklamsia yang berat/parah.
Pada kasus preeklamsia berat, magnesium sulfat parenteral merupakan suatu antikejang efektif yang tidak menyebabkan depresi susunan saraf pusat ibu dan janin. Obat dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau intramuskulus dengan penyuntikan intermiten.
Kemudian diberikan obat antihipertensi. Sasaran utama adalah mencapai tekanan darah sistolik < 160 mmHg dan diastolik < 105 mmHg. Dapat digunakan golongan metildopa.
Deksametason dapat diberikan selain untuk perkembangan paru janin (yang pada kasus ini sudah aterm jadi tidak diperlukan) dapat juga meredakan sindrom HELLP yang dialami oleh ibu. Diberikan secara intravena.
Penghentian kehamilan merupakan obat utama untuk preeklamsia sehingga segera setelah keadaan umum dan hematologisnya stabil dapat mulai dilakukan observasi untuk 12 jam kedepan. Persalinan dapat dilakukan baik secara pervaginam ataupun seksio sesaria. Pemilihan ini bergantung pada kondisi serviks ibu apakah sudah memadai atau belum (dengan menggunakan Bishop skor). Apabila dapat dilakukan persalinan pervaginam maka diberikan induksi oksitoksin intravena. Tetapi pada kasus ini, kami cenderung memilih seksio sesaria karena pada uterusnya masih belum dijumpai kontraksi yang berarti kondisi serviks mungkin belum memadai untuk dilakukan persalinan pervaginam.
15. Apa komplikasi pada kasus ini ?
Edem pulmonum
Dekompensasi kordis
Gagal ginjal
Hematoma hepar subkpasuler: ditemukan iritasi peritoneal dan hepatomegali dan
nyeri alih dari nervus frenikus, nyeri epikardium, peritoneum, pleura, bahu, kendung
empedu
Solutio plasenta
Asites
Kemungkinan ruptur liver
18
Anamnesis
Height : 152 cml; Weight : 65 kg Her BP was 180/110 mmHg, HR : 83 x/min, RR : 24 x/m. She is apyrexialHer face is minimally swollen and fundoscopy is normalCardiac and respiratory examinations are normalAbnorminally she is tender in the epigastrium and beneath the right costal margin, but the uterus is soft and non-tender.The legs and fingers are mildly oedematous and lower limb reflexes are very brisk, with clonusFundal hight 32 cm, chepalic presentations, 3/5 palpable, no contraction of the uteriFHR : 150 x/mt
Nyonya A, 17 tahun, G1P0A0,dengan usia kehamilan sekarang 37 minggu,mengeluh sakit kepala berat dan penurunan gerakan pada janin.Dia terlambat mengetahui bahwa dia hamil dan didiagnosis dengan USG pada kehamilan 23 minggu dengan tekanan darah 120/68 mmHg dan protein urin negatif.Satu minggu yang lalu tekanan darahnya 132/74 mmHg dan protein urin nya masih negative.Pemeriksaan darahnya normal pada saat itu.Pagi ini bangun dengan sakit kepala bagian depan tidak mereda walaupun sudah diberi paracetamol. Dia mengeluh pengelihatanya kabur, mual tapi tidak muntah dan merasa tidak nyaman pada daerah epigastrium. Dia menyangkal ada pembengkakan pada kaki dadan jarinya.
Asfiksi intrauterin berat
Intrauterine growth retardation
Persalinan prematuritas
16. Apa prognosis pada kasus ini?
Dubia at bonam apabila di tatalaksana dengan baik, kehamilan berikut nya 20% akan
mengalami pre-eklampsia juga.
17. Apa KDU pada kasus ini ?
2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang
relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.
IV. Hipotesis
Nyonya A, 17 tahun, G1P0A0 dengan usia kehamilan 37 minggu menderita Pre-eclampsia berat dengan HELLP syndrome yang mengarah ke impending eclampsia.
