sk.3 muskuloskeletal

27
Naufal Kamal Yurnadi 1102014189 1. Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae 1.1 Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae secara Makroskopis 1.2 Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae secara Mikroskopis 1.3 Memahami dan menjelaskan Kinesiologi Articulatio Coxae 2. Memahami dan menjelaskan Fraktur 2.1 Memahami dan menjelaskan Fraktur 2.2 Memahami dan menjelaskan Definisi 2.3 Memahami dan menjelaskan Etiologi 2.4 Memahami dan menjelaskan Klasifikasi 2.5 Memahami dan menjelaskan Patofisiologi 2.6 Memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinik 2.7 Memahami dan menjelaskna Pemeriksaan 2.8 Memahami dan menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding 2.9 Memahami dan menjelaskan Komplikasi 2.10 Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan 2.11 Memahami dan menjelaskan Prognosis

Upload: nauvalkamalyurnadi

Post on 04-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Fraktur

TRANSCRIPT

Page 1: Sk.3 Muskuloskeletal

Naufal Kamal Yurnadi

1102014189

1. Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae1.1 Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae secara Makroskopis1.2 Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae secara Mikroskopis1.3 Memahami dan menjelaskan Kinesiologi Articulatio Coxae

2. Memahami dan menjelaskan Fraktur2.1 Memahami dan menjelaskan Fraktur 2.2 Memahami dan menjelaskan Definisi2.3 Memahami dan menjelaskan Etiologi2.4 Memahami dan menjelaskan Klasifikasi2.5 Memahami dan menjelaskan Patofisiologi2.6 Memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinik2.7 Memahami dan menjelaskna Pemeriksaan2.8 Memahami dan menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding2.9 Memahami dan menjelaskan Komplikasi2.10 Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan2.11 Memahami dan menjelaskan Prognosis

Page 2: Sk.3 Muskuloskeletal

1. Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae1.1 Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae secara Makroskopis

Panggul merupakan articulation sferoidea synovial . Memiliki artikulasi antara kaput femoralis yang bulat dengan acetabulum yang seperti bahu, tepinya dipertinggi oleh adanya cincin fibrokartilaginosa- labrum acetabulare. Bangian sentral dan inferior dari acetabulum sama sekali tidak memiliki permukaan artikularis. Regio ini disebut acetabularisyang merupakan tempat lewat ligamentum teres menuju fovea pada kaput femoralis. Batas inferior di bawah incissura acetabularis memiliki ligamentum transversum acetabuli.

Kapsula articulation coxae melekat di atas batas acetabulum, termasuk ligamentum transversum acetabuli. Kapsul ini melekat ke femur di anterior pada linea trokanterika dan ke basis trokanter. Di posterior kapsula ini melekat ke femur di tempat yang lebih tinggi, 1 cim di atas crista trochanterika.

Stabilitas ligamentosa dipertahankan oleh tiga ligamentum, yaitu:- Ligamentum iliofemorale (ligamentum Bigelow), keluar dari spina iliaca anterior

inferior dan masuk ke tiap sisi linea trochanterica, mencegah hiperekstensi panggul.- Ligamentum pubofemorale, keluar dari sambungan iliopubis dan melewati kapsula di

atas linea trokanterika yang merupakan tempat melekat.- Ligamentum iskiofemorale, keluar dari iskium dan sebagian melingkar ke lateral

untuk melekat ke basis M.Trochanter major.

1

Page 3: Sk.3 Muskuloskeletal

Sumber: Syamsir, M. 2014. Muskuloskeletal Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas YarsiSumber: Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance Series Anatomi. Jakarta : Penerbit Erlangga.1.2 Memahami dan menjelaskan Articulatio Coxae secara Mikroskopis

SUSUNAN TULANG1. Matriks tulang

Bagian anorganik: kalsium, fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan natrium.

