samdaniel blok 15 skenario 5

20
Skabies: Penyakit Kulit yang Disebabkan oleh Infestasi Parasit Sarcoptes scabiei Samdaniel Sutanto D1 – 102013382 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat [email protected] Abstrak: Kulit merupakan pertahanan baris pertama tubuh terhadap pajanan dari dunia luar yang bersifat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu contoh adalah skabies, suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit. Skabies merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dari Sarcoptes scabiei yang ditemukan di seluruh dunia. Skabies menyerang semua golongan manusia, namun lebih sering ditemukan pada pasien dengan tingkat sosial- ekonomi yang rendah dan tinggal pada pemukiman padat penduduk. Parasit betina yang telah dibuahi oleh parasit jantan akan membentuk suatu terowongan berwarna putih keabu-abuan pada tempat predileksi dengan stratum korneum yang tipis, misalnya sela jari tangan. Gejala khas yang ditimbulkan berupa gatal pada malam hari. Dengan memperhatikan syarat pengobatan, pemilihan dan penggunaan obat secara tepat, serta menghilangkan faktor predisposisi, maka skabies dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik. Kata Kunci: Skabies, terowongan, pruritus nokturna. Abstract: The skin is the first line defense of the body againts exposure from the outside world that are susceptible to diseases caused by numerous factors. For example is scabies, a disease caused by infestation of Sarcoptes scabiei that

Upload: samdisutanto

Post on 17-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

This is the paper that i made for school work and it talks about scabies. Feel free to read my paper :)

TRANSCRIPT

Skabies: Penyakit Kulit yang Disebabkan oleh Infestasi Parasit Sarcoptes scabiei

Samdaniel SutantoD1 102013382Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta [email protected]

Abstrak: Kulit merupakan pertahanan baris pertama tubuh terhadap pajanan dari dunia luar yang bersifat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu contoh adalah skabies, suatu penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit. Skabies merupakan suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dari Sarcoptes scabiei yang ditemukan di seluruh dunia. Skabies menyerang semua golongan manusia, namun lebih sering ditemukan pada pasien dengan tingkat sosial-ekonomi yang rendah dan tinggal pada pemukiman padat penduduk. Parasit betina yang telah dibuahi oleh parasit jantan akan membentuk suatu terowongan berwarna putih keabu-abuan pada tempat predileksi dengan stratum korneum yang tipis, misalnya sela jari tangan. Gejala khas yang ditimbulkan berupa gatal pada malam hari. Dengan memperhatikan syarat pengobatan, pemilihan dan penggunaan obat secara tepat, serta menghilangkan faktor predisposisi, maka skabies dapat diberantas dan memberikan prognosis yang baik.

Kata Kunci: Skabies, terowongan, pruritus nokturna.

Abstract: The skin is the first line defense of the body againts exposure from the outside world that are susceptible to diseases caused by numerous factors. For example is scabies, a disease caused by infestation of Sarcoptes scabiei that are found throughout the world. Scabies attack all the groups of human, but it is commonly in patients with low socio-economic level which is usually live in densely populated area. Female parasites that has been fertilized by male parasites will form a grayish-white burrow in predilection sites which the layer of stratum corneum is usually thin, for example, finger web spaces. Typical symptoms include itching that usually happens at night. Having regard to the terms of treatment, selection and use of appropiate medications, as well as eliminating the predisposing factors, scabies can be eradicated and provide a good prognosis.

Keywords: Scabies, burrow, nocturnal pruritus.

