bab 3 pengkajian gangguan muskuloskeletal

36
Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal Oleh: Dr. dr. Zairin Noor Helmi, Sp.OT(K)., M.M., FISC. Bab 3

Upload: afif-nasrudin

Post on 05-Dec-2014

223 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

PengkajianGangguan

Muskuloskeletal

Oleh:

Dr. dr. Zairin Noor Helmi, Sp.OT(K)., M.M., FISC.

Bab 3

Page 2: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca/ peserta didik diharapkan mampu:• menjelaskan metode pemeriksaan

gangguan muskuloskeletal;• mendeskripsikan pengkajian anamnesis;• melaksanakan pemeriksaan fisik

muskuloskeletal;• mendeskripsikan penilaian diagnostik

radiologis;• mendeskripsikan penilaian diagnostik

laboratoris.

2

Page 3: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

METODE PEMERIKSAAN KLINIS

Page 4: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Klinis Gangguan Muskuloskeletal

Pengumpulan data

Anamnesis:keluhan utama;riwayat klinik;psikososiospiritual

Pemeriksaan fisik :secara umum;secara lokal.

Penilaian pemeriksaan

diagnostik

Diagnosis

Konsultasi Tim Medis

lain

4

Page 5: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Keluhan Utama

• Nyeri • Deformitas • Kekakuan/instabilitas pada sendi • Pembengkakan/benjolan • Kelemahan otot • Gangguan atau hilangnya fungsi • Gangguan sensibilitas

5

Page 6: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Riwayat Klinis

• Riwayat penyakit sekarang • Riwayat penyakit dahulu • Riwayat keluarga • Pengkajian psikososialspiritual

6

Page 7: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan fisik pada gangguan muskuloskeletal terdiri atas pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan lokalis muskuloskeletal.

• Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan bertujuan untuk mengklarifikasi hasil temuan dari anamnesis, untuk mengevaluasi keadaan fisik pasien secara umum, serta melihat apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan muskuloskeletal.

7

Page 8: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Fisik secara umum

8

Page 9: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Fisik Lokalis

• Inspeksi (Look)• Palpasi (Feel)• Penilaian gerakan sendi, baik pergerakan

aktif maupun pasif (Move)

9

Page 10: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Inspeksi (Look)

Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur, periksa adanya kelainan dalam cara

berjalan, seperti cara jalan dengan abnormalitas Gait.

10

Page 11: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Look

Inspeksi kemudian dilakukan secara sistematik dan ditujukan pada: •jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe.•kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.

11

Page 12: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Look

• Jaringan parut. Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi. Apakah ada tanda Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi) pada status lokalis.

12

Page 13: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Look

• Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa (abnormal).

• Posisi dan bentuk dari ekstremitas (deformitas).

13

Page 14: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Palpasi (Feel)

• Suhu kulit.• Jaringan lunak.• Tulang.• Penilaian

deformitas yang menetap.

• Nyeri tekan.

14

Page 15: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Radiologis Rakhitis yang memberikan manifestasi pada pembengkokan abnormal.

Radiologis penyakit Paget.

15

Page 16: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pengukuran panjang anggota gerak

16

Page 17: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pergerakan (Move)

• Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit? Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi?

• Stabilitas sendi. Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. o Pemeriksaan stabilitas sendi dapat

dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.

• Pemeriksaan ROM (Range of Joint Movement).

17

Page 18: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

PEMERIKSAAN SENDI

Page 19: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Deskripsi

• Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi) atau pasif (sendi digerakkan pemeriksa). Pengukuran luas gerakan yang tepat dilakukan dengan geniometer (busur derajat khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi).

• Bila suatu sendi diekstensi maksimal namun masih tetap ada sisa fleksi, maka luas gerakan dikatakan terbatas. Luas gerakan yang terbatas bisa disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi, atau kontraktur otot dan tendo di sekitar.

19

Page 20: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Palpasi pada Sendi

• Apabila sendi digerakkan secara pasif memberikan informasi mengenai integritas sendi. Normalnya, sendi bergerak secara halus. Suara gemeletuk dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir di antara tonjolan tulang.

• Permukaan yang kurang rata, seperti pada keadaan artritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan yang tidak rata tersebut saling bergeseran satu sama lain.

20

Page 21: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

21

Page 22: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

22

Page 23: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Abnormalitas Sendi

23

Page 24: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Range of Motion (ROM)

ROM (Range of Motion) merupakan istilah baku untuk menyatakan batas/besarnya gerakan sendi baik yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal.

Gerakan sendi terbagi atas aktif dan pasif sehingga penilaian ROM juga terbagi dua yaitu ROM pada gerakan sendi aktif dan ROM pada gerakan sendi pasif.

24

Page 25: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

PEMERIKSAAN OTOT

Page 26: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Otot

Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, serta ukuran masing-masing otot.

Kelemahan otot pada sekelompok otot menunjukkan berbagai macam kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit (khususnya kalsium dan kalium), miastenia gravis, poliomielitis, dan distrofi otot. Kekuatan otot diuji melalui pengkajian kemampuan pasien untuk melakukan fleksi dan ekstensi ekstremitas sambil dilakukan penahanan.

26

Page 27: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Kekuatan Otot

27

Page 28: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

PEMERIKSAAN SARAF

Page 29: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

PEMBULUH DARAH

Page 30: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Capillary Refill Time (CRT)

30

Page 31: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK RADIOLOGIS

Page 32: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Diagnostik Radiologis

• Foto Rontgen• Magnetic Resonance Imaging • Computed Tomography Scan• Angiografi• Venogram• Mielografi • Artrografi

32

Page 33: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Diagnostik Artroskopi

• Artroskopi merupakan prosedur endoskopis yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi.

• Prosedur ini dilakukan dalam kamar operasi pada kondisi steril, perlu dilakukan injeksi anestesi lokal ataupun dengan anestesi umum.

33

Page 34: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Diagnostik Artrosentesis

• Artrosentesis (aspirasi sendi) dilakukan untuk memperoleh cairan sinovia untuk keperluan pemeriksaan atau untuk menghilangkan nyeri akibat efusi.

• Dengan menggunakan teknik aseptis, dokter pemeriksa memasukkan jarum ke dalam sendi dan melakukan aspirasi cairan.

34

Page 35: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Diagnostik Biopsi

Biopsi dapat dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium untuk membantu menentukan penyakit tertentu.

35

Page 36: BAB 3 Pengkajian Gangguan Muskuloskeletal

Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan darah dan urine pasien dapat memberikan informasi mengenai masalah muskuloskeletal primer atau komplikasi yang terjadi (misalnya: infeksi), sebagai dasar acuan pemberian terapi.

• Pemeriksaan darah lengkap meliputi kadar hemoglobin (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan karena trauma) dan hitung darah putih. Sebelum dilakukan pembedahan, pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan untuk mendeteksi kecenderungan perdarahan, karena tulang merupakan jaringan yang sangat vaskular.

36