V. Kerangka Konsep
19
VI. Learning Issue1. Perubahan Anatomi, Fisiologi dan Psikologi pada Kehamilan
2. Hipertensi dalam kehamilan
20
Pre-eklampsia berat dengan HELLP syndrome yang mengarah
ke impending eclampsia
3. Pre eclampisa 4. HELLP syndrome5. Pemeriksaan obstetric
VII. Sintesis
1. Perubahan Anatomi, Fisiologi dan Psikologi pada Kehamilan
23 minggu
Panjang fetus 30-32 cm
2 kelopak mata ditumbuhi alis dan bulu mata, kulit keriput, kepala besar. Jika lahir
dapat bernafas tapi hanya dapat bertahan beberapa jam.
37 Minggu
muka berseri tidak keriput
a. Uterus
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat
uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan
pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan
16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti
bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya
kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah
wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola
hidatidosa dan sebagainya.
Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat
atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus
uteri terletak antara ½ jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36
minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila
pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu
adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada
kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah
prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida
turun dan masuk kedalam rongga panggul.
b. Serviks Uteri
21
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya
hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak
mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas
jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak
mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka
saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin
kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup
seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin
pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak
dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.
c. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan. Adanya
hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah dan agak
kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat
genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan
nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada
kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat
mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai
meningkat dan lebih kental.
d. Mammae
Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-
kelenjar asinus yang mulai bersekresi.
e. Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output meningkat sebesar 30 – 40 % dan peningkatan maksimal
dicapai pada kehamilan 24 minggu. Pada awalnya peningkatan denyut jantung
ketinggalan dibelakang peningkatan cardiac output dan kemudian meningkat 10 – 15
kali permenit pada kehamilan 28 – 32 minggu. Peningkatan cardiac output mula-mula
tergantung kepada penginkatan stroke volume dan kemudian dengan peningkatan
22
denyut jantung, tetapi lebih besar perubahan stroke volume dari pada perubahan
denyut jantung.
Cardiac output, denyut jantung, stroke volume menurun sampai kenilai
sebelum persalainan pada 24 – 72 jam post partum dan kembali kelevel saat tidak
hamil pada 6 – 8 minggu setelah melahirkan. Kecuali peningkatan cardiac output,
tekanan darah sistolik tidak berubah selama kehamilan, tetapi tekanan darah diastolic
turun 1 – 15 mmHg. Ada penurunan MAP sebab ada penurunan resistensi vaskuler
sistemik. Hormon hormon kehamilan seperti estradiol 17-B dan progesterone
mungkin berperan dalam perubahan vaskuler Ibu. Turunnya pengaturan a dan b
reseptor juga memegang peranan penting. Selama kehamilan jantung tergeser kekiri
dan atas karena diafragma tertekan ke atas oleh uterus yang membesar. Gambaran
EKG yang normal pada parturien adalah sebagai berikut:
Disritmia benigna
gelombang ST, T dan Q terbalik
left axis deviation.
Tekanan Darah.
Tekanan darah arteri tidak meningkat selama kehamilan normal. Tetapi
pada trimester II terjadi sedikit penurunan tekanan diastolic. Tekanan arterial
pulmonal juga relatif konstan.Bagaimanapun tonus vaskuler lebih tergantung pada
pengaruh simpatik disbanding pada wanita tidak hamil. Sehingga hipotensi sering
terjadi sebagai akibat blokade simfatik pada spina maupun ekstradural anaestesi.
Tekanan vena sentral dan tekanan vena brachial tidak berubah selama
kehamilan tetapi tekanan venous femoralis meingkat secara progressive oleh
karena factor mekanik.
Kompresi Aortokaval
Pada kehamilan trimester II, pembesaran uterus akan menekan vena kava
inferior dan aorta distal ketika Ibu hamil dalam posisi telentang. Bendungan pada
vena kava akan mengurangi venous return ke jantung sehingga cardiac output juga
akan menurun sampai 24 %. Pada keadaan ibu tidak dalam keadaan anestesi maka
penurunan ini akan dikompensasi dengan peningkatan resistensi vaskuler sistemik
dan kenaikan frekuensi denyut jantung.