PendahuluanKulit merupakan bagian tubuh manusia yang langsung berhubungan dengan dunia luar dan memiliki peran penting sebagai pelindung tubuh dari paparan bahan kimia beracun ataupun organisme hidup di lingkungan sekitar. Secara umum, kulit tersusun atas tiga lapisan utama, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutan atau hipodermis. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Lapisan dermis adalah lapisan yang terletak di bawah dari lapisan epidermis dan terbagi atas dua bagian, yaitu pars papilare dan pars retikulare. Lapisan subkutan merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan dermis dan terdiri atas jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak di atasnya.Sebagai pertahanan baris pertama tubuh terhadap pajanan dari dunia luar, kulit bersifat sensitif dan rentan untuk terkena penyakit. Penyebab timbulnya penyakit kulit sangatlah beragam, seperti bahan-bahan kimia, parasit, bakteri, radiasi cahaya, dan berbagai penyebab lainnya. Salah satu contoh dari penyakit kulit yang umum dijumpai adalah skabies yang disebabkan oleh infestasi suatu parasit pada kulit. Skabies dikenal dalam masyarakat dengan nama kudis.

Gambaran KasusAnak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena mengeluh sangat gatal terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu. Gejala gatal terutama terjadi pada malam hari.

PembahasanUntuk mengetahui secara jelas mengenai keluhan yang dialami oleh pasien, kita harus mempunyai pengetahuan tentang keluhan-keluhan yang dialami pasien dan harus memahami langkah-langkah dalam mendiagnosis keluhan yang dialami pasien.Dalam praktik sehari-hari pemeriksaan dan penentuan diagnosis dalam dermatologi sebaiknya dilakukan pertama kali dengan melakukan anamnesis. Setelah melakukan anamnesis, kemudian dilanjutkan dengan inspeksi terhadap kulit, rambut, dan kuku, palpasi, dan setelah semua hal itu dilakukan dapat dibuat diagnosis sementara dan diagnosis banding. Bila diperlukan dapat melakukan konsultasi dengan bagian lain dan dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan mikrobiologi, mikologi, histopatologi, darah, urin, dan imunologi.1

