blok muskuloskeletal skenario 3 (2015-2016)

44
PEMBAHASAN 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Anatomi Femur dan Coxae Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea.Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata.Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa.Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis. Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah: 1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak. 2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna. 3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis. Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

Upload: raditya-prasidya

Post on 23-Jan-2016

147 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Blok Muskuloskeletal Skenario 3

TRANSCRIPT

Page 1: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

PEMBAHASAN

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femur 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Anatomi Femur dan Coxae

Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea.Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata.Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa.Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis. Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:

1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi

externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

Page 2: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

OTOT-OTOT YANG BERPERAN DI REGIO FEMUROtot Otot Paha Anterior

a. M. iliopsoas → M.Psoas MajorOrigo : Sisi vertebra T12-L5,Discus Invertebralis,dan Processus TransversusInsertio : Trochanter Minor

b. M. IliacusOrigo : Crista Illiaca,Fossa Illiaca,Ala Sacralis,dan Lig Sacro Illiaca anteriorInsertio : Tendo M.Psoas Major,dan Trochanter Minor

c. M. Iliopsoas → M.Psoas MinorOrigo : Permukaan Lateral Corpus Vertebra Thoracicus 2 dan lumbal 1Insertio : Fascia Miliopsoas dan Arcus Iliopectinus

d. M. Tensor Fasciae LataeOrigo : SIAS dan bagian anterior Crista IliacaInsertio : Tractus Ilictibialis yang melekat pada Condylus Lateralis

e. M. SartoriusOrigo : SIAS dan bagian takik dibawahnyaInsertio : Bagian Proksimal permukaan medial Tibia

f. M. Quadriceps FemorisOrigo : SIAI,dan os illi cranial dari acetabulumInsertio : Alas patela dan lewat ligamentum patela pada tuberositas tibiae

Page 3: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

M. Quadriceps Femuris yang terdiri dari empat otot yaitu : M.Vastus Lateralis

Origo : Trochanter major dan Labium Laterale Lineae Asperis Corporis Femoris

M.Vastus MedialisOrigo : Linea interochoenteritica dan Labium Mediale Linea Aspera Corporis Femoris

M.Vastus IntermediusOrigo : Permukaan anterior dan inferior corpus femoris

M.Articulatio GenusOrigo : ¼ distal fascies anterior femur

Otot-otot paha medial

a. M. RectineusOrigo : Ramus superior ossis pubisInsertio : Linea pectinata femur di bawah trochanter minor

b. M. Adductor longusOrigo : Corpus ossis pubisInsertio : tengah linea aspera femoris

c. M. adductor brevisOrigo : corpus ossis pubis dan ramus inferiorossis pubisInsertio : linea pectinata dan bagian proksimal linea aspera femoris

d. M. Adductor magnusOrigo : Ramus inferior ossis pubis , ramus ossis ichii (bagian aduktor), tuber ischiadicumInsertio : tuberositas glutealis, linea aspera, linea supra condylaris medialis, tuberculum adductum femoris (bagian harmstring).

e. M. Bracilis Origo : Corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubisInsertio : bagian superior permukaan medial tibic

f. M. Obturator externusOrigo : Tepi foramen obturatum dan membrane obturatoriaInsertio : Fosso trochanterica femoris

Otot paha posterior

a. M. SemitendinosusOrigo : Tuber ischiadicumInsertio : Permukaan medial bagian proksimal tibial/permukaan medial tuberositas tibiae

b. M. SemimembranosusOrigo : TuberischiodicumInsertio : Bagian posterior condyles medialis

Page 4: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

c. M. Biceps femorisOrigo : Caput longum -> tuberischiodicum

Caput brevis ->linea asperae dan linea supracondylaris lateralis femur

Insertio : Sisi lateral caput fibulae, tendonya disini terbelah oleh ligacolateral fibulae

1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Anatomi Femur dan Coxae

Tulang femur dikategorikan tulang panjang, gambaran histologi nya dibagi menjadi 2 bagian, tulang kompak dibagian luar dan tulang kanselosa di bagian dalam.

Pada tulang kompak unit struktural matriksnya adalah osteon (sistem havers), setiap osteon terdiri dari lapisan-lapisam lamela yang tersusun mengelilingi suatu kanalis sentralis. Pada lamela mengandung osteosit dalam rongga berbentuk kenari yang disebut lakuna. Pada masing-masing lakuna terdapat kanal halus yang disebut kanalikuli. Selain itu terdapat pula lamela interstisial, yaitu daerah kecil tidak teratur tulang yang terdapat diantara osteon.

