sken6 hernia inguinalis by vivi silfia

Upload: steven-hartanto-kurniawan

Post on 03-Jun-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    1/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    1

    Persiapan Operasi Herniotomi dan Herniography pada pasien

    Hernia Inguinalis Dextra Reponible

    Vivi Silfia

    10.2009.064

    Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida

    Wacana

    Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

    Telepon : (021) 5694-2061

    Fax : (021) 563-1731

    Pendahuluan

    Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari

    dinding rongga bersangkutan.

    Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan

    hernia dapatan atau akuisita. Bedasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan

    lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.

    Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinalis direk,

    indirek, serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia

    umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3%.

    Hernia disebut hernia reponible bila isi hernia dapat keluar masuk. Bila isi

    kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia

    reponible.

    Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

    rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi

    hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti.1

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    2/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    2

    Kasus Skenario-6

    Seorang buruh angkut di pasar berusia 25tahun datang ke poliklinik bedah, karena

    ada benjolan di lipat paha kanannya sejak 3 bulan yang lalu. Setelah dilakukan

    anamnesis, pemeriksaan lengkap, pasien didiagnosis menderita hernia inguinalis

    dextra reponible dan direncanakan operasi 1 minggu kemudian. Adapun pemeriksaan

    tidak memiliki penyakit penyerta.

    Pre-Operasi

    1. Anamnesis

    Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anesthesia sebelumnya

    sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapat

    perhatian khusus, misalnya alergi, mual muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau

    sesak napas pasca bedah, sehingga kita dapat merancang anesthesia berikutnya

    dengan lebih baik. Kita harus pandai-pandai memilah apakah cerita pasien

    termasuk alergi atau efek samping obat.

    Beberapa peneliti menganjurkan obat yang kiranya menimbulkan masalah

    dimasa lampau sebaiknya jangan digunakan ulang, misalnya halotan jangan

    digunakan ulang dalam waktu tiga bulan, suksinilkolin yang menimbulkan

    apnoe berkepanjangan juga jangan diulang.

    Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk

    eliminasi nikotin yang mempengaruhi system kardiosirkulasi, dihentikan

    beberapa hari untuk mengaktifkan kerja silia jalan pernapasan dan 1-2 minggu

    untuk mengurangi produksi sputum. Kebiasaan minum alcohol juga harus di

    curigai akan adanya penyakit hepar.2

    Adapun anamnesis yang perlu ditanykan meliputi:

    a.

    identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,pekerjaan,suku

    bangsa, tempat tinggal, status, dan agama.

    b. keluhan utama pasien, keluahan yang menyebabkan pasien datang

    kedokter, seperti pada kasus yang penulis dapatkan.

    c. riwayat penyakit sekarang, Yang perlu ditanyakan adalah sejak kapan,

    sebelumnya pernah mengalami hal yang sama atau tidak?

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    3/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    3

    d. riwayat penyakit dahulu, perlu ditanyakan penyakit-penyakit yang

    berkaitan dengan penyakit sekarang dan riwayat pengobatan, atau adakah

    alergi obat?

    e.

    riwayat pekerjaan,social dan keluarga.1

    Adakah keluarga yang menderita hal yang sama?

    Apakah dalam keluarga ada yang sudah meninggal? Kalau umur berapa

    meninggal dan ada apa penyebab kematiannya?

    Apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit menahun atau

    penyakit keturunan?

    Apakah pasien merupakan orang yang aktif merokok dan alkohol?3

    2. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan keadaan gigi geligi, tindakan buka mulut, lidah relative besar

    sangat penting untuk diketahui apakah akan menyulitkan tindakan

    laringoskopi intubasi. Leher pendek dan kaku juga akan menyulitkan

    laringoskopi intubasi.

    Pemeriksaan rutin lain secara sistematik tentang keadaan umum tentu tidak

    boleh dilewatkan seperti inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi semua

    system organ tubuh pasien.2

    Pemeriksaan Inguinal

    Daerah inguinal ditempat oleh spermatic cord, kelenjar getah bening

    inguinal dan arteri femoralis. Pembengkakan pada daerah inguinal dapat

    disebabkan oleh hernia inguinalis atau hernia femoralis atau limfadenopati.

    Pada fase embrional seorang laki-laki, testes dan spermatic cord turun dari

    rongga abdomen ke dalam skrotum melalui kanalis inguinalis. Proses

    penurunan ini meninggalkan saluran yang bila tidak ditutup akan dapat

    menyebabkan hernia di kemudian hari. Kanalis inguinalis berjalan ke bawah

    dari lateral ke medial melalui annulus inguinalis interna ke annulus inguinalis

    eksterna diatas dan sejajar dengan ligamentum inguinalis sehingga

    ligamentum tersebut menjadi dasar kanalis inguinalis. Anulus inguinalis

    interna terletak diatas titik persilangan antara ligamentum inguinalis dan arteri

    femoralis. Arteri femoralis berjalan dari kranial ke kaudal pada titik tengah

    antara spina iliaka anterior superior dan simfisis pubis masuk kedalam femoral

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    4/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    4

    sheath. Selain arteri femoralis, didalam femoral sheath juga terdapat vena

    femoralis dan kanalis femoralis. Kanalis femoralis ditutup oleh jaringan lemak

    dan kelenjar getah bening dan merupakan jalan bagi terbentuknya hernia

    femoralis.