AnamnesisAnamnesis atau wawancara medis merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien yang bersangkutan atau tidak langsung melalui keluarga ataupun kerabat pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara menyeluruh dari pasien yang bersangkutan seperti identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat pribadi, dan riwayat sosial-ekonomi-budaya.2 Anamnesis dapat dilakukan secara langsung pada pasien apabila kondisi pasien memungkinkan atau dapat dilakukan secara alloanamnesis pada orang terdekat atau mengantar pasien untuk berobat bila keadaan pasien tidak memungkinkan.Hal-hal yang penting untuk ditanyakan pada penderita kelainan kulit adalah riwayat penyakit yang sedang diderita (onset dan durasi, tempat predileksi dan penyebaran kelainan kulit, apakah ada rasa gatal/terbakar/nyeri, faktor yang memperburuk kondisi), riwayat pengobatan untuk penyakit yang diderita maupun penyakit lain (sudah pernah berobat sebelumnya, obat-obatan yang digunakan, hasil dari pengobatan), apakah ada anggota keluarga atau kerabat yang memiliki gejala yang sama, riwayat penyakit dahulu (apakah sebelumnya pernah mengalami gejala yang serupa, apakah punya alergi terhadap sesuatu), dan riwayat sosial dan pekerjaan pasien (keseharian pasien, apakah pasien sering bekerja di luar/di dalam ruangan, apakah pasien pernah berpergian untuk menginap di rumah teman, kondisi tempat tinggal pasien, apakah pasien rajin menjaga kebersihan badan dan tempat tinggalnya, dan sebagainya).1Sesuai dengan kasus di atas, pertanyaan yang dapat diajukan ke pada pasien ataupun orang tuanya antara lain sebagai berikut:1. Sejak kapan gatalnya dimulai?2. Berapa lama gatal tersebut berlangsung? Terus-menerus atau hanya pada waktu tertentu?3. Di mana awal mula gatal tersebut timbul?4. Apakah gatalnya juga ada ditempat lain?5. Apakah pasien memiliki riwayat alergi terhadap sabun ataupun pernah berkontak dengan hewan?6. Seminggu sebelum munculnya gatal, apakah pasien pernah pergi untuk menginap di rumah teman, berkemah, atau pernah tinggal di asrama?7. Apakah pasien sering bermain pasir atau tanah?8. Apakah ada anggota keluarga atau teman yang mengalami gejala yang sama seperti yang dialami?9. Apakah sebelumnya pernah mengalami hal ini?10. Apakah pasien rajin menjaga kebersihan badan dan tempat tinggal pasien?Dari hasil anamnesis, diperoleh informasi sebagai berikut:1. Identitas Pasiena. Nama: Ab. Usia: 9 tahun2. Keluhan Utama dan LamanyaGatal terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu.3. Riwayat Penyakit Sekaranga. Berapa lama gatalnya berlangsung? Gatal terutama terjadi pada malam hari.b. Selain pada sela jari tangan, apakah ada gatal di tempat lain? Gatal juga terdapat di tangan.4. Riwayat Penyakit Dahulua. Apakah pasien memiliki masalah kulit dari sabun mandi yang digunakan? Pasien tidak memiliki masalah kulit akibat sabun yang digunakan.5. Riwayat Sosial dan Kebiasaan Tertentua. Apakah pasien sebelumnya pernah berkontak dengan hewan? Pasien tidak berkontak dengan hewan sebelumnya.b. Apakah pasien pernah tinggal di asrama atau berpergian untuk menginap bersama teman? Pasien sempat tinggal di asrama seminggu yang lalu.Pemeriksaan FisikSetelah selesai melakukan anamnesis, tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan umum dilakukan pertama kali ketika berjumpa dengan pasien. Pemeriksaan umum terdiri dari pemeriksaan terhadap tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh) yang dapat memberikan informasi awal yang sering mempengaruhi arah dari evaluasi klinik. Selain itu, pada pemeriksaan juga dilakukan pemeriksaan terhadap penampilan pasien, keadaan umum pasien, tingkat kesadaran pasien, dan beberapa hal lainnya.3 Pemeriksaan fisik dalam dermatologi terdiri dari inspeksi dan palpasi. Untuk mempermudah pemeriksaan kulit, pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan dengan pencahayaan yang terang. Selain itu, riasan wajah juga harus dicuci sampai bersih dan wig harus dilepaskan.4 Anamnesis terarah biasanya juga dilakukan saat pemeriksaan berlangsung untuk melengkapi data diagnostik. Demikianpun perlu dilakukan juga pemeriksaan terhadap rambut, kuku, dan selaput lendir.1Diagnosis kasus-kasus dermatologi didasarkan pada dua hal, yakni pada distribusi dan morfologi dari efloresensi kulit tersebut.4 Perhatikan apakah efloresensi pada kulit tersebut terlokalisasi, universal, atau simetris. Setelah distribusinya telah diketahui, selanjutnya tentukan morfologi dari efloresensi primer yang muncul pada penyakit tersebut. Umumnya, beberapa penyakit kulit memiliki morfologi yang khas untuk masing-masing kelainan, namun beberapa hal seperti menggaruk, ulserasi, dan berbagai macam kejadian lainnya dapat mengubah morfologi tersebut, sehingga gambaran klinis penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit untuk dikenali.1,4Morfologi dari suatu efloresensi mencakup bentuk, warna, ukuran, batas, dan bagaimana karakteristik permukaan efloresensi tersebut. Efloresensi primer terdiri dari: makula, papula, plak, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustula, dan kista. Sedangkan yang termasuk efloresensi sekunder adalah: skuama, krusta, erosi, ulkus, dan sikatriks. Ukuran dari lesi terdiri dari milier (sebesar kepala jarum pentul), lentikular (sebesar biji jagung), numular (sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah), dan plakat (lebih besar dari numular). Bentuk susunan lesi yang dapat ditemukan terdiri dari liniar (seperti garis), sirsinar/anular (seperti lingkaran), arsinar (seperti bulan sabit), polisiklik (bentuk pinggiran yang saling sambung menyambung), korimbiformis (susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya), dan sebagainya.1,4 Untuk membantu menentukan diagnosis penyakit, kaca pembesar dapat digunakan sebagai alat untuk membantu melihat permukaan kulit dengan jelas.4Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien di atas, diketahui kesadaran pasien kompos mentis, pasien tampak sakit sedang, dan dari pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan inspeksi kulit, ditemukan adanya lesi berbentuk terowongan (burrow) berwarna putih keabu-abuan pada sela jari tangan pasien disertai vesikel berukuran kecil yang berwarna merah pada ujung terowongan dan tidak ada pus/nanah.