Pada bagian dalam (tulang kanselosa) terdiri dari trabekula tulang yang bentuknya tipis dan bercabang. Trabekula sendiri dikelilingi oleh periosteum. Di luar periosteum terdapat rongga sumsum dengan pembuluh darah.

Page 5: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Susunan Tulang

1. Matriks tulanga. Bagian anorganik : kalsium, fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium,

kalium dan natrium.b. Bagian organik : terutama terdiri atas kolagen tipe 1

2. Periosteum Bagian luar tulang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :

* pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang. * terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang. * terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey

3. EndosteumEndosteum merupakan suatu jaringan ikat khusus yang tipis yang membatasi rongga sumsum tulang dan memberikan sel-sel osteoprogenitor dan osteoblast untuk pertumbuhan dan perbaikan tulang.

Komponen Jaringan tulang 

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur: sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, dibedakan atas 4 macam sel :1. Osteoblas 

Berguna untuk pembentukan matriks tulang. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.

2. Osteosit Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.

Page 6: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

3. OsteoklasSel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Pada proses persiapan dekalsifikasi, osteoklas menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang. 

4. Osteoprogenitor Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang.

Histogenesis Tulang

Histogenesis tulang diikuti dengan resorpsi tulang. Kombinasi pembentukan tulang dan resorpsi tulang disebut remodeling, terdapat sepanjang hidup, meskipun prosesnya lebih lambat pada yang sekunder daripada pada tulang primer. Terjadi melalui dua proses, pembentukan tulang intramembranosa dan pembentukan tulang endokondral.

1. Penulangan intramembranosa / desmal (tanpa dimulai dgn pembentukan tulang rawan)

2. Penulangan intrakartilaginosa / endokondral (dimulai dgn pembentukan tulang rawan)

Page 7: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

a. Zona Istirahat : terdapat di lempeng epifisis,terdiri atas sel tulang rawan primitif yang tumbuh kesegala arahb. Zona proliferasi : terletak di metafisis,terdiri atas kondrosit yang membelah,dan

menghasilkan sel berbentuk gepeng atau lonjong yang tersusun berderet-deret longitudinal seperti tumpukan uang logam,sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.

c. Zona maturasi dan hipertrofi kondrosit : ukuran kondrosit beserta lakunanya bertambah besar

d. Zona klasifikasi : terjadi endapan kalsium fosfat didalam matriks tulang tawan.Matriks menjadi basofil dan kondrosit banyak yang mati (perlekatan zat kapur,nutrisi kurang)

e. Zona degenerasi : kondrosit berdegenerasi,banyak yg pecah,lakuna kosong dan saling berhubungan satu dnegan yang lainnya.Daerah matriks yang hancur diisi oleh sel osteoprogenitor

f.Zona penulangan (osifikasi) : sel progenitor yang mengisi lakuna yang telah kosong berubah menjadi osteoblas,yang mulai mensekresi matriks tulang,sehingga terbentuklah balok-balok tulang. (dihancurkan oleh osteoklas)

g.1.3. Memahami dan Menjelaskan Kinesiologi Anatomi Femur dan Coxae

Articulatio membri inferior terdiri dari :1) Articulatio Cinguli Pelvici (gelang panggul)

a. Articulatio SacroiliacaTulang :Tulang antara fascies auricularis sacri dan fascies auricularis ilii.Jenis sendinya : amphiarthrosis.Penguat sendi : ligamentum sacroiliaca anterior, interoaea, sacroiliaca posterior, ligamentum sacrotubular, dan ligamentum sacrospinale.

b. Symphysis PubicaTulang : antara tulang pubis kedua sisi.Jenis sendi : synchondrosis.Penguat sendi : ligamentum pubicum superius, ligamentum arcuatum pubis dan discus interpubica2) Articulatio Inferioris Liberi

a. Articulatio coxaeTulang : Antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : Enarthrosis spheroideaPenguat sendi : Terdapat tulang rawan pada facies lunataCapsula articularis : Membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.Gerak sendi : Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor

longus, M. Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

Ekstensi : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosus, M. Semimembranosus, M. Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior

Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M. Sartorius, M. Tensor fascia lata

Page 8: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Gracilis, M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris

Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fascia lata, M. Adductor magnus pars posterior

Rotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan Mm. Adductores.

