laporan skenario 1 blok 15

90
7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15 http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 1/90  TIM KHUSUS BLOK 15 Present Laporan Skenario 1 By Arzia Pramadi Rahman Diah Rahmawati Gede Ariana Honesti Trijuniarny Ica Justisia I Made Hrisikesa WJG I Putu Mega Kartika Lalu Muhammad Nuh M.Rahmat Sultony Muamar Amirullah Ni Luh Putu Dian Nisia Rinayu Putri Khrisna Kumara Dewi Putu Liliana Pradevie R.Armand Budi Prasetya

Upload: amalia

Post on 18-Feb-2018

357 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 1/90

 1 

TIM KHUSUS BLOK 15

Present

Laporan Skenario 1

By

Arzia Pramadi Rahman

Diah Rahmawati

Gede Ariana

Honesti Trijuniarny

Ica Justisia

I Made Hrisikesa WJG

I Putu Mega Kartika

Lalu Muhammad Nuh

M.Rahmat Sultony

Muamar Amirullah

Ni Luh Putu Dian

Nisia Rinayu

Putri Khrisna Kumara Dewi

Putu Liliana Pradevie

R.Armand Budi Prasetya

Page 2: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 2/90

 2 

DAFTAR ISI

Daftar isi…………………………………………………………………………………………2 

Skenario………………………………………………………………………………………….3  

Lerning Objective……………………………………………………………………………….4 

Hormon…………………………………………………………………………………………..5  

Prinsip Kerja

a)  Pembentukan dan sekresi……………………………………………………………...10 

  Hormon Peptida………………………………………………………………..10 

  Hormon Steroid………………………………………………………………...11 

  Hormon Derivat Tyrosin………………………………………………………15  

b)  Transpor dan Reseptor……………………………………………………………… ...20

  Hormon Peptida………………………………………………………………..20  

  Hormon Steroid………………………………………………………………...22 

  Hormon Derivat Tyrosin………………………………………………………22  

c)  Second Messenger………………………………………………………………………25  

Aksis Hipotalamus –  Pituitary………………………………………………………………..33  

Anatomi Sistem Endokrin……………………………………………………………………...41 

Histologi Sistem Endokrin……………………………………………………………………..48  

Jenis Hormon…………………………………………………………………………………...65  

Integrasi Hormon………………………………………………………………………………87  

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….90 

Page 3: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 3/90

 3 

SKENARIO 1

Sistem Endokrin

Sistem Hormon merupakan suatu chemical messenger systems yang

memiliki peran penting dalam menjaga homeostasis tubuh. Dengan adanya

sistem hormon, koordinasi fungsi-fungsi tubuh, termasuk fungsi metabolisme,

pertumbuhan dan perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit dan

perilaku dapat terjadi. Koordinasi fungsi-fungsi tersebut terbentuk mulai

dari tingkat sel, jaringan,maupun organ

Dalam tubuh kita terdapat berbagai macam hormone. Setiap hormon

memiliki karakteristik hormone yang berbeda satu sama lain dalam banyak

hal, misalnya dalam struktur, target kerja spesifik dan lama waktu kerja,

onset dalam sekresi dan degradasinya, transport dan bersihannya (clearance)

dalam darah, serta mekanisme regulasi aktifitasnya. Regulasi hormonemelibatkan suatu aksis yang diatur oleh hipotalamus

Page 4: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 4/90

 4 

LEARNING OBJECTIVE

1) Hormon secara Umum

  Definisi,klasifikasi,klirens,degradasi,onset dan durasi

  Prinsip Kerja

a) Pembentukan dan Sekresi

b) Transpor dan Reseptor

c) Second Messenger

2) Aksis Hipotalamus

3) Anatomi Sistem Endokrin

4) Histologi Sistem Endokrin

5) Jenis Hormon

 

Fungsi dan Target Organ

6) Integrasi Jenis Hormon

Page 5: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 5/90

 5 

HORMON

Secara umum hormone merupakan suatu substansi kimia yang umumnya dihasilkan

oleh kelenjar endokrin yang dibawa melalui peredaran darah menujuk ke tempat aksi

(target) dari masing-masing hormone tersebut.

Berikut ini pemetaan beberapa kelenjar endokrin penghasil hormone tersebut:

Secara umum, terdapat tiga klasifikasi dari hormone berdasarkan komponen dasar

 penyusunnya, yaitu;

1.  Hormon  protein dan polipeptida diantaranya yaitu hormon yang dihasilkan oleh

kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pancreas (insulin dan glucagon), kelenjar

 paratiroid (parathyroid hormone), dan lain-lain.

2.  Hormon  steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal (cortisol dan aldosteron),

ovarium (estrogen dan pregesteron), testes (testosterone), dan plasenta (estrogen dan

 progesterone).

Page 6: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 6/90

 6 

3.  Hormon derivate asam amino tyrosine yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid

(thyroxine dan triiodothyronine) dan medulla adrenal (epinefrin dan norepinefrin).

Hormon protein dan polipeptida

Sebagian besar hormone dalam tubuh adalah jenis protein dan polipeptida. Hormone

 protein dan peptide dihasilkan pada reticulum endoplasma kasar pada sel endokrin yang

 berbeda. Proses sintesisnya sendiri hampir sama dengan proses sintesis intraseluler dari

 protein-protein lainnya. Biasanya pada awal pembentukannya setelah melalui proses

trasnkripsi dan translasi masih berada dalam bentuk protein besar yang masih tidak aktif

secara bilogis (preprohormon) dan mengalami pengemasan menjadi bentuk yang lebih

kecil (prehormon) di reticulum endoplasma. Prehormon ini selanjutnya akan ditransfer ke

 badan golgi untuk mengalami pengemasan lebih lanjut ke vesikel sekretorik. Selama

 proses ini enzim pada vesikel memecah prohormon tadi menjadi bentuk yang lebih kecil

dan bersifat aktif secara biologis. Kemudian mengalami penyimpanan di dalam sitoplasma

atau menempel pada bagian membrane sel untuk segera dikeluarkan apabila terdapat

rangsangan.

Hormon Steroid

Biasanya hormone steroid merupakan horomon dengan struktur kimia yang samadengan cholesterol, dan yang terpenting juga disintesis dari cholesterol itu sendiri. Hormon

ini dapat larut dalam lemak dan memiliki tiga cincin cyclohexyl dan satu cincin

cyclopentyl yang dikombinasikan ke satu struktur. Umumnya hanya terdapat sedikit

 penyimpanan homon steroid dalam sel, akan tetapi penyimpanan cholesterol ester dalam

 jumlah banyak dalam vakuola sitoplasma dapat diguanakn dengan cepat untuk mensintesis

Page 7: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 7/90

 7 

steroid setelah mendapatkan stimulus. Karena sifatnya yang larut lemak umumnya steroid

dapat berdifusi langsung melewati membaran sel, baik itu sel pensintesis maupun sel

targetnya.

Hormon derivate asam amino tyrosine

Dua golongan dari hormone derivate tirosin, tiroid dan hormone medulla adrenal,

dibentuk oleh aksi enzim dalam sitoplasma dari sel glanular. Hormon tiroid disintesis dan

disimpan dalam kelenjar tiroid dan bergabung menjadi bergabung dengan protein

thyroglobulin, dimana selanjutnya disimpan dalam folikel kelenjar tiroid. Sekresi hormone

terjadi ketikan amine dipecah dari thyroglobulin, dan selanjutnya hormone akan dilepaskan

ke sirkulasi darah. Setelah memasuki darah, sebagian besar hormone tiroid akan terikat

 pada protein pengikat (thyroxine-binding globulin). Epinefrin dan norepinefrin sendiri

dibetuk di medulla adrenal, dimana secara normal jumlah sintesis epinefrin sekitar empat

kali lebih besar daripada sekresi norepinefrin. Catekolamin umumnya hampir sama dengan

 protein dimana mengalami penyimpanan dalam granul sekretorik. Begitu mengalami

eksositosis dan masuk ke dalam sirkulasi catekolamine dapat berada dalam bentuk bebas

atau terkonjugasi oleh substansi lain. Berikut ini struktur kimia dari beberapa hormone

tersebut;

Page 8: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 8/90

 8 

Dari tiga klasifikasi hormone berdasarkan komposisi kimia utama penyusunnya itu,

secara lebih umum lagi dapat kita golongakan menjadi dua golongan, dimana dapat kita

kelompokkan berdasarkan solubilitas, protein transport, plasma half-life, receptor, dan

mediator, sebagai berikut:

Hormon Clearence Dari Darah

Terdapat dua factor yang dapat meningkatkan atau mengurangi konsentrasi

hormone dalam darah. Salah satu diantaranya yaitu kecepatan sekresi hormone ke dalam

darah. Kemudian factor yang kedua yaitu kecepatan pembuangan hormone dari darah, yangdisebut dengan metabolic clearance, dimana untuk mengetahuinya digunakan perhitungan

sebagai berikut:

Page 9: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 9/90

 9 

 Metabolic clearance rate: Rate of disappearance of hormone from plasma

concentration of hormone in each milliliter plasma

Hormon dapat dikeluarkan dari plasma melalui beberapa cara, diantaranya yaitu

-  Destruksi langsung oleh jaringan tempat aksi dari hormone tersebut

-  Berikatan dengan jaringan

-  Ekskresi oleh hati dalam bentuk bile (empedu)

-  Ekskresi oleh ginjal dalam bentuk urine.

Untuk beberapa jenis hormone, penurunan metabolic clearance ratenya dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah hormone dalam jumlah besar disirkulasi.

Biasanya terjadi pada beberapa hormone steroid pada kondisi kerusakan hepar, karena

umumnya hormone-hormon ini mengalami konjugasi dalam hepar.

Seperti disebutkan sebelumnya, beberapa hormone juga terkadang mengalami degradasi

dalam sel targetnya, melalui aktifitas enzim intraseluler yang menyebabkan endositosis dari

hormone-reseptor komplek pada membran sel, kemudian hormone mengalami metabolism

di dalam sel, dan reseptor yang sebelumnya berikatan dengan hormone tersebut

dikembalikan ke membrane sel.

Sebagian besar dari hormone peptide dan catecholamine merupakan hormone larut air

dan tersebar bebas dalam sirkulasi. Kebanyakan dari hormone-hormon ini mengalami

degradasi oleh enzim di dalam darah dan jaringan kemudian mengalami eksresi yang

cepat melalui ginjal dan hati, hal ini yang menyebabkan singkatnya onset dan durasi dari

hormone-hormon ini dalam sirkulasi, dimana kebanyakan jenis hormone ini hanya

memiliki half-life (waktu paruh) sekitar beberapa menit saja. Sebaliknya, hormone yang

terikat protein plasma mengalami clearance dari darah dalam waktu yang sangat lambat

dan dapat bertahan selama beberapa jam bahkan sampai beberapa hari, misalnya half-life

dari hormone steroid sekitar 20-100 menit, sedangkan untuk hormone thyroid sekitar 1-6

hari.

Page 10: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 10/90

 10 

A. 

Pembentukan dan sekresi

1.  Sintesis dan Sekresi H ormon Peptida

Hormon peptida disintesis di Rough Endoplasmic Reticulum (RER) dalam bentuk molekul

 prokursor besar yang disebut Preprohormon.Banyak Preprohormon ini disintesis menjadi peptida

labih kecil yang disebut Prohormon di RER. Dari RER, Prohormon ini diangkut ke Badan Golgi

untuk dikemas dengan protein-protein lain dalam vesikel-vesikel sekretorius. Vesikel-vesikel ini

kemudian disimpan di dalam sel. Untuk beberapa hormon, misalnya insulin, perubahan dari

Prohormon ke dalam bentuk aktif dapat terjadi di dalam vesikel sekretorius.

Saat terdapat stimulus, vesikel-vesikel sekretorius bergerak mendekati membran plasma dan

kemudian menyatukan membran vesikel dengan membran plasma sel. Saat membuka, hormon

 peptida dan kandungan lain yang terdapat di dalam vesikel dikeluarkan ke ruang ekstaseluler

dengan eksositosis.

Untuk hormon peptida, hormon yang disimpan dapat dilepaskan dengan cepat atau segera ke

dalam sirkulasi.