23
f. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan
diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan
meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan
efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,
kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali pada keadaan
sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang
memperhatikan penampilan badannya.
g. Traktus Digestifus
Di mulut, gusi menjadi lunak, mungkin terjadi karena retensi cairan
intraseluler yang disebabkan oleh progesteron. Spinkter esopagus bawah relaksasi,
sehingga dapat terjadi regorgitasi isilambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada
(heathburn). Sekresi isilambungberkurang dan makanan lebih lama berada di
lambung. Otot-otot usus relaks dengan disertai penurunan motilitas. Hal ini
memungkinkan absorbsi zat nutrisi lebih banyak, tetapi dapat menyebabkan
konstipasi, yang memana merupakan salah satu keluhan utamawanita hamil.
h. Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai tuun ke PAP, keluhan sering
kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping
itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah
di ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai
69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi seperti urea,
uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.
i. Sistem Imun
24
HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A
dan Ig M serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar
terendah pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini, hingga aterm.
j. Metabolisme Dalam Kehamilan
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester III.
Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran karbohidrat,
khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan,
dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-
hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian
tenaganya.
Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya
dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya
diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium
tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk
pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum
memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar
kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan
terjadinya kejang tetani.
Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine)
meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil
16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16
minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat
membuat oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu
pada kehamilan 14-38 minggu.
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata
12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu
terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus
placenta dan liquor.
2. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
25
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih
dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik.
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi
pada wanita yang :
a. Terpapar vili korialis untuk pertamakalinya (primigravida)
b. Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada
kehamilan kembar atau molahidatidosa
c. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler
d. Mempunyai kecenderungan genetic untuk menderita hipertensi dalam
kehamilan.
Angka kejadian hipertensi dalam kehamilan umumnya berkisar antara 7-12%.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jeals.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan,
diantaranya yang banyak dianut adalah :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskularori genetic
5. Teori defisiensi gizi
6. Teori inflamasi
a. Teori kelainan vaskularisasi
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arterialis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Hal ini memberi dampak penururnan tekanan darah, penurunan resistensi
vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta. Akibatnya
aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat sehingga
dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik.
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
26
spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis
relatif mengalami vasokontriksi, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan
(radikal bebas).Salah satu oksidan penting yang dihasilkan plasenta iskemia
adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel
endotel pembuluh darah. Radikal ini akan merusak membran sel yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida
lemak selain dapat merusak membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein
sel endotel.
Jika sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak maka akan terjadi disfungsi
endotel, yang akan berakibat:
Gangguan metabolisme prostaglandin
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan suatu
vasokonstriktor kuat. Pada hipertensi kehamilan kadar tromboksan lebih
tinggi sehingga terjadi vasokontriksi, dan terjadi kenaikan tekanan darah
Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus
Peningkatan permeabilitas kapilar
Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin
Peningkatan faktor koagulasi
c. Teori Intoleransi Imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, terdapat Human Leucocyte Antigen Protein G
(HLA-G) yang berfungsi sebagai berikut ;
HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel
NK ibu, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
HLA-G mempermudah invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
Namun, pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. Penurunan HLA-G akan menghambat invasi trofoblas
27
ke dalam desidua. Padahal Invasi trofoblas penting agar jaringan desidua
lunak dan gembur sehingga memudahkan dilatasi arteri spiralis.
d. Teori Adaptasi Kardiovaskuler
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan
vasopressor. Refrakter berarti pembuluh darah tidak peka terhadap rangsangan
bahan vasopresor atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
menimbulkan respon vasokontriksi. Terjadinya refrakter pembuluh darah karena
adanya sintesis PG pada sel endotel pembuluh darah.
Akan tetapi, pada hipertensi dalam kehamilan terjadi kehilangan daya refrakter
terhadap bahan vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan
vasopresor.
e. Teori Genetik
Ada faktor keturunan dan familiar dengan model gen tunggal. Telah terbukti
bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia, 26 % anak perempuan akan
mengalami preeklampsia pula dan 8% anak menantu mengalami preeklampsia.
f. Teori Defisiensi Gizi
Beberapa hasil penetilian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan, seperti defisiensi kalsium
pada wanita hamil dapat mengakibatkan risiko terjadinya
preeklampsia/eklampsia.
g. Teori Stimulus Inflamasi
Pada kehamilan normal plasenta akan melepkaskan debris trofoblas, sebagai
sisa proses apoptosis dan nektrotik trofoblas, akibat reaksi stres oksidatif. Bahan-
bahan ini selanjutnya akan merangsang proses inflamasi. Pada kehamilan normal,
jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi juga
masih dalam batas normal.