    Hernia inguinalis akan tampak sebagai benjolan di daerah inguinal atau di

    dalam skrotum bila tekanan intra-abdominal meninggi. Massa itu akan hilang

    secara spontan bila pasien berbaring, oleh sebab itu pemeriksaan untuk

    mencari hernia sebaiknya dilakukan dalam posisi pasien berdiri. Untuk

    melakukan palpasi kanalis inguinalis, terutama bila ada keluhan hernia

    inguinalis, letakkan ujung jari pemeriksa dibawah skrotum, lalu mengikuti

    spermatic cordnaik keatas menembus annulus inguinalis eksterna. 5cm diatas

    annulus ini, terletak annulus inguinalis interna. Bila ujung jari telah mencapai

    annulus inguinalis interna, pasien disuruh mengejan atau batuk, bila teraba ada

    massa yang mendorong, maka berarti terdapat hernia tersebut.

    Untuk membedakan hernia inguinalis dengan hernia femoralis dilihat dari

    letak hernia tersebut dengan pubic tubercle;hernia inguinalis terletak di atas

    dan medial terhadappublic tuberclesedang hernia femoralis terletak di bawah

    dan llateral terhadappublic tubercle.4

    Kebugaran untuk anesthesia

    Pembedahan efektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan

    agar pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada operasi sito penundaan

    yang tidak perlu harus dihindari.2

    Klasifikasi status fisik

    Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang

    ialah yang berasal dari The American Society of Anesthesiologists (ASA).

    Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiraan risiko anesthesia, karena dampak

    samping anesthesia tidak dapat dipisahkan dari dampak samping pembedahan.

    KELAS I. : Pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik, biokimia.

    KELAS II. : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atu sedang.

    KELAS III. : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehingga kativitas rutin

    terbatas.

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    5/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    5

    KELAS IV. : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat melakukan

    aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman

    kehidupannya setiap saat.

    KELAS V. : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa

    pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

    Pada bedah cito atau emergencybiasanya dicantumkan huruf E.2

    3. Pemeriksaan Penunjang

    a. Pemeriksaan Darah Lengkap (complete blood count)

    Volume total darah manusia kurang lebih 7-8% dari berat

    badannya atau 85mL/kgBB. Volume darah seseorang dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, antara lain tinggi badan, berat badan dan jenis

    kelamin.

    Darah mempunyai peranan yang sangat penting dalam berbagai

    proses yang terjadi pada tubuh manusia, misalnya untuk pernapasan,

    nutrisi, mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh, ekskresi,

    mengatur suhu tubuh, pertahanan tubuh terhadap infeksi, transportasi

    dan berperan pula dalam proses pembentukan darah. Selain itu, darah

    merupakan sumber informasi yang sangat penting dan dapat

    menggambarkan keadaan tubuh manusia karena keadaan tubuh

    manusia dapat diketahui melalui pemeriksaan-pemeriksaan

    laboratorium. Darah sebagai bahan pemeriksaan laboratorium dapat

    berupa darah lengkap (Whole blood), plasma atau serum.

    Whole Blood

    Darah lengkap terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen

    padat dan komponen cair. Komponen padat terdiri dari sel-sel darah

    merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan trombosit sedangkan

    komponen cair darah adalah plasma. Karena sel-sel darah tidak larut

    dalam plasma maka kedua komponen tersebut merupakan suatu

    suspensi.

    Plasma

    Plasma merupakan cairan darah yang tidak menggandung sel-sel

    darah. Plasma dapat diperoleh dengan cara mencampur atau

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    6/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    6

    menambahkan antikoagulan kedalam darah lengkap. Plasma darah

    masih mengandung faktor-faktor pembekuan darah kecuali ion

    kalsium.

    Serum

    Serum adalah cairan di luar bekuan darah. Serum ddiperoleh

    dengan cara membiarkan darah membeku dan selanjutnya mengambil

    cairan yang terdapat di luar bekuan darah. Bekuan darah terdiri dari

    sel-sel darah dan benang-benang fibrin. Serum masih mengandung

    faktor-faktor pembekuan darah (faktor VII, IX, X, Protrombin) dalam

    jumlah sedikit karena faktor pembekuan telah terpakai untuk

    membentuk bekuan darah.

    b. Pemeriksaan PT dan PTT

    Masa Tromboplastin Parsial Teraktivasi (Activated Parti al

    Thr omboplastin Time/APTT)

    tes ini menguji pembekuan darah jalan intrinsic (intrinsic

    pathway) dan jalan bersama (common pathway). Nilai normal

    APTT:

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    7/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    7

    dan bikarbonat (HCO3-). Analyzer kimia multichannel modern secara

    rutin member hasil pengukuran keempatnya serta hasil pengukuran

    elektrolit lain: Ca2+, fosfor inorganic (dalam bentuk fosfat), dan Mg2+.

    Keempat elektrolit primer biasanya cukup untuk mengevaluasi status

    cairan dan asam-basa dalam kombinasi dengan penentuan gas darah

    sesuai keperluan.