Gambar: Sintesis dan Sekresi Hormon Peptida

Page 11: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 11/90

 11 

2.  Sintesis dan Sekresi H ormon Steroid

Korteks adrenal mensekresi sekelompok hormon yang disebut kortikosteroid.Hormon ini

seluruhnya disintesis dari kolesterol steroid. Jenis-jenis hormon adrenokortikal secara

fungsional dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1.  Mineralokortikoid  mempengaruhi elektrolit/“mineral” cairan ekstrasel (Na+  dan K +),

antara lain :

  Aldosteron (sangat kuat, mencakup 90% dari seluruh aktivitas mineralokortikoid)

  Desoksikortikosteron (1/15 kekuatan aldosteron tetapi sangat sedikit disekresi)

  Kortikosteron (aktivitasnya lemah)

 9 -fluorokortisol  (sintetik, sedikit lebih kuat dari aldosteron)

  Kortisol (aktivitas mineralokortikoidnya sangat lemah tetapi disekresi dalam jumlah

 banyak)

  Kortison (sintetik, aktivitas mineralokortikoidnya lemah)

2.  Glukokortikoid meningkatkan konsentrasi glukosa darah dan metabolisme protein dan

lemak

  Kortisol  (sangat kuat, mencakup kira-kira 95% dari seluruh aktivitas glukokortikoid)

  Kortikosteron (kira-kira 4% seluruh aktivitas glukokortikoid, namun jauh lebih lemah

daripada kortisol)

  Kortison (sintetik, hampir sekuat kortisol)

  Prednison (sintetik, 4X lebih kuat dari kortisol)

  Metilprednison (sintetik, 5X lebih kuat dari kortisol)

  Deksametason (sintetik, 30X lebih kuat dari kortisol

3.  Hormon androgen efeknya mirip dengan hormon testosteron

Page 12: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 12/90

 12 

a. 

Sumber Kolesterol, ada 2 :

 Berasal dari ester kolesterol yang terkandung dalam molekul low-density lipoprotein

(LDL) di sirkulasi. Apoprotein B100  yang ada di permukaan partikel LDL akan

 berikatan dengan reseptor yang ada di membran plasma sel korteks adrenal  

endositosis  vesikel endositik bergabung dengan lisosom   lisis molekul LDL  

dilepaskan ester kolesterol yang akan dihidrolisis menjadi kolesterol bebas dan asam

lemak dengan bantuan enzim cholesterol ester hydrolase (CEH). Kolesterol yang tidak

segera digunakan oleh sel akan diubah lagi menjadi ester kolesterol oleh enzim acyl-

CoA : cholesterol acyltransferase (ACAT) disimpan dalam droplet lemak.

 Biosintesis kolesterol dari droplet lemak yang ada di dalam sel korteks adrenal.

Kolesterol yang terbentuk terutama dalam bentuk ester kolesterol yang selanjutnya

akan mengalami proses yang sama seperti di atas.

Page 13: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 13/90

 13 

b.  Jalur Sintesis Hormon Steroid

Setelah kolesterol bebas ada di dalam sel korteks   berikatan dengan  sterol carrier

 protein 2 masuk ke mitokondria  1 molekul kolesterol berikatan dengan cholesterol

 side-chain cleavage enzyme(CYP11A1)  terbentuk pregnenolon menuju RE halus  

terjadi remodeling pregnenolon menjadi steroid (gambar). Masing-masing zona di

korteks adrenal mensekresi hormon steroid yang berbeda : 

Page 14: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 14/90

 14 

c. 

Sekresi Hormon Steroid

 Proses sekresi masih belum jelas; kemungkinan diakibatkan oleh tingginya konsentrasi

steroid di dalam sel  terjadi gradien konsentrasi hormon steroid antara sel dan darah

 karena steroid bersifat lipofilik terjadi difusi steroid melewati membran plasma  

sirkulasi

 Proses sintesis dan sekresi hormon steroid berlangsung secara terus menerus

 

Kecepatan sekresinya tergantung dari stimulus yang diterima oleh korteks adrenal,terutama dari ACTH

Jadi, rangkaian proses sintesis dan sekresi hormon steroid adalah :

1.  Pembentukan kolesterol bebas, baik dari kolesterol di sirkulasi maupun biosintesis dalam

sel

2.  Pembentukan pregnenolon

3. 

Remodeling pregnenolon menjadi hormon steorid secara enzimatik sesuai dengan zona

korteks adrenal

4.  Akibat terjadi gradien konsentrasi steroid antara intrasel dan ekstrasel  sekresi hormon

steroid ke sirkulasi

Page 15: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 15/90

 15 

3.  Sin tesis dan Sekresi Hormon Tyrosin Derivat

Gambar Overview Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

Secara normal, konsentrasi iodium di dalam tubuh itu sangat rendah, sehingga untuk

memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh diperlukan suplai dari asupan makanan. Iodium yang

 berasal dari luar tersebut masih dalam bentuk iodida (I-) sehingga perlu dioksidasi menjadi

iodium (I2) untuk bisa berfungsi dalam proses pembentukan hormon tiroid. Kebutuhan jumlah

iodium yang ditelan dalam bentuk iodida adalah + 1 mg/minggu. Setelah iodida diabsoprsi dari

saluran cerna menuju sirkulasi, sebagian besar ion tersebut akan dikeluarkan oleh ginjal, tetapi +

hanya seperlima dipindahkan dari sirkulasi secara selektif oleh sel-sel kelenjar tiroid untuk

digunakan dalam proses pembentukan hormon tiroid.1.  Proses Trapping  Ion Iodida

Membran basal sel folikel (letaknya dekat dengan kapiler yang mensuplai folikel )

mengandung Na + -I 

-symport carr ier (NIS) , yang akan memasukkan iodida dan anion-anion lain

(seperti bromida, tiosianat, dan perklorat) ke dalam sitoplasma sel folikel melalui transpor aktif

sekunder. Karena sama-sama menggunakan NIS, anion-anion tersebut bersifat inhibitor terhadap

Page 16: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 16/90

 16 

 pemasukan/uptake ion iodida.Mekanisme transpor ini bisa memekatkan iodida + 30 kali dari

konsentrasinya dalam darah.Hal ini memungkinkan iodida melakukan fungsinya meskipun

konsentrasinya sedikit dalam darah. 

2.  Pembentukan dan sekresi tiroglobulin oleh sel-sel tiroid

Sel-sel tiroid merupakan sel kelenjar khas yang mensekresikan protein. Retikulum

endoplasma dan aparatus golgi mensintesis molekul glikoprotein besar yang disebut tiroglobulin.

Tiroglobulin kemudian disimpan di vesikel dan disekresikan secara eksositosis ke dalam

koloid.Setiap molekul tiroglobulin mengandung 70 asam amino tirosin dan tiroglobulin

merupakan substrat utama yang bergabung dengan iodida untuk membentuk hormon tiroid, yang

terbentuk dalam molekul tiroglobulin.

3. 

Oksidasi Ion iodida

Setelah berada di dalam sel folikel, iodida akan berdifusi secara cepat dan dengan bantuan I-/Cl

antiporter ( pedrin) yang dirangsang oleh TSH, menuju membran apikal (koloidal ). Pada membran apikal

(koloidal ) ini terdapat enzim peroksidase dan hidrogen peroksidase (H2O2) yang akan meningkatkan

reaksi oksidasi ion membentuk iodium yang teroksidasi.

Page 17: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 17/90

 17 

4. 

Iodinasi Tirosin (Coupling)

Iodium yang sudah teroksidasi (iodine) selanjutnya akan berikatan dengan asam amino

tirosin melalui langkah-langkah : 

Iodine + Tirosin monoiodotirosin (MIT)

Iodine + MIT diiodotirosin (DIT)

MIT + DIT triiodotironin (T3)

DIT + DIT tetraiodotironin (T4/tiroksin)

Hasil dari coupling ini adalah molekul tiroksin yang masih tetap merupakan bagian dari

molekul tiroglobulin. Setelah diiodinasi, molekul tiroglobulin akan disimpan di koloid.

Page 18: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 18/90

 18 

5. 

Sekresi Hormon T3 dan T4

Molekul tiroglobulin yang berada di koloid akan diendositosis melalui pembentukan

vesikel pinositik oleh permukaan apikal sel tiroid   bergabung dengan lisosom   terbentuk

vesikel-vesikel digestif yang mengandung enzim pencernaan (ex. Protease) sehingga T3 dan T4

 bisa terlepas dari ikatannya dengan molekul tiroglobulin   T3 dan T4 berdifusi menuju

 pembuluh kapiler sirkulasi.

Hanya 20-25% MIT dan DIT dalam molekul tiroglobulin yang akan berikatan membentuk

hormon T3. Dalam 3 molekul tiroglobulin hanya terbentuk 1 hormon T3, sehingga jumlah

hormon T3 yang disekresikan nantinya akan lebih sedikit dibandingkan dengan hormon T4.

Akibatnya, T4 menjadi hormon metabolik tiroid yang paling banyak konsentrasinya dalam darah

(+93 %). Molekul MIT dan DIT yang tidak membentuk hormon tiroid itu selama proses

 pencernaan molekul tiroglobulin, juga akan dilepaskan dari sel-sel tiroid tetapi tidak disekresikan

ke dalam darah. Sebaliknya dengan bantuan enzim deiodinase, iodium dilepaskan dari tirosin

sehingga cukup tersedia di dalam kelenjar untuk membentuk hormon tiroid tambahan.

Jadi, secara umum urutan sintesis dan sekresi hormon tiroid adalah :

1. 

Transport iodida ke dalam sel (Trapping iodida)

2. 

Oksidasi iodida

3. 

Iodinasi Iodida (Coupling)

4. 

Proteolisis Tiroglobulin

5. 

Deiodinasi MIT dan DIT

6. 

Difusi T3 dan T4 ke sirkulasi (sekresi)

Page 19: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 19/90

 19 

Page 20: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 20/90

 20 

B. 

Transpor Dan Reseptor

1.  Transpor dan Reseptor Hormon Peptida

Hormon yang larut air (peptida dan katekolamin) terlarut dalam plasma dan dibawa ke

tempat sintesisnya ke jaringan target, tempat hormon tersebut berdifusi keluar dari kapiler, ke

dalam cairan interstitial, dan akhirnya ke jaringan target. Karena larut dalam plasma, hal ini bisa

menjelaskan mengapa kebanyakan hormon peptida nonglikosilasi mempunyai waktu paruh yang

 pendek (3-7 menit).Semakin sulit hormon tersebut terlarut dalam air, semakin penting peranan

 protein transpor.

Distribusi hormon yang terikat pada maupun yang babas dalam plasma ditentukan oleh

 jumlah hormon itu sendiri, jumlah protein pengikat, dan afinitas hormon terhadap protein.

Golongan hormon protein dan polipeptida : mencakup hormon yang diskeresikan oleh

kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas, kelenjat paratiroid, dan banayak hormon

lainnya.

Reseptor pada membran sel sebagian besar sepsifik untuk protein peptida, dan hormon

katekolamin.

Reseptor Hormon Hidrofilik

Bahan hidrofil pembawa sinyal mampu menembus membran sel yang besifat

lipofil.Sinyalnya diteruskan ke dalam sel oleh reseptor yang berada pada membran (transduksi

sinyal). Sehubungan dengan itu, dapat dibedakan tiga jenis reseptor:

1.  Reseptor terkait-kanal ion.

Hampir semua zat neurotransmitter seperti asetilkolin, dan norepinefrin, bergabung

dengan reseptor di membran pascsinaps.Hal tersebut hampir selalu menimbulkan perubahan

struktur reseptor, yang biasanya membuka atau menutup suatu kanal ion atau lebih.Sebagian

reseptor terkait-kanal ion ini membuka (atau menutup) kanal untuk ion Natrium, sebagian lagi

untuk ion kalium, sebagian lagi untuk ion kalsium, dan seterusnya.Perubahan pergerakan ion-ion

melalui kanal menimbulkan efek yang berkelanjutan pada sel pascasinaps.

Page 21: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 21/90

 21 

2.  Reseptor hormon yang terkait-Protein G

Banyak hormon mengaktivasi reseptor yang secara tidak langsung mengatur aktivitas

 protein target (misalnya enzim atau kanal ion) dengan cara terangkai pada kelompok protein

membran sel yang disebut protein pengikat-GTP heterometrik (protein G). Terdapat lebih dari

1000 reseptor terkait-protein G yang telah diketahui, dan semuanya memiliki tujuh segmen

transmembran yang melengkung ke dalam dan keluar membran sel. Sebagian reseptor yang

memnonjol ke dalam sitoplasma sel (terutama ujung sitoplasma dari reseptor) terangkai pada

 protein G yang meliputi tiga bagian subunit α, β, dan γ. Ketika ligand (hormon) terikat pada

 bagian ekstrasel reseptor, terjadi perubahan pada bentuk di eseptor yang mengaktifkan protein G

dan menginduksi sinyal intrasel dan dapat:

  Membuka atau menutup kanal ion membran sel, atau

 

Mengubah aktivitas enzim dalam sitoplasma sel.