Pemeriksaan PenunjangSetelah pemeriksaan fisik selesai dilakukan, hal yang dapat dilakukan selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis dari suatu keluhan yang dialami pasien.Sesuai dengan kasus di atas, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan kerokan kulit. Pemeriksaan seperti ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosis terhadap infeksi jamur ataupun menemukan parasit penyebab skabies.4Dalam melakukan metode pemeriksaan kerokan kulit, dokter umumnya mengambil spesimen kerokan kulit dengan menggunakan skalpel nomor 15 dan 11.5 Sebelum dikerok, hendaknya skalpel dan lesi yang akan diperiksa ditetesi terlebih dahulu dengan minyak mineral. Kerokan pada bagian epidermis akan mengangkat skuama dari permukaaan daerah yang ingin diperiksa. Skuama kemudian diletakkan pada kaca objek, ditetesi dengan larutan KOH 10% (untuk pemeriksaan terhadap jamur), dan kemudian ditutup dengan menggunakan kaca penutup untuk diamati di bawah mikroskop.4Dari hasil pemeriksaan kerokan kulit pasien, tidak ditemukan adanya infestasi jamur. Namun, hasil pemeriksaan menunjukkan adanya parasit Sarcoptes scabiei pada spesimen kerokan kullit pasien.

Diagnosis KerjaDiagnosis kerja yang dapat diambil dari hasil anamnesis, pemeriksaan inspeksi kulit, dan pemeriksaan kerokan kulit adalah bahwa pasien terkena skabies. Dari anamnesis, diketahui bahwa pasien mengalami gatal pada sela-sela jari tangannya dan bagian tangannya yang umumnya terjadi pada malam hari. Selain itu, pasien juga memiliki riwayat berpergian untuk menginap di rumah temannya. Selanjutnya, hasil pemeriksaan inspeksi kulit menunjukkan adanya terowongan (burrow) berwarna putih keabu-abuan pada sela jari tangan disertai vesikel kecil berwarna merah dan tidak ditemukan pus. Hasil pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit ditemukan adanya parasit Sarcoptes scabiei, yang merupakan hal paling diagnostik untuk menegakkan diagnosis terhadap skabies.