Hal tersebut berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia, dimana
terjadi peningkatan stress oksidatif ↑ produksi debris apoptosis dan nekrotik
28
trofoblas. Sehingga menjadi bebas reaksi inflamasi dalam darah ibu sampai
menimbulkan gejala-gejala preeklampsia padai ibu.
Dampak hipertensi terhadap ibu:
- Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia dan eklampsia).
- Gangguan fungsi ginjal berupa penurunan filtrasi glomerular, kerusakan sel
glomerulus yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran basalis
sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria, penurunan sekresi
asam urat, terjadinya oliguria dan anuria.
- Perubahan hematologik bisa berupa peningkatan hematokrit akibat
hipovolemia, peningkatan viskositas darah, trombositopenia, gejala hemolisis
mikroangiopatik.
- Gangguan pada hepar berupa nekrosis periportal, peningkatan enzim hepar,
subskapular hematoma.
- Perubahan neurologik, berupa nyeri kepala, gangguan penglihatan,
hiperefleksia, kejang eklamptik, perdarahan intakranial.
- Perubahan kardiovaskular berupa peningkatan cardiac afterload akibat
hipertensi dan penurunan cardiac preload akibat hipovolemia.
- Gangguan pada paru berupa edema paru.
Dampak hipertensi terhadap janin:
Preeklampsia dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang
disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme,
dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Di bawah ini dampak dari
preeklampsia dan eklampsia pada janin:
- Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dan oligohidramnion.
- Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
intrauterine growth restriction, prematuritas, oligohidramnion, dan solusio
plasenta.
Mekanisme:
29
kegagalan invasi sel trophoblast pada dinding arteri spiralis (pada awal kehamilan dan
awal trimester kedua)
arteri spiralis tidak dapat melebar dengan sempurna (penurunan aliran darah dalam
ruangan intervilus di plasenta)
hipoksia plasenta mengeluarkan zat toksik: sitokin, radikal bebas (lipid peroksidase).
(radikal bebas lebih banyak daripada antioksidan)
stress oksidatif + zat toksik (kerusakan sel endotel pembuluh darah)
disfungsi endotel, (karena ketidaksiembangan zat-zat yang bertindak sebagai vasodilator:
protasiklin, NO. dibandingkan dengan vasokontriktor : endothelium I, tromboxan, dan
angiotensin II)
vasokontriksi luas
HIPERTENSI
*peningkatan kadar lipid peroksidase (mengaktifkan sistem koagulasi)
agregasi trombosit dan pembentukan thrombus (salah satu akibatnya, penyempitan
pembuluh darah sistemik ditandai dengan hipertensi)
3. PREEKLAMSIA
Terdapat lima jenis penyakit hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan: hipertensi
gestasional, preeklamsia, eklamsia, preeklamsia yang timbul pada hipertensi kronis, dan
hipertensi kronis. Hipertensi didiagnosis jika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih,
dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik. Edema sudah tidak
lagi digunakan sebagai kriteria diagnostik karena juga terjadi pada banyak wanita hamil normal.
Gangguan hipertensi pada kehamilan sering terjadi dan membentuk satu dari tiga trias mematikan,
bersama dengan perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab tersering morbiditas dan
mortalitas terkait-kehamilan.
Preeklamsia
30
Preeklamsia adalah suatu sindrom khas-kehamilan berupa penurunan perfusi organ
akibat vasospasme dan pengaktifan endotel. Dalam hal ini, proteinuria adalah adanya 300
mg atau lebih protein urine per 24 jam atau 30 mg/dL (1+ pada dipstick) dalam sampel
urine acak. Kombinasi proteinuria plus hipertensi selama kehamilan sangat meningkatkan
risiko morbiditas dan mortalitas perinatal.