Protein G dapat mengikat guanosin nukleotida.Pada keadaan inaktif , subunit α, β, dan γ

dari prtoein G memnbetuk kompleks dengan guanosin difosifat (GDP) pada subunit α. Ketika

reseptor terkativasi, reseptor kanal mengalami perubahan bentuk yang mengakibatkan protein G

trimetrik yang terkait-GDP berhubungan dengan bagian sitoplasma dari respetor dan terjadi

 pertukaran GDP dengan guanosin trifosfat (GTP). Pergantian GDP menjadi GTP mengakibatkan

subunit α terdisosiasi dari kom pleks trimetrik dan berhubungan dengn protein pesniyal intrasel

lainnya; Protein ini selanjutnya akan mengubah aktivitas kanal ion atau akitivitas enzim intraselseperti adenilil siklase atau fosolipase C, yang akan mengubah fungsi sel.

Proses penghantaran sinyal terhenti dengan cepat ketika hormon terlepas dan subunit α

mengaktivasi dirinya sendiri dengan mengubah GTP yang terikat padanya menjadi GDP; lalu

subunit α sekali lagi berkombinasi dengan subunit β dan γ untuk membentuk protein G trimetrik

yang inaktif pada membran.

Sejumlah hormon terangkai dengan protein G inhibitor (Gi), sedangkan yang lain terangkai

 pada protein G stimulator (Gs). Jadi bergantung pada rangkaian reseptor hormon dengan protein

Gs atau Gi, suatu hormon dapat meningkatkan atau mengurangi aktivitas enzim intrasel.Sistem

kompleks dari protein G membran sel ini menyediakan sejumlah besar respon sel yang potensial

terhadap hormon di berbagai jaringan tubuh.

Page 22: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 22/90

 22 

3.  Reseptor hormon terkait-enzim

Pada banyak kasus, reseptor tersebut adalah suatu tirosin-kinase yang diaktifkan melalui

 pengikatan bahan pembawa sinyal dan memfosforilasi residu tirosin protein.Reseptor terutama

memfoforilasi dirinya sendiri. Pada residu tirosin yang terfosforilasi ini kemudian terikat protein-

 protein spesifik, yang melalui proses tersebut diaktivasi sebagai enzim dan mengirim sinyal ke

 bagian dalam sel. Reseptor terkait enzim ini merupakan protein yang memnebus membran satu

kali, berbeda dengan reseptor terkait protein G dengan tujuh segmen. Reseptor terkait enzim

memiliki tempat pengikatan hormonnya di luar membran sel dan tempat katalisis atau aktivitas

enzim di dalam.Reseptor untuk insulin dan faktor pertumbuhan adalah tirosin-kinase sejenis ini.

2.  Transpor dan Reseptor Hormon Steroid dan Derivat Tyrosin

Reseptor hormon

-  Reseptor hormon merupakan protein

Reseptor hormon sangat spesifik

-  Hormon memulai efek biologisnya saat berikatan dengan reseptor spesifiknya. Kerja

hormon terhenti ketika terlepas dari reseptornya

-  Reseptor memiliki sedikitnya dua domain fungsional

Page 23: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 23/90

 23 

-  Derivat tirosin akan berikatan dengan reseptor pada membran plasma (≈ hormon

 peptida)

-  Steroid dan tiroid akan berikatan dengan reseptor intrasel 

-  Interaksi hormon-reseptor:

[H] + [R] ↔ [HR] 

Dimana [H] adalah konsentrasi hormon bebas; [R] konsentrasi reseptor bebas; [HR]

adalah konsentrasi kompleks hormon-reseptor.

Reseptor intraseluler

Hormon dengan reseptor intrasel adalah molekul lipofilik, berdifusi lewat membran sel

dan menjumpai reseptor spesifiknya dengan afinitas tinggi dalam sel target serta selanjutnya

mengalami reaksi aktivasi.

Gambaran umun kerja hormon ini terlihat dalam gambar dibawah ini.

Reaksi aktivasi membuat kompleks hormon-reseptor mampu berikatan dengan kromatin.

Kompleks ini terikat pada suatu regio spesifik DNA (“unsur respon hormon”) dan mengaktifkan

atau menginaktifkan gen yang spesifik. mempengaruhi transkripsi gen   merubah jumlah

 protein spesifik mempengaruhi metabolisme.

Page 24: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 24/90

 24 

Hormon steroid tidak hanya berpengaruh pada proses transkripsi, tetapi dapat berpengaruh

 pada setiap tahap dalam lintasan informasi pembentukan protein, baik itu transpor mRNA keluar

inti maupun proses translasi mRNA. Untuk dapat mempengaruhi proses transkripsi kompleks

hormon-reseptor harus berada pada regio kromatin yang transkripsi aktif (pada gambar di atas

dilukiskan sebagai gelambung).

Dua Gen utama yang mempunyai unsur pengatur inisiasi transkripsi pada posisi 5’, yaitu PE

(promoter element) dan HRE (hormone respone element).HRE merupakan unsur pendorong

transkripsi.

Walapun reaksinya berbeda, hormon peptida juga memberikan pengaruhnya terhadap

transkripsi DNA melalui HRE (HRE analog dengan CREB)

Reseptor hormon tiroid terdapat di sitoplasma, mitokondria, dan nukleus.Hanya reseptor

 pada nukleus yang telah dimengerti dengan baik. Ikatan T3-reseptor di nukleus mengaktivasi

 proses transkripsi.

Transpor hormon

-  Steroid dan hormon tiroid beredar dalam sirkulasi dengan berikatan pada protein pengikat

spesifik.

o  80% T4 dan 55% T3 berikatan dengan thyroid-binding globulin; 15% T4 dan

25% T3 berikatan dengan thyriod-binding prealbumin; ada pula yang berikatan

dengan albumin; dan sisanya (0,03% T4 dan 0,2% T3) dalam bentuk bebas dalam

sirkulasi

Page 25: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 25/90

 25 

o  > 90% testosteron berikatan pada sex hormine-binding globulin 

o  >90% kortisol berikatan pada kortisol-binding globulin 

o  > 99% IGF (insuline-like growth factor) barikatan pada protein pengikat spesifik

-  Efek pengikatan hormon dengan protein pengikat

o  Menurunkan level hormon yang aktif di plasma (karena hanya hormon yang

 bebas yang aktif)

o  Menyebabkan hormon lebih lama berada dalam sirkulasi, karena degradasi dan

ekskresinya melalui ginjal terhambat

o  Melindungi tubuh dari efek hormon karena kadarnya yang berlebihan

o  Menjamin hormon beredar ke seluruh tubuh

C. 

Second Messenger

Sistem Second Messenger cAMP-Adenilil Siklase

Cyclic AMP (cAMP) yaitu suatu nukleotida yang ada dimana-mana dan berasal dari ATP lewat

kerja ezim adenilil siklase, mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses kerja

sejumlah hormon. Kadar cAMP dapat intrasel dapat meningkat ataupun menurun oleh pengaruh

 berbagai hormon, dan pengaruh ini bervariasi antara jaringan yang satu dengan yang lainnya.

Page 26: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 26/90

 26 

Sistem Adenilil Siklase

Interasi hormon dan reseptor mengakibatkan aktivasi ataupun inaktivasi daripada adenilil

siklase atau beberapa molekul efektor lainnya. Pengikatan hormon dengan reseptor

memungkinkan terangkainya reseptor pada sebuah protein-G. Jika protein G menstimulasi

cAMP-adenilil siklase maka protein G tersebut disebut protein Gs, yang berarti protein G

stimulator, sebaliknya jika yang dihasilkan adalah inhibisi maka disebut protein inhibitor atau Gi.

Reseptor yang terangkai pada efektor lewat pengantara protein GTP, memiliki 7 buah domain

 perentang-membran yang bersifat hidrofobik.

Kerja spesifik yang timbul sebagai rsepon terhadap peningkatan atau penurunan cAMP disetiap jenis sel

target bergantung pada perangkat intrasel yang dimiliki, beberapa sel memiliki satu set enzim,

sedangkan sel lain mekiliki enzim lain. Oleh karena itu, berbagai fungsi terdapat di berbagai sel target,

seperti memulai sintesis zat kimia intrasel yang spesifik, menimbulkan relaksasi atau kontraksi

otot, memulai sekresi sel dan mengubah permeabilitas sel.

Page 27: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 27/90

 27 

pengikatan hormon pada reseptor

reseptor terangkai pada protein G

ATP cAMP

4 cAMP

protein kinase

inaktif

protein kinase aktif

fosfoproteinprotein

efek fisiologis

Page 28: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 28/90

 28 

Page 29: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 29/90

 29 

Sistem Second Messenger cGMP

Siklik GMP dibentuk dari GTP oleh enzim guanilil siklase yang terdapat dalam bentuk

larut dan terikat membran. Peningkatan cGMP akan mengaktifkan enzim protein kinase yang

 bergantung pada cGMP, dan enzim ini selanjutnya akan melakukan fosforilasi terhdap sejumlah

 protein otot polos, termasuk rantai ringan miosin. Proses ini agaknya terlibat pada proses

relaksasi otot polos dan vasodilatasi. Contoh hormon yang mengaktifkan messenger kedua yaitu

cGMP ialah faktor natriuretik atrial (ANF) dan nitrogen oksida (NO).

Sistem Second Messenger Fosfolipid Intrasel

Sejumlah hormon mengaktifkan reseptor transmembran yang mengaktivasi enzim

fosfolipase C yang melekat pada tonjolan reseptor di bagian dalam sel. Reseptor permukaan sel

Page 30: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 30/90

 30 

seperti reseptor untuk asetilkolin, hormon antidiuretik dan katekolamin tipe-α1  merupakan

aktivator fosfolipase C yang ampuh jika reseptor tersebut ditempati oleh ligandnya masing-

masing. 

Page 31: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 31/90

 31 

Mekanisme timbulnya respon seluler akibat aktivasi fosfolipid membran sel yaitu:

1.   pengikatan hormon peptida pada reseptor terkait protein-G

2.  enzim fosfolipase C mengkatalisis pemecahan sejumlah fosfolipid di membran sel, terutama

fosfatidilinositol bifosfat (PIP2) menjadi IP3 (inositol trifosfat) dan DAG (diasilgliserol).

3.  IP3 memobilisasi ion kalsium dari mitokondria dan retikulum endoplasma, kemudian ion

klasium memiliki efek second messengernya sendiri seperti kontraksi otot polos dan

mengubah sekresi sel

4.  Berbeda dari IP3, DAG akan mengaktifkan enzim protein kinase C (PKC) yang kemudian

memfosforilasi sejumlah protein yang akhirnya menimbulkan respon seluler.

5.  Selain itu, bagian lipid DAG adalah asam arakidonat yang merupakan prekursor

 prostaglandin dan hormon lokal lainnya yang menimbulkan berbagai efek pada seluruh

 jaringan tubuh.

Sistem Second Messenger Kalsium-Kalmodulin

Kalsium yang terionisasi merupakan unsur regulator penting yang mengatur berbagai proses

seluler termasuk kontraksi otot, perangkaian stimulus-sekresi, rangkaian proses pembekuan

darah, aktivitas enzim dan eksitabilitas membran. Bentuk ion kalsium juga merupakan

messenger sistem intrasel untuk kerja hormon. Terdapat perbedaan konsentrasi sebesar 5000-

10000 kali lipat antara kalsium ekstrasel dan klasium intraseluler, meskipun terdapat gradien

elektris yang menguntungkan tersebut, tapi ternyata kalsium tidak mudah masuk ke dalam sel.

Pemasukan kalsium dapat di inisiasi oleh peruabahan potensial membran yang dapat membuka

kanal kalsium atau hormon yang berinteraksi dengan reseptor membran yang membuka kanal

kalsium.

Mekanisme second messenger oleh kalsium-kalmodulin yaitu:

1.  ion kalsium memasuki sel, kemudian berikatan dengan kalmodulin.

2.  Kalmodulin berubah bentuk dan menginisiasi berbagai efek di dalam sel meliputi aktivasi

ataupun inhibisi protein kinase. Kalmodulin berubah bentuk jika 3 atau 4 tempat pengikatan

kalsium yang terdapat pada kalmodulin telah terisi oleh kalsium.