    Secara historis, pasien pascabedah memperlihatkan kebutuhan

    tertinggi untuk pemeriksaan elektrolit karena perubahan-perubahan

    yang ditimbulkan oleh tindakan bedah, pengganti darah dan cairan

    tubuh secara intravena, dan ketidakmampuan pasien bedah minum

    cairan. Hampir semua pasien rawat inap memerlukan selang intravena

    untuk pemberian cairan saat pasien-pasien tersebut tidak dapat minum

    dalam jumlah adekuat.6

    Komposisi elektrolit cairan tubuh:7

    mEq/L Cairan ektrasel Cairan

    intraselPlasma Interstesial

    K

    A

    T

    I

    O

    N

    Na+ 142 144 15

    K+ 4 4 150

    Ca + 5 2.5 2

    Mg + 3 1.5 27

    Total 154 152 194

    A

    N

    I

    O

    N

    Cl- 103 114 1

    HCO3- 27 30 10

    HPO4- 2 2 100

    SO4- 1 1 20

    Asam

    organic

    5 5 -

    Protein 16 0 63

    Total 154 152 194

    Ion terbanyak di

    ekstrasel

    Ion terbanyak di

    intrasel

    Na+

    Cl-

    K+

    Mg2+

    HPO42-

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    8/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    8

    d. Pemeriksaan radiologis

    foto polos abdomen

    Kontras Barium (Barium Meal, Enema)

    CT Scan Abdomen MRI

    4. Edukasi tentang prosedur

    Menjelaskan kepada pasien mengenai persiapan dan penilaian anesthesia

    yang perlu dilakukan serta tujuan dari kunjungan prosedur pra-anestesia.

    Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor penyumbang

    sebab-sebab terjadinya kecelakaan anesthesia. Dokter spesialis anestesiologi

    seyogyanya mengunjungi pasien, sehingga pada waktu pasien dibedah dalam

    keadaan bugar.

    Tujuan utama kunjungan pra anesthesia ialah untuk mengurangi angka

    kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas

    pelayanan kesehatan.2

    5. Instruksi

    a. Premedikasi

    Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi

    anesthesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan

    bangun dari anesthesia diantaranya:

    Meredakan kecemasan dan ketakutan

    Memperlancar induksi anesthesia

    Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

    Meminimalkan jumlah obat anesthesia

    Mengurangi mual muntah pasca bedah

    Menciptakan amnesia

    Mengurangi isi cairan lambung

    Mengurangi reflex yang membahayakan

    Kecemasan merupakan reaksi alami, jika seseorang dihadapkan

    pada situasi yang tidak pasti. Membina hubungan baik dengan pasien

    dapat membangun kepercayaan dan menentramkan hati pasien. Obat

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    9/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    9

    pereda kecemasan bisa digunakan diazepam peroral 10-15 mg

    beberapa jam sebelum induksi anesthesia. Jika disertai nyeri karena

    penyakitnya dapat diberikan opioid misalnya petidin 50 mg

    intramuscular.

    Cairan lambung 25 ml dengan pH 2,5 dapat menyebabkan

    pneumonitis asam. Untuk meminimalkan kejadian diatas dapat

    diberikan antagonis reseptor H2Histamin misalnyaoral simetidin 600

    mg atau oral ranitidine (zantac) 150 mg 1-2 jam sebelum jadwal

    operasi.

    Untuk mengurangi mual muntah pasca bedah sering ditambahkan

    premedikasi suntikan intramuscular untuk dewasa droperidol 2,5-5 mg

    atau ondansetron 2-4 mg (zafran, narfoz).2

    b. Puasa

    Periode puasa sebelum pemberian anestesi pada pembedahan

    sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya aspirasi dari isi lambung

    yang dapat menimbulkan bahaya yang fatal. Itulah yang menjadi

    alasan pada banyak praktek klinik untuk mempuasakan pasien dari

    makanan padat dan cairan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pasien

    yang menjalani puasa sebelum operasi mungkin akan menerima efek

    dari periode puasa ini, tergantung status kesehatan mereka sebelum

    puasa (Jester, dan William., 1999).

    Puasa preoperatif dimulai sejak tengah malam, padahal puasa yang

    lama belum tentu dapat memberikan manfaat klinik saat penggunaan

    anestesi. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan manfaat dari puasa

    yang pendek. Puasa yang pendek dianggap sudah cukup untuk

    memastikan pengosongan lambung dan menurunkan resiko dari

    aspirasi paru-paru. Pemberian cairan bening secara oral 2 jam sebelum

    pemberian anestesi tidak memberikan efek yang merugikan pada isi

    lambung. Pemberian cairan tersebut juga bermanfaat dalam

    meningkatkan kenyamanan pasien dengan mengurangi rasa haus,

    dengan demikian pemberian secara peroral pun dapat meningkat.

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    10/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    10

    ASA (American Society of Anesthesiologists) merekomendasikan

    untuk menggunakan waktu puasa yang pendek untuk pasien bedah,

    tergantung dari tipe pencernaan masing-masing pasien. Bagaimanapun

    hasil dari penggunaan puasa yang pendek dapat mencegah aspirasi

    dan kemungkinan komplikasi yang terjadi pada periode postoperasi

    (Shime et al.,2005).

