muskuloskeletal skenario 3

37
DAFTAR ISI Daftar Isi ……………………………………………………………………………. 1 Skenario …………………………………………………………………………….. 2 Kata Sulit …………………………………………………………………………… 3 Brain Storming ……………………………………………………………………... 4 Jawaban …………………………………………………………………………….. 5 Hipotesis ……………………………………………………………………………. 6 Sasaran Belajar ……………………………………………………………………... 7 LI.1. Memahami dan Menjelaskan articulatio coxae ………………………………. 8 1.1. Makroskopis ………………………………. ………………………….. 8 1.2. Mikroskopis ……………………………………………………………. 8 LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur ……………………………………….. 14 2.1. Definisi ………………………………………………………………... 14 2.2. Klasifikasi ………………………………………………………………14 2.3. Diagnosis ……………………………………………………………… 16 LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femoris ……………………………… 16 3.1. Definisi ……………………………………………………………….. 16 3.2. Etiologi ……………………………………………………………….. 17 3.3. Epidemiologi ………………………………………………………….. 17 3.4. Klasifikasi……………………………………………………………… 17 3.5. Patofisiologi ………………………………………………………..….. 18 3.6. Manifestasi …………………………………………………………….. 18 3.7. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang ……………………….. 19 3.8. Diagnosis Banding ……………………………………………………... 22 3.9. Komplikasi ………………………………………………………….….. 24 3.10. Penatalaksanaan ……………………………………………………….. 24 3.11. Prognosis ……………………………………………………………….. 25 Daftar pustaka ………………………………………………………………...……. 26 1

Upload: rani-dwi-n

Post on 03-Feb-2016

388 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

muskuloskelatal skenario 3

TRANSCRIPT

Page 1: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

DAFTAR ISIDaftar Isi ……………………………………………………………………………. 1Skenario …………………………………………………………………………….. 2Kata Sulit …………………………………………………………………………… 3Brain Storming ……………………………………………………………………... 4Jawaban …………………………………………………………………………….. 5Hipotesis ……………………………………………………………………………. 6Sasaran Belajar ……………………………………………………………………... 7LI.1. Memahami dan Menjelaskan articulatio coxae ………………………………. 8

1.1. Makroskopis ………………………………. ………………………….. 81.2. Mikroskopis ……………………………………………………………. 8

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur ……………………………………….. 142.1. Definisi ………………………………………………………………... 142.2. Klasifikasi ………………………………………………………………142.3. Diagnosis ……………………………………………………………… 16

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femoris ……………………………… 163.1. Definisi ……………………………………………………………….. 163.2. Etiologi ……………………………………………………………….. 173.3. Epidemiologi ………………………………………………………….. 173.4. Klasifikasi……………………………………………………………… 173.5. Patofisiologi ………………………………………………………..….. 183.6. Manifestasi …………………………………………………………….. 183.7. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang ……………………….. 193.8. Diagnosis Banding ……………………………………………………... 223.9. Komplikasi ………………………………………………………….….. 243.10. Penatalaksanaan ……………………………………………………….. 243.11. Prognosis ……………………………………………………………….. 25

Daftar pustaka ………………………………………………………………...……. 26

1

Page 2: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

SKENARIO 3NYERI PANGGUL

Seorang perempuan berusia 60 tahun dating ke UGD rumahsakit dengan keluhan nyeri panggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi. Sejak terjatuh tidak mampu berdiri karena rasanyeri yang sangat pada panggul kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekuensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada art. coxae dextra, posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan exorotasi. Ditemukan krepitasi tulang dan nyeri tekan juga pemendekan ekstremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Neovaskular distal baik. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur femoris tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

2

Page 3: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

KATA SULIT

1. Art. Coxae dextra = sendi panggul kanan2. Fraktur femoris = terputusnya kontinuitas pada os femur3. Hematom = penggumpalan darah yang terlokasi4. Krepitasi = suara berderak seperti bila kita menggesekan ujung

ujung tulang yang patah5. Neurovascular distal = berhubungan dengan elemen syaraf, dengan elemen

vascular atau berhubungan dengan syaraf yang mengendalikan caliber pembuluh darah

6. Compos mentis = keadaan normal sepenuhnya dalam keadaan sadar7. Fleksi = gerakan yang mendekatkan bagian dari tulang, yang

membentuk sendi8. Abduksi = gerakkan yang menjauhi bidang sagittal9. Eksorotasi = gerakan berputar dari medial – anterior – lateral 10. Fraktur = pemecahan suatu bagian khususnya tulang