Page 32: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 32/90

 32 

3.  aktivasi protein kinase menyebabkan fosforilasi protein sehingga menghasilkan respon

seluler. Contohnya adalah kalmodulin mengaktifkan miosin kinase yang bekerja secara

langsung pada miosin otot polos untuk menimbulkan kontraksi otot.

Page 33: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 33/90

 33 

Axis Hipotalamus - Pituitary

Aksis pengaturan hormonal

Page 34: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 34/90

 34 

Secara umum pengaturan hormonal terjadi melalui suatu jalur vertical dari hipotalamus

ke hipofisis lalu ke kelenjar hormon dan akhirnya menuju sel target.

Sebelumnya kita ketahui juga adanya mekanisme umpan balik dari hormon terhadap

kelenjar endokrin yang memberi efek negative. Ini juga akan berpengaruh dalam pengaturan

hormonal melaui aksis ini. ada beberapa aksis yang penting yang akan dibahas disini.

A.  Aksis Untuk Growth Hormon 

komunikasi ini terjadi berawal dari adanya

suatu rangsangan yang dapat berupa stress atau

kadar glukosa darah yang menurun. Akan

merangsang hipotalamus untuk menghasilkan

GHRH dan menghambat dari GHIH yang

nantinya akan merangsang hipofisis anterior

untuk menyekresikan GH. Seperti yang kita

ketahui ada kecenderungan hormon akan

dieksresikan banyak maka selain dapat

mempengaruhi dari sel target hormon juga bisa

menghambat dari hipotalamus itu sendiri

sehingga mengakibatkan penurunan dari hormon

yang merangsang pelepasan dan meningkatkan

 pengeluaran hormon penghambat.

Page 35: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 35/90

 35 

B.  Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Tiroid

Seperti gambar disamping

1.  Hormon pelepas tiroid (TRH) dilepaskan dari

neuron dari hipotalamus ke darah. Melewati system

 portal hipotalamohipofisal menuju hipofisis anterior

2.  TRH menyebabkan sel – sel hipofisis anterior

mensekresikan TSH (thyroid stimulating hormone)

3.  TSH melalui sirkulasi darah menuju kelenjar

tiroid , yang akan mengakibatkan peningkatan sintesis

dan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4)

4.  T3dan T4 memiliki efek penghambatan pada

sekresi TRH dari hipotalamus dan TSH dari hipofisis

anterior

C.  Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Korteks Adrenal

Aksis ini berawal dari

1.  CRH (cortocotropin-releasing hormone) dilepaskan

dari neuron hipotalamus sebagai respon terhadap stress atauhipoglikemi dan melewati system portal

hipotalamohipofisial menuju ke hipofisis anterior

2.  Pada hipofisis anterior CRH berikatan dan

menstimulasi sel-sel yang mensekresikan

ACTH(adrenocorticotropic hormone)

3.  ACTH berikatan dengan reseptor pada membran sel

 pada korteks adrenal dan stimulasi dari sekresi

glukokortikoid, umumnya kortisol

4.  Kortisol menghambat sekresi CRH pada hipotalamus

dan ACTH pada Hipofisis anterior

Page 36: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 36/90

 36 

AKSIS HIPOTALAMUS

Terdapat 3 mekanisme utama dalam pengontrolan produksi hormon:

1.  Aksi substrat selain hormon pada kelenjar endokrin (dikontrol langsung oleh jalur

metabolik yang tempat hormo tersebut bekerja)

  ex. kadar glukosa dalam darah mengatur peningkatan dan penurunan sekresi insulin

dari pankreas.

2.  Kontrol neural terhadap kelenjar

  melalui pengeluaran neurotransmitter pada sinaps neuron-sel yang dapat berperan

sebagai stimulator atau inhibitor.

3.  Kontrol kelenjar oleh hormon atau neurotransmitter yang dihasilkan kelenjar lainnya

 kontrol hipotalamus terhadap kerja kelenjar endokrin lainnya, melalui hormon pituitari

(aksis hipotalamus).

Kontrol feedback merupakan bagian penting dari sistem endokrin. Masing-masing aksis

hipotalamus (HPT, HPA, HPG) dipengaruhi oleh negatif feedback, suatu proses yang digunakan

untuk mengontrol produksi hormon dalam fluktuasi yang sempit. Contoh dari feedback negatif

 pada aksis hipotalamus –  pituitari –  target adalah (1) Hormon tiroid pada aksis TRH  –  TSH, (2)

Kortisol pada aksis TRH –  ACTH, (3) Gonadal steroid pada aksis GnRH-LH/FSH, dan (4) IGF-I

 pada aksis GHRH –  GH.

Page 37: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 37/90

 37 

Gambar. Aksis Hipotalamus –  Pituitari - Kelenjar

AKSIS HIPOTALAMUS –  PITUITARI –  ADRENAL

Page 38: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 38/90

 38 

  Aktivasi aksis HPA diinisiasi oleh pelepasan CRH dari hipotalamus. Pelepasan ini terjadi

karena berbagai stimulus, termasuk semua jenis stres fisik dan psikologis, siklus harian

nrmal, dan sebagai respon terhadap pengeluaran berbagai neurotransmitter.

  CRH kemudian akan menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi ACTH.

  ACTH selanjutnya mengaktifasi produksi hormon adrena, terutama kortisol.

Aktifitas aksis HPA diatur oleh mekanisme feedback negatif. Peningkatan level

kortisol akan menekan pelepasan CRH oleh hipotalamus dan pelepasan ACTH oleh pituitari.

Sebagai tambahan, ACTH juga dapat menekan produksi CRH dari hipotalamus.

AKSIS HIPOTALAMUS –  PITUITARI - GONAD

Pada wanita dan laki-laki, aksis HPG adalah sistem yang mengatur pengeluaran sex hormon.

Sistem ini diaktivasi oleh GnRH yang dikeluarkan secara reguler dalam waktu singkat dari

hipotalamus. GnRH kemudian menstimulasi pelepasan FSH dan LH dari pituitari anterior.

Male

Page 39: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 39/90

 39 

  LH menstimulasi beberapa jenis sel dalam testis (Leydig cells) untuk menghasilkan

testosteron.

  FSH dan testosteron adalah regulator kunci pada sel testikular lainnya (Sel Sertoli) yang

 berfungsi mendukung dan menutrisi sperma selama pematangannya.

Aksis HPG pada laki-laki diregulasi melalui berbagai faktor. Contohnya,

testosteron adalah bagian dari mekanisme feedback negatif yag menurunkan pelepasan

GnRH oleh hipotalamus dan pelepasan LH oleh pituitari anterior. Sebagai tambahan, sel

Sertoli mensekresi subtrat (inhibin) yang menghalangi pengeluaran FSH dari pituitary.

Sel Leydig dan sel Sertoli juga mengeluarkan substansi (activin) yang

menstimulasi sekresi FSH dan memiliki fungsi terbalik dengan inhibin.

Female

Page 40: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 40/90

 40 

  Selama siklus menstruasi, LH dan FSH menstimulasi folikel ovarium yang mengandung

ovum untuk memproduksi estradiol.

  Setelah ovulasi terjadi, LH menstimulasi produksi progesteron dan estradiol oleh corpus

luteum. Keduanya berperan dalam mekanisme negatif feedback selama sebagian besar

siklus menstruasi, untuk menekan pelepasan GnRH dari hipotalamus dan LH dari

 pituitari.

   Namun, tepat sebelum ovulasi mekanisme feedback positif diaktivasi oleh estradiol yang

mengakibatkan peningkatan level LH yang mengawali terjadinya ovulasi, formasi corpus

luteum, dan pelepasan progesteron.

  Progesteron menjadi feedback negatif untuk pelepasan LH dan FSH, menyebabkan level

LH turun lagi.

  Sekresi FSH diregulasi oleh inhibin yang dikeluarkan oleh sel dalam folikel ovarium. 

Page 41: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 41/90

 41 

Anatomi Sistem Endokrin

Page 42: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 42/90

 42 

HIPOTALAMUS

Hipotalamus terletak pada lantai dan dinding ventrikel ketiga dari otak.Struktur inilah

yang mengatur keseluruhan fungsi primitive dari otak yang meliputi pengaturan cairan tubuh

sampai fungsi seksual.Kebanyakan fungsi dari hipotalamus dalam regulasi berbagai systemtubuh melalui hormon dilaksanakan melalui perantara kelenjar pituitary yang sangat terkait

dengannya.

Hipotalamus dan kelenjar pituitary merupakan tempat interaksi utama antara system saraf

dan endokrin.Hipotalamus mengatur aktivitas dan fungsi sekresi kelenjar pituitary.Hormone,

informasi sensori yang masuk CNS, dan emosi, sebaliknya juga mempengaruhi aktivitas

hipotalamus.

HIPOFISIS

Page 43: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 43/90

 43 

Kelenjar pituitary memiliki ketebalan sekitar 1 cm, dengan berat 0.5 – 1.0 g, dan berdiam

 pada sella turcica tulang sphenoid.Berlokasi pada hipotalamus inferior dan dihubungkan oleh

tangkai infundibulum. Kelenjar pituitary dibagin mejadi dua bagian fungsional : pituitary

 posterior atau neurohypophysis dan pituitary anterior adenohypophysis.

PITUITARI POSTERIOR

Disebut juga neurohipofisis karena struktur ini berhubungan langsung dengan otak (neuro

 berarti system saraf). Dibentuk sejak pembentukan embrio dari pertumbuhan bagian inferior otak

 pada area hipotalamus. Pertumbuhan inferior ini membentuk struktur infundibulum, dan bagian

akhir infundibulum membesar membentuk struktur pituitary posterior.Sekresi pituitary posterior

disebut juga neurohormon karena merupakan perluasan dari system saraf.

PITUITARI ANTERIOR

Dibentuk dari suatu kantong yang terbentuk kearah luar dari cavum oris embrio yang

disebut divertikulum pituitary atau kantong Rathke’s, yang tumbuh di depan pituitary posterior.

Karena dekat dengan pituitary posterior, divertikulum pituitary ini kehilangan koneksinya

dengan cavum oris dan menjadi pituitary posterior. Struktur ini dibagi menjadi tiga area dengan

 batas yang tak jelas : pars tuberalis, pars distalis, dan pars intermedia. Hormone yang

disekresikan dari pituitary anterior sangan berlawanan dengan pituitary posterior, dimana

hormonnya bukan neurohormon sebab struktur histologist pituitary anterior dibentuk dari

 jaringan epitel cavum oris embrional dan bukan dari system saraf seperti neurohipofisis.

Page 44: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 44/90

 44 

Page 45: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 45/90

 45 

TIROID DAN PARATIROID

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar

endokrin terbesar dimana struktur ini memiliki

 berat 20 sampai 25 g dan menerima laju aliran

darah tertinggi per gram jaringannya.Kelenjari

tiroid terbungkus di antara bagian anterior dan

lateral trakea, dan berada tepat di bawah

laring.Kelenjar ini terdiri dari dua lobus besar,

satu berada pada masing-masing sisi trakea,

dihubungkan oleh struktur depannya yang

menyempit, disebut isthmus.Kelenjar ini

memiliki vaskulasrisasi tinggi sehingga terlihat

lebih merah dibandingkan jaringan yang mengelilinginya.

Kelenjar paratiroid terletak pada bagian belakang pada masing-masing lobus kelenjar

tiroid. Kelenjar ini ada empat buah, dengan selnya terorganisasi secara tebal berbentuk massa.

Masing-masing memiliki panjang 3 hingga 8 mm dan lebar 2 hingga 5 mm.

Page 46: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 46/90

 46 

PANKREAS

Kelenjar pancreas, terletak di belakang peritoneum antara kurvatura mayor lambung dan

duodenum. Panjang struktur ini berkisar antara 15 cm, tebal 2,5 cm dengan berat kira-kira 85 – 

100 g. kaput pancreas terletak dekat duodenum dan korpus dan caudanya memanjang di depan

limpa. Pancreas yang memanjang dan seperti spons terletak peritoneal, inferior, dan dorsal dari

lambung.

Page 47: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 47/90

 47 

KORTEKS ADRENAL

Kelenjar adrenal, yang disebut juga glandula suprarenal, merupakan struktur pada polus

superior ginjal. Seperti ginjal, mereka juga terletak retroperitoneal, dan dikelilingi jaringan

lemak yang bertumpuk-tumpuk. Kelenjar adrenal disertai dengan kapsul jaringan ikat dan

memiliki suplai darah yang berkembang dengan baik.Kelenjar adrenal memiliki dua bagian

yakni bagian dalam (medulla) dan bagian luar (korteks), yang diperoleh dari dua jaringan

embrionik yang terpisah.Medulla adrenal terbentuk dari sel neural yang juga memberikan neuron

 postganglionik ke divisi simpatis dari system saraf autonom.Tidak seperti kebanyakan kelenjar

dalam tubuh, yang berkembang dari invaginasi jaringan epithelial, korteks adrenal dibentuk dari

lapisan mesoderm.

