s k r i p s i -...

241
IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME (MANOOTNIYOM) DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti School Tahun Ajaran 2014/2015) S K R I P S I Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah OLEH WIGA SERLIATI LATRI NIM: 111 11 103 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

Upload: nguyenthu

Post on 15-May-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

i

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME (MANOOTNIYOM) DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Tahun Ajaran 2014/2015)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

OLEH

WIGA SERLIATI LATRI

NIM: 111 11 103

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

Page 2: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

ii

Page 3: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

iii

Page 4: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

iv

Page 5: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

v

Page 6: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

vi

Page 7: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

vii

MOTTO

ال يكلف الله ن فسا إال وسعها لا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-

Baqoroh: 286)

Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Sak Nyawane Pisan

(K.H. Ahmad Sahal)

Berjasalah tapi jangan minta jasa, Hidup sekali Hiduplah yang berarti

(K.H Imam Zarkasyi)

Page 8: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi yang sederhana ini kupersembahkan untuk:

1. Ayah dan ibu tercinta, Bapak Miftah dan Ibu Siti Sualiyanti, yang telah

mengorbankan segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, juga tak

henti-hentinya untuk mendoakan dan memberikan motivasi, mencurahkan

perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

2. Seluruh keluargaku, yang tak henti-hentinya dalam mendoakan,

mendukung, memotivasi, dan memberikan doa-doanya kepada penulis

dalam menuntut ilmu, sehingga penulis bisa menyelesaikan study S.1 ini.

3. Seseorang yang selalu setia dan menyayangiku, terima kasih atas semangat

dan motivasinya dalam pembuatan skripsi ini.

4. Teman-temanku, Titik Isniatus Sholikhah, Risa Suryani, Wahyu Fajar

Setiyawan, yang telah berjuang bersama di negeri tetangga, Pattani

Thailand Selatan, dan telah banyak membantu penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku seperjuangan; Puji Nur Hastutik, yang banyak

memberiku semangat setiap tahunnya dalam perkuliahan.

6. Tak ketinggalan pula teman-teman kos “Pink Kost”; Rossi Dewi Riana

dan Aris Latifah yang selalu kasih semangat kepada penulis.

7. Sahabatku yang berada di Mapala Mitapasa dan LPM Dinamika, yang baik

hati yang selalu membantu penulis dalam hal dan kondisi apapun, semoga

ketulusanmu akan mendapat balasan dari Yang Maha Kuasa, sahabatku

yang berada di Sekolah Saengprathip Wittaya Mulniti, Nongchik, Pattani,

Kak Chung dan Yunita Saputri yang selalu menemaniku dalam penulisan

skripsi tiap malam, yang telah menemani penulis menyelesaikan skripsi

ini dan yang telah sangat banyak membantu penulis dalam segala hal. dan

selalu menemani penulis dalam belajar kehidupan di negara lain.

Page 9: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

ix

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkat taufiq,

hidayah dan kebesaran-Nya yang selalu ditunjukkan-Nya, maka penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul "Implementasi

Konsep Pendidikan Humanisme (Manootniyom) Dalam Pembelajaran PAI”

(Studi Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School, Nongchik, Pattani,

Thailand Selatan) ini, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

saran-saran dari berbagai pihak, sehingga usaha ini dapat terselesaikan. Untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga, yang telah

merestui penyelesaian skripsi ini.

3. Siti Rukhayati, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Dr. Mukti Ali, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing, yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau,

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak/Ibu kepala dan petugas perpustakaan yang telah memberikan izin dan

pelayanan perpustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

Page 10: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

x

Page 11: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xi

ABSTRAK

Latri, Wiga Serliati. NIM 111 11 103. 2015. Implementasi Konsep Humanisme

(Manootniyom) Dalam Pembelajaran PAI (Studi Kasus di Seangprathip

Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand Selatan). Pembimbing: Dr.Mukti

Ali, M.Hum.

Kata kunci: Humanisme (Manootniyom) dan Pendidikan Agama Islam

Konsep humanisme (Manootniyom) religius merupakan sebuah konsep

keagamaan yang menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi

ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan

hablum minannas. Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam praktek dunia

pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat (common sense), individualisme

(menuju kemandirian), tanggung jawab (responsible), pengetahuan yang tinggi

(first for knowledge), menghargai orang lain (pluralisme), kontektualisme

(hubungan kalimat), lebih mementingkan fungsi dari simbol, serta keseimbangan

antara reward dan punishment.

Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: 1)

bagaimana implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran PAI?, 2) faktor

penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran

PAI?, dan 3) bagaimana upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan konsep

humanisme dalam pembelajaran PAI? Jenis dan pendekatan penelitian yang

digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi

kasus. Kemudian yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu guru mata

pelajaran PAI. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian

ini yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang

telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode triangulasi.

Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) Implementasi konsep humanisme

dalam pembelajaran PAI yaitu melalui proses pembelajaran PAI dengan

memberikan suatu permasalahan yang disesuaikan dengan standar kompetensi,

dan kompetensi dasar yang dipadukan dengan materi serta metode yang telah

disesuaikan, serta mengaitkan materi-materi pembelajaran PAI tersebut dengan

kehidupan nyata yang ada di sekitar kehidupan dari peserta didik. 2) Faktor

penghambat dalam penerapan konsep humanisme yaitu minimnya pemahaman

guru PAI akan konsep humanisme dalam proses pembelajaran, keterbatasan

sarana dan prasarana sebagai media pendukung penerapan konsep humanisme

dalam proses pembelajaran PAI, dan kurangnya partisipasi wali murid dalam

proses pembelajaran, khususnya pembelajaran PAI. 3) Upaya penyelesaian faktor

penghambat penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam, yaitu mengikutkan guru PAI ke berbagai kegiatan serta

mengadakan pertemuan dengan wali murid secara berkala dan rutin.

Page 12: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO ............................................................................ ii

HALAMAN DEKLARASI ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vi

MOTTO ...................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ....................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

ABSTRAK .................................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................... 11

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 12

D. Manfaat Hasil Penelitian ................................................ 13

E. Definisi Operasional ....................................................... 13

F. Metode Penelitian ........................................................... 17

G. Teknik Analisa Data ....................................................... 21

H. Sistematika Pembahasan ................................................. 23

Page 13: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xiii

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep tentang Humanisme ........................................... 25

1. Latar Belakang Humanisme ................................... 25

2. Definisi Humanisme ............................................... 29

3. Tujuan Konsep Humanisme ................................... 41

4. Humanisme dalam proses dan dalam dasar

pendidikan Islam ...................................................... 50

B. Konsep Tentang Pendidikan Agama Islam ........................ 61

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ....................... 61

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama

Islam ........................................................................ 66

3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 69

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam............................. 71

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .............. 74

6. Karakteristik Materi Pelajaran Pendidikan Agama

Islam ........................................................................ 74

7. Komponen-Komponen Pembelajaran PAI .............. 76

8. Pendekatan Strategi Pembelajaran PAI ...................... 82

C. Implementasi Konsep Humanisme dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ......................... 84

BAB III GAMBARAN UMUM SEANGPRATHIP WITTAYA

MULNITI SCHOOL DAN IMPLEMENTASI

PENDIDIKAN HUMANIS PADA PEMBELAJARAN

PAI

A. Gambaran Objek Penelitian ............................................. 100

Page 14: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xiv

1. Lokasi Penelitian Gambaran Umum Letak

Geografis.................................................................. 100

2. Sejarah Singkat Berdirinya ...................................... 100

3. Identitas Sekolah ...................................................... 103

4. Visi, Misi dan Tujuan .............................................. 103

5. Struktur Organisasi ................................................. 105

6. Sistem Pembelajaran ............................................... 107

7. Kurikulum ............................................................... 108

8. Jumlah Guru, Siswa dan Karyawan ......................... 111

9. Sarana dan Prasarana ............................................... 116

B. Penyajian Data ................................................................. 117

1. Konsep Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran

PAI diSeangprathip Wittaya Mulniti School ........... 117

2. Implementasi Pendidikan Humanis Pada

PembelajaranPAI Terhadap Para Santri Di

Seangprathip Wittaya Mulniti School ..................... 143

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS

PADA PEMBELAJARAN PAI STUDI KASUS DI

SEANGPRATHIP WITTAYA MULNITI SCHOOL

A. Analisis Konsep Pendidikan Humanis Pada

Pembelajaran PAI Studi Kasus di Seangprathip

Wittaya Mulniti School ................................................... 158

B. Analisis terhadap Pendidikan Agama Islam di

Seangprathip Wittaya Mulniti School. ........................... 159

Page 15: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xv

C. Analisis Implementasi Pendidikan Humanis Pada

Pembelajaran PAI Terhadap Pelajar di Seangprathip

Wittaya Mulniti School ................................................... 165

D. Manfaat Pendidikan Humanis pada Pembelajaran PAI

di Seangprathip Wittaya Mulniti School ........................ 175

E. Faktor-Faktor Penghambat dalam Implementasi

Konsep Humanisme dalam Pembelajaran PAI di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Pattani ............................................................................. 179

F. Upaya Penyelesaian dalam Implementasi Konsep

Humanisme dalam Pembelajaran PAI di Seangprathip

Pulohpuyo Nongchik Pattani .......................................... 181

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 185

B. Saran ............................................................................... 187

C. Penutup ........................................................................... 190

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Kondisi Guru Agama Sekolah Seangprathip

beserta Hissoh (jam mengajar tiap minggu) Tahun 2558 ...... 109

Tabel 2 Daftar Kondisi Guru Umum Sekolah Saengprathip beserta

Hissoh (jam mengajar tiap minggu) Tahun 2558 .................. 110

Tabel 3 Daftar Kondisi Guru Agama Sekolah Seangprathip Tahun

2558 ....................................................................................... 111

Tabel 4 Daftar Kondisi Guru Umum (Akademik) Sekolah Tahun

2558 ....................................................................................... 112

Tabel 5 Daftar jumlah siswa-siswi sekolah Seangprathip tahun

ajaran 2558 ............................................................................. 114

Tabel 6 Daftar Guru Wali Kelas Sekolah Seangprathip Thahun

2558 ....................................................................................... 115

Tabel 7 Daftar nama-nama karyawan sekolah Seangprathip 2558 ..... 115

Tabel 8 Sarana dan Prasarana Sekolah Seangprathip tahun 2558 ...... 116

Page 17: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan I Struktur Organisasi ................................................................ 105

Page 18: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian (balasan)

Lampiran 5 Pedoman wawancara

Lampiran 6 Hasil wawancara

Lampiran 7 Dokumentasi

Lampiran 8 Pernyataan Publikasi Skripsi

Page 19: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai salah satu aktivitas kehidupan manusia, pendidikan juga

bermuara pada pencapaian tujuan tertentu yang diyakini sebagai sesuatu yang

paling ideal. Dalam rangka mencapai suatu yang ideal tersebut dilakukan

usaha secara bertahap dan sistematis. Persepsi umum tentang tujuan

pendidikan adalah “kematangan, yang meliputi kematangan lahir dan batin,

jasmani dan ruhani. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sedangkan

kegiatan yang dilakukan tahap demi tahap. Seperangkat kegiatan tersebut

dapat berupa latihan, pembiasaan dalam institusi keluarga, lembaga

pendidikan dan juga dalam masyarakat” (Baharuddin & Moh Makin, 2007:

170).

Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada bab II tentang dasar, fungsi dan tujuan

Pendidikan Nasional pasal 3 (2006:68) disebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan ruhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta

bertanggung jawab, kemasyarakatan dan kebangsaan.”

Berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas di atas, maka salah satu ciri

manusia yang berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya,

memiliki akhlak mulia, sikap kreatif dan inovatif, serta bertanggung jawab

Page 20: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

2

dalam segala hal. Pemerintah dalam mewujudkan cita-cita tersebut maka

haruslah mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Pemerintah

tidak akan dapat mewujudkan semua itu jika dalam peningkatan mutu dan

kualitas pendidikan mengalami berbagai hambatan. Adapun salah satu

hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain

adalah ketidakseimbangan dalam pengembangan pendidikan umum dan

pendidikan agama. Pada dasarnya dalam penyelenggaraan pendidikan

hendaknya pendidikan umum dan pendidikan agama diselenggarakan secara

seimbang, tidak dikenal adanya dikotomi pendidikan.

Pendidikan umum dan pendidikan agama merupakan dua hal yang

harus dikuasai oleh setiap manusia agar mampu menghadapi berbagai

tantangan di era globalisasi. Dalam penyelenggaraan pendidikan hendaknya

mampu melaksanakan proses pembelajaran yang mampu memberikan

kesadaran kepada peserta didik untuk mau dan mampu belajar (learning

knowor learning to learn). Materi pembelajaran hendaknya dapat

memberikan suatu pelajaran alternatif kepada peserta didiknya (learning to

do) dan mampu memberikan motifasi untuk hidup dalam era sekarang dan

memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be). Pembelajaran tidak

cukup hanya diberi dalam bentuk keterampilan untuk dirinya sendiri, tetapi

juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, tidak ada

perbedaan diantaranya (learning to live together).

Keempat pilar pembelajaran di atas harus dikembangkan baik dalam

proses pendidikan umum maupun pendidikan agama. Jika hambatan dalam

Page 21: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

3

proses peningkatan mutu dan kualitas pendidikan dapat dipecahkan atau

terselesaikan dengan baik, maka pendidikan akan mampu mewujudkan

tujuannya yaitu terciptanya sumber manusia yang berkualitas yang menguasai

IPTEK dan IMTAQ.

Pendidikan keagamaan merupakan salah satu bahan kajian dalam semua

kurikulum pada semua jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA dan

Perguruan Tinggi. Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran

wajib diikuti oleh peserta didik seperti halnya pendidikan kewarganegaraan

dan yang lainnya.

Dalam perkembangan pendidikan agama Islam seringkali berhadapan

dengan berbagai problematika, diketahui bahwa sebagai sebuah sistem,

pendidikan agama Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu

dan yang lainnya saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi :

landasan, tujuan, kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola

hubungan guru dan murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana,

evaluasi, pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat

dalam sistem pendidikan seringkali berjalan apa adanya secara konvensional,

tanpa adanya inovasi menuju hal yang lebih baru sesuai dengan

perkembangan zaman.

Akibat permasalahan tersebut mutu dan kualitas Pendidikan Agama

Islam semakin rendah, tujuan dan visi misi Pendidikan Agama Islam tidak

berhasil dicapai dengan baik. Tujuan Pendidikan Agama Islam seringkali

diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang hanya menguasai ilmu

Page 22: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

4

tentang Islam saja. Namun sebenarnya tujuan Pendidikan Agama Islam

sangatlah luas cakupannya. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, penguasaan metodologi pembelajaran merupakan hal yang paling

penting bagi seorang guru, karena metodologi yang baik akan mampu

mewujudkan tujuan pembelajaran. Sanjaya (2006:80) menyatakan bahwa:

“Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya sekedar

menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Namun

pembelajaran Pendidikan Agama Islam bertujuan mengarahkan peserta

didik agar memiliki kualitas iman, takwa dan akhlak mulia. Oleh sebab

itu dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya tidak hanya

membangun aspek kognitif peserta didik namun aspek efektif dan

psikomotor peserta didik harus dikembangkan”.

Menurut Dr. Zakiyah Drajat dalam bukunya yang berjudul “Ilmu

Pendidikan Islam” (1996: 30-31) bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri dari

beberapa tujuan yang meliputi : tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara

dan tujuan operasional. Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai

dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara

lain. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah

laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Apabila penyelenggaraan

pendidikan Islam mampu mencapai tujuan umum ini, maka terwujudlah

bentuk insan kamil dengan pola taqwa. Tujuan akhir dari pendidikan Islam

dapat dipahami dalam firman Allah.

يا ي ها ال يي آ ا اا ا الله ا ااه وال اي إال و ن آسل ن Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benartakwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu

matimelainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Q.S. Ali Imran,

3: 102).

Page 23: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

5

Adapun tujuan sementara dari pendidikan Islam adalah tujuan yang

akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang

direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Sedangkan tujuan

operasional dari pendidikan Islam adalah tujuan instruksional umum dan

tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK), yang pada saat ini disebut standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Secara ideal betapa beratnya beban yang

harus diemban dalam penyelenggaraan pendidikan Islam harus mampu

mencapai tujuan tersebut di atas, yang intinya pendidikan Islam harus mampu

memberikan bekal kepada peserta didik untuk melaksanakan tugasnya di

muka bumi sebagai kholifah dalam rangka beribadah kepada Allah.

Jadi dalam proses pembelajaran seorang pendidik selain memberikan

pengetahuan dan penguasaan ilmu yang setinggi-tingginya yaitu secara

kognitif, seorang pendidik juga memberikan pengetahuan secara afektif dan

psikomotor kepada peserta didik, sehingga dapat membentuk kepribadian,

serta peradaban bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.

Untuk itu, harus diadakan rekonstruksi konsep pendidikan Islam yang

berangkat dan berorientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik

dan realistik sebab bagaimanapun sederhananya suatu proses pendidikan,

ultimate goal-nya haruslah diarahkan pada tujuan yang mulia, yakni membuat

manusia benar-benar menjadi manusia dengan melaksanakan proses

Page 24: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

6

pendidikan yang memanusiakan manusia. Untuk mengoptimalkan serta

mengaktualkan potensi dasar kemanusiaan itu menjadi inti kegiatan Tarbiyah

Islamiyah. Untuk mencari serta menemukan paradigma baru, pendidikan

Islam yang humanistik, pekerjaan paling awalnya adalah menelaah manusia

itu sendiri baru kemudian menelaah konstelasi pendidikan Islam agar bisa

menemukan hubungan keduanya. Menurut Mas‟ud (2002:193), menyatakan

bahwa:

“Konsep humanisme merupakan sebuah konsep keagamaan yang

menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu-

ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallahdan

hablum minannas. Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam

praktek dunia pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat

(commonsense), individualisme (menuju kemandirian), tanggung jawab

(responsible), pengetahuan yang tinggi (first for knowledge),

menghargai orang lain (pluralisme), kontektualisme (hubungan

kalimat), lebih mementingkan fungsi dari simbol, serta keseimbangan

antara reward dan punishment”.

Seharusnya, dalam praktek pendidikan agama Islam, pembumian nilai

Islam rahmatan lilalamin (rahmat bagi seluruh alam) secara kualitatif

mendesak harus segera dilakukan. Karena jika tidak, dikhawatirkan

pendidikan agama Islam yang sudah dilakukan selama ini akan terjebak pada

pendidikan agama Islam yang eksklusif dan berorientasi pada pembinaan

kesalehan ritual individual yang tidak memberikan dampak positif terhadap

sosial. Jika hal ini terjadi, pendidikan agama Islam di Pattani selama ini

diindikasikan akan gagal (Yusdani, 28-11-2008). Indikasi kegagalan

pendidikan agama di Pattani adalah bahwa Pattani merupakan wilayah

dengan jumlah penduduk beragama Islam terbesar di Thailand Selatan. Di

Page 25: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

7

wilayah ini telah terdapat ratusan masjid dan ribuan mushala yang bertebaran

di setiap penjuru desa maupun kota.

Pada setiap bulan Ramadan tempat-tempat ibadah tersebut ramai

dihadiri oleh kaum muslimin untuk mengikuti salat tarawih, tadarrus

(membaca Al-Qur‟an) bersama-sama dan berbagai macam salat sunnah qiyam

al lail. Pada akhir bulan Ramadan mereka juga berbondong-bondong dan

serentak membayar kewajiban zakat. Pada musim haji, setiap tahun jumlah

kaum muslimin yang menunaikan ibadah haji selalu bertambah, walaupun

negara kita sedang mengalami krisis multidimensional.

Menurut Hujair AH & Sanaky (2003:230) Di satu pihak, ibadah

individual-ritual seperti salat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur-an, berzikir,

dakwah dan sejenisnya bergemuruh di mana-mana, tetapi di pihak lain

praktek dan realitas kehidupan ternyata tidak merefleksikan makna kesalehan

sosial yang berarti. Inilah yang menjadi tugas bagi pendidikan agama Islam

dan harus segera dicari solusinya. Fenomena yang menggejala tersebut, dapat

dijadikan indikasi bahwa pendidikan agama di Indonesia telah gagal.

Kegagalan pendidikan agama ini disebabkan, pertama, pendidikan agama di

Pattani selama ini masih berorientasi pada hal-hal yang bersifat simbolik,

ritualistik, dan legal formalistik. Kedua, dalam teori, dipahami pendidikan

yang baik harus menggarap tiga ranah kemanusiaan, yakni ranah kognitif

(intelektual), ranah afektif (emosional), dan ranah psikomotorik. Tak ada

proses pendidikan yang dianggap sempurna jika meninggalkan salah satu di

antara ketiga ranah tersebut. Kegiatan pendidikan agama Islam di Pattani

Page 26: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

8

selama ini cenderung bertumpu pada penggarapan ranah kognitif (intelektual)

atau dengan kata lain hanya pada wacana, atau hingga ranah emosional.

Kemudian tantangan pendidikan agama Islam sekarang ini yang perlu

dicarikan alternatif jalan keluarnya adalah persoalan metode. Mengingat

dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan

untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Bahkan metode sebagai

seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik dianggap lebih

signifikan dibanding dengan materi itu sendiri (Ismail, 2008:2).

Sesungguhnya esensi dari pendidikan agama Islam terletak pada

kemampuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat tampil sebagai kholifatullah fil

ardh,dan esensi ini menjadi acuan terhadap metode pembelajaran untuk

mencapai tujuan yang maksimal.

Dalam proses pembelajaran seorang pendidik selain memberikan

pengetahuan dan penguasaan ilmu yang setinggi-tingginya yaitu secara

kognitif, seorang pendidik juga memberikan pengetahuan secara afektif dan

psikomotor kepada peserta didik, sehingga dapat membantuk kepribadian,

serta peradaban bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Akan tetapi dalam proses

pembentukan watak kepribadian serta menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berakhlak mulia dan berpengetahuan

Page 27: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

9

yang tinggi, serta mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuannya dalam

kehidupan masyarakat.

Dalam hal ini posisi peserta didik dalam proses pembelajaran bukan

hanya sebagai obyek pembelajaran yang pasif, yang hanya menunggu

pemberian dari seorang guru. Akan tetapi dalam proses pembelajaran ini,

peserta didik dituntut untuk lebihaktif, kreatif dan lebih bertanggung jawab

sesuai firman Allah di sana telahdijelaskan dalam Q.S. Al-Ruum, 30: 30.

ها ال ا بديل لل الله ذلك يي يفا فطرة الله الت فطر ال اس علي فأق وجهك للديي ال ي ولكي ر ال اس ال ي عل ن الد

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurutfitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yanglurus; tetapi kebanyakan manusia tidak

mengetahui”. (Q.S. Al-Ruum,30: 30).

Potensi dasar (fitrah) manusia yang terkandung dalam ayat tesebut

merupakan salah satu predikat utama manusia sebagai makhluk pedagogik,

yang dimana makhluk pedagogik merupakan makhluk Allah SWT yang sejak

lahir sudah membawa potensi. Mereka dapat dididik sekaligus mendidik dan

manusia dikaruniai oleh Allah SWT dengan potensi dasar yang dapat

dikembangkan. Menurut Saleh Al-Jufri yang tertulis di buku Moh. Makin (2007: 10),

bahwasannya potensi dasar (fitrah) manusia merupakan tabiat yang asli, yang

perlu dikembangkan agar manusia menjadi baikserta tetap menduduki

kedudukan sebagai makhluk Allah yang mulia, dan dalam mengembangkan

potensi dasar ini, harus melalui proses pendidikan. Yang dimana dalam

Page 28: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

10

proses pendidikan tersebut mengandung serangkaian perbuatan guru dan

siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Selama ini metodologi pembelajaran agama Islam yang diterapkan

masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah,

menghafal, yang masih tampak kering dengan daya kritis siswa. Cara-cara

seperti itu diakui telah membuat siswa menjadi bosan, jenuh, dan kurang

bersemangat dalam belajar agama. Indikasinya adalah timbul rasa`tidak

simpati siswa terhadap guru agama, dan lama kelamaan akan timbul sikap

acuh tak acuh terhadap agamanya sendiri. Kalau kondisinya sudah demikian,

sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran agama.

Oleh karena itu, kita harus mulai melaksanakan strategi pendidikan

agama Islam dengan menggunakan metode penyampaian yang

menyenangkan dan tidak mengekang serta tidak melupakan “belajar berfikir”

pada peserta didik, agar materi yang disampaikan pun dapat mengenai

sasaran. Selain itu, materi-materi yang disampaikan kepada peserta didik juga

tidak boleh keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam yang menjadi tujuan

dari agama itu sendiri (Ismail, 2008:4)

Menurut Ma‟arif (2006: 129), maka dari itu sudah saatnya kita harus

membongkar model pendidikan agama Islam yang masih mengikuti “gaya

lama” yang hanya menuntut peserta didik untuk “selalu patuh” dan tidak

memberikan kebebasan untuk bersikap kritis dan rasional menuju kepada

pendidikan agama Islam yang mencerdaskan, memerdekakan, dan

Page 29: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

11

memanusiakan, sehingga pendidikan agama Islam yang humanis akan

terwujud.

Dengan demikian pendidikan humanistik religius bermaksud

membentuk insan manusia yang memiliki komitment humaniter sejati yaitu

insan manusia memiliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab sebagai

insan manusia yang individual. Namun tidak terangkat dari kebenaran-

kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidup di tengah masyarakat, dengan

demikian ia memiliki tanggung jawab moral kepada lingkungannya berupa

keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan

masyarakat.

Berangkat dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun

penelitian yang berjudul “Implementasi Konsep Humanisme

(Manootniyom) Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi

Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani Thailand Selatan

Tahun Ajaran 2014/2015)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan

yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup

keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi

dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013: 302).

Dari latar belakang yang di uraikan di atas dapat diketahui bahwa pada

masa modern ini, dunia pendidikan masih dihadapkan kepada beberapa

problem pendidikan. Di antaranya dari segi degradasi terhadap nilai-nilai

Page 30: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

12

kemanusiaan. Oleh karena itu yang menjadi pokok dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana implementasi konsep pendidikan humanisme (Manootniyom)

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya

Mulniti School Pattani, Thailand Selatan?

2. Faktor penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme

(Manootniyom) dalam Pembelajaran pendidikan agama Islam di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani Thailand Selatan?

3. Bagaimana upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan konsep

humanisme (Manooniyom) dalam pembelajaran pendidikan Islam di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Pattani Thailand Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan

masalah. Perbedaannya terletak pada bentuk keilmuannya dalam rumusan

masalah, kalimatnya berbentuk pertanyaan, maka dalam tujuan penelitian

berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16).

Kemudian tujuan yang hendak penulis deskripsikan dalam penelitian

ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui implementasi konsep humanisme (Manootniyom)

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya

Mulniti School, Pattani Thailand Selatan tahun ajaran 2014/2015.

Page 31: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

13

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam penerapan konsep

humanisme (Manootniyom) dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di Seangpratip Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand Selatan

tahun ajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian faktor penghambat penerapan

konsep humanisme (Manootniyom) dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand

Selatan tahun ajaran 2014/2015.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Setiap pengkajian suatu ilmu diharapkan mampu memberikan

informasi-informasi baru yang diambil manfaatnya. Manfaat bagi yang

mengkaji maupun bagi khalayak umum yang membaca serta mempelajari

kajian tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

bermanfaat dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan diharapkan dapat dijadikan

sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

masalah ini.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pondok tempat penulis mengadakan penelitian dalam mengatasi

Page 32: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

14

permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islamdan bagi guru PAI

di Yayasan Seangprathip Wittaya Mulniti School dapat memberikan

bahan masukan dan sumbangan pikiran bagi guru tentang konsep

pendidikan dalam pembelajaran Pendidikan AgamaIslam.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari pengertian dan penafsiran judul di atas, serta

membatasai ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu

dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung, yaitu:

1. Implementasi

Implementasi berasal dari kata: implementation yang berarti suatu

pelaksanaan atau penyelenggaraan (Echols, 1992: 313). Jadi arti dari

implementasi di sini adalah mengaplikasikan sebuah teori ke dalam

realita, sehingga akan menghasilkan manfaat dari teori tersebut serta

dapat mengembangkannya menjadi lebih sempurna. Jadi, implementasi

merupakan aplikasi atau penerapan yang berasal dari teori, berangkat dari

teori kemudian diterapkan pada lapangan, sehingga dari permasalahan

yang akan menghasilkan sebuah kesimpulan realistis. Jadi implementasi

dalam skripsi ini adalah pelaksanaan dari konsep pendidikan humanis di

lapangan, yang dalam hal ini penulis melakukan penelitian tentang

pendidikan humanis pada pembelajaran PAI terhadap siswa-siswi di

Seangprathip.

Page 33: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

15

2. Pendidikan

Menurut Purwadaminta (2006: 291), Dalam Kamus Bahasa

Indonesia, pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara,

materi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, sehingga

pendidikan berarti proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang

atau kelompok orang, dengan usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan proses; cara; perbuatan; mendidik. Yang

dimaksud Ahmadi (1992: 28) dengan pendidikan di sini adalah tindakan

yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan

mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya insani) menuju

terbentuknya manusia seutuhnya. Dengan demikian, dapat penulis

simpulkan bahwa pendidikan adalah usaha seseorang yang sistematis,

terarah yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan dasar menuju perubahan tingkah laku dan kedewasaan anak

didik, baik diselenggarakan secara formal maupun nonformal

3. Humanis

Humanis berasal dari kata human (Inggris) yang berarti

manusiawi. Menurut Budiona (2005: 228) dalam Kamus Ilmiah Populer

Internasional, menyebutkan bahwa human berarti mengenai manusia,

cara manusia. Sedangkan humanis berarti seseorang yang human,

penganut ajaran humanisme. Humanisme adalah suatu doktrin yang

menekan kepentingan kemanusiaan.

Page 34: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

16

Humanisme adalah keyakinan bahwa manusia mempunyai

martabat yang sama, yang beradab dan adil, dan sebagai kesediaan untuk

solider, senasib, sepenanggungan tanpa perbedaan (Shofan, 2004: 142).

Kaitannya dengan hal tersebut, penulis ingin mempergunakan nilai-nilai

humanisme dalam pembelajaran agama Islam yang selama ini masih

terkesan jarang digunakan dalam dunia pendidikan kita. Dalam

pendidikan kita lebih banyak melihat bagaimana manusia hanya

dijadikan sebagai seseorang yang tidak tahuapa-apa, sedangkan dalam

Islam sendiri diajarkan bagaimana manusia harus menghormati hak

orang lain termasuk dalam pendidikan.

4. Pembelajaran PAI

Dimyati & Mudjiono (1997: 157), Pembelajaran adalah proses

yang diselenggarakan oleh guru untuk pembelajaran siswa dalam belajar

bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan, dan

sikap. Pemaparan Pendidikan Agama Islam menurut Ahmadi (1992: 30)

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati sehingga mengimani, bertaqwa dan

berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya

kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman, dibarengi tuntutan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional.

Page 35: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

17

Menurut Tafsir (2004: 5), Pembelajaran Agama Islam adalah

upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong

belajar dan tertarik untuk menerus mempelajari agama Islam baik untuk

kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar, maupun

mempelajari Islam sebagai pengetahuan. Jadi pembelajaran PAI yang

dimaksud penulis dalam skripsi ini adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan dengan sadar terhadap seseorang, baik perkembangan jasmani

maupun rohani berdasarkan ajaran-ajaran Islam, agar kelak setelah

memperoleh pembelajaran PAI, siswa-siswi tersebut dapat memahami

dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta terbentuknya kepribadian

muslim yang memiliki sikap dan perbuatan berdasarkan nilai-nilai Islam

serta sebagai way of life.

5. Yayasan Attarbiyyah Addiniyyah Seangprathip Wittaya Mulniti School

Yayasan Attarbiyyah Addiniyyah Nat Kudum Pattani merupakan

sebuah yayasan atau lembaga sekolah yang mencetak pendidik agama Islam

di daerah Nat Kudum, Pattani. Yayasan ini berdiri pada tahun 1945 M/1366.

Didirikan oleh syaekh Ibrahim Nik Heng (Ibrahim bin Abdurrahman) dan

putranya yaitu Ismail bin Ibrahim bin Abdurrahman.

Dalam yayasan ini bertujuan untuk menegakkan kembali syiar

kebaikan Islam dan mencegah dengan kemungkaran. Karena setiap sebaik-

baik umat adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Dan menyebarkan

dakwah keIslaman yang berdasarkan madzhab-madzhab bathil. Tujuan

utama sekolah ini yaitu mencetak kader-kader pendidik yang kelak

dibutuhkan untuk masa depan.

Page 36: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

18

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Moleong menyatakan (1993: 3), Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dimaksud

penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data

deduktif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Adapun pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah

pendekatan penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Ibrahim, 1980: 64).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat, mengenai

faktor- faktor, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

2. Jenis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan

penelitian dan belum diolah atau dengan pengertian lain suatu hal yang

dianggap atau diketahui. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua :

a. Data kualitatif

Yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal, bukan dalam

bentuk angka-angka inilah yang menjadi data primer (utama) dalam

penelitian ini.

Page 37: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

19

b. Data kuantitatif

Yaitu data yang berbentuk angka statistik dalam penelitian ini data

statistik hanya bersifat data pelengkap, dikarenakan penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif.

3. Sumber Data

Menurut sumber data dalam penelitian ini, data dibedakan

menjadi dua macam, yaitu :

a. Sumber data primer

Yaitu data yang diperoleh peneliti secara mentah dari sumber data

dan masih memerlukan analisis lebih lanjut (Subagyo, 2004: 87)

.Jenis data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari

sumber data melalui wawancara, observasi atau dengan cara lainnya.

b. Data sekunder

Jenis data yang diperoleh atau berasal dari bahan-bahan

kepustakaan (Arikunto, 2004: 107). Data ini berupa dokumen, buku,

majalah, jurnal, dan yang lainnya yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang

bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data,

sebagai berikut :

Page 38: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

20

a. Metode observasi

Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik tentang fenomena-fenomena yang diselidiki, baik

secara langsung maupun tidak langsung (Hadi, 2001: 136). Menurut

Marshall (1990) menyatakan bahwa metode observasi adalah

“Trough observasion the researcher learn about behavior and the

meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti

belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Adapun

observasi yang dilakukan peneliti termasuk dalam jenis observasi

partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-

hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data

penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data.

b. Metode wawancara (interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam hal ini

penulis melakukan wawancara dengan pihak terkait.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis interview bebas

terpimpin dan instrumen yang digunakan dalam interview ini adalah

pedoman wawancara. Interview dalam penelitian ini, peneliti

lakukan baik secara formal maupun secara nonformal.

Page 39: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

21

Interview secara formal peneliti lakukan dengan cara peneliti

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kepala sekolah, guru dan

bagian tata usaha. Sedangkan interview nonformal peneliti lakukan

sesama peneliti melakukan penelitian bertanya melalui berbagai

pihak dari pegawai, guru-guru dan siswa-siswi. Adapun wawancara

yang dilakukan dalam penelitian ini, meliputi :

1) Wawancara kepala sekolah tentang sejarah, profil, visi dan misi

Seangprathip Wittaya Mulniti School, keadaan guru, karyawan,

siswa, sarana dan prasarana.

2) Wawancara dengan waka kurikulum tentang pengembangan

kurikulum dan tentang pelaksanaan pembelajaran PAI dengan

konsep humanisme religius.

3) Wawancara dengan guru PAI tentang proses pembelajaran PAI

dengan menggunakan konsep humanisme religius.

4) Wawancara kepada tata usaha tentang keadaan siswa dan guru

Seangprathip Wittaya Mulniti School, Nongchik, Pattani.

c. Metode dokumentasi

Yakni mengumpulkan data-data melalui pengamatan dan

pencatatan dengan sistematik tentang fenomena-fenomena yang

diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung (Sugiyono,

2007: 308).

Page 40: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

22

G. Teknik Analisa Data

Analisa data menurut Moleong (1993: 30) adalah proses

pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola atau kategori dan

uraian satuan dasar sehingga lebih mudah untuk dibaca dan

diinterprestasikan. Analisis data bertujuan untuk menelaah data secara

sistematika yang diperoleh dari berbagai tehnik pengumpulan data yang

antara lain; observasi, metode wawancara, dan dokumentasi. Setelah data

terkumpul tahap selanjutnya adalah data diklasifikasikan sesuai dengan

kerangka penelitian kualitatif deskriptif yang berupaya menggambarkan

kondisi latar belakang penelitian secara menyeluruh dan data tersebut ditarik

suatu temuan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan dua strategi analisis data

yang sering digunakan bersama-sama atau terpisah, strategi analisis data yang

sering digunakan bersama-sama atau terpisah, strategi tersebut yaitu analisis

deskriptif kualitatif dan analisis verifikasi kualitatif (Buangin, 2003: 83).

Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif ini berupa kata-kata atau paragraf yang dinyatakan dalam

bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai peristiwa-peristiwa nyata

yang terjadi dalam lokasi penelitian.

Dalam analisis data penelitian ini penulis memberikan gambaran

secara menyeluruh tentang pembelajaran PAI yang ada di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik, Pattani. Adapun langkah-langkah teknik

analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini, peneliti berpijak pada

Page 41: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

23

pendapatnya Miles, Hubermen dan Yin yang ditulis oleh Suprayogo (2001:

197) dalam bukunya yang berjudul metodologi penelitian sosial agama antara

lain :

1. Pengumpulan data kegiatan analisis data selama pengumpulan data

dimulai setelah peneliti memahami fenomena-fenomena yang sedang

diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis.

2. Reduksi data yaitu, proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, tranformasi data kasar yang muncul dari

catatan lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk

uraian atau laporan terinci, data tersebut dalam bentuk laporan perlu

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal

yang penting dan dicari tema atau polanya. Data yang direduksi

memberikan gambaran yang lebih jelas tentang hasil pengamatan juga

mempermudah peneliti mencari kembali data yang diperoleh jika

diperlukan.

3. Display data yaitu, rakitan kalimat yang disusun secara logis dan

sistematis atau menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberikan kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami tentang

berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk membuat

analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu upaya untuk berusaha

mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data penelitian

Page 42: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

24

yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta menverifikasi data

tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini penulis mengungkapkan isi

pembahasan skripsi secara negatif, sistematis dan logis mulai dari bab

pertama sampai dengan bab terakhir, dengan tujuan agar penelitian ini dapat

dipahami secara utuh dan berkesinambungan. Adapun sistematika

pembahasan penelitian ini sebagai berikut.

Bab I, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan

sistematika pembahasan.

Bab II, merupakan bab yang membahas tentang kajian teoritis yang

memaparkan tentang konsep humanisme religius ditinjau secara umum

tentang pendekatannya secara filosofis, dan tentang pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

Bab III, merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian lapangan

yang meliputi gambaran umum tentang objek penelitian, penyajian data

tentang implementasi, konsep humanisme dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik, Pattani dan

analisa data.

Bab IV, merupakan bab yang membahas tentang analisis implementasi

pendidikan humanis pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di

Seangprathip Wittaya Mulniti School.

Page 43: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

25

Bab V, merupakan bab penutup yang berisi simpulan dan saran dari

hasil penelitian.

Daftar pustaka

Lampiran

Page 44: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

26

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep tentang Humanisme

1. Latar Belakang Humanisme

Arti istilah “humanisme” lebih mudah dipahami kalau ditinjau dari

sisi historis dan sisi aliran-aliran di dalam filsafat. Dari sisi pertama,

humanisme berarti suatu gerakan intelektual dan kesusastraan yang

pertama kali muncul di Italia pada paruh kedua abad ke-14 Masehi. Pada

gerakan ini bisa dikatakan sebagai motor penggerak kebudayaan modern.