Insidensi preeklamsia sering mencapai sekitar 5 persen meskipun angkanya sangat
bervariasi dalam berbagai laporan. Insidensi dipengaruhi oleh paritas dengan wanita
nulipara memilki risiko lebih besar (7 sampai 10 persen) jika dibandingkan dengan wanita
multipara. Faktor risiko lain yang berkaitan dengan preeklamsia antara lain adalah
kehamilan multipel, riwayat hipertensi kronis, usia ibu lebih dari 35 tahun, berat ibu
berlebihan, dan etnis Afro-Amerika.
Keparahan Preeklamsia
31
Keparahan preeklamsia dinilai berdasarkan frekuensi dan intensitas kelainan
yang tercantum pada tabel berikut. Semakin parah kelainannya semakin besar
keharusan menghentikan kehamilan. Hal yang perlu ditekankan adalah perbedaan
antara preeklamsia ringan dan berat dapat menyesatkan karena penyakit yang tampak
ringan dapat cepat berkembang menjadi parah.
Patologi
Pada preekamsia dan eklamsia, terjadi perburukan patologis fungsi sejumlah
organ dan sistem, mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Semua teori mengenai
patofisiologi preeklamsia harus mempertimbangkan pengamatan bahwa gangguan
hipertensif akibat kehamilan jauh lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita yang
terpajan ke vilus korion untuk pertama kali; terpajan ke vilus korion dalam jumlah
besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatidiformis; telah mengidap
penyakit vaskular; atau secara genetis memiliki predisposisi mengalami hipertensi
yang timbul selama kehamilan.
Vasospasme adalah hal mendasar dalam patofisiologi preeklamsia-eklamsia.
Konsep ini didasarkan pada pengamatan langsung pembuluh darah halus didasar
kuku, fundus okuli, dan konjungtiva bulbar, dan diperkirakan dari perubahan
histologis yang dijumpai diberbagai organ yang terkena. Kontriksi vaskular
menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan berperan dalam timbulnya
32
hipertensi arteri. Vasospasme itu sendiri kemungkinan besar menyebabkan kerusakan
pada pembuluh. Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel-sel endotel berkontraksi.
Perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran dicelah
antara sel-sel endotel serta menyebabkan bocornya konstituen darah, termasuk
trombosit dan fibrinogen yang kemudian mengendap disubendotel. Perubahan ini,
bersama dengan hipoksia lokal jaringan disekitarnya, mungkin menyebabkan
perdarahan, nekrosis, dan berbagai gangguan end-organ lainnya yang dapat dijumpai
pada preeklamsia berat. Sedangkan untuk janin, kausa utama gangguan janin adalah
berkurangnya perfusi uteroplasenta.
Perubahan Kardiovaskular
Pada preeklamsia dan eklamsia sering terjadi gangguan jebat pada fungsi
kardiovaskular. Gangguan ini pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload
jantung akibat hipertensi, dan cedera endotel diserta ektravasasi kedalam ruang
ekstrasel terutama paru. Pemberian cairan yang agresif kepada wanita dengan
preeklamsia berat menyebabkan tekanan pengisian sisi kiri meningkat secara
bermakna sementara curah jantung yang sudah tinggi bertambah hingga ke tingkat
supranormal. Hemokonsentrasi adalah tanda utama preeklamsia-eklamsia. Volume
darah yang secara normal bertambah selama kehamilan hampir tidak terjadi sama
sekali dan hal ini mungkin disebabkan vasokonstriksi generalisata yang diperparah
oleh meningkatnya permeabilitas vaskular.
Perubahan Hematologis
Kelainan hematologis terjadi pada sebagian wanita yang menderita gangguan
hipertensif akibat kehamilan. Trombositopenia kadang-kadang dapat sedemikian
parah sehingga mengancam nyawa, kadar plasma sebagian dari faktor pembekuan
mungkin menurun, dan eritrosit mungkin mengalami trauma sehingga bentuknya aneh
dan cepat mengalami hemolisis.
- Trombositopenia
33
Pada preeklamsia-eklamsia, dapat timbul trombositopenia ibu secara akut.