Page 48: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 48/90

 48 

HISTOLOGI

KELENJAR HIPOFISIS

Kelenjar hipofisis di bagi menjadi tiga lobus yaitu lobus anterior (adenohipofisis), lobus

 posterior (neurohipofisis) dan lobus intermedia yang mengalami rudimentasi pada perkembangan

embriologisnya.

Keterangan gambar

Page 49: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 49/90

 49 

1.  ADENOHIPOFISIS

Adenohipofisis (hipofisis anterior), berkembang dari kantung rathke’s. Adenohipofisis terdiri

dari pars distalis, pars intermedia, dan pars tuberalis.

a.  Pars distalis

kelenjar hipofisis pars distalis dilapisi oleh kapsula fibrosa yang tersusun dari ikatan sel-sel

 parenkim yang dikelilingi oleh serat retikuler, serat ini juga mengelilingi sinusoid kapiler dari

 secondary capillary plexus. Endotel yang melapisi sinusoid mengalami fenestrasi sehingga

memudahkan difusi releasing factor ke sel parenkim dan menyediakan jalan masuk bagi hormon

yang disekresikan oleh kelenjar ke pembuluh darah. Sel parenkim pars distalis terdiri dari sel

kromofil dan kromofob. Kromofil memiliki afinitas terhadap pewarnaan sedangkan kromofob

tidak. Kromofil lebih lanjut di bagi menjadi asidofil yang mengikat pewarna asam dan basofil

yang mengikat pewarna dasar yang merupakan sel sekretori utama dari pars distalis. Harus

diingat bahwa yang memiliki afinitas terhadap pewarnaan adalah granula secretorik yang

terdapat dalam sel bukan sitoplasma parenkimnya.

Page 50: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 50/90

 50 

Ket : A= asidofil

B= basofil

C= chromophobes

  Kromofil

Granula sekretorik sel kromofil yang mengikat pewarna asam berwarna merah-orange

disebut asidofil dan yang mengikat pewarna dasar berwarna biru disebut basofil.

  Asidofil

  Merupakan sel yang paling banyak terdapat di pars distalis.

  Di bagi lagi menjadi dua jenis sel :

  Somatotrof. Merupakan salah satu variasi sel asidofil dengan nukleus yang

terletak di tengah, kompleks golgi moderat, mitokondria kecil, retikulum

endoplasmik kasar yang banyak dan banyak granula sekretorik yang

 berdiameter 300-400 nm. Sel-sel ini mensekresikan hormon pertumbuhan

( growth hormon), yang distimulasi oleh GHRH dan diinhibisi oleh GHIH

(somatostatin). Efek hormon ini secara umum adalah meningkatkan laju

metabolisme seluler dan menginduksi pembentukan IGF I dan II di hati yang

meningkatkn mitosis lempeng efifisis tulang sehingga menyebabkan

 pemanjangan tulang (pertumbuhan). 

  Mammotrof. Variasi yang lain dari sel asidofil, biasanya tersusun sebagai sel

individual. Berbentuk poligonal kecil dengan organela yang tidak dapat

dikenali, namun selama periode laktasi orgnela sel ini membesar dengan

kompleks golgi dapat membesar sampai hampir sama dengan nukleus. Sel ini

dicirikan oleh granula sekretoriknya yang besar, yang terbentuk dari fusi

granula-granula yang lebih kecil yang dilepaskan oleh trans golgi network .Granula skretoriknya dapat mencapai diameter 600 nm, dimana didalamnya

terdapat hormon prolaktin yang berperan dalam perkembangan kelenjar

 payudara. Sekresi hormon prolaktin distimulasi oleh prolactin releasing

hormon (PRH) dan oksitosin dan diinhibisi oleh PIF.

Page 51: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 51/90

 51 

  Basofil

  Sel basofil berwarna biru dan biasanya terletak di bagian perifer dari pars distalis.

  Di bagi lebih lanjut menjadi tiga tipe sel :

  Corticotrof . Berbentuk bulat-ovoid dengan nukleus yang eccentric dan organela

yang sedikit. Granula sekretoriknya memilki diameter sekitar 250-400 nm.

Corticotrof mensekresikan adreokortikotrofin hormon (ACTH) dan lipotropik

hormon yang distimulasi oleh CRH.

  Tirotrof . Terletak lebih dalam di dalam parenkim adenohipofisis jauh dari

sinusoid. Sel ini ditandai oleh granula sekretoriknya yang keci (diameter   150

nm) yang mengandung TSH. Sekresinya distimulasi oleh TRH dan diinhibisi oleh

adanya T3 dan T4 dalam darah.

 

Gonadotrof . Berbentuk bulat dengan kompleks golgi yang berkembang dengan

 baik dan memiliki RER dan mitokondria yang banyak. Granula sekretoriknya

memiliki diameter 200-400 nm. Gonadotrof teletak didekat sinus dan

mensekresikan LH dan FSH. Masih belum bisa dibedakan sel yang mensekresi

LH dengan sel yang mensekresi FSH atau mungkin keduanya disekresikan oleh

satu sel yang sama, masih belum jelas. Sekresinya distimulasi oleh LHRH dan

diinhibis oleh berbagai hormon yang diproduksi oleh testis dan ovarium.

 

  Kromofob

Kromofob merupakan sel yang memiliki afinitas yang lemah terhadap pewarnaan. Sel-sel ini

secara umum memilki sitoplasma yang leih sedikit dibanding kromofil. Mereka mungkin

merupakan sel stem atau sel kromofil yang mengalami degranulasi. Beberapa diantara sel ini

memiliki granula sekretorik.

  Sel folikulostelate

Sel folikulostelate merupkan sebagian besar populasi sel di pars distalis. Fungsi sel ini masih

 belum jelas, mereka memiliki prosesus yang panjang yang membentuk gap junction dengan sel

folikulostelate yang lain. Kemungkinan fungsi sel ini adalah memberikan  physical support  

terhadap sel parenkim adenohipofisis.

Page 52: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 52/90

 52 

b.  Pars intemedia

Pars intermedia tidak berkembang dengan baik pada manusia. Daerah dicirikan oleh lapisan

tipis sel-sel kuboid dan vesikel-vesikel yang mengandung koloid. Terdapat beberapa sel basofil

didalamnya dengan inti terletak eksentrik mirip dengan kortikotrof. Pada spesies tertentu, seperti

amfibia, pars intermedianya berkembang dengan baik dan memproduksi melanocyte-stimulating

hormone (MSH) yang mempengaruhi pembentukan melanin.

c.  Pars tuberalis

Pars tuberalis merupakan bagian yang mengelilingi tangkai infundibulum. Selnya

 berhubungan erat dengan banyak pembuluh darah, tersusun memanjang dalam kelompok atau

korda yang pendek. Sel ini berbentuk kuboid, sitoplasma basofil yang mengandung granula halus

dan sejumlah glikogen. Vesikel kecil yang mengandung koloid kadang dapat terlihat. Fungsi

daerah ini masih belum jelas.

Page 53: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 53/90

 53 

Keterangan :

2.  NEUROHIPOFISIS

 Neurohipofisis meliputi eminensia mediana dari tuber sinereum, batang infundibulum, dan

 prosesus infundibularis (pars nervosa). Sejumlah 100.000 serat saraf tak bermyelin yang

menyusun traktus hipotalamo-hipofisialis berjalan sampai neurohipofisis. Badan selnya terletak

dalam nukleus supraoptikus dan paraventrikularis hipotalamus.

Sel neurohipofisis yaitu pituisit menyerupai sel neurglia dibagian lain susunan saraf pusat.

Pituisit merupakan sel kecil dengan juluran sitoplasma yang pendek dan bercabang-cabang yang

 berakhir pada pembuluh darah atau septa jaringan ikat. Dalam sitoplasmanya terdapat droplet

lemak, granula, dan pigmen. Pituisit terdapat di seluruh neurohipofisis terutama di pars nervosa.

Fungsinya diduga sama seperti neuroglia di susunan sara pusat.

Sel saraf nukleus supraoptik dan paraventrikularis bersifat neurosekretorik dan menghasilkan

materi yang disalurkan sepanjang serat saraf traktus hipotalamo-hipofisialis sampai ujung serat

dalam pars nervosa. Di sini sekretnya disimpan dalam ujung saraf yang letaknya dekat dengan

 jaring kapiler. Kelompok granula neurosekret ini pada mikroskop cahaya terlihat sebagai  Badan

 Herring . Materi neurosekret disekresikan dari ujung akson ke jaringan perivaskuler melalui

 proses eksositosis.

Dua hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis adalah oksitosin dan vasopresin.

Oksitosin disintesis terutama oleh badan sel yang terletak di nukleus paraventrikularis,

sedangkan vasopresin oleh badan sel pada nukleus supraoptik. Sel yang sama juga menghasilkan

 protein neurofisin yang merupakan pengikat hormon tersebut. Ada satu jenis neurofisin yang

mengikat oksitosin dan jenis lain untuk vasopresin.

Page 54: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 54/90

 54 

Keterangan gambar :

KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid dilapisi oleh kapsul yang tersusun dari jaringan ikat kolagen yang tipis,

 padat dan ireguler. Septa yang berasal dari kapsul membagi kelenjar tiroid menjadi lobulus-

lobulus. Pada bagian posterior terdapat kelenjar paratiroid yang menempel di dalam kapsul.

Page 55: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 55/90

 55 

Tidak seperti kebanyakan kelenjar endokrin yang menyimpan substansi sekretoriknya

dalam sel parenkim, kelenjar tiroid menyimpan substansi sekretoriknya dalam lumen folikel.

Folikel ini memiliki struktur seperti kista dengan diameter 0,2-0,9 mm serta dikelilingi oleh

epitel kuboid selapis dan pada lumennya terisi oleh cairan koloid. Setiap folikel dapat

menyimpan hormon selama beberapa minggu. Hormon T3 dan T$ disimpan dalam folikel terikat

 pada protein tiroglobulin. Ketika hormon akan dilepaskan, hormon yang terikat pada tiroglobulin

akan di endositosis dan hormon akan dilepaskan dari tiroglobulin oleh protease lisosomal.

Septa yang berasal dari kapsul menginvasi parenkim dan menyediakan suatu konduit

untuk pembuluh darah, limfe, dan serat saraf. Jaringan ikat yang tipis ini tersusun terutama oleh

serat retikuler dan banyak terdapat pleksus kapiler.

Terdapat dua jenis sel pada kelenjar tiroid yaitu sel folikuler dan parafolikuler. Kedua sel ini

dipisahkan oleh suatu lamina basalis yang tipis.

  Sel folikuler. Sel folikuler berbentuk squamus sampai low-collumnar. Mereka memiliki

nukleus yang bulat dengan dua nukleolus dan sitoplasma yang basofilik. Sel ini juga

mempunyai RER yang distended, lisosom yang banyak, mitokondria berbentuk batang,

supranuklear kompleks golgi, dan banyak vili pendek yang memanjang ke koloid. Dalam

sitoplasma banyak terdapat vesikel kecil yang terdispersi yang dipercaya mengandung

tiroglobulin dan kemudian dieksositosis ke lumen folikel. Iodide sangat penting untuk

sintesis hormon tiroid, iodinasi residu tirosin terjadi di dalam folikel yaitu di colloid-

follicular cell interface.

  Sel parafolikuler. Sel ini berfungsi untuk mensekrsikan kalsitonin. Biasanya ditemukan

secara individual atau dalam keompok kecil. Sel ini tampak sebagai pucat pada

mikroskop cahaya karena memilki afinitas yang rendah terhadap pewarnaan. Mereka

ditemukan disekitar sel folikuler namun tidak mncapai lumen dari folikel. Walaupun sel

ini 2-3 kali lebih besar dari sel folikel jumlahnya hanya sekitar 0,1% dari seluruh selepeitelium. Granula sekretoriknya mengadung kalsitonin (tirokalsitonin), merupakan

hormon peptida yang menginhibisi resorpsi tulang oleh osteoklas sehingga menurunkan

konsentrasi kalsium dalam darah. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah tinggi maka

sekresi kalsitonin akan terstimulasi.