3

Page 4: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

BRAIN STORMING

1. Mengapa terjadi pemendekan ekstremitas?2. Mengapa semua tanda vital diatas normal?3. Adakah hubungan hematom dengann tekanan darah meningkat?4. Mengapa bisa terjadi hematom?5. Apa yang menyebabkan terjadinya nyeri tekan?6. Apa saja macam-macam fraktur?7. Mengapa keadaannya kompos mentis?8. Mengapa ditemukan krepitasi tulang?9. Mengapa terjadi abduksi, fleksi, eksorotasi pada fraktur?10. Mengapa harus dilakukan operasi?11. Mengapa neurovascular distal masih baik?12. Pemeriksaan apa saja selain pemeriksaan radiologi?13. Mengapa didiagnosis fraktur femoris tertutup?14. Adakah hubungan fraktur dengan usia? (factor resiko fraktur)15. Bagaimana penanganan pertama pada fraktur?16. Apakah tulang femoris dapat kembali normal?

4

Page 5: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

JAWABAN

1. Karena itu merupakan manifestasi dari fraktur (deformitas).2. Karena pada perdarahan denyut nadi meningkat maka tekanan darah menurun,

dan rasa nyeri yang hebat menyebabkan tekanan darah meningkat, frekuensi nafas meningkat untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.

3. Ada, karena hematom terjadi akibat adanya perdarahan ringan sehingga berpengaruh terhadap meningkatnya denyut nadi, dan adanya rasa nyeri yang hebat menyebabkan peningkatan tekanan darah.

4. Karena hematom merupakan proses penyembuhan tulang Inflamasi Proliferasi = Hematom Pembentukan kalus Remodeling

5. karena adanya inflamasi.6. 1. Berdasarkan proses penyakit

Fraktur fisiologis = trauma hebat Fraktur patologis = tumor

2. Berdasarkan klinis Fraktur terbuka Fraktur tertutup

3. Berdasarkan jenis radiologi Oblik Transversal Spiral Kominutif Segmental

7. Karena cedera tidak menganggu fungsi dan struktur organ yang mengatur kesadaran.

8. Karena ada diskontinuitas jaringan tulang.9. Karena adanya deformitas.10. Untuk membantu proses remodeling.11. - Adanya anastomosa

- Tidak mencederai pembuluh darah dan syaraf12. Pemeriksaan fisik = look, feel, move13. Karena fraktur terjadi di os femur dengan jaringan kulit masih utuh14. - usia lebih dari 60 tahun rentan terkena fraktur

Fraktur fisiologis biasanya sering terjadi pada usia muda Fraktur patologis biasanya sering terjadi pada usia tua

- jenis kelaminwanita lebih beresiko terkena osteoporosis

- life style15. - Airway, breathing, circulation

- Imobilisasi balut bidai- Reposisi tertutup = skin traction, operasi dengan panduan X-ray (C-arm)

terbuka = operasi- Viksasi ORIV = Open Reposition Internal Viksasi

16. Bisa kembali normal.

5

Page 6: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

HIPOTESIS

Usia, jenis kelamin, dan life style merupakan factor resiko terjadinya fraktur yang dapat menyebabkan trauma serta dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa adanya rasa nyeri, krepitasi tulang, deformitas, hematom dan perubahan Range of Movement (ROM). Pemeriksaan penunjang radiologi berupa X-Ray juga sangat membantu untuk menegakkan diagnosis fraktur tertutup maupun fraktur terbuka, adapun penanganan pertama pada fraktur yaitu imobilisasi, reposisi, dan fiksasi. Jika ditangani dengan segera tulang dapat kembali normal.

6

Page 7: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

SASARAN BELAJAR

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Articulatio Coxae1.1. Makroskopis Articulatio Coxae1.2. Mikroskopis Articulatio Coxae

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur2.1. Definisi Fraktur2.2. Klasifikasi Fraktur2.3. Diagnosis Fraktur

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femoris3.1. Definisi Fraktur Femoris3.2. Etiologi Fraktur Femoris3.3. Epidemiologi Fraktur Femoris3.4. Patofisiologi Fraktur Femoris3.5. Manifestasi Fraktur Femoris3.6. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femoris3.7. Diagnosis Banding Fraktur Femoris3.8. Komplikasi Fraktur Femoris3.9. Penatalaksanaan Fraktur Femoris3.10. Prognosis Fraktur Femoris