Diagnosis BandingSelain skabies, terdapat beberapa penyakit kulit lainnya yang dapat dijadikan sebagai diagnosis banding terhadap skabies. Penyakit-penyakit yang dapat dijadikan diagnosis banding skabies memiliki tempat predileksi, efloresensi yang muncul, serta manifestasi klinis yang umumnya sangat mendekati dengan yang ditemukan pada skabies. Penyakit-penyakit tersebut antara lain terdiri dari:1. Tinea ManusTinea manus adalah suatu kelainan pada tangan yang disebabkan oleh jamur Trichophyton rubrum yang merupakan jamur golongan dermatofita. Jamur golongan dermatofita hanya tumbuh dan menimbulkan kelainan pada tempat yang terdapat keratin seperti stratum korneum kulit, kuku, serta rambut. Kelainan umumnya bersifat asimetris dan berhubungan dengan kondisi tinea pedis dan onikomikosis unilateral.4 Pada bagian palmar, efloresensi yang ditimbulkan berupa eritema disertai skuama-skuama halus, sedangkan pada bagian dorsum terdapat tanda-tanda peradangan dengan batas yang tegas.62. Dermatitis Kontak AlergikaDermatitis kontak alergika (DKA) adalah suatu gambaran klasik dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) sebagai respon terhadap bahan-bahan kimia eksogen yang disebut sebagai hapten.5 Bahan-bahan ini merupakan alergen yang bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum korneum sehingga dapat mencapai sel epidermis yang berada di bawahnya dan berikatan dengan sel tersebut.1,5 Beberapa faktor yang ikut berperan dalam timbulnya DKA antara lain potensi sensitisasi alergen pada suatu individu, dosis alergen per unit area, luas daerah yang terkena, lamanya pajanan, suhu, kelembaban lingkungan, dan sebagainya.1 DKA dapat muncul pada lokasi-lokasi seperti tangan dan kaki, leher, badan, wajah, telinga, lengan dan tungkai, bahkan daerah genitalia.1 Gejala klinis yang ditimbulkan bergantung dari tingkat keparahan serta lokasinya. DKA akut dimulai dengan eritema yang diikuti dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Lokasi yang memiliki kulit yang tipis seperti kelopak mata, lapisan mukosa, dan genitalia, umumnya didominasi oleh eritema dan edema daripada vesikel.1,53. Dermatitis Kontak Iritan6Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan suatu reaksi peradangan kulit yang bersifat nonimunologik. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya deterjen, bahan pelarut, minyak pelumas, asam, alkali, dan sebagainya. Kelainan yang ditimbulkan sangat beragam, bergantung pada sifat dari bahan iritan. Iritan yang kuat seperti asam sulfat, asam klorida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida memberi gejala akut seperti eritema, edema, bula, dan bahkan nekrosis. Selain itu, pasien juga biasanya mengeluh ada rasa pedih dan terbakar pada kulit. Sedangkan iritan yang lemah seperti sabun dan deterjen akan memberi gejala kronis seperti kering, skuama, dan fisura. Umumnya DKI yang disebabkan oleh bahan iritan lemah terjadi akibat kontak yang berulang-ulang dengan bahan tersebut.4. Creeping Eruption1Creeping eruption merupakan suatu kelainan kulit berupa peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul, dan bersifat progresif. Creeping eruption disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang umumnya berasal dari hewan seperti anjing dan kucing. Keluhan yang ditimbulkan ketika larva cacing masuk ke dalam kulit berupa rasa gatal dan panas. Lesi yang mula-mula timbul berupa papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yaitu lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul, dan berwarna kemerahan. Perkembangan lesi selanjutnya dari papul eritematosa ini akan menjalar seperti benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan. Rasa gatal yang ditimbulkan terutama menjadi lebih hebat pada malam hari. Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, dan paha.5. PrurigoPrurigo merupakan suatu erupsi papular kronik yang bersifat rekuren. Terdapat berbagai macam bentuk prurigo, namun yang paling sering ditemukan adalah prurigo Hebra, disusul oleh prurigo nodularis.Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik yang dimulai sejak bayi atau masa anak-anak. Kelainan kulit terdiri dari papul-papul milier berbentuk kubah yang gatal, terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor. Penyebabnya, belum diketahui secara pasti, namun ada yang beranggapan bahwa penyakit ini merupakan suatu penyakit herediter, akibat sensitisasi terhadap gigitan serangga, dan ada yang beranggapan bahwa penyakit ini didasari oleh faktor atopi.1Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik pada orang dewasa yang ditandai dengan adanya nodul-nodul multipel yang gatal, terutama pada ekstremitas bagian ekstensor. Lesi yang timbul sebesar kacang polong atau lebih besar, keras, dan berwarna merah atau kecoklatan.7 Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi serangan gatal umumnya timbul bila pasien mengalami ketegangan emosional, sehingga penyakit ini dianggap sebagai neurodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik.1,7EtiologiSkabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap parasit Sarcoptes scabiei varietas hominis (lihat Gambar 1). Parasit ini merupakan suatu tungau yang termasuk ke dalam famili Sarcoptidae, ordo Acari, dan kelas Arachnida. S. scabiei mempunyai morfologi berbentuk oval punggungnya cembung, bagian perutnya rata, dengan betina berukuran 300x350 mikron; sedangkan yang jantan memiliki ukuran 150x200 mikron. Stadium dewasanya memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan kaki anterior dan 2 pasang lainnya merupakan pasangan kaki posterior. Setelah melakukan kopulasi, S. scabiei jantan umumnya akan mati, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup beberapa hari.8Gambar 1. Sarcoptes scabiei Dewasa dengan Bentuk Tubuh Oval dan Terdiri dari Empat Pasang Kaki.Sumber: www.edpa.it