Page 56: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 56/90

 56 

Keterangan :

F = folikel

TG = tiroglobulin

Page 57: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 57/90

 57 

Keterangan gambar :

KELENJAR PARATIROID

Kelenjar paratiroid terletak di permukaan posterior dari kelenjar tiroid. Jumlahnya ada

empat buah, dimana masing-masing kelenjar terletak di pole atas dan bawah lobus kanan dan kiri

kelenjar tiroid. Fungsi kelenjar ini adalah mensekresikan PTH yang bekerja pada tulang, ginjal

dan usus untuk memelihara konsentrasi kalsium yang optimal dalam darah.

Setiap kelenjar paratiroid berbentuk ovoid dengan panjang 5 mm, lebar 4 mm, dan tebal 2

mm. Beratnya kira-kira 25-50 mg. Kelenjari ini dilapisi oleh kapsul yang tersusun oleh jaringan

ikat kolagen. Kapsul ini memanjang ke dalam kelenjar membentuk septa yang biasanya ditemani

oleh pembuluh darah, limfe, dan saraf. Fungsi septa ini adalah untukmenyokong jaringan

Page 58: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 58/90

 58 

 parenkim kelenjar yang terdiri dari sel-sel epitel yang tersusun dalam bentuk korda atau kluster

yang dikelilingi serat retikuler. Stroma jaringan ikatnya pada orang dewasa yang lebih tua

mengandung jaringan lemak yang mendiami sekitar 60% dari kelenjar. Parenkim kelenjar tiroi di

susun oleh dua jenis sel :

  Chief cells. Merupakan sel utama yang menyusun parenkim kelenjar paratiroid.

Jumlahnya lebih banyak daripada sel oksifil. Fungsi sel ini adalah mensekresi PTH.

  Sel oksifil. Sel ini lebih besar daripada sel chief dan secara khas terdapat dalam

kelompok kecil atau besar. Sel ini memiliki inti yang kecil terwarna gelap dan sitoplasma

yang asidofil dan granular. Fungsi sel ini masih belum jelas.

Keterangan gambar :

Page 59: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 59/90

 59 

KELENJAR ADRENAL

Kelenjar ini terletak di pole atas ginjal kedua ginjal dan diselubungi oleh jaringan lemak. Kedua

kelenjar memiliki tebal sekitar 1 cm, lebar 2 cm pada apeks dan 5 cm pada basal dan berat 7-10

gram. Parenkim kelenjar arenal secara histologis dan fungsionil daibagi menjadi dua regio yaitu

korteks di bagian luar dan medulla di bagian dalam.

Keterangan gambar :

Page 60: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 60/90

 60 

Korteks adrenal

Korteks adrenal mengandung selm parenkim yang mensintesis dan mensekresikan beberapa

hormon steroid tanpa menyimpannya. Secara histologis korteks adrenal di bagi jadi 3 zona dari

luar ke dalam yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis. Pada manusia, zona

glomerulosa meliputi sekitar 15% volume total korteks, zona fasikulata 78%, dan zona retikularis

7%.

  Zona glomerulosa. Terdiri dari sel berbentuk piramid atau silindris yang tersusun dalam

kelompok yang lonjong, yang dalam keadaan normal tidak mempunyai lumen. Selnya

mengandung inti bulat dan tewarna gelap, dan sitoplasma mengandung sejumlah materi

 basofil dan sedikit butir lemak kecil. Fungsi dari zona ini adalah mensinteisis dan

mensekresi hormon mineralokortikoid seperti aldosteron yang distimulasi oleh

angiotensin II dan ACTH.

  Zona fasikulata. Merupakan lapisan yang paling tebal. Terdiri dari sel yang besar,

kuboid atau polihedral, tersusun dalam korda yang panjang, radier, dan biasanya setebal

dua sel. Inti terletak ditengah dan vesikuler (lembung), dan seringkali berinti dua.

Sitoplasma basofil dan mengandung butir lemak yang terdiri dari kolesterol, asam lemak

dan lemak netral. Butir lemak ini banyak terdapat di dua pertiga luar zona. Karena lemak

hilang pada prosedur teknik yang biasa dilakukan, sel di sini tampak bervakuola danmempunyai penampilan seperti busa (kadang-kadang sel ini disebut spongiosit). Bagian

sepertiga dalam zona ini relatif bebas dari materi lemak dan bersifat basofil. Fungsi zona

ini adalah mensintesis dan mensekresi glukokortikoid atas stimulasi dari ACTH.

  Zona retikularis. Korda selnya membentuk jaring-jaring yang beranastomosis. Dekat

zona fasikulata, sel-sel unsurnya hanya berbeda sedikit dari sel zona fasikulata, umumnya

sitoplasma mengandung l;ebih sedikit butir lemak. Banyak sel yang intinya mengkerut

danb mengandung kumpulan granula pigmen lipofuschin. Fungsi zona ini mensintesis

dan mensekresi hormon androgen, terutama dehydroepiandrosterone  dan

androstenedione yang juga atas stimulasi ACTH. 

Page 61: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 61/90

 61 

Keterangan gambar :

Page 62: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 62/90

 62 

Medulla

Pada manusia, batas antara korteks dan medulla tak teratur. Sel medulla berbentuk

lonjong atau polihedral dan tersusun dalam kelompok korda pendek dan saling anastomosis,

dikelilingi oleh venula dan kapiler. Sel medulla yang memiliki inti besar dan vesikuler, dan

sitoplasmanya mengandung granula halus yang menjadi coklat bila dioksidasi dengan kalium

 bikromat. Peristiwa ini disebut sebagai reaksi kromafin, oleh karena itu sel ini disebut sebagai sel

kromafin. Granula sitoplasmanya terdiri dari dua tipe: beberapa menunjukkan kepadatan

elektron yang sedang dan mengandung epinefrin dan lainnya menunjukkan kepadatan elektron

yang mencolok dan mengandung norepinefrin. Selain sel kromafin, medulla juga mengandung

sedikit sel ganglion autonom. Fungsi bagian ini adalh mensekresi katekolamin seperti epinefrin

dan norepinefrin.

Page 63: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 63/90

 63 

Keterangan gambar :

PULAU LANGERHANS PANKREAS

Bagian endokrin pankreas, yaitu pulau langerhans tersebar di seluruh pankreas dan

tampak sebagi massa bundar, tidak teratur, terdiri atas sel-sel pucat dengan banyak pembuluh

darah. Pulau-pulau dipisahkan secara tidak sempurna oleh jaringan retikuler tipis dari jaringan

eksokrin disekitarnya dengan sedikit serat-serat- retikulin dalam pulau. Dengan cara pulasan

khusus terlihat tiga jenis sel yaitu sel A (alfa). Sel B (beta) dan sel D (delta). Ketiga sel ini

memiliki fungsi yang berbeda yaitu sel alfa untuk sekresi glukagon, sel beta untuk sekresi

insulin, dan sel delta untuk sekresi somatostatin. Disamping itu, juga terdapat sel F, namu n

fungsi sel ini masih belum jelas.

Page 64: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 64/90

 64 

Dengan pewarnaan khusus dapat dibedakan sel alfa dan sel beta dalam pulau langerhans

 pankreas. Sel alfa sitoplasmanya terpulas merah muda, sedangkan sel beta terpulas biru.

Umumnya sel alfa terletak di tepi pulau sedangkan sel beta terletak di bagian yang lebih dalam

atau lebih di pusat pulau. Sel beta juga lebih banyak pada pulau dan merupakan kira-kira 70%

dari massanya. Sel delta juga terdapat pada pulau. Sel ini paling sedikit dengan bentuk yang

 bervariasi dan mungkin terdapat di bagian mana saja dari pulau.

Keterngan gambar :

Page 65: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 65/90

 65 

JENIS HORMON

Fungsi dan Target Organ

HIPOTHALAMUS

Hipothalamus sebenarnya memproduksi sebanyak sembilan hormon yang berpengaruh

terhadap fungsi tubuh, namun hanya ada tujuh hormon yang mekanisme kerjanya diketahui

dengan pasti. Llima di antaranya adalah  Releasing Hormones  dan dua di antaranya adalah

 Inhibitory Hormones. Semua hormon yang disekresikan oleh hipothalamus hanya akan bekerja

 pada kelenjar hipofisis.

Hampir semua hormon yang disekresikan oleh hipothalamus masing-masing hanya akan

merangsang pelepasan satu jenis hormon oleh kelenjar hipofisis, kecuali hormon perangsang

gonadotropin yang merangsang pelepasan FSH dan LH.

Berikut adalah hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipothalamus:

NAMA HORMON FUNGSI

GnRH (Gonadotropin Releasing

 Hormone) 

Menstimulasi pelepasan Gonadotropin

oleh kelenjar hipofisis, yaitu FSH dan LH

CRH (Corticotropin Releasing

 Hormone) 

Menstimulasi pelepasan ACTH oleh

Kelenjar Hipofisis

TRH (Thyrotropin Releasing

 Hormone) 

Menstimulasi pelepasan TSH oleh

Kelenjar Hipofisis

PRH (Prolactin Releasing Hormone)  Menstimulasi pelepasan Prolactin oleh

Kelenjar HipofisisGHRH (Growth Hormone- Releasing

Hormone)

Menstimulasi pelepasan Growth

Hormone oleh Kelenjar Hipofisis

PIH (Prolactin Inhibitory Hormone)  Menghambat pelepasan Prolactin oleh

Kelenjar Hipofisis

Page 66: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 66/90

 66 

Somatostatin Menghambat pelepasan Growth

Hormone oleh Kelenjar Hipofisis

Catatan: Yang diberi highlight berwarna biru adalah Releasing Hormones, sedangkan yang berwarna

kuning adalah Inhibitory Hormones.

KELENJAR HIPOFISIS (PITUITARY GLAND) 

Kelenjar hipofisis terdiri dari dua bagian fungsional, yaitu kelenjar hipofisis anterior dan

kelenjar hipofisis posterior. Masing-masing kelenjar mensekresikan hormon-hormon tertentu,

kecuali kelenjar hipofisis posterior yang sebenarnya tidak memproduksi hormon secara langsung

karena kelenjar hipofisis posterior merupakan muara dari Nukleus Paraventrikularis dan Nukleus

Supraoptikus yang berasal dari hipothalamus. Berbeda dengan hipofisis posterior, kelenjar

hipofisis anterior memproduksi hormon-hormonnya secara langsung oleh sel-sel khusus yang

terdapat di dalamnya. Berikut adalah jenis-jenis hormon yang diproduksi, fungsi dan target

organ/kelenjarnya:

A.  Kelenjar Hipofisis Anterior

NAMA HORMON FUNGSI KELENJAR/ORGAN

TARGET

FSH (Follicle

Stimulating Hormone) 

Wanita: Berperan dalam proses

ovulasi dan pematangan folikel

 Pria: Membantu proses

spermatogenesis

Wanita: Ovarium

Pria: Testis

LH (Luteinizing

 Hormone) 

Wanita: Mempertahankan korpus

luteum setelah ovulasi dan

memproduksi Estrogen dan

Progesteron

 Pria: Menstimulasi sel interstisial

untuk memproduksi Testosteron

Wanita: Korpus Luteum

Pria: Sel Interstisial

ACTH

(Adrenocorticotropic

 Hormone) 

Menstimulasi korteks adrenal

untuk melepaskanhormon-

hormonnya

Korteks Adrenal

Page 67: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 67/90

 67 

TSH (Thyroid

Stimulating Hormon) 

Menstimulasi klenjar Thyroid

untuk melepaskan hormon-

hormonnya

Kelenjar Thyroid

GH (Growth Hormone)  Berperan dalam metabolisme sel-

sel tubuh, khususnya Sel-sel Otot,

Tulang dan Kartilago, serta

metabolisme Glukosa, Asam

Amino dan Asam Lemak

Sel-sel tubuh

PRL (Prolactin)  Menstimulasi wanita hamil agar

kelenjar mammae meproduksi

susu

Sel-sel pada kelenjar mammae

Catatan

1.  Nama lain dari hormon-hormon tersebut:

a) GH Somatotropin

 b) FSH dan LH Gonadotropin

Page 68: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 68/90

 68 

c) ACTH Corticotropin

d) TSH Thyrotropin

2.  Sel-sel yang memproduksinya:

a)  Asidofil, terdiri dari Somatotrof   yang memproduksi Somatotropin/GH, dan  Mammotrof  

yang memproduksi PRL

 b) Basofil, terdiri dari Gonadotrof   (produksi Gonadotropin  FSH dan LH), Thyrotrof  

(produksi Thyrotropin/TSH), dan Corticotrof  (produksi ACTH)

B.  Kelenjar Hipofisis Posterior

Oxytocin (OT)

Bekerja pada uterus untuk membantu proses kontraksi selama persalinan, juga membantu

 proses pembentukan ASI. Pada pria, OT tampaknya berperan dala m proses ejakulasi.