7

Page 8: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Articulatio Coxae

1.1. Makroskopis Articulatio CoxaeArticulatio coxae terdapat di dalam capsula articularis yang kuat tetapi longgar,

membentuk lapisan fibrosa externa (capsula fibrosa) dan membrane synovialis internal. Di proksimal. Lapisan fibrosa menempel pada acetabulum. Di sebelah distal, lapisan fibrosa menempel pada collum femoris hanya di anterior pada linea intertrochanterica, dan akar trochanter major. Di posterior, lapisan fibrosa menyilang menyilang collum proksimal crista intertrochanterica tetapi tidak melekat padanya.Bagian tebal pada lapisan fibrosa kapsul tersebut membentuk ligamentum articulation coxae, yang berjalan dengan bentuk spiral dari pelvis ke femur. Ekstensi melilitkan ligamennya yang membentuk spiral dan serat serat lebih ketat, yang mengkonstriksi kapsul dan menarik caput femoris secara ketat ke dalam acetabulum. Lapisan fibrosa yang mengencang tersebut meningkatkan stabilitas sendi, tetapi menahan ekstensi sendi sampai 100-200 melebihi posisi vertical. Fleksi semakin membuka lilitan ligament dan serat. Hal tersebut memungkinkan fleksi art. Cocae dengan meningkatkan mobilitas.Dari tiga ligament intrinsic kapsul sendi dibawahnya adalah ligament yang memperkuat sendi:- Di anterior dan superior adalah ligamentum iliofemorale  merupakan ligament tubuh

yang paling kuat berbentuk huruf Y (ligament bigelow), secara spesifik mencegah hiperekstensi art. Coxae selama berdiri dengan menyekrup caput femoris ke acetabulum melalui mekanisme yang telah diuraikan.

- Di anterior dan inferior adalah ligamentum pubofemorale yang menyatu dengan bagian medial ligamentum iliofemorale dan mengencang baik selama ekstensi maupun abduksi art. Coxae. Ligamentum pubofemorale mencegah overabduksi art. Coxae.

- Di posterior adalah ligamentum ischofemorale yang merupakan ligament yang paling lemah, bentuk spiralnya di superolateral ke collum femoris, disebelah medial basis trochanter major.

1.2. Mikroskopis Articulatio CoxaeTulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matriks kolagen ekstraselular (type 1 colagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini tereliminasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan spongiosa. Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang terdiri atas serat kolagen yang tersimpan dalam lapisan-lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang spongiosa terdiri atas daerah yang saling berhubungan seperti anyaman dan tidak padat. Celah celah diantaranya diisi oleh sumsum tulang. Ruang diantara trabekula berisi sumsum tulang merah. Pada trabekula yang tebal dapat terlihat osteon.

Tulang terdiri atas dua bgaian yaitu, diaphysis dan epiphysis. Diaphysis banyak di susun oleh tulang kompakta, sedangankan bagian epiphysis lebih banyak disusun oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).

Tulang kompkata memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum yakni :- Lamellae sirkumfleksi sejajar terhadap permukaan bebas periosteum dan endosteum- Sistem havers (osteon) sejajar terhadap sumbu tulang kompakta. Lapisan lamella 4-20

tersusun secara konsentris disekitar ruang vascular- Sistem interstitial adalah susunan tidak teratur dari lamel-lamel, secara garis besar

membentuk segitiga dan segiempat.

8

Page 9: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

Pada tulang kompakta juga terdapat kanal havers, kanal volkman, lacuna dan kanalikuli.

SUSUNAN TULANG1. Matriks tulang

Bagian anorganik: kalsium, fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan natrium. Bagian organik : terutama terdiri atas kolagen tipe 1

2. Sel tulang Osteoprogenitor

Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang. Osteoblast

Berasal dari sel-sel osteoprogenitor. Osteoblast berperan untuk sintesis komponen protein organic dari matriks tulang, meliputi kolagen tipe 1, proteoglikan, dan glikoprotein. Sel ini mempunyai juluran sitoplasma yang mana sel kontak dengan juluran osteoblast lainnya dan osteosit serta membentuk gap junction. Sel ini dapat terjebak dalam lacuna namun masih dapat kontak dengan sel-sel lain melalui juluran sitoplasmanya. Osteoblast yang terjebak ini disebut sebagai osteosit. Osteosit

Osteosit adalah sel tulang yang matang menempati lakunanya sendiri. Sel ini mempunyai juluran sitoplasma ramping yang menjulur melalui kanalikuli dalam matriks yang kalsifikasi. Sel ini mendapat nutrisi dan dipertahankan oleh nutrient, metabolit, dan molekul sinyal yang dibawa oleh cairan ekstraseluler yang mengalir melalui lacuna dan kanalikuli.