Bagian organik : terutama terdiri atas kolagen tipe 1

2. Sel tulang Osteoprogenitor

Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang

OsteoblastBerasal dari sel-sel osteoprogenitor. Osteoblast berperan untuk sintesis

komponen protein organic dari matriks tulang, meliputi kolagen tipe 1, proteoglikan, dan glikoprotein. Sel ini mempunyai juluran sitoplasma yang mana sel kontak dengan juluran osteoblast lainnya dan osteosit serta membentuk gap junction. Sel ini dapat terjebak dalam lacuna namun masih dapat kontak dengan sel-sel lain melalui juluran sitoplasmanya. Osteoblast yang terjebak ini disebut sebagai osteosit.

OsteositOsteosit adalah sel tulang yang matang menempati lakunanya sendiri. Sel

ini mempunya juluran sitoplasma yang ramping yang menjulur melalui kanalikuli dalam matriks yang kalsifikasi. Sel ini mendapat nutrisi dan dipertahankan oleh nutrient, metabolit, dan molekul sinyal yang dibawa oleh cairan ekstraseluler yang mengalir melalui lacuna dan kanalikuli

2

Page 4: Sk.3 Muskuloskeletal

OsteklasOsteoklas adalah sel besar, berinti banyak, motil yang meresorpsi tulang.

Sel ini berasal dari sel-sel sistem fagosit mononuclear. Osteoklas membentuk dan menempati lekukan yang dikenal sebagai lacuna Howship yang merupakan daerah resorpsi tulang.

STRUKTUR TULANGPada penampang melintang tampak substansia kompakta (padat) dan

substansia spongiosa (berongga). Ujung tulang panjang, bulat disebut epiphysis=pertumbuhan keluar, terdiri dari tulang berongga ditutupi selapis tulang kompakta

Bagian silindris (diaphysis=pertumbuhan diantara) terdiri dari tulang kompakta dengan sedikit tulang spongisa di sekitar rongga sumsum tulang.

PEMBENTUKAN TULANG Ossifikasi intramembranosa

Sel-sel mesenkim dengan adanya zona vascular, memadat menjadi pusat osifikasi primer, berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresi osteoid. Aktivitas mitosis sel-sel mesenkim menjadi sel-sel osteoprogenitor, yang mengalami pembelahan sel dan membentuk lebih banyak sel-sel osteoprogenitor / berdiferensiasi menjadi osteoblast dalam lapisan dalam periosteum yang sedang terbentuk. Periosteum dan endosteum berkembang dari bagian-bagian lapisan mesenkim yang tidak mengalami osifikasi.

3

Page 5: Sk.3 Muskuloskeletal

Ketika terjadi kalsifikasi, osteoblast menjadi terjebak dalam matriksnya sendiri dan menjadi osteosit. Pusat perkembangan tulang ini disebut trabekula. Penyatuan trabekula tulang menghasilkan tulang spongiosa ketika pembuluh darah menyusup daerah itu dan sel-sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi lainnya membentuk sumsum tulang.

Ossifikasi endochondral1. Zona tenang (Resting)

Terdiri atas tulang rawan hialin primitive, terdapat paling dekat dengan ujung tulang. Zona ini memperlihatkan penumbuhan ke segala arah

2. Zona proliferasiZona ini aktif dengan banyak gambaran mitosis. Sel-sel zona tenang

membelah dan menghasilkan sel anak yang tersusun dalam deretan sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.

3. Zona maturasiDi zona ini, sudah tidak terjadi mitosis lagi dan sel-sel serta lakuna

membesar, dan berubah bentuk menjadi kuboid. Pembesaran sel itu menambah panjang tulang rawan di daerah itu.

4. Zona kalsifikasiPada zona ini matriks yang mengelilingi lakuna yang besar itu terpulas

sangat basofilik karena adanya endapan mineral di dalamnya.5. Zona degenerasi

Sel-sel tulang rawan mati dan larut, sama halnya dengan matriks di antara sel-sel itu. Sum-sum primer vascular meluas masuk ke dala rongga-rongga yang terjadi akibat penghancuran sel-sel dan matriks.