Articulatio ini dibungkus oleh capusula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis ini berjalan dari pinggir acetabulum Os. Coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea trochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira kira sebesar jari diatas crista intertrochanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang colum femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.

2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur

2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi dan Klasifikasi Fraktur Fraktur adalah pemecahan (patahnya) suatu bagian terutama tulang. Dengan kata lain terjadi patah atau kerusakan pada tulang. Sedangkan menurur Dr. Jan Tambayong fraktur ialah terputusnya keutuhan tulang.

Klasifikasi Fraktur :A. Berdasarkan hubungan dengan udara bebas

1. Fraktur tertutup: tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau bagian eksternal tubuh.

2. Fraktur terbuka: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat, yaitu :

Derajat Luka Fraktur

I < 2 cm, Keruskan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk. Kontaminasi minimal

Sederhana, dislokasi ringan minimal

II > 2 cm , kontusi oto di sekitarnya Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, hilangnya jaringan disekitarnya

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

B. Berdasarkan Komplit dan tidak komplit1. Fraktur complete : bila garis patah melalui seluruh penampang

tulang atau melalui kedua korteks tulang.2. Fraktur incomplete : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang

tulang3. Hairline fracture : patah retak rambut4. Buckle fracture/ Torus fracture : bila terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi

tulang spongiosa di bawahnya. Biasanya pada distal radius anak-anak.

Page 9: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

5. Greenstick fracture : fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya. Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal.

C. Berdasarkan sudut patah1. Fraktur transversal : garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu

panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi/ direduksi kembali ke tempatnya semula.

2. Farktur oblik : garis patahnya membentuk sudut. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

3. Fraktur spira : akibat trauma rotasi. Garis patah tulang membentuk spiral. Fraktur cenderung cepat sembuh.

D. Berdasarkan jumlah garis patah1. Fraktur kominutif : garis patah lebih dari 1 dan saling berhubungan.2. Fraktur segmental : garis patah lebih dari 1 tetapi tidak saling

berhubungan.3. Fraktur multiple : garis patah lebih dari 1 tetapi pada tulang yang

berlainan.E. Berdasarkan trauma

1. Fraktur kompresi : 2 tulang menumbuk tulang ke-3 yang berada diantaranya.

2. Fraktur avulse : trauma tarikan, suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligamen.

3. Fraktur spiral

F. Berdasarkan bergeser dan tidak bergeser1. Fraktur undisplaced : garis patah komplit tetapi ke-2 fragmen tidak

bergeser, periosteumnya masih utuh.2. Fraktur displaced : terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang

juga disebut lokasi fragmen. Terbagi atas:- Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu dan

overlapping.- Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.- Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh.

Page 10: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

KlasifikasiFraktur femur

Klasifikasi fraktur femur :

A. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

B. Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor Fraktur intertrokanter Fraktur subtrokanter

Fraktur Femur juga di bagi menjadi dua yaitu :

1. Fraktur batang femur Fraktur batang femur mempunyai insiden yang cukup tinggi di antara jenis-

jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur di daerah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan tindakan operatif.2. Fraktur kolum femur

Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita usia tua yang tulangnya sudah mengalami osteoporosis. Fraktur kurang stabil bila arah sudut garis patah lebih besar dari 30° (tipe II atau tipe III menurut Pauwel). Fraktur subkapital yang kurang stabil atau fraktur pada pasien tua lebih besar kemungkinannya untuk terjadinya nekrosis avaskular.

Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :

a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi) b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment) d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian

segmen yang bersinggungan

Page 11: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.

a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50˚ dengan bidang horizontal pada posisi tegak

Pembagian/ klasifikasi untuk setiap frakturnya :

1. Fraktur Subtrochanter

Fraktur dimana garis patah berada 5cm distal dari trochanter minor,disebabkan oleh trauma yang ringan. Klasifikasinya yaitu :

Klasifikasi Zickel Klasifikasi Scinshaemer Klasifikasi Fielding dan Magliato, yaitu :

Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minorTipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minorTipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor

Page 12: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

2. Fraktur diafisis femur/Batang femur

Fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Fraktur batang femur pada anak-anak disebabkan oleh jatuh waktu bermain di rumah / di sekolah, dan diagnosanya mudah ditegakkan.Dibagi menjadi :TertutupTerbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu :

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah).