OsteklasOsteoklas adalah sel besar, berinti banyak, motil yang meresorpsi tulang. Sel ini berasal

dari sel-sel sistem fagosit mononuclear. Osteoklas membentuk dan menempati lekukan yang dikenal sebagai lacuna Howship yang merupakan daerah resorpsi tulang.

9

Page 10: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

STRUKTUR TULANGPada penampang melintang tampak substansia kompakta (padat) dan substansia

spongiosa (berongga). Ujung tulang panjang, bulat disebut epiphysis = pertumbuhan keluar, terdiri dari tulang berongga ditutupi selapis tulang kompakta.

Bagian silindris (diaphysis = pertumbuhan diantara) terdiri dari tulang kompakta dengan sedikit tulang spongisa di sekitar rongga sumsum tulang.

PEMBENTUKAN TULANG Ossifikasi intramembranosa

Sel-sel mesenkim dengan adanya zona vascular, memadat menjadi pusat osifikasi primer, berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresi osteoid. Aktivitas mitosis sel-sel mesenkim menjadi sel-sel osteoprogenitor, yang mengalami pembelahan sel dan membentuk lebih banyak sel-sel osteoprogenitor atau berdiferensiasi menjadi osteoblast dalam lapisan dalam periosteum yang sedang terbentuk. Periosteum dan endosteum berkembang dari bagian-bagian lapisan mesenkim yang tidak mengalami osifikasi.Ketika terjadi kalsifikasi, osteoblast menjadi terjebak dalam matriksnya sendiri dan menjadi osteosit. Pusat perkembangan tulang ini disebut trabekula. Penyatuan trabekula tulang menghasilkan tulang spongiosa ketika pembuluh darah menyusup daerah itu dan sel-sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi lainnya membentuk sumsum tulang. Ossifikasi endochondral1. Zona tenang (Resting)

Terdiri atas tulang rawan hialin primitive, terdapat paling dekat dengan ujung tulang. Zona ini memperlihatkan penumbuhan ke segala arah.

2. Zona proliferasiZona ini aktif dengan banyak gambaran mitosis. Sel-sel zona tenang membelah dan menghasilkan sel anak yang tersusun dalam deretan sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.

3. Zona maturasiDi zona ini, sudah tidak terjadi mitosis lagi dan sel-sel serta lakuna membesar, dan berubah bentuk menjadi kuboid. Pembesaran sel itu menambah panjang tulang rawan di daerah itu.

4. Zona kalsifikasiPada zona ini matriks yang mengelilingi lakuna yang besar itu terpulas sangat basofilik karena adanya endapan mineral di dalamnya.

5. Zona degenerasiSel-sel tulang rawan mati dan larut, sama halnya dengan matriks di antara sel-sel itu. Sum-sum primer vascular meluas masuk ke dala rongga-rongga yang terjadi akibat penghancuran sel-sel dan matriks.

6. Zona ossifikasiDi zona ini osteoblast berkembang dari sel mesenkim yang berasal dari jaringan sumsum dan berkumpul pada lempeng tulang rawan berkapur yang terbuka, tempat mereka meletakkan tulang. Sisa tulang rawan berkapur membentuk rangka penyokong.

10

Page 11: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

1.3. Kinesiologi Articulatio CoxaeArticulatio coxaeTulang : antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : enarthrosis spheroideaPenguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunataCapsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.Otot Otot Paha Anterior

a. M. iliopsoas M.Psoas MajorOrigo : Sisi vertebra T12-L5,Discus Invertebralis,dan Processus TransversusInsertio : Trochanter MinorFungsi : Bersama memfleksikan pada articulatio coxae dan menstabilkan

articulatio coxae, Ekstensi rotasi medial.

b. M. IliacusOrigo : Crista Illiaca,Fossa Illiaca,Ala Sacralis,dan Lig Sacro Illiaca anteriorInsertio : Tendo M.Psoas Major,dan Trochanter MinorFungsi : M.Psoas Major

c. M. Iliopsoas M.Psoas MinorOrigo : Permukaan Lateral Corpus Vertebra Thoracicus 2 dan lumbal 1Insertio : Fascia Miliopsoas dan Arcus IliopectinusFungsi : M.Psoas Major

d. M. Tensor Fasciae LataeOrigo : SIAS dan bagian anterior Crista IliacaInsertio : Tractus Ilictibialis yang melekat pada Condylus LateralisFungsi : Abduksi,Endorotasi,Fleksi paha,Ekstensi lutut, dan memantapkan

batang tubuh pada Paha.