6. Zona ossifikasiDi zona ini osteoblast berkembang dari sel mesenkim yang berasal dari

jaringan sumsum dan berkumpul pada lempeng tulang rawan berkapur yang terbuka, tempat mereka meletakkan tulang. Sisa tulang rawan berkapur membentuk rangka penyokong.

4

Page 6: Sk.3 Muskuloskeletal

Sumber: Eroschenko, Victor P. 2007. Difiore’s: Atlas of Histology with Functional Correlations 11th.Idaho: WWAMI Medical Program University of Idaho.Sumber: Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah OrtopediEdisi 3. Jakarta: Yarsif Watam Pone

1.3 Memahami dan menjelaskan Kinesiologi Articulatio CoxaeGerak sendi Fleksi : M.iliopsoas, M.pectineus, M.rectus femoris, M.adductor longus,

M.adductor brevis, M.adductor magnus pars anterior tensor fasciae latae.

Ekstensi : M. gluteus maximus, M.semitendinosis, M.semimembranosus, M.biceps femoris caput longum, M.adductor magnus pars posterior.

Abduksi : M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.piriformis, M.sartorius, M.tensor fasciae latae.

Adduksi : M.adductor magnus, M.adductor longus, M.adductor brevis, M.gracilis, M.pectineus, M.obturator externus, M.quadratus femoris.

Rotasi medialis : M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M.adductor magnus (pars posterior).

Rotasi lateralis : M.piriformis, M.obturator internus, Mm.gamelli, M.obturator Externus, M.quadratus femoris, M.gluteus maximus dan Mm.adductores.

5

Page 7: Sk.3 Muskuloskeletal

Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os.coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat ke linea intertrochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan posterior collum femoris kira-kira sebesar ibu jari diatas crista trochanterica. Bagian dari lateral dan distal belakang colum femoris adalah extracapsular articularis. Sehingga fraktur colum femoris dapat terjadi intracapsular dan extracapsular.

2. Memahami dan menjelaskan Fraktur 2.1 Memahami dan menjelaskan Definisi

Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang atau pecah (ruptur) pada tulang. (Dorland, 2011)

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis yang bersifat total maupun parsial.

Sumber: Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang: Bintang Lamupate

Fraktur femoris adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

Sumber: Grace, Pierce A dan Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga

2.2 Memahami dan menjelaskan EtiologiFraktur dapat terjadi akibat beberapa sebab, yaitu: Trauma langsung

Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.

Trauma tidak langsungTulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan,

misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur.

6

Page 8: Sk.3 Muskuloskeletal

Fraktur patologisFraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur

patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur colum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause.

2.3 Memahami dan menjelaskan Klasifikasi

Menurut Mansjoer (2002) ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar di bagi menjadi dua antara lain:

1. Fraktur tertutup (closed) Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam

dan pembengkakan. Tingkat 3: Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman

sindroma kompartement. 2. Fraktur terbuka (open/compound fraktur)

Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan/potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. Derajat patah tulang terbuka : Derajat I

Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal. Derajat II

Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas. Derajat III

Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.

Menurut Mansjoer (2002) derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Patah tulang lengkap (Complete fraktur)

Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat.

2. Patah tulang tidak lengkap ( Incomplete fraktur ) Bila antara patahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah

yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick.