S. scabiei betina yang telah berkopulasi akan membuat terowongan di stratum korneum kulit dan bertelur di dalamnya. Telur yang disimpan di dalam terowongan tersebut akan menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari kemudian.9 Larva kemudian akan berubah menjadi nimfa dalam waktu 3-4 hari kemudian. Nimfa selanjutnya akan berubah menjadi dewasa dalam waktu 3-5 hari kemudian.8

EpidemiologiPenyebaran S. scabiei bersifat kosmopolitan, yang berarti parasit ini dapat ditemukan diseluruh dunia. Prevalensi kasus skabies di dunia berkisar sekitar 300 juta kasus untuk setiap tahunnya. S. scabiei hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia, menyebabkan penyakit skabies pada hewan dan manusia.9,10 Pada manusia, skabies dapat muncul pada pria maupun wanita, semua golongan usia, semua etnis, dan pada seluruh tingkatan sosial-ekonomi.10 Walaupun skabies dapat menyerang seluruh golongan masyarakat, namun pada umumnya skabies ditemukan pada pasien dengan hygiene yang buruk, miskin, dan tinggal di tempat yang padat penduduk dan kumuh.8

PatogenesisS. scabiei tidak dapat terbang atau melompat, namun parasit ini dapat berjalan dengan kecepatan 2-3 mm per hari pada kulit sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 butir telur (lihat Gambar 2).1 Parasit dapat bertahan selama 24 jam hingga 36 jam pada suhu kamar dengan tingkat kelembaban yang sedang.10 Lesi primer skabies berupa terowongan yang berisi parasit, telur, dan hasil metabolisme. Pada saat parasit menggali terowongan, parasit akan mengeluarkan sekret yang mampu melisikan stratum korneum (lihat Gambar 3). Aktivitas dan hasil sekresi dari parasit menyebabkan pruritus pada daerah yang terkena. Vesikel-vesikel kecil dapat terlihat pada permukaan kulit yang terkena.8,9Sumber: health.mo.govGambar 2. Telur Sarcoptes scabiei.

Menggaruk dapat menimbulkan lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul dan kadang bula.8 Menggaruk juga dapat menyebabkan perdarahan dan pada kondisi lebih lanjut, dapat menimbulkan infeksi sekunder.9Parasit hanya dapat ditemukan pada lesi primer di tempat predileksi dengan stratum korneum yang tipis, yaitu jari tangan, pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipat ketiak depan, umbilikus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna pada laki-laki, dan areola mammae pada perempuan. Pada bayi, parasit dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.8Sumber: www.cdc.gov

Cara penularan yang bersifat predominan adalah melalui kontak langsung antar kulit. Transmisi melalui cara seperti bertukar pakaian atau penularan secara tidak langsung lainnya jarang terjadi pada kasus skabies klasik, namun dapat terjadi pada skabies berkrusta. Transmisi skabies antar anggota keluarga dan dalam suatu institusi merupakan hal yang biasa terjadi. Transmisi skabies melalui hubungan seksual juga dapat terjadi.10Gambar 3. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei dan Beberapa Tempat Predileksi Skabies.