e. M. SartoriusOrigo : SIAS dan bagian takik dibawahnyaInsertio : Bagian Proksimal permukaan medial TibiaFungsi : Fleksi.Abduksi dan eksorotasi pada articulatio coxae dan flexi pada

articulatio genus

f. M. Quadriceps FemorisOrigo : SIAI,dan os illi cranial dari acetabulumInsertio : Alas patela dan lewat ligamentum patela pada tuberositas tibiaeFungsi : Ekstensi pada tungka bawah pada art genus,M.Rectus femoris juga

menstabilkan dan membantu iliopsoas memfleksikan paha

g. M. Quadriceps Femuris M.Vastus Lateralis

Origo : Trochanter major dan Labium Laterale Lineae Asperis Corporis Femoris

M.Vastus Medialis

11

Page 12: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

Origo : Linea interochoenteritica dan Labium Mediale Linea Aspera Corporis Femoris

M.Vastus IntermediusOrigo : Permukaan anterior dan inferior corpus femoris

M.Articulatio GenusOrigo : ¼ distal fascies anterior femur

Otot-otot paha mediala. M. Rectineus

Origo : Ramus superior ossis pubisInsertio : Linea pectinata femur di bawah trochanter minorFungsi : Adduksi dan fleksi paha, membantu rotasi medial paha

b. M. Adductor longusOrigo : Corpus ossis pubis

Insertio : tengah linea aspera femorisFungsi : aduksi paha fleksi rotasi lateral sendi pinggul

c. M. adductor brevisOrigo : corpus ossis pubis dan ramus inferiorossis pubisInsertio : linea pectinata dan bagian proksimal linea aspera femorisFungsi : Adduksi paha, sedikit banyak fleksi paha

d. M. Adductor magnusOrigo : Ramus inferior ossis pubis , ramus ossis ichii (bagian aduktor), tuber

ischiadicumInsertio : tuberositas glutealis, linea aspera, linea supra condylaris medialis,

tuberculum adductum femoris (bagian harmstring).Fungsi : adduksi paha, fleksi paha, ekstensi bagian harmstring

e. M. Bracilis Origo : Corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubisInsertio : bagian superior permukaan medial tibicFungsi : adduksi paha- fleksi tungkai bawah dan membantu endorotasi tungkai

bawahf. M. Obturator externus

Origo : Tepi foramen obturatum dan membrane obturatoriaInsertio : Fosso trochanterica femorisFungsi : Eksorotasi paha, fiksasi caput femoris dalam acetabulum adduksi

Otot paha posteriora. M. Semitendinosus

Origo : Tuber ischiadicumInsertio : Permukaan medial bagian proksimal tibial/permukaan medial

tuberositas tibiaeFungsi : Ekstensi paha, fleksi dan endorotasi sewaktu paha dan tungkai bawah

terfleksi, ekstensi batang tubuhb. M. Semimembranosus

Origo : TuberischiodicumInsertio : Bagian posterior condyles medialisFungsi : Ekstensi paha, fleksi dan endorotasi sewaktu paha dan tungkai bawah

terfleksi, ekstensi batang tubuhc. M. Biceps femoris

12

Page 13: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

Origo : Caput longum tuberischiodicumCaput brevis linea asperme dan linea supracondylaris lateralis femur

Insertio : Sisi lateral caput fibulae, tendonya disini terbelah oleh ligacolateral fibulae

Fungsi : Fleksi dan eksorotasi tungkai bawah, ekstensi paha (sewaktu mulai berjalan)

Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. coxae tetap extensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi regak.Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.Capsula articularis: membentang dari lingkaran acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi:Fleksi : m. iliopsoas, m. pectinus, m. rectus femoris, m. adductor longus, m.

adductor brevis, m. adductor magnus pars anterior tensor fascia lataEkstensi : m. gluteus maximus, m. semitendinosis, m. semimembranosus, m.

biceps femoris caput longum, m. adductor magnus pars posteriorAbduksi : m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. pirirformis, m. sartorius,

m. tensor fasciae lataAdduksi : m. adductor magnus, m. adductor longus, m. adductor brevis, m.

gracilis, m. pectineus, m. obturator externus, m. quadratus femorisRotasi medialis: m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. tensor fasciae latae, m.

adductor magnus (pars posterior)Rotasi lateralis : m. piriformis, m. obturator internus, mm. gameli, m. obturator

externus, m. quadratus femoris, m. gluteus maximus dan mm. adductores.

Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os. coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea introchanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira-kira sebesar jari di atas crista introchanterica. Oleh karena itu, bagian lateral dan distal belakang colum femoris adalah di luar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.