7

Page 9: Sk.3 Muskuloskeletal

Menurut Mansjoer (2002) bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5 yaitu:1. Fraktur Transversal

Fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2. Fraktur OblikFraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan

merupakan akibat dari trauma angulasi juga.3. Fraktur Spiral

Fraktur yang arah garis patahnya spiral yang di sebabkan oleh trauma rotasi.4. Fraktur Kompresi

Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5. Fraktur Afulsi Fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya

pada tulang.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) jumlah garis patahan ada 3 antara lain: 1. Fraktur Komunitif

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. 2. Fraktur Segmental

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.3. Fraktur Multiple

Fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

Sumber: Reksoprodjo, Soelarto. dkk. 2014. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: BINARUPA AKSARA Publisher

Klasifikasi fraktur collum femoris, yaitu:1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

Fraktur capital : Fraktur pada kaput femur Fraktur subkapital : Fraktur yang terletak di bawah kaput femur Fraktur transervikal : Fraktur pada kolum femur

2. Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul

Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut : Grade I : Fraktur inkomplit Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment) Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen

yang bersinggungan

8

Page 10: Sk.3 Muskuloskeletal

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan.Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi

tegak

2.4 Memahami dan menjelaskan PatologiKetika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh trauma, peristiwa tekanan

atau pun patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi

9

Page 11: Sk.3 Muskuloskeletal

jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.

Sumber: Apley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika Sumber: Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.

2.5 Manifestasi Klinis Fraktur

Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang paling sering terjadi terutama pada usia lanjut karena jatuh. Fraktur tersebut tidak sembuh dengan mudah sehingga menyebabkan penurunan suplai darah pada caput femoris. Terjadi syok hebat dan pada fraktur tertutup, dan fat emboli sering ditemukan. Kaki berotasi keluar, memendek dan deformitas. Paha membengkak dan memar. Patah pada daerah ini menimbulkan pendarahan yang cukup banyak. Penderita biasanya tidak hanya nyeri bahkan tidak bisa bangun. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan fraktur.

Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekka deformitas, krepitus pembengkakan local dan perubahan warna. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

a) Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas yang bisa diketahui dengan ekstermitas normal.Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.

b) Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dgn yang lainnya.

c) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur

2.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur Femur

10

Page 12: Sk.3 Muskuloskeletal

1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera,

posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya.

Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera

Terdapat tiga situasi dimana fraktur leher femur dapat terlewatkan;

Fraktur-tekanan : Pasien manula dengan nyeri pinggul yang tak diketahui mungkin mengalami fraktur-tekanan; pemeriksaan sinar X hasilnya normal tetapi scan tulang akan memperlihatkan lesi “panas”.

Fraktur yang terimpaksi : Garis awal fraktur tak terlihat, tetapi bentuk kaput femoris dan leher berubah; selalu bandingkan kedua sisi.

Fraktur yang tidak nyeri : Pasien yang berada di tempat tidur dapat mengalami fraktur “diam”.

2. Pemeriksaan UmumDicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple,

fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasienakan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.a. Inspeksi (look)b. Palpasi (feel)c. Gerakan (moving)

A. Inspeksi / lookPada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya

asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat

11

Page 13: Sk.3 Muskuloskeletal

pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.

B. Palpasi / feelNyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara

objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas.

Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.

C. Gerakan / movingGerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan

nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function)

Pemeriksaan Penunjang Fraktur Collum Femoris

a. Sinar XPemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Pemeriksaan sinar X terdiri dari :1. Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X

tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang (anterior-posterior dan lateral).

2. Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat emngalami fraktur dan angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan pada foto sinar X.

12

Page 14: Sk.3 Muskuloskeletal

3. Dua tungkai. Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto tungkai yang tidak cidera dapat bermanfaat. Dua cidera kekuatan yang hebat sering menyebabkan cidera pada lebih dari singkat. Karena itu bila ada fraktur pada calcaneus atau femur, perlu juga diambil foto sinar-X pada tulang belakang.

