resume

2
RESUME HASIL PRAKTIKUM BIOKIMIA Hasil yang diperoleh dari uji glukosa dengan metode Dinitrosalicylicacid Colorimetric menunjukkan bahwa kandungan glukosa pada jagung lebih besar dibandingkan dengan kandungan g lukosa pada kedelai, y aitu 41,526 µg/µl pada jagung dan 38,005 µg/µl pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji jagung yang lebih tua yaitu coklat tua dibandingkan dengan warna hasil uji kedelai yaitu merah kecoklatan. Hasil yang diperoleh dari uji sukrosa dengan metode Resorcinol menunjukkan bahwa kandungan sukrosa pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan sukrosa pada kedelai, yaitu 36,576 µg/µl pada jagung dan 59,592 µg/µl pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih tua yaitu jingga kemerahan dibandingkan dengan warna hasil uji  jagung yaitu oranye pucat. Hasil yang diperoleh dari uji amilum dengan metode Iodin color menunjukkan bahwa kandungan amilum pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan sukrosa pada kedelai, yaitu 45,670 µg/µl pada jagung dan 311,90 µg/µl pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih keruh yaitu oranye keruh dibandingkan dengan warna hasil uji  jagung yang lebih jernih yaitu merah kecoklatan. Sedangkan menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor (2005), kandungan amilum pada biji jagung lebih  besar dibandingkan dengan kandungan amilum pada kedelai, yaitu sekitar 75-80 % pada jagung dan 42-50% pada kedelai. Pada hasil praktikum diperoleh hasil kandungan amilum pada kedelai lebih besar dikarenakan ekstrak biji kedelai lebih keruh saat diuji dibandingkan dengan ekstrak  jagung, perbedaan kekeruhan tersebut yang menyebabkan h asilnya tidak sama dengan literatur. Hasil yang diperoleh dari uji lipid dengan metode Bligh-Dyer menunjukkan bahwa kandungan lipid pada jagung lebih besar dibandingkan dengan kandungan lipid pada kedelai, yaitu 3,35% pada jagung dan 2,35% pada kedelai. Menurut Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Ujung Pandang (1996/1997), kandungan lipid pada jagung lebih besar dibandingkan kandungan lipid pada kedelai, yaitu ±4% pada jagung dan 2-2,5% pada kedelai. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang menunjukkan kandungan lipid pada jagung lebih  besar dibandingkan kandungan lipid pada kedelai. Hasil yang diperoleh dari uji protein dengan metode Bradford menunjukkan bahwa kandungan protein pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan protein pada kedelai, yaitu 67,2 µg/µl pada jagung dan 92,6 µg/µl pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih keruh yaitu biru tua (keruh) dibandingkan dengan warna hasil uji jagung yaitu biru muda (jernih). Menurut Robinson (1991), kandungan protein pada kedelai lebih besar dibandingkan dengan kandungan protein pada jagung, yaitu 36,49g/100g pada kedelai dan 7,9g/100g pada jagung. Hasil praktikum sesuai dengan literatur yang ada yaitu kandungan  protein pada kedelai lebih besar dibandingkan kandungan protein pada jagu ng.