Dislokasi anterior dan posteriorDislokasi anterior : bila caput femoris terletak di depan ilium maka pada art. Coxae

terjadi fleksi, eksorotasi, dan abduksi.Dislokasi posterior : bila caput femoris terletak di belakang maka pada art. Coxae

terjadi fleksi, endorotasi, adduksi.

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur

2.1. Definisi Fraktur

13

Page 14: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

2.2. Klasifikasi Fraktura. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).

1.)   Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2.)   Fraktur Terbuka (Open/Compound),  merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:

Derajat Luka Fraktur

I < 2 cm, Keruskan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk. Kontaminasi minimal

Sederhana, dislokasi ringan minimal

II > 2 cm , kontusi oto di sekitarnya Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, hilangnya jaringan disekitarnya

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan

lunak Ekstensif.

b.  Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.1.)     Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.2.)     Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang

seperti: Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks

lainnya yang terjadi pada tulang panjang.c.   Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

1.)     Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2.)     Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.

3.)     Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

14

Page 15: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

4.)     Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5.)     Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

d.   Berdasarkan jumlah garis patah.1.)      Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.2.)      Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak

berhubungan.3.)      Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada

tulang yang sama.e.  Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1.)     Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2.)     Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah  sumbu

dan overlapping). Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

f.    Berdasarkan posisi frakurSebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :1.)      1/3 proksimal2.)      1/3 medial3.)      1/3 distal.

2.3. Diagnosis Fraktur1. Anamnesis

Keluhan utama berupa:a. Trauma, waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi trauma.

15

Page 16: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

b. Nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, referred pain.c. Kekakuan sendid. Pembangkakane. Deformitasf. Ketidakstabilan sendig. Kelemahan ototh. Gangguan sensibilitasi. Hilangnya fungsij. Jalan pincang

2. Pemeriksaan fisika. Inspeksi (look)

Kulit, meliputi warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit Jaringan lunak, pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringanlemak,

fasia, kelenjar limfe. Tulang dan sendi Sinus dan jaringan parut

b. Palpasi (feel) Suhu kulit, denyutan arteri Jaringan lunak, mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot Nyeri tekan, Tulang, perhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang Pengukuran anggota gerak Penilaian deformitas

c. Pergerakan (move) Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif, apakah gerakanmenimbulkan

sakit dan disertai krepitasi Stabilitas sendi ROM, abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna,

pronasi,  supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi,eversi.d. Penunjang

Dilakukan pemeriksaan rontgen, apabila fraktur pada tulang panjang dilakukan posisi AP dan lateral. Fraktur tulang navicular posisi AP, lateral,dan oblique.

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femoris

3.1. Definisi Fraktur FemorisFraktur femoris adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

3.2. Etiologi Fraktur Femoris Fraktur dapat terjadi akibat beberapa sebab, yaitu: Trauma langsung

16

Page 17: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras. Trauma tidak langsung

Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan, misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Fraktur patologis

Fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur colum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause.

3.3. Epidemiologi Fraktur FemorisInsidensi fraktur collum femoris meningkat sejalan dengan meningkatnya usia;

insidensi tertinggi terjadi pada usia antara 70 – 80 tahun. Fraktur ini terjadi lebih sering pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, yakni dengan rasio sekitar 5:1. Hal ini dikarenakan populasi wanita yang lebih banyak pada usia tersebut dan juga karena arsitektur dari upper end of femur sehubungan dengan osteoporosis dimana prevalensinya lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki. Lesi ini jarang terjadi pada orang yang menderita osteoarthritis pada panggulnya.

Markey melaporkan bahwa fraktur collum femoris mencapai 5 – 10% dari semua kejadian fraktur stress. Fraktur stress collum femoris jarang terjadi, tetapi dapat mengakibatkan masalah serius. Tentunya di kelompok atlet, seperti pelari jarak jauh yang tiba-tiba mengubah atau menambah aktivitasnya, akan mempunyai prevalensi yang lebih besar terhadap terjadinya fraktur stress dari collum femoris ini dibandingkan dengan populasi lainnya.

Plancher dan Donshik juga melaporkan rata-rata angka prevalensinya sekitar 10% untuk fraktur corpus ipsilateral, dimana sebanyak 30% tidak diketahui pada awal terjadinya.

Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan yang berlebihan pada tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:1. Fraktur sering terjadi karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, pekerjaan, ataupun penyakit lainnya.Fraktur femur adalah salah satu jenis fraktur yang sering terjadi. Insidenn fraktur femur di USA diperkirakan 1 orang setiap 10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis Terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia dari 1.690 kasus kecelakaan lalu lintas, 249 kasus atau 14.7%-nya mengalami fraktur femur.