4. Dua kesempatan. Segera setelah cidera suatu fraktur (misalnya pada skafoid carpal) mungkins ulit dilihat. Kalau ragi-ragu sebagai akibat resorpbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat menegakkan diagnosis.

b. Pencitraan khusus

Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar x biasa. Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur condylus tibia, ct dan MRI mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah fraktur vertebrae mengancam akan menekan medula spinalis. Sesungguhnya potret transeksional snagat penting untuk visualisasi. Fraktur secara tepat pada tempat yang sukar misalnya calcaneus atau acetabulum, dan potret rekonstruksi 3 dimensi bahkan lebih baik. Scanning radioisotop berguna untuk mendiagnosis fraktur tekanan yang dicurigai atau fraktur bergeser yang lain.

13

Page 15: Sk.3 Muskuloskeletal

Intracapsular Fracture Intertrochanteric Fracture

Subtrokchanteric fracture

DIAGNOSIS BANDING

a. Osteitis PubisOsteitis pubis adalah peradangan simfisis pubis dan sekitarnya insersi otot. Osteitis pubis biasanya dialami oleh atlet. Gejala yang muncul dari pubis osteitis dapat hampir semua keluhan tentang pangkal paha atau perut bagian bawah serta perbedaan panjang kaki.

14

Page 16: Sk.3 Muskuloskeletal

http://www.orthoclinic.com.sg/wp-content/uploads/2013/10/osteitis_pubis.jpg

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisSlipped capital femoral epiphysis adalah ketidakstabilan growth plate (lempeng pertumbuhan) femoralis proksimal. Ada pemisahan epiphysis femoralis proksimal melalui pelat pertumbuhan sehingga menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

http://www.orthopediatrics.com/binary/org/ORTHOPEDIATRICS/images/hipimages/child_hip_slipped_cfe_anatomy05.jpg

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052

c. Snapping Hip Syndrome

Snapping Hip Syndrome atau Iliopsoas Tendinitis adalah suatu kondisi dimana Anda mendengar suara derik atau merasakan sensasi gertak di pinggul ketika sedang berjalan, berlari, bangun dari kursi, atau mengayunkan kaki. Gertakan pinggul terjadi

15

Page 17: Sk.3 Muskuloskeletal

akibat hasil dari kekakuan otot dan tendon di sekitar pinggul. Orang-orang yang terlibat dalam olahraga lebih mungkin untuk mengalami patah pinggul. Penari dan Atlet muda lebih rentan memiliki patah pinggul.

http://www.caringmedical.com/wp-content/uploads/2013/11/Snapping_Hip_syndrome.jpg

2.7. Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur

1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.

1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.

2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di

16

Page 18: Sk.3 Muskuloskeletal

butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;(1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi(2) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan(3) Memantau status neurologi.(4) Mengontrol kecemasan dan nyeri(5) Latihan isometrik dan setting otot(6) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari(7) Kembali keaktivitas secara bertahap.

2.8. Komplikasi Fraktur Collum Femoris

Komplikasi awal

o Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan

darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

o Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk

kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

o Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan

dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.

o Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama.

Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.o Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah

tindakan operasi.o Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama

(jaringan tulang mati dan nekrotik)o Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuk

o Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.

o Anggota gerak memendek (ektrimitas).

17

Page 19: Sk.3 Muskuloskeletal

Komplikasi lambat

o Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang

lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan).o Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

o Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu

semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.o Kekakuan pada sendi.

o Refraktur: terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang

solid.2.9 Memahami dan menjelaskan Prognosis

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti immobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat essensial dalam penyembuhan fraktur.

Daftar Pustaka

Reksoprodjo, Soelarto. dkk. 2014. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: BINARUPA AKSARA Publisher

Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang: Bintang Lamupate

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.

Syamsir, M. 2014. Muskuloskeletal Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi

Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance Series Anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumber: Eroschenko, Victor P. 2007. Difiore’s: Atlas of Histology with Functional Correlations 11th.Idaho: WWAMI Medical Program University of Idaho.

Tambayong, Jan. 1999. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Grace, Pierce A dan Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga

18

Page 20: Sk.3 Muskuloskeletal

Apley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika 

Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.

19