Setelah pelahiran, hitung trombosit akan meningkat secara progresif hingga ke kadar
normal dalam 3 hingga 5 hari. Trombositopenia nyata yang didefinisikan oleh hitung
trombosit kurang dari 100.000/ μl, menunjukkan penyakit yang parah. Pada sebagian
besar kasus, diindikasikan pengeluaran janin karena hitun trombosit terus menurun.
Secara umum, semakin rendah hitung trombosit, semakin besar morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin. Terjadinya peningkatan kadar enzm hati dalam situasi klinis
ini akan memperburuk prognosis. Kombinasi hal-hal ini disebut sebagai sindrom
HELLP- yaitu hemolisis (H), peningkatan enzim hati (EL), dan trombosit rendah
(LP). Preeklamsia tidak menyebabkan trombositopenia pada neonatus.
- Koagulasi
Defisiensi berat pada salah satu faktor koagulasi larut sangat jarang terjadi
pada preeklamsia berat atau eklamsia kecuali jika terdapat keadaan lain yang
mempermudah terjadinya koagulasi konsumtif, misalnya solusio plasenta atau
perdarahan hebat akibat infark hati.
Ginjal
Pada kehamilan normal, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus
meningkat secara bermakna. Jika terjadi preeklamsia, perfusi ginjal dan filtrasi
glomerulus berkurang. Konsentrasi asam urat plasma biasanya meningkat, terutama
wanita dengan penyakit yang parah. Pada sebagian besar pasien preeklamsia,
penurunan filtrasi glomerulus ringan sampai sedang tampaknya terjadi akibat
penurunan volume plasma sehingga kadar kreatinin plasma menjadi dua kali lipat
dibandingkan nilai pada kehamilan normal. Akan tetapi, pada beberapa kasus
preeklamsia berat, ginjal mengalami kelainan berat, dan kreatinin plasma mungkin
meningkat beberapa kali liipat dibandingkan nilai normal non hamil. Setelah
pelahiran, tanpa adanya penyakit renovaskular yang mendasari, biasanya terjadi
pemulihan sempurna fungsi ginjal. Untuk menegakkan diagnosis preeklamsia-
eklamsia harus terdapat proteinuria.
Hati
34
Pada preeklamsia berat, kadang-kadang terjadi perubahan dalam fungsi dan
integritas hati. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hati
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya enzim hati dalam serum.
Perdarahan dari lesi ini dapat menyebabkan ruptur hati, atau perdarahan dapat meluas
dibawah kapsul hati dan membentuk hematom subkapsul.
Otak
Manifestasi preeklamsia pada sistem saraf pusat, terutama kejang telah lama
diketahui. Gejala pengelihatan merupakan manifestasi lain keterlibatan otak. Dua
jenis patologi otak berbeda, tetapi berkaitan adalah perdarahan makroskopik akibat
ruptur arteri karena hipertensi berat. Perdarahan ini dapat dijumpai ppada semua
wanita dengan hipertensi gestasional, dan preeklamsia bukan merupakan prasyarat
terjadinya kelainan ini.
Lesi lainnnya yang sering dijumpai pada preeklamsia dan hampir universal pada
eklamsia yang bersifat luas dan jarang mematikan. Lesi otak utama adalah edema,
hiperemia, anemia fokal, trombosis, dan perdarahan.
Ablasio Retina
Terlepasnya retina dapat menyebabkan gangguan pengelihatan, meskipun
biasanya terjadi disatu sisis dan jarang menyebabkan kehilangan pengelihatan total
pada sebagian dengan kebutaan kroteks. Jarang diindikasikan terapi bedah, prognosis
baik, dan penglihatan biasanya kembali normal dalam seminggu. Edema serebrum
dapat terjadi pada kasus-kasus yang parah, dan penurunan kesadaran dan delirium
adalah faktor utama dengan gejala yang hilang timbul. Pada beberapa kasus, pasien
mengalami koma.
4. Sindroma HELLP
Sindroma HELLP ialah Preeklampisa-eklampsia disertai timbulnya hemolisis,
peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia.