3.4. Klasifikasi Fraktur FemorisKlasifikasi fraktur femur :1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femurb. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femurc. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

2. fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul

17

Page 18: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minorb. Fraktur intertrokanterc. Fraktur subtrokanter

3.5. Patofisiologi Fraktur FemorisSecara klinis fraktur femur terbuka sering didapatkan adanya kerusakan

neurovascular yang akan memberikan manifestasi peningkatan risiko syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah, maupun syok neurogenic disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan dibawah tulang femur.

Ketika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh trauma, peristiwa tekanan atau pun patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.

3.6. Manifestasi Fraktur FemorisMenurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri,

hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanyaderik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

18

Page 19: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.Gambaran klinis yang terlihat adalaha. Nyeri biasanya menyertai patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak.

Spasme otot dapat terjadi setelah patah tulang dan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada fraktur stres nyeri biasanya menyertai aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Sedangkan fraktur patologis mungkin tidak disertai nyeri.

b. Posisi tulang atau ekstremitas yang tidak alami mungkin tampak jelas.c. Pembengkakan di sekitar tempat fraktur akan menyertai proses inflamasi.d. Gangguan sensasi atau kesemutan dapat terjadi, yang menandakan kerusakan

syaraf. Denyut nadi bagian distal fraktur harus utuh dan sama dengan bagian nonfraktur. Hilangnya denyut nadi di sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen walaupun adanya denyut nadi tidak menyingkirkan gangguan ini.

e. Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung patahan tulang bergeser satu sama lain.

3.7. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femoris1. Anamnesis

Data biografi, Riwayat kesehatan masa lalu, Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat kesehatan keluarga, Riwayat psikososial (interaksi dengan keluarga), Pola kebersihan sehari- hari, Aktifitas, Sirkulasi darah, Neurosensori (kebas, kesemuran, tegang), Rasa Nyeri/ kenyamanan2. Pemeriksaan FisikInspeksi : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,

angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin patah tulang.

Raba : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

Gerak : Aktif atau pasif. Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi- sendi dibagian distal cedera.

3. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :+ Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.+ Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal.+ Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun

yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal).+ Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto RontgenPada proyeksi anterior posterior kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur

pada kasus yang impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi

19

Page 20: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur.Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur.Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas, Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Bone ScanningBone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau

infeksi.Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.

Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera. Magnetic Resonance Imaging (MRI).

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

20

Page 21: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

MRI telah menunjukkan keakurasian pada kejadian fracture yang segera dan wajar dilakukan dalam waktu 24 jam setelah kejadian; walaupun harganya mahal.MRI memiliki sifat sensitif dan spesifik pada pendeteksian fracturecollum femur, karena dapat menunjukkan garis fracture dengan jelas dan adanya edema pada sumsum tulang. Kontras Superior dari MRI dengan pulse yang teratur biasanya digunakan, resolusi spasial intrinsik, dan kemampuan dalam membuat berbagai potongan (coronal, axial, dan yang terjarang, sagittal) membuat MRI sebagai alat penunjang yang sangat baik, khususnya pada stress fracture, yang pada foto polos dapat memberikan gambaran yang normal.Dengan MRI, stress fracture nampak sebagai fracture yang berupa garis pada korteks yang dikelilingi oleh daerah yang edema di kavitas medularis.

Pada tahun 1993, penelitian oleh Quinn dan McCarthy, T1-weight MRI menemukan bahwa MRI mempunyai sensitivitas sebesar 100% pada pasien dengan pemeriksaan radiologi biasa yang tidak jelas. Penelitian juga menunjukkan bahwa MRI mempunyai sensitivitas, spesifisitas dan ketepatan sebesar 100% dalam mengidentifikasi fracturecollum femur.

MRI merupakan alat yang paling sensitif untuk mendeteksi perubahan sumsum tulang yang berhubungan dengan nekrosis avaskular, walaupun pada pemeriksaan radiologi foto polos dalam keadaan normal. Oleh karena itu, MRI merupakan alat yang terpilih dan sangat berguna. Bila terdapat nekrosis avaskular setelah operasi fiksasi dari fracture femur, pasien dapat menggunakan penggantian dari protesis yang ada. Lebih pentingnya, MRI dapat digunakan untuk mendeteksi stadium awal nekrosis iskemik pada caput femur, dimana intervensi dapat dimulai sebelum kerusakan lebih jauh terjadi.Kerusakan ini dapat meliputi kolapsnya caput femur, osteoarthritis sekunder, atau fragmentasi.