 Antidiuretic Hormone(ADH) atau Vassopressin

Akan disekresikan pada kondisi dehidrasi, dimana osmoreseptor hipothalamus teraktivasi,

untuk menstimulasi tubulus ginjal mereabsorpsi Natrium dan Kalium sehingga mengurangi

 produksi (retensi) urin.

Page 69: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 69/90

 69 

KELENJAR PINEAL (PINEAL GLAND)  

Kelenjar pineal jarang bekerja aktif pada dewasa, karena setelah pubertas terjadi proses

involusi. Waktu puncak aktivitas kelenjar pineal adalah pada usia 1-5 tahun, setelah pubertas

terjadi penurunan sekresi hingga 75%.

Kelenjar ini memproduksi Serotonin pada siang hari dan Melatonin pada malam hari.

Organ targetnya adalah Otak. Fungsi serotonin dan melatonin adalah sebagai berikut:

a)  Mengontrol mood

 b)  Mempengaruhi proses pubertas

c)  Berperan dalam proses tidur

d)  Melatonin kemungkinan menekan sekresi gonadotropin

Page 70: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 70/90

 70 

KELENJAR TIROID

Efek hormone tiroid ialah :

  Meningkatkan sintesis protein

dengan cara meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria, tiroid akan meningkatkan

kecepatan pembentukan ATP untuk membangkitkan fungsi seluler.

  Meningkatkan kecepatan metabolisme

hormone tiroid akan meningkatkan enzim Na-K-ATP ase yang selanjutnya akan

meningkatkan kecepatan transport baik Na atau K melalui membrane sel dari beberapa

 jaringan. Karena proses ini mempergunakan energy dan meningkatkan jumlah panas

yang dibentuk tubuh, diduga bahwa proses ini merupakan salah satu mekanisme yang

meningkatkan kecepatan metabolism tubuh

  Untuk pertumbuhan

efek pentingnya ialah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama

kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pasca lahir.

 

Pada metabolism KH

merangsang hampir semua aspek metabolism KH, termasuk penggunaan glukosa yang

cepat oleh sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan

kecepatan absorpsi dari GIT, dan meningkatkan sekresi insulin. Semua efek ini terjadi

akibat naiknya seluruh enzim akibat dari hormone tiroid

Page 71: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 71/90

 71 

  Pada metabolism lemak

Lemak akan lebih banyak dipecah yang akan menyebabkan peningkatan kadar asam

lemak bebas dalam plasma. Hormon tiroid akan mempercepat proses oksidasi asam

lemak bebas oleh sel

  Efek pada plasma dan lemak hati

o  meningkatnya hormone tiroid akan menurunkan jumlah kolesterol, fosfolipid, dan

TG dalam darah

o  menurunnya sekresi tiroid akan meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid,

dan TG plasma, dan hampir selalu menyebabkan pengendapan lemak secara

 berlebih dalam hati.

 

Efek pada metabolism vitamin

efek hormone tiroid akan meningkatkan jumlah berbagai enzim dan oleh karena vitamin

merupakan bagian penting dari beberapa enzim atau koenzim, maka hormone ini akan

meningkatkan kebutuhan akan vitamin.

  Efek pada laju metabolism basal

akan meningkatkan laju metabolisme basal

  Efek pada system kardiovaskular

o   peningkatan metabolisme peningkatan pemakaian O2& peningkatan jumlah

 produk akhir dari metabolisme yang dilepas jaringan vasodilatasi BV  meningkatkan aliran darah COP akan meningkat

o  denyut jantung akan meningkat

o  kekuatan denyut jantung akan meningkat

o  volume darah : akibat vasodilatasi  bertambahnya jumlah darah yang terkumpul

dalam system sirkulasi

  Efek pada respirasi : peningkatan laju metabolisme  peningkatan laju nafas

  Efek pada GIT : akan meningkatkan nafsu makan & asupan makan, meningkatkan

kecepatan sekresi getah pencernaan & pergerakan saluran cerna

 

Efek pada SSP : meningkatkan kecepatan berpikir

  Efek pada fungsi otot : sedikit peningkatan hornon tiroid  otot bereaksi kuat

Page 72: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 72/90

 72 

 bila hormone berlebihan otot-otot akan menjadi lemah karena terjadi proses

katabolisme protein

 bila hormone kurang otot sangat lamban, otot akan berelaksasi perlahan setelah

kontraksi

  Efek pada kelenjar endokrin lain : meningkatnya hormone tiroid akan meningkatkan

sekresi sebagian kelenjar endokri lain.

contoh : peningkatan hormone tiroksin meningkatkan metabolisme glukosa

  peningkatan kebutuhan insulin yang disekresi pankreas

KELENJAR PARATIROID

Hormon paratiroid dapat menyebabkan naiknya konsentrasi Ca dalam darah akibat efek berikut:

1.  Absorpsi Ca dan fosfat dari tulang

Selain meningkatkan Ca dalam darah, PTH juga menyebabkan penurunan kadar fosfat dalam

darah. Hal ini disebabkan oleh efek PTH pada ginjal dalam menyebabkan timbulnya eksresi

fosfat dari ginjal secara berlebihan yang dapat mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dari tulang.

Mekanisme lebih detailnya seperti di bawah ini :

A.  Fase cepat absorpsi Ca dan fosfat –  osteolisis

PTH menyebabkan pemindahan garam-garam tulang dari 2 tempat didalam tulang :

  dari matriks tulang di sekitar osteosit yang terletak di dalam tulangnya sendiri

  di sekitar osteoblast yang terletak di sepanjang permukaan tulang

Efek dari PTH ini disebabkan oleh kemampuan PTH untuk dapat mengaktifkan pompa

Ca dengan kuat.Perangsangan pompa ini dilakukan dengan meningkatkan permeabilitas

Ca pada sisi cairan tulang dari membrane osteositik sehingga mempermudah difusi ion

Ca ke dalam membrane sel cairan tulang. Selanjutnya, pompa Ca di sisi lain darimembrane sel memindahkan ion Ca yang tersisa tadi ke dalam ECF.

Page 73: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 73/90

 73 

B.  Fase lambat absorpsi tulang dan pelepasan Ca dan fosfat –  aktivasi osteoklas

PTH akan menyebabkan aktivasi osteoklas. Tetapi osteoklas sendiri tidak memiliki

 protein reseptor membrane untuk PTH.Diyakini bahwa osteoblast dan osteosit teraktivasi

mengirimkan sinyal kepada osteoklas, menyebabkan osteoklas mulai bekerja untuk

melahap tulang dalam waktu berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Aktivasi system

osteoklastik terjadi dalam 2 tahap :

  aktivasi dari osteoklas yang sudah terbentuk

   pembentukan osteoklas baru

Aktivasi dari osteoklas akan menyebabkan lemahnya tulang.

2.  Mengurangi ekskresi Ca oleh ginjal

Jadi, PTH akan menimbulkan :

   pelepasan fosfat dengan segera dan cepat ke dalam urin karena PTH menyebabkan

 berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal

  meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap Ca. Absorpsi ini terutama terjadi pada

 bagian akhir dari tubulus distal, duktus koligentes, dan bagian awal duktu koligentes.

3.  Efek terhadap absorpsi Ca dan fosfat dalam usus

4.  Efek vitamin D pada tulang serta hubungannya dengan aktivitas hormone paratiroid.

 

vitamin D dalam jumlah kecil akan menimbulkan kalsifikasi tulang, jila jumlahmnya banyak sekali akan menimbulkan absorpsi tulang

  mekanisme ini terjadi karena adanya pengaruh 1,25-dihidrokolekalsiferol yang

menyebabkan timbulnya pengangkutan ion Ca melewati membrane sel

Page 74: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 74/90

 74 

PANKREAS

HORMON INSULIN

Page 75: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 75/90

 75 

1.  Efek terhadap metabolisme KH

a.  Meningkatkan metabolism glukosa dalam otot

dalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya tetapi

 bergantung dari asam lemak. Hal ini terjadi karena pada saat membrane otot istirahat,

hanya sedikit yang permeable terhadap glukosa, kecuali dirangsang oleh

insulin.Kadar insulin jumlahnya kecil untuk meningkatkan jumlah pemasukan

glukosa yang bermakna ke dalam sel-sel otot. Tetapi, saat otot tersebut mengalami

kerja fisk sedang atau berat, hal yang terjadi justru sebaliknya. Sel menjadi permeable

terhadap glukosa

 b.  Meningkatkan ambilan, penyimpanan, dan penggunaan glukosa oleh hati.

Mekanismenya ialah sebagai berikut :

 

insulin menghambat fosforilase hati yangmerupakan enzim utama yang

menyebabkan terpecahnya glikogen hati menjadi glukosa

 

insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah ke sel-sel hati. Hal ini

terjadi karena adanya peningkatan aktivitas enzim glukokinase yang

merupakan enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa

setelah glukosa berdifusi ke dalam sel-sel hati. Glukosa yang telah mengalami

fosforilasi ini tidak dapat berdifusi lagi melewati membrane sel.

 insulin meningkatkan aktiitas enzim  –   enzim yangmeningkatkan sintesisglikogen, termasuk enzim glikogen sintase, yang bertanggungjawab untuk

 polimerisasi dari unit-unit monosakarida untuk membentuk molekul-molekul

glikogen

Bila jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel hati lebih banyak daripada jumlah yang dapat

disimpan sebagai glikogen, insulin akan memacu pengubahan semua kelebihan glukosa ini

menjadi asam lemak. Setelah ini, asam lemak dibentuk sebagai TG dalam bentuk lipoprotein

densitas sangat rendah dan ditranspor dalam bentuk lipoprotein ini melalui darah ke jaringanadipose dan ditimbun sebagai lemak.

Page 76: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 76/90

 76 

2.  Efek terhadap metabolise lemak

Insulin akan menyebabkan timbulnya penyimpana lemak dengan cara :

  Insulin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar jaringan tubuh  

mengurangi pemakaian lemak meningkatkan penyimpanan lemak

  Insulin meningkatkan pembentukan asam lemak

 beberapa factor yang mengarah pada peningkatan sintesis asam lemak :

  Setelah jumlah glukosa yang diangkut ke hati melebihi kapasitasnya untuk

membentuk glikogen, kelebihan glukosa akan dipakai untuk membentuk

lemak. Glukosa mula-mula akan diubah menjadi piruvat, lalu menjadi asetil-

KoA yang merupakan substrat awal untuk sintesis asam lemak.

  Kelebihan ion sitrat dan isositrat akan terbentuk oleh siklus asam sitrat bila

 pemakaian glukosa untuk energy ini berlebihan. Ion-ion ini dapat

mengaktifkan asetil-KoA karboksilase yang merupakan enzim yang

dibutuhkan untuk melakukan proses karboksilasi terhadap Asetil-KoA untuk

membentuk malonil KoA, tahap pertama sintesis asam lemak.

  Asam lemak yang ada lalu disimpan dalam bentuk TG. TG akan dilepaskan

oleh sel-sel hati ke peredaran darah dalam bentuk lipoprotein. Insulin akan

mengaktifkan lipoprotein lipase di dalam dinding kapiler jarinag lemak, yang

akan memecah TG sekali lagi menjadi asam lemak, suatu syarat agar asamlemak dapat diabsorpsi ke dalam sel-sel lemak, tempat asam lemak akan

diubah menjadi TG dan disimpan.

Dua efek penting lainnya yang dibutuhkan untuk menyimpan lemak dalam sel-sel lemak:

  Insulin menghambat kerja lipase-sensitif hormone. Enzim ini menyebabkan

hidrolisis TG yang sudah disimpan dalam sel-sel lemak.

  Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membrane sel ke dalam

sel-sel lemak. Beberapa bagian akan digunakan untuk sintesis sedikit asam

lemak, dan sebagian besar digunakan untuk membentuk sejumlah besar alfa

gliserol fosfat. Bahan ini menyediakan gliserol yang akan berikatan dengan

asam lemak untuk membentuk TG yang merupakan bentuk lemak yang

disimpan dalam sel-sel lemak.

Page 77: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 77/90

 77 

3.  Efek terhadap metabolisme protein

Insulin akan menyebabkan penyimpanan protein. Mekanismenya ialah sebagai berikut :

  insulin menyebabkan timbulnya pengangkutan secara aktif sebagian besar AA ke

dalam sel.