    American Society of Anesthesiologist Task Force tahun

    1999 mempublikasikan petunjuk preoperasi, mereka

    merekomendasikan puasa yang tepat untuk cairan peroral selama 2 jam

    sebelum penggunaan anestesi atau memonitor penggunaan anestesi

    pada pasien dewasa. Puasa yang rasional sebelum operasi dapat

    mengurangi resiko gangguan penyumbatan dan aspirasi dari cairan

    pencernaan pada pasien selama pengaruh anestesi (Connolly dan

    Cunningham, 2000).

    c. Cairan infus8

    Diagram Terapi Cairan

    Koreksi

    Terapi cairan

    Resusistasi

    (Menggantikan kehilangan

    akut cairan tubuh)

    Rumatan

    (memelihara keseimbangan

    cairan tubuh dan nutrisi)

    KristaloidC: ASERING,

    ringer laktat,

    Normal

    Saline

    KoloidC: Otsutran-

    40, Otsutran-

    70

    ElektrolitC: KA-EN 3B, KA-

    EN 3A,

    KA-EN 1B,

    KA-EN 4A Paed,

    KA-EN 4B Paed.

    Nutrisi

    C: AMIPAREN,

    AMINOVEL-600,

    PAN-AMIN G,

    KA-EN MG 3

    MARTOS 10

    TRIPAREN

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    11/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    11

    Intra-Operasi2

    1. Anestesi umum

    Induksi anesthesia adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar

    menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anesthesia dan

    pembedahan. Induksi anesthesia dapat dikerjakan dengan secara intravena,

    inhalasi, intramuscular atau rectal. Setelah pasien tidur akibat induksi

    anesthesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anesthesia sampai

    tindakan pembedahan selesai. Sebelum memulai induksi anesthesia selayakny

    disiapkan peralatan dan obat-obatan yang diperlukan, sehingga seandainya

    terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih cepat dan lebih baik.

    Untuk persiapan induksi anesthesia sebaiknya kita ingat kata STATICS :

    Scope

    Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.

    Laringoskope. Pilih bilah atau dau (blade) yang sesuai dengan

    usia pasien. Lampu harus cukup terang.

    Tubes

    Pipa trakea. Pilih sesuai usia. Usia 5 tahun dengan balon (cuffed)

    Airways

    Pipa mulut-faring (Guedel-orotracheal airway) atau pipa

    hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan

    lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak

    menyumbat jalan napas.

    Tape

    Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau

    tercabut.

    Introducer

    Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel)

    yang mudah untuk pemandu supaya pipa trakea mudah

    dimasukkan.

    Connector

    Penyambung antara pipa dan peralatan anesthesia.

    Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    12/27

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    13/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    13

    sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Kalau pasien batuk konsentrasi

    halotan diturunkan untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi

    sampai konsentrasi yang diperlukan.

    Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk,

    walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol%.

    seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.

    Induksi dengan enfluran (etran) isofluran (foran, aeran) atau desfluran

    jarang dilakukan, karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi

    lama.

    Induksi per rectal

    Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau

    midazolam.

    Induksi Mencuri

    Induksi mencuri (sical induction) dilakukan pada anak atau bayi yang

    sedang tidur. Untuk yang sudah ada jalur vena tidak ada masalah, tetapi

    pada yang belum terpasang jalur vena, harus kita kerjakan dengan hati-hati

    supaya pasien tidak terbangun. Induksi mencuri inhalasi seperti induksi

    inhalasi biasa hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka

    pasien, tetapi kita berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien

    tertidur baru sungkup muka kita tempelkan.

    Rumatan Anestesia

    Rumatan anesthesia (maintenance) dapat dikerjakan dengan secara

    intravena (anesthesia intravena total) atau dengan inhalasi atau dengan

    campuran intravena inhalasi. Rumatan anesthesia biasanya mengacu pada

    trias anesthesia yaitu tidur ringan (hypnosis) sekedar tidak sdar, analgesia

    cukup, diusahakan agar pasien selama dibedah tidak menimbulkan nyeri

    dan relaksasi otot lurik yang cukup.

    Rumatan intravena misalnya dengan menggunakan opioid dosis tinggi,

    fentanil 10-50 g/kgBB. Dosis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur

    dengan analgesia cukup, sehingga tinggal memberikan relaksasi pelumpuh

    otot. Rumatan intravena dapat juga menggunakan opioid dosis biasa, tetapi

    pasien ditidurkan dengan infuse propofol 4-12 mg/kgBB/jam. Bedah lama

    dengan anesthesia total intravena menggunakan opioid, pelumpuh otot dan

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    14/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    14

    ventilator. Unutk mengembangkan paru digunakan inhalasi dengan

    udara+O2atau N2O+O2.

    Rumatan Inhalasi

    Rumatan inhalasi biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1

    ditambah halotan 0,5-2 vol% atau isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4%

    bergantung apakah pasien bernapas spontan, dibantu (assisted) atau

    dikendalikan (controlled).

    2. Monitoring Perianastesia

    Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi Amerika Serikat (ASA) pada

    1986 menentukan monitoring standar untuk oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan

    suhu badan perianestesia untuk semua kasus termasuk anesthesia umum,

    analgesia regional dan pasien dalam keadaan diberikan sedative sebagai

    berikut:

    Standar 1) : Selama anastesia pasien harus diawasi oleh personel anestesi yang

    berkualitas

    Standar 2) : Selama anesthesia oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan shu pasien

    harus dievaluasi baik secara berkala atau terus menerus.