3. Fraktur suprakondiler femurDisebabkan karena adanya tariakan dari otot-otot gastroknemeus,biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi(kecelakaan sepeda motor).Klasifikasi :

Undisplaced impacted Displaced Comminutive

4. Fraktur interkondiler femurBiasanya fraktur interkondiler diikuti oleh fraktur suprakondular, sehingga umumnya terjadi bentuk T/Y fraktur.Terdapat pembengkakkan daerah lutut dan deformitas.

5. Fraktur kondiler femurMekanisme traumanya bisa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur ke atas. Klasifikasi :

Undisplaces Displaced Bicondylar Coronal

Page 13: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

1. Cedera TraumatikCedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.

b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dansakit nyeri.

c. Rakhitis: Suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

3. Secara Spontan Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

Page 14: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi FrakturKecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan yang sangat

serius di seluruh dunia, masalah yang sama juga di hadapi indonesia. Kecelakaan Lalu Lintas merupakan pembunuh nomor 3 di Indonesia. 79,8 % akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan lalu lintas adalah fraktur. Penelitian ini dilaksanakan dengan secara observasional. Data penelitian dianalisis secara deskriptif analitik, terhadap pasien fraktur karena kecelakaan lalu lintas yang tercatat dalam rekam medik di RSUD Dr.Soedarso Pontianak. Penelitian ini menggambarkan variasi fraktur yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian fraktur terbanyak pada korban kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin dan usia. Data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian didapatkan data bahwa angka kejadian fraktur terbanyak pertama pada kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat adalah fraktur femur, dengan angka kejadian 54 kasus dari 300 kasus, dan presentase sebesar 18%. Angka kejadian fraktur terbanyak kedua pada kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat adalah fraktur cruris, dengan angka kejadian 44 kasus dari 300 kasus, dan presentase sebesar 15 %. Didapatkan juga hasil yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kejadian fraktur terbanyak pada korban kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat dengan usia dan jenis kelamin. Kata Kunci : Fraktur, Kecelakaan Lalu Lintas, Usia, Jenis Kelamin, Hubungan

(Riset FK UII 2012)

2.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Fraktur Femur

Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai tulangsehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

Page 15: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkanhematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yangmengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukoit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudianmerangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yangmensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentukakan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma comportement.

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur :

Mekanisme direct force : energi kinetik akan menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur.

Mekanisme indirect force: energi kinetik akan disalurkan dari tempat tejadinya tubrukan ke tempat dimana tulang mengalami kelemahan. Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami kelemahan.

Faktor yang mempengaruhi fraktur :1. Faktor ekstrinsik: gaya dari luar yang bereaksi pada tulang, tergantung dari besar

tekanan, waktu dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah tulang.2. Faktor intrinsik :

Beberapa sifat sifat yang penting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur:

a. kapasitas absorbsi dari energyb. daya elastisitasc. daya terhadap kelelahand. densitas/kepadatan

Page 16: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

2.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Fraktur Femur

Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.

Page 17: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

2.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur Femur

Penegakan diagnosis fraktur collum femur dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesis

Dari anamnesis diketahui adanya riwayat trauma/jatuh yang diikuti nyeri pinggul, pada pemeriksaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi, eksorotasi dan abduksi. Pada atlet yang mengalami nyeri pinggul namun masih dapat berjalan pemeriksaan dimulai dengan riwayat rinci dan pemeriksaan fisik. Dokter harus menanyakan apakah gejala yang muncul terkait dengan olahraga atau kegiatan tertentu. Riwayat latihan fisik harus diperoleh dan perubahan dalam tingkat aktivitas, alat bantu, tingkat intensitas, dan teknik harus dicatat.