MRI pada saat ini juga sering digunakan untuk mendeteksi adanya fracturecollum femur. Sumsum tulang normal pada pelvis dan panggul dapat mempunyai gambaran patchy intermediate-signal-intensity sehubungan dengan sumsum tulang merah yang persisten.Dan juga, area subchondral dari caput femur dapat kadang-kadang mempunyai lapisan sumsum tulang merah yang tipis.Variasi normal ini tidak boleh dibingungkan karena fracture.

3.8. Diagnosis Banding Fraktur Femoris

a. Osteitis PubisOsteitis pubis adalah peradangan

simfisis pubis dan sekitarnya insersi otot. Osteitis pubis biasanya dialami oleh

21

Page 22: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

atlet. Gejala yang muncul dari pubis osteitis dapat hampir semua keluhan tentang pangkal paha atau perut bagian bawah serta perbedaan panjang kaki.

http://www.orthoclinic.com.sg/wp-content/uploads/2013/10/osteitis_pubis.jpg

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisSlipped capital femoral epiphysis adalah ketidakstabilan growth plate (lempeng

pertumbuhan) femoralis proksimal. Ada pemisahan epiphysis femoralis proksimal melalui pelat pertumbuhan sehingga menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

22

Page 23: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

http://www.orthopediatrics.com/binary/org/ORTHOPEDIATRICS/images/hipimages/child_hip_slipped_cfe_anatomy05.jpg

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052

c. Snapping Hip SyndromeSnapping Hip Syndrome atau Iliopsoas Tendinitis adalah suatu kondisi

dimana Anda mendengar suara derik atau merasakan sensasi gertak di pinggul ketika sedang berjalan, berlari, bangun dari kursi, atau mengayunkan kaki. Gertakan pinggul terjadi akibat hasil dari kekakuan otot dan tendon di sekitar pinggul. Orang-orang yang terlibat dalam olahraga lebih mungkin untuk mengalami patah pinggul. Penari dan Atlet muda lebih rentan memiliki patah pinggul.

http://www.caringmedical.com/wp-content/uploads/2013/11/Snapping_Hip_syndrome.jpg

23

Page 24: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

3.9. Komplikasi Fraktur Femoriso Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna

maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.o Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam

pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

o Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.

o Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama. Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.

o Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah tindakan operasi.

o Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama (jaringan tulang mati dan nekrotik)

o Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuko Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.o Anggota gerak memendek (ektrimitas).

3.10. Penatalaksanaan Fraktur FemorisPada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan

pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya

dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke

posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka, dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. 1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan

teknik gips atau fiksator eksternal. 2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai

inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di

24

Page 25: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;(1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi(2) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan(3) Memantau status neurologi.(4) Mengontrol kecemasan dan nyeri(5) Latihan isometrik dan setting otot(6) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari(7) Kembali keaktivitas secara bertahap.

3.11. Prognosis Fraktur FemorisPenyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.

Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti immobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat essensial dalam penyembuhan fraktur.Penderita fraktur collum femoris tanpa komplikasi bila mendapat tindakan fisioterapi sejak dini dan tepat maka kapasitas fisik dan kemampuun fungsional akan kembali normal (baik). Tetapi bisa menimbulkan keadaan yang buruk dari penyembuhan apabila terjadi komplikasi yang menyertai dan umumnya usia lanjut.

Pada tulang intrakapsuler umumnya sukar mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Patah tulang collum femur yang terletak di intraartikuler sukar sembuh karena bagian proksimal pendarahannya sangat terbatas, sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu yang cukup lama. Semua patah tulang didaerah ini umumnya tak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini.

Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tercapainya fiksasi kokoh oleh pin pada fiksasi intern. Pertautan fragmen fraktur hanya bergantung pada pembentukan kalus endosteal.

25

Page 26: MUSKULOSKELETAL SKENARIO 3

DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A dan Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Penerbit ErlanggaApley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika Sumber: Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312089/bab2.pdf. Diakses pada tanggal 23 September 2015. 12.18http://ppni-klaten.com/index.php?view=article&catid=39%3Appni-aksub&id=63%3Afraktur&format=pdf&op. Diakses pada tanggal 25 September 2015. 10.20http://www.orthoclinic.com.sg/wp-content/uploads/2013/10/osteitis_pubis.jpghttp://www.orthopediatrics.com/binary/org/ORTHOPEDIATRICS/images/hipimages/child_hip_slipped_cfe_anatomy05.jpghttp://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052http://www.caringmedical.com/wp-content/uploads/2013/11/Snapping_Hip_syndrome.jpg

26