    Standar monitoring ASA 1986 ini mengalami dua kali amandemen yaitu

    pada 1992 dan 1998 dengan menambah kapnometri.

    a. Monitoring kardiovaskular

    Monitoring dasar pada dalam keadaan anesthesia ialah monitoring

    tanpa alat atau dengan alat sederhana seperti stetoskop dan tensimeter

    secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

    Monitoring standar atau minimal yaitu stetoskop

    prekordial/esophageal, manset tekanan darah, ekg, oksimeter dan

    thermometer. Sebelum mengerjakan anesthesia semua peralatan harus

    diperiksa apakah bekerja cukup baik, seperti pilot pesawat udara akan

    menerbangkan pesawatnya.

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    15/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    15

    a. Monitoring Respirasi

    a) Non-invasif (tak langsung)

    Nadi

    Monitoring terhadap nadi dapat dilakukan dengan

    cara palpasi arteria radialis, brakialis, femoralis atau

    karotis. Dengan palpasi dapat diketahui frekuensi, irama

    dan kekuatan nadi. Selain palpasi dapat dilakukan

    auskultasi dengan menempelkan stetoskop di dada atau

    dengan kateter khusus melalui esophagus. Cara palpasi

    dan cara auskultasi ini terbatas, karena kita tidak dapat

    melakukannya secara terus menerus.

    Monitoring nadi secara kontinyu dapat dilakukan

    dengan peralatn elektronik drprti EKG atau oksimeter

    yang disertai dengan alarm. Pemasangan EKG untuk

    mengetahui secara kontinyu frekuensi nadi, disaritmia,

    iskemia jantung, gangguan konduksi, abnormalitas

    elektrolit dan fungsipacemaker.

    Tekanan darah

    Tekanan darah dapat diukur secara manual atau

    otomatis dengan manset yang harus tepat ukurannya

    (lebarnya kira-kira 2/3 lebar jarak olekranon-akromion,

    atau 40% dari keliling besarny lengan), karena terlalu

    lebar menghasilkan nilai lebih tinggi. Tekanan sistolik-

    diastolik diketahui dengan cara auskultasi, palpasi,

    sedangkan tekanan arteri rata-rata (mean arterial

    pressure) diketahui secara langsung dengan monitoring

    tekanan darah elektronik atanu dengan menghitungnya

    yaitu 1/3 (tekanan sistolik+2 x tekanan diastolik) atau

    tekanan diastolik+1/3 (tekanan sistolik-tekanan

    diastolik).

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    16/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    16

    Harga normal frekuensi nadi dan tekanan darah

    Usia Frekuensi Nadi

    (per menit)

    Tekanan Sistolik

    (mmHg)

    Tekanan Diastolik

    (mmHg)Premature 15020 503 302

    Cukup bulan 13318 673 424

    6 bulan 12020 8929 6010

    12 bulan 12020 9630 6625

    2 tahun 10525 9925 6425

    5 tahun 9010 9414 559

    12 tahun 7017 10916 589

    Dewasa 658 12010 8010

    Banyaknya pendarahan

    Monitoring terhadap perdarahan dilakukan dengan

    menimbang kai kasa ketika sebelum kena darah dan

    sesudahnya, mengukur jumlah darah dibotol pengukur

    darah ditambah 10-20% untuk yang tidak dapat diukur.

    b) Invasive (langsung)

    Biasanya dikerjakan untuk bedah khusus atau pasien

    keadaan umum kurang baik.

    1. Dengan kanulasi arteri melalui a. radialis, a. dorsalis

    pedis, a. karotis, a. femoralis dapat diketahui secara

    kontinyu tekanan darah pasien.

    2.

    Dengan kanulasi vena sentral, v. jugularis interna-

    eksterna, v. subklavia, v. basilica, v. femoralis dapat

    diketahui tekanan vena sentral secara kontinyu.

    3. Dengan kanulasi a. pulmonalis (Swan-Ganz) dapat

    dianalisa curah jantung.

    4.

    Pada bayi baru lahir dapat digunakan arteria atau vena

    umbilikalis. Selain itu kanulasi arteri ini dapat

    digunakan untuk memonitor ventilasi dengan mengukur

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    17/27

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    18/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    18

    1) Aksila (ketiak) untuk membacanya perlu 15 menit.

    Dipengaruhi banyaknya rambut ketiak, gerakan pasien,

    manset tensimeter dan suhu cairan infus.

    2)

    Oral-sublingual. Pada pasien sadar sebelum anesthesia.

    3) Rectal seperti thermometer aksila tetapi lebih panjang.

    4) Nasofaring, esophageal. Berbentuk kateter.