Manifestasi KlinisAda 4 tanda kardinal dari skabies:1. Pruritus yang terjadi pada malam hari disebabkan oleh aktivitas parasit yang tinggi pada suhu udara yang lembab dan panas.1 Pruritus pada skabies umumnya bersifat persisten, namun pada siang hari, gejala ini masih dapat ditoleransi oleh pasien.72. Skabies merupakan penyakit menyerang manusia secara berkelompok.1,7 Ketika satu atau lebih dari anggota keluarga mengalami pruritus, dugaan terhadap skabies harus ditegakkan. (b)(a)Gambar 4. (a) Skabies pada Sela Jari Tangan; (b) Gambaran Lesi Skabies Berupa Terowongan Seperti Benang yang Tersusun Linear atau Berkelok-kelok.Sumber: www.skinsight.comSumber: www.derm101.com

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih keabu-abuan, berbentuk linear atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel (lihat Gambar 4).14. Ditemukan parasit S. scabiei merupakan hal yang paling diagnostik.1PenatalaksanaanPasien yang terinfestasi oleh parasit dan orang terdekat pasien harus diobati secara bersama. Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi skabies antara lain:1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini terdapat dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini umumnya tidak efektif terhadap stadium telur, sehingga digunakan lebih dari 3 hari agar larva yang menetas dari telur dapat dimatikan. Kekurangan obat ini ialah berbau, dapat mengotori pakaian, dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Obat ini dapat digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.1,8,92. Emulsi benzil benzoat 20-25% merupakan obat yang efektif untuk semua stadium parasit. Obat ini diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh dan kekurangan obat ini adalah menyebabkan iritasi dan kadang-kadang semakin menimbulkan gatal setelah dipakai.13. Gama benzen heksaklorida (gameksan) dengan kadar 1% dalam krim atau losio merupakan obat yang efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini bersifat neurotoksik terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak dianjurkan pada anak dengan usia di bawah 6 tahun dan wanita hamil.1,8,94. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan untuk mengobati skabies. Obat ini memiliki 2 efek, yaitu sebagai antiskabies dan antipruritus. Penggunaan obat ini harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra.15. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim merupakan obat yang efektif untuk semua stadium, namun obat ini bersifat kurang toksik dibandingkan dengan gameksan. Permetrin tidak dianjurkan pada bayi dengan usia di bawah 2 bulan.PrognosisDengan menghilangkan faktor predisposisi, memperhatikan pemilihan obat, dan cara pemakaian obat, maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

KomplikasiKomplikasi pada skabies dapat terjadi apabila pasien menggaruk tempat yang menimbulkan gejala. Umumnya pasien menggaruk karena rasa gatal yang ditimbulkan. Garukan pada tempat tersebut dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

KesimpulanAnak berusia 9 tahun tersebut menderita skabies yang merupakan suatu kondisi akibat infestasi dari parasit Sarcoptes scabiei. Gejala yang ditimbulkan berupa gatal pada malam hari, ditemukan adanya terowongan berwarna putih keabu-abuan pada sela jari tangannya, serta ditemukannya parasit S. scabiei pada pemeriksaan mikroskopis. Pemilihan dan penggunaan obat secara tepat serta menjaga kebersihan sangat membantu dalam mengatasi skabies.

Daftar Pustaka1. Djuanda A, Kosasih A, Wiryadi BE, Natahusada EC, Daili ES, Effendi EH, dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. h.34-5, 40, 123-5, 130-2, 134-6, 272-4.2. Abdurrahman N, Markum HMS, Suwondo A, Rani HAA, Harun S, Manurung D, dkk. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005. h.11-8.3. Bickley LS. Bates guide to physical examination and history taking. 11th ed. China: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. p.114-8.4. Weller RPJB, Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV. Clinical dermatology. 4th ed. United States: Blackwell Publishing; 2008. p.15, 34-8.5. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. United States: McGraw-Hill; 2008. p.25, 138-40.6. Brown RG, Burns T. Lecture notes: dermatology. 10th ed. United Kingdom: Blackwell Publishing; 2011. p.31, 61.7. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews diseases of the skin: clinical dermatology. 10th ed. Canada: Elsevier; 2006. p.58-9, 452-3.8. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. h.297-9.9. John DT, Petri WA. Markell and Voges medical parasitology. 9th ed. United States: Elsevier; 2006. p.322,4.10. Chosidow O. Scabies. N Engl J Med 2006;354:1718-27.