Adanya riwayat menstruasi harus diperoleh dari semua pasien wanita. Amenore sering dikaitkan dengan penurunan kadar serum estrogen. Kurangnya estrogen pelindung menyebabkan penurunan massa tulang. Trias yang dijumpai pada wanita bisa berupa amenore, osteoporosis, dan makan teratur banyak mempengaruhi perempuan aktif. Tanda dan gejala pada perempuan meliputi fatigue, anemia, depresi, intoleransi dingin, erosi enamel gigi. Dokter harus mencurigai adanya fraktur dan memahami tanda-tanda yang mungkin dari para atlet wanita, terutama mencatat fraktur yang tidak biasa terjadi dari trauma minimal. Sebagian besar atlet menggambarkan timbulnya rasa sakit selama 2-3 minggu, dimana dapat dijumpai perubahan dalam pelatihan atau penggunaan peralatan latihan. Biasanya, pelari meningkatkan jarak tempuh mereka atau intensitas, atau penggunaan sepatu lari. dokter harus bertanya tentang latihan individu dan jarak tempuh.

Pasien biasanya melaporkan riwayat pinggul tiba-tiba, nyeri di selangkangan, atau nyeri lutut yang memburuk dengan olahraga. Karakteristik dari fraktur adalah riwayat sakit setempat yang berkaitan dengan latihan yang meningkat dan berkurang dengan aktivitas dan baik dengan istirahat atau dengan aktivitas yang kurang. Nyeri semakin parah dengan pelatihan lanjutan. Rasa sakit berasal dari aktivitas berulang, dan berkurang dengan istirahat.

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi a. Bandingkan dengan bagian yang sehatb. Perhatikan posisi anggota gerak c. Keadaan umum penderita secara keseluruhand. Ekspresi wajah karena nyeri e. Lidah kering f. Adanya tanda- tanda perdarahan

Page 18: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

2. Palpasi ( feel )a. Temperatur setempat yang meningkatb. Nyeri tekan c. Krepitasi d. Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengukur adanya perbedaan panjang tungkai 3. Move ( pergerakan )

Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada daerah yang mengalami trauma.

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan penunjanga. Plain radiografi

Radiografi polos sebagai langkah awal dalam hasil pemeriksaan patah tulang panggul. Tujuan utama film x-ray adalah untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. radiografi polos memiliki kepekaan yang kurang. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan fraktur stres, namun, radiograf polos mungkin tampak normal pada pasien dengan fraktur leher femur stress. Radiografi dapat menunjukkan garis fraktur pada aspek superior dari leher femur, yang merupakan lokasi ketegangan patah tulang. tensionfraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada aspek inferior dari leher femur.

Pemeriksaan radiografi standar pinggul mencakup pandangan anteroposterior panggul dan lateral panggul. Jika fraktur leher femur disarankan untuk melakukan rotasi internal panggul sehingga dapat membantu untuk mengidentifikasi dampak nondisplaced atau patah tulang impaksi. Jika patah tulang pinggul namun tidak terlihat pada film x-ray standar, scan tulang atau magnetic resonance imaging (MRI) harus dilakukan.

Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto Rontgen dua arah 90o didapatkan gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalami dislokasi, gambaran garis patah biasanya jelas. Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologis tidak dimaksudkan untuk diagnostik karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk menentukan pengelolaan yang tepat dan optimal. Sehingga pemeriksaan radiologi untuk fraktur ini dapat digunakan untuk diagnosis, konfirmasi diagnosis dan perencanaan terapi, serta untuk mengetahui prognosis trauma.

Page 19: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Pada tulang, panjang persendian proksimal maupun yang distal harus turut difoto. Bila ada kesangsian atas adanya fraktur atau tidak, sebaiknya dibuat foto yang sama dari anggota gerak yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian adanya kelainan, seperti fisura, sebaiknya foto diulang setelah satu minggu, retak akan menjadi nyata karena hiperemia setempat sekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai “dekalsifikasi”.

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut “rule of two”, terdiri dari :

Memuat 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral Memuat 2 sendi di proksimal dan distal fraktur Memuat gambaran foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang tidak

terkena cedera (pada anak) Dilakukan foto sebanyak 2 kali, yaitu sebelum tindakan dan

sesudah tindakan ketidaknyamanan. Nyeri sering berkurang dengan istirahat dan aktivitas berkurang

Gambar : 16 Plain radiografi Fraktur Tulang Femur

b. Bone scanningBone scan dapat membantu ketika patah stres, tumor, atau infeksi.

Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari stres tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan. Shin et al melaporkan bahwa scan tulang memiliki prediksi positif 68%.Bone scan dibatasi oleh resolusi spasial relatif kurang pada anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scan dianggap tidak dapat dipercaya sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, namun, sebuah studi oleh Pemegang et al menemukan sensitivitas 93%, tanpa memandang waktu dari cedera.

Page 20: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Gambar : 17 Bone scanning Fraktur Tulang Femur

c. MRITelah terbukti akurat dalam penilaian okultisme patah tulang dan dapat diandalkan

apabila dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera, namun mahal. Dengan MRI, fraktur stress biasanya muncul sebagai garis patahan pada korteks dikelilingi oleh zona intens edema di rongga medula. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, T1-tertimbang MRI temuan yang ditemukan menjadi 100% sensitive. MRI menunjukkan bahwa temuan yang 100% sensitif, spesifik, dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur leher femur.

Diagnosis Banding Fraktur Femoris

a. Osteitis PubisPeradangan dari simfisis pubis - sendi dari dua tulang panggul besar di bagian depan panggul.

Page 21: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisPatah tulang yang melewati fisis (plat tembat

tumbuh pada tulang), yang menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

c. Snapping Hip SyndromeKondisi medis yang ditandai oleh sensasi gertakan terasa saat pinggul yang

tertekuk dan diperpanjang. Hal ini dapat disertai oleh gertakan terdengar atau muncul kebisingan dan rasa sakit atau ketidaknyamanan.Dinamakan demikian karena suara retak yang berbeda yang berasal dari seluruh daerah pinggul ketika sendi melewati dari yang tertekuk untuk menjadi diperpanjang. Secara medis dikenal sebagai iliopsoas tendinitis, mereka sering terkena adalah atlet, seperti angkat besi, pesenam, pelari dan penari balet, yang secara rutin menerapkan kekuatan yang berlebihan atau melakukan gerakan sulit yang melibatkan sendi panggul.

2.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Fraktur Femur

Komplikasi fraktur menurut Smeltzer dan Bare (2001) dan Price (2005) antara lain:

1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

a. SyokSyok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak

kehilangan darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra. b. Sindrom emboli lemak

Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak pada aliran darah.

c. Sindroma KompartementMerupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot

kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan cidera remuk).

Page 22: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

d. Kerusakan ArteriPecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi,

CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

e. Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

f. Avaskuler nekrosis Avaskuler nekrosis (AVN) sering terjadi karena aliran darah ke tulang

rusak atau terganggu yang bias menyebabkan nekrosis tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s Ischemia .

2. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed union, dan non union.

a. MalunionMalunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah

sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

b. Delayed Union Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.

c. NonunionNonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan

memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion di tandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

2.8. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur Femur

A. Penatalaksanaan Awal

Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan :

1. Pertolongan pertama

Page 23: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih, steril dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum ambulans datang.

2. Penilaian klinisMisalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh darah atau saraf

3. ResusitasiKebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang dengan keadaan syok, sehingga diperlukan resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah serta obat-obat anti nyeri

B. Terapi konservatif

1. Proteksi saja2. Immobilisasi saja tanpa reposisi

Pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik

3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gipsReposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoa fraktur

4. Traksi (penarikan)Traksi dapat digunakan untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dapat juga dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban <5kg

C. Terapi operatif

1. Reposisi tertutup – fiksasi eksterna2. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi interna3. Reposisi terbuka dengan fiksasi interna

a. ORIF (Open Reduction and Internal Fixation) keuntungan nya adalah reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa fiksasi luar

b. Indikasi: Fraktur yang tidak bisa sembuh seperti fraktur collum femur Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup sperti fraktur

dislokasi Fraktur yang dapat direposisi tapi sulit dipertahankan seperti

fracture antebrachiic. Excisional Arthroplasty yaitu membuang fragmen yang patah yang

membentuk sendi contohnya pada fracture collum femoris yang dilakukan operasi Girdlestone

d. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

Page 24: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Tabel : 2 Lokasi Fraktur dan Lamanya

Lima konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu menangani fraktur:

1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit.a. Riwayat kecelakaanb. Parah tidaknya lukac. Diskripsi kejadian oleh pasiend. Menentukan kemungkinan tulang yang patahe. Krepitus

2. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan

traksi atau gipsb. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui

pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang.

3. Immobilisasi: Setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi untuk membantu tulang pada posisi yang benar hingga menyambung kembali.

4. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

5. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan

Page 25: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

program pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

Terapi pada Fraktur TerbukaBanyak pasien dengan fraktur terbuka mengalami cidera ganda dan

syok hebat. Bagi mereka, terapi di tempat seperti pada prinsip diatas merupakan hal penting. Semua fraktur terbuka, tak peduli seberapa ringannya harus dianggap terkontaminasi karena itu penting untuk mencegahnya dari infeksi.Untuk hal ini, ada beberapa hal yang penting :1. Pembalutan luka dengan segera2. Profilaksis antibiotic3. Debridemen luka sedini mungkin

Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati misalnya kulit, Fasia, Otot mati (makanan bagi bakteri), vaskuler, nervous, Tendon dan tulang

4. Stabilisasi fraktura. Penutupan luka

Pada luka setelah debridemen, dapat ditutup dengan dijahit, atau dengan cangkokan kulit.

b. Perawatan setelahnyaTungkai ditinggikan di atas tempat tidur, jika luka dibiarkan terbuka, periksa setelah 5-7 hari, jika terjadi toksemia atau septikemia dilakukan drainase.

Tindakan terhadap fraktur terbuka:1. Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta

pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.2. Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta

tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)

3. penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

Penanggulangan Dislokasi fraktur collum femur

Penderita segera dirawat di Rumah Sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan Buck-extension. Dalam waktu 24 jam-48 jam dilakukan tindakan reposisi yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu: menurut Leadbetter. Penderita terlentang di meja operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat

Page 26: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

flexi 90 untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian pelan-pelan dilakukan endorotasi panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test.Palm heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan tekinik multi pin pecutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulang sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah reposisi dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi diantaranya :- Knowless pinCancellous screw-Plate

Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan: do nothing dalam arti tidak dilakukan tindakan internal fiksasi, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita bersedia dilakukan operasi akan digunakan prinsip pengobatan do something yaitu dilakukan tindakan operasi arthroplasty dengan pemasangan prothese Austine Moore.

Proses penyembuhan tulang sebagai berikut:1. Tahap Inflamasi

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

2. Tahap Proliferasi SelKira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk

benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.Kalus tulang

Page 27: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3. Tahap Pembentukan KalusPertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh

mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

Gambar : 20 Histologi Tahap Pembentukan Kalus

4. Tahap OsifikasiPembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai

tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

Gambar : 21 Histologi

Page 28: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

5. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling)Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan

mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalamiremodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.(Rasjad. C, 1998)

Gambar : 22 Histologi Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling)

2.9. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Fraktur Femur

Pencegahan terjadinya Fraktur : Mencegah jatuh Mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D setiap hari. Berjalan, naik tangga, angkat beban, atau menari setiap hari. konsultasi dengan dokter Anda tentang memiliki kepadatan mineral tulang

(BMD) tes (menditeksi osteoporosis secara dini)

Page 29: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Memakai pelindung ketika berpartisipasi dalam olahraga kontak atau saat blading ski, bersepeda atau roller, merekomendasikan National Institutes of Health.

2.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Fraktur Femur

Penderita fraktur femoris tanpa komplikasi bila mendapat tindakan fisioterapi sejak dini dan tepat maka kapasitas fisik dan kemampuun fungsional akan kembali normal (baik). Tetapi bisa menimbulkan keadaan yang buruk dari penyembuhan apabila terjadi komplikasi yang menyertai dan umumnya usia lanjut.

DAFTAR PUSAKA

Arvin, Behrman Kliegman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.Ed.ke-15.Jakarta:EGC

Cui, D. (2011). Atlas of histology: with functional and clinical correlations. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins.

Page 30: Blok Muskuloskeletal Skenario 3 (2015-2016)

Dorland. 2008. Kamus Saku Kedokteran Ed.28. Jakarta : EGC.

Faiz,O.2004. At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.

Long,C.Barbara.1996. Perawatan Medikal Bedah.

Moore KL, dkk. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed.5 jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Rasjad C.1992.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue,Ujung Pandang.

Sjamsuhidajat,R dan Wim de Jong, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi. Jakarta. EGC.

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Tambajong,J.2000.Patofisiologi Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC.

Tambajong J,Wonodirekso S.1996.Buku Teks Histologi. Jakarta : EGC (Indonesia).