    5)

    Lain-lainnakan, misalnya kulit, buli-buli, liang telinga.

    d. Monitoring ginjal

    Untuk mengetahui keadaan sirkulasi ginjal. Produksi air kemih

    normal minimal 0,5-1,0 ml/kgBB/jam dimonitor pada bedah lama dan

    sangat bermanfaat untuk menghindari retensi urin atau distensi buli-

    buli. Monitoring produksi air kemih harus dilakukan dengan hati-hati

    karena selain traumatis juga mengundang infeksi sampai ke

    pielonefritis. Secara rutin digunakan kateter Foley karet lunak ukuran

    5-8F. kalau >1 ml/kgBB/jam dan reduksi urin positif 2, dicurigai

    adanya hiperglikemia.

    e. Monitoring Blokade Neuromuskular

    Stimulasi saraf untuk mengetahui apakah relaksasi otot sudah

    cukup baik atau sebaliknya setelah selesai anesthesia apakah tonus otot

    sudah kembali normal.

    f. Monitoring susunan saraf

    Pada pasien sehat sadar, oksigenasi pada otaknya adekuat kalau

    orientasi terhadap personal, waktu dan tempat baik. Pada saat pasien

    dalam keadaan tidak sadar, monitoring terhadap SSP dikerjakan

    dengan memeriksa respons pupil terhadap cahaya, respons terhadap

    trauma pembedahan, respon terhadap otot apakah relaksasi cukup atau

    tidak.

    g. Monitoring Khusus

    Monitoring tambahan biasanya digunakan pada bedah mayor atau

    bedah khusus seperti bedah jantung, bedah otak posisi telungkup atau

    posisi duduk, bedah dengan teknik hipotensi atau hipotermi dan bedah

    pada pasien keadaan umum kurang baik yang disertai oleh kelainan

    sistemis. Oksimetri denyut, infra red CO2 dan analisa zat anestetik

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    19/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    19

    dapat memberitahukan kita akan adanya gangguan dini, tetapi alat ini

    ada yang menggolongkan monitoring tambahan ada yang memasukkan

    dalam monitoring standar. Ketiga alat ini walaupun sangat bermanfaat,

    tetapi sering diganggu oleh kauter listrik, intervensi cahaya dan sering

    alarm walaupun pasien dalam keadaan klinis baik.

    Alat monitor elektronik dapat saja member informasi salh,

    sehingga yang terbaik ialah kombinasi manual-elektronik. Hipoksia

    menyeluruh dapat menyebabkan bradikardi-hipotensi dan kalau tidak

    segera ditanggulangi dapat menjurus ke henti jantung. Bradikardia

    akibat hipoksia tidak bereaksi terhadap pemberian vagolitik seperti

    atropine, sehingga terapi utama ialah ventilasi dengan O2.

    Post-Operasi2

    1. Cairan Maintenance

    Terapi cairan post operasi diberikan sampai dan disesuaikan dengan

    intake pasien. Pada H1 dan H2 post operasi kita cukup memenuhi

    kebutuhan cairan pasien saja yaitu 50 cc/kgbb/ hari. tidak perlu

    menghitung kebutuhan kalori pasien, karena pada H1 dan H2 post

    operasi, terdapat pemecahan glikogen besar-besaran dari hepar. Nah,

    baru H3 kita perlu menghitung jumlah kebutuhan kalori, yaitu ekita 25-30

    kkal/kgbb/hr

    Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :

    1) Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.

    2) Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan

    lambung, febris).

    3) Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama

    pembedahan.

    4) Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.

    Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu

    kalori, protein dan lemak termasuk unsur penunjang nutrisi elektrolit,

    vitamin dan trace element. Pemberian kalori sampai 40 50 Kcal/kg

    dengan protein 0,2 0,24 N/kg. Nutrisi parenteral ini penting, karena

    pada penderita paska bedah yang tidak mendapat nutrisi sama sekali

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    20/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    20

    akan kehilangan protein 75 125 gr/hari. Hipoalbuminemia

    menyebabkan edema jaringan, infeksi dan dehisensi luka operasi, terjadi

    penurunan enzym pencernaan yang menyulitkan proses realimentasi.

    2.

    Pain control: NSAID, Opioid1) Opioid

    Opiat adalah obat yang dibuat dari opium, getah (eksudat) dari

    bungga candu papever somniferum. Opioid ialah semua obat yang

    dapat berikatan dengan reseptor morfin baik yang berasal dari badan

    sendiri (natural) atau buatan (sintetik), misalnya heroin, morfin,

    petidin, kodein, metadon. Narkotik ialah istilah yang tidak spesifik

    untuk semua obat yang dapat menyebabkan tidur termasuk obat

    anestetik. Istilah ketiganya sering dicampur aduk.

    Karakteristik saat mengkonsumsi opioid

    Sistem reward di otak, locus coeruleus, nucleus accumbens, area

    segmental ventralis dan substansia kelabu periaquaduktus kaya akan

    reseptor dopamine. Dopamine merupakan system neuro-endokrin,

    mediator utama pada system reward.

    Dalam keadaan normal, seseorang akan merasa nikmat pada saat

    melakukan sesuatu pekerjaan, misalnya melakukan hobinya,

    merasakan makanan lezat atau melakukan aktivitas seksual. Rasa

    nikmat ini akibat meningkatnya kadar endorphin (endomorfin) dalam

    system reward.

    Jikalau seseorang mengkonsumsi opioid dari luar sehingga dapat

    meningkatkan kadar dopamine dalam system reward, maka ia akan

    merasakan kenikmatan yang luar biasa dibandingkan dengan keadaan

    yang biasanya dirasakan dalam keadaan normal.