H : HemolIsis (kenaikan LDH,AST dan bilirubin indirect)
35
EL : Elevated liver enzyme (kenaikan ALT,AST,LDH)
LP : Low platelets count (Trombositopenia<150.000/ml)
Diagnosis
Ditandai dengan gejala yang tidak khas malaise, lemah, nyerikepala,mual,muntah
Adanya tanda gejela preeclampsia (TD > 140/90 mmHg.Proteinuria,edem)
Diagnosis
SGOT > 70 u/L
Bilirubin >1.2 mg/dl
LDH >600 u/L
Trombosit<100.000/mmk
Terdapat Burr cell atau ekinosit pada apusan darah tepi
Klasifikasi HELLP syndrome
Jackson/Mississipi
Derajat I :trombosit<50.000/ml
Derajat II :trombosit 50.000-100.000/ml
Derajat III :trombosit 100.000-150.000/ml (*)
Tennesse
Sindrom HELLP komplit : memenuhi semua kriteria
Sindrom HELLP inkomplit : hanya memenuhi 1 atau 2 atau 3 kriteria
Patofisiologi
Vasospasme pembuluh darah
Aktivasi sistem koagulasi pelepasan tromboksan & serotonin Vasospasme,
aglutinasi, agregasi trombosit & kerusakan endotel lebih jauh meingkatkan
konsumsi trombosit,menurunkan produksi prostasiklin Trombositopenia (terjadi
dalam 24-48 jam)
36
Gejala & Tanda
Nyeri epigastrium kuadran kanan atas
Malaise, mual dan muntah
Ikterus
Penataklasanaan optimal sindrom HELLP
Stabilisasi KU & bedrest untuk meningkatkan volume plasma
Stabilisasi Vital Sign
Pemberian cairan & elektrolit
Hemoterapi
Transfusi
Transfusi tukar dengan fresh frozen plasma (FFP)
Heparin+AT III menginaktifkan Fa Ixa, Xa, Xia, XIIA
Penatalaksanaan persalinan SC & pervagina
5. Pemeriksaan Obstetri pada kasus
ANAMNESA
1. Identitas pasien
1. Nama , alamat dan usia pasien dan suami pasien.
2. Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
3. Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2. Anamnesa obstetri
1. Kehamilan yang ke …..
2. Hari pertama haid terakhir-HPHT ( “last menstrual periode”-LMP )
3. Riwayat obstetri:
1. Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
2. Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
3. Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
4. Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
4. Pada primigravida :
1. Lama kawin, pernikahan yang ke ….
2. Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
37
3. Anamnesa tambahan:
o Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-
hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air
besar, kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu
sebelum dan selama kehamilan).
o
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
1. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,
kesadaran, komunikasi personal.
2. Tinggi dan berat badan.
3. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2. Pemeriksaan khusus obstetri
1. Inspeksi :
1. Chloasma gravidarum.
2. Keadaan kelenjar thyroid.
3. Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
4. Keadaan vulva dan perineum.
2. Palpasi
1. Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :
1. Memperkirakan adanya kehamilan.
2. Memperkirakan usia kehamilan.
3. Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
4. Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
5. Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
PALPASI ABDOMEN PADA KEHAMILAN
Tehnik :
38
1. Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara
lakukan pada ibu.
2. Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk
mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
3. Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan
ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa
berbalik arah sehingga menghadap kearah kaki ibu.
Leopold I
1. Leopold I :
o Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
o Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
o Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus ( bokong atau kepala
atau kosong ).
39
Leopold II
1. Leopold II :
o Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping
kiri dan kanan umbilikus.
o Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut
jantung janin nantinya.
o Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III
1. Leopold III :
o Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan
perasaan tak nyaman bagi pasien.
o Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
o Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah
sudah mengalami engagemen atau belum.
40
Leopold IV
1. Leopold IV :
o Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
o Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
o Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
Menentukan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan usia kehamilan berdasarkan
parameter tertentu ( umbilikus, prosesus xyphoideus dan tepi atas simfisis pubis)
Auskultasi
Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan fetoskop de Lee.
41
Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik
sebanyak 3 kali.
Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi detik jantung
janin 32 x 4 = 128 kali per menit.
Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160 kali per menit.
DAFTAR PUSTAKA
42
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. 2009. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. 2009. Jakarta: PT Bina Pustaka
Supono. Ilmu Kebidanan Bab I Fisiologi. 1985. Palembang: FK UNSRI.
Obstetri Williams Edisi 21. EGC, Jakarta: 2006
43