  Insulin memiliki efek langsung meningkatkan translasi m-RNA pada ribosom,

sehingga terbentuk protein baru. Bila tidak ada insulin, ribosom akan berhenti

 bekerja.

  Insulin akan meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetic DNA yang

terpilih di dalam inti sel  peningkatan jumlah RNA dan beberapa sintesis protein

lagi

  Insulin menghambat proses katabolisme protein  mengurangi kecepatan pelepasan

AA dari sel. Hal ini terjadi akibat kemampuan insulin untuk mengurangi pemecahan

 protein yang normal oleh lisosom sel.

  Dalam hepar, insulin akan menekan kecepatan glukoneogenesis dengan cara menekan

aktivitas enzim yang dapat meningkatkan glukoneogenesis   akan menghemat

 pemakaian AA

HORMON GLUKAGON 

Efek dari glucagon ialah :

  Pemecahan glikogen hati (glikogenolisis)

Mekanismenya :

glucagon  aktifkan adenil siklase di membrane sel hepatosit  terbentuk cAMP  

mengaktifkan protein pengatur protein kinase   mengaktifkan proteinkinase  

mengaktifkan fosforilase B kinase  mengubah fosforilase b menjadi fosforilase a  

meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa-1-fosfat   mengalami

defosforilasi glukosa dilepas dari sel-sel hati

  Peningkatan glukoneogenesis

Glukagon dapat meningkatkan kecepatan ambilan AA oleh sel-sel hati lalu mengubah

 banyak AA itu menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Proses ini dapat

Page 78: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 78/90

 78 

dicapai melalui pengaktifan berbagai enzim yang dibutuhkan untuk transpor AA dan

glukoneogenesis.

Jika jumlah glucagon berlebih, efeknya :

  mengaktifkan lipase sel lemak  meningkatkan persediaan asam lemak yang dapat

dipakai sebagai sumber energy tubuh

  menghambat pembentukan TG dalam hepar   mencegah hepar membuang asam

lemak dari darah  meningkatkan persediaan asam lemak

  meningkatkan kekuatan jantung, meningkatkan sekresi empedu, menghambat sekresi

asam lambung.

KELENJAR ADRENAL

CORTISOL

   Efek cortisol pada metabolisme karbohidrat

Stimulasi Gluconeogenesis. Efek metabolik cortisol dan glucocorticoid lainnya dalammetabolisme adalah kemampuanya dalam menstimulasi gluconeogenesis (pembentukan

karbohidrat dari protein dan substansi lainya) oleh hati. Hasil ini terkait dengan dua efek

cortisol:

Page 79: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 79/90

 79 

1.  Cortisol meningkatkan enzim yang dibutukan dalam mengkonversi asam amino

menjadi glukosa di hati. Hal ini terjadi akibat dari efek glucocorticoid yang

mengaktifkan transkripsi DNA di hati.

2.  Cortisol menyebabkan mobilisasi dari asam amino dari jaringan ekstrahepatic

yang umumnya dari otot. Sebagai hasilnya, banyak asam amino tersedia di plasma

dan masuk dalam proses gluconeogenesis di hati .

Salah satu efek peningkatan gluconeogenesis ditandai dengan meningkatnya

 penyimpanan glycogen di sel-sel hati. Efek ini memungkinkan hormone glycolitic

lainnya, seperti epinefrin dan glucagon untuk memobilisasi glucose di saat dibutuhkan,

seperti saat makan.

Penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Cortisol juga menyebabkan

 penurunan kecepatan penggunaan glukosa oleh sel tubuh. Meskipun penyebab penurunan

ini tidak diketahui para ahli meyakini cortisol secara langsung memperlambat kecepatan

 penggunaan glukosa pada point of entry glukosa di sel.

  Efek cortisol pada metabolisme protein

Penurunan protein selular. Salah satu efek prinsip cortisol pada system

metabolic tubuh adalah penurunan penyimpanan protein esensial di seluruh tubuh kecuali

hati. Hal ini dikarenakan oleh penurunan sintesis protein dan peningkatan katabolisme

 protein.

Cortisol meningkatakan protein hati dan plasma. Seiring dengan penurunan

 protein pada tubuh, protein hati menjadi diperkaya. Lebih lanjut plasma protein pun akan

meningkat.

Meningkatkan asam amino darah, mengurangi transport asam amino ke sel-sel

ekstrahepatik, dan meningkatkan transport ke sel-sel hepar.

Page 80: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 80/90

 80 

  Efek cortisol pada metabolisme lemak

Mobilisasi asam amino. Cortisol menginduksi mobilisasi asam lemak dari

 jaringan lemak. Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas di plasma, yang mana juga

meningkatkan penggunaan untuk energy. Cortisol memiliki efek langsung dalammeningkatkan oksidasi asam lemak di sel.

  Efek anti-inflamasi pada kadar cortisol yang tinggi

Sejumlah cortisol yang banyak biasanya dapat memblok proses inflamasi atau

 bahkan mengembalikannya ke sedia kala. Ketika cortisol dengan jumlah yang banyak

disekresi atau diinjeksi ke seseorang, cortisol memiliki dua efek anti-inflamasi dasar. (1)

cortisol dapat mengambat proses inflamasi sebelum proses inflamasi terbentuk. (2) jika

 proses inflamasi telah terjadi, cortisol menyebabkan resolusi yang cepat dan peningkatankecepatan penyembuhan.

Dibawah ini efek cortisol dalam anti-inflamasi :

1.  Cortisol menstabilisasi membrane lysosom.

2.  Cortisol menurunkan permeabilitas kapiler

3.  Cortisol menurunkan migrasi sel darah putij ke daerah yang mengalami inflamasi

dan fagositosis sel yang rusak.

4.  Cortisol mensupres system imun, menyebabkan reproduksi limfosit berkurang

5.  Cortisol mengurangi demam secara signifikan karena cortisol menurunkan

 pengeluaran dari Interleukin-1 dari sel darah putih.

Page 81: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 81/90

 81 

MINERALOCORTICOID

Produk sekresi utama zona glomerulosa adalah mineralocorticoid. Aldosteron diproduksi

 paling banyak. Aldosteron meningkatkan kecepatan reabsropsi natrium oleh ginjal, dengan

demikian meningkatkan level natrium darah. Reabrsorpsi natrium dapat menghasilkan

 peningkatan rearbsorpi air oleh ginjal. Aldosteron meningkatkan eksresi K+ ke urin oleh ginjal,

dengan demikian menurunkan kadar K+ dalam darah. Hal ini juga meningkatkan eksresi H+

dalam urin. Ketika aldosteron disekresikan dalam konsentrasi yang tinggi, hal ini dapat

menurunkan kadar K+ dan alkalosis.

Page 82: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 82/90

 82 

Page 83: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 83/90

 83 

Page 84: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 84/90

 84 

KELENJAR GONAD

Estrogen

Estrogen adalah hormone steroid dengan 18 carbon atom. Estrogen secara primer

disintesis dari 17-ketosteroid androstenedione, tetapi testosterone juga dapat sebagai precursor.

Ovarium, (granulose dan theca sel), plasenta, adrenal cortex, dan leydig’s sel (interstitial sel)

testis merupakan tempat sintesis estrogen. Estradiol (E2) merupakan estrogen yang paling poten.

Kebanyakan estrogen dan testosterone bersirkulasi di darah dan terikat dengan sex hormone-

 binding globulin (SHBG).

Meskipun estrogen memainkan peran dalam perkembangan karakteristik seksual perempuan, hal

ini tidak sepenting androgen dalam perkembangan seksual laki-laki.

Progestreron

Progesterone, hormone progestational (menopang-kehamilan) yang paling poten,

merupakan hormone steroid (21 c atom) disintesis dari kolestero melalui pregnolone. Hal ini

diproduksi di corpus luteum, follicle ovary, dan placenta pada perempuan, dan korteks adrenal

 pada laki-laki dan perempuan. Seperti halnya kortisol, kebanyakan progesterone bersirkulasi

terikat dengan cortisol-binding globulin (CBG).

Adrenal androgen

Beberapa steroid adrenal, termasuk androstenedione, merupakan androgen yang lemah.

Hormone tersebut disekresikan oleh zona reticularis dan dikonversikan di jaringan perifer untuk

menjadi androgen, testosterone yang lebih poten. Adrenal androgen menstimulasi pertumbuhan

rambut di pubis dan aksila dan motivasi seksual pada perempuan. Efeknya pada laki-laki tak

 berarti dibandingkan denan testosterone yang disekresikan testis.

Page 85: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 85/90

 85 

Page 86: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 86/90

 86 

Plasenta

Hormone plasenta. Hormon yang utama diproduksi oleh plasenta adalah human chorionic

 gonadotropin (hCG), corticotrophin-releasing hormone (CRH), estrogens, progesterone, human

 placental lactogen (hPL), dan  propiomelanocortin (POMC).  hCG merupakan hormone yang

 plaing predominan selama tri-semester awal kehamilan hormone plasenta terdistribusi ke ibu dan

fetus. Karena koneksi antara ibu, fetus, dan sintesis hormone placenta, disebut fetoplacental unit.

Human chorionic gonadotropin (hCG) (a) menstimulasi sintesis steroid (DHEA dan DHEA-S)

oleh korteks adrenal fetus; (b) mensupres maturasi follicle pada maternal ovaries, dan (c)

menjaga produksi progesterone dan estrogen di corpus luteum sampai minggu ke-enam masa

gestasi.

Page 87: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 87/90

 87 

Integrasi Fungsi Hormon

  Metabolisme protein

  Metabolisme Karbohidrat

↑ sintesis protein

↓ AA dan urea plasma Keseimbangan protein +

↑ glukoneogenesis↑ transportasi

AA kedalam sel

GH kortisolT4/T3 insulin

Keseimbangan protein -

glukagon

↓ glukoneogenesis

↑ AA dan urea plasma

↑ glukosa darah

glukagonkortisol GH

↑ glukoneogenesis

↑ glikogenesis

↓ uptake glukosa o/ sel ↓ pemakaian glukosa 

Page 88: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 88/90

 88 

  Metabolisme Lemak

  Metabolisme Kalsium

↓ glukosa darah

insulin

↑ ambilan glukosa sel

↑ glikolisis

↑ glikogenesis↓ glukoneogenesis

↓ asam lemak darah

Inhibitor lipolisis

insulin

↑ asam lemak darah

glukagonkortisol GH

↑ lipolisis

Page 89: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 89/90

 89 

Page 90: Laporan Skenario 1 Blok 15

7/23/2019 Laporan Skenario 1 Blok 15

http://slidepdf.com/reader/full/laporan-skenario-1-blok-15 90/90

DAFTAR PUSTAKA

1.  Granner, Daryl K.  Hormon Action & Signal Transduction. In: Murray, Robert K et

al(eds). Harper’s Illustrated Biochemistry, 26th ed. McGraw-Hill companies: New york

2. 

Despopoulos, Agamemnon & Silbernagle, Stefan. 2003. Color Atlas of Physiology, 5th 

ed. Thieme: New York

3.  Koolman, J & Roehm, KH. 2005. Color Atlas of Biochemistry, 2th ed. Thieme: New

York

4.  Montgomery et al. 1996. Biochemistry: A Case-Oriented Approach, 6th Edition. Mosby :

Missouri. Chapter 16 and 18.

5. 

Murray et al. 2003. Biokimia Harper, Edisi 25. EGC: Jakarta. Bab 508.

6.  Guyton AC, Hall JE. 2006. TEXTBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY 11TH 

EDITION. Philadelphia : Elsevier Saunders

7.  Despopoulos A, Silbernagl S. 2003. COLOR ATLAS OF PHYSIOLOGY. New York :

Thieme

8.  Fox. 2003. Human Physiology 8th Edition. The McGraw−Hill Companies : New York

9. 

Peavy, DE. Chapter 31: Endocrine Control Mechanisms at Medical Physiology 2nd 

Edition. 2004. The McGraw−Hill Companies : New York  

10. Greenstein, B. 2001. ENDOCRINOLOGY AT A GLANCE. Blackwell Science : Tucson

USA

11. Color textbook of histology 3rd edition oleh Leslie P. Gartner dan James L. Hiatt

12. Buku ajar histologi oleh Lesson, Lesson, dan Paparo.

13. Atlas histologi di Fiore oleh Victor C. Eroschenko.

14 Color atlas cytology histology and microscopic anatomy 4th edition oleh Wolfgang