    Dampak samping ketagihan opioid

    Ketagihan opioid akan menyebabkan berjangkitnya beberapa

    penyakit seperti hepatitis, HIV, endokarditis dan malnutrisi. Selain

    pasien dengan ketagihan opioid akan mengalami gangguan fisik juga

    mengalami gangguan psikis malas belajar, malas bekerja dan

    cenderung berbuat criminal.

    Sindroma Putus Opioid

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    21/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    21

    Hipertensi, takikardia, takipnu, hipertermi, tremor, mual-muntah,

    anoreksia, diare, gerakan ekstremitas tak terkoordinir, rinorea (hidung

    meler), keringatan, lakrimasi, piloreksi, gelisah, menggigil, nyeri otot

    dan insomnia. Sindroma ini tidak mengenakkan, sehingga cenderung

    orang tersebut kembali mengkonsumsi opioid.

    Terapi ketagihan opioid

    Terapi ketergantungan opioid sangat rumit dan perlu penanganan

    terpadu secara multidisiplin. Terapi biasanya digolongkan menjadi:

    Nonmedis (tradisional, spiritual)

    Medis

    o Konvensional

    Dengan memberikan opioid metadon, kemudian

    dosisnya diturunkan secara bertahap.

    o Detoksifikasi cepat

    Rapid detoxification, ultrarapid detoxification

    Anesthesia assisted detoxification, one day opiate

    detoxification under anesthesia. Rapid opiate

    detoxification under anesthesia, DOCA (Detoksifikasi

    Opiat Cepat Anestesia)

    Detoksikasi opioid cepat dengan anesthesia (DOCA)

    Merupakan usaha melepaskan opioid yang melekat di reseptor

    opioid dan mengganti dengan antagonisnya misalnya dengan nalokson

    atau nltrekson. Tujuan memberikan anesthesia umum ialah untuk

    mengurangi atau meniadakan sindroma putus obat yang sangat tidak

    enak untuk pasien sadar.

    Persiapan anesthesia

    Keadaan umum pasien harus cukup baik dengan status fisik ASA I

    atau II, pemeriksaan laboratorium seperti biasanya yaitu darah kecil

    Hb, leukosit, waktu pendarahan, waktu pembekuan dan urinalisis

    ditambah yang dianggap perlu misalnya pemeriksaan fungsi hati,

    fungsi ginjal, EKG dan sebagainya.

    Premedikasi

    Oral: Diazepam (Valiun, stesolid) 2,5 mg

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    22/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    22

    Klonidin (catapres) 75, 150 g

    Ranitidin (ranin, zantac) 75, 150 mg

    Vitamin C (vitacimin) 500 mg

    Prainduksi

    Midasolam (dormikum) 5 mg intravena.

    Ondansteron (zofran) 4 mg intravena.

    Induksi

    Propofol 1-1,5 mg/kgbb

    Pelumpuh otot non depolarisasi

    Intubasi trakea

    Pasang sonde lambung

    Pasang kateter urin

    Pemeliharaan anesthesia

    Propofol 4 mg/kg/jam

    Lambung dibilas dicuci dengan air mineral melalui sonde

    lambung sampai bersih (bening), bebas dari cairan lambung,

    cairan pancreas dan cairan empedu. Setelah itu dimasukkan

    bubuk naltrekson, bubuk klonidin ditmbah obat lain sesuai

    keperluan.

    Pasca anesthesia

    Penyulit yang timbul diterapi seperti biasa.

    Komplikasi DOCA

    Edema paru, Aspirasi, Gangguan Kardiovaskular.

    Kerugian DOCA

    Perlu biaya tinggi, kasusnya selektif, standarisasi sulit dibuat

    karena tidak ada kasus control, literature tentang DOCA minim, dan

    risiko kematian kalau tidak cermat.

    2) NSAID (Nonsteroidal anti -in fl amatory drug)

    Banyak obat memiliki sifat analgetik yang tidak berkaitan dengan

    reseptor opioid misalnya acetaminophen dan NSAID (nonsteroidal

    anti-inflamatory drug). Golongan obat analgetik nonopioid dianggap

    kurang meyakinkan untuk mengurangi nyeri pasca bedah, kecuali

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    23/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    23

    kalau sifat nyeri pasca bedah tersebut nyeri sedang. Golongan obat

    analgetik nonopioid ini digunakan sebagai tambahan penggunaan

    opioid dosis rendah untuk menghindari efek samping opioid yang

    berupa depresi napas. Golongan analgetik nonopioid selain bersifat

    anti inflamasi juga bersifat analgesic, antipiretik dan anti pembekuan

    darah.

    Kerja obat ini menghambat aktivitas enzim siklo-oksigenase,

    sehingga terjadi penghambatan sintesis prostaglandin perifir.

    Prostaglandin dihasilkan oleh fosfolipid dari dinding sel yang rusak

    akibat trauma bedah. Prostaglandin sendiri secara langsung tidak

    menyebabkan nyeri, tetapi menurunkan respons terhadap inflamasi,

    sehingga mengurangi nyeri perifir.

    Asam asetil salisilat (aspirin)

    Digunakan untuk mengurangi nyeri ringan atau sedang dan

    biasanya dikombinasi dengan analagetik lain untuk 3-4 hari.

    Aspirin lebih bersifat antipiretik. Dosis oral tablet 250-500

    mg/8-12 jam.