Humanisme sebagai suatu gerakan intelektual dan kesusastraan,

pada prinsipnya merupakan aspek dasar dari gerakan renaisans abad ke-14

sampai ke-16 M. Gerakan yang berawal di Italia ini kemudian menyebar

ke segenap penjuru Eropa, dimaksudkan untuk membangunkan umat

manusia dari tidur panjang abad pertengahan, yaitu dikuasai oleh dogma-

dogma agamis gerejani. Abad pertengahan adalah abad dimana otonomi

kreativitas, kemerdekaan berpikir manusia dibelenggu oleh kekuasaan

gereja. Abad ini sering disebut “abad kegelapan” karena cahaya akal budi

manusia tertutup kabut dogma-dogma gereja. Kuasa manusia dipatahkan

oleh pandangan gereja yang menganggap bahwa hidup manusia telah

digariskan oleh kekuatan-kekuatan Ilahi, dan akal budi manusia tidak akan

pernah sampai pada misteri dari kekuatan-kekuatan itu. Pikiran-pikiran

manusia yang menyimpang dari dogma-dogma tersebut adalah pikiran-

pikiran sesat dan karenanya harus dicegah dan dikendalikan.

Page 45: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

27

Dalam zaman seperti itulah, gerakan humanisme muncul. Gerakan

kaum humanis ini bertujuan untuk melepaskan diri dari belenggu dari

kekuasaan gereja dan membebaskan akal budi dari kungkungannya yang

mengikat, melalui pendidikan liberal, mereka mengajarkan bahwa manusia

pada prinsipnya adalah makhluk bebas dan berkuasa penuh atas

eksistensinya sendiri dan masa depannya. Istilah “humanisme” sendiri

berasal dari kata Latin “humanitas” (pendidikan manusia) dan dalam

bahasa Yunani disebut paideia, yaitu pendidikan yang didukung oleh

manusia-manusia yang hendak menempatkan seni liberal sebagai materi

atau sarana utamanya. Karena alasan seni liberal inilah yang menjadi

sarana terpenting dalam dunia pendidikan pada waktu itu (retorika,

sejarah, etika dan politik) adalah kenyataan bahwa hanya dengan seni

liberal, manusia akan tergugah untuk menjadi manusia, menjadi makhluk

bebas yang tidak terkungkung oleh kekuatan-kekuatan dari luar dirinya

(Zainal Abidin, 2006: 41).

Seperti apa yang diungkapkan oleh Paulo Friere, seorang pakar

pendidikan dari Brazil, telah berhasil melihat fenomena pendidikan dalam

karyanya yang terkenal “Pendidikan Kaum Tertindas”. Menurut Friere

bahwasannya pendidikan yang dimulai dengan kepentingan egoistis kaum

penindas dan menjadikan kaum tertindas sebagai objek humanitarianisme,

mereka justru memprahaturkan dan menjelmakan penindas itu sendiri.

(Friere, 1991: 26).

Page 46: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

28

Dari sisi yang kedua, humanisme sering diartikan sebagai paham di

dalam filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia

sedemikian rupa, sehingga manusia menempati posisi yang sentral dan

penting, baik dalam perancangan teoritis-filsafat maupun dalam praktis

hidup sehari-hari. Dalam arti ini manusia dipandang sebagai ukuran bagi

setiap penilaian dan refrensi utama dari setiap kejadian di alam semesta

ini. Salah satu asumsi yang melandasi pandangan filsafat ini adalah bahwa

manusia padaprinsipnya merupakan pusat dari realitas. Berbeda dengan

pandangan filsafat yang berkembang pada abad pertengahan, pada

humanis berpegang teguh pada pendirian, bahwa manusia pada hakikatnya

bukan sebagai viator mund i(peziarah di muka bumi), melainkan sebagai

vaber mundi (pekerja ataupencipta dunianya). Oleh sebab itu segala

ukuran penilaian dan referensi akhir dari semua kejadian manusiawi

dikembalikan lagi kepada manusia itu sendiri, bukan kepada kekuatan-

kekuatan di luar manusia (kekuatan Tuhan atau kekuatan alam misalnya).

Secara garis besar dua sisi dari humanisme tersebut

mendeskripsikan hubungannya dengan humanisasi yang berlangsung di

dalam ilmu-ilmu yang wujud kongkretnya tampak pada ilmu-ilmu sosial

humanistik. Dalam kerangka operasionalnya, pendidikan Islam, juga

pendidikan jenis lain pada umumnya, seringkali hanya menjadi suatu

kegiatan menabung.

Friere (1991: 50) mengatakan dalam bukunya Pendidikan Kaum

Tertindas, para murid menjadi celengan dan guru menjadi penabungnya.

Page 47: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

29

Dan yang terjadi bukanlah proses komunikasi, akan tetapi guru

menyampaikan pernyataan-pernyataan dan mengisi tabungan yang

diterima dan dituangkan dengan patuh oleh para muridnya. Aktivitas

pendidikan hanya sekedar sebuah mekanisme otomatik dan lebih bersifat

formalistik belaka. Pada pola pendidikan semacam ini nilai kreativitas dan

progresivitas individu menjadi sangat terpasung.

Dalam konsep pendidikan gaya bank demikian, pengetahuan

adalah sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap

dirinya lebih berpengetahuan, kepada mereka yang diangap tidak memiliki

pengetahuan. “Education is transfer a certain knowledge from teachers

totheir students” dalam kata lain bahwasannya pendidikan hanyalah

memindahkan ilmu dari otak (yang satu) ke otak yang lain. Untuk itu

dengan adanya konsep humanisme, kebebasan berfikir merupakan tema

terpenting dari pendidikan humanis. Akan tetapi kebebasan yang

dimaksudkan bukan kebebasan yang absolut, atau kebebasan sebagaian

antitesis dari deferminisme abad pertengahan. Kebebasan yang mereka

perjuangkan adalah kebebasan yang berkarakter manusiawi, kebebasan

manusia dalam batas-batas alam, sejarah dan masyarakat.

Dengan demikian, bahwa humanisme dalam arti yang kedua yang

telah dijelaskan di atas merupakan salah satu paham di dalam aliran-aliran

filsafat yang hendak menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia serta

menjadikan manusia sebagai ukuran dari segenap penilaian, kejadian dan

gejala di atas muka bumi ini. Dengan kata lain, manusia merupakan pusat

Page 48: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

30

kontrol dari realitas. Realitas manusia adalah hak milik manusia sehingga

setiap kejadian, gejala dan penilaian apapun harus dikaitkan dengan

keberadaan, kepentingan atau kebutuhan manusia.

Abidin (2001: 42) memaparkan, manusia adalah pusat realitas,

sehingga segala sesuatu yang terdapat di dalam realitas harus

dikembalikan lagi pada manusia. Dengan demikian tidak dapat dibenarkan

adanya penilaian atau interpretasi tentang kejadian atau gejala manusiawi

yang menempatkan manusia sebagai entitas-entitas marjinal atau

pinggiran.

2. Definisi Humanisme

Humanis berasal dari kata Human (Echols, 1998: 326) (Inggris)

yang berarti manusiawi. Menurut Budiona, dalam Kamus Ilmiah Populer

Internasional, menyebutkan bahwa Human berarti mengenai manusia, cara

manusia, sedangkan humanis sendiri berarti seorang yang human,

penganut ajaran huminisme. Sedangkan Budiono (2005: 228)

memaparkan, humanisme sendiri adalah suatu doktrin yang menekankan

kepentingan kemanusiaan dan ideal (humanisme di zaman Renaissan

didasarkan atas peradaban Yunani purba. Sedangkan humanisme modern

menempatkan manusia secara eksklusif). Sedangkan dalam kamus besar

Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa human: bersifat manusiawi, (seperti

manusia yang dibedakan dengan binatang, jin, dan malaikat)

berperikemanusiaan, baik budi, budi luhur dan sebagainya.

Page 49: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

31

Humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan

terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas

kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia (1), penganut

paham yang menganggap manusia sebagai obyek terpenting (2), penganut

paham humanisme (3) (KBBI, 1994: 361).

Dari sana dapat ditarik bahwa pendidikan humanis adalah proses

pendidikan penganut aliran humanisme, yang berarti proses pendidikan

yang menempatkan seseorang sebagai salah satu objek terpenting dalam

pendidikan. Namun, kata obyek di sini bukan berarti sebagai penderita,

melainkan menempatkan manusia sebagai salah satu subyek (pelaku) yang

sebenarnya dalam pendidikan itu sendiri. Hal itu seperti yang dicita-

citakan oleh Freire bahwa manusia adalah pelaku dalam pendidikan.

Pendidikan humanis berarti pendidikan yang didalamnya selalu

mengutamakan kepentingan manusia sebagai seseorang yang senantiasa

harus mendapatkan segala haknya sebagai manusia yang merdeka. Hak

yang dimaksud adalah hak untuk dihargai sebagai manusia yang

mempunyai potensi, hak untuk dihormati, hak untuk diperlakukan sebagai

manusia yang merdeka.

Dari uraian di atas jelas bahwa sesungguhnya manusia memegang

peranan penting dalam kehidupannya. Dalam hal itu, manusia merupakan

pemegang kebebasannya dalam melakukan sesuatu yang terbaik bagi

dirinya saat ini, dan juga bagi masa depannya yang akan datang. Sehingga

bisa dikatakan bahwa kedudukan manusia dalam dunia ini sangatlah

Page 50: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

32

tinggi, karena dibekali dengan potensi-potensi kebebasan dalam

melakukan hal terbaik bagi dirinya.

Manusia merupakan makhluk yang multidimensi bukan saja karena

manusia sebagai subyek yang secara teologis memiliki potensi untuk

mengembangkan pola kehidupan,

يعا آ ه إن ف ذلكآليات ل م وسخر لك آا ف الس اوات وآا ف األرض ج ي فكرون

Artinya:“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa

yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat

tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Q.S.

Al-Jatsiyah, 45: 13)

Tetapi juga sekaligus menjadi obyek dalam keseluruhan macam

dan bentuk aktivitas dan kreativitasnya. Dengan demikian, bentuk dan

sistem aspek-aspek kehidupan senantiasa harus dikonstruksi di atas

konsepsi manusia itu sendiri, sehingga diskursus mengenai ma nusia

menjadi menarik tidak saja karena keunikan makhluk, akan tetapi juga

karena kompleksitas daya yang memilikinya sangat luar biasa.

Bagi sebagian orang, pendidikan seringkali dicerna sebagai suatu

kegiatan pengisian otak dengan pengetahuan-pengetahuan tertentu tersebut

diyakini akan menghasilkan keterampilan-keterampilan tertentu pula

seseorang akan dikatakan berpendidikan apabila dia memiliki potensi

kognitif yang dikontrol oleh institusi-institusi yang menyelenggarakannya.

Seorang guru profesional memiliki kemampuan kognisi dari lembaga

dimana dia melakukan proses belajar (pendidikan). Seorang dokter,

Page 51: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

33

tentara, bankir, bahkan seorang pelukis memperoleh kemampuan dari

institusi pendidikannya masing-masing. Itulah kesan yang sering muncul

dari kebanyakan kaum awam saat mereka berbicara mengenai pendidikan.

Proses pemikiran yang demikian dapat mempengaruhi minat dan

motivasi, baik secara internal maupun eksternal, untuk memiliki kesadaran

berpendidikan. Bagi mereka yang terlalu berpegang pada doktrin ini

apabila tidak memiliki kemampuan untuk memasuki lembaga-lembaga

pendidikan tertentu maka pintu pendidikan sudah tertutup selamanya bagi

mereka padahal pendidikan bukan hanya sekedar proses transformasi

pengetahuan saja.

Pendidikan adalah suatu proses penyampaian nilai dengan lingkup

yang sangat luas. Pendidikan adalah bagaimana manusia dapat

melaksanakan hidup dan kehidupan. Oleh karena itu, sejalan dengan ini,

Prof. Lodge pernah mengatakan bahwa hidup adalah pendidikan dan

pendidikan adalah hidup itu sendiri (Tim Dosen IKIP Malang, 1988: 5).

Manusia sebagai makhluk multidimensional yang memiliki potensi dasar

yang bisa dikembangkan, sehingga manusia dinamakan makhluk

pedagogik. Makhluk pedagogik adalah makhluk yang dapat dididik

sekaligus makhluk yang memiliki kemampuan untuk melaksanakan

aktivitas pendidikan.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadisnya yang

diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah: “Tidak seorangpun

dilahirkan kecuali mempunyai fitrah, maka kedua orangtuanya yang

Page 52: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

34

menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (HR. Muslim).(Syeikh

Manshur Ali Nashif, 1961 M – 1381 H: 36)

Hadist di atas memberikan penjelasan bahwa seorang manusia lahir

dalam keadaan fitrah, yakni dibekali naluri keagamaan tauhid. Tidak

seorangpun bayi yang lahir ke dunia membawa dosa asal. Fitrah manusia

merupakan potensi dasar yang baik yang perlu diasah dan dikembangkan.

Kegiatan mengasah dan mengembangkan fitrah melalui proses

transformasi nilai itu berlangsung dari generasi tua kepada generasi yang

lebih muda.

Dalam terminologi yang praktis, hal itu dinamakan pendidikan

dalam makna yang luas. Firman Allah SWT :

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan dari memberi kamu

pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”

(Q.S. Al-Nahl, 16: 78).

Dalam pernyataan Al-Qur‟an di atas, dapat dibingkai sebuah

pengertian bahwa manusia dilahirkan dengan membawa potensi yang bisa

dikembangkan (fitrah) seperti dalam hadist yang telah dijelaskan di atas

yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah di muka “dan manusia

dilahirkan dengan tidak membawa pengetahuan apapun”. Namun

demikian, manusia dibekali alat untuk mencapai pengetahuan seperti indra

pendengaran, penglihatan, dan hati (Makin, 2007: 105-107).

Page 53: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

35

Menurut filsafat humanisme Syari‟ati (1992: 59) bahwasannya,

beliau mengartikan humanisme sebagai aliran filsafat yang menyatakan

bahwa tujuan pokok yang dimilikinya adalah untuk keselamatan dan

kesempurnaan manusia. Humanisme memandang manusia sebagai

makhluk yang mulia, dan prinsip-prinsip yang didasarkannya didasarkan

atas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok yang bisa membentuk

species manusia.

Pendidikan yang di dalamnya mengandung unsur manusia, baik

sebagai pelaku atau objek, dengan demikian tidak terpisahkan dari

orientasi humanistik. Sejauhmana humanisme itu berperan dalam

pendidikan, adalah tergantung dari persepsi para pendidik itu sendiri

tentang manusia (human). Ada sebagian para ahli mengatakan

bahwasannya watak manusia itu “berkembang” sesuai dengan

perkembangan pribadi dan lingkungan yang melingkupinya. Hal itulah

yang mengindikasikan bahwa sifat dan pembawaan, termasuk di

didalamnya watak dan insting pada anak-anak itu berbeda-beda. Karena

itu dapat dikatakan bahwa kewajiban seorang pendidik bila hendak

memilihkan bidang pekerjaan buat seorang anak, meneliti terlebih dahulu

sifat-sifatnya dan menguji kepintarannya kemudian dipilihkan jurusan

pekerjaan yang sesuai. Perbedaan sifat pembawaan, watak dan insting

manusia tidak dapat dipisahkan dari pengaruh lingkungannya. Dengan

pengaruh itu seluruh kondisi batin di atas dapat berkembang, bisa menjadi

baik, bisa pula sebaliknya, menjadi buruk. Sabda Rasulullah :“Lingkungan

Page 54: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

36

mempengaruhi hidup manusia mempunyai dampak atau pengaruh

didalam kehidupan dan perjalanannya dan berpengaruh di dalam

akhlaknya maka jika ada kebaikan yang dapat memotifasi maka

dampaknya akan baik, dan jika ada kejelekan atau kesesatan tidak akan

ditemukan perbuatan yang dapat memotivasi dan dampaknya akan

buruk”.

Dengan demikian, lingkungan dimana manusia itu berada

berpengaruh besar bagi hidup dan perkembangan kehidupannya, mampu

membentuk watak, kebiasaan, dan kecenderungan-kecenderungannya. Jika

lingkungannya baik, dapat memotivasi untuk mendatangkan pengaruh

yang baik, sebaliknya, jika lingkungannya buruk, tak seorang (ulama‟) pun

mampu membendung atau membantu akses buruknya. Sebenarnya

manusia itu lahir dalam keadaan fitrah yaitu pembawaan asal untuk siap

menerima agama Islam. Kemudian lingkungannya mempengaruhinya

untuk menjadi baik atau buruk. Untuk mengendalikan dan mengarahkan

pengaruh tersebut, pendidikan berperan aktif.

Menurut pendapat Al-Ghazali bahwasannya sejak kecil anak itu

dapat menerima pengaruh baik atau buruk dari lingkungannya. Padahal di

usia tersebut, anak tidak mampu membedakan antara baik dan buruk.

Pendidikan orang tua, sebagai pihak pertama yang berinteraksi dengan

anak, akan mampu mengendalikan dan mengarahkan pengaruh misieu.

Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tiap anak dilahirkan dalam keadaan

Page 55: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

37

fitrah kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi

Yahudi, Nasrani atau Majusi”.(Assegaf dan Suyadi, 2008: 38-40)

Dari uraian di atas bahwasannya watak manusia itu berkembang.

Yang membedakan adalah konsep fitrah itu sendiri. Fitrah adalah

pembawaan manusia yang tetap. Semua orang yang dilahirkan dengan

pembawaan asal berupa fitrah tersebut, seumur hidupnya manusia

memilikinya tidak ada perubahan dalam fitrah Allah yang dikaruniakan

kepada hambanya.

Oleh karena itu usaha-usaha pendidikan (tarbiyah) bagi manusia

menjadi suatu kebutuhan pokok guna menunjang pelaksanaan amanat

yang dilimpahkan Allah kepadanya. Ini merupakan kebutuhan manusia

terhadap pendidikan yang bersifat individual. Kalau diamati keadaan bayi

pada saat dilahirkan, dapat disaksikan bahwa mereka dalam keadaan

yang sangat lemah, tidak berdaya. Hampir semua hidupnya tergantung

pada orang tuanya. Mereka sangat memerlukan pertolongan dan bantuan

orang tuanya dalam segala hal.

Demikian pula, jika dia tidak diberi bimbingan atau pengetahuan,

baik jasmaniah maupun ruhaniah berupa pendidikan intelek, susila, sosial

agama, dan sebagainya. Maka anak tersebut tidak akan dapat berbuat

sesuatu secara maksimal. Dari sini jelaslah bahwa manusia dalam rangka

melaksanakan tugas kehidupannya sangat membutuhkan apa yang

disebut pendidikan, dengan demikian pendidikan menjadi kebutuhan

pokok bagi manusia. Jadi manusia memerlukan pendidikan. Filsafat

Page 56: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

38

humanisme menurut George R. Knight, bahwasannya humanisme

merupakan perkembangan dari progresivisme. Fokus perhatian

humanisme adalah kepada manusia (human). Aspek manusia inilah yang

mesti ada dalam pendidikan. Artinya, humanisme merupakan refleksi

timbal balik antara kepentingan individu dengan masyarakat. Karenanya

pendidikan harus diselenggarakan dengan memusatkan perhatian

keduanya. Kemudian, mengingat masyarakat itu selalu berkembang dan

berubah, nilai-nilai yang dianggap baik dan buruk bagi individu juga

mengalami perkembangan dan perubahan. Bila nilai-nilai tendensi dan

input dipandang baik oleh masyarakat, maka nilai- nilai tendensi dan

input dipandang sebagai sifat-sifat manusia yang baik pula. Sehubungan

dengan itu John Dewey mengatakan:

“Setiap tendens dan impuls yang ada pada manusia tiadalah

mempunyai suatu arti apa-apa. Jadi tiadalah berakibat baik ataupun

buruk terhadap masyarakat. Tendens atau input ini baru mempunyai

arti bila ia memberikan akibat di dalam keadaan tertentu. Ia hanya

dapat memberikan akibat itu bila ia dipengaruhi ataupun dipaksakan

oleh faktor-faktor luar, yaitu faktor-faktor dari kebudayaan. Bila

akibat ini yaitu sesuatu hasil perbanyakan antara tendens tadi dengan

faktor-faktor luar dianggap baik oleh masyarakat, maka tendens tadi

orang pandang sebagai sifat-sifat manusia yang baik. Bila akibat itu

dianggap merugikan masyarakat maka tendens tadipun dianggap

sebagai suatu sifat manusia yang buruk”(Assegaf dan Suyadi, 2008:

54-55).

Jadi ukuran baik dan buruk, sebagaimana dapat disimpulkan

bahwasannya hasil perbuatan manusia dan masyarakat. Jelas hal ini

mengacu pada sosio-antroposentris. Meskipun demikian, diakuinya

bahwa disamping sifat-sifat manusia itu mengalami perkembangan dan

perubahan, ada beberapa faktor dimana sifat manusia itu mengalami

Page 57: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

39

perkembangan dan perubahan. Ada beberapa faktor dimana sifat manusia

itu tetap tidak berubah. Tetapi karena akibat-akibat yang ditimbulkannya

dibawah pengaruh-pengaruh dan tekanan-tekanan elemen kebudayaan,

kemudian juga mempengaruhi kembali setiap elemen-elemen dari sifat

manusia itu, maka bentuk dan susunannya juga senantiasa berubah-ubah.

Perkaitan dengan sifat-sifat manusia itu mengalami perkembangan dan

perubahan-perubahan. Ada beberapa faktor dimana sifat-sifat manusia

akan mengalami perubahan karena adanya pengaruh dan tekanan dari

elemen kebudayaan. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu

sistem sekaligus proses bermaksud membina, mengembangkan, dan

mengarahkan potensi dasar insaniah (jasmaniah-ruhaniah). Berdasarkan

nilai- nilai normatif (ajaran) Islam. Karena Islam sendiri memandang

manusia sebagai suatu kesatuan integral antara jasmaniah dan ruhaniah,

pendidikan Islam pada hakikatnya ingin mengembangkan dan

mengarahkan kedua dimensi tersebut secara seimbang.

Manusia tercipta dalam keadaan yang belum selesai. Keberadaan-

keberadaan jiwa dan raga, jasmaniah dan ruhaniah, masing-masing akan

terus mengalami perubahan (evolusi), yang mengalami perubahan secara

perlahan dan bertahap. Perubahan tersebut dalam terminologi psikologi

perkembangan (developmental psychologi) disebut pertumbuhan dan

perkembangan.

Pertumbuhan berkaitan erat dengan perubahan secara fisiologis

sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik dan mekarnya

Page 58: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

40

segala daya dari dalam yang berlangsung secara wajar pada diri anak

(Affifudin dkk, 1988: 53).Sedangkan perkembangan merupakan suatu

perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi

psikis dan fisis. Pada diri anak yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan

proses belajar.

Dari pemahaman tersebut, yang perlu dicari adalah akan seperti

apa eksistensi manusia dalam suatu proses kependidikan Islam, pada

hakekatnya merupakan usaha untuk membantu mengembangkan kedua

unsur (jasmaniah dan ruhaniah) secara seimbang dan harmonis menuju

tujuan kematangan menurut ajaran Islam. Berhubung pendidikan

merupakan bagian dari hidup, maka tujuan hidup manusia pada dasarnya

merupakan tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi, dalam menciptakan

kondisi pendidikan yang bertujuan sakral-transendental, yakni

memanusiakan manusia, secara filosofis perlu melihat tujuan hidup

manusia, terlebih melalui paradigma Qur‟ani.

Dalam Al-Qur‟an disebutkan, bahwa tujuan hidup manusia

diantaranya adalah untuk menyembah Allah,

وآا ل ااي واان إال لي عبدون Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Al-Dzariyat, 51: 56)

Beribadah supaya menjadi orang yang takwa,

يا ي ها ال اس اعبدوا ر ك ال ل ك وال يي آي ق بلك لعلك ا ن Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu

dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

(Q.S. Al-Baqarah, 2: 21)

Page 59: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

41

Dan menjalankan agama yang lurus,

يي فاء وي ي ا الصالة وي ؤا ا الز اة وآا آروا إال لي عبدوا الله ملصني له الد وذلك يي ال ي

Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah

Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam

(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka

mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian

itulah agama yang lurus.” (Q.S. Al-Bayyinah, 98: 5)

Lebih transparan lagi, Al-Qur‟an menjelaskan tentang tujuan hidup

manusia dalam ayat berikut ini :

ن يا و سي ا ار اآل رة وال ا نصيبك آي الد وا غ في ا ااك الله الد سي الله إليك وال ا بغ الفسا ف األرض إن الله ال ال فسديي

Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bagianmu dari „kenikmatan‟ duniawi dan berbuat baiklah

(kepada orang lain), sebagaimana Allah telah berbuat baik

kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di „muka‟

bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

berbuat kerusakan”. (Q.S. Al-Qashash, 28: 77).

Itulah tujuan hidup manusia dalam perspektif Islam yang sekaligus

menjadi tujuan ideal pendidikan Islam. Secara lebih detail, dapat

dideskripsikan bahwa tujuan hidup manusia adalah mencari kebahagiaan

duniawi-ukhrowi dengan mempertajam kesalehan sosial lewat amr

(perintah) berbuat baik kepada orang lain, dan mengembangkan sense of

belonging (rasa ikut memiliki) melalui larangan berbuat kerusakan dalam

bentuk apapun. Dengan demikian berangkat dari pemahaman seperti

itulah proses pendidikan Islam yang benar-benar memanusiakan manusia

akan terwujud. Hal ini memberi pengertian bahwa 2 kepentingan

manusia (duniawi-ukhrowi, jasmani-ruhani) harus dianggap dan dipenuhi

Page 60: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

42

melalui proses kependidikan Islam. Lalu proses pendidikan yang

bagaimana yang dinamakan proses pendidikan yang memanusiakan

manusia? Proses pendidikan yang dimaksud adalah proses membimbing,

mengembangkan, dan mengarahkan potensi dasar manusia baik jasmani

maupun rohani secara seimbang dengan menghormati nilai-nilai

humanistik yang lain.

Kegiatan pendidikan dilakukan untuk mengisi otak dengan

berbagai pengetahuan yang bersifat kognitif, dan juga mengisi hati agar

bisa memperteguh potensi manusia (peserta didik) untuk menjadi

mandiri. Proses pendidikan yang hanya mementingkan salah satu dari

dua dimensi tersebut merupakan proses pendidikan yang angkuh dan itu

tidak sesuai dengan nilai-nilai humanistik. Proses pendidikan dengan

pemberian pengetahuan dapat berbentuk penyampaian materi pelajaran di

kelas, sekolah atau dimanapun. Pengisian hati bisa berupa pendidikan

yang bermuatan normatif religius dengan memberikan kebebasan yang

proporsional sebagai upaya ekselerasi (pencapaian pematangan

humanisasi).

I. Tujuan Konsep Humanisme

Humanisme religius adalah sebuah konsep keagamaan yang

memanusiakan manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap

memperhatikan tanggungjawab hablum minallah dan hablum minannas.

Konsep ini jika diimplementasikan dalam praktek dunia pendidikan

Islamakan berfokus pada akal sehat (common sense), menuju

Page 61: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

43

kemandirian (individualisme), tanggung jawab (responsibility),

pengetahuan yang tinggi (thirs for knowledge), menghargai masyarakat

(pluralisme), kontektualisme, yang lebih mementingkan fungsi daripada

simbol, dan keseimbangan antara reward dan punisment (Mas‟ud, 2002:

193).

a. Akal sehat (common sense)

Manusia adalah makhluk yang mulia, makhluk yang berbudaya.

Manusia adalah makhluk pedagogik dan juga sebagai kholifah Allah di

muka bumi. Dalam memanfaatkan akal sehat secara proporsional, dalam

Islam, al-alim lebih utama dari al-‟abid, yang notabene dibedakan dari

akal sehatnya. Dalam firman Allah dijelaskan bahwasannya orang-orang

yang berilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah dengan beberapa

tingkatan.

ي رف الله ال يي آ ا آ ك وال يي وا ا العل رجات والله ا ا ع ل وب ري Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al- Mujadilah:

11).

Dalam ayat lain dijelaskan betapa pentingnya akal sehat dan

pendengaran. Oleh karena itu rugilah mereka yang tidak mengembangkan

kemampuan akal sehat dan pendengarannya sehingga dalam ayat itu

dikategorikan sebagai ashab al-sya‟ir (Mas‟ud, 2002: 159). Dengan

demikian jelaslah sudah di dalam konsep pendidikan humanisme religius

sangat ditekankan, karena dengan demikian dalam proses pembelajaran

ruang berfikir bagi peserta didik sangatlah luas untuk menganalisis hal-hal

Page 62: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

44

yang ada di sekitarnya (peserta didik/pendidik). Artinya hal-hal yang

berhubugan dengan daya fikir sangat diminati baik oleh guru ataupun oleh

peserta didik (murid).

b. Individualisme (kemandirian)

Pengembangan individu menjadi individu yang saleh, “insan kamil”

dengan berbagai keterampilan dan kemampuan serta mandiri adalah

sasaran utama pendidikan Islam. Mas‟ud (2002: 158) menyatakan,

individualisme dalam konsep Barat yang diwakili dalam sebuah syair

dalam bahasa Arab yang cukup populer yaitu : “Sesungguhnya seorang

pemuda adalah mengandalkan diri sendiri, bukanlah seorang yang

membanggakan ayahnya”.

Self-reliance atau kemandirian adalah tujuan utama dalam konsep

individualisme. Dalam Islam, individualisme bukanlah sebuah larangan.

Jika penekanannya pada kemandirian dan tanggung jawab pribadi, justru

menjadi seruan dalam Islam. Dalam surat Yasin disebutkan bahwasannya:

“Pada hari itu (kiamat) Allah akan menutup mulut mereka, dan berbicara

tangan mereka, kakinya akan menjadi saksi terhadap apa yang telah

mereka lakukan” (Q.S. 36: 35).

Bahwasannya semua anggota badan manusia akan dimintai

pertanggung jawabannya di depan sang pencipta, tentunya harus

ditafsirkan sebagai tugas pendidikan dalam mengembangkan tanggun

jawab, pribadi, sosial dan keagamaan individu (Mas‟ud, 2002: 114).

Page 63: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

45

Individualisme dalam Islam memang harus dikembangkan melalui pada

ajaran dasar kesalehan.

Kesalehan yang berangkat dari kesalehan pribadi kemudian

berkembang pada kesalehan sosial dan lingkungan. Dalam firman Allah:

“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, telah dijelaskan disana

mengandung nuansa responsibility(tanggung jawab). Oleh karena itu

berangkat dari tanggung jawab dan tugas mulia individu.

Dalam konsep individualisme Islam adalah pribadi yang beriman dan

bertakwa, dinamis, progresif, serta tanggap terhadap lingkungan,

perubahan dan perkembangan. Dengan demikian dalam konsep pendidikan

humanisme bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki

komitmen. Humaniter sejati yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran,

kebebasan, beriman dan bertakwa, dinamis, progresif serta tanggung jawab

terhadap lingkungan perubahan dan perkembangannya.

c. Pengetahuan yang tinggi (thirs for knowledge)

Islam adalah agama yang dengan jelas menempatkan ilmu pengetahuan

dalam posisi khusus. Allah akan mengangkat mereka yang beriman dan

yang berillmu diantara manusia pada posisi mulia.

Firman Allah Q.S. Al-Mujadalah : 11.

ي رف الله ال يي آ ا آ ك وال يي وا ا العل رجات والله ا ا ع ل ن ب ري Artinya“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Bahwasannya disana telah dijelaskan, Allah SWT menjanjikan kepada

orang-orang yang berilmu, derajat yang lebih tinggi dengan beberapa

Page 64: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

46

tingkatan. Berangkat dari konseptual bahwasannya manusia merupakan

makhluk pedagogik, makhluk yang sejak lahir membawa potensi dapat

dididik sekaligus mendidik. Oleh karena itu potensi dasar (fitrah) yang

insaniah, perlu dikembangkan serta sosialisasi dalam nilai-nilai

keterampilan.

Selain itu konsep humanisme religius manusia memang merupakan

makhluk “curious” yang senantiasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu perlu

diolah dan diterapkan dalam kebaikan.

d. Pendidikan pluralisme (menghargai orang lain)

Menurut Mas‟ud (2002: 167), sebagaimana yang telah dipahami

bersama, Islam sangat menghargai dan menghormati keberagaman dan

kebhinekaan. Salah satuajaran Islam akan musnalah jika kalian seragam.

Artinya dalam konsep pendidikan humanisme menghargai dan

menghormati adanya perbedaan yang ada di sekitarnya baik dari segi

sosial, ekonomi, budaya dan keagamaannya dengan tujuan ketika dalam

proses pembelajaran tercipta lingkungan yang kondusif, damai serta

mengajarkan kepada peserta didik untuk selalu menghargai pendapat orang

lain.

e. Kontektualisme lebih mementingkan fungsi dari pada simbol

Dalam realitas, sering dijumpai orang yang memiliki kualifikasi

keilmuan yang bagus. Namun tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi

berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya. Disisi lain, juga

melihat ada orang yang kualitas keilmuannya tidak begitu menakjubkan

Page 65: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

47

tetapi dalam riil kehidupannya mereka begitu tangkas menjawab

permasalahan hidupnya. Untuk itu dalam konsek kontektualisme yang

dimaksud dalam konsep humanisme religius ini merupakan konsep belajar

yang membantu seorang guru dalam mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupannya nyata sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Hasil belajar atau prestasi belajar peserta didik tidak hanya

dilihat dari tampilan kualitatif, melainkan lebih dilihat dari sisi kualitas

penguasaan dan aplikasinya dalam kehidupan yang nyata. Dengan adanya

konsep yang seperti itu, hasil pembelajaran bukan sekedar wacana

melangit, akan tetapi merupakan halyang harus membumi dan lebih

bermakna bagi peserta didik (siswa).

Dalam proses pembelajaran ini berlangsung secara alamiah (natural),

berupa kegiatan bekerja dan mengalami. Bukan hanya sebuah transfer

pengetahuan dari guru ke peserta didik (siswa).

Dalam kontek yang demikian, menurut Baharudin & Makin (2007: 210)

peserta didik perlu memahami apa sesungguhnya makna belajar itu bagi

peserta didik, serta dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.

Sehubungan dengan hal ini, peserta didik perlu memiliki komprehensif

mengenai tiga konsep yaitu : how to know (bagaimana mengetahui, how to

do (bagaimana mengerjakan atau melaksanakan), dan how to be

(bagaimana menjadi dirinya).

Page 66: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

48

Dengan demikian dalam konsep humanisme merupakan sebuah strategi

pembelajaran yang menghendaki keterkaitan antara pengetahuan dan

kehidupan nyata. Maka hal itu akan mempermudah peserta didik untuk

membuat sebuah formulasi atau batasan-batasan mengenai pengetahuan

yang dipelajari. Hal ini sangat relevan dengan prinsip pendekatan

kontektual yaitu : student learn best by antiviety contructing their own

understanding.

f. Keseimbangan antara reward dan punishment

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal adanya “hadiah” orang

yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah atau gaji, orang yang

menyelesaikan suatu program sekolah hadiahnya adalah ijazah, membuat

prestasi dalam satu bidang olah raga hadiahnya adalah medali atau uang.

tepuk tangan memberi salam pada dasarnya adalah suatu hadiah juga.

Pemberian hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh terhadap

tingkah laku seseorang yang menerimanya.

Demikian juga dengan hukuman (punishment) yang diberikan

seseorang karena telah mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas,

datang terlambat, menipu dan lain-lain yang pada dasarnya juga akan

berpengaruh terhadap tingkah laku orang yang menerima hukuman. Baik

pemberian hadiah maupun pemberian hukuman merupakan respon

seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Hanya saja dalam

pemberian hadiah (reward) merupakan respon yang positif, sedangkan

pada pemberian hukuman merupakan respon yang negatif.

Page 67: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

49

Namun kedua respon tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin

mengubah tingkah laku seseorang (anak didik). Respon positif bertujuan

agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi,dan

memberi) itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedangkan

respon negatif (punisment) bertujuan agar tingkah laku yang kurang itu

frekuensinya berkurang atau hilang pemberian respon yang demikian

dalam proses interaksi edukatif disebut “pemberian penguatan”.

Oleh karena itu dalam konsep pendidikan humanisme keseimbangan

antara punishment dan reward harus ditetapkan dalam proses belajar

mengajar. Karena hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan

hasil belajar siswa. Dengan kata lain, pengubahan tingkah laku siswa

(behavior modification) dapat dilakukan dengan pemberian penguatan.

Sedangkan tujuan dari pendidikan humanis adalah terciptanya satu

proses dan pola pendidikan yang senantiasa menempatkan manusia

sebagai manusia. Yaitu manusia yang memiliki segala potensi yang

dimilikinya, baik potensi yang berupa fisik, psikis, maupun spiritual, yang

perlu untuk mendapatkan bimbingan. Kemudian yang perlu menjadi

catatan adalah bahwa masing-masing potensi yang dimiliki oleh manusia

itu berbeda satu dengan yang lainnya. Dan semuanya itu perlu sikap arif

dalam memahami, dan saling menghormati serta selalu menempatkan

manusia yang bersangkutan sesuai dengan tempatnya masing-masing

adalah cara paling tepat untuk mewujudkan pendidikan humanis. (M.

Arifin, 2000: 133)

Page 68: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

50

Menurut Ali Ashraf, model pendidikan dengan model pendidikan

dengan tekanan pada transfer ilmu dan keahlian daripada pembangunan

moralitas akan memunculkan sikap individualis dan enggan menerima hal-

hal non observasional dan sikap menjauhi nilai-nilai ilahiyah yang

bernuansa kemanusiaan. Akibat model pendidikan ini akan menghasilkan

manusia mekanis yang mengabaikan penghargaan kemanusiaan.

Kenyataan ini akan menyebabkan kearifan, kecerdasan, spiritual, dan

kesadaran manusia terhadap lingkungan sosial dan alamnya menjadi gagal.

Untuk itu pendidikan harus mampu mengantarkan manusia menuju

kesempurnaan dan kelengkapan nilai kemanusiaan dalam arti yang

sesungguhnya sebagai suatusi sistem pemanusiaan manusia yang unik,

mandiri, dan kreatif. (Prayudi, Paradigma Pendidikan Islam”

http://www.education network.blogspot.com//03/paradigma-pendidikan-

Islam-humanis.html. tanggal 22 Agustus 2015).

Dalam hal ini Mas‟ud (2002: 134) memaparkan, tujuan akhir

pendidikan adalah proses pembentukan diri peserta didik (manusia) agar

sesuai dengan fitrah keberadaannya. Hal ini meniscayakan adanya

kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan terutama

peserta didik untuk mengembangkan diri dari potensi yang dimilikinya

secara maksimal (Bahridjamarah, 2005: 155). Apa yang menjadi tujuan di

atas, seakan semakin mengukuhkan bahwa pendidikan yang berlandaskan

nilai-nilai humanis harus senantiasa dijalankan dan dikembangkan dalam

dunia pendidikan saat ini. Dan hal itu pula yang sebenarnya tertuang dalam

Page 69: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

51

ajaran Islam yaitu dalam al-Qur‟an dan Hadist. Kedua sumber pendidikan

Islam inilah yang sebenarnya terdapat ajaran untuk senantiasa memiliki

dan melaksanakan nilai-nilai humanisme dalam menjalani hidup dan

kehidupan ini, begitu pula dalam dunia pendidikan.

J. Humanisme dalam proses dan dalam dasar pendidikan Islam

Pendidikan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan

tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi (sumber

daya insani) menuju terbentuknya manusia seutuhnya (Ahmadi, 2005:

28). Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai berikut: “education is

thus as fostering, a nurturing, a cultivating, process”. (Pendidikan adalah

memelihara, menjaga, memperbaiki melalui sebuah proses). Menurut

Mc. Donald dalam Education Psychology, pendidikan diuartikan sebagai

“process or activity, which is directed at producing desirable changes in

the behavior of human being (Pendidikan adalah proses atau aktifitas

yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan pada

tingkah laku manusia).

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pendidikan adalah

usaha seseorang yang sistematis, terarah, yang bertujuan untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar menuju perubahan

tingkah laku dan kedewasaan anak didik, baik diselenggarakan secara

formal maupun non formal. Sedangkan dalam kamus Echols, (1998: 362)

humanis berasal dari kata Human (Inggris) yang berarti manusiawi.

Menurut Budiona, dalam Kamus Ilmiah Populer Internasional,

Page 70: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

52

menyebutkan bahwa Human berarti mengenai manusia, cara manusia,

sedangkan humanis sendiri berarti seorang yang human, penganut ajaran

huminisme. Sedangkan humanisme sendiri dalam pernyataan Budiono,

(2005: 228) adalah suatu doktrin yang menekankan kepentingan

kemanusiaan dan ideal (humanisme di zaman Renaissan didasarkan atas

peradaban Yunani purba. Sedangkan humanisme modern menempatkan

manusia secara eksklusif).

Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

human: bersifat manusiawi, (seperti manusia yang dibedakan dengan

binatang, jin, dan malaikat) berperi kemanusiaan, baik budi, budi luhur

dsb. Humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan

terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas

kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia (1), penganut

paham yang menganggap manusia sebagai obyek terpenting (2),

penganut paham humanisme (3).

Dari sana dapat ditarik bahwa pendidikan humanis adalah proses

pendidikan penganut aliran humanisme, yang berarti proses pendidikan

yang menempatkan seseorang sebagai salah satu objek terpenting dalam

pendidikan. Namun, kata obyek di sini bukan berarti sebagai penderita,

melainkan menempatkan manusia sebagai salah satu subyek (pelaku)

yang sebenarnya dalam pendidikan itu sendiri. Hal itu seperti yang

dicitacitakan oleh Freire bahwa manusia adalah pelaku dalam

pendidikan.

Page 71: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

53

Pendidikan humanis berarti pendidikan yang didalamnya selalu

mengutamakan kepentingan manusia sebagai seseorang yang senantiasa

harus mendapatkan segala haknya sebagai manusia yang merdeka. Hak

yang dimaksud adalah hak untuk dihargai sebagai manusia yang

mempunyai potensi, hak untuk dihormati, hak untuk diperlakukan

sebagai manusia yang merdeka.

Dari uraian di atas jelas bahwa sesungguhnya manusia memegang

peranan penting dalam kehidupannya. Dalam hal itu, manusia merupakan

pemegang kebebasannya dalam melakukan sesuatu yang terbaik bagi

dirinya saat ini, dan juga bagi masa depannya yang akan datang.

Sehingga bisa dikatakan bahwa kedudukan manusia dalam dunia ini

sangatlah tinggi, karena dibekali dengan potensi-potensi kebebasan

dalam melakukan hal terbaik bagi dirinya.

Dalam hal ini jelas sekali bahwa yang melandasi dan mendasari

adanya pendidikan humanis adalah adanya kesamaan kedudukan

manusia. Ini berarti bahwa manusia satu dengan yang lain adalah sama,

tidak ada yang sempurna, semua individu memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Lebih-lebih dalam Islam di ajarkan bahwa

kedudukan manusia adalah sama yang membedakan hanyalah derajat

ketaqwaannya saja. Sebagaimana tersebut dalam al-Qur'an surat al-

Hujarat ayat: 13)

يا ي ها ال اس إنا ل ا آي ذ ر و ن ى وجعل ا شع ا وق بائل ل عارف ا إن رآك ع د الله ا ا إن الله علي ري ب ري

Page 72: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

54

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari

laki-laki dan perempuan dan telah menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu sekalian

disisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara kamu,

sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha melihat”. (QS.

Al- Hujuraat: 13).

Dengan melihat gambaran ayat di atas semakin jelas bahwa,

manusia diciptakan di dunia ini untuk saling mengenal. Mengenal di sini

bukan hanya sebatas tahu nama, tetapi lebih dari itu, harus saling

mengerti hak, dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing untuk

hidup di dunia ini. Di samping itu, manusia juga dituntut untuk saling

menghargai, menghormati dan saling tolong-menolong antar sesamanya.

Untuk itulah dalam kehidupan ini manusia dituntut untuk saling

melengkapi antara satu dengan yang lain. Karena bagaimana pun juga

manusia itu tidak ada yang sempurna, hanya dengan saling

melengkapilah manusia itu dapat menjadikan suatu kekurangan yang

dimiliki satu orang dapat ditutupi dengan kelebihan saudaranya, dan

sebaliknya juga begitu. Karena itulah diperintahkan kepada manusia agar

satu dengan yang lain saling mengisi dan saling memahami serta saling

melengkapi. Dan yang tak kalah pentingnya dalam kehidupan ini harus

saling membantu satu dengan yang lainnya. Dari sinilah tampak jelas

bahwa nilai-nilai humanisme dalam kehidupan ini sangat ditekankan

untuk selalu dimiliki oleh setiap orang.

Page 73: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

55

Sedangkan perintah yang bermuatan untuk saling menghargai dan

menghormati antar sesama, hal itu juga tercermin dalam QS. Al- Hujarat

ayat 10.

ا ال ؤآ ن إ ةري فأ ل ا ني يك واا ا الله لعلك ا ر ن إ Artinya:“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara maka

pergaulilah dengan baik di antara saudaramu, dan bertaqwalah

kepada Allah supaya kamu termasuk orangorang yang

mendapatkan kasih sayang” (QS. Al-Hujarat: 10).

Kalau ditarik dalam frame pendidikan, maka ayat-ayat di atas

mengandung satu proses pendidikan humanis yang sangat mulia sekali.

Di sana dijelaskan bukan hanya umat Islam saja yang dituntut untuk

saling mengenal, menghormati, menghargai, saling membantu serta

saling tolong-menolong, tetapi lebih dari itu seluruh umat manusia

dianjurkan untuk melakukan ajaran tersebut.

Uhbiyati (1998: 29) memaparkan humanisme adalah kumpulan

nilai-nilai Ilahi dalam diri manusia yang merupakan warisan budaya dan

moral keagamaan. Bentuk moral yang terlibat dalam keagamaan

menunjukkan penekanan tentang keadilan masyarakat. Islam

menampakkan diri sebagai satu kesatuan sosial yang seimbang, yang di

dalamnya seorang individu tidak hanya merupakan tujuan, akan tetapi

juga merupakan satu bagian dari masyarakat yang membentuk kesatuan

yang koheren (Amaldo, 2001: 231). Manusia adalah wakil Allah di dunia

ini juga orang-orang kepercayaan- Nya. Ini berarti bahwa manusia

bertanggung jawab tidak hanya atas nasib hidupnya sendiri, akan tetapi

juga mempunyai tugas perutusan. Untuk memenuhi tujuan Ilahi bagi

Page 74: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

56

dunia sebagai wakil dan orang-orang kepercayaan Allah, semua orang

tidak hanya sama derajat (secara formal), bahkan mereka bersaudara

mempunyai kodrat yang sama. Islam memandang dengan bersungguh-

sungguh baik kodrat jasmani maupun kodrat rohani pribadi manusia.

Karena kodratnya yang rangkap itu, pribadi adalah pengada yang

dialektik dan dinamis. Islam adalah agama realistis dan mencintai alam,

kekuatan, keindahan, kekayaan, kemajuan dan kepenuhan segala

kebutuhan manusia.

Pendidikan sebagai proses yang didasarkan pada nilai-nilai Islam

secara benar dan proporsional seharusnya meletakkan kebebasan manusia

sebagai dasar pijakan operasionalnya sekaligus sebagai tujuan dari

pendidikan itu sendiri (Khan, 2002: 1). Dalam kehidupan sosial

kemanusiaan, pendidikan bukan hanya satu upaya yang melahirkan

proses pembelajaran yang bermaksud manusia menjadi sosok potensial

secara intelektual (intelected oriented) melalui proses tranfer of

knowledge yang kental. Tetapi proses tersebut juga bermuara pada upaya

pembentukan masyarakat bermasyarakat yang berwatak, beretika dan

berestetika melalui transfer of values yang terkandung di dalamnya.

Muatan upaya yang dibawa dalam proses pendewasaan manusia

(pendidikan) seperti yang dimaksud di atas, merupakan proses yang

terpadu dan komprehensif (Usa &Widjan, 1999: 9).

Melalui pendidikan ini, warisan budaya ilmu pengetahuan dan nilai

atau norma suatu kelompok sosial tertentu bisa dipertahankan dan

Page 75: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

57

keberlangsungan hidup mereka bisa dijamin, singkatnya pendidikan

memberikan arti bagi keberadaan suatu kebudayaan dan membantunya

mempertahankan pandangan dunia (worldview) yang dimilikinya.

Berdasarkan di atas, proses pendidikan memiliki potensi yang kuat

dalam mengakselerasikan kebebasan, maka pendidikan harus mampu

merangsang manusia (peserta didik) untuk berfikir mandiri dalam rangka

menciptakan gagasan otentik, orisinil, sehingga tidak gampang

terpengaruhi oleh berbagai tekanan dari pihak manapun. Proses

pendidikan yang dipaksakan tergantung kepada keputusan pihak lain

berarti telah menempatkan manusia pada posisi yang terserabut dari akar

kemanusiaannya dan tidak mengembangkan kesadaran kritisnya.

Sikap kritis di atas tidak dapat tumbuh dalam suasana belajar yang

bersifat finalistis yang menempatkan pendidikan sebagai satu-satunya

sumber pengetahuan mengenai Islam. Dengan demikian pengajaran

Islam harus dijalankan dalam suasana biologis, antara pendidik, peserta

didik dan lingkungan serta ajaran Islam itu sendiri.

Untuk memperoleh posisi ideal pendidikan Islam sebagaimana

dikemukakan di atas dan sesuai dengan fungsi Islami dan esensi manusia

perlu dikembangkan suatu pendekatan baru. Pendekatan pelaksanaan

pendidikan Islam haruslah meliputi:

1. Pendekatan proses

2. Dijalankan melalui bentuk aktifitas dialogis sebagai fungsi prinsip

liberatif

Page 76: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

58

3. Dikembangkan dengan penalaran fenomenologis dan reduksionis

4. Percaya pada peserta didik

Dengan pendekatan ini diharapkan akan mampu mengembangkan

kesadaran diri atas fitrah hanifnya serta kemampuan intelektual yang

kontemplatif dan daya kritis terhadap fenomena kehidupan dengan

demikian akan terintegrasi kebutuhan imanensi dan transendensi

manusia.

Selanjutnya untuk memenuhi fungsi pengajaran dan pendidikan al-

Islam sebagaimana telah dijelaskan, proses belajar mengajar Al- Islam

harus dijalankan dengan memperlakukan peserta didik sebagai individu

dalam keterkaitannya dengan fungsinya sebagaimana anggota komunitas

sosial. Persoalan di atas membutuhkan suatu dasar pijakan yang kuat,

jelas dan tepat mengenai peserta didik, lingkungan sosialnya, dan alam

tempat mereka hidup dan berkembang. Dengan demikian, maka

pengalaman serta pengetahuan yang selama ini telah dimiliki masing-

masing peserta didik harus benar-benar difungsikan.

Dalam pendidikan Islam sendiri nilai humanisme tampaknya

sedikit mulai luntur, namun semua itu bukan berarti dalam pendidikan

Islam tidak ada proses humanisasi. Yang dimaksud di sini adalah, masih

ada sebagian dalam proses pendidikan Islam yang kurang mencerminkan

proses humanisasi, semisal menempatkan peserta didik sebagai seorang

yang kurang tahu, dan pendidik adalah yang paling tahu. Dan hal itu

Page 77: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

59

hingga kini masih langgeng dijalankan dalam pendidikan Islam, terutama

pendidikan Islam yang masih bercirikan tradisional.

Hakekat dan ruh pendidikan pada dasarnya merupakan proses

memanusiakan manusia, dan proses tersebut yang terbaik adalah melalui

media pendidikan. Pendidikan hakekatnya adalah proses memanusiakan

manusia. Paulo Freire mendefinisikan pendidikan sebagai upaya

pembebasan manusia dari segala ketertindasan. Itulah hakekat

pendidikan secara sederhana. Logika sederhananya adalah seseorang

yang semula tidak tahu terhadap sesuatu kemudian melalui proses

pendidikan atau pembelajaran akhirnya menjadi tahu. Dari definisi Freire

pendidikan pada hakekatnya adalah membebaskan manusia dari segala

bentuk ketertindasan, dari rezim yang membelenggu dan membodohkan

serta dari ketidaktahuan (Adim, 2006: 67).

Dengan demikian, humanisasi harus senantiasa ditegakkan dalam

segala aspek pendidikan, baik dari segi tujuan, kurikulum, pendidik,

proses pembelajaran semua harus mencerminkan humanisasi. Dan hal itu

mutlak untuk dilakukan, agar apa yang menjadi hakekat dan tujuan dari

pendidikan sendiri tercapai. Yang menjadi titik tekan adalah dengan

adanya paradigma humanis dalam pendidikan akan tercipta masyarakat

tanpa kelas, sebagaimana yang ada dalam ajaran Islam sendiri melalui al-

Qur‟an dan Hadist yang memandang bahwa manusia adalah sama yang

membedakan hanyalah derajat ketaqwaannya saja dihadapan Tuhan.

Page 78: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

60

Untuk itulah pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk

mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Dalam situasi yang semacam ini,

pendidikan bukan lagi sarana melakukan dehumanisasi melainkan media

humanisasi murni. Dehumanisasi, meskipun merupakan sebuah fakta

sejarah yang kongkrit, bukanlah takdir yang turun dari langit, tetapi

akibat dari tatanan yang tidak adil yang melahirkan kekerasan dari tangan

para penindas, yang pada gilirannya mendehumanisasikan kaum tertindas

(Smith,2001: 1). Pendidikan yang humanis adalah praktik pendidikan

yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan mampu

mengantarkan manusia menuju kesempurnaan dan kelengkapan nilai

kemansiaan dalam arti yang sesungguhnya sebagai suatu sistem

pemanusiawian manusia yang unik, mandiri, dan kreatif.

Tujuan akhir pendidikan adalah proses pembentukan diri peserta

didik untuk mengembangkan potensi insaniah. Hal ini meniscayakan

adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dari dunia pendidikan

terutama peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

secara maksimal. Karena sesungguhnya pendidikan humanis memandang

manusia sebagai makhluk Tuhan yang mempunyai segala potensi yang

harus dikembangkan secara optimal. Pendidikan Islam yang humanis

adalah pendidikan yang mampu memperkenalkan aspirasinya yang tinggi

kepada manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan bebas serta

dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai

kholifatullah. Dengan demikian pendidikan Islam humanis bermaksud

Page 79: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

61

membentuk manusia yang memiliki komitmen humaniter sejati, yaitu

manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab

secara individu di hadapan Tuhan, serta mempunyai tanggung jawab

sosial sebagai kholifatullah fil ard yang memiliki tanggung jawab moral

kepada lingkungannya untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan

masyarakat.

Dalam proses pelaksanaannya pendidikan humanis memandang

anak didik sebagai subjek yang terpenting dalam pendidikan itu sendiri.

artinya peserta didik dipandang sebagai individu yang memiliki

kemampuan dan potensi untuk dikembangkan melalui proses pendidikan

yang memanusiakan manusia. Proses pendidikan dalam hal ini bukan

merupakan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik,

dan pendidik dianggap seperti botol kosong yang harus diisi dengan

berbagai ilmu pengetahuan.

Dan pendidikan yang menganggap peserta sebagai manusia yang

tidak tahu dan menafikan ranah potensi yang dimilikinya bukanlah

merupakan pendidikan yang humanis. Dalam hal ini proses pendidikan

hanyalah sebagai rutinitas untuk menstranfer ilmu pengetahuan dan

menafikan potensi peserta didik. Akibatnya pendidikan hanya akan

mencetak manusia-manusia yang akan menjadi budak dari teknologi

yang mengesampingkan pembangunan moralitas yang akan

memunculkan sikap individualistis.

Pendidikan yang mencerminkan proses dehumanisasi, walaupun

secara umum tujuannya adalah untuk memberikan dan transformasi ilmu

Page 80: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

62

dari pendidik ke peserta didik. Namun, hal itu justru akan membawa

dampak pada semakin lemahnya kemampuan dari peserta didik sendiri,

dan akan membuat peserta didik menjadi seorang yang hanya menanti,

dan tidak mandiri. Oleh sebab itu, maka dengan menggunakan konsep

humanisasi proses pendidikan akan berjalan secara seimbang. Di mana

antara pendidik dan peserta didik mempunyai peran dan kedudukan yang

sama yaitu sebagai subyek pendidikan.

Dalam pendidikan Islam sendiri hal itu tentunya merupakan salah

satu tujuan yang hendak dicapai. Karena semua pendidikan termasuk di

dalamnya pendidikan Islam menginginkan tercapainya tujuan pendidikan

yaitu terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Walaupun dalam

realitasnya tidak ada manusia sempurna, namun dengan adanya

pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai humanisme tersebut paling

tidak sudah mencerminkan satu bentuk pendidikan yang baik, walaupun

masih jauh dari kesempurnaan. Karena pada dasarnya pendidikan adalah

proses, maka humanisasi dalam pendidikan Islam akan senantiasa

berjalan dan mencari sesuatu yang lebih baru dan lebih baik dalam

rangka mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk yang mulia.

A. Konsep Tentang Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan agama Islam, kita ketahui

bahwa Pendidikan Agama Islam terdiri dan tiga kata, yaitu “pendidikan”,

Page 81: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

63

“agama”, dan “Islam”. Para pakar pendidikan memberikan pengertian kata

“pendidikan” dengan bermacam-macam pengertian, diantaranya adalah:

a. Menurut Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti sesuatu

yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka

sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai keselamatan

dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya.

b. Prof. H. M. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan adalah usaha orang

dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian

serta kemampuan dasar anak didik di dalam pendidikan formal maupun

informal.

c. Prof. Langeveld, memberikan pengertian kata “pendidikan” adalah suatu

bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum

dewasa untuk mencapai kedewasaan. (Syuaeb Kurdi, Abdul Aziz,2006: 3)

d. Ahli pendidikan barat Mortimer J. Adler mengartikan pendidikan adalah

proses dengan semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang

diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan

dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik

dibuat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain dan dirinya

sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik (Arifin,

1009: 12).

e. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pada bab I tentang ketentuan umun Pasal I ayat (1)

disebutkanbahwa:

Page 82: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

64

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Dari beberapa pengertian tentang pendidikan di atas dapat penulis

simpulkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang

untuk membimbing dan mengembangkan potensi dan kepribadian serta

kemampuan dasar peserta didik untuk menuju kedewasaan, berkepribadian

luhur, berakhlak mulia dan mempunyai kecerdasaan berpikir yang tinggi

melalui bimbingan dan latihan.

Adapun pengertian tentang kata “agama”, secara khusus diidentikkan

dengan istilah “ad-din”. Dalam tunturan orang Arab secara etimologis kata

ad-din digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu makna, diantaranya

adalah: Pertama mengandung makna kekuasaan, otoritas, hukum, dan

perintah. Makna kedua yaitu, ketaatan, peribadatan, pengabdian, dan

ketundukan kepada kekuasaan dan dominasi tertentu. Ketiga, mengandung

makna hukum, undang-undang, jalan, mazhab, agama, tradisi dan taklid. Dan

terakhir mengandung makna balasan, imbalan, pemenuhan, dan perhitungan

(An Nahiawi, 1983: 22-23).

Menurut Harun Nasution, istilah agama berasal dan kata Sankrit. Salah

satu pendapat mengatakan bahwa kata “agama” tersusun dari dua kata

yaitu“a” yang artinya tidak, dan “gam” yang artinya pergi, jadi tidak pergi,

tetap ditempat, diwarisi turun-temurun. Di lain pendapat ada yang

mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci dan terakhir kata

Page 83: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

65

“agama” diartikan tuntunan (Kurdi dan Aziz, 2006: 4) Lebih spesifik lagi kata

“agama” diartikan oleh Reville sebagai penentuan kehidupan manusia sesuai

dengan ikatan antara jiwa yang ghaib, yang didominasi oleh dirinya sendiri

dan dunia diketahui oleh manusia dan kepada-Nyalah dia merasa sangat

terikat.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka kata “agama” menurut

Kuntowijoyo bahwa agama disebut juga sebagai pemahaman ketuhanan.

Pemahaman ini didasarkan atas dua sudut pandang, yaitu: Ketuhanan dalam

arti teoritik, yaitu pengetahuan tentang yang tertinggi yang menimbulkan

persembahan, dan pemahaman ketuhanaan secara eksistensial, yaitu Tuhan

dihayati sebagai tujuan akhir yang melahirkan aktualisasi (Kurdi, 2006: 5).

Secara terminologi kata Islam mengandung pengertian tunduk dan berserah

diri kepada Allah secara lahir maupun batin dalam melaksanakan penintah-

penintahNya dan menjahui larangan-laranganNya. Sebagaimana dipertegas

dalam Al-Qur‟an surat Ali Imron ayat 83 yang herbunyi:

غ ن وله سل آي ف الس اوات واألرض ط عا و رها وإليه ر يي الله ي ب ف غي ي رجع ن

Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,

padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di

langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya

kepada Allahlah mereka dikembalikan”.

Dari ketiga uraian pengertian kata di atas, maka jika dirangkaikan ketiga

pengertian tersebut yaitu pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sebagai

berikut:

Page 84: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

66

a. Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat, pendidikan agama Islam adalah usaha

yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah

selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama

Islam serta menjadikan sebagi pandangan hidup. Pendidikan Agama Islam

adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan Islam. Pendidikan

agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu

berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah

selesai dan pendidikannya Ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan

hidupnya demi keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

b. Ahmad D. Marimba, pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan baik

jasmani maupun rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam

menuju kepada terbentukan kepribadian utama menurut ukuran dalam

Islam.

c. Menurut Arifin, pendidikan agama Islam adalah usaha orang dewasa

muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing

pertumbuhan serta perkembangan fitrah anak didik melalui ajaran Islam

kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan (Kurdi, 2006: 6-7).

d. Dalam kurikulum berbasis kompetensi secara formal pengertian

pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam. bertakwa dan berakhlak mulia

Page 85: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

67

dalam mengamalkan ajaran agama Islam dan sumber utamanya kitab suci

Al-Qur‟an dan al-hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman dibarengi dengan tuntunan untuk

menghormati penganut agama lain dalam masyarakat hingga terwujudnya

kesatuan dan persatuan bangsa (Majid, 2004: 130).

Dari beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam di atas, dapat penulis

ambil kesimpulan bahwa pada hakikatnya pendidikan agama Islam adalah

usaha seseorang untuk membimbing dan melatih peserta didik untuk

menyiapkan peserta didik agar mampu memahami dan mengamalkan ajaran-

ajaran yang terkandung dalam agama Islam dan agar peserta didik menjadi

manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian Iuhur dan

berwatak sesuai dengan ajaran agama Islam.

2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah mempunyai dasar

yang kuat. Adapun dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dan beberapa segi

yaitu:

a. Dasar Yuridis atau Hukum

Dasar-dasar yuridis pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah

berdasarkan perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat dijadikan

pegangan dalam penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam di sekolah

ataupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Adapun secara terperinci

dasar yuridis tersebut terdiri dan tiga macam, yaitu:

1) Dasar Ideal

Page 86: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

68

Dasar ideal pelaksanaan pendidikan agama Islam yaitu dasar dari

falsafah negara Pancasila, yaitu sila pertama dari Pancasila Ketuhanan

Yang Maha Esa. Dasar ini mengandung pengertian bahwa seluruh warga

bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus

beragama.

2) Dasar Struktural atau Konstitusional.

Dasar konstitusional adalah dasar pelaksanaan agama Islam yang

diambil dari Undang-Undang Dasar 1945 dalam bab Xl pasal 29 ayat I dan

2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-

masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Dalam

dasar ini mengandung pengertian bahwa tiap-tiap warga negara harus

memeluk agama dan tidak ada paksaan dalam memilih agama, dan orang

atheis dilarang untuk hidup di Negara Indonesia.

3) Dasar Operasional.

Yang dimaksud dengan dasar operasional pelaksanaan pendidikan

agama Islam yaitu dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam di sekolah. Dasar ini terdapat dalam Tap MPR

No. IV/MPR/1 973 yang kemudian dikokohkan dalam Tap MPR

No.IV/MPRJI978. Ketetapan MPR No. IIJMPR/MPRJ I993 tentang GB1-

IN yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan

agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah

formal, mulai dan sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Page 87: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

69

b. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang

bersumber dan ajaran Islam yang tertera dalam Al-Qur‟an maupun hadis.

Dalam Al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang

pelaksanaan pendidikan agania merupakan perintah dari Tuhan dan

merupakan ibadah melaksanakannya. Adapun ayat-ayat tersebut antara

lain sebagal berikut:

ا ع إل سبيل ر ك الك وال عظ الس وجا ل الت هي سي إن ر ك ه عل ي ل عي سبيله وه عل ال ه ديي

Artinya:“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang Iebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An

Nahl: 125).

ه ن عي ال كر و ولئك ويأآرون ال عروف وي ول كي آ ك آ ري يدع ن إل ال ه ال فل ن

Artinya:“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan

mencegah dan yang munkar: merekalah orang-orang yang

beruntung.” (Q.S. Ali lmron: 104).

ها آالئك ري يا ي ها ال يي آ ا ق ا ن فسك و هليك نارا وق ها ال اس والجارة علي الالري شدا ري ال ي عص ن الله آا آره وي فعل ن آا ي ؤآرون

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dan api neraka yang bahan bakarnya adalah

manusia dan batu: penjaganyn malaika-tmalaikat yang kasar,

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim:6).

Page 88: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

70

Selain ayat-ayat tersebut di atas, dalam sebuah hadist juga

disebutkan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama, yang artinya antara

lain sebagai berikut: Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun

hanya sedikit. (HR. Bukhori). Setiap anak dilahirkan itu telah membawa

fitrah beragama, maka keduaorang tuanyalah yang menjadikan anak

tersebut beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. Baihaqi).

c. Dasar Psikologis.

Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek

kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Dalam hidupnya manusia selalu

memerlukan pegangan hidup yang disebut agama. Manusia merasakan

bahwa dalam jiwanya terdapat suatu perasaan yang mengakui adanya zat

Yang Maha Kuasa. Dialah tempat berlindung dan tempat memohon

pertolongan. Oleh karena itu ma nusia senantiasa mendekatkan dirinya

kepada Tuhan. Adapun cara mereka mengabdi kepada tuhan mereka

dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan agama yang mereka anut

(Zuhairini, 1993: 18-22).

3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Dalam rumusan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dalam penjelasan UUSPN mengenai pendidikan agama

dijelaskan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta

didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa serta berakhlak mulia. Penamaan bidang studi ini dengan “Pendidikan

Agama Islam”, bukan dengan “pelajaran agama Islam” dikarenakan adanya

Page 89: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

71

perbedaan tuntutan terhadap pelajaran dibandingkan dengan pelajaran

lainnya. Bidang studi ini diajarkan tidak hanya bertujuan agar peserta didik

mengetahui materi agama Islam, akan tetapi peserta didik dituntut untuk

dapat mengamalkan materi-materi tersebut dalam kehidupan sehari-harinya

dalam rangka beribadah kepada Tuhan.

Dengan demikian, Kurdi & Aziz (2006: 9) menjelaskan bahwa

kedudukan pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah umum. SMA khususnya adalah segala upaya penyampaian ilmu

pengetahuan agama Islam tidak hanya untuk dipahami dan dihayati, akan

tetapi juga memerlukan implementasi materi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan agama Islam yang kedudukannya sebagai mata

pelajaran wajib diikuti seluruh siswa yang beragama Islam pada semua satuan

jenis dan jenjang sekolah.

Sebagai suatu kegiatan yang terencana, Pendidikan Agama Islam

memiliki fungsi. Adapun fungsi dan kurikulum pendidikan agama Islam

untuk sekolah atau madrasah sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

Pada dasarnya penanaman keimanan dan ketaqwaan pada peserta didik

sudah dimulai dan Iingkungan keluarga dan sekolah hanya berfungsi untuk

menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam peserta didik melalui

bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan

Page 90: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

72

tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat

perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk inenyesuaikan din dengan lingkungan,

baik Iingkunngan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah

lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, keku-rangan-

kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinannya,

pemahamannya dan pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari- hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dan lingkungannya

atau dan budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia yang seutuhnya.

f. Pengajaran, yaitu pengajaran tentang ilmu pengetahuan keaganiaan secara

umum, sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus di bidang agama Islam, agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi

orang lain. (Majid &Andaryani, 2004: 130)

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum tujuan dan pendidikan Islam menurut Al-Attas adalah

terwujudnya manusia yang baik. Menurut Marimba tujuan pendidikan Islam

adalah terbentuknya orang yang berkepribadian yang baik (Tafsir, 1992:

Page 91: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

73

46).Sedangkan menurut (Sutrisno 2005: 11) tujuan dan pendidikan agama

Islam adalah untuk menumbuhkan, menanamkan, dan meningkatkan

keimanan melalui pembinaan dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengalaman peserta didik tentang ajaran agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan, ketaqwaan kepada

Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari dan juga untuk

melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut penulis pada

hakikatnya ketiga tujuan tensebut adalah sania, yang pada intinya pendidikan

Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang sempurna yang mampu

merealisasikan tujuan hidupnya yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Adapun tujuan dan Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan di

sekolah atau madrasah dalam kurikulum PAl 2015 disebutkan yaitu bertujuan

untuk menumbuh kembangkan dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengalanian peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya,

berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi (Majid & Andaryani, 2004: 134-135).Dalam

kurikulum KTSP SMA/MA tujuan pendidikan agama Islam tidak jauh

berbeda dengan yang tujuan yang tertera dalam kurikulum 1994 yaitu

menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanannya dan ketaqwannya kepada Allah.

Page 92: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

74

mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia

yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,

adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan

sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah

(Depdiknas, 2008: 11). Dari tujuan pendidikan agama Islam tersebut di atas

dapat ditarik beberapa dimensi yang akan ditingkatkan dan diinginkan oleh

kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam baik di lembaga formal atau

non formal yaitu:

a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agam Islam,

b. Dimensi pemahaman atau penalaran serta keilmuan peserta didik terhadap

ajaran agama Islam,

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik

dalam menjalankan ajaran agama Islam,

d. Dimensi pengamalannya, maksudnya yaitu bagaimana ajaran Islam yang

telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta

didik mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk

menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilai-nilai

dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah serta mengaktualisasikan ajaran agama Islam yang telah

dipelajari dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Depdiknas, 2008: 78 ).

Apabila beberapa dimensi diatas telah tercapai dikembangkan dan

tercapai oleh peserta didik, maka kegiatan pembelajaran PAI mampu

Page 93: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

75

mewujudkan peserta didik yang berkepribadian muslim yang bertaqwa

kepada Allah dan berakhlak mulia.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas maka ruang lingkup

materi pendidikan agama Islam sesuai dengan kurikulum 1994 yaitu meliputi

tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur‟an Hadist, keimanan, syariah, ibadah,

muamalah, akhlak, dan tarikh yang menekankan pada perkembangan politik.

Sedangkan pada kurikulum 1999 hingga sekarang ruang lingkup

pendidikan agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur‟ an,

keimanan atau aqidah, akhlak, fiqih dan tarikh. Ruang lingkup Pendidikan

Agama Islam menekankan pada keseimbangan, keselarasan, dan keserasian

antara hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama

manusia, hubungan manusia dengan din sendiri, dan hubungan manusia

dengan alam sekitar (Kurdi dan Aziz, 2006: 13)

6. Karakteristik Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat

membedakan dengan mata pelajaran yang lainnya Adapun karakteristik mata

pelajaran pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:

a. Secara umum Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang

dikembangkan dan ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam.

Ajaran-ajaran dasar tersebut terdapat dalam al-Quran dan al-Hadis. Untuk

kepentingan pendidikan, dengan melalui proses ijtihad maka

Page 94: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

76

dikembangkan materi Pendidikan Agama Islam pada tingkat yang lebih

rinci.

b. Prinsip-prinsip dasar Pendidikan agama Islam tertuang dalam tiga

kerangka dasar ajaran Islam, yaitu akidah, syariah,dan akhlak. Akidah

merupakan penjabaran dan konsep iman, syariah merupakan penjabaran

dan konsep Islam, dan akhiak merupakan penjabanan dan konsep ihsan.

Dan ketiga prinsip dasar itulah berkembang berbagai kajian keIslaman.

termasuk kajian yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan

budaya.

c. Mata pelajaran Pendidikan agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta

didik untuk menguasai berbagai ajaran Islam, tetapi yang terpenting adalah

bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran-ajaran itu dalam

kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

menekankan keutuhan dan keterpaduan antara ranah kognitif, psikomotor,

dan afektifnya.

d. Tujuan diberikannya mata pelajaran Pendidikan agama Islam adalah untuk

membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah.

Oleh karena itu semua mata pelajaran hendaknya seiring dan sejalan

dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam.

e. Tujuan akhir dan mata pelajaran Pendidikan agama Islam adalah

terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia. Tujuan inilah

Page 95: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

77

yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad

SAW. Dengan demikian. Pendidikan akhlak adalah jiwa dan pendidikan

agama Islam. Mencapai akhlak yang karimah (mulia) adalah tujuan

sebenamya dan pendidikan. Sejalan dengan tujuan ini maka semua mata

pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah

mengandung muatan pendidikan akhlak dan setiap guru haruslah

memperhatikan akhlak atau tingkah laku pesenta didiknya (Depdiknas,

2008: 15).

7. Komponen-Komponen Pembelajaran PAI

Pembelajaran PAI mempunyai beberapa komponen yang berkaitan

erat satu sama lain, di antaranya yaitu :

a. Guru

Sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran PAI, seorang guru

memiliki peran yang besar dalam mempengaruhi kualitas pendidikan,

sehingga mereka dituntut untuk meningkatkan kreativitasnya guna

merealisasikan tujuan dari pembelajaran PAI, yaitu berusaha melahirkan

siswa yang beriman, berilmu, dan beramal saleh (Zuhairini, 1993: 166).

Sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI, guru memiliki peran

dalam sebuah proses pembelajaran, yaitu:

1) Peran sebagai pembimbing. Sebagai seorang pembimbing akan

tercermin dalam perilakunya sehari-hari, sehingga guru haruslah benar-

benar memiliki pribadi yang saleh dan mampu memperlakukan para

siswa dengan menghormati dan menyayangi.

Page 96: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

78

2) Peran sebagai model (uswah). Peran guru sebagai model (uswah) sangat

mempengaruhi pembentukan akhlak bagi para siswa, karena segala

tingkah laku dan gerak gerik seorang guru akan dapat ditiru oleh anak

didiknya.

3) Peran sebagai penasihat. Sebagai penasihat, guru sudah seharusnya

memberikan nasihat secara ikhlas demi para siswa di masa yang akan

datang (Zuhairini, 1993: 93-95).

b. Siswa

Sesuai dengan model pembelajaran KBK, dari teaching menjadi

learning, maka siswa tidak lagi menjadi obyek dalam pembelajaran, akan

tetapi sebagai subyek dalam pembalajaran yang dianggap memiliki potensi

untuk belajar secara aktif, sehingga proses pembelajaran dapat

berlangsung secara dua arah dan dapat mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh siswa. Siswa juga merupakan salah satu indikator

terwujudnya sekolah yang berkualitas. Hal ini sangat ditentukan oleh

karakteristik siswa, baik input, proses maupun output dan outcome siswa

(Zuhairini,1993: 59). Siswa juga merupakan subyek yang akan mencapai

tujuan pembelajaran dalam bentuk hasil belajar.

c. Media

Kata media, berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah

berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media

adalah perantara ( وسائل ) atau pengantar psan dari pengirim kepada

penerima pesan. Pengertian media secara khusus dalam proses belajar

Page 97: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

79

mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau

elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi

visual atau verbal (Azhar Arsyad, 2003: 3).

Secara khusus, media pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah

alat, metode, teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses

pembelajaran PAI di sekolah. Sedangkan secara umum, media

pembelajaran PAI diartikan sebagai sarana atau pasarana PAI yang

digunakan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran PAI. Berikut

ini beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: 1) Pengajaran akan

lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi

belajar; 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga siswa

dapat memahami dengan jelas; 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi,

sehingga siswa tidak mudah menjadi bosan; 4) Siswa dapat lebih banyak

melakukan kegiatan belajar; 5) Memberikan pengalaman nyata bagi siswa;

6) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui

gambar hidup (Arsyad, 2003: 25-26).

d. Materi

Materi menurut Arief, (2002: 109) adalah isi pembelajaran yang

berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran bersamaan

dengan prosedur didaktis yang digunakan oleh guru. Materi pembelajaran

hendaknya disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu

kurikulum berbasis kompotensi. Dalam pembelajaran PAI, materi yang

Page 98: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

80

diajarkan terdiri dari tiga inti ajaran pokok, yang meliputi aqidah

(keimanan), syariah (keislaman) dan akhlak (ihsan). Dari ketiga ajaran

pokok ini, kemudian diajabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun Islam,

dan akhlak. Kemudian, lahirlah ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu akhlak.

(Aziz &Andaryani, 2004: 77)

e. Metode

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani,

metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu metha yang artinya

melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Pengertian metode secara

terminologi menurut beberapa ahli, yaitu: Zuhairini, mendevinisikan

bahwa metode adalah segala usaha yang sistematis dan pragmatis untuk

mencapai tujuan dengan melalui berbagai aktivitas, baik di dalam kelas

maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah (Zuhairini, 1983: 80).

Jadi metode adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh oleh guru

agar tercapai suatu tujuan. Berikut ini, beberapa metode mengajar, yaitu:

Metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode demontrasi

dan eksperimen, metode resitasi, metode kerja kelompok, metode sosio-

drama dan bermain peran, metode karya wisata, metode drill dan metode

sistem regu.

Masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan dan

kelemahan, maka sebaiknya dalam kegiatan belajar mengajar digunakan

lebih dari satu metode. Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya

Page 99: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

81

Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi menambahkan beberapa

metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI, yaitu :

1) Metode antisipatif, yaitu sebuah cara mengantisipasi permasalahan

anak didik yang langsung muncul di kalangan mereka;

2) Metode dialog kreatif, yaitu salah satu cara untuk melibatkan siswa

secara langsung berdialog dengan guru tentang suatu permasalahan

yang sedang dihadapi;

3) Metode studi kasus, yaitu metode mengangkat suatu contoh

permasalahan untuk dijadikan rujukan atau teladan sebagai solusi

alternatif yang bisa diambil;

4) Metode pelatihan, yaitu cara pelibatan fisik dan mental untuk

melakukan serangkaian latihan beribadah;

5) Metode merenung, Metode ini melatih anak didik untuk memikirkan

permasalahan yang mereka miliki;

6) Metode lawatan, Metode ini merupakan cara lawatan ke daerah-daerah

dalam rangka meningkatkan rasa ukhuwah sesama muslim;

7) Metode kontemplasi, Metode ini melatih siswa untuk merenungkan

kembali peristiwa-peristiwa di masa lalu sehingga membuahkan sifat

sabar pada diri anak didik;

8) Metode taubat, Metode ini merupakan cara agar siswa menyesali diri

atas perbuatan perbuatan yang telah mereka lakukan dan memohon

ampunan kepada Allah SWT (Majid &Andaryani, 2004: 101).

Page 100: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

82

f. Tujuan

Tujuan merupakan hal pokok yang harus diketahui dan disadari betul

oleh guru sebelum memulai mengajar. Secara umum, tujuan dari

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah untuk

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan, pengahayatan, pengamalan, serta penglaman

peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang

terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan

bernegara (Majid &Andaryani). Tujuan pembelajaran menurut Oemar

Hamalik, (2001: 6) adalah tujuan yang hendak dicapai setelah selesai

diselenggarakannya suatu proses pembelajaran yang bertitik tolak pada

perubahan tingkah laku siswa.

g. Evaluasi

Istilah evaluasi menurut Nurkancara & Sunata (1982: 1) berasal dari

bahasa Inggris, yaitu “evaluation”, yang artinya penilaian. Berikut ini

penulis paparkan tentang beberapa definisi tentang evaluasi menurut para

ahli pendidikan, yaitu :

1) Oemar Hamalik (2001: 156)

Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengetahui berapa banyak hal-hal

yang telah dimiliki oleh siswa dari hal-hal yang telah diajarkan oleh

guru.

2) Nana Sudjana (1980: 22)

Evaluasi adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauhmana

tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dari beberapa

Page 101: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

83

definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran

adalah suatu upaya untuk menetahui kemajuan peserta didik dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis

besar, fungsi evaluasi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik

setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu

tertentu;

b) Untuk mengukur sampai di mana keberhasilan system pengajaran

yang dipergunakan;

c) Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan

proses belajar mengajar.

8. Pendekatan Strategi Pembelajaran PAI

Pendekatan diartikan sebagai orientasi atau cara memandang terhadap

sesuatu. Sedangkan strategi berasal dari bahasa Inggris strategy yang oleh As

Hornby dalam Oxford Advance Learners Dictionary, (Oxford University

Press, 1977: 870) disebutkan sebagai theart of planning operations in war,

especially of the movements of armiesand navies into favourable positions for

fighting, yang artinya “seni dalam gerakan-gerakan pasukan darat dan laut

untuk menempati posisi yang menguntungkan dalam pertempuran”

(Sujana,1980: 208)

Menurut Darwis, strategi secara makro merupakan kebijakan-

kebijakan yang mendasar dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai

tujuan pendidikan secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien. Jika dilihat

Page 102: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

84

secara mikro dalam strata operasional khususnya dalam proses belajar

mengajar, maka strategi adalah langkah-langkah tindakan yang mendasar dan

berperan besar dalam proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran

pendidikan. Berikut ini beberapa pendekatan dalam strategi pembelajaran

PAI, yaitu :

a. Pendekatan ekspositori atau model informasi.

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan

penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru (Nana Sujana,

1980: 153).Kegiatan belajar mengajar dalam pendekatan ini kurang

optimal karena pembelajaran berorientasi pada guru, sehingga siswa

bersifat pasif karena kegiatan siswa terbatas hanya kepada mendengarkan

uraian guru, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru.

b. Pendekatan inquiry

Inquiry yang dalam bahasa Inggris inquiry berarti pertanyaan atau

pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan meyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan

penuh percaya diri.

c. Pendekatan Interaksi sosial

Pendekatan interaksi sosial bermula dari kenyataan bahwa manusia

adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, model ini menekankan pada

pembentukan dan pengembangan kemampuan murid untuk berinteraksi

Page 103: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

85

sosial, mengembangkan sikap dan perilaku demokratis dengan

musyawarah, gotong royong dan saling memberi manfaat. Metode yang

digunakan dalam pendekatan ini antara lain, metode diskusi, kerja

kelompok, pemberian tugas, problem solving, role playing, dan metode

lain yang menunjang berkembangnya hubungan siswa.

d. Pendekatan tingkah laku (behavioral models)

Pendekatan ini menekankan padat teori tingkah laku, sebagai aplikasi

dari teori belajar behavioralisme, yang menyatakan bahwa perilaku

manusia itu dikendalikan oleh stimulus dan respon yang diterimanya.

Dalam praktek pembelajaran, guru memberikan stimulus dengan

pengajarannya, dan murid memberikan respon dengan perilaku belajar dan

ini dilakukan secara berulang-ulang dengan reinforcement68 (penguatan)

sehingga terbentuknya perubahan perilaku.

B. Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam

Humanisme adalah sebuah konsep keagamaan yang menempatkan

manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap

memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan hablum minannas. Dan

konsep ini diimplementasikan dalam praktek dunia pendidik Islam akan

berfokus pada akal sehat (common sense), menuju kemandirian

(individualisme), bertanggung jawab (responsible), berpengetahuan yang

tinggi (fhirst for knowledge), menghargai orang lain (pluralisme),

kontektualisme yang lebih mementingkan fungsi daripada simbol, serta

Page 104: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

86

keseimbangan antara reward dan punishment (Mas‟ud, 2002: 193). Dalam

implementasi konsep ini merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak,

karena fenomena dunia pendidikan yang ada serta keberagamana masyarakat

mengisyaratkan keberagamaan vertikal dan kesemarakan ritual. Kesalehan

sosial masih jauh dari orientasi masyarakat kita, potensi peserta didik belum

dikembangkan secara proporsional. Kemandirian anak didik dan

responsibility masih jauh dalam dunia pendidikan Indonesia. Tujuan

operasional pendidikan Islam merupakan tujuan praktis yang akan dicapai

oleh kegiatan pendidikan Islam (al-Tarbiyah al-Islamiyah), sebuah kegiatan

pendidikan Islam dengan bahan (materi) yang sudah dipersiapkan untuk

mencapai tujuan tertentu dari kegiatan tersebut merupakan sebuah tujuan

operasional.

Dalam operasionalisasi pendidikan formal, tujuan operasional ini

disebut tujuan instruksional atau tujuan pendidikan yakni tujuan yang hendak

dicapai setelah kegiatan pendidikan (intruksional) tertentu berakhir. Tujuan

intruksional dapat dibagi menjadi dua yaitu : Tujuan Intruksional Umum

(TIU) dan Tujuan Intruksional Khusus (TIK) yang sekarang lebih dikenal

dengan nama Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK). Tujuan operasional

menuntut anak didik memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat

operasionalnya lebih ditekankan daripada sifat apresiasi (penghayatannya)

secara mendalam. Akan tetapi bukan berarti aspek yang terakhir ini menjadi

tidak penting, hanya aksentuasinya saja yang berbeda. Pada tahapan ini yang

terpenting anak didik mampu dan terampil berbuat, baik lisan maupun

Page 105: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

87

anggota tubuh lainnya. Kemampuan dan keterampilan anak didik tersebut

merupakan sebagian dari kemampuan dan keterampilan insan kamil. Pada diri

anak didik, dan itu harus dikembangkan menuju bentuk insan kamil yang

sempurna dan paripurna.

1. Aspek Guru (Tenaga Pendidik)

Setiap terjadi sebuah proses komunikasi, terjadi pula proses memberi

dan mendapatkan informasi. Kadang kita berada pada posisi pemberi dan

penggalih informasi, pengetahuan, keterampilan atau sebuah argumentasi

agar seseorang meyakini sesuatu. Kadang juga berada pada posisi

sebaliknya. Posisi pertama menempatkan sebagai orang yang menggurui,

sedangkan posisi kedua menempatkan orang sebagai yang digurui. Dalam

praktek pendidikan, pemberi informasi adalah pendidik (guru) dan

penerima informasi adalah peserta didik (murid).

Bila ditinjau dari segi filosofis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh

Poerwadarminta (1991: 230), pendidik (guru) adalah orang yang

mendidik. Dari pengertian ini bahwasannya pendidik (guru) adalah orang

yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris

dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidikan. Kata

tersebut seperti teacher yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang

berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah (Echols dan

Shadily, 1980: 560-608).

Dari beberapa kata tersebut secara keseluruhan terhimpun dalam kata

pendidik, karena kata tersebut mengacu kepada seseorang yang

Page 106: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

88

memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengamatan kepada orang

lain. Kata-kata yang berfariasi tersebut menunjukkan adanya perbedaan

ruang gerak dan lingkungan dimana pengetahuan dan keterampilan

diberikan. Dengan demikian kata pendidik secara fungsional menunjukkan

kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan

pengetahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.

Orang yang melakukan kegiatan tersebut bisa siapa saja dan dimana saja.

Di rumah, orang yang melakukan tugas adalah kedua orang tua, karena

secara moral dan teologis merekalah yang diserahi tanggung jawab

pendidikan anaknya.

Selanjutnya di sekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru, dan di

masyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan

sebagainya. Atas dasar ini maka yang termasuk kedalam pendidik itu bisa

kedua orang tua, guru, tokoh masyarakat dan sebagainya (Nata, 1997: 62).

Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat,

kewibawaan yang menyebabkan guru dihormati sehingga masyarakat tidak

meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat

mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian

mulia. Disamping itu profesi guru merupakan profesi yang memiliki

tujuan suci (sacralmission). Dia tidak hanya dihormati oleh manusia,

bahkan Allah sendiripun menghormati karena ilmunya. Penghormatan

yang diberikan manusia berupa sikap, pujian dan sanjungan, bahkan

membalas jasa dengan materi, dalam skala nasional guru dijuliki sebagai

Page 107: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

89

pahlawan tanpa tanda jasa. Gelar tersebut sebagai simbol penghormatan

berupa meninggikan derajatnya karena seorang guru merupakan sosok

manusia berilmu (Baharudin dan Makin, 200 : 181).

ي رف الله ال يي آ ا آ ك وال يي وا ا العل رجات والله ا ا ع ل ن ب ري Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orangorangyang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadilah, 58: 11).

Dengan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat maka seorang

guru (pendidik) diberi tugas dan tangung jawab yang berat. Mengemban

tugas memang berat, tetapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab

sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah tetapi juga

di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya

secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak

mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan

perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar

sekolah sekalipun.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru (pendidik) adalah

semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing

dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal di

sekolah maupun di luar sekolah. Menjadi seorang guru tuntutan hati nurani

tidaklah semua orang dapat melakukannya karena orang harus merelakan

sebagian besar dari kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa

guna mendidik anak didik menjadi manusia susiala yang cakap,

Page 108: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

90

demokratis dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan

pembangunan bangsa dan negara.

Menjadi seorang guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjad (1997: 41)

tidak sembarangan, akan tetapi harus memenuhi persyaratan-persyaratan,

yaitu : taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, sehat jasmani,

berkelakuan baik. Adapun di negara Indonesia untuk menjadi guru diatur

dengan beberapa persyaratan yakni berijazah, profesional, sehat jasmani

dan rohani, taqwa keapda Tuhan Yang Maha Esa, dan kepribadian yang

luhur, bertanggung jawab, dan berjiwa sosial (Djamarah, 2005: 34).

Menurut Al-Abrasyi, sebagaimana dikutip Ahmad Tafsir, syarat dan

sifat seorang guru antara lain adalah :

a. Guru harus selalu mengetahui karakter murid.

b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam

bidang yang diajarkannya.

c. Guru harus mengamalkan ilmu dan jangan berbuat berlawanan dengan

ilmu yang diajarkan(Tafsir, 1992: 79). Bagi seorang guru, mengetahui

karakter murid sangatlah penting mengingat murid merupakan pihak

yang akan dididiknya menuju pada tujuan yang telah ditetapkan dan

dikehendaki. Demikian juga seorang guru harus dituntut untuk

senantiasa meningkatkan keahliannya. Karena biar bagaimanapun juga

tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengantarkan anak

didiknya menuju pematangan humanisasinya.

Page 109: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

91

Adapun tugas seorang guru (pendidik) yang dijelaskan oleh S.

Nasution (1988: 16-17) menjadi 3 bagian. Pertama, sebagai orang yang

mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan ini, maka tugas dari seorang

guru (pendidik) harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang

bahan atau materi yang akan diajarkannya. Artinya seorang guru tidak

boleh berhenti belajar, karena pengetahuan yang akan diberikan kepada

peserta didik terlebih dahulu harus ia pelajari. Kedua, guru sebagai model.

Yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang

berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari. Sehingga

seorang guru menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh

mata pelajaran tersebut. Hal ini akan lebih nampak pada pelajaran bidang

studi akhlak, keimanan, kebersihan, dan sebagainya. Ketiga, guru juga

menjadi model sebagai pribadi. Apakah ia berdisiplin, cermat berfikir,

mencintai pelajarannya atau mematikan idealisme dan picik pada

pandangannya.

Dari ketiga fungsi guru di atas menggambarkan bahwa seorang

pendidik selain memiliki pengetahuan yang tinggi yang akan diajarkannya,

mereka juga harus berkepribadian yang baik, berpandangan luas dan

berjiwa besar.

Secara konvensional, seorang guru (pendidik) harus memiliki tiga

kualifikasi dasar yaitu menguasai materi, antusiasme, dan penuh kasih

sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik. Meskinpun kasih sayang

(loving) merupakan kualifikasi yang paling belakang, dalam konsep

Page 110: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

92

humanisme, pada dasarnya harus ditempatkan pada urutan pertama.

Seorang guru atau dosen harus mengajar hanya berlandaskan cinta dan

kasih sayang kepada sesama umat manusia tanpa memandang status sosial,

ekonomi, agama, kebangsaan dan sebagainya. Misi utama seorang guru

adalah mencerdaskan bangsa (enlightening), bukan sebaliknya

membodohkan masyarakat. Mempersiapkan anak didik sebagai individu

yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikan manjad dan

beban masyarakat. Proses pencerdasan harus berangkat dari pandangan

filosofis guru, bahwa anak didik adalah individu yang memiliki beberapa

kemampuan dan keterampilan.

Dalam perspektif humanisme religius, guru tidak dibenarkan

memandang anak didik dengan sebelah mata, tidak sepenuh hati, atau

bahkan memandang rendah kemampuan siswa.

2. Aspek metode

Ditinjau dari segi filosofis metode pendidikan adalah cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang

berpendapat bahwasannya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan

(Hasan Lalunggung, 1998: 61). Jalan untuk mencapai tujuan ini bermakna

ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji dan

menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau

tersistematisasikannya suatu pemikiran.

Dalam leksikologi bahasa Indonesia, metode berarti cara yang teratur

dan berfikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Metode pendidikan

Page 111: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

93

Islam berarti cara yang teratur atau terpikir baik untuk mencapai tujuan

pendidikan Islam. Metode merupakan suatu perangkat dalam mengajar

yang mempunyai tujuan dan didasarkan atas suatu teori. Suatu metode

memiliki empat kriteria, yaitu :

a. Seleksi, yakni bagaimana sebua h metode membuat seleksi atas bahan

yang akan diajarkan.

b. Gradasi, yakni bagaimana bahan yang diseleksi itu diatur dalam

urutan.

c. Presentasi, yaitu bahan yang diseleksi diurut dengan tingkat kesukaran

agar bisa disajikan.

d. Reptisi, yaitu bagaimana metode itu membuat ulangan atas bahan yang

telah disajikan agar siswa dapat menguasainya dengan baik. Islam

melalui ajarannya yang universal menunjukkan betapa pentingnya

suatu metode dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu di dalamnya

dapat ditemukan prinsip-prinsip metodologis pendidikan Islam.

Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip suasana kegembiraan, prinsip

memberikan layanan dan sentuhan dengan lemah lembut, prinsip

kebermaknaan terhadap peserta didik, prinsip prasyarat, prinsip

komunikasi terbuka, prinsip pemberian pengetahuan baru, prinsip

memberi model yang baik, prinsip praktis. (Baharudin dan Makin, 2007:

183).

Dalam konsep humanisme religius metode pembelajaran diartikan

sebagai cara mengajar dalam proses belajar mengajar bagi seorang guru,

Page 112: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

94

tetapi dipandang sebagai upaya perbaikan komprehensif dari semua

elemen pendidikan sehingga menjadi sebagai sebuah iklim yang

mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Ada beberapa point yang

berhubungan dengan sikap-sikap yang tidak mendukung perkembangan

kualitas keberagamaan anak yang biasanya ditemukan di lapangan atau

dalam kehidupan sehari- hari. Point-point tersebut adalah orang tua,

sekolah, lingkungan, tetangga, keamanan pemerintah, dan kaum

agamawan. (Mas‟ud, 2007: 197).

3. Aspek Murid (Peserta Didik)

Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari

seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.

Anak didik merupakan “kunci” yang menentukan terjadinya interaksi

edukatif (Djamarah, 2005: 51). Dilihat dari segi kedudukannya, anak didik

(peserta didik) adalah merupakan makhluk yang sedang berada dalam

proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing,

yang memiliki dimensidimensi yang sama dengan manusia dewasa.

Sebagai individu yang memiliki kebutuhan biologis, psikis mereka

memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah

titik optimal kemampuan fitrahnya demi terciptanya praktek pendidikan

yang benar-benar humanistik. Dalam hal ini anak didik tidak hanya

dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan sebagaimana disebutkan

di atas, melainkan juga harus diperlukan sebagai subyek pendidikan. Hal

Page 113: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

95

ini antara lain dilakukan dengan cara melibatkan mereka dalam

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.

Implasinya, pendidikan tidak hanya dipandang sebagai proses

sosialisasi dengan hanya dipahami sebatas transformasi nilai-nilai dari

generasi dewasa ke generasi yang lebih muda. Lebih dari itu, pendidikan

hendak diformat untuk membentuk dan mengembangkan hati yang kuat,

akal yang sehat, dan jiwa yang merdeka. Konsekuensinya, dalam suatu

praktek kependidikan tertentu. Hendaknya peserta didik diberi kesempatan

berkontemplasi dan berfantasi dengan menghindarkan sedapat mungkin

paksaan bagi anak untuk meniru. (Anas, 1993: 111). Walaupun secara

fitrah anak didik memiliki kecenderungan untuk meniru (hubbut taqlid).

Namun dalam prakteknya, transisi nilai-nilai yang dilakukan lebih

menonjolkan pada aspek kognitifnya (pengetahuannya) saja, sedangkan

aspek afektif dan psikomotorik kurang mendapat perhatian yang serius.

Seperti yang telah dibahas di atas, dalam setiap interaksi yang terjadi,

peserta didik harus dihargai eksistensi dirinya. Pada dasarnya, dia ingin

menjadi manusia yang eksis secara fisik sekaligus perasaannya dari sisi

motivasi. Pendidik harus memberi kelonggaran dan kebebasan sewajarnya

sesuai dengan perbedaan individualnya. Aliran humanisme individual,

yang tokohnya antara lain Petrarch (1304-1374), Boccacio (1313-1375)

dan Vittorino de Feltre (1378-1446) berpendapat bahwa tujuan pendidikan

adalah kebebasan berpikir, mengembangkan kepribadian individu, dan

bisa berekspresi melalui kesenian, kesusastraan dan musik. Pendidikan

Page 114: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

96

hendaknya diberikan dengan mengingat perbedaan individual, minat serta

memberi kesempatan untuk berekspresi dan berbuat (Surabaya, 1990: 12)

Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan positif-konstruktif yang

memiliki dimensi nilai-nilai edukatif yang bukan kebebasan menurut

peserta didik. Artinya peserta didik diberi keleluasaan untuk mendidik

dirinya sehingga dia bisa menemukan dirinya.

Seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui semboyan

Taman Siswa mengatakan : “Kita berhamba kepada seorang anak”.

Maksudnya, pendidik dengan ikhlas tidak terikat dengan apapun juga

mendekati anak didik untuk mengorbankan diri kepadanya, tapi murid

bukan murid untuk guru, tetapi sebaliknya (I. Djumhur dan Suparta, 1998:

182).

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik sebuah komprehensif

bahwa dalam sebuah praktik pendidikan Islam, kebebasan dan keleluasaan

(dalam batas-batas yang terkendali) sangat diperlukan demi menumbuhkan

disiplin yang terwujud secara internal, bukan disiplin palsu yang dibuat-

buat dan dilakukan karena terpaksa. Dengan demikian, secara alamiah hal

itu dapat menjadikan peserta didik memiliki kesadaran yang penuh untuk

menunaikan tugas dan kewajibannya tanpa harus dihatui oleh pengaruh-

pengaruh luar.

4. Aspek Materi

Secara sistematis, materi merupakan komponen yang memainkan

peran penting dalam sebuah proses kependidikan. Sebab, pada dasarnya ia

Page 115: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

97

merupakan sekumpulan pengetahuan (nilai) yang ingin disampaikan oleh

pendidik kepada peserta didik, tanpa materi, tidak akan ada pendidikan.

Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah tujuan.

Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur

dengan lenearnya proses tranmisi nilai- nilai, (dalam hal ini materi

pelajaran yang terformat kedalam kurikulum), melainkan lebih dari

sekedar itu.

Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih

merupakan sarana yakni sarana untuk membentuk pematangan humanisasi

peserta didik, jasmani dan ruhani secara gradual. Karena sarat dengan

nilai-nilai (sosial, budaya, ekonomi, etika, dan religius), bahkan nilai

kependidikan itu sendiri. Maka materi pendidikan merupakan komponen

yang cukup penting sebagai alat membina kepribadian peserta didik.

Namun ini juga tergantung dari bagaimana metode yang diterapkan oleh

para pendidik (Baharudin dan Moh. Makin, 2007: 192).

5. Aspek Evaluasi

Evaluasi merupakan akhir dari suatu pekerjaan. Dengan demikian,

evaluasi pendidikan Islam merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan

pendidik untuk mengetahui seberapa jauh proses pendidikan telah

mencapai tujuan. Sehubungan dengan ini secara sistematis Zuharini

mengatakan bahwasannya : “Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu

kegiatan untuk menentukan taraf kemampuan suatu pekerjaan dalam

pendidikan Islam”. Evaluasi dilaksanakan dalam rangka mengetahui

Page 116: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

98

tingkat keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi

pelajaran, menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukannya, baik

yang terikat dengan materi itu sendiri, metode, fasilitas, ataupun yang

lainnya. Kemudian diadakan sebuah pembenahan, yang dalam bahasa

pendidikan dinamakan dengan remidial programe.

Ada dua istilah yang hampir sama yaitu evaluasi (penilaian), dan

pengukuran. Pengertian pengukuran lebih mengacu pada tindakan atau

proses untuk menentukan kuantitas sesuatu. Oleh karena itu diperlukan

alat bantu ukur. Sedangkan istilah evaluasi (penilaian) mengarah pada

penentuan kualitas atau nilai sesuatu. Pentingnya melakukan evaluasi

dapat dicerna dari teks-teks Al-Qur‟an. Hal ini dapat dicermati dalam

proses tarbiyah pada figur Adam. Dari sini dapat dipahami bahwa setelah

melaksanakan kegiatan pendidikannya berupa mengajari Nabi Adam

dengan nama-nama benda,

وعل م األساء لها ث عر ه على ال الئك ف ال نبئ ن أساء هؤالء إن ا قني

Artinya:“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para

Malaikat lalu berfirman:"Sebutkanlah kepada-Ku nama

benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang

benar!”. (Q.S. Al- Baqarah, 2: 31)

ه أسائه ف ل ا ن بأه أسائه قال ل قل لك إن عل ي قال يا م نبئ الس اوات واألرض و عل آا ا بدون وآا اك ن

Artinya: “Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka

nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya

kepada mereka nama-nama bendaitu, Allah berfirman:

"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya

Page 117: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

99

Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa

yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".(Q.S.

Al-Baqarah, 2: 33)

Oleh karena itu, pentingnya melakukan evaluasi dalam praktek

pendidikan Islam pada konteks kekinian bisa berangkat dari paradigma ini.

Evaluasi pendidikan (Islam) selanjutnya mempunyai tujuan :

a. Pengambilan putusan tentang hasil belajar

b. Memberi pemahaman tentang anak didik dan perbaikan

c. Pengembangan program pendidikan atau pendidikan

Selama ini evaluasi terhadap siswa hanya terbatas pada ranah kognitif

dan itupun lebih berorientasi pada sejauh mana siswa mampu mengingat

dan mampu menghafal sekian materi yang telah dikenalkan guru. Domain

sikap efektif, apalagi psikomotorik, lepas dari prses evaluasi. Ini berarti

proses belajar-mengajar hanya mengajar penumpukan materi dan

informasi (Sudirman, 1991: 242).

Dja‟far Hentihu berpendapat bahwa dalam melakukan evaluasi,

pendidikan harus berpegang teguh pada prinsip keseluruhan, prinsip

kontinuitas, dan prinsip objektivitas (Mas‟ud, 2002: 212) Prinsip

keseluruhan memberi pengertian bahwa evaluasi (penelitian) pendidikan

yang utama adalah anak secara keseluruhan yang meliputi aspek kognitif,

aspek efektif, dan aspek psikomotor. Maksud prinsip kontinuitas adalah

bahwa evaluasi tidak hanya dilaksanakan secara temporer dan insidental.

Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus mengingat pendidikan

sendiri merupakan suatu proses kontinu yang progresivitasnya tidak

mengenal batas waktu dan terminal pemberhentian.

Page 118: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

100

Dalam melakukan penelitian, prinsip objektivitas harus didasarkan

pada kenyataan yang sebenarnya, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan

subjektif pendidik. Jangan sampai terjadi seorang pendidik melakukan

penilaian dengan sebuah konsiderasi “siapa dia”, “akan tetapi” dan

bagaimana sesungguhnya dia”. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

yakni pengambilan keputusan tentang hasil belajar. Untuk memahami anak

didik serta melakukan perbaikan dan pengembangan. Kembali pada

kecerdasan emosional yang disinggung di depan, harus ada perubahan

paradigmatik, termasuk dalam wilayah evaluasi. Apalagi evaluasi

pengajaran agama jelas tidak cukup hanya terpusat pada pengetahuan

agama saja. Artinya, penilaian harus objektif dan komprehensif. Bukan

hanya kecerdasan intelektual melainkan juga emosional dan spiritual.

Proses penilaian yang hanya dilakukan pada akhir semester dan

midsemester juga dipandang sebagai sebuah kelemahan. Yang lebih

penting adalah evaluasi harian dengan catatan menenai perkembangan

anak. Proses atau memang lebih penting daripada end atau tujuan. Proses

lebih mementingkan fungsi, bukan output yang dipaksakan, juga bukan

mengajar nilai sebagaimana yang saat ini terjadi di sekolah-sekolah.

Dengan evaluasi sebagaimana konsep humanisme religius, baik siswa

maupun guru dipandang sebagai entitas individual yang memiliki

tanggung jawab vertikal dan horizontal. Dengan pandangan ini, baik siswa

maupun guru sesungguhnya sama-sama memiliki tanggung jawab lebih

tinggi. Ada semacam built in motivation bagi setiap individu untuk

meningkatkan kualitas pribadi agar siap dievaluasi setiap saat. Bukanlah

Page 119: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

101

Islam mengajarkan bahwa setiap individu harus merasa ada yang

memonitor setiap saat. God is watchingus, bertakwalah dimana saja dan

kapan saja, ittaqillaha haitsuma kunta, internal atau intrinsial motivation

jauh lebih ampuh, signifikan dan fungsional dibanding evaluasi dalam

bentuk apapun.

Page 120: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

102

BAB III

GAMBARAN UMUM SEANGPRATHIP WITTAYA MULNITI

SCHOOLDAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS

PADAPEMBELAJARAN PAI

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian Gambaran Umum Letak Geografis

Wilayah Nongchik terletak di propinsi Pattani, Thailand Selatan

dilihat dari segi geografis merupakan delta brantas yang kaya akan segala

potensinya, memiliki arti yang sangat luas dan strategis dari aspek

ekonomi dan sosial maupun budaya. Bahkan dengan spontanitas

masyarakatnya dan kesetiakawanan yang tinggi secara kompetetif. Mudah

digerakkan untuk kepentingan rakyat muslim langsung dan bersifat

momental.

Utara : berbatas dengan kampung Tambon Kokpok

Selatan : berbatas dengan kampung Tambon Naket

Barat : berbatas dengan kampung Tambon Ban Bothong

Timur : berbatas dengan kampung Tambon Lipat Sanggul

2. Sejarah Singkat Berdirinya

Kondisi letak yang melatar belakangi ide atau gagasan sementara

dari tokoh masyarakat di wilayah Nongchik yang sejak lama

mendambakan lahirnya sebuah sekolah pendidikan agama yang ada di

Nakkudum yang representif baik mutu maupun tempatnya. Sehingga

dapat menampung banyaknya lulusan dari sekolah agama lain yang

Page 121: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

103

dimana pada saat itu terdapat beberapa sekolah yang ada di sekitar

Nongchik.

Sehingga dengan keberadaan sekolah pendidikan agama

Seangprathip ini sekolah yang berada di Nongchik dapat menampung

banyaknya lulusan sekolah lain yang pada dasawarsa 60-an terpaksa harus

melanjutkan pendidikan ke daerah lain. Suatu yang menambah beban bagi

setiap orang tua atau wali. Sebagai awal konsultasi beberapa pejabat

kerajaan termasuk diantaranya para anggota kalangan legislatif yang

ternyata memperoleh tanggapan yang sangat menggembirakan. Kemudian

langkah berikunya menghimpun beberapa tokoh pengusaha untuk diajak

berpartisipasi secara aktif. Usaha pendekatan dilanjutkan sebagai langkah

aktif dan mengembangkan gagasan tersebut kepada tokoh pendidik dan

para cendekiawan termasuk kepala sekolah menengah pertama dan

sekolah kejuruan baik yayasan swasta maupun kerajaan di wilayah

Nongchik, Pattani.

Dengan ridho Allah Tuhan Yang Maha Esa dan restu dari semua

pihak, maka sekolah pendidikan agama Islam yang berdiri di sekitar

daerah wilayah ini bertujuan untuk meningkatkan dan menjadikan agama

sebagai penambah pengetahuan tentang keIslaman baik syari‟ah, dakwah

maupun pendidikan. Muslim yang berada di lingkungan ini pasti

mempunyai permasalahan-permasalahan, seperti perbedaan hukum Islam

dan perbedaan para pendapat ulama-ulama yang berada di wilayah Pattani,

khususnya di Nat Kudung. Karena muslim di sini telah berada dalam

Page 122: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

104

minoritas kaum Buddha, maka dari itu banyak sekali rintangan yang harus

dihadapi oleh masyarat sekitar. Dengan adanya surau-surau kecil yang

telah didirikan di tiap-tiap desa selain digunakan untuk tempat beribadah

juga digunakan untuk bermusyawarah masyarakat sekitar menyelesaikan

masalah-masalah yang mereka hadapi sesuai dengan ketetapan yang sesuai

kitabullah dan sunnatullah SAW dan pendapat para ulama untuk

memantapkan Aqidah dalam diri manusia dan mensucikan ruh Islam baik

untuk diri sendiri maupun untuk bersama. Sekolah ini berdiri pada tahun

1945 M/ 1366 H. Yang didirikan oleh Syaikh Nik Henaj (Ibrohim bin

Abdurrohman) di desa Nakkudum Nongchik, Pattani, Thailand Selatan.

Yang bermula pertamakali berbentuk halaqoh (kelompok) orang-orang

alim yang sedikit membahas kitab-kitab kuning seperti kitab Jauharotul

Mawahib wa Munbahatul Qulub dan Syah Al-Afrah wa Ashbahul al-Falah

dan lain sebagainya. Selain itu, juga tempat orang-orang ulama berkumpul

membahas masalah-masalah yang berkenaan dengan hukum Islam dan

Aqidah.

Kemudian berkembang banyak menjadi besar, masyarakat pun

boleh turut ikut campur dalam pengajaran sekolah karena demi kemajuan

bersama pada tahun Tahun Buddha 2548 bertepatan pada tahun 2005.

Selain itu sekolah Seangprathip ini juga mencetak kader-kader generasi

penerus guru yang berpengetahuan luas baik ilmu akherat maupun ilmu

dunia. Serta menyeimbangkan keduanya supaya bermanfaat ketika

Page 123: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

105

mengabdi di masyarakat luas khusunya di negara Thailand yang minoritas

muslim.

3. Identitas Sekolah

Nama : Seangprathip Wittaya Mulniti School

الدينية السالميةمعهد التربية

Alamat : Pulohpuyo (Nat Kudung), Nongchik, Pattani

No. Telp : 0807104965

Alamat Surat : 45/1 M.A.T Pulohpuyo A. Nongchik Pattani

Country, Thailand 94170

Status Sekolah : Yayasan (Swasta)

Tahun Berdiri : 2548/ 2005

Status Tanah : Tanah Keluarga Besar Seangprathip

Luas Tanah : 40 rai

Pendiri Sekolah : Ibrohim bin Abdurrahman (Alm)

Pimpinan Sekolah : Abdul Syukur

Kepala Sekolah : Anwaruddin Doloh

4. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi

Pada tahun 2548 bertepatan pada tahun 2005. Sekolah

Seangprathip ini juga mencetak kader-kader generasi penerus guru

yang berpengetahuan luas baik ilmu akherat maupun ilmu dunia. Serta

menyeimbangkan keduanya supaya bermanfaat ketika mengabdi di

masyarakat luas khususnya di negara Thailand yang minoritas muslim.

Page 124: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

106

b. Misi

Selama ini strategi atau misi yang dilakukan oleh yayasan sekolah

pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:

1) Menyeimbangkan pembelajaran antara pelajaran umum maupun

pelajaran agama, dengan kebenaran.

2) Membina para guru untuk mengamalkan ilmunya untuk menambah

wawasan pengetahuan para siswa-siswi.

3) Membangun dan memperbaiki sekolah dengan sebaik-baiknya,

baik secara fisik maupun non fisik

4) Memperluas pengetahuan agama Islam kepada masyarakat untuk

meningkatkan kemajuan desa.

5) Membina para siswa agar dapat membantu masyarakat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di

lingkungan sekolah maupun masyarakat.

6) Membentuk dan memperbaiki kurrikulum sesuai dengan

permintaan masyarakat.

c. Tujuan

Tujuan dari berdirinya Seangprathip Wittaya Mulniti School

adalah:

1) Mencetak kader-kader guru yang profesional, baik di bidang

akademik maupun agama serta memudahkan masyarakat untuk

menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan keagamaan

Page 125: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

107

Pendiri Pondok

Kepala Sekolah

Bagian Akademik

Bagian Keagamaan Bagian Karyawan

Bagian

Administrasi

Bagian

Pengajaran

Bagian

Anggaran

Bagian

Perkantoran

supaya dapat memberikan kemajuan bagi masyrakat sekitar dan

meningkatkan kualitas pembelajaran bagi siswa.

2) Meningkatkan kualitas hidup, mengembangkan dan menambahkan

pengajaran, menyeimbangkan ilmu agama dan ilmu umum, serta

membangun sistem pembelajaran dan memperbaiki sistem

teknologi supaya pola pikir masyarakat terus berkembang dan tidak

merasa tertinggal.

5. Struktur Organisasi

Pimpinan Pondok

Mudir

1) Bagian Pengajaran

Anggota dari bagian pengajaran tersebut dan bertanggung jawab atas

tugasnya yaitu: ust. Rofi‟i, ust. Amin, ust. Awang dan ust. Ahmad.

Tugasnya antara lain:

a) Menyusun Kurrikulum Mata Pelajaran

b) Menyusun perencanaan belajar mengajar

Page 126: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

108

c) Membuat evaluasi

d) Menyusun jadwal pelajaran

e) Menyusun persiapan kegiatan belajar mengajar

f) Mengontrol kerja guru

g) Mengadakan majelis ilmiah agama seperti perlombaan siswa-siswi.

2) Bagian Anggaran

Anggota dari bagian anggaran terdiri dari 4 orang yaitu, ustdzah

Aisyah, ustadzah Asma, ustadzah Aminah dan Ustadzah Amal.

Tugasnya antara lain:

a) Membuat data uang masuk dan keluar (input-output) sekolah

b) Mengurus pembayaran gaji guru

c) Mengurus keuangan untuk keperluan sarana prasarana sekolah

d) Mengurus pembayaran SPP siswa.

3) Bagian Perkantoran

Anggota dari bagian perkantoran terdiri dari 5 orang, ust.

Abdurrohman, ust. Rofi‟i, ustadzah Aisyah, ustadzah Halimah dan

ustdzah Nafisah. Bertugas sebagai berikut:

a) Membuat laporan kehadiran guru setiap bulan.

b) Mengawal guru masuk kelas (mengontrol kerja guru).

c) Mengurus perizinan guru untuk cuti mengajar.

d) Bertanggung jawab atas guru kelas.

4) Bagian Administrasi (Kesiswaan)

Page 127: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

109

Anggota dari bagian administrasi (kesiswaan) terdiri dari us. Daud,

ust. Ma‟yaki, ust.Anwar, ustadzah Khodijah dan ustadzah Ahlam.

Tugasnya antara lain:

a) Mengurus segala permasalahan pelajar seperti perkelahian pelajar.

b) Mentertibkan asmara pelajar.

c) Mempersiapkan barisan pelajar setiap pagi, dan lain-lain yang

berkenaan dengan pelajar.

d) Mendata nama-nama pelajar yang masuk dan keluar.

6. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran Sekolah Seangprathip Wittaya Mulniti School

ini memiliki sistem pembelajaran terpisah antara pembelajaran ilmu

pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum (akademik). Untuk

pembelajaran ilmu pengetahuan umum (bagian akademik), peserta didik

wajib menyelesaikan studinya 6 tingkatan kelas, sedangkan pembelajaran

ilmu pengetahuan agama peserta didik menyelesaikan 10 tingkatan kelas

yang terbagi atas kelas ibtidaiyyah, mutawasit, dan tsanawiyah. Membagi

waktu pelajaran dari awal sampai akhir satu semester, waktu pembelajaran

dan memilih wali kelas di setiap kelasnya. Masa belajar siswa sampai 6

tahun.

Setiap tahun dibagi menjadi 2 pangkal (2 semester). Semester 1 mulai

pada bulan Mei sampai bulan Oktober, semester 2 mulai bulan November

sampai bulan Februari. Waktu pembelajaran harian dibagi 2, pelajaran

Agama dan Umum (Akademik). Waktu pembelajaran Agama dimulai dari

jam 08.15 - 10.15 WTS dan 13.00 - 14.30 WTS dan waktu pembelajaran

Page 128: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

110

Umum (Akademik) 10.15 - 12.30 WTS dan 14.30 – 16.00 WTS. Hari

belajar dalam seminggu hanya 5 hari. Mulai hari Minggu sampai hari

Kamis.

7. Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan di Seangprathip adalah kurikulum yang

berdasarkan kurikulum yang telah di sepakati oleh sekolah-sekolah agama

lainnya dan ditambah dengan kurikulum pendidikan kerajaan. Selain itu,

juga ditambah dengan muatan lokal/pelajaran tambahan serta kegiatan

pengembangan diri, bakat dan minat. Kurikulum tersebut dimodifikasi dari

berbagai sumber dan disusun bersama oleh guru melalui rapat kerja

tahunan sekolah yang kemudian tersusunlah kurikulum tingkat satuan

pendidikan. Kurikulum tersebut disusun dengan memperhatikan

kebutuhan lokal para pengguna jasa pendidikan Saengprathip

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

pendekatan Active Learning (AL).

Pembagian kurrikulum di sekolah ini terbagi menjadi 2, mata

pelajaran umum dan mata pelajaran agama, berikut penjelasannya:

a) Mata pelajaran agama yang wajib dipelajari dan menjadi batas

kemampuan siswa di sekolah terdiri dari: Al-qur‟an, Hadist, Tafsir,

Tauhid, Fiqih, Sirroh Nabawiyyah, Akhlak, Tajwid, Faroidh, Ushul

Fiqh, Dakwah, Mustholahul Hadist dan Ushul Tafsir / Asbabun nuzul

surat Al-qur‟an. Mata pelajaran tambahan yang harus diikuti oleh

siswa untuk mengukur kemampuan siswa dengan menggunakan

percakapan bahasa asing seperti bahasa arab, terdiri dari beberapa mata

Page 129: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

111

pelajaran yaitu: Nahwu, Shorof, Muthola‟ah (mengkaji cerita), Insya‟

(membuat cerita Bahasa Arab), Imla‟ (dikte Arab), Khot (kaligrafi

Arab), Muhadtsah (percakapan Arab), Balaghoh (sastra Arab). Berikut

ini struktur kurikulum Seangprathip:

Tabel 1

Daftar Kondisi Guru Agama Sekolah Seangprathip beserta Hissoh

(jam mengajar tiap minggu) Tahun 2558

No Nama Jam Bidang Studi

1 Ishaq Ni‟lo 6 Fiqh

2 Maimunah Ni‟lo 4 Qiroati & Al-Qur‟an

3 Adylan Safruuk 3 Qiroati & Al-Qur‟an

4 Ahmad Somok 15 Hadist & Bhs. Arab

5 Rifa‟i Doloh 11 Fiqh

6 Rohim Deraso 20 Bhs. Rumi & Bhs. Melayu

7 Aminah H‟yimak 20 Tafsir & Nahwu

8 Rofisah H‟yimak 20 Tafsir & Balaghoh

9 Halimah H‟yicikme 21 Fiqh, Akhlak, Bhs. Rumi &

Melayu

10 Amin Sa‟i 10 Bhs. Rumi & Qiroati

11 Ismail Ci‟lung 21 Aqidah & Fiqh

12 Daud To‟lee 11 Qiroati & Aqidah

13 Awae Ci‟te 20 Tafsir & Hadist

14 Abdurrohman Ma‟se 20 Bhs. Arab & Bhs. Melayu

15 Syaifuddin Ma‟sing 21 Tafsir, Shorof & Akhlak

16 Aisyah Ci‟lee 10 Bhs. Jawi & Qiroati

17 Rohimah Sama‟e 21 Bhs. Arab

18 Duang Ta Wong Nuik 20 Hadist & Akhlak

19 Habibah Kakcik 14 Qur‟an & Qiroati

20 Ismail Kareng 17 Tarikh

21 Ma‟yaki K‟lupe 17 Tarikh, Bhs. Melayu & Qiroati

22 Abdurrohman

H'yisama

11 Qiroati & Aqidah

23 Hayati Doloh 12 Akhlak

24 Ahmad Linung 9 Bhs. Melayu

Page 130: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

112

No Nama Jam Bidang Studi

25 Fadhilah C‟mak 20 Tafsir & Nahwu

Jumlah jam pelajaran

Agama selama 1 semester

374 Setiap 1 jam pelajaran 45

menit

b) Selain mata pelajaran agama juga ada mata pelajaran umum

(Akademik) yang harus dipelajari, karena pelajaran ini wajib bagi

setiap sekolah dan juga dibuat tolak ukur bagi negara di antaranya

adalah: Bahasa Thai, Matematika, Sains (IPA), Sosiologi, Sejarah,

Kesehatan, Kesenian, Keterampilan dan Bahasa Inggris. Mata

pelajaran tambahan yang harus diikuti oleh para siswa guna menambah

ilmu pengetahuan yaitu: bahasa Thai, Kepemimpinan & Kedisiplinan,

Olahraga, TIK dan yang terakhir adalah bahasa Inggris.

Tabel 2

Daftar Kondisi Guru Umum Sekolah Saengprathip beserta Hissoh

(jam mengajar tiap minggu) Tahun 2558

No Nama Jam Bidang Studi

1 Yariyah Ying 15 Kesenian

2 Hayati Monong 15 IPA (Sience)

3 Aniyah Roumat 17 Bhs. English

4 Limah Hulu 13 Bhs. Thai & Kesehatan

5 Rosanah Awee 12 Matematika

6 Daud Dawee 15 Olahraga

7 Natisah Saekrade 16 TIK

8 Hafsah C‟Doloh 16 Matematika & IPS

9 Robiyah Yi‟mali 12 Bhs. Thai

10 Jamilah Maksu 16 IPS & Kepemimpinan

11 Rainab H‟yilok 7 IPA

12 Cikrapon Wehamak 16 Matematika & IPA

13 Mak Sening 10 Kewirausahaan

Page 131: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

113

No Nama Jam Bidang Studi

14 Amran Sama‟ 18 Fisika & Matematika

15 Narimah Wehemak 18 Kimia & IPA

16 Nasrin Hama‟ 12 Matematika

17 Rusnah Ali 10 Kewirausahaan & IPS

18 Hamidah Poksa 16 Bhs. English

19 Hartini Wesama‟ 16 Bhs. Thai & IPS

20 Arraya Ma‟mak 16 Bhs. Thai

21 Maci‟ma Tokwee 17 Bhs. English & Kewirausahaan

22 Suraini WeH‟yi 16 Matematika

23 Nurusan Ha‟yi 15 Matematika

24 Bahari Ha‟yi Yusuf 6 Kepemimpinan

25 Ma‟rokid Hawee 14 IPS

26 Ci‟wannab Careyen 17 Kesehatan & Bhs. Thai

27 Arifin 18 Bhs. English

Jumlah jam mata

pelajaran Akademik

selama 1 semester

389 Setiap jam pelajaran 40 menit

8. Jumlah Guru, Siswa dan Karyawan

a. Data guru

Berdasarkan salah satu dokumen yang diberikan oleh bagian Tata

Usaha (TU) Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani,

saat ini tahun 2558 sekolah Seangprathip memiliki guru sebanyak 52

orang, 27 orang terdiri dari guru akademik / umum dan 25 orang guru

agama. Berikut daftar guru dan mata pelajaran yang diajarkan.

Tabel 3

Daftar Kondisi Guru Agama Sekolah Seangprathip Tahun 2558

No Nama Bidang Studi

1 Ishaq Ni‟lo Fiqh

2 Maimunah Ni‟lo Qiroati & Al-Qur‟an

3 Adylan Safruuk Qiroati & Al-Qur‟an

Page 132: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

114

No Nama Bidang Studi

4 Ahmad Somok Hadist & Bhs. Arab

5 Rifa‟i Doloh Fiqh

6 Rohim Deraso Bhs. Rumi & Bhs. Melayu

7 Aminah H‟yimak Tafsir & Nahwu

8 Rofisah H‟yimak Tafsir & Balaghoh

9 Halimah H‟yicikme Fiqh, Akhlak, Bhs. Rumi & Jawi

10 Amin Sa‟i Bhs. Rumi & Qiroati

11 Ismail Ci‟lung Aqidah & Fiqh

12 Daud To‟lee Qiroati & Aqidah

13 Awae Ci‟te Tafsir & Hadist

14 Abdurrohman Ma‟se Bhs. Arab & Bhs. Melayu

15 Syaifuddin Ma‟sing Tafsir, Shorof & Akhlak

16 Aisyah Ci‟lee Bhs. Rumi & Qiroati

17 Rohimah Sama‟e Bhs. Arab

18 Duang Ta Wong Nuik Hadist & Akhlak

19 Habibah Kakcik Qur‟an & Qiroati

20 Ismail Kareng Tarikh

21 Ma‟yaki K‟lupe Tarikh, Bhs. Rumi & Qiroati

22 Abdurrohman

H”yisama

Qiroati & Aqidah

23 Hayati Doloh Akhlak

24 Ahmad Linung Bhs. Melayu

25 Fadhilah C‟mak Tafsir & Nahwu

Tabel 4

Daftar Kondisi Guru Umum (Akademik) Sekolah

Tahun 2558

No Nama Guru Bidang Studi

1 Yariyah Ying Kesenian

2 Hayati Monong IPA (Sience)

3 Aniyah Roumat Bhs. English

4 Limah Hulu Bhs. Thai & Kesehatan

5 Rosanah Awee Matematika

6 Daud Dawee Olahraga

Page 133: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

115

No Nama Guru Bidang Studi

7 Natisah Saekrade TIK

8 Hafsah C‟Doloh Matematika & IPS

9 Robiyah Yi‟mali Bhs. Thai

10 Jamilah Maksu IPS & Kepemimpinan

11 Rainab H‟yilok IPA

12 Cikrapon Wehamak Matematika & IPA

13 Mak Sening Kewirausahaan

14 Amran Sama‟ Fisika & Matematika

15 Narimah Wehemak Kimia & IPA

16 Nasrin Hama‟ Matematika

17 Rusnah Ali Kewirausahaan & IPS

18 Hamidah Poksa Bhs. English

19 Hartini Wesama‟ Bhs. Thai & IPS

20 Arraya Ma‟mak Bhs. Thai

21 Maci‟ma Tokwee Bhs. English &

Kewirausahaan

22 Suraini We H‟yi Matematika

23 Nurusan Ha‟yi Matematika

24 Bahari Ha‟yi Yusuf Kepemimpinan

25 Ma‟rokid Hawee IPS

26 Ci‟wannab Careyen Kesehatan & Bhs. Thai

27 Arifin Bhs. English

b. Data siswa

Berdasarkan data dokumentasi sekolah, jumlah siswa-siswi

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani pada tahun ini

sebanyak 389 siswa-siswi. Adapun jumlah tersebut dibagi menjadi 15

kelas, yaitu kelas I Mutawasit terdiri dari 2 kelas yaitu kelas V1, V2,

dengan jumlah keseluruhan 58 siswa-siswi. Kelas II Mutawasit terdiri

dari 3 kelas yaitu VI1, VI2, dan VI3, dengan jumlah keseluruhan 70

siswa. Kelas III Mutawasit terdiri dari 3 kelas yaitu VII 1, VII 2, VII

Page 134: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

116

3, dengan jumlah keseluruhan 58 siswa. Kelas 1 Tsanawiyah terdiri

dari 2 kelas yaitu VIII 1 dan VIII 2 dengan jumlah keseluruhan 84

siswa. Kelas II Tsanawiyah terdiri dari 2 kelas yaitu IX 1 dan IX 2

dengan jumlah keseluruhan 56 siswa. Dan kelas 3 Tsanawiyah terdiri

dari 3 kelas yaitu X 1, X 2 dan X 3 dengan jumlah keseluruhan 66

siswa.

Tahun pelajaran sekarang ini mengalami penurunan minat siswa

untuk belajar di Seangprathip tidak sama pada tahun kemaren yang

terus meningkat jumlah siswanya setiap tahun dikarenakan banyak

perpindahan tempat kerjaan orang tua sehingga anak pun turut serta

tinggal bersama orang tua. Selain itu juga banyak orang yang tidak

berminat untuk sekolah guna menempuh pendidikan yang lebih maju.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini

Tabel 5

Daftar jumlah siswa-siswi sekolah Seangprathip tahun ajaran 2558

No Kelas Ruang L P

1 Kls V 2 Ruang 43 15

2 Kls VI 3 Ruang 17 53

3 Kls VII 3 Ruang 22 33

4 Kls VIII 2 Ruang 26 58

5 Kls IX 2 Ruang 11 45

6 Kls X 3 Ruang 19 47

Jumlah 138 251

Tiap kelas, mempunyai dua wali kelas, baik wali kelas mata

pelajaran umum dan mata pelajaran agama tahun 2558. Berikut daftar

nama para wali kelas.

Page 135: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

117

Tabel 6

Daftar Guru Wali Kelas Sekolah Seangprathip Thahun 2558

No Kelas Nama wali kelas

mapel umum

(Akademik)

Nama wali kelas mapel

agama

1 V 1 Hartini Hayati

2 V 2 Nurisan Abdurrohman Makse

3 VI 1 Jik Wanna Halimah

4 VI 2 Bahari Duang Ta

5 VI 3 Maci‟ma Abdurrohman Haji Sama‟

6 VII 1 Hamida Aisyah

7 VII 2 Jamilah Rifa‟i

8 VII 3 Natisah Maha Mak Yaki

9 VIII 1 Narimah Rofisah

10 VIII 2 Amran Rohim

11 IX 1 Suraini Syaifuddin

12 IX 2 Arraya Aminah

13 X 1 Jik Raphon Awee

14 X 2 Hafsah Ahmad

15 X 3 Daud Rohimah

c. Data karyawan

Jumlah karyawan sekolah Seangprathip berjumlah 5 orang.

Tabel 7

Daftar nama-nama karyawan sekolah Seangprathip 2558

No Nama Profesi

1 Asma Ketua bagian keuangan

2 Aisyah Ketua bagian kesiswaan

3 Amal Ketua bagian asrama putri

4 Harun Bagian pembangunan

5 Daylan Ketua bagian asrama putra

9. Sarana dan Prasarana

Page 136: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

118

Tabel 8

Sarana dan Prasarana Sekolah Seangprathip tahun 2558

No Jenis Barang Jumlah Keadaan

1 Komputer Kantor 5 Baik

2 Telephon 1 Rusak

3 Lab. Komputer 1 Baik

4 Lab. Bahasa 1 Baik

5 TV 1 Baik

6 LCD 1 Baik

7 Printer 5 Baik

8 Speaker 2 Baik

9 Type Recorder 1 Baik

10 Speaker Kelas 1 Rusak

11 Mushola 1 Baik

12 Aula 1 Baik

13 Perpustakaan 1 Baik

14 Bangunan Kelas 15 Baik

15 Lap. Olahraga 3 Baik

16 Ruang Koperasi 1 Baik

17 Ruang Kantin 3 Baik

18 Ruang KM Guru 4 Baik

19 Ruang KM Siswa 2 Baik

20 Kamar Asrama Putri 24 Baik

21 Kamar Asrama Putra 18 Baik

22 Kantor Guru 6 Baik

23 Kantor Osis 1 Baik

24 Bus Sekolah 20 Baik

25 Alat Fotocopy 1 Baik

26 Kipas Angin 15 Baik

Page 137: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

119

B. Penyajian Data

1. Konsep Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran PAI di Seangprathip

Wittaya Mulniti School

Sekolah Seangprathip Pattani ini, merupakan yayasan sekolah yang

peduli terhadap nasib para pemuda zaman sekarang. Oleh karena itu

agenda utamanya adalah melakukan proses pendidikan dan berusaha untuk

memenuhi dan meningkatkan wawasan keagamaan dan ilmu umum,

terutama untuk membantu mengatasi permasalahan orang-orang muslim

dengan memperoleh pendidikan agama yang telah terjadi pada masa

sekarang di daerah yang sangat minoritas muslim, sehingga para remaja

pun dapat tumbuh dan berkembang secara wajar untuk menjadi generasi

bangsa yang berkwalitas. Selama ini pendidikan yang dilaksanakan oleh

Saengprathip ini boleh dikategorikan pendidikan formal ada juga non

formal. Akan tetapi berbentuk pendidikan non formal dengan pola

pendampingan dan pembinaan dalam proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh para pendamping ustadzah terhadap para pelajar.

Adapun bentuk pendididikan agama Islam di Seangprathip, Pattani

kali ini juga dalam bentuk pendidikan non formal. Yakni pendidikan

agama Islam yang dilaksanakan oleh pengelola sekolah terhadap anak-

anak remaja di sekitar, dengan tujuan agar dalam jiwa anak tertanam nilai-

nilai agama sebagai pondasi bagi manusia dalam menjalani hidupnya.

Dengan pengetahuan agama ini, diharapkan para pelajar akan dapat

Page 138: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

120

mengimplementasikan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari melalui

wujud akhlak yang baik.

Selama ini materi pendidikan agama Islam di sekolah Seangprathip

Pattani, adalah materi keagamaan yang sesuai dengan kerangka dasar

agama Islam, yakni aqidah, syariah, akhlak dan materi tentang baca tulis

Al-Quran. Aqidah yakni berhubungan dengan keyakinan manusia, syariah

berhubungan dengan hukum yang mengatur tentang hubungan manusia

dengan Allah, sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam dan

lingkungannya. Sedangkan materi akhlak berhubungan dengan sikap yang

menimbulkan kelakuan baik dan buruk.

Materi pendididikan agama Islam yang humanis yang ada di

sekolah Seangprathip adalah ajaran-ajaran Islam yang bukan hanya

menekankan pada kesemarakan ritual (ibadah ritual) saja, akan tetapi juga

diseimbangkan dengan materi agama yang menekankan pada kesalehan

sosial (hubungan manusia dengan manusia, dan juga manusia dengan

alam). Pendidikan agama Islam di sekolah Saengprathip Pattani juga tidak

hanya sebatas pengenalan terhadap simbol-simbol keagamaan saja dengan

tanpa mengetahui nilai esensi atau makna dari pendidikan agama Islam itu

sendiri.

Adapun sikap dari para pendamping dalam proses belajar mengajar

pendididikan agama Islam di sekolah selama ini, tidak memandang bahwa

anak remaja adalah anak yang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Sebab

memandang bahwa anak sebagai sosok yang bodoh bukan merupakan ciri-

Page 139: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

121

ciri dari pendidikan humanis. Akan tetapi konsep pendidikan humanis

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini diterapkan

oleh sekolah Seangprathip adalah konsep pendidikan dengan pola

pendampingan dan pembinaan secara intensif. Demikian dalam proses

belajar mengajar para siswa-siswi yang dilaksanakan oleh sekolah ini, para

ustadz dan ustadzah senantiasa mendampingi belajar anak dengan penuh

kasih sayang, tidak memandang rendah dan bodoh terhadap pelajar.

Akan tetapi para ustadz dan ustadzah memandang bahwa pelajar

adalah anak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan secara

proporsional dan juga mempunyai transformasi dalam pola pikirnya, untuk

belajar agama sehingga anak remaja di sini juga dapat menikmati hak

pendidikan seperti anak-anak lain seusia mereka. (wawancara pada ust.

Daud bagian kesiswaan 16/08/2015 pukul 12.00 WTS)

Dalam mendampingi proses pembelajaran, para guru di sekolah

Seangprathip ini lebih menekankan pada pendekatan yang harmonis dan

humanis, pendekatan secara emosional dari hati kehati, dan mencoba

mengerti kondisi kebutuhan psikologi para santri maupun pada pelajar.

Dalam hal ini para pendamping tidak menganggap bahwa para pelajar

adalah anak yang bodoh, akan tetapi justru sebaliknya, para pendamping

pengasuh menganggap pelajar di sini adalah santri yang kreatif, dan juga

mandiri. Oleh karena itu selama ini para pengasuh / ustadzah dalam

mendampingi proses belajar agama anak, sering berperan sebagai teman

yang sama-sama belajar. Dengan demikian hubungan keduanya adalah

Page 140: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

122

hubungan yang setara, yakni sebagai mitra dalam belajar. Dengan pola

pendekatan yang seperti ini maka akan terjadi pola pendidikan yang

mencerdaskan, membebaskan, dan tidak mengekang terhadap kreatifitas

anak.

a. Latar Belakang Penerapan Konsep Humanisme di Seangprathip Wittaya

Mulniti School

Pada hakikatnya Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha

seseorang untuk membimbing dan melatih peserta didik untuk menyiapkan

peserta didik agar mampu memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran

yang terkandung dalam agama Islam dan agar peserta didik menjadi

manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia serta berkepribadian luhur

dan berwatak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan

yang bermakna damai dan bermartabat, menyadari bertapa pentingnya

peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai

agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang

ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat. Pendidikan agama yang dimaksudkan untuk

meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup

etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

Peningkatan potensi spiritual mencakup pengalaman, pemahaman, dan

Page 141: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

123

penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengalaman nilai-nilai tersebut

dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Undang-

Undang RI No. 20 tahun 2006 tentang Standar Isi, peningkatan potensi

spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi sebagai

potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat

dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Seangprathip Wittaya Mulniti

School merupakan salah satu lembaga pendidikan negeri umum dengan

basic keislaman yang berada di kampung Pulohpuyo, daerah Nongchik

wilayah Pattani yang mayoritas guru (pendidik) dan pelajar beragama

Islam.

Berawal dari sana Pendidikan Agama Islam yang ada di Pulohpuyo

(Nat Kudung) dikembangkan dan diberikan dengan mengikuti tuntunan

bahwa agama yang diajarkan kepada manusia (peserta didik) dengan visi

untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan

berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur,

adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan

produktif baik personal maupun sosial yang dikembangkan melalui standar

kompetensi ditandai dengan ciri-ciri :

1) Lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain

pengusaan materi.

2) Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan

yang tersedia.

Page 142: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

124

3) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan

untuk mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai

dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.

Dengan adanya Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan

manusia yang selalu berupa menyempurnakan iman, takwa dan akhlak,

serta aktif membangun peradaban bangsa yang bermartabat, dan peserta

didik diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan

perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup

lokal, nasional, regional maupun global.

b. Aspek Guru

Dalam impelementasi konsep humanisme religius seorang guru

(pendidik) bidang studi agama Islam diharapkan dapat mengembangkan

metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat

dilakukan tidak beraturan peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan

masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian

tujuan Pendidikan Agama Islam.

Pada hakikatnya, guru merupakan pembimbing keagamaan. Oleh

karena itu, tidaklah wajar mencampur urusan agama dengan urusan materi

atau menjadikan agama sebagai saranan mencari kedudukan dan harta.

Seperti pernah dikatakan Al-Ghazali: “Barang siapa mencari harta dengan

ilmu pengetahuan, ia seperti orang yang mengusap alat penggosok dengan

mukanya untuk membersihkan, sehingga terjadilah penjungkirbalikan,

Page 143: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

125

majikan menjadi pelayanan dan pelayanan menjadi majikan” (Lelanggung,

1990: 4). Keberhasilan tugas guru tergantung dari bagaimana cara dia

memimpin anak didiknya. Kriterium-kriterium yang telah ditawarkan oleh

para pakar pendidikan Islam dapat dijadikan rujukan atau referensi. Teori

kepemimpinan humanistik menyatakan bahwa secara alami manusia

merupakan motivated organism (organisme yang penuh motivasi),

organisme yang memiliki struktur dan sistem kontrol tertentu.

Menurut Mar‟at, (1984: 24) fungsi kepemimpinan adalah

memodifikasi organisasi supaya individu bebas merealisasikan potensi

motivasinya di dalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama

sejalan dengan arah tujuan kelompok. Teori kepemimpinan menghendaki

setiap individu diberi kondisi yang bebas, yang memungkinkannya

merealisasikan potensi-potensi internal yang ada dengan tidak merupakan

tujuan komunitas kelompoknya. Terkait dengan suatu proses

kependidikan, maka teori kepemimpinan humanistik menghendaki seorang

guru sebagai kreator dan arsitek tunggal di medan kerjanya dan

memberikan suasana bebas bagi peserta didik. Namun perlu digarisbawahi

bahwa kebebasan ini masih berada dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Menurut Likert, salah seorang pendukung teori kepemimpinan

humanistik berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan proses yang

saling berhubungan dimana seorang pemimpin harus memperhitungkan

harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang

terlibat dalam interaksi yang berlangsung. Pemimpin seyogiyanya

Page 144: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

126

memperhatikan kepentingan para anggota misal dengan cara melibatkan

mereka dalam pengambilan keputusan. Dengan cara demikian, pemimpin

telah membentuk kepaduan (grup cohesiveness) dan motivasi anggota

kelompok agar lebih produktif (Mar‟at, 1984:25). Produktif dalam arti

bahwa kegiatan pendidikannya berhasil dan bernilai guna serta selalu

mengikuti perubahan. Seorang tokoh pendidikan nasional yaitu Ki Hajar

Dewantara mengatakan bahwa tugas seorang pemimpin (guru) adalah “Ing

ngarso sung tulodo” (di depan memberi teladan), “Ing madya mbangun

karsa” (di tengah membangun semangat) dan “Tutwuri handayani” (di

belakang memberi pengaruh).

Jadi menjadi seorang imam atau pemimpin, guru harus

memberikan teladan yang baik bagi komunitas anak didiknya jika berada

di tengah peserta didiknya dia harus membangun semangat keilmuan anak

didik, dan jika di belakang dia harus memberikan pengaruh kepada anak

didik. Dalam hal ini jangan menarik dari depan, biarkan mereka mencari

jalan sendiri. Seorang guru boleh mencampurkan dirinya apabila anak-

anak salah jalan. Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam adalah :

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan

mengembangkan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan

dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2) Mewujudkan manusia (peserta didik) yang taat beragama dan

berakhlak mulia yaitu manusia (peserta didik) yang berpengetahuan,

Page 145: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

127

rajin, beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,

bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan

sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah

(UUD RI No 20 Th 2006 tentang Standar Isi)Dalam hal ini seorang

guru (pendidik) Pendidikan Agama Islam yang ada di Seangprathip

Wittaya Mulniti benar-benar diperhatikan kualitasnya. Seperti halnya

dalam segi pendidikannya, guru Pendidikan Agama Islam itu memang

benar-benar menguasai dalam bidang agama disamping itu guru

Pendidikan Agama Islam mampu memberikan contoh dan mampu

menampilkan prilaku yang uswatun khasanah dalam lingkungan

sekolah, di luar sekolah khususnya kepada peserta didik.

c. Aspek Metode

Dalam kaitannya proses kegiatan belajar mengajar seorang

pendidikan mampu mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dalam leksiologi bahasa

Indonesia, metode berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk

mencapai suatu maksud. Metode pendidikan Islam berarti cara yang teratur

dan terpikir baik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Metode

merupakan suatu perangkat dalam mengajar yang mempunyai tujuan dan

didasarkan atas suatu teori. Suatu metode memiliki empat kriteria, yaitu :

1. Seleksi, yakni bagaimana sebuah metode membuat seleksi atas bahan

yang akan diajarkan.

2. Gradasi, yakni bagaimana bahan yang diseleksi itu diatur dalam urutan.

Page 146: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

128

3. Presentasi, yaitu bahan yang sudah diseleksi diurut dengan tingkat

kesukaran agar bisa disajikan.

4. Repetisi, yaitu bagaimana metode itu membuat ulangan atas bahan yang

telah disajikan agar siswa dapat mengusainya dengan baik.

Islam, melalui ajarannya yang universal, menunjukkan betapa

pentingnya suatu metode dalam pencapaian tujuan. Oleh karena itu, di

dalamnya dapat ditemukan prinsip-prinsip metodologis pendidikan Islam.

Prinsip-prinsip pendidikan Islam tersebut antara lain :

a. Prinsip memberikan suasana kegembiraan

Prinsip ini mencerminkan bahwa Allah menghendaki kemudahan,

bukanlah sebaliknya. Allah berfirman :

...يريد الله ك اليسر وال يريد ك العسر Artinya: “…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu…”. (Q.S. Al-Baqarah [2]:

185).

Allah juga memerintahkan untuk memberikan kegembiraan kepada

orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan. Seperti dalam ayat

di bawah ini :

و ر ال يي آ ا وع ل ا الصالات ن ل ج ات ر آي ها األن هار Artinya: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang

beriman danberbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan

surga-surga yang mengalirsungai-sungai di dalamnya.”

(Q.S. Al-Baqarah [2]: 25).

b. Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut

Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan, pendidik seyogianya

sadar bahwa dirinya bertugas memberi layanan dengan santun dan

Page 147: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

129

lemah lembut. Meminjam terminologi Ki Hajar Dewantara, berarti

kita berhamba kepada anak didik. Mengenai hal ini Al-Qur‟an

memberikan penjelasan dalam ayat berikut :

فب ا ر آي الله ل ل ول فظا ليظ ال ل الن فض ا آي لك ه واس غفر ل وشاوره ف األآر فإذا عزآ ف ل على الله إن فاعف ع

الله ال لني Artinya:“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku

lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap

keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri

dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka,

mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah

dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu

telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

bertawakkal kepada- Nya.” (Q.S. Ali Imran [3]: 159).

c. Prinsip kebermaknaan terhadap peserta didik

Prinsip ini berangkat dari telaah psikologis bahwa pendidikan

seharusnya diberikan sesuai dengan tingkat usia perkembangan

perserta didik. Tentang hal ini, Rasulullah pernah bersabda :

“Berbicaralah kamu kepada manusia sesuai dengan kadar

kemampuan akal pikiran mereka”. Betapa tidak, memberikan sesuatu

kepada mereka yang belum dan tidak mampu menerimanya sama saja

dengan tidak melakukan apa-apa. Ini yang dikatakan kebermaknaan

bagi peserta didik.

d. Prinsip prasyarat

Prinsip ini bermaksud menarik minat peserta didik dengan

mengarahkan perhatian (attention) ke arah bahan yang akan

Page 148: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

130

diberikan. Pengalaman dan pelajaran yang telah lebih dahulu diserap

menjadi apersepsi dalam pikiran mereka dihubungkan dengan hal-hal

baru yang masih hendak disajikan. Prinsip ini akan menjadi jembatan

yang menghubungkan pengertian-pengertian yang telah terbentuk

dalam pikiran mereka sehingga mempermudah daya tangkap terhadap

hal-hal (materi) yang baru. Dalam Al-Qur‟an, banyak ditemukan

metode atau cara Allah memberikan prasyarat kepada manusia untuk

menggugah perhatian. Banyak ayat-ayat yang mengandung tanbih

(meminta perhatian), semisal kata-kata Alif Laam Miim, Kaaf Haa

Yaa „Ain Shaad, Nuun, Yaa Siin, Haa Miim, dan lain sebagainya.

e. Prinsip komunikasi terbuka

Guru harus mendorong murid untuk membuka diri terhadap segala

hal atau bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka, sehingga

mereka dapat menyerapnya dengan baik dan menjadi bahan apersepsi

dalam pikirannya. Dalam kitab suci Al-Qur‟an, teradapat firman

Allah yang mendorong manusia untuk membuka hati dan pikirannya,

serta perasaan, pendengaran dan penglihatannya untuk menyerap

pesan-pesan yang difirmankan Allah kepada mereka.

ول د ذر نا اه ا آي ااي واان ل ق ل بري ال ي ف ه ن با ول عنيري ال ي بصرون با ول ذانري ال يس ع ن با ولئك األن عام ل ه ل

ولئك ه الغافل ن Artinya:“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka

Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka

mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk

memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata

Page 149: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

131

(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda

kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)

tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).

Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih

sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S.

Al-A‟raf [7]: 179).

f. Prinsip pemberian pengetahuan baru

Prinsip ini bermaksud menarik minat dan perhatian peserta didik

untuk senantiasa mempelajari pengetahuan yang baru. Allah melalui

firman-Nya dalam Al-Qur‟an benar-benar membangkitkan perhatian

dan minat manusia untuk mempelajari hal atau unsur baru dari alam

sekitar dan yang terdapat dalam dirinya.

إن ف ل الس اوات واألرض وا الف الليل وال هار والفلك الت ر ف ال اس وآا ن زل الله آي الس اء آي آاء فأ يا ه األرض ف الب ر ا ي عد آ تا و ث فيها آي ل ا واصريف الرياح والس اب ال سخر ني

الس اء واألرض آليات ل م ي ع ل ن Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih

bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di

laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa

yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan

air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan

Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan

pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara

langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda

(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang

memikirkan.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 164).

g. Prinsip memberi model yang baik

Prinsip ini menghendaki bahwa pendidik tidak sekedar memberi

contoh, tetapi menjadi contoh atau teladan bagi peserta didiknya.

Dengan demikian, peserta didik dapat meniru teladan yang

Page 150: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

132

ditampilkannya. Jadi, seorang pendidik harus menjadi uswah hasanah

bagi peserta didiknya, seperti halnya Rasulullah, sebagai pendidik,

yang senantiasa menjadi uswah hasanah bagi para sahabat selaku

peserta didiknya. Tentang hal ini Al-Qur‟an menjelaskan :

ل د ان لك ف رس ل الله س ةري س ري ل ي ان ي رج الله والي م اآل ر وذ ر الله ا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al- Ahzab [33]:

21).

h. Prinsip praktis

Prinsip ini berarti bagaimana metode dapat mendorong perserta

didik mengamalkan segala pengetahuan yang telah diperoleh,

sehingga nilai-nilai teoritis yang telah diinternalisasikan ke dalam

dirinya menghasilkan buah yang bermanfaat bagi komunitas manusia

sekitarnya, bahkan bagi makhluk selainnya. Dari prinsip-prinsip di

atas, dapat ditarik banyak metode pendidikan Islam, bahkan metode

pendidikan secara umum, sebagai berikut :

1) Metode situasional

Metode ini mendorong peserta didik untuk belajar dengan perasaan

gembira dalam berabagai tempat dan keadaan. Metode ini dapat

memberikan kesan-kesan yang menyenangkan, sehingga kesan

tersebut melekat pada ingatan peserta didik. Dalam kondisi

bagaimanapun, pendidik harus dapat menciptakan sebuah iklim

Page 151: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

133

pendidikan yang kondusif bagi anak didiknya untuk berkesadaran

dalam belajar.

2) Metode tarhib wa tharghib

Metode ini mendorong peserta didik untuk mempelajari suatu

bahan pelajaran atas dasar minat (motif) dengan kesadaran pribadi

tanpa ada paksaan dan tekanan. Metode ini dijiwai oleh prinsip

kedua, yakni memberikan layanan dan santunan yang lemah

lembut. Ahli psikologi Islam berpendapat bahwa cara berdasarkan

motif-motif yang bersumber dari kesadaran diri merupakan cara

belajar yang membawa keberhasilan.

3) Metode tanya jawab

Metode ini bermula dari memberi peserta didik stimulus dalam

bentuk pernyataan-pernyataan, dan peserta didik melanjutkan

memberi respons berupa jawaban. Secara sederhana, soal

interaksinya dapat digambarkan dengan guru memberi stimulus,

peserta didik merespons. Dalam hal ini, terjadi pola interaksi dua

arah.

4) Metode musyawarah dan diskusi

Metode ini melibatkan interaksi yang luas antara peserta didik

dengan sesamanya dan antara peserta didik dengan pendidik.

Berangkat dari adanya permasalahan tertentu, semua pihak secara

aktif terlibat dalam mencari jalan keluar. Metode ini melahirkan

sikap keterbukaan pendidik juga peserta didik. Juga mendorong

Page 152: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

134

untuk saling memberi dan menerima (take and give) di antara

keduanya. Dengan metode ini, pikiran, kemauan, perasaan, dan

ingatan serta pengamatan terbuka terhadap ide-ide baru yang

timbul menjadi terlibatkan. Dan dalam proses demikian, peserta

didik tidak lagi dipandang sebagai objek pendidikan, melainkan

sebagai subjek.

5) Metode nasihat dan ceramah

Al-Qur‟an menjelaskan bahwa semua manusia dalam keadaan rugi,

kecuali orang yang beriman dan saling menasihati (Q.S. Al-„Ashr:

1- 4). Pentingnya metode nasihat dan ceramah ini secara lebih

operasional dijelaskan oleh Al-Qur‟an melalui kisah Luqman saat

menasihati anaknya. Sebagaimana firman Allah berikut ini :

وإذ قال ل ان ال ه وه يعظه يا ن ال ا رك الله إن ال رك لظل ري عظي ري

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,

di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman

yang besar".” (Q.S. Luqman [31]: 13).

Metode ini dituturkan secara lisan, sehingga dalam hal ini menjadi

sangat penting kecakapan dalam berbicara. Nabi musa dalam

doanya senantiasa memohon agar dilapangkan dadanya,

dimudahkan urusan, dan dilepaskan kekakuan lidahnya agar kata-

katanya mudah dipahami. Al- Qur‟an menjelaskan tentang ini

sebagai berikut :

Page 153: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

135

قال رب اشرح دري يسر آري ا لل ع دة آي لسانيي ف ه ا ق Artinya: “Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku

dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan

lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka

mengerti perkataanku”. (Q.S. Thahaa [20]: 25-28).

6) Metode uswah hasanah

Psikologi menjelaskan bahwa peserta didik (anak) memiliki

beberapa kecenderungan, di antaranya adalah kecenderungan untuk

meniru. Anak juga memiliki kecenderungan menyenangi

perubahan. Memberi teladan yang baik merupakan metode yang

sangat efisien, terutama bagi anak didik yang belum mampu

berpikir kritis, yang tingkah lakunya akan banyak dipengaruhi oleh

kecenderungan-kecenderungan di atas. Dalam melaksanakan

pendidikan pada umumnya, lebih-lebih dalam menanamkan nilai

akhlak dan nilai agama serta sikap mental peserta didik. Metode

uswah hasanah merupakan salah satu, bukan satu-satunya metode

yang sangat efektif dan efisien.

7) Metode demonstrasi

Dari hadis-hadis Rasulullah, dapat diketahui bahwa nabi seringkali

menggunakan metode demonstrasi dalam melaksanakan aktivitas

pendidikannya. Metode ini biasanya dipergunakan Rasulullah

dalam menjelaskan hal-hal tertentu. Misalnya, saat menjelaskan

bagaimana operasionalisasi shalat dengan bersabda : “Shallu kama

ra‟aitumuni ushalli (shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat

akau shalat)”. Dalam praktik kependidikan sekarang, metode ini

Page 154: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

136

masih sangat relevan dan efisien diterapkan, terutama untuk peserta

didik pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah,

bahkan untuk jenjang pendidikan tinggi sekalipun.

8) Metode humaniora

Dilihat dari segi termonologinya, metode ini merupakan sebuah

metode serapan. Walaupun demikian, metode ini memiliki konsep

yang sejalan dengan konsep Islam. Metode ini mengutamakan kerja

sama antara pendidik dengan peserta didik, juga keselarasan antara

teori dengan praktik riil dalam kehidupan nyata. Hal ini berkaitan

langsung dengan prinsip-prinsip layanan kasih sayang dan lemah

lembut serta prinsip praktis. Metode humaniora menempatkan

manusia secara utuh. Hal ini relevan dengan ajaran Islam. Untuk

itu, metode humaniora dapat dijadikan sebagai salah satu metode

dalam operasionalisasi pendidikan Islam.

Dengan menggunakan metode yang benar dan tepat, proses

transformasi nilai-nilai pendidikan akan berjalan lancar. Dengan demikian,

pencapaian tujuan pendidikan akan cepat terealisasi. Karena itu, peran

seorang pendidikan dalam memilih, mempertimbangkan, dan selanjutnya

menggunakan metode merupakan hal yang juga penting. Metode

pendidikan adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu

tujuan. Dalam implementasi konsep humanisme religius dalam

pembelajaran PAI di Seangprathip Wittaya Mulniti School seorang

pendidik (guru), dalam proses kegiatan belajar menggunakan berbagai

Page 155: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

137

metode seperti metode ceramah, diskusi, simulasi dan sebagainya, akan

tetapi metode yang digunakan tersebut disesuaikan dengan materi yang

diajarkan.

Di samping itu seorang pendidik (guru) ketika proses kegiatan

belajar mengajar juga memberikan kesempatan berfikir juga kepada siswa,

artinya ketika dalam proses belajar mengajar seorang guru tidak

memaksakan kehendaknya, akan tetapi dalam proses tersebut peserta didik

terlibat sepenuhnya atas kegiatan tersebut, dan seorang pendidik (guru)

hanya sebagai fasilitator, yang bertugas mengarahkan, memberikan

penguatan, dan sebagainya (Abudin Nata, 1997: 79). Seperti yang

diketahui di Seangprathip ini terdapat 2 model proses pembelajaran dalam

Pendidikan Agama Islam. Model pembelajaran yang pertama yaitu model

pembelajaran di dalam kelas yaitu model pembelajaran yang menganut

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang kemudian materi-materi

tersebut dikaitkan dengan problematika yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini seorang guru Pendidikan Agama Islam biasa

menggunakan metode diskusi dengan memberikan satu permasalahan

kepada peserta didik yang disesuaikan dengan kelompoknya masing-

masing. Kemudian hasilnya dipresentasikan di dapan kelas dan diperkuat

dengan penjelasan dari guru Pendidikan Agama Islam di akhir

pembelajaran. Yang kedua yaitu model proses pembelajaran pembentukan

iman dan taqwa, yang biasanya dilakukan bersamaan sesuai kelasnya

masing-masing seperti kelas X dengan kelas X, yang meliputi X1, X2, X3,

Page 156: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

138

kelas IX dengan kelas IX meliputi IX 1, IX 2, kemudian kelas VIII

dengan kelas VIII, meliputi VIII1, VIII 2, dengan materi istighosah, sholat

dhuha, dan pengajian tafsir Al-Qur‟an. Kegiatan atau proses belajar

tersebut dilaksanakan di aula dengan menggunakan metode kepemimpinan

atau uswah khasanah, artinya dalam hal ini yang menyampaikan materi

pembelajaran bukan hanya seorang guru, akan tetapi seorang murid juga

diberi kesempatan untuk menyampaikan materi pembelajaran, seperti

dalam materi, istighosah dan shalat dhuha, disana salah satu peserta didik

ditunjuk untuk memimpin di depan kemudian diikuti oleh peserta didik

yang lain.

d. Aspek Murid

Murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang

atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan (guru).

Dilihat dari kedudukannya, anak didik merupakan makhluk yang sedang

berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya

masing-masing yang memiliki dimensi-dimensi yang sama dengan

manusia dewasa sebagai individu yang memiliki kebutuhan biologis,

psikis mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten

menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya demi terciptanya

praktik pendidikan yang benar-benar humanistik (wawancara ust. Rohim

sebagai guru agama tanggal 22/08/2015 pukul 11.00 WTS). Pada setiap

praktik kependidikan, peserta didik merupakan komponen yang harus

dilibatkan secara aktif dan total. Aktif berarti peserta didik tidak hanya

Page 157: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

139

menjadi tempat menabung ilmu pengetahuan gurunya. Dilibatkan secara

total berarti peserta didik harus dianggap sebagai manusia dengan segala

dimensi humanistiknya. Implementasinya, pendidikan tidak hanya

dipandang sebagai proses sosialisasi dengan hanya dipahami sebatas

transformasi nilai- nilai dari generasi dewasa ke generasi yang lebih

mudah. Lebih dari itu, pendidikan hendaknya diformat untuk membentuk

dan mengembangkan hati yang kuat, akal sehat, dan jiwa yang merdeka.

Artinya, dalam praktik pendidikan hendaknya peserta didik diberi

kesempatan berkontemplasi dan berfantasi dengan menghindarkan sedapat

mungkin paksaan bagi anak untuk meniru (Azwar Anas, 1993: 111).

Walaupun secara fitrah anak didik memiliki kecenderungan untuk meniru

yang kuat.

Membina dan mengembangkan potensi kognisi peserta didik

merupakan kegiatan edukasi yang mesti dilakukan. Potensi kognisi adalah

modal awal bagi peserta didik untuk dapat merealisasikan kemampuan

efektif dan psikomotoriknya, mengoptimalkan potensi kognitif dengan

lupa membina dan mengembangkannya. Kedua potensi ini merupakan

prilaku yang tidak adil. Sehubungan dengan hal ini Marwah Daud Ibrahim

menyatakan bahwa proses belajar (pendidikan) tidak hanya

memperhatikan sisi intelektual tetapi juga sisi fisik, perasaan dan motivasi

anak didik. Dalam hal ini anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek

atau sasaran pendidikan sebagaimana disebutkan di atas, melainkan juga

harus diperlukan sebagai subyek pendidikan. Hal ini antara lain dilakukan

Page 158: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

140

dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses

belajar mengajar.

e. Aspek Materi

Secara sistematis, materi merupakan komponen yang memainkan

peran penting dalam sebuah proses kependidikan. Sebab pada dasarnya ia

merupakan sekumpulan pengetahuan atau nilai yang ingin disampaikan

oleh pendidik kepada peserta didik, tanpa materi, tidak akan ada

pendidikan. Secara sistematik, materi merupakan komponen yang

memainkan peran penting dalam sebuah proses kependidikan. Sebab, pada

dasarnya ia merupakan sekumpulan pengetahuan (nilai) yang ingin

disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik. Tetapi materi, tidak akan

ada pendidikan.

Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi bukanlah

tujuan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-mata

diukur dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi

pelajaran yang terformat dalam kurikulum), melainkan lebih dari sekedar

hal itu. Pendidikan humanistik menganggap materi pendidikan lebih

merupakan sarana, yakni sarana untuk membentuk pematangan humanisasi

peserta didik, jasmani dan ruhani secara gradual. Karena sarat dengan

nilai- nilai (sosial, budaya, ekonomi, etik, dan religius) bahkan nilai

kependidikan itu sendiri, maka materi pendidikan merupakan komponen

yang cukup penting sebagai alat membina kepribadian peserta didik,

namun ini juga tergantung dari bagaimana metode yang diterapkan oleh

Page 159: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

141

para pendidik. Menurut Langgulung (1988: 180), materi adalah apa yang

diberikan dalam pendidikan. Walaupun materi ini banyak, tetapi

sebenarnya intinya adalah ilmu yang dibahas dalam falsafah ilmu

(epistemologi). Ini adalah persoalan mengenai “apa” (what).Pengertian

demikian merupakan pengertian yang terbatas dan sempit. Pengertian

seperti ini cocok untuk praktik pendidikan yang material-oriented. Hal itu

kiranya kurang representatif Agus Soejono, sebagaimana dikutip Dja‟far

Hentihu (1988: 62), menyatakan bahwa segala sesuatu yang disajikan oleh

guru dan kemudian dimiliki oleh murid dinamakan bahan pelajaran.

Berangkat dari pengertian ini, bahan pelajaran lebih luas lingkupnya dari

sekedar materi-materi yang terformat dalam kurikulum. Mengingat

pendidikan Islam menganut asas life long education yang interaksi

instruksionalnya dapat terjadi di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat,

maka pengertian seperti itu bisa saja diadopsi. Segala sesuatu yang

disajikan dapat berupa sifat, sikap dan teladan guru di kelas dan di luar

kelas, di samping juga sifat, sikap, dan keluarga dan masyarakat.

Dalam strukturisasi dan klasifikasi demikian, akhirnya

menimbulkan pandangan dualisme dikotomik keilmuan umum dan agama,

dan ini telah menjadi pendapat umum (common sense). Islam tidak

mengenal istilah dualisme-dikotomik keilmuan seperti itu. Dua macam

keilmuan di atas ditempatkan pada posisi yang berimbang. Lebih

gamblang lagi Rasulullah bersabda dalam sebuah hadisnya : “Barang

siapa yang menginginkan dunia, maka atasnya ada ilmu, barang siapa

Page 160: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

142

yang menginginkan akhirat maka atasnya ada ilmu dan barang siapa

menginginkan keduanya maka atasnya ada ilmu” UU RI No. 2 tahun 1989

tidak secara tegas memberikan solusi untuk menyatukan sistem pendidikan

yang dikotomik tersebut. Dilihat dari materi (isi kurikulum) yang

dikehendaki, undang-undang ini bahkan terlihat melestarikan status quo

dualisme-dikotomik tersebut (pasal 39 UU RI No. 2 Tahun 1989).

Untuk itu, perlu diadakan suatu terapi dengan menciptakan sistem

pendidikan integralistik, yang tentunya berangkat dari pemahaman integral

terhadap keilmuan dan menghapuskan sama sekali pandangan dualisme

dikotomik keilmuan tadi. Dalam sistem pendidikan yang terintegrasi, tidak

ada pengotak-ngotakan ilmu ke wilayah umum dan agama, walau

klasifikasi ilmu ke dalam ilmu eksakta, ilmu sosial, dan ilmu humaniora

tetap saja ada.

Pengklasifikasian bisa dilakukan terhadap objek ilmu-ilmu itu

sendiri (Bisri, 1995: 26) bukan pengklasifikasian dari segi peran dan

fungsinya. Dalam kerangka ini, materi dan segala jenisnya meski secara

objektif berbeda, namun memiliki keterikatan dan keterikatan satu sama

lain. Integralitas ilmu lebih dipahami sebagai perbaduan yang saling

menjiwai. Dalam hal demikian, bagaimana cabang ilmu-ilmu eksakta

dijiwai oleh ilmu yang lain. Realitas menunjukkan bahwa para ahli ilmu

dan teknologi (saintis) yang tidak membekali dirinya dengan ilmu agama

serta ilmu-ilmu humaniora akan menciptakan seperangkat peralatan

canggih yang justru menghancurkan komunitas manusia itu sendiri.

Page 161: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

143

Untuk itu, praktik pendidikan Islam harus mempertimbangkan ini

secara serius. Dan materi pendidikan pada tingkat tertentu memegang

peranan yang sangat penting. Materi ilmu keagamaan harus terus

disampaikan kepada setiap peserta didik. Materi yang memuat

pengetahuan eksakta juga harus terus dimantapkan sesuai dengan laju dan

kecenderungan zaman. Yang tidak kalah pentingnya, dan ini sering

diabaikan, adalah materi-materi yang berdimensi humaniora perlu

digalakkan. Sehubungan dengan ini S. Bayu Wahyono hal: 5

mengemukakan: “Materi yang tercakup dalam bidang humaniora atau

humaniter adalah bidang pengetahuan seperti sejarah kesusastraan,

kesenian dan filsafat”. Masih terkait dengan permasalahan ini, H.R.

Dardiri berkomentar bahwa dalam pengembangan akal manusia (lewat

pendidikan tentunya), yang penting bukan maksimalnya melainkan

optimalnya, yakni dengan pengarahan potensi budi manusia kepada yang

baik (Dardiri, 1986: 6). Maksimal berkaitan dengan seberapa banyak

potensi manusia tergarap dan itu berdimensi kuantitatif.

Sedangkan optimal berikatan dengan seberapa jauh potensi

manusia tergarap dan itu berdimensi kualitatif. Tujuan dan fungsi materi

pendidikan humaniora tidak saja bersifat memberi pengetahuan yang

bersifat kognitif saja, tetapi juga mengajak menghayati, memahami, dan

menyelami berbagai bentuk ekspresi kemanusiaan dengan beragam

dimensinya. Dengan demikian, tidak hanya potensi intelektual peserta

didik yang tergarap, tapi juga masalah kemanusiaannya sendiri, baik

Page 162: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

144

secara individu maupun dalam konteks kehidupannya sebagai warga

masyarakat, bahkan bangsa dan negara.

Dengan materi pendidikan humaniora, anak didik bisa

mengembangkan dan memperkaya kepribadiannya sebagai manusia.

Pendidikan humaniora merupakan suatu pengendalian diri menuju kearifan

agar tidak timbul tirani ilmu dan tirani teknologi. Semoga pendidikan

Islam mampu melaksanakan tugasnya mengasah potensi insaniah anak

didik sekaligus mengarahkannya. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam

yang ada di Seangprathip Pulohpuyo Nongchik Pattani ada 2 proses pola

pembentukan karakter dan pola fikir anak didik, yaitu pertama materi-

materi Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar yang dikorelasikan dengan materi-materi yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan permasalahannya.

2. Implementasi Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran PAI Terhadap Para

Santri Di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Dalam mengimplementasikan nilai-nilai humanisme ke dalam

pendidikan agama Islam terhadap para santri yang di sekolah Seangprathip

Wittaya Mulniti School Pulohpuyo Nongchik, Pattani, hal tersebut sudah

tampak pada pola pendampingan dan pembinaan dari para pendamping

dalam mendampingi santri. Sebagai pandangan kesana, yakni pada saat

para pendamping santri mengajarkan tentang nilai-nilai keagamaan kepada

santri dengan sebuah metode yang harmonis dan menyenangkan, yakni

Page 163: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

145

antara pendamping dengan para santri membaur bersama menjadi saudara

tanpa membeda-bedakan antara satu sama lain.

Dengan metode kebersamaan dan kesetaraan yang diaplikasikan

lewat pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap para santri dan

siswa-siswi, maka sesungguhnya esensi dari pembelajaran tersebut adalah

menerapkan pendidikan agama Islam sesuai dengan konsep pendidikan

yang humanis. Di sisi lain pendidikan agama Islam yang diajarkan

terhadap siswa-siswi di Seangprathip Wittaya Mulniti School, dapat

dijadikan sebagai landasan berpijak bagi para santri dan siswa-siswi dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dengan modal nilai-nilai agama, anak akan

mengetahui hak dan kewajibannya, baik kewajiban kepada Allah SWT

yang tercermin kedalam bentuk ibadah ritual, yakni sholat, puasa,

membaca doa, dan sebagainya, maupun hak dan kewajiban terhadap

sesama manusia dan lingkungan sekitar, yang teraplikasi melalui

hubungan sosial kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun implementasi konsep humanis pada praktik pembelajaran

pendidikan agama Islam terhadap para santri yang dikembangkan di

sekolah Seangprathip antara lain sebagai berikut:

a. Sekolah non formal

Yayasan Seangprathip menyediakan sekolah non formal. Di sekolah

ini para siswa-siswi juga mendapatkan pendidikan agama Islam sebagai

pedoman dan bekal hidup. Karena sesungguhnya nilai-nilai keagamaan

dan nilai relegiusitas sangatlah penting dan diharapkan para santri dan

Page 164: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

146

siswa-siswi juga mampu untuk mengaplikasikan nilai-nilai relegiusitas

dalam kehidupan mereka sehari-hari, yang tercermin dalam sikap dan

kepribadian mereka.

Misalnya materi pendidikan agama Islam yang diberikan kepada

santri adalah materi keagamaan tentang aqidah atau keimanan. Maka

yang dikatakan beriman kepada Allah adalah percaya akan adanya

Allah. Jika manusia percaya bahwa Allah itu ada, maka ia harus

melakukan apa yang diperintahkan Allah, dan menjauhi segala

larangan-Nya. Jika kita sebagai manusia tidak melaksanakan perintah-

Nya, dan tidak meninggalkan segala larangan-Nya, maka esensinya

adalah kita bukan termasuk hamba yang beriman kepada Allah.

(wawancara kak Shah sebagai guru pelajaran Akhlak 18/08/2015 pukul

10.30 WTS)

b. Diskusi rutin para siswa-siswi

Pelaksanaan rutinitas ini dilakukan dua kali dalam satu bulan,dan

tempatnya tidak menetap. Terkadang dilaksanakan di lingkungan

sekolah dan terkadang juga dilaksanakan di tempat-tempat terbuka

maupun tempat yang menjadi fasilitas umum, dan bebas digunakaan

sebagai tempat diskusi. Peserta diskusi juga tidak terbatas pada para

santri dan siswa-siswi semata namun juga melibatkan masyarakat

umum yang berdomisili di lokasi diskusi.

Materi keagamaan yang disajikan sebagai pokok pembahasan

diskusi juga bervariasi, mulai materi mengenai pandangan agama Islam

Page 165: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

147

tentang kekerasan dan ketidakadilan, materi tentang persekawanan,

hak-hak anak, para siswa sebagai bagian dari sistem masyarakat, hingga

peranan masyarakat dalam mengentaskan para siswa, juga sering

didiskusikan. Sedangkan pemateri juga tidak terbatas pada ustadz atau

ustadzah saja, akan tetapi juga mendatangkan pemateri dari luar sesuai

dengan bidang dan keahliannya yang berhubungan dengan

permasalahan yang didiskusikan.

Misalnya materi tentang nilai-nilai keIslaman yang menerangkan

bahwa agama Islam adalah agama yang cinta damai. Maka apabila

orang Islam selalu menggunakan kekerasan, berarti mereka telah

menentang ajaran Islam. Karena segala macam bentuk kekerasan dan

ketidakadilan, tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu,

kelompok-kelompok yang termarginalkan yang selalu memperoleh

ketidakadilan, harus kita tolong untuk memperoleh keadilan

(wawancara ust. Ma‟Yaki sebagai guru kesiswaan 15/08/2015 pukul

08.30 WTS).

c. Problem solving (pemecahan masalah)

Upaya ini dilaksanakan dalam bentuk kelompok, di mana dalam

suatu diskusi kelompok terkadang diadakan sharing (menceritakan

permasalahan) berkenaan dengan permasalahan keagamaan yang

sedang dihadapi oleh para santri. Kemudian para santri diminta untuk

memberikan masukan atau ide pemikiran terkait dengan pemecahan

masalah.

Page 166: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

148

Pada proses ini, fungsi dari pendamping hanya sebagai fasilitator

atau moderator. Akan tetapi jika terjadi kebuntuan maka pendamping

akan memberikan sedikit jawaban sebagai rangsangan (stimulant) untuk

mempertajam analisa para santri.

d. Konseling

Upaya konseling berhubungan erat dengan kondisi personal para

siswa-siswi. Melalui konseling, seorang pendamping dapat mengetahui

secara detail dan mendalam persoalan maupun kesulitan yang sedang

dihadapi oleh para siswa-siswi. Pemahaman tentang persoalan yang

dihadapi oleh santri akan mempermudah pendamping untuk

memberikan masukan serta menentukan langkah-langkah terkait dengan

pemecahan (solusi) bagi permasalahan yang sedang dialami oleh santri

(wawancara ustdzah Amal sebagai pengasuh asrama putri 20/08/2015

pukul 16.30 WTS).

e. Pembentukan kelompok kerja dan belajar

Upaya pembinaan terhadap anak jalanan yang dilaksanakan oleh

sekolah Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, juga

diwujudkan dengan pembentukan kelompok kerja dan belajar para

santri. Dengan adanya pembentukan kelompok kerja dan belajar yang

selalu bergantian akan menciptakan rasa kekeluargaan pada santri

sehingga akan menumbuhkan sikap untuk saling membutuhkan dan

saling menolong antar santri.

Page 167: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

149

Misalnya ada santri yang sedang mempunyai permasalahan, dan

terlihat sedih, dengan terbentuknya kelompok belajar dan bekerja antar-

santri, maka santri yang lain akan berusaha membantu dan mencarikan

solusi. Dengan demikian, nilai-nilai ajaran agama tentang anjuran

berbuat baik terhadap sesam manusia akan terwujud. Selain itu, proses

ini juga akan memupuk rasa saling pengertian, kebersamaan, saling

membantu, dan saling mempercayai antar sesama santri. (wawancara

ustdzah Amal sebagai pengasuh asrama putri 21/08/2015 pukul 17.00

WTS)

Adapun materi-materi pendidikan agama Islam yang diterapkan di

Saengprathip ini adalah materi keagamaan yang sesuai dengan kerangka

dasar agama Islam, yakni materi aqidah, syariah, dan akhlak.

1) Materi aqidah

Materi aqidah yang diterapkan oleh Sekolah Seangprathip

Wittaya Mulniti School ongchik, Pattani, yakni materi tentang

keyakinan kepada Allah, keyakinan kepada Malaikat-malaikat

Allah, keyakinan kepada Kitab suci, keyakinan kepada para Nabi

dan Rosul, keyakinan kepada hari akhir dan keyakinan kepada

Qodo dan Qodar. Dengan keyakinan yang terangkum dalam aqidah

Islam tersebut diharapkan akan menjadi nilai-nilai dan pondasi

dasar bagi para santri dan siswa-siswi untuk melakukan tindakan

dalam kehidupan sehari-hari. (wawancara ust. Ahmad 28/08/2015

11.30 WTS sebagai guru Aqidah)

Page 168: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

150

Adapun buku-buku pegangan yang digunakan untuk proses

pembelajaran di sekolah Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik Pattani adalah beberapa kitab Aqidah Akhlak dasar

(untuk peserta didik usia 7 -12), serta kitab Aqidah akhlak kelas

VII Mutawasit (terbitan Manhaj Ad-dirosiyyah Islamiyyah

Thailand Selatan) yang biasanya digunakan untuk pengajaran

Aqidah dikelas Madrasah Tsanawiyah (untuk peserta didik usia 13-

18). Selain dari kitab-kitab tersebut, materi untuk pembelajaran

Aqidah disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi para santri

maupun siswa-siswi yang dalam hal ini adalah santri di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani.

2) Materi Syariah

Materi syariah yang diterapkan oleh sekolah Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik, Pattani, ini adalah peraturan-

peraturan atau hukum-hukum Allah yang berhubungan langsung

dengan Allah (hablum minallah) yang teraplikasikan lewat ibadah-

ibadah ritual kepada Allah, seperti shalat, puasa, haji. Adapun

peraturan/hukum Allah yang berhubungan dengan sesama manusia

dan alam sekitar, teraplikasikan dalam kehidupan sosial dengan

masyarakat luas. Dengan peraturan dan hukum Islam ini dapat

dijadikan sebagai pedoman bagi para siswa-siswi dalam kehidupan

sehari-hari.

Page 169: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

151

Dalam proses pembelajaran untuk mengenalkan para santri

dengan hukum-hukum Islam, materinya diambil dari bebepara

kitab-kitab Fiqih Islam dasar serta lanjutan. Sumber materi ini tidak

baku atau permanen seperti konsep kurikulum-kurikulum di

sekolah formal, karena sekolah Seangprathip Wittaya Mulniti

School ini merupakan lembaga non formal. Jadi, materi-materi

yang disampaikan juga disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

para santri dan siswa-siswi. (wawancara ustad. Daylan sebagai guru

Fiqh dan pengasuh asrama putra)

3) Materi Akhlak

Materi akhlak ini adalah perbuatan manusia yang berhubungan

dengan baik dan buruk. Materi tentang akhlak yang diterapkan oleh

para santri antara lain akhlak terhadap sesama manusia, akhlak

terhadap lingkungan sekitar (kaitannya dengan cara menjaga dan

melestarikan lingkungan), dan akhlak terhadap diri sendiri

(kaitannya dengan konsep diri untuk melindungi diri sendiri,

misalnya melindungi diri untuk tidak menggunakan obat-obatan

terlarang dan minuman keras dan lain sebagainya). Beberapa

ustadz dalam menyampaikan materi akhlak kepada santri serta

siswa siswi terkadang juga mengambil materi-materi dari kitab-

kitab yang lainnya misalkan kitab Jauharotul Mauhub wa

Munbahatul Qulub serta beberapa sumber lain yang berisi tentang

konsep-konsep hubungan sosial dengan sesama manusia.

Page 170: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

152

(wawancara kak Hayati sebagai guru Akhlak 18/08/2015 pukul

10.15 WTS).

4) Materi tentang Baca Tulis Al-Quran

Dengan materi ini, para santri dan siswa-siswi dilatih agar bisa

membaca dan menulis huruf Arab. Materi Baca Tulis Al-Qur‟an

yang digunakan untuk mengajar para santri maupun siswa-sisiwi

adalah beberapa buku Iqra‟ dan Qira‟ati yang berjilid (1-6).

Setelah mereka bisa mengkhatamkan (menyelesaikan) ke- 6 jilid

tersebut, mereka langsung belajar membaca Al-Qur‟an. Akan tetapi

fakta dilapangan menunjukkan bahwa kebanyakan dari para siswa-

siswi dan para santri yang sudah dapat menyelesaikan ke- 6 jilid

tersebut karena kebanyakan para santri dan siswa siswi yang sudah

menginjak usia 14-15 tahun, mereka sudah mulai lancar memebaca

Al-Qur‟an Hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, antara

lain perkumpulan dan juga kondisi lingkungan keluarga atau

lingkungan sekitar mereka.

Adapun strategi dalam mengimplementasikan pendidikan

humanis yang mencakup ketiga materi diatas dalam pembelajaran

agama Islam terhadappara santri maupun siswa-siswi di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, boleh

dikatakan tidak seperti dalam pendidikan formal yang ada dalam

sekolah-sekolah. Jika dalam pendidikan sekolah pengajar disebut

guru, lain halnya dengan pengajar di Sekolah Saengprathi ini,

Page 171: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

153

mereka dikenal sebagai pendamping (kakak) para santri dan para

siswa-siswi. (wawancara ustdazah Maimunah sebagai pengasuh

asrama putri dan pengajar Al-qur‟an 21/08/2015 pukul 20.30

WTS).

Istilah ini dipakai karena pendamping para santri merupakan

orang (guru), yang selalu mendampingi para santri untuk

mendapatkan haknya sebagai anak yang merdeka.

Para pendamping para santri di Seangprathip selama ini

berperan sebagai teman, dan juga sebagai saudara santri yang

menekankan adanya pendekatan psiko-sosio-spiritual. Pendamping

para santri di Saengprathip Pattani selalu menggunakan pendekatan

psikologis dalam membantu dalam belajar. Salah satunya adalah

dengan memperhatikan faktor emosionalitas.

Faktor ini sangat berpengaruh dalam interaksi sosial antara

individu dengan lingkungannya. Sementara itu dalam pendekatan

spiritual, pendamping anak jalanan harus jeli meletakan perasaan

ketuhanan anak dalam kesehariannya. Ini perlu mendapat perhatian

karena dilihat dari aspek psikologisnya. Dalam tataran praktek,

proses pembelajaran agama Islam terhadap para santri, pendamping

mengamati para santri supaya dapat melihat setiap perubahan,

dalam belajar pada diri si anak. Dalam proses pembelajaran yang

berlangsung di Seangprathip Wittaya Mulniti School ini, posisi

Page 172: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

154

pendamping dan para santri maupun siswa-siswi adalah sebagai

teman atau kawan yang belajar bersama.

Posisi pendamping sebagai mitra, teman belajar, fasilitator, dan

sekaligus sebagai motivator para santri. Para pendamping santri

menggunakan beberapa metode untuk menyampaikan materi-

materi (mencakup materi aqidah, syari‟ah, akhlak, dan BTA) yang

sudah dikonsep oleh sekolah Saengprathip ini. Metode yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a) Metode pendidikan dengan keteladanan dan kedisiplinan

Metode ini berkaitan dengan kepribadian para pendamping

para santri, yang dalam hal ini bertujuan agar para santri dan

para siswa-siswi bersikap baik terhadap para pendamping

maupun terhadap sesama para santri. Dan jika para pendamping

selalu disiplin, maka para santri pun akan meniru kedisiplinan

tersebut. Salah satu contohnya dapat dilihat ketika penulis

mengikuti proses pembelajaran di sekolah Seangprathip Wittaya

Mulniti School Nongchik Pattani.

Sebelum pemateri menjelaskan tentang salah satu materi

akhlak dengan tema pentingnya menjaga kesehatan dan

kebersihan, pemateri meminta para santri dan siswa-siswi agar

melihat kondisi di sekeliling lokasi pembelajaran, karena ada

beberapa sampah disekitar tempat tersebut. Kemudian pemateri

mengajak para santri dan siswa-siswi tersebut untuk terlebih

Page 173: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

155

dahulu membersihkan lokasi itu. Setelah itu barulah pemateri

menjelaskan materi tentang kebersihan, bagaimana pendapat

Islam tentang kebersihan (dengan menunjukkan salah satu hadist

yang artinya “kebersihan adalah sebagian dari iman”). Selain itu

guru juga menunjukkan dengan memberikan teladan pada santri

dan siswa-siswi agar menjaga kebersihan.

b) Metode pendidikan dengan pembiasaan

Pembiasaan sebagai salah satu metode yang dapat

mengubah seluruh kebiasaan. Metode ini diterapkan di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dalam

menjalankan sholat 5 waktu berjamaah, membacaAl-Qur‟an,

dsb. Tujuan dari metode ini agar para santri terbiasa dalam

melakukan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

contohnya adalah dengan membaca doa sebelum dan sesudah

pembelajaran (di Seangprathip Wittaya Mulniti Nongchik

Pattani, pembelajaran biasanya dimulai dengan bacaan

basmallah dan diakhiri dengan hamdallah). Selain itu juga

dibiasakan kepada para santri agar mengucap hamdallah ketika

mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, mengucapkan

Innalillah ketika tertimpa musibah, dsb.

c) Metode pendidikan dengan nasehat dan bimbingan

Metode ini digunakan ketika para siswa-siswi dan para

santri melakukan perbuatan yang kurang baik, kemudian

Page 174: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

156

pendamping memberikan nasehat dan bimbingannya dengan

penuh kasih sayang. Contohnya ketika menyampaikan materi

tentang akhlak, saat melihat ada salah satu santri yang berkata

kasar kepada temannya, pendamping berusaha mendekati dan

menjelaskan pada anak tersebut bahwa berkata kasar tidak

sesuai dengan ajaran-ajaran akhlak dalam Islam yang

menganjurkan untuk bertutur kata yang baik, menghargai teman

dsb.

d) Metode pendidikan dengan pengawasan

Metode ini bertujuan untuk mengetahui akhlak para santri

dan siswa-siswi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga

untuk mengetahui sejauh mana perkembangan mereka dalam

menguasai materi. Metode ini digunakan dalam penyampaian

materi Baca Tulis Al-Qur‟an. Dalam materi ini guru mempunyai

catatan prestasi para santri dan siswa-siswi dalam membaca Al-

Qur‟an.

e) Metode musyawarah dan diskusi

Tujuan dari metode ini adalah untuk melatih anak

menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara bersama-sama.

Metode ini juga menganggap bahwa para santri mampu

menyalurkan ide, gagasan, serta potensi yang harus

dikembangkan secara proporsional dan tidak malu. Misalnya

saat utadz dan ustadzah memberikan sebuah persoalan yang

Page 175: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

157

berkaitan dengan hukum-hukum Islam agar didiskusikan oleh

para santri dengan membagi mereka menjadi beberapa

kelompok.

f) Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung, saat yang sama

terjadi dialog antara guru dan siswa (dalam hal ini adalah

pendamping dan anak jalanan). Pendamping bertanya, santri

menjawab, atau santri bertanya, pendamping menjawab. Hal ini

terlihat saat penyampaian materi tentang aqidah Islam

(contohnya: menanyakan berapa malaikat yang harus diketahui

atau bertanya tugas-tugas malaikat dsb). Dalam komunikasi ini

terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara

pendamping dan anak jalanan. Melalui metode ini siswa diberi

kesempatan untuk menanyakan semua permasalahan baik

kesulitan-kesulitan tentang keagamaan maupun permasalahan

lain yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

g) Metode melalui kisah atau cerita

Dengan menceritakan kisah dari para tokoh yang baik dan

sukses, maka hal tersebut dapat dijadikan menjadi sebuah

pelajaran yang berharga. Misalnya dengan menceritakan kisah-

kisah keteladanan para Nabi dan Wali dalam Islam serta

Page 176: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

158

menjelaskan hikmah yang dapat diambil dari cerita- cerita Nabi

serta Wali tersebut yang sering diambil dari dalam Al-Qur‟an.

h) Menyeimbangkan antara metode reward (memberikan pujian

atau hadiah) dan punishment (hukuman).

Metode reward untuk memotivasi anak agar semangat

dalam belajar karena apresiasi dari guru, dan metode hukuman

bertujuan agar anak menjadi jera dan tidak mengulangi

perbuatan yang salah. Contohnya dengan memberikan pujian

ketika anak menjawab pertanyaan dari pendamping (meskipun

jawabannya salah), serta memberikan hukuman yang edukatif

ketika para santri atau siswa-siswi terlambat datang ke sekolah

(contoh hukuman: berbaris sendiri menyanyikan lagu

kebangsaan dan lagu mars sekolah dan doa sebelum masuk kelas

di lapangan dan sebagainya.

Materi-materi (aqidah, syari‟ah, akhlak, dan Baca Tulis Al-

Qur‟aan) terhadap para murid-murid tersebut disampaikan

dalam jangka waktu yang tak tentu, tidak seperti disekolah

formal yang ada batasan semester. Untuk mengetahui sejauh

mana perkembangan yang dicapai para santri dalam menguasai

materi-materi yang disampaikan oleh pendamping dapat

diketahui melalui proses evaluasi. Evaluasi adalah suatu alat

untuk mengukur sampai dimana penguasaan peserta didik,

terhadap materi yang disampaikan.

Page 177: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

159

Proses evaluasi pendidikan agama Islam di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, juga menggunakan

tes secara teratur dan sudah terjadwal, dan juga menggunakan

nilai raport dalam bentuk ujian. Akan tetapi pelajaran yang non

formal, hanya di lihat dari akhlaknya, adabnya, dan

sosialisasinya. Evaluasi juga bisa dilaksanakan oleh santri tanpa

menunggu para pendamping pelajar mengadakan evaluasi secara

lisan maupun tertulis. Hasilnya dapat dilihat dalam kehidupan

mereka sehari-hari. Sedangkan evaluasi terhadap pendamping,

para pelajar tanpa segan-segan memberikan saran dan kritik

kepada para pendamping pelajar demi kebaikan bersama.

Page 178: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

160

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS PADA

PEMBELAJARAN PAI STUDI KASUS DI SEANGPRATHIP

WITTAYA MULNITI SCHOOL

A. Analisis Konsep Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran PAI Studi

Kasus di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Konsep pendidikan yang selama ini diterapkan oleh sekolah

Seangprathip adalah konsep pendidikan dengan pola pendampingan dan

pembinaan secara intensif. Pola pendampingan yang dilaksanakan oleh

Seangprathip Nongchik ini juga tidak terbatas pada pendampingan para

pelajar dalam bidang pendidikan (proses belajar mengajar) saja, akan tetapi

mencakup pendampingan terhadap para santri dan siswa-siswi secara

komprehensif dalam semua permasalahan yang dihadapi oleh pelajar. Dan

ketika santri sedang mengalami permasalahan, para pendamping akan

berusaha mendampingi para pelajar untuk mencari solusi bagi permasalahan

yang mereka hadapi.

Dapat dikatakan bahwa sebenarnya konsep pendidikan agama Islam di

Seangprathip Nongchik adalah konsep pendidikan agama yang

mengedepankan pada nilai-nilai kekeluargaan dan saling menyayangi. Hal

ini terlihat dari proses belajar mengajar para pelajar yang berlangsung di

Seangprathip Nongchik, dengan sikap para pendamping yang senantiasa

mendampingi belajar para santri dan siswa dengan sabar, bijaksana, dan

berusaha mengerti terhadap kebutuhan psikologi santri dan murid. Dalam

Page 179: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

161

berinteraksi dengan pelajar, para pendamping memandang pelajar sebagai

pribadi yang utuh, sama seperti anak lainnya yang mempunyai potensi untuk

dikembangkan secara proporsional agar menjadi anak yang kreatif. Hal ini

mencerminkan sebagaimana yang diungkapkan Mas‟ud (2002: 276), tentang

konsep pendidikan humanis, bahwa dalam perspektif pendidikan humanis,

guru (dalam hal ini adalah pendamping pelajar) tidak dibenarkan

memandang anak didik dengan sebelah mata, tidak sepenuh hati, atau

bahkan memandang rendah kemampuan siswa. Dalam proses pembelajaran

seharusnya posisi guru dan siswa adalah sama-sama belajar. Dalam hal ini

guru sebagai mitra, teman belajar, fasilitator, dan sekaligus sebagai

motivator siswa.

B. Analisis terhadap Pendidikan Agama Islam di Seangprathip Wittaya

Mulniti School.

Nilai-nilai agama merupakan pondasi dasar bagi manusia dalam

menjalani hidupnya. Oleh karena itu pendidikan agama Islam harus

diberikan kepada anak sejak dini, agar nilai-nilai agama dapat tertanam kuat

dan berakar dihati anak, sehingga nantinya dapat diamalkan dalam

kehidupan sehari-harinya. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh

Abdurrahman Saleh, bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha

sadar berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya setelah

selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran

agama Islam, serta menjadikannya sebagai way of life (jalan kehidupan)

(Zuhairini, 1993: 10).

Page 180: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

162

Dengan modal agama ini anak akan mengetahui hak dan

kewajibannya baik dalam hubungan secara langsung dengan Allah,

hubungan dengan sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan

lingkungan sekitar. Jadi pada dasarnya pendidikan agama Islam sangat

berpengaruh pada pembentukan kepribadian semua anak, tidak terkecuali

para santri. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam juga diterapkan di

Seangprathip Nongchik, Pattani. Adapun materi pendididikan agama Islam

bagi para pelajar adalah materi Aqidah, Syariah, Akhlak, dan juga Baca

TulisAl-Qur‟an. Materi tersebut menjadi suatu hal yang sangat penting

untuk diperhatikan, sebab pemilihan materi yang tepat akan menunjang

tercapainya tujuan dari proses pendidikan tersebut. Tanpa adanya materi

yang tepat sesuai dengan kondisi anak, baik dilihat dari sisi jiwa (psikis),

fisik, sosial dan latar belakang para murid, niscaya penyampaian materi

dalam proses pendidikan para santri tidak akan berhasil.

Berdasarkan materi pendidikan agama Islam terhadap anak para

pelajar di Seangprathip Nongchik adalah materi Aqidah, Syariah, Akhlak,

dan BacaTulis Al-Qur‟an. Materi tersebut telah memenuhi aspek atau segi

kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup bentuk komunikasi

vertikal dan horizontal. Materi tersebut sangat menunjang proses pendidikan

agama Islam yang tidak hanya menekankan pada kesemarakan ritual (ibadah

ritual) saja, akan tetapi juga diseimbangkan dengan materi agama yang

menekankan pada kesalehan sosial (hubungan manusia dengan manusia, dan

juga manusia dengan alam) para pelajar dapat mengaplikasikan ajaran-

Page 181: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

163

ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun materi-materi

pendidikan agama Islam yang ada di Seangprathip Nongchik tersebut masih

bersifat umum dan global serta belum diperinci kedalam satuan kurikulum

pendidikan agama Islam seperti yang selama ini sudah diterapkan di

sekolah-sekolah formal. Akan tetapi dalamp roses penyampaian materi

pendidikan agama Islam terhadap pelajar tersebut disesuaikan dengan situasi

dan kondisi dari para santri dan siswa-siswi.

Hal ini dikarenakan bahwa pendidikan agama Islam terhadap para

santri di Seangprathip bukan merupakan pendidikan formal. Akan tetapi

merupakan bentuk pendidikan alternatif untuk membekali pelajar dengan

nilai-nilai kegamaan sebagai pedoman dalam kehidupannya kelak. Oleh

karena itu dalam pelaksnaannya pun masih harus menyesuaikan dengan

kebutuhan dari para pelajar, dan juga mengingat bahwa kondisi para pelajar

tidak bisa dipaksa dalam menerima pembelajaran, akan tetapi harus dengan

cara yang lemah lembut dan mengerti kondisi psikologi mereka.

Dengan adanya materi pendidikan agama Islam yang mencakup aspek

Aqidah, Syariah, Akhlak, dan juga materi Baca Tulis Al-Qur‟an yang

diterapkan oleh yayasan Seangprathip terhadap para pelajar, sesungguhnya

sudah mencakup materi pendidikan agama Islam yang menyeimbangkan

pada aspekritual dan juga kesalehan sosial dengan sesama manusia dan juga

lingkungan sekitar.

Hanya saja teknis penyampaian materi tersebut belum disajikan dalam

bentuk kurikulum yang diorganisir secara secara jelas dan rapi. Dengan

Page 182: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

164

demikian dapat dikatakan bahwa materi Pendidikan Agama Islam terhadap

para pelajar di Seangprathip telah mencakup ranah vertikal maupun

horizontal, walaupun masih perlu ada pembenahan-pembenahan dalam

pelaksanaannya menuju kearah yang lebih baik lagi. Adapun sikap dari para

pendamping dalam proses belajar dan mengajarkan pendididikan agama

Islam di Seangprathip Nongchik selamaini, lebih mengutamakan sikap yang

sabar, penyanyang, tidak membeda-bedakan antar individu, dan juga sikap

yang arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan agar tidak

menyinggung ataupun menyakiti terhadap para pelajar. Karena mayoritas

para pelajar sensitif dan mudah tersinggung. Oleh karena itu mereka butuh

perhatian dan pendampingan secara kontinu dalam menanamkan nilai-nilai

keagamaan kepada mereka.

Dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam, para

pendamping tidak memandang para pelajar sebagai anak yang bodoh. Sebab

memandang bahwa anak sebagai sosok yang bodoh bukan merupakan ciri-

ciri dari pendidikan humanis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Baharuddin dan Makin (2007: 111), bahwa tujuan dari pendidikan humanis

adalah terciptanya satu proses dan pola pendidikan yang senantiasa

menempatkan manusia sebagai manusia. Yaitu manusia yang memiliki

segala potensi yang dimilikinya, baik potensi yang berupa fisik, psikis,

maupun spiritual, yang perlu untuk mendapatkan bimbingan. Kemudian

yang perlu menjadi catatan adalah bahwa masing-masing potensi yang

dimiliki oleh manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya. Dan semuanya

Page 183: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

165

itu perlu sikap arif dalam memahami, dan saling menghormati serta selalu

menempatkan manusia yang bersangkutan sesuai dengan tempatnya masing-

masing.

Dalam pendidikan humanis tugas seorang guru adalah bertindak

sebagai suri tauladan dalam kehidupan akademis siswa serta menunjukkan

sikap kasih sayang dan juga bertindak sebagai fasilitator, yang lebih

mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreatifitas siswa serta interaktif

dan komunikatif dengan siswa. Konsep pendidikan humanis tersebut juga

terlihat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini

diterapkan oleh Saengprathip yang mengedepankan konsep pendidikan

dengan pola pendampingan dan pembinaan secara intensif, interaksi

komunikatif antara pembina dengan para pelajar merupakan suatu bentuk

komunikasi yang menekankan pada kekuatan dialog secara langsung dari

hati ke hati. Dalam konteks ini para pelajar diposisikan bukan sebagai orang

lain namun layaknya sebagai saudara sendiri. Pembina sebagai seorang

kakak, sedangkan para pelajar sebagai seorang adik. Harapan dari bentuk

komunikasi semacam ini adalah sebagai berikut:

a. Para pelajar dapat lebih leluasa dalam mengutarakan persoalan mereka

tanpa ada rasa canggung.

b. Para pelajar dapat merasakan suasana kekeluargaan dalam kesulitan hidup

yang sedang mereka hadapi.

Page 184: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

166

c. Para Pelajar tidak menghindar dari para pembina, karena mereka

menyadari benar bahwa pembina bukanlah sosok yang menakutkan

sehingga harus menjauh.

d. Pembina dapat dengan leluasa dalam mendampingi para pelajar, tanpa

adanya rasa keterasingan terhadap pola hidup yang keras.

e. Terbentuknya empati yang mendalam pada diri pembina terhadap

kesulitan hidup yang dialami para pelajar.

Meskipun konsep pendampingan terhadap para pelajar yang ada di

Seangprathip Nongchik merupakan konsep pendampingan yang intensif,

akan tetapi dalam aplikasinya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Akan tetapi dalam mendampingi proses belajar para pelajar, para

pendamping pelajar di Seangpragthip Nongchik harus lebih sabar, dan juga

harus dilandasi dengan keikhlasan dan ketelitian dalam mengawal

perkembangan sikap keberagamaan pelajar. Hal ini penting untuk

diperhatikan, karena kecenderungan pelajar yang bersifat keras, maka

dibutuhkan pendekatan yang kontinu untuk mengetahui kebutuhan psikologi

mereka. Kondisi dansifat pelajar yang keras, apabila kita mengajarkan

sesuatu dengan cara yang keras pula, maka mereka akan lari dan tidak mau

belajar lagi dengan kita. Oleh karena itu dalam pola pendampingan terhadap

para pelajar, harus menggunakan cara yang halus dan mengedepankan nilai-

nilai kemanusiaan.

Dalam hal ini seringkali para pendamping pelajar tidak

mampubertahan dalam memberikan pendampingan pendidikan agama Islam

terhadap para pelajar karena mereka tidak mempunyai kesabaran yang

Page 185: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

167

cukup untuk mengatasi sikap para pelajar yang keras dan nakal. Akibatnya

tujuan pendidikan agama Islam terhadap para pelajar pun tidak berhasil

secara maksimal. Oleh karena itu perlu pendekatan yang harmonis dan

humanis, yakni pendekatan secara emosional dari hati kehati, dan mencoba

mengerti kondisi kebutuhan psikologi para santri dan siswa-siswi. Para

pelajar diposisikan sebagai manusia yang mempunyai dimensi kemampuan

yang sama juga dengan manusia yang lebih dewasa dari mereka, sehingga

dalam proses pelaksanaan pembelajaran, para pelajar dilibatkan secara aktif

dalam berbagai kegiatan.

Hal ini memang sulit dan hanya akan berhenti pada dataran konsep

saja jika tidak dicoba dilaksanakan secara kontinu. Karena sesngguhnya

proses pendampingan pendidikan agama Islam terhadap santri merupakan

suatu hal yang harus dilaksanakan mengingat pelajar juga merupakan anak

bangsa dan generasi penerus karajaan Thailand kedepan. Kalau para pelajar

tidak dibekali dengan pendidikan agama Islam, lantas bagaimana akhlak dan

moral mereka kelak setelah dewasa? Oleh karena itu pendidikan agama

Islam terhadap pelajar merupakan tanggung jawab kita bersama dalam

mempersiapkan generasi bangsa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

C. Analisis Implementasi Pendidikan Humanis Pada Pembelajaran PAI

Terhadap Pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Implementasi pendidikan humanis dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam terhadap para pelajar merupakan sebuah kebutuhan yang harus

segera dilakukan, karena melihat keberadaan para remaja (dengan pola

Page 186: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

168

kehidupan yang bebas, yakni dunia kerusuhan yang sangat rawan oleh

perkelahian, pencopetan, pemerkosaan, budaya minuman keras, obat-obatan

terlarang, hingga free sex). Maka dengan realita tersebut para pelajar sangat

membutuhkan pendampingan dan pembinaan keagamaan agar dalam jiwa

para pelajar tertanam nilai-nilai keagamaan. Dan nilai-nilai keagamaan

tersebut diharapkan dapat menjadi konsep diri bagi para pelajar untuk

membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus dapat membentuk kesalehan

sosial yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam memberikan pendampingan dan pembinaan keagamaan

terhadap para pelajar, maka membutuhkan pendekatan-pendekatan atau

cara-cara yang humanis, lemah lembut, saling menyayangi, dan

pendampingan yang berusaha mengerti kondisi dan kebutuhan psikologi

pelajar. Dengan demikian implementasi pendidikan agama Islam yang

dikemas dengan pola pendekatan yang humanis terhadap para pelajar akan

mudah diterima oleh para pelajar meskipun mereka terbiasa dengan

kehidupan yang keras di dunia pesantren.

Dalam mengimplementasikan nilai-nilai humanis ke dalam pendidikan

agama Islam terhadap para pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik, Pattani, hal tersebutsudah tampak pada pola pendampingan dan

pembinaan dari para pendamping dalam mendampingi para pelajar. Sebagai

pandangan kesana, yakni pada saat para pendamping pelajar mengajarkan

tentang nilai-nilai keagamaan kepada seluruh santri dengan sebuah metode

yang harmonis dan menyenangkan, yakni antara pendamping dengan pelajar

Page 187: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

169

membaur bersama menjadi saudara tanpa membeda-bedakan antara satu

sama lain.

Dengan metode kebersamaan dan kesetaraan yang diaplikasikan lewat

pembelajaran terhadap siswa, maka sesungguhnya esensi dari pembelajaran

tersebut adalah sesuai dengan konsep pendidikan humanis. Metode yang

diterapkan Seangprathip Nongchik Pattani, sejalan dengan prinsip-prinsip

yang ada dalam pendidikan humanis bahwa yang dilaksanakan oleh guru

dalam proses belajar mengajar harus lebih menekankan pada pengembangan

kreativitas, penajaman hati nurani, dan religiusitas siswa, serta

meningkatkan kepekaan sosialnya. Prinsip-prinsip penerapan metode dalam

pendidikan humanis tersebut antara lain:

1. Prinsip memberikan suasana kegembiraan.

2. Prinsip memberikan layanan dan santunan dengan lemah lembut.

3. Prinsip komunikasi terbuka.

4. Prinsip pemberian pengetahuan baru.

5. Prinsip memberi model yang baik. (Baharudin dan Makin (2007: 196)

Di sisi lain pendidikan agama Islam yang diajarkan terhadap para

pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti School dapat dijadikan sebuah

konsep diri atau pondasi sebagai landasan berpijak bagi siswa dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Dengan modal nilai-nilai agama, anak akan

mengetahui hak dan kewajibannya, baik kewajiban kepada Allah SWT yang

tercermin kedalam bentuk ibadah ritual, yakni sholat, puasa, membaca doa,

Page 188: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

170

dan sebagainya, maupun hak dan kewajiban terhadap sesama manusia dan

lingkungan sekitar.

Namun dalam proses pelaksanaan di lapangan implementsi

pendidikan humanis pada pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap

pelajar terdapat beberapa kendala antara lain kondisi dan watak pelajar yang

cenderung bersifat keras, dengan latar belakang mereka yang sudah terbiasa

hidup di dunia pemberontakan. Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang sabar

dan pendekatan yang kontinu dalam memberikan pendampingan pendidikan

agama Islam dan berusaha memenuhi kebutuhan psikologi mereka.

(wawancara uts. Daud sebagai guru Aqidah dan sebagai bagian kesiswaan

26/08/2015 pukul 11.00 WTS)

Adapun materi pendidikan agama Islam yang diterapkan dalam proses

pembelajaran di Seangprathip Nongchik Pattani yaitu materi Aqidah (yang

berisi tentang landasan keimanan kepada Allah, malaikat, kitab suci dsb.),

materi Syari‟ah (yang berisi tentang hukum-hukum Islam), materi Akhlak

(ajaran tentang hubungan sosial manusia dan alam), dan materi tentang baca

dan tulisAl-Qur‟an. Secara substansi materi pendidikan agama Islam

tersebut sudah sesuai dengan konsep yang ada dalam pendidikan humanis,

meskipun dari kacamata pendidikan formal belum mampu mengaplikasikan

syarat materi pendidikan yang harus menyesuaikan dengan kurikulum yang

ditetapkan oleh pemerintah. Karena memang pendidikan agama Islam yang

ada di Seangprathip Nongchik Pattani bukan termasuk pendidikan formal,

akan tetapi merupakan pendidikan alternatif bagi para pelajar dan para

Page 189: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

171

siswa, agar dalam jiwa pelajar tertanam nilai-nilai ajaran Islam untuk dapat

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun pelaksanaan pendidikan agama Islam terhadap para pelajar di

Seangprathip Nongchik Pattani masih disesuaikan dengan situasi dan

kebutuhan dari pelajar.Adapun implementasi konsep humanis pada praktik

pembelajaran pendidikan agama Islam terhadap pelajar yang dikembangkan

di Seangprathip Nongchik Pattani antara lain sebagai berikut:

1. Analisis Sekolah non formal

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, yaitu sekolah

yang mendidik pelajar untuk menjadi kader-kader penerus kerajaan yang

mendidik untuk menjadi seorang guru dan mendapatkan pendidikan

agama Islam sebagai pedoman dan bekal hidup pelajar. Karena

sesungguhnya nilai-nilai keagamaan dan nilai relegiusitas sangatlah

penting, dan diharapkan pelajar juga mampu untuk mengaplikasikan

nilai-nilai relegiusitas dalam kehidupan mereka sehari-hari, yang

tercermin dalam sikap dan kepribadian mereka. Sekolah tersebut

merupakan bukti nyata bahwa Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik Pattani selama ini memang merupakan yayasan yang sangat

peduli terhadap keberadaan dan nasib dari anak remaja, terutama di

bidang pendidikan.

Usaha Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dalam

menyelenggarakan pendidikan dalam bentuk sekolah non formal untuk

pelajar membuktikan bahwa Seangprathip Wittaya Mulniti School

Page 190: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

172

Nongchik Pattani sangat peduli terhadap kondisi pendidikan bagi para

pelajar. Sebenarnya masalah pendidikan bagi anak remaja merupakan

permasalahan yang sangat penting, dan merupakan permasalahan

kitabersama. Namun yang terjadi, sangat sedikit pihak-pihak yang peduli

terhadap nasib pendidikan terhadap para remaja yang tinggal di Thailand

Selatan. Meskipun merupakan sekolah formal akan tetapi dalam praktek

pembelajarannya sudah mengakomodir hakekat pendidikan yang

merupakan proses memanusiakan manusia. Paolo Freire mendefinisikan

pendidikan sebagai upaya pembebasan manusia dari segala ketertindasan.

Itulah hakekat pendidikan secara sederhana (Andim, 2006: 6). Logika

sederhananya adalah seseorang yang semula tidak tahu terhadap sesuatu

kemudian melalui proses pendidikan atau pembelajaran akhirnya menjadi

tahu.

Dari definisi Freire tersebut kita bisa melihat bahwa sekolah yang ada

di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani merupakan

proses pendidikan humanis juga, meskipun bukan merupakan sekolah

formal. Selain itu hubungan dan pola pendampingan terhadap para siswa

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani telah

menunjukkan hubungan kekeluargaan antar individu. Demikian pula

mengenai sistem keberagamaan di Seangprathip Nongchik Pattani,

terlihat dari para pengelola Seangprathip Nongchik Pattani dan juga para

pendamping santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagamaan dan

nilai relegiusitas. Hal inilah yang menyebabkan Seangprathip Wittaya

Page 191: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

173

Mulniti School Nongchik Pattani berupaya keras untuk

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pendidikan agama Islam

terhadap para pelajar.

Menurut penulis, kalau tidak dilandasi oleh semangat keberagamaan

dan relegiusitas yang tinggi dari pengelola Seangprathip Wittaya Mulniti

School Nongchik Pattani, jauh dari kemungkinan pendidikan agama

Islam terhadap para pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik Pattani ini dapat terwujud.

2. Analisis diskusi rutin pelajar

Diskusi rutin para pelajar ini akan melatih anak untuk berfikir dan

menyampaikan ide maupun gagasan mereka kepada orang lain. Dengan

arena diskusi yang tidak hanya terdiri dari pelajar saja, akan tetapi para

pendamping juga ikut didalamnya. Mereka akan bisa bertukar pendapat

antara satu dengan yang lain. Materi keagamaan yang disajikan sebagai

pokok pembahasan diskusi juga bervariasi, mulai materi mengenai

pandangan agama Islam tentang kekerasan dan ketidak adilan materi

tentang persekawanan, hak-hak anak, santri sebagai bagian darisistem

masyarakat, hingga peranan masyarakat dalam mengentaskan anak

remaja, juga sering didiskusikan.

Dalam forum diskusi yang seringkali diadakan di tempat-tempat

terbuka ini akan membawa suasana kebersamaan, kekeluargaan, dan juga

kebebasan. Mereka semua, baik pendamping, dan juga para pelajar akan

bisa menyatu dengan alam di tempat terbuka. Dengan demikian semangat

Page 192: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

174

belajar, dan juga sikap untuk lebih mencintai alampada para pelajar akan

tumbuh dan bertambah.

3. Analisis problem solving (pemecahan masalah)

Problem solving (pemecahan masalah) ini adalah sebagai upaya untuk

sharing (mencurahkan segala permasalahan), berkenaan dengan

permasalahan keagamaan yang sedang dihadapi oleh para pelajar. Di sini

siswa dilatih untuk belajar memecahkan suatu permasalahan. Dengan

keberadaan pendamping yang berfungsi sebagai fasilitator,

makakeputusan pun diserahkan kepada siswa. Akan tetapi jika terjadi

kebuntuan maka pendamping akan memberikan sedikit jawaban sebagai

rangsangan (stimulant) untuk mempertajam analisa siswa.

Seperti yang dijelaskan oleh Mas‟ud (2006 :149) bahwa salah satu

tujuan pendidikan humanis adalah menyentuh ranah potensi peserta didik

untuk dikembangkan secara proporsional yang berorientasi pada

pengembangan sumber daya manusia. Dengan menerapkan kegiatan

problem solving untuk para pelajar, Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik Pattani berusaha untuk menggali potensi mereka agar mampu

memecahkan setiap persoalan, agar dapat diterapkan dalam kehidupan

mereka sehari- hari ketika menghadapi sebuah persoalan.

4. Analisis konseling

Melalui konseling, para pendamping siswa dapat mengetahui secara

detail dan mendalam persoalan maupun kesulitan yang sedang dihadapi

oleh siswa. Pemahaman tentang persoalan yang dihadapi oleh siswa akan

Page 193: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

175

mempermudah pendamping untuk memberikan masukan serta

menentukan langkah-langkah terkait dengan pemecahan (solusi) bagi

permasalahan yang sedang dialami oleh pelajar Seangprathip Wittaya

Mulniti School Nongchik Pattani. Metode ini seperti merefleksikan salah

satu metode dalam pengajaran yang disebutkan oleh Abdul Majid dan

Dian Andayani dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi (2004: 101), yaitu metode dialog kreatif, yaitu salah satu

cara untuk melibatkan siswa secara langsung berdialog dengan guru

tentang suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Bentuk konseling ini

adalah lebih rahasia, kerena kebanyakan pelajar tidak ingin

permasalahannya diketahui oleh orang banyak. Dan para pendamping

juga mengerti kebutuhan psikologis dari siswa, apa yang diinginkan dan

apa yang tidak diinginkan oleh para siswa.

5. Analisis pembentukan kelompok kerja dan belajar

Zuhairini menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Metodik Khusus

Pendidikan Islam (1983: 80), bahwa ada beberapa metode dalam proses

pembelajaran, salah satunya adalah dengan membentuk kelompok

belajar. Dengan adanya pembentukan kelompok belajar di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, akan menciptakan perasaan

yang sama di kalangan pelajar sehingga dapat menumbuhkan sikap saling

membutuhkan dan saling menolong antar para pelajar. Misal ada siswa

yang mempunyai masalah, dan terlihat sedih. Dengan terbentuknya

kelompok belajar antar siswa, maka anak yang lain akan berusaha

Page 194: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

176

membantu semaksimal mungkin. Dengan demikian, nilai-nilai ajaran

agama tentang anjuran untuk berbuat baik terhadap sesama manusia akan

terwujud.

Selain itu, proses ini juga akan memupuk rasa saling pengertian,

kebersamaan, saling membantu, dan saling percaya di kalangan siswa.

Maka pada proses ini nilai-nilai humanis akan tertanamkan pada jiwa

pelajar. Adapun proses evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam terhadap para pelajar yang dilakukan oleh Seangprathip Wittaya

Mulniti School Nongchik Pattani adalahdengan cara sharing

(menceritakan masalah) dan diadakannya tes semester untuk melihat

perkembangan para pelajar sebagai wawasan yang lebih dari yang lain.

Proses evaluasi tersebut agaknya kurang efektif dan kurang sesuai

dengan apa yang diungkapkan oleh Nana Sudjana (1980: 22), bahwa

evaluasi adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana

tujuan yang telah ditetapkan itu, tercapai atau tidak. Meskipun secara

substansi Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani sudah

melakukan proses evaluasi, akan tetapi metode evaluai yang dilakukan

tidak bisa dijadikan standar pencapaian perkembangan belajar siswa

karena tidak ada tes sebagai cerminan apakah para siswa menguasai

materi atau tidak.

Hal ini dikarenakan beberapa hal yang mencakup keterbatasan

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dari segi

finansial maupun tenaga pengajarnya, sehingga evaluasi yang dilakukan

Page 195: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

177

hanya sekedar sharing (menceritakan masalah) dan tes, pengamatan dari

pendamping santri dalam kehidupan sehari-hari. Sementara para

pendamping santri tidak sepanjang hari bisa menemani para siswa binaan

mereka. Secara garis besar, fungsi evaluasi dalam pembelajaran adalah

sebagai berikut :

a. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah

melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu;

b. Untuk mengukur sampai di mana keberhasilan system pengajaran

yang dipergunakan;

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan

proses belajar mengajar. (Sudjana, 1980: 277)

Oleh karena itu proses evaluasi pendidikan agama Islam di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani masih terbilang

sangat sederhana dan kurang efektif untuk mengukur kemajuan dan

perkembangan anak setelah melakukan kegiatan belajar mengajar

pendidikan agama Islam selama jangka waktu tertentu.

D. Manfaat Pendidikan Humanis pada Pembelajaran PAI di Seangprathip

Wittaya Mulniti School

Pendidikan humanis adalah proses pendidikan penganut aliran

humanisme, yang berarti proses pendidikan yang menempatkan seseorang

sebagai salah satu subyek (pelaku) terpenting dalam pendidikan. Hal itu

berarti pendidikan yang di dalamnya selalu mengutamakan kepentingan

manusia sebagai seseorang yang senantiasa harus mendapatkan segala

Page 196: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

178

haknya sebagai manusia yang merdeka. Hak yang dimaksud adalah hak

untuk dihargai sebagai manusia yang mempunyai potensi, hak untuk

dihormati, hak untuk diperlakukan sebagai manusia yang merdeka.

Sedangkan tujuan dari pendidikan humanis adalah terciptanya satu proses

dan pola pendidikan yang senantiasa menempatkan manusia sebagai

makhluk yang memiliki segala potensi, baik potensi yang berupa fisik,

psikis, maupun spiritual, yang perlu untuk dibimbing dan dikembangkan

secara proporsional.

Adapun pembelajaran pendidikan agama Islam bertujuan untuk

mengembangkan fitrah keberagamaan peserta didik menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa melalui peningkatan, pemahaman, penghayatan, dan

pengamalan ajaran Islam. Pendidikan agama Islam merupakan kelanjutan

dari peran agama yang tentunya tidak hanya sekedar mengajarkan tindakan-

tindakan ritual kepada Allah semata, akan tetapi juga dapat membentuk

keseluruhan tingkah lakumanusia dalam rangka memperoleh ridho Allah.

Pendidikan agama Islam terhadap para pelajar di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani diharapkan mampu membentuk

kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial dengan cara menanamkan

nilai-nilai agama Islam yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan adanya implementasi pendidikan agama Islam yang humanis di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, maka manfaat yang

diperoleh oleh pelajar antara lain:

Page 197: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

179

1. Para pelajar dapat mengetahui nilai-nilai agama Islam melalui proses

pembelajaran di tempat terbuka yang tidak mengekang peserta didik.

2. Dengan adanya pendidikan agama Islam, maka pelajar akan mempunyai

konsep diri tentang keagamaan sebagai kontrol dalam perilaku sehari-

harinya agar tidak terpengaruh dengan perbuatan yang dapat merugikan

dirinya sendiri dan juga masyarakat.

3. Dengan adanya pendidikan agama Islam, maka dalam diri para pelajar

akan terbentuk akhlak yang terpuji, baik akhlak kepada Allah, akhlak

kepada sesama manusia, akhlak kepada diri sendiri, dan akhlak kepada

lingkungan sekitar.

4. Dengan adanya pendidikan agama Islam yang humanis, maka setidaknya

akan menyelamatkan pelajar dari kebodohan dan kebobrokan mental, dan

juga akan menyelamatkan anak dari ancaman dunia pergaulan yang

sangat rentan dengan free sex (sex bebas), narkoba, minuman keras, dan

sebagainya. (wawancara Babo Daylan Safruk sebagai pengasuh asrama

putra 21/08/2015 pukul 15.00 WTS).

Penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam

dalam diri manusia melalui proses pendidikan yakni suatu proses penyiapan

generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup

secara efektif dan efisien.

Sebagai harapan dari adanya pembelajaran pendidikan agama Islam

terhadap para pelajar Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Pattani, akan memberikan manfaat yakni terbentuknya kepribadian siswa

Page 198: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

180

yang memiliki nilai-nilai ajaran Islam, sehingga dapat digunakan untuk

memilih dan memutuskan perbuatan yang akan ia lakukan sesuai dengan

nilai-nilai Islam. Akan tetapi harapan tersebut belum sepenuhnya menjadi

kenyataan, karena karakter siswa dan pembawaannya memang sulit

dirubah dan sulit untuk memberikan bimbingan agama terhadap siswa,

karena latar belakang kehidupan mereka berbeda dengan orang rumahan

dan mereka sudah terbiasa hidup didunia yang keras dan rawan.

Akan tetapi minimal dengan adanya pembelajaran pendidikan agama

Islam terhadap pelajar Saengprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Pattani, setidaknya walaupun sedikit akan memberikan manfaat yakni akan

tertanam nilai-nilai ajaran Islam pada jiwa mereka agar tidak terjerumus ke

dalam bahaya-bahaya yang ada di daerah rawan seperti pembunuhan,

pngeboman, sex bebas, minuman keras serta bahaya lain yang identik

dengan dunia kericuhan. Hasil belajar pendidikan agama Islam pelajar di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani ini tidak dalam

bentuk nilai raport, dari hasil nilai tes, akan tetapi lebih merupakan hasil

belajar yang melalui bukti riil yang teraplikasi dalam tingkah laku dan

perbuatan mereka sehari-hari. Hal tersebut dapat dibedakan antara pelajar

di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dengan pelajar

yang bukan anggota Seangprathip Nongchik Pattani dalam tingkah laku

sehari-harinya. Para santri dan siswa di Seangprathip Nongchik Pattani

yang telah memperoleh pembelajaran pendidikan agama Islam minimal

akan mempunyai nilai lebihdalam bidang akhlaknya, dibanding dengan

pelajar lain yang tidak pernah memperoleh pendidikan agama Islam.

Page 199: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

181

E. Faktor-Faktor Penghambat dalam Implementasi Konsep Humanisme

(Manootniyom) dalam Pembelajaran PAI di Seangprathip Wittaya

Mulniti School Nongchik Pattani

Berbicara tentang hambatan dalam implementasi konsep humanisme

(Manootniyom) dalam pembelajaran PAI ada beberapa hambatan yang

dijumpai dalam kegiatan pembelajaran tersebut yaitu :

Pertama, kurangnya guru di bidang materi pendidikan agama Islam serta

kualitas pendamping di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Pattani tergolong masih kurang atau dalam rangka perbaikan kualitas. Guru

yang ada di Seangprathip Nongchik Pattani, khususnya guru PAI seluruhnya

menempuh jenjang pendidikan S2 atau S1 sejak berdirinya Seangprathip

Wittaya Mulniti Nongchik Pattani. Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik Pattani memiliki guru PAI sebanyak 25 orang, akan tetapi salah

satu guru PAI yang ada di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Pattani sebenarnya kemampuanya tidak sesuai dengan bidang studi yang

diajarkan sekarang (PAI) akan tetapi guru tersebut sesuai dengan jenjang

pendidikannya S1 itu terfokus di bidang (ilmu sejarah). Akan tetapi di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dirasa sangat

membutuhkan guru PAI saat itu, karena jumlah kelas yang terlalu banyak

yakni berjumlah 15 kelas dari kelas V – X. Kemudian dengan latar belakang

dari guru tersebut adalah seorang ustad. Jadi kiranya sangat tepat untuk

membantu guru bidang studi agama Islam.

Page 200: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

182

Kedua, dalam implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran PAI di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani adalah berasal dari

luar pihak sekolah dalam pelaksanaannya yaitu masyarakat (orang tua). Dari

sejak awal penerapannya, konsep humanisme religius di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani mendapat respon yang positif dari

pihak wali murid (guru), akan tetapi tujuan dari pihak sekolah bukan hanya

mendapat respon positif dari orang tua, tetapi wali murid atau orang tua juga

ikut andil (bekerjasama) dalam proses kegiatan belajar mengajar, artinya

dalam hal ini orang tua ikut andil dalam pengawasan anak didik di

lingkungannya masing-masing di luar sekolah, yakni dilingkungan

kehidupan sehari-hari di luar jam sekolah.

Ketiga, dalam implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran PAI

yang ada di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani adalah

sarana dan prasarana. Sejauh pengamatan yang diketahui peneliti ketika

dalam observasi, dalam penerapan konsep humanisme religius kendala

ataupun hambatan dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah terletak

pada sarana dan prasarana. Pertama, keadaan gedung, yang dimana ketika

dalam proses kegiatan pengembangan diskusi kurang kondusif, karena

kapasitas gedung sedang dalam pembuatan artinya jumlah karena banyak

siswa dan gedung tidak seimbang. Selama ini gedung yang digunakan dalam

pengembangan sosial seperti diskusi dan kerja kelompok di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani hanya terdapat 2 gedung, yaitu

aula dan mushola. Kedua, yakni dari perlengkapan atau alat pembelajaran

adalah pengeras suara atau speaker.

Page 201: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

183

Sejauh yang diketahui oleh peneliti ketika dalam observasi kegiatan

diskusi rutin, kerja kelompok dan bimbingan konseling di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dirasa sangat kurang, yang disana

hanya terdapat 1 pengeras suara (speaker), padahal ketika proses kegiatan

tersebut dilaksanakan seorang guru susah untuk mengkondisikan keadaan di

dalam ruangan, tanpa adanya pengeras suara, apalagi dalam diskusi materi

keagamaan dan kemasyarakatan.

F. Upaya Penyelesaian dalam Implementasi Konsep Humanisme

(Manootniyom) dalam Pembelajaran PAI di Seangprathip Pulohpuyo

Nongchik Pattani

Setalah melihat beberapa pernyataan di atas bahwasannya dalam

implementasi konsep humanisme itu terdapat beberapa faktor hambatan

dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu dengan adanya fenomena

tersebut diatas, kepala sekolah khususnya dan wakil kurikulum berupaya

memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan dan hambatan tersebut.

Adapun usaha yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan peningkatan

kualitas pendidikan di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Pattani.

Pertama, sesuai dengan permasalahan yang terdapat di atas dengan

adanya kekurangan guru Pendidikan Agama Islam, sejauh yang diketahui

peneliti ketika wawancara dengan kepala sekolah bahwasannya

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani yang memiliki

ruang kelas berjumlah 15 kelas dengan jumlah siswa ±400 siswa dirasa

Page 202: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

184

sangat kurang evektif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena

itu kepala sekolah memberikan solusi yang terbaik untuk Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani meskipun belum maksimal, yaitu

dengan cara menambah jumlah guru Pendidikan Agama Islam yang

disesuaikan dengan pendidikan dan kemampuannya di bidang tersebut

(PAI). Adapun peningkatan kualitas yang dilakukan secara intensive oleh

pihak sekolah adalah pembinaan terhadap peningkatan kualitas guru dalam

membentuk pembinaan guru dalam perencanaan pembelajaran, pengelolaan

kelas dan pembinaan-pembinaan yang lainnya. Pembinaan yang berkaitan

perencanaan pembelajaran seperti halnya pembinaan tentang penyusunan

perangkat pembelajaran, pembinaan tentang penguasaan berbagai strategi

pembelajaran, pembinaan tentang penyusunan evaluasi pembelajaran dan

pembinaan tentang pengembangan kurikulum. Berbagai pembinaan tersebut

dilakukan dalam rangka membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan

yang ada di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani.

Sesuai dengan permasalahan yang kedua yaitu adanya faktor

hambatan yang berasal dari luar pihak sekolah yaitu kurangnya partisipasi

sebagian masyarakat (wali murid) dalam proses belajar mengajar akan

mengakibatkan kurang evektifnya proses tersebut dan tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai sulit mendapatkan keberhasilan sesuai apa yang telah

direncanakan sebelumnya, yaitu untuk mewujudkan manusia yang

sempurna yang mampu merealisasikan tujuan hidupnya yaitu beribadah

kepada Allah. Pada hakikatnya keikutsertaan masyarakat (wali murid)

dalam proseskegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting

Page 203: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

185

sekali, dan itu merupakan salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan

suatu pembelajaran. Oleh karena itu kerjasama antara pihak-pihak yang

terkait dalam prosesp embelajaran (sekolah, manajemen sekolah, orang tua,

lingkungan) merupakan satu kesatuan yang sangat kuat dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dirasa sangat penting tindakan yang

dilakukan oleh pihak sekolah yaitu dengan mengadakan pertemuan setiap 3

bulan (tri wulan) sekali sebagai pertemuan antara wali murid dengan pihak

sekolah, dengan tujuan untuk koordinasi tentang perkembangan anak didik

selama di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. (wawancara ust.

Daud bagian kesiswaan dan sebagai pengajar Aqidah Akhlak 20/08/2015

pukul 11.30 WTS)

Sesuai dengan permasalahan yang ketiga yaitu adanya sarana dan

prasarana sebagai faktor pendukung dalam proses belajar mengajar yaitu :

Pertama, keterbatasan dari media dan perlengkapan atau alat pembelajaran.

Dalam implementasi konsep humanisme, dalam pembelajaran PAI, yang

ada di Seangprathip Wttaya Mulniti School Nongchik Pattani, sejauh yang

diketahui oleh peneliti selama observasi mengenai perlengkapan seperti

speaker (pengeras suara), dan LCD, akan tetapi selama peneliti mengadakan

observasi masih belum ada perubahan, bahkan terkadang menggunakan

perlengkapan secara (ceramah) seadanya. Meskipun dengan keadaan yang

seperti itu, materi pembelajaran dapat disampaikan dengan baik dan guru

pendidik agama dapat mengkondisikan dengan baik dengan wawancara

dengan Kepala Sekolah Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik

Page 204: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

186

Pattanitanggal 29/08/2015 pukul 11.00 WTS mengikutsertakan dan

mendapatkan bantuan atau pendukung dari guru bidang studi yang lain.

Kedua, yaitu tentang keadaan gedung. Mengenai keterbatasan gedung yang

digunakan dalam proses diskusi rutin selama peneliti mengobservasi,

kegiatan tersebut dalam implementasi konsep humenisme yang ada di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani hanya menggunakan

2 gedung, yaitu (gedung aula dan mushola). Dalam proses kegiatan belajar

hal tersebut sangatlah penting demi tercapainya tujuan pendidikan. Karena

adanya keterbatasan tersebut, diantara guru Pendidikan Agama Islam, dan

sarana dan prasarana yang ada di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Nongchik Pattani dalam kegiatan prosesbelajar mengajar khususnya

kegiatan diskusi rutin dan hanya menggunakan 2 gedung yaitu aula dan

mushola dan dirasa sangatlah kurang kondusif dalam pelaksanaan KBM

dengan jumlah siswa ±400 orang. Maka untuk mengantisipasi kurang

kondusif proses belajar mengajar tersebut, dengan jumlah guru pendidikan

agama yang hanya berjumlah 25 orang, maka dari pihak sekolah berinisiatif

untuk mengelompokkan kelas yang sama, artinya kelas V dengan VIII

seluruhnya yaitu V 1 dan V 2, VI 1, VI 2 dan VI 3, VII 1, VII 2 dan VII 3,

IX dan kelas dengan kelas X dengan dibantu guru bidang studi yang lain.

Dengan tujuan proses pembelajaran terlaksana dengan baik, sesuai dengan

apa yang telah direncanakan yaitu untuk mewujudkan manusia yang

sempurna yang mampu merealisasikan tujuan hidupnya yaitu beribadah

kepada Allah SWT.

Page 205: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

187

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan skripsi ini, antara lain:

1. Konsep pendidikan humanis pada pembelajaran PAI terhadap pelajar di

Seangprathip Wittaya Mulniti School merupakan pendididikan agama

Islam dalam bentuk pendidikan non formal, yang diberikan kepada pelajar

dan dikemas dengan pendekatan yang humanis dan menekankan pada

ranah-ranah kemaanusiaan, untuk menghargai dan menghormati hak-hak

para santri dan para murid sebagai makhluk Allah yang mempunyai derajat

yang sama dengan anak-anak lainnya. Adapun materi pendidikan agama

Islam yang diberikan kepada pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti

School adalah materi Aqidah, Syari‟ah, Akhlak, serta materi Baca Tulis

Al-Qur‟an.

2. Implementasi pendidikan humanis dalam pembelajaran PAI terhadap

pelajar di Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani,

teraplikasikan dalam beberapa kegiatan belajar mengajar di Seangprathip

Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani antara lain:

pertama: sekolah non formal, kedua: diskusi rutin para pelajar, ketiga:

problem solving (pemecahan masalah), keempat: konseling, kelima:

pembentukan kelompok kerja dan belajar.

3. Dengan adanya keterbatasan jumlah guru agama / pendamping yang ada di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani, upaya yang

Page 206: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

188

dilakukan oleh pihak sekolah dan wakilkepala kurikulum yaitu dengan

menambah jumlah guru guru agama yang ada di Seangprathip yang

disesuaikan dengan pendidikan dan kemampuannya di bidang Pendidikan

Agama Islam.

4. Keterbatasan sarana dan prasarana sebagai alat atau media pendukung

dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, upaya yang dilakukan oleh

kepala sekolah, sejauh yang diketahui oleh peneliti adalah memberikan

pengarahan kepada semua pihak guru di bidang Pendidikan Agama Islam

untuk memanfaatkan fasilitas seadanya secara maksimal, akan tetapi terus

berusaha untuk menambah dan memaksimalkan sarana dan prasarana

sebagai pendukung alat dan media pembelajaran yang ada di Seangprathip

Wittaya Mulniti School.

5. Keikutsertaan masyarakat (wali murid) dalam proses kegiatan belajar

mengajar merupakan hal yang sangat penting sekali, dan itu merupakan

salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh

karena itu dirasa sangat penting tindakan yang dilakukan oleh pihak

sekolah yaitu dengan mengadakan pertemua setiap 3 bulan sekali sebagai

pertemuan antara wali murid dengan pihak sekolah dengan tujuan untuk

koordinasi tentang perkembangan pelajar selama di sekolah maupun diluar

lingkungan sekolah dengan mengadakan dialog interaktif antara wali

murid dengan pihak sekolah.

Page 207: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

189

B. Saran-saran

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pihak manapun, penulis berusaha

memberikan saran-saran demi terlaksananya pendidikan agama Islam yang

humanis terhadap pelajar sesuai dengan harapan Seangprathip Wittaya

Mulniti School Nongchik Pattani, maka saran-saran tersebut adalah:

1. Hendaknya pendidikan humanis dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam terhadap pelajar harus benar-benar diupayakan untuk diberikan

terhadap para pelajar. Karena pendidikan agama Islam yang dikemas

dengan pendekatan yang humanis merupakan hal yang sangat penting bagi

pembinaan akhlak pelajar. Apabila pelajar tidak dibina dengan materi-

materi agama, maka pelajar akan menjadi generasi yang bobrok karena

tidak tertanam nilai-nilai agama dalam jiwanya, sebagai konsep diri dalam

memutuskan dan mengendalikan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Hendaknya pendamping atau pembina harus mempunyai akhlak yangbaik,

karena pendamping pelajar merupakan suri tauladan dan juga sebagai

panutan bagi pelajar dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Ujung

tombak bagi berhasilnya pendidikan agama Islam terhadap pelajar, salah

satunya adalah tergantung dari sikap para pendamping dalam memberikan

pendampingan dan pembinaan terhadap pelajar.

3. Faktor-faktor penghambat pendidikan agama Islam terhadap pelajar

merupakan sebuah tantangan yang harus dilalui oleh pengelola

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik Pattani dan hendaknya

Page 208: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

190

para pengelola dan pendamping harus benar-benar memanfaatkan

semaksimal mungkin fasilitas, tenaga, waktu dan sebagainya, untuk

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi. Dan diupayakan kepada

pengelola yayasan atau sekolah agama yang lainnya untuk menaungi

pelajar untuk mengusahakan bekerjasama dengan berbagai elemen, baik

masyarakat atau instansi manapun yang kiranya bisa diajak bekerja sama

dalam menangani permasalahan pelajar, dan berusaha semaksimal

mungkin untuk membantu memenuhi hak-hak mereka, serta berusaha

mengentaskan (mengembalikan) para pelajar dari dunia kericuhan agar

dapat meneyelamatkan dirinya dari kericuhan negara sendiri. Karena para

pelajar adalah anak-anak muslim di Thailand Selatan sebagai generasi

masa depan kerajaan Thailand.

4. Hendaknya pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial atau pihak

manapun, (baik kerajaan maupun pihak-pihak swasta) dapat senantiasa

menjadi pendukung utama dengan memperhatikan dan memberikan

sumbangsih dalam bentuk dukungan yang nyata baik materiil maupun

nonmateriil pada yayasan sekolah agama yang mendampingi para pelajar,

karena pada dasarnya permasalahan para pelajar adalah permasalahan kita

bersama, dan pendidikan anak harus diprioritaskan demi mempersiapkan

generasi yang tangguh untuk masa depan bangsa.

5. Dalam hal ini, yayasan-yayasan yang mendampingi para pelajar, tidak bisa

bekerja sediri, artinya mereka sangat membutuhkan peran dari berbagai

pihak, (orang tua pelajar, kerajaan, dan lain sebagainya), dalam

Page 209: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

191

melaksanakan tugasnya membantu memenuhi hak-hak pelajar dan

mengentaskan mereka dari dunia kericuhan agar dapat membawa diri

mereka kembali kepada jalan yang benar.

6. Keterbatasan jumlah pendamping / guru, keterbatasan sarana dan prasarana

sebagai media pendukung dan kurangnya partisipasi sebgaian masyarakat

sekitar dalam pembelajaran PAI yang ada di Seangprathip Wittaya Mulniti

School bisa diperbaiki kembali untuk membantu mencerdaskan pelajar

muslim dengan ketaqwaan dan keimanan.

Sejalan dengan tujuan dari pendidikan nasional yang tertulis dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab, guru merupakan komponen yang sangat penting untuk

mewujudkan cita-cita pendidikan Nasional tersebut.

Dengan demikian dalam rangka mengembangkan pendidikan yang ada di

Seangprathip Wittaya Mulniti School Nongchik, Pattani, kepala sekolah terus

mengupayakan kesejahteraan dari berbagai pihak, atau dari segi aspek, yaitu

dari aspek guru, aspek sarana dan prasarana, aspek management sekolah, dan

aspek murid, demi tercapainya tujuan pendidikan nasional yang diinginkan.

Page 210: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

192

C. Penutup

Dengan mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Karena berkat rahmat, hidayah,

dan taufik-Nya, penulis memiliki kemampuan melaksanakan dalam

menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu proses pelaksanaan penulisan skripsi ini dari

awal, hingga akhir. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat balasan yang dapat membahagiakan dan menjadi amal yang sholeh

di sisi Allah SWT. Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal

mungkin, namun kekurangan dan kesalahan telah menjadi suatu keniscayaan

atas diri manusia.

Untuk itu, kritik, saran dan juga masukan senantiasa penulis harapkan

demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT yang

menjadi tumpuan untuk memohon pertolongan, semoga skripsi ini dapat

memberikan kemanfaatan, bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada

umumnya, Amiin.

Page 211: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

193

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya

Media.

Arif, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta :

Ciputat Pers.

Arifin, M. 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PR. Raja Grafindo Persada.

Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baharuddin, dan Moh. Makin. 2007. Pendidikan Humanistik; Konsep, Teori, dan

Aplikasi, Praksis, dalam Dunia Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiona. Kamus Ilimiah Populer Internasional. Surabaya: Alumni Surabaya.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : CV. IKIP

Semarang Press.

Dhakiri, Moh. Hanif. 2000. Paulo Freire, Islam dan Pembebasan. Jakarta:

Djambatan bekerja sama dengan Pena .

Echols, Jhons M. dan Hasan Sadily. 1992. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Freire, Paulo. 2002. Cet III. Politik Pendidikan; Kebudayaan, Kekuasaan, dan

Pembebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Hujair AH dan Sanaky. 2003. Paradigma Pendidikan Islam; Membangun

Masyarakat Madani Indonesia. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Jatman, Darmanto. 2005. Psikologi Terbuka. Semarang: Limpad.

Page 212: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

194

Ludjito, Ahmad, “Filsafat Nilai” dalam Chabib Thoha, dkk. 1999. Revormulasi

Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Kerjasama Fak. Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang dengan Pustaka Pelajar.

Ma‟arif, Syamsul. 2006. “Pendidikan Islam Yang Mencerdaskan” Islam Kiri;

Pendidikan dan Gerakan Sosial dalam Jurnal Edukasi.

Majid, Abdul, dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Mas‟ud, Abdurrahman. 2002. Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik;

Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta:

Gama Media.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muhajir, Noeng. 2000. Cet.V. Ilmu Pendidikan & Perubahan Sosial; Teori

Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

______, 1996. Cet.VII edisi III Metodologgi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:

Rake Sarasin.

Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : CV.

Misaka Galiza.

Noer Aly, Heri dan Munzer S, H. 2003. Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska

Agung Insani.

Poerwadarminta, 1999. W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Prayudi, “Paradigma Pendidikan Islam” http://www.education network.

blogspot.com/2007/03/paradigma-pendidikan-Islam-humanis.html. tanggal

22 september 2008.

Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Singarimbun, Masri, dan Sofyan Efendi. 1995. Metodologi Penelitian Survai,

Jakarta: LP3ES.

Smith, William A. 2001. Conscientizacao Tujuan Pendidikan Paulo Freire Di

terjemahakan dari The Meaning of Conscientizacao, the Goal of Paulo

Freire‟s Pedagogi, oleh Agung Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 213: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

195

Subhan, Paradigma Pendidikan Islam Humanis, http://wonkeducationnetwork.

blogspot.com/2007/03/paradigma-pendidikan-islamhumanis. html, Tgl.

Tgl. 08-7-2015.

Sudjana, Nana dan Ibrohim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana. 1980. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan

Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat

Tenaga Kependidikan.

Tafsir, Ahmad. 2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : PT

Remaja Rosda Karya.

Winkell, W.S. 1986. Psikologi Pengajaran, Jakarta : Gramedia.

Yusdani, “Menguak Nalar Islam UII”, www.

Yusdani.com/materi/Menguak%20Nalar%20Islam%20UII%20 (artikel),

Tgl. 05-7-2015

Zuhairini, dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadani.

Zuharini, dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Islam. Malang : Biro Ilmiah

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan; Teori dan

aplikas. Jakarta: PT Bumi aksara. Cet. 1.

Page 214: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

196

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 215: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

197

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Data Pribadi

Nama : Wiga Serliati Latri

Tempat/Tanggal Lahir : Demak/17 Juni 1991

NIM : 111 11 103

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat :Jl. Raden Sahid No 17 Plosokerep Rt 04/

Rw 03 Kadilangu Demak

B. Orang Tua

Ayah : Miftah

Ibu : Siti Sualiyanti

C. Riwayat Pendidikan

No. Instansi Pendidikan Lulus (Th)

1. SD N Bintoro 2 Demak 2003

2. SMP Pondok Modern

Selamat Kendal

2006

3. Pondok Darussalam Gontor

Putri 1 Matingan Ngawi

Jawa Timur

2010

Page 216: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

198

Page 217: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

199

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Kepala Sekolah Seangprathip Wittaya Mulniti School

Judul Penelitian :IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di

Seangprathip Wittaya Mulniti School, Nongchik,

Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Jabatan :

1. Bagaimana implementasi konsep pendidikan humanisme dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di sekolah Seangprathip?

2. Faktor penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam di Seangprathip?

3. Bagaimana sistem pembelajaran agama Islam yang sesuai dengan konsep

humanisme di sekolah Seangprathip?

4. Bagaimana sistem humanisme di terapkan bagi guru dan siswa di sekolah

Seangprathip?

5. Bagaimana hubungan komunikasi sesuai konsep humanisme antar guru dan

siswa di sekolah Seangprathip?

Page 218: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

200

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Waka Kurrikulum Seangprathip Wittaya Mukniti School,

Nongchik, Pattani, Thailand Selatan

Judul Penelitian : IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di

Seangprathip Wittaya Mulniti School, Nongchik,

Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Jabatan :

1. Bagaimana implementasi konsep pendidikan humanisme dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di sekolah Seangprathip?

2. Faktor penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam di Seangprathip?

3. Bagaimana sistem pembelajaran agama Islam yang sesuai dengan konsep

humanisme di sekolah Seangprathip?

4. Bagaimana sistem humanisme di terapkan bagi guru dan siswa di sekolah

Seangprathip?

5. Bagaimana hubungan komunikasi sesuai konsep humanisme antar guru dan

siswa di sekolah Seangprathip?

Page 219: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

201

PEDOMAN WAWANCARA

Narasumber : Tata Usaha Seangprathip Wittaya Mulniti School

Judul Penelitian : IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME DALAM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di

Seangprathip Wittaya Mulniti School, Nongchik,

Pattani, Thailand Selatan)

Identitas Diri

Nama :

Jenis kelamin :

Asal :

Jabatan :

1. Bagaimana implementasi konsep pendidikan humanisme dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam di sekolah Seangprathip?

2. Faktor penghambat apa saja dalam penerapan konsep humanisme dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam di Seangprathip?

3. Bagaimana sistem pembelajaran agama Islam yang sesuai dengan konsep

humanisme di sekolah Seangprathip?

4. Bagaimana sistem humanisme di terapkan bagi guru dan siswa di sekolah

Seangprathip?

5. Bagaimana hubungan komunikasi sesuai konsep humanisme antar guru dan

siswa di sekolah Seangprathip?

Page 220: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

202

VERBATIM WAWANCARA

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME (MANOOTNIYOM) DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Tahun Ajaran 2014/2015)

Narasumber : Anwaruddin Doloh

Jenis kelamin : laki-laki

Asal : Yala, Thailand Selatan

Jabatan : Kepala Sekolah

Tempat : kantor Kepala Sekolah Seangprathip

Hari/tanggal : Rabu/19 Agustus 2015

Waktu : 10.00 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Asslamualaikum

ustadz, maaf

sebelumnya saya

mengganggu ustadz,

saya ingin bertanya

kepada ustadz untuk

melengkapi tugas

akhir saya apakah

ustadz ada waktu

untuk saya sebentar?

Walaikumussalam iya Wiga, saya

hari ini ada waktu luang buat Wiga,

apa yang bisa saya bantu untuk

melengkapi tugas akhir sekolah

Wiga di Indoesia.

Pembukaan

2. Sebenarnya saya

sudah

mempersiapkan

beberapa pertanyaan

untuk ustadz tetang

humanis yang

diterapkan di sekolah

Seangprathip ini.

Iya, insyallah saya berusaha untuk

menjawab beberapa pertanyyan

dari Wiga yang telah sudah

disiapkan. Sesuai dengan keadaan

di sekolah Seangprathip.

Pembukaan

3. Bagaimana konsep

humanisme yang ada

disekolah

Seangprathip?

Humanis menurut saya adalah di

sekolah sini sangatlah penting

karena rasa yang harus pada semua

pendidik atau guru-guru di sekolah

apalagi guru agama. Saling

menghargai sesama manusia saling

tolong menolong, dan pastinya

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pemelajaran

Pendidikan

Agama Islam

Page 221: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

203

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

mempunyai rasa tanggung jawab

yang lebih terhadap diri sendiri. Itu

semua harus dimiliki oleh semua

para guru karena sebagi contoh

bagi murid-murid yang berada di

sekolah.

4. Ustadz, konsep

humanisme itu yang

bagimana, menurut

ustadz sendiri?

Menurut saya, humanisme itu sama

dengan peri kemanusiaan, yang

mana sangat menghargai orang lain

menghormati orang lain juga, dan

orang itu sendiri juga mempunyai

akhlak yang sangat bijak.

Mempunyai arti sendiri seperti

filsafat kepribadian manusia.

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pemelajaran

Pendidikan

Agama Islam

5. Menurut ustadz,

bagaimana

pembelajaran agama

di sekolah

Seangprathip, apakah

mengalami kemajuan

atau kemuduran pada

tahun ini?

Menurut saya, pembelajaran agama

di sekolah sini sudah sangat

mengalami kemajuan, tapi tidak

sama seperti di Indonesia sangatlah

maju. Kalau sekarang sudah

mengalami kemajuan, karena di

sini daerah yang masih konflik, dan

pembelajaran agama di wilayah

Pattani ini juga masih diawasi oleh

kerajaan. Pembelajaran agama di

sekolah ini juga sudah membaik

dari sebelumnya karena tenaga

pendidik atau para guru di sekolah

sini sudah memberikan pengajaran

yang baik yang sudah mereka

dapatkan.

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pemelajaran

Pendidikan

Agama Islam

6. Bagaimana

implementasi konsep

pendidikan

humanisme dalam

pembelajaran

Pendidikan Agama

Islam di sekolah

Seangprathip?

Teori belajar humanistik dalam

kegiatan pembelajaran ini sulit di

terapkan. Karena dianggap lebih

dekat dengan bidang filsafat dan

teori kepribadian. Maka dari itu

sangat perlu diperhatikan

perkembangan siswa dalam

mengaktualisasikan dirinya

masing-masing. Apalagi

berhubungan tentang pendidikan

agama Islam, pasti sangatlah

dibutuhkan kesdaran diri murid-

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pemelajaran

Pendidikan

Agama Islam

Page 222: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

204

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

murid untuk lebih mendekatkan diri

kepada Allah SWT. Dengan

implemenasi murd-murid sangat

perlu untuk saling menghormati

para guru diawali dengan hal yang

kecil, mengcapkan salam kepada

para guru-guru saat berpapasan di

jalan.

7. Faktor penghambat

apa saja dalam

penerapan konsep

humanisme dalam

pembelajaran agama

Islam di

Seangprathip?

Faktor penghambatnya yaitu

kurangnya pendekatan para guru-

guru dengan murid yang ada di

asrama dan pra murid masih

canggung dengan para guru,

apalagi murid yang masih baru.

Kemudian kurangnya sarana dan

prasarana pada setiap kegiatan di

sekolah serta kurangnya

membangun suasana kebersamaan.

Serta bentuk pembelajaran yang

masih kurang kreatif. Sistem

pemeblajaran yang dahulu masih

sealu digunakan

Faktor

penghambat

dalam

implementasi

konsep

humanisme

8. Bagaimana sistem

pembelajaran agama

Islam yang sesuai

dengan konsep

humanisme di

sekolah

Seangprathip?

Sistem pembelajaran di sekolah

Seangprathip ini

masihbmenggunakan metode dan

gaya pembelajaran kuno, karena

guru-guru disini masih sering

meniru yang dulu. Dengan begitu,

di sekolah ini masih dibutuhkan

seorang guru yang bisa

memberikan contoh sistem

pembelajaran yang lebih kreatif

untuk guru lain agar tidak

ketinggalan dengan pembelajaran

yang baru.

Sistem

pembelajaran

yang ada di

sekolah

Seangprathip

sesuai dengan

konsep

humanime

9. Bagaimana sistem

humanisme yang di

terapkan bagi guru di

sekolah

Seangprathip?

Bagi guru-guru di sekolah sini,

hanya beberapa saja yang sudah

menerapkan konsep humanisme,

karena dengan keterbatasannya

mengajar sehingga beberapa guru

belum mengetahui keadaan para

murid-murid. Contohnya guru

Humanisme

yang diterapkan

di sekolah

Seangprathip

Page 223: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

205

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

hanya mengajar beberapa mata

pelajaran saja kemudian langsung

pulang dan kurang mempedulikan

para murid. Yang sudah diterapkan

adalah seperti adanya pertemuan

antara wali murid dengan guru-

guru di setiap 3 bulan supaya para

wali murid mengetahui keadaan

anaknya selama di sekolah. Serta

beberapa guru dari luar negeri

seperti dari Indonesia yang sering

menerapkan sistem yang

pembelajaran yang baru sperti

diskusi rutin untuk belajar

memecahkan suatu masalah yang

sering dihadapi murid khususnya

para murid senior (Dewan

organisasi).

9. Apakah guru-guru di

sekolah Saengprathip

ini sudah mengerti

arti humanisme

sendiri?

Kalau menurut saya sendiri, tidak

banyak guru-guru di sekolah

Seangprathip ini. Hanya guru-guru

tertentu saja. Karena guru di sini

juga kurang memahami arti

humanis dan tidak semua guru

belajar ilmu-ilmu filsafat.

Humanisme

yang diterapkan

di sekolah

Seangprathip

10. Bagaimana cara

ustadz untuk

memberikan

pengarahan bagi

guru-guru di sekolah

sini untuk

menerapkan konsep

humanis secara

bersama?

Dengan adanya konsep humanis

ini, saya bisa mengumpulkan

semua guru-guru baik guru agama

maupun guru akademik untuk

mengadakan musyawarah demi

terciptanya keadaan yang humanis

demi kebaikan murid-murid

maupun guru sekolah. Dan juga

mengikutkan pelatihan atau acara-

acara seminar bagi guru yang

berhubungan dengan konsep

humanis.

Humanisme

yang diterapkan

di sekolah

Seangprathip

11. Bagaimana hubungan

komunikasi sesuai

konsep humanisme

antar guru dan siswa

di sekolah

Hubungan komunikasi para guru

dan murid selama ini masih bisa

dikendalikan. Yang paling sulit

seperti menghadapi murid yang

sangat nakal dan tidak mau ikut

Hubungan

komunikasi atar

guru dan murid

sesuai dengan

konsep humanis

Page 224: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

206

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

Seangprathip?

dalam peraturan sekolah. Karena

sebagian murid langsung bisa

melaporkan terhadap wali murid

dan bisa langsung meminta keluar

dari seklah. Maka dari itu, para

guru harus bisa mengikuti

keinginan sekolah supaya murid

mudah dikendalikan dan mudah

untuk diatur.

dalam

pembelajaran di

sekolah.

12. Saya mengucapkan

banyak terimakasih

atas waktu ustad

untuk menjawab

pertanyaan-

pertanyaan yang saya

ajukan tentang

skripsi saya, semoga

jawaban dari ustadz

bermanfaat bagi saya

dan semuanya demi

kebaikan sekolah

Seangprathip ini

juga.

Yaa, saya sendiri juga minta maaf

kalau ada banyak kesalahan yang

tidak sesuai dengan pertanyaan

yang wiga ajukan pada saya.

Mungkin itu yang dapat saya

sampaikan, semoga bisa membantu

dalam tugas akhirnya Wiga, dan

semoga sukses.

Penutup

wawancara

bersama kepala

sekolah

Seangprathip.

Page 225: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

207

VERBATIM WAWANCARA

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANISME (MANOOTNIYOM) DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti School

Tahun Ajaran 2014/2015)

Narasumber : Amal Yeedoromae

Jenis kelamin : Perempuan

Asal : Nongchik, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : Waka Kurrikulum

Tempat : Kantor guru Agama

Hari/tanggal : Kamis/20 Agustus 2015

Waktu : 16.30 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Assalamualaikum

ustadzah, maaf saya

mengganggu

sebentar, saya ingin

meminta waktu

ustdzah untuk

membantu dalam

penyelesaian tugas

akhir saya?

Waalaikumussalam iya Wiga, tidak

apa-apa, saya siap untuk membantu

tugas akhir Wiga.

Pembukaan

2. Ada beberapa

pertanyaan mengenai

tentang humanisme

di sekolah ini yang

harus ustadzah jawab

sebisanya dan

menurut pendapat

ustadzah sendiri

Iya insyaallah saya akan

menjawabnya semampu saya dan

menurut pendapat saya sendiri

seputar tetnag humanisme.

Pembukaan

1. Bagaimana

implementasi konsep

pendidikan

humanisme dalam

pembelajaran

Pendidikan Agama

Islam di sekolah

Sebagai guru atau ustadzah, harus

menentukan tujuan pembelajaran

terlebih dahulu sesuai denga visi

dan misi di sekolah. Guru atau

ustadz, juga harus menentukan

materi pembelajaran.

Implementasinya seperti yang

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pembelajaran

Page 226: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

208

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

Seangprathip? sudah terjadwal di sekolah dan

kegiatan di asrama. Dengan

demikian para murid bisa

membiasakan dirinya bersama guru

yang di sekolah maupun di asrama.

Guru membimbing siswa untuk

memahami konsep belajar untuk

diterapkan kedalam dunia nyata

pada dirinya. Sebgai guru juga

harus memberikan evaluasi dengan

menanyakan kembali materi

pembelajaran yang sduah

disampaikan di dalam kelas. Dan

juga dilakukan pada ujian tengah

semester dan akhir semester.

2. Menurut ustadzah

sendiri, apakah sudah

paham tentang apa

yang dimaksud

dengan humanisme

itu sendiri?

Humanis itu menurut saya sendiri

suatu teori yang mengenal tentang

diri manusia itu menjadi manusia

yang utuh dan bertanggung jawab

terhadap sang pencipta. Saya

mengerti ilmu ini dari waktu saya

belajar di Malaysia yang harus

dipahami oleh setiap

mahasiswanya. Kebetulan saya ini

dari dulu sekolah di Malaysia,

makanya saya mengerti tetang

humanis sepaham saya saja.

Jadi, kalau konsep humanis atau

manootniyom menurut bahasa sini

itu hanya dipelajari oleh guru-guru

akademik saja. Guru-guru agama

sepertinya kurang paham betul

dengan konsep humanis.

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pembelajaran

3. Bagaimana sistem

pembelajaran agama

Islam yang sesuai

dengan konsep

humanisme di

sekolah

Seangprathip?

Sistem pembelajaran pendidikan

agama Islam masih sangat kurang

karena metode yang sering

digunakan guru di sekolah ini

adalah metode klasik dan kuno.

Masih sama seperti pada kyai

dahulu.

Sistem

pembelajaran

agama Islam

4. Bagaimana solusi

ustadzah untuk

Kalau saya boleh mengusulkan,

pertama kalau ingin menerapkan

Sistem

pembelajaran

Page 227: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

209

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

menerapkan konsep

humanis ini dalam

sekolah

Seangprathip?

konsep humanis ini, harus ada

persetujuan dari ketua/kepala

sekolah dahulu. Kemudian di

musyawarahkan dahulu berasama

guru-guru sekolah, selanjutnya

diterapkan kepada guru karena

sebagai contoh untuk dilihat oleh

para murid-murid di sekolah.

Seperti membuang sampah pada

tempatnya, memberi salam sesama

muslim, dari murid maupun dari

masyarakat sekitar.

agama Islam

5. Faktor penghambat

apa saja dalam

penerapan konsep

humanisme dalam

pembelajaran agama

Islam di

Seangprathip?

Faktor penghambatnya yaitu

kompetensi guru dalam mengajar

tanpa didukung rencana atau

konsep belajar yang dirancang oleh

guru yang sering juga disebut RPP.

Kemudian metode pembelajaran

masih klasik dan monoton. Seperti

ceramah. Guru Agama masih

minim juga dalam melibatkan

siswa agar lebih aktif dalam

pembelajarn di dalam kelas.

Fasilitas dan media pembelajaran

yang kurang mendukung.

Faktor

penghambat

implemntasi

konsep

humanisme

6. Bagaimana sistem

humanisme di

terapkan bagi guru

dan siswa di sekolah

Seangprathip?

Sistem humanisme yang

diterapkan di sekolah ini adalah

seperti kegiatan yang di asrama

baik putra maupun putri mengkaji

kitab bersama kyai pondok,

mengaji al Qur‟an dengan metode

sorogan, mendampingi dewan

pengurus pelajar dalam acara

tertentu yang melibatkan semua

murid-murid, guru dan masyarakat

sekitar. Seperti buka bersama,

merayakan nisfu sya‟ban,

merayakan idul adha dan idul fitri,

dan lain sebagainya.

Penerapan

sistem humanis

yang

diterapkan oleh

guru dan murid

7. Bagaimana

contohnya apabila

guru agama

Contohnya seperti ya itu tadi,

mengucapkan salam setiap ada

jumpa, menerapkan apa yang

Penerapan

sistem humanis

yang

Page 228: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

210

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

menerapkan konsep

humanisme dalam

pembelajaran?

sudah diajarkan guru diterpakan

pada kehidupan langsung/nyata.

Selalu menghormati antara yang

tua dengan yang muda, saling

menolong pada siapapun, tidak

pilih-pilih dalam bergurau

diterapkan oleh

guru dan murid

8. Bagaimana hubungan

komunikasi sesuai

konsep humanisme

antar guru dan siswa

di sekolah

Seangprathip?

Hubungan komunikasi antar guru

dan murid selama di asrama,

murid sudah bisa membiasakan

dirinya untuk berkomunikasi

dengan guru pengasuh bagian

asrama. Karena bisa mendekatkan

murid secara tidak disengaja. Dan

adapula hubungan murid dan guru

menjauh dikarenakan peraturan-

peraturan yang sudah ada dan

dilanggar oleh para murid

sehingga menyebabkan guru yang

sering memberikan sanksi.

Demikian yang bisa menjauhkan

komunikasi murid terhadap guru.

Hubungan

komunikasi

sesuai konsep

humanisme

9. Alhamdulilah,

peratanyaan yang

saya berikan pada

ustadzah sudah

dijawab walaupun

masih ada yang saya

sendiri agak kurang

memahaminya, tetapi

saya untuk mencoba

merangkai kata-kata

dengan yang lenih

baik dan tertata.

Iya Wiga, saya juga hanya bisa

menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang telah diberikan pada saya,

mungkin bisa dipahami sedikit-

sedikit kalau ada kesalahan kata,

ya saya mohon maaf. Syukron.

Penutup

Page 229: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

211

VERBATIM WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

Narasumber : Hamdah Khoong

Jenis kelamin : Perempuan

Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : Guru Agama

Tempat : Halaman Sekolah Menengah Assalihiyah

Hari/tanggal : Jumat/21 Agustus 2015

Waktu : 13.37 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Assalamualaikum

kak Hamdah,

bagaimana kabarnya?

Kak hamdah bisa

membantu saya

untuk melengkapi

tugas akhir saya?

Waalaikumusslam, iya Wiga

dengan senang hati saya bisa

membatu untuk tugas akhirmu.

Pembukaan

2. Kakak mengerti apa

yang dimaksud

dengan humanisme?

Kalau menurut saya humanis itu

filsafat pemikiran manusia yang

harus dimiliki untuk mengetahui

tentang manusia itu sendiri, entah

dengan memahami sifatnya,

karakternya, supaya mereka

mengerti arti manusia yang

sesungguhnya. Kalau saya boleh

menyamakan kata humanis itu

seperti dengan perikemanusiaan.

Konsep

humanisme

dalam

pembelajaran

2. Ohh begitu kak,

Kemudian kalau

menurut kakak,

bagaimana penerapan

guru-guru di sekolah

Seangprathip ini?

Khususnya bagi

guru-guru agama?

Penerapan humanisme di sekolah

Seangprahip ini khususnya bagi

guru Agama ialah menerapkan

ilmu-ilmu yang sudah diberikan di

dalam kelas kemudian diterapkan

dalam kehidupan sehari hari, untuk

memberikan contoh pada murid

juga, seperti menghormati,

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pembelajaran

Page 230: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

212

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

menghargai, menolong, dan yang

lainnya. Ooh iya sewaktu guru itu

mengajar untuk menyampaikan

ilmunya, pas waktu itu guru juga

menerapkan dalam kehidupan yang

nyata.

3. Oh begitu kak, kalau

saya boleh tahu

apakah guru-guru

Agama di sekolah

sini sudah

menerapkan konsep

humanisme?

Kalau menurut saya sendiri, guru-

guru di sekolah sini hanya beberapa

saja yang sudah menerapkan hal

itu, karena tidak semua guru-guru

disini menegerti apa arti

humanisme itu sendiri secara teori,

bahkan ada guru yang tidak belajar

itu. Kalau saya sendiri terkadang

saya menerapkan dalam kehidupan

saya sendiri. Karena budaya kita

juga mempengaruhi tidak seperti

kehidupan di Indonesia. Seperti

menghormati agama selain muslim,

kalau di Pattani sini rasa

menghormati agama Budha itu

tidak ada. Ya Cuma sekedarnya

saja. Tidak seperti di Indonesia

yang saling rukun dan damai.

Implementasi

konsep

humanisme

dalam

pembelajaran

4. Okke, kakak

terimakasih atas

pendapat yang kakak

berikan pada saya,

semoga dapat

manfaat dari apa

yang sudah kakak

ulaskan sedikit untuk

saya.

Iya Wiga sama-sama, itu yang

dapat kakak sampaikan pada Wiga,

apabila ada salah kata kakak minta

maaf ya, besok kalau kakak ada

materi atau pelajaran yang kakak

belum tahu kakak minta, Wiga

dapat membantu kakak juga.

Penutup

5. Ohh iya kak Hamda,

arti humanisme

dalam bahasa Thai

apa?

Oohh itu, hmmm... Manootniyom Penutup

Page 231: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

213

VERBATIM WAWANCARA

PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,

Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)

Narasumber : Abdul Rasyid bin Talyo

Jenis kelamin : laki-laki

Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan

Jabatan : tukang kebun/petugas kebersihan

Tempat : kantor guru Sekolah Menengah Assalihiyah

Hari/tanggal : Senin/24 Agustus 2015

Waktu : 14.45 WTS

NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE

1. Bagaimana aturan

kebersihan di

Sekolah Menengah

Assalihiyah ini?

Aturan kebersihan di sini, tiap-tiap

pagi dan petang saya keno buat

bersih. Sebelah pagi, pa rung gi

nyapuh seluruh sekolah macam

sampah dan daun-daun. Lepas tu

sebelah petang, kita ambik sampah

dalam bekah sampah hok di depe

bilik murid, guru, dan tempat

masak.

(Mengenai aturan kebersihan di

sini, setiap pagi dan sore tukang

kebun harus membersihkan seluruh

lingkungan sekolah. Pada saat

pagi, tukang kebun menyapu seluru

sudut sekolah yang berupa sampah

dan daun-daun yang berguguran.

Sedangkan pada waktu sore, kita

mengambil sampah-sampah dalam

tempat sampah itu baik di depan

kelas, kantor, maupun di kantin).

Aturan

kebersihan bagi

tukang kebun di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

2. Bagaimana aturan

kerja petugas

kebersihan di sekolah

ini?

Tiap-tiap hari, kiat keno buat bersih

duo kali. Masa cuti mengaji, kita

juga mesti buat bersih dan cuti pada

hari minggu. Kalau tiap-tiap hari

mengaji, kita cuti hari sabtu. Lain

tu, saya juga sipe barang hk rusak

Aturan kerja

tukang kebun di

Sekolah

Menengah

Assalihiyah

sebagai wujud

Page 232: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

214

di makoloh. Apabila ada hok

tempat yang tak cuci lagi, sebab

saya ada kerja hok lain. Seperti sipe

barang hok punoh. Bakaluasa pa

rung lain, ia hanya buat bersih saja.

(Setiap hari, kami harus

membersihkan sekolah 2x. Pada

saat liburan sekolah, kami juga

harus membersihkan sekolah

kecuali hari minggu. Kalau hari-

hari aktif sekolah, kami libur hari

sabtu. Selain itu, saya juga

memperbaiki sarana prasarana

yang rusak di sekolah. Terkadang

ada yang masih kotor, belum saya

bersihkan. Karena saya harus

mengerjakan tugas yang lain.

Seperti memperbaiki sarana-

sarana yang rusak. Kalau tukang

kebun yang lain hanya bertugas

membersihkan sekolah saja).

peran serta

menciptakan

kebersihan

sekolah

3. Kapan Sekolah

Menengah

Assalihiyah

mendapatkan

penghargaan atas

prestasi kebersihan?

Hok sungguh, buat bersih tu kerja

saya, murid hanya belajar. Kalau

saya buat bersih saja, sekolah

bersih sungguh. Saya bersih-bersih

sejak murid balek rumah sampai

tengah malam. Pah tak do murid

keno denda. Tiga tahun lepas,

orang besar bagi suatu surat sebab

sekolah bersih.

(Sebenarnya yang membersihkan

sekolah memang tugas tukang

kebun sedangkan murid-murid

hanya belajar. Kalau saya hanya

bertugas sebagai tukang kebun saja

dan membersihkan sekolah,

sekolah akan benar-benar bersih.

Saya membersihkan sekolah sejak

murid pulang sekolah sampai

tengah malam. Sehingga tidak akan

ada murid yang mesti mendapat

denda. Tiga tahun yang lalu,

sekolah pernah mendapat

penghargaan dari pemerintah

mengenai kebersihan lingkungan

sekolah).

Penghargaan

dari pemerintah

kepada Sekolah

Menengah

Assalihiyah atas

prestasi

kebersihan

sekolah.

Page 233: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

215

DAFTAR SKK

Nama : Wiga Serliati Latri Jurusan: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan

NIM : 111-11-103 Progdi: Pendidikan Agama Islam

Dosen PA : Dra. Siti Asdiqoh, M.Ag

No. Jenis Kegiatan Waktu Kegiatan Status Nilai

1. Orientasi Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK) dengan tema

“Revitalisasi Gerakan Mahasiswa di era

Modern untuk Kejayaan Indonesia”

diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa

STAIN Salatiga

20-22 Agustus

2011

Peserta 3

2. Achievement Motivation Training (AMT)

dengan tema “Membangun Mahasiswa

Cerdas Emosi, Spiritual, dan Intelektual

Melalui Achievement Motivation Training

(AMT) STAIN Salatiga”

23 Agustus 2011 Peserta 2

3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK) dengan

tema “Menemukan Muara Sebagai

Mahasiswa Rahmatan Lil Alamin” di

STAIN Salatiga

24 Agustus 2011 Peserta 2

4. Seminar Entrepreneurship dan Koperasi

oleh Koperasi Mahasiswa (KOPMA) dan

Kajian Study Ekonomi Islam (KSEI) STAIN

Salatiga

25 Agustus 2011 Peserta 2

5. Seminar Regional Kejurnalistikan dengan

tema “reorientasi Peran Jurnalistik dalam

Perspektif Sosial dan Budaya pada Era Post

Modern” oleh Lembaga Pers Mahasiswa

(LPM) Dinamika STAIN Salatiga

6 Oktober 2011 Peserta

4

6. Kegiatan IBTIDA‟ Lembaga Dakwah

Kampus Darul Amal Salatiga dengan teman

“Catatan Harian Mahasiswa Rabbani”

08-09 Oktober

2011

Peserta 2

7. Silaturahmi dan Diskusi SEMA dan

Mahasiswa Baru STAIN Salatiga dengan

tema “Peran Senat Mahasiswa sebagai

Lembaga Legislatif Kampus dalam Ranah

Kampus”

13 Oktober 2011 Peserta 2

8. Seminar Regional dengan tema

“Meningkatkan Nasionalisme Ditengah

Goncangan Disintegrasi dan Pengikisan

Ideologi Nasional” Diselenggarakan Oleh

Resimen Mahasiswa (MENWA) STAIN

Salatiga

26 Oktober 2011 Peserta 2

Page 234: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

216

9. Seminar Pendidikan Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) dengan tema “Menuju

Pendidikan Indonesia yang ideal” di Aula

Masjid Darul Amal Salatiga

28 Desember

2011

Peserta 2

10. Seminar Regional dengan tema “Peran

Mahasiswa Dalam Mengenal BLSM (BLT)

Tepat Sasaran oleh DEMA STAIN Salatiga

03 Mei 2012 Peserta 4

11. Akhirussanah Ma‟had STAIN Salatiga 2012 07 Juni 2012 Panitia 3

12. Bimbingan Belajar Menhadapi UAS SIBA

bahasa Inggris dan Bahasa Arab oleh CEC

dan ITTAQO STAIN Salatiga

29 Juni 2012 Peserta 2

13. Program Ma‟had Mahasiswa STAIN

Salatiga selama 1 tahun

07 Juli 2012 Santri

ma‟had

-

14. Dialog Publik dan Silaturahim Nasional

dengan tema “Kemanakah Arah Kebijakan

BBM? Mendorong Subsidi BBM untuk

Rakyat” di Auditorium Pemkot Salatiga oleh

PMII Kota Salatiga

10 November

2012

Peserta 2

15. The Short Course on TOEFL Preparation

Focusing on Structure and Written

Expression Test held by Student Association

of the Islamic Boarding School (Pondok

Pesantren) Salafiyah Pulutan-Sidorejo kota

Salatiga

09-16 februari

2013

Peserta 2

16. Surat Keterangan sebagai Ustadzah/pengajar

di TPQ Al-Ikhlas Tegalrejo Salatiga

Tahun ajaran

2011/2015 hingga

sekarang

Ustadzah 4

17. Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika

STAIN Salatiga dengan tema “Idealisme

Mahasiswa sebagai Modal Utama

Penggerak Jurnalistik Kampus”

06-07 April 2013 Peserta 2

18. Piagam penghargaan blotongan

10 Maret 2013 Peserta 2

19. Pendidikan Tingkat Lanjut KSEI atau Sharia

Economics Training 2 feat Magang di BMT

Rama Salatiga dengan tema “Membangun,

Integritas, Mentalitas, dan Komitmen

Ekonom Robbani”

30 Maret 2013 Peserta 2

20. Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA

(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif),

HIV/AIDS, Mewaspadai Pergaulan Bebas

untuk Membentuk Remaja yang Tangguh

dan Launching PIK SAHAJASA STAIN

Salatiga

29 April 2013 Peserta 2

21. Seminar Nasional Sharia Economic Festival 04 Juni 2013 Peserta 8

Page 235: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

217

“Indonesia Will Grow and Shine With

Sharia Economics” oleh KSEI STAIN

Salatiga

22. Sosialisasi dan Silaturahim Nasional dengan

tema “Sosialisasi UU No.1 th 2013 Peran

Serta Fungsi OJK” dan “Peran Pemerintah

dalam Pengawasan LKM (Lembaga

Keuangan Mikro) oleh Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tarbiyah dan

Syariah STAIN Salatiga

30 September

2013

Peserta 8

23. Seminar dalam rangka Anniversary LPM

Dinamika dengan tema “Mendetakkan

Jantung Bangsa dengan Jurnalisme” di Aula

kampus STAIN Salatiga

07 Oktober 2013 Panitia 3

24. Pendidikan Pers Mahasiswa Tingkat Dasar

(PPMTD) LPM Dinamika STAIN Salatiga

dengan tema “Menegaskan Kembali

Kepeloporan Pers Mahasiswa di Tengah Era

Globalisasi”

23-24 November

2013

Panitia 3

25. SK Pengangkatan Pengurus Lembaga Pers

Mahasiswa (LPM) Dinamika STAIN

Salatiga masa bakti 2014

31 Januari 2014 Pengurus 4

26. Pelatihan Karya Tulis Ilmiah KSEI STAIN

Salatiga dengan tema “ Optimalisasi Peran

Mahasiswa dalam Menulis Sejak Dini untuk

Kemandirian Sumber Daya Manusia yang

Profesional”

14 Mei 2014 Panitia 3

27. SK Panitia dan Pemateri Pelatihan

Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional

(PJTLN) STAIN Salatiga

31 Mei 2014 Panitia 3

28. Sarasehan “Pengajaran Dengan Kesadaran

Bahwa Setiap Siswa Adalah Istimewa”

07 Mei 2014 Peserta 2

29. Publik Hearing dengan tema “STAIN

Menuju IAIN dari Mahasiswa oleh

Mahasiswa untuk Mahasiswa”

diselenggarakan oleh Senat Mahasiswa

(SEMA) STAIN Salatiga

10 Juni 2014 Peserta 2

30. Pemateri Pesantren Kilat SMK Negeri 1

Salatiga

15-18 Juli 2014 Pemateri 4

31. Sekolah Pasar Modal Syariah (SPMS) yang

bertema “Level Basic 1 atau Pendidikan

Tingkat 1” oleh Kelompok Studi Ekonomi

Islam (KSEI) STAIN Salatiga

13 Oktober 2014 Panitia 3

32. Tabligh Akbar dengan tema “Membangun

Karakter Mahasiswa Islamic

Enterpreneurship” oleh Kelompok Studi

14 Oktober 2014 Peserta 2

Page 236: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

218

Ekonomi Islam (KSEI) STAIN Salatiga

33. Seminar Nasional dengan tema

“Optimalisasi Sumber Daya Insani Terhadap

Lembaga Keuangan Syariah” oleh

Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)

STAIN Salatiga

14 Oktober 2014 Panitia 8

34. Seminar Nasional dengan tema

“Berkontribusi Untuk Negeri Melalui

Televisi” oleh STAIN Salatiga

05 November

2014

Peserta 8

35. Seminar Internasional Inagurasi IAIN

Salatiga dengan tema “ASEAN Economic

Community 2015, Prospects and Challenges

for Islamic Higher Education”

28 Februari 2015 Peserta 8

36. KKN & PPL Integratif di Seangprathip

Wittaya Mulniti School, Pattani Thailand

Selatan

5 Mei - 6 Oktober

2015

Ustadzah -

37. Seminar kerjasama Jurusan Ilmu

Komunikasi FISIP Undip dan Yayasan Tifa

dengan tema Kebebasan Berekspresi di

Perguruan Tinggi di Jawa Tengah

24 Oktober 2015 Peserta 4

Jumlah

Page 237: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

219

LAMPIRAN GAMBAR

Diskusi akhir bulanan bersama murid laki-laki dan perempuan didampingi oleh

beberapa ustadz tentang kepemimpinan

Diskusi rutin siswi kelas akhir tiap 2 minggu sekali di Aula Sekolah tentang

keputrian

Page 238: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

220

Kultum tentang budaya Pemuda Pattani bersama pengasuh Pondok menjelang

buka bersama bagi para mahasiswa dari Indonesia

Penjelasan hidup kerukunan di pesantren dari kepala sekolah kepada wali murid

dibantu bersama pengurus dan dewan guru lainnya

Page 239: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

221

Wawancara dengan beberapa murid kelas akhir untuk mengaplikasikan konsep

humanisme di sekolah Seangprathip

Hidup rukun antara wali murid dan guru sekolah Seangprathip seusai shalat idul

Fitri

Page 240: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

222

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : WIGA SERLIATI LATRI

NIM : 111 11 103

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tuli sini benar-benar merupakan hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat temuan orang lain yang

terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip / dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tugas

Akhir ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga

Page 241: S K R I P S I - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1131/1...PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus Di Seangprathip Wittaya Mulniti

ccxxiii