Upload: syafiq-ubaidillah

Post on 13-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

RESUME HASIL PRAKTIKUM BIOKIMIAHasil yang diperoleh dari uji glukosa dengan metode Dinitrosalicylicacid Colorimetric menunjukkan bahwa kandungan glukosa pada jagung lebih besar dibandingkan dengan kandungan glukosa pada kedelai, yaitu 41,526 g/l pada jagung dan 38,005 g/l pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji jagung yang lebih tua yaitu coklat tua dibandingkan dengan warna hasil uji kedelai yaitu merah kecoklatan.Hasil yang diperoleh dari uji sukrosa dengan metode Resorcinol menunjukkan bahwa kandungan sukrosa pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan sukrosa pada kedelai, yaitu 36,576 g/l pada jagung dan 59,592 g/l pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih tua yaitu jingga kemerahan dibandingkan dengan warna hasil uji jagung yaitu oranye pucat.Hasil yang diperoleh dari uji amilum dengan metode Iodin color menunjukkan bahwa kandungan amilum pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan sukrosa pada kedelai, yaitu 45,670 g/l pada jagung dan 311,90 g/l pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih keruh yaitu oranye keruh dibandingkan dengan warna hasil uji jagung yang lebih jernih yaitu merah kecoklatan. Sedangkan menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor (2005), kandungan amilum pada biji jagung lebih besar dibandingkan dengan kandungan amilum pada kedelai, yaitu sekitar 75-80 % pada jagung dan 42-50% pada kedelai. Pada hasil praktikum diperoleh hasil kandungan amilum pada kedelai lebih besar dikarenakan ekstrak biji kedelai lebih keruh saat diuji dibandingkan dengan ekstrak jagung, perbedaan kekeruhan tersebut yang menyebabkan hasilnya tidak sama dengan literatur.Hasil yang diperoleh dari uji lipid dengan metode Bligh-Dyer menunjukkan bahwa kandungan lipid pada jagung lebih besar dibandingkan dengan kandungan lipid pada kedelai, yaitu 3,35% pada jagung dan 2,35% pada kedelai. Menurut Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Ujung Pandang (1996/1997), kandungan lipid pada jagung lebih besar dibandingkan kandungan lipid pada kedelai, yaitu 4% pada jagung dan 2-2,5% pada kedelai. Hal ini sesuai dengan hasil praktikum yang menunjukkan kandungan lipid pada jagung lebih besar dibandingkan kandungan lipid pada kedelai.Hasil yang diperoleh dari uji protein dengan metode Bradford menunjukkan bahwa kandungan protein pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan protein pada kedelai, yaitu 67,2 g/l pada jagung dan 92,6 g/l pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih keruh yaitu biru tua (keruh) dibandingkan dengan warna hasil uji jagung yaitu biru muda (jernih). Menurut Robinson (1991), kandungan protein pada kedelai lebih besar dibandingkan dengan kandungan protein pada jagung, yaitu 36,49g/100g pada kedelai dan 7,9g/100g pada jagung. Hasil praktikum sesuai dengan literatur yang ada yaitu kandungan protein pada kedelai lebih besar dibandingkan kandungan protein pada jagung.Hasil yang diperoleh dari uji protein dengan metode SDS-PAGE menunjukkan bahwa kandungan protein pada jagung lebih kecil dibandingkan dengan kandungan protein pada kedelai. Hal ini terbukti dengan pita-pita protein yang terbentuk pada gel lebih tebal pada kedelai dibandingkan pada jagung. Menurut Robinson (1991), kandungan protein pada kedelai lebih besar dibandingkan dengan kandungan protein pada jagung. Hasil praktikum sesuai dengan literatur yang ada yaitu kandungan protein pada kedelai lebih besar dibandingkan kandungan protein pada jagung.Hasil yang diperoleh dari uji aktivitas enzim secara kuantitatif menunjukkan bahwa aktivitas enzim pada jagung lebih besar dibandingkan dengan aktivitas enzim pada kedelai, yaitu 43,25 g/ 30 menit pada jagung dan 35,85 g/ 30 menit pada kedelai. Hal ini terbukti dengan warna hasil uji kedelai lebih tua yaitu merah kecoklatan dibandingkan dengan warna hasil uji jagung yaitu oranye kemerahan. Menurut Jurnal Penelitian Agriculture IPB (2006), aktivitas enzim pada jagung lebih besar dibandingkan dengan aktivitas enzim pada kedelai, yaitu 2,478 IU/mg pada jagung dan 0,425 IU/mg. Hasil praktikum sesuai dengan literatur yang ada yaitu aktivitas enzim pada jagung lebih besar dibandingkan aktivitas enzim pada kedelai.Hasil yang diperoleh dari uji aktivitas enzim secara kualitatif atau semi kuantitatif tidak dapat diukur aktivitas enzimnya, hanya dapat dilihat ada atau tidaknya aktivitas enzim dengan cara mengukur terbentuknya koloni dan zona bening. Pengukuran diameter zona bening dibanding diameter koloni menunjukkan bahwa hasilnya lebih besar pada kedelai dibandingkan dengan jagung, yaitu 2,55cm pada kedelai dan 1,88cm pada jagung.