    Indometasin

    Indometasin (confortid) 25 mg/ 8-12 jam bermanfaat untuk

    mengobati arthritis.

    Diklofenak

    Diklofenak (voltaren) :

    Dosis dewasa oral 50-1mg/8-12 jam

    Suntikan 75 mg

    Supposituria 50-100 mg/12 jam.

    Ketorolak (toradol)

    Dapat diberikan secara oral, intramuscular atau

    intravena. Tidak dianjurkan untuk intratekal atau epidural.

    Setelah suntikan intramuscular atau intravena efek analgesinya

    dapat dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam

    dengan lama kerja sekitar 4-6 jam dan penggunaannya dibatasi

    untuk 5 hari.

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    24/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    24

    Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam

    sesuai kebutuhan. Untuk pasien normal dosis sehari dibatasi

    maksimal 90 mg dan untuk berat badan

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    25/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    25

    Acetaminophen

    Acetaminophen (paracetamol, panadol) tak punya sifat anti

    inflamasi dan sifat inhibitor terhadap sintesis prostaglandin

    sangat lemah, karena itu tak digolongkan sebagai NSAID.

    Biasanya untuk nyeri ringan dan dikombinasikan dengan

    analgeti lain.

    Dosis oral 500-1000 mg/ 4-6 jam.

    Dosis maksimal 4000 mg/hari.

    Dosis toksis dapat menyebabkan nekrosis hati, karena ia

    dirusak oleh enzim mikrosomal hati. Acetaminophen lebih

    disukai disbanding aspirin, karena efek samping terhadap

    lambung dan gangguan pembekuan darah minimal.

    Efek Samping Golongan NSAID

    i. Gangguan system saluran cerna

    Lambung merasa nyeri, panas, kembung, mual muntah,

    konstipasi, diare, dyspepsia, perdarahan tukak lambung,

    ulserasi mukosa lambung dan perforasi.

    ii. Hipersensitivitas kulit

    o

    Ringan : gatal, pruritus, erupsi, ultikaria.

    o Berat : sindroma steven Johnson, sindroma Lyell

    (jarang).

    iii.

    Gangguan fungsi ginjal

    Terjadi penurunan aliran darah ginjal, penurunan laju

    filtrasi glomerulus, retensi natrium, hiperkalemia, peningkatan

    ureum, kreatinin, prerenal azotemia, nekrosis papil ginjal,

    nefritis, sindroma nefrotik.

    iv. Gangguan fungsi hepar

    Peningkatan kadar SGOT, SGPT, gama-globulin, bilirubin,

    ikterus hepatoseluler.

    v. Gangguan system darah

    Terjadi trombositopenia, leukemia, anemia aplastik.

    vi.

    Gangguan kardiovaskular

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    26/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi

    Email: [email protected]

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    26

    Akibat retensi air dapat menyebabkan edema, hipertensi

    dan gagal jantung.

    vii. Gangguan respirasi berupa tonus otot bronkus meningkat,

    asma.

    viii. Keamanannya belum terbukti pada wanita hamil, wanita

    menyusui, proses persalinan, anak kecil dan manula.

    Kesimpulan

    Pada kasus hernia inguinalis dextra reponible yang akan dilakukan terapi

    pembedahan perlu dilakukan persiapan dan penilaian, hal ini dikarenakan sering nya

    kejadian persiapan prabedah kurang memadai yang dapat menjadi faktor-faktor

    penyumbang sebab-sebab terjadinya kecelakaan anesthesia. Penting nya persiapan

    memiliki tujuan utama untuk mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya

    operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Oleh karena ini sebelum

    disepakatinya terapi pembedahan sangat perlu untuk mengkonsultasikan pasien untuk

    persiapan dan penilaian pasien oleh dokter anastesi.

  • 8/11/2019 Sken6 Hernia Inguinalis by Vivi Silfia

    27/27

    Blok 29_Emergency Medicine-1

    *alamat korespondensi 27

    Daftar Pustaka

    1. Editor: R Sjamsuhidajat, Warko Karnadiharja, Theddeus O.H. Prasetyo, &

    Reno Rudiman. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. 2010. h.

    619-627.

    2. Said A Latief, Kartini A Suryadi, M Ruswan Dachlan. Petunjuk praktik

    Anestesiologi. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI. 2002. h. 29-35, 90-95, 129-132, 161.

    3.

    Gleadle J. At a Glance : Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit

    Erlangga. 2005. h. 146-7.

    4. Editor: Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus

    Simadibrata K, Siti Setiadi. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke-5.

    Jakarta: InternaPublishing. 2010. h. 74.

    5. Herawati S, Ign iskandar, Harny E, Sanarko Lukman H, Regie S. Penuntun

    Patologi Klinik Hematologi. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran

    UKRIDA. 2007. h. 31, 177-178.

    6. Ronald A Sacher, Richard A MCDherson. Tinjauan klinis Pemeriksaan

    Laboratorium. Edisi ke-11. Jakarta: EGC. 2004. h. 327.

    7. Otsuka. Pedoman terapi cairan Basic Solution dan Nutrisi Parenteral. Edisi ke-

    10. Otsuka Indonesia: 2013. h. 1.

    8.

    Otsuka. Pedoman Cairan Infus. Edisi ke-9. Otsuka Indonesia: